laporan besar teknologi produksi tanaman

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
KOMODITAS PADI (Oryza sativa)

Disusun Oleh :
Adris Ivory Haloho
Femita Hapsari
Jaliaman Sipayung

(135040200111166)
(135040200111007)
(135040201111250)

Kelas AA
Asisten kelas : Alfian Trisna
Asisten Lapang : Ardhika Pratama

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan komoditas yang strategis di
Indonesia karena pada umumnya penggunaan beras sebagai bahan konsumsi
makanan pokok bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan pertumbuhan
penduduk di Indonesia yang terus pesat dengan cepat, maka akan berdampak
pada kebutuhan masyarakat terhadap pangan semakin besar juga salah satunya
pada padi. Dari sumber Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa jumlah penduduk
Indonesia tahun 2011 sekarang mencapai 241 juta jiwa dan kebutuhan beras
mencapai 34 juta ton per tahun. Untuk produksi padi pada tahun 2011 di
Indonesia mencapai 68.06 juta ton gabah kering giling (GKG) atau 38.2 juta
ton beras. Sedangkan untuk kebutuhan beras pada tahun 2025 diprediksi akan
mencapai 48.5 juta ton atau setara dengan 70 juta ton GKG.
Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan
dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi perkapita

akibat peningkatan pendapatan. Namun dilain pihak upaya peningkatan
produksi beras saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti konversi lahan
sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim (anomali iklim),
gejala

kelelahan

teknologi

(technology

fatique),

penurunan

kualitas

sumberdaya lahan (soil sickness) yang berdampak terhadap penurunan
produktivitas (Solehudin, 2012).
Untuk memenuhi kebutuhan beras yang sangat besar dibandingkan

produksinya dibutuhkan usaha peningkatan produksi dan produktivitas padi di
Indonesia. Apa lagi pada tahun mendatang, upaya peningkatan produksi beras
akan mendapat suatu permaslahan besar. Dengan permasalahan yang komplek
seperti ini maka di adakan suatu inovasi dan teknologi untuk menunjang
produksi dari padi di Indonesia. Dalam pengembangan teknologi dan inovasi
dalam bidang pertanian sangat dibutuhkan sekarang sebagai pembantu dalam
mengelolah lahan maupun hasil-hasil pertanian.
Kemudian dalam pengembangan teknologi dan inovasi juga dibutuhkan
sebagai pembaruan dari usaha tani tradisional guna lebih meningkatkan
produktivitas

hasil

pertanian.

Usaha

yang

telah


dilakukan

dalam

mengembangkan usaha tani mempunyai peran sangat penting karena dengan
pengembangan teknologi dalam bidang usaha pertanian bertujuan untuk
membantu para petani dalam mendapatkan keuntungan dalam proses budidaya
salah satunya budidaya padi.
1.2.

Tujuan Praktikum
Pada acara Praktikum Teknologi Produksi Tanaman mengenai Teknologi
Produksi Budidaya Padi terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai antara
lain :
1. Untuk memahami dan menerapkan prinsip teknik produksi padi.
2. Untuk melatih keterampilan dalam menganalisa komponen teknologi
produksi padi.

1.3.


Manfaat
Pada acara Praktikum Teknologi Produksi Tanaman mengenai Teknologi
Produksi Budidaya Padi terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh
antara lain :
1. Mampu menerapkan prinsip teknik produksi padi di lahan pertanian.
2. Memiliki keterampilan dalam menganalisa komponen teknologi
produksi padi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkembangan Produksi dan Teknologi Produksi Tanaman
Penyediaan pangan, terutama beras, dalam jumlah yang cukup dan harga
terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Selain
merupakan makanan pokok untuk lebih dari 95% rakyat Indonesia, padi juga
telah menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di
pedesaan.
Dalam periode 1970-1990 laju pertumbuhan produksi padi cukup tajam,
rata-rata 4,3% per tahun. Akan tetapi kemarau panjang yang terjadi beberapa
tahun kemudian menyebabkan terjadinya penurunan produksi. Dalam periode

1997-2000 produksi padi kembali meningkat dengan laju pertumbuhan ratarata 1,67% per tahun, terutama karena bertambahnya areal panen. Pada tahun
2007, produksi padi meningkat sebesar 4,96% dibandingkan dengan tahun
2006 sedangkan pada tahun 2008, menurut angka ramalan BPS, produksi
padi nasional mencapai 60,28 juta ton gabah kering giling, meningkat 5,46%
dibanding tahun 2007. Pencapaian ini telah mengantar Indonesia kembali
meraih swasembada beras.
Ditinjau dari ketersediaan sumber daya lahan dan air, kemajuan
teknologi, serta dukungan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pertanian, produksi padi nasional masih bisa ditingkatkan. Untuk
perluasan areal sawah, tersedia lahan seluas 8,28 juta ha dan 60% di
antaranya dapat dikembangkan menjadi lahan sawah irigasi dan tadah hujan
dan sisanya merupakan lahan rawa. Potensi pengembangan lahan sawah di
Papua, Kalimantan, dan Sumatera pun cukup besar yang perlu digali untuk
meningkatkan ketahanan pangan penduduk.
Permintaan air untuk berbagai keperluan pada tahun 2020 diperkirakan
18% dari total air tersedia, sebagian besar (66%) untuk irigasi, sisanya 17%
untuk rumah tangga, 7% untuk perkotaan, dan 9% untuk industri. Namun
dilihat dan rasio permintaan dan ketersediaan air, Pulau Jawa yang memiliki
rasio kurang dari 40% kemungkinan akan mengalami kekurangan air.
Pemeliharaan waduk yang ada dan pembangunan waduk baru merupakan hal

mendesak untuk segera dilaksanakan.

Pada periode 2000-2006, jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan
laju pertumbuhan 1,36% per tahun sementara konsumsi beras diperkirakan
137 kg per kapita. Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk menurun
0,03% per tahun, maka konsumsi beras pada tahun 2010, 2015, dan 2020
diproyeksikan berturut-turut sebesar 32,13 juta ton, 34,12 juta ton, dan 35,97
juta ton. Jumlah penduduk pada ketiga periode itu diperkirakan berturut-turut
235 juta, 249 juta, dan 263 juta jiwa. Tekanan terhadap kebutuhan beras ini
akan berkurang apabila diversifikasi konsumsi pangan berhasil dilaksanakan.
(Solehudin, 2012)
Produksi padi di Indonesia menemui kendala di bidang produktivitas
yang sudah melandai dengan jumlah areal penanaman padi makin menyempit
dan kendala pengendalian hama dan penyakit yang disebakan oleh iklim
mikro yang tercipta di antara pertanaman padi. Dalam hal ini, dibutuhkan
teknologi cara penanaman padi yang lebih inovatif yang dapat menambah
produktivitas padi sekaligus mengendalikan organisme pengganggu tanaman
padi.
Cara tanam padi jajar legowo merupakan perubahan teknologi jarak
tanam padi yang dikembangkan dari sistem tanam tegel yang telah

berkembang di masyarakat. Istilah legowo yang diambil dari BahasaJawa,
Banyumas, terdiri atas kata

legodan

dowo;

lego berarti luas dan

dowoberarti memanjang. Dengan cara tanam jajar legowo, kelompokkelompok barisan tanaman padi dipisahkan oleh suatu lorong yang luas dan
memanjang. Bila jarak antar baris tanaman padi umumnya adalah 20 hingga
25 cm, lorong yang memisahkan antar kelompok barisan mencapai 50 cm
hingga 70 cm, tergantung kesuburan tanah dan keragaan varietas padi yang
ditanam. Tanah yang subur memilki lorong yang lebihsempit sedangkan
keragaan varietas yang berdaun lebat dan tinggi perlu lorongyang lebih luas.
Tipe dari cara tanam jajar legowo untuk padi sawahbisa dilakukan dengan
berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya.
Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk mendapatkan produksi gabah
tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk mendapat bulir gabah
berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1.


Bila jarak tanam antar barisan yang digunakan adalah 25 cm, sistem
tanam jajar legowo 2:1 berarti setiap 2 barisan tanaman padi akan diselingi
oleh 1 barisan kosong sebagai lorong yang lebarnya dua kali jarak antar baris
sehingga luas lorong yang menyelingi adalah 50 cm. Dengan demikian, jarak
tanam legowo tipe 2:1 adalah 25 cm (jarak antar barisan) x 15 cm (jarak
dalam barisan) x 50 cm (jarak lorong). Tipe jarak tanam ini merupakan
inovasi dari jarak tanam tegel yaitu 25 cm (jarak antar barisan) x 25 cm
(jarak dalam barisan); tanpa lorong yang menyelingi kelompok barisan
tanam.
Demikian halnya dengan sistem tanam jajar legowo 3:1, setiap 3 barisan
tanaman padi akan diselingi oleh satu barisan lorong. Dengan demikian, jarak
tanam legowo tipe 3:1 adalah 25 cm (jarak antar barisan) x 15 cm (jarak
dalam barisan) x 50 cm (jarak lorong). Umumnya, bila jarak antar barisan
adalah 25 cm maka jarak dalam barisan adalah 15 cm sedangkan bila jarak
antar barisannya adalah 20 cm maka jarak dalam barisan adalah 10 cm.
Modifikasi jarak antar barisan dan dalam barisan disesuaikan untuk tujuan
peningkatan populasi tanaman padi dan penciptaan iklim mikro yang tidak
mengundang timbulnya hama dan penyakit. (Solehudin, 2012)
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada

setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagaitanaman barisan
pinggir. Umumnya tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi atau lebih
rendah dari tanaman yang ada di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga
menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik karena kurangnya persaingan
tanaman antar barisan. (Saleh, 2012)
Dengan diterapkannya cara tanam sistem legowo yang menambah
kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir, sinar
matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis. Pada
lahan yang lebih terbuka karena adanya lorong pada baris tanaman, serangan
hama, khususnya tikus, dapat ditekan karena tikus tidak suka tinggal di
dalamnya dan dengan terciptanya kelembaban lebih rendah, perkembangan
penyakit dapat juga ditekan. Tidak hanya itu, pemupukan dan pengendalian
organisme pengganggu tanaman menjadi lebih mudah dilakukan di dalam
lorong-lorong. Cara tanam padi sistem legowo juga meningkatkan populasi

tanaman. Untuk populasi tanaman padi yang lebih banyak, dibutuhkan benih
padi dan tenaga kerja yang lebih banyak namun tenaga kerja lebih sedikit pada
penyiangan. Kenaikan jumlah gabah yangdipanen menyebakan upah pekerja
juga meningkat. Walaupun demikian, cara tanam sistem legowo lebih
menguntungkan bila ditinjau dari hasil gabah kering panen dan pemeliharaan.

(Manalu, 2012)
2.2. Klasifikasi dan Morfologi
Berdasarkan literatur Purnomo, 2007, padi dalam sistematika
tumbuhan diklasifikasikan kedalam :
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub division

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Poales

Famili

: Graminae

Genus

: Oryza Linn

Species

: Oryza sativa L.

Akar
Berdasarkan literatur Aak (1992) akar adalah bagian tanaman yang
berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian
diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi dapat dibedakan atas :
a. Radikula yakni akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah. Pada
benih yang sedang berkecambah timbul calon akar dan batang. Calon
akar mengalami pertumbuhan ke arah bawah sehingga terbentuk akar
tunggang, sedangkan calon batang akan tumbuh ke atas sehingga
terbentuk batang dan daun.
b. Akar serabut (akaradventif) :
Setelah 5-6 hari terbentuk akar tunggang, akar serabut akan tumbuh.
c. Akar rambut merupakan bagian akar yang keluar dari akar tunggang dan
akar serabut. Akar ini merupakan saluran pada kulit akar yang berada
diluar, dan ini penting dalam pengisapan air maupun zat-zat makanan.

Akar rambut biasanya berumur pendek sedangkan bentuk dan panjangnya
sama dengan akar serabut.
d. Akar tajuk (crown roots) adalah akar yang tumbuh dari ruas batang
terendah. Akar tajuk ini dibedakan lagi berdasarkan letak kedalaman akar
di tanah yaitu akar yang dangkal dan akar yang dalam. Apabila kandungan
udara di dalam tanah rendah,maka akar-akar dangkal mudah berkembang.
Bagian akar yang telah dewasa (lebih tua) dan telah mengalami
perkembangan akan berwarna coklat, sedangkan akar yangbaru atau
bagian akar yangmasih muda berwarna putih. (Rohma, 2006)
Batang
Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun
dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong. Pada kedua
ujung bubung kosong itu bubungnya ditutup oleh buku. Panjangnya ruas
tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang. Ruas yang
kedua, ruas yang ketiga, dan seterusnya adalah lebih panjang daripada ruas
yang didahuluinya. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah
yangmembalut ruas sampai buku bagian atas.Tepat pada buku bagian atas
ujumg dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang
terpendek menjadi ligula (lidah) daun, dan bagian yamg terpanjang dan
terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah
kiri dan kanan. Daun kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang
paling atas dari batang disebut daunbendera. Tepat dimana daun pelepah
teratas menjadi ligula dan daun bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi
bulir padi.
Pertumbuhan batang tanaman padi adalah merumpun, dimana terdapat
satu batang tunggal/batang utama yang mempunyai 6 mata atau sukma, yaitu
sukma 1, 3, 5 sebelah kanan dan sukma 2, 4, 6 sebelah kiri. Dari tiap-tiap
sukma ini timbul tunas yang disebut tunasorde pertama.
Tunas orde pertama tumbuhnya didahului oleh tunas yang tumbuh dari
sukma pertama, kemudian diikuti oleh sukma kedua, disusul oleh tunas yang
timbul dari sukma ketiga dan seterusnya sampai kepad apembentukan tunas
terakhir yang keenam pada batang tunggal.Tunas-tunas yang timbul dari
tunas orde pertama disebu ttunas orde kedua. Biasanya dari tunas-tunas orde

pertama ini yang menghasilkan tunas-tunas orde kedua ialah tunas orde
pertama yang terbawah sekali pada batang tunggal/ utama. Pembentukan
tunas dari orde ketiga pada umunya tidak terjadi,oleh karena tunas-tunas dari
orde ketiga tidak mempunyai ruang hidup dalam kesesakan dengan tunastunas dari orde pertama dan kedua. (Purnomo, 2007)
Daun
Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang
berbeda-beda, baik bentuk, susunan, atau bagian bagiannya. Ciri khas daun
padi adalah adanya sisik dan telinga daun. Hal inilah yang menyebabkan
daun padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagianbagian daun padi adalah :
a. Helaian daun ; terletak pada batang padi dan selalu ada. Bentuknya
memanjang seperti pita. Panjang dan lebar helaian daun tergantung
varietas padi yang bersangkutan.
b. Pelepah daun (upih) ;merupakan bagian daun yang menyelubungi batang,
pelepah daun ini berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas yang
jaringannya lunak, dan hal ini selalu terjadi.
c. Lidah daun ; lidah daun terletak pada perbatasan antara helai daun dan
upih. Panjang lidah daun berbeda-beda, tergantung pada varietas padi.
Lidah daun duduknya melekat pada batang. Fungsi lidah daun adalah
mencegah masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun (upih).
Disamping itu lidah daun juga mencegah infeksi penyakit, sebab media
air memudahkan penyebaran penyakit.
Daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan dinamakan
coleoptile. Koleopti lkeluar dari benih yang disebar dan akan memanjang
terus sampai permukaan air. koleoptil baru membuka, kemudian diikuti
keluarnya daun pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak
yang disebut daun bendera, sedangkan daun terpanjang biasanya pada daun
ketiga. Daun bendera merupakan daun yang lebih pendek daripada daun-daun
di bawahnya, namun lebih lebar dari pada daun sebelumnya. Daun bendera
ini terletak di bawah malai padi. Daun padi mula-mula berupa tunas yang
kemudian berkembang menjadi daun. Daun pertama pada batang keluar
bersamaan dengan timbulnya tunas (calon daun) berikutnya. Pertumbuhan

daun yang satu dengan daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang
waktu 7 hari,dan 7 hari berikutnya akan muncul daun baru lainnya.
(Purnomo, 2007)
Bunga
Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas
dinamakan malai. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang
kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada
batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dancara
bercocok tanam. Dari sumbu utama pada ruas buku148yang terakhir inilah
biasanya panjang malai (rangkaian bunga) diukur. Panjang malai dapat
dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek (kurang dari 20 cm), malai
sedang (antara 20-30 cm), dan malai panjang (lebih dari 30cm). Jumlah
cabang pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7
buah cabang, dan yang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang. Jumlah
cabang ini akan mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi varietas
baru, setiap malai bisa mencapai100-120 bunga.
Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.
Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada
6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai
dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah
kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau
ungu. (Purnomo, 2007)
Komponen-komponen (bagian) bunga padi adalah:
a. Kepala sari
b. Tangkai sari,
c. Palea (belahan yang besar),
d. Lemma (belahan yang kecil),
e. Kepala putik
f. Tangkai bunga.

Buah
Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah,sebenarnya
bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini
terjadi setelah selesai penyerbukkan dan pembuahan. Lemma dan palea serta
bagian lain yang membentuk sekam atau kulit gabah (Purnomo, 2007). Jika
bunga padi telah dewasa, kedua belahan kembang mahkota (palea dan
lemmanya) yang semula bersatu akan membuka dengan sendirinya
sedemikian rupa sehingga antara lemma dan palea terjadi siku/sudut sebesar
30-600. Membukanya kedua belahan kembang mahkota itu terjadi pada
umumnya pada hari-hari cerah antara jam 10-12, dimana suhu kira-kira 30320C. Di dalam dua daun mahkota palea dan lemma itu terdapat bagian
dalam dari bunga padi yang terdiri dari bakal buah (biasa disebut karyiopsis).
Jika buah padi telah masak, kedua belahan daun mahkota bunga itulah
yang menjadi pembungkus berasnya (sekam). Diatas karyiopsis terdapat dua
kepala putik yang dipikul oleh masing-masing tangkainya. Lodicula yang
berjumlah dua buah, sebenarnya merupakan daun mahkota yang telah
berubah bentuk. Pada waktu padi hendak berbunga, lodicula menjad
imengembang karena menghisap cairan dari bakal buah. Pengembangan ini
mendorong lemma dan palea terpisah dan terbuka. Hal ini memungkinkan
benang sari yang memanjang keluar dari bagian atas atau dari samping bunga
yang terbuka tadi. Terbukanya bunga diikuti dengan pecahnya kandung
serbuk, yang kemudian menumpahkan tepung sarinya. Sesudah tepung
sarinya ditumpahkan dari kandung serbuk maka lemma dan palea menutup
kembali. Dengan berpindahnya tepung sari dari kepala putik maka selesailah
sudah proses penyerbukkan. Kemudian terjadilah pembulaian yang
menghasilkan lembaga dan endosperm. Endosperm adalahpenting sebagai
sumbercadangan makanan bagi tanaman yang baru tumbuh. (Purnomo, 2007)
2.3. Syarat Tumbuh
Lokasi budidaya dan syarat tumbuh tanaman perlu diketahui untuk
menentukan varietas maupun pengendalian hama dan penyakit. Tanaman padi
sawah memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000
mm/tahun, ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl dengan suhu optimal

sekitar 23°C. Budidaya padi sawah dapat dilakukan di segala musim.
Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan. Air sangat dibutuhkan oleh
tanaman padi. Saat musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan
produksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah
mengandung pasir, debu, maupun lempung. (Prasetyo, 2002)
2.4. Fase Pertumbuhan Tanaman
Fase Vegetatif

Fase vegetatif adalah awal pertumbuhan tanaman, mulai dari
perkecambahan benih sampai primordia bunga (pembentukan malai).
a. Tahap Perkecambahan benih (germination)
Pada fase ini benih akan menyerap air dari lingkungan (karena
perbedaan kadar air antara benih dan lingkungan), masa dormansi akan
pecah ditandai dengan kemunculan radicula dan plumule. Faktor yang
mempengaruhi perkecambahan benih adalah kelembaban, cahaya dan
suhu. Petani biasanya melakukan perendaman benih selama 24 jam
kemudian diperam 24 jam lagi. Tahan perkecambahan benih berakhir
sampai daun pertama muncul dan ini berlangsung 3-5 hari.
b. Tahap Pertunasan (seedling stage)

Tahap pertunasan mulai begitu benih berkecambah hingga
menjelang anakan pertama muncul. Umumnya petani melewatkan
tahap pertumbuhan ini di persemaian. Pada awal di persemaian, mulai
muncul akar seminal hingga kemunculan akar sekunder (adventitious)
membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat
menggantikan radikula dan akar seminal sementara. Di sisi lain tunas
terus tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang pada
kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan
sampai terbentuknya 5 daun sempurna yang menandai akhir fase ini.
Dengan demikian pada umur 15 – 20 hari setelah sebar, bibit telah
mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang berkembang dengan
cepat. Pada kondisi ini, bibit siap dipindahtanamkan.
c. Tahap Pembentukan anakan (tillering stage)
Setelah kemunculan daun kelima, tanaman mulai membentuk
anakan bersamaan dengan berkembangnya tunas baru. Anakan muncul
dari tunas aksial (axillary) pada buku batang dan menggantikan tempat
daun serta tumbuh dan berkembang. Bibit ini menunjukkan posisi dari
dua anakan pertama yang mengapit batang utama dan daunnya. Setelah
tumbuh (emerging), anakan pertama memunculkan anakan sekunder,
demikian seterusnya hingga anakan maksimal.
Pada fase ini, ada dua tahapan penting yaitu pembentukan
anakan aktif kemudian disusul dengan perpanjangan batang (stem
elongation). Kedua tahapan ini bisa tumpang tindih, tanaman yang
sudah tidak membentuk anakan akan mengalami perpanjangan batang,
buku kelima dari batang di bawah kedudukan malai, memanjang hanya
2-4 cm sebelum pembentukan malai. Sementara tanaman muda (tepi)
terkadang

masih

membentuk

anakan

baru,

sehingga

terlihat

perkembangan kanopi sangat cepat. Secara umum, fase pembentukan
anakan berlangsung selama kurang lebih 30 hari.
Pada tanaman yang menggunakan sistem tabela (tanam benih
langsung) periode fase ini mungkin tidak sampai 30 hari karena bibit
tidak mengalami stagnasi seperti halnya tanaman sistem tapin yang

beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya sesaat setelah pindah
tanam.

Penggunaan pupuk nitrogen (urea) berlebihan atau waktu
aplikasi pemupukan susulan yang terlambat memicu pembentukan
anakan lebih lama (lewat 30 hst), namun biasanya anakan yang
terbentuk tidak produktif. (Hameed, 2011)
Fase Generatif

Fase Reproduktif
a. Tahap Inisiasi Bunga / Primordia (Panicle Initiation)

Perkembangan tanaman pada tahapan ini diawali dengan
inisiasi bunga (panicle initiation). Bakal malai terlihat berupa kerucut
berbulu putih (white feathery cone) panjang 1,0-1,5 mm. Pertama kali
muncul pada ruas buku utama (main culm) kemudian pada anakan
dengan pola tidak teratur. Ini akan berkembang hingga bentuk malai
terllihat jelas sehingga bulir (spikelets) terlihat dan dapat dibedakan.
Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas
di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun
menggembung (bulge). Penggembungan daun bendera ini disebut
bunting sebagi tahap kedua dari fase ini (booting stage).
b. Tahap Bunting (booting stage)
Bunting terlihat pertama kali pada ruas batang utama. Pada
tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua dan mati) dan anakan
non-produktif terlihat pada bagian dasar tanaman.

c. Tahap Keluar Malai (heading stage)
Tahap selanjutnya dari fase ini adalah tahap keluar malai. Heading
ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera.
Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun.
Akhir fase ini adalah tahap pembungaan yang dimulai ketika serbuk
sari menonjol keluar dari bulir dan terjadi proses pembuahan.
d. Tahap Pembungaan (flowering stage)
Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul
keluar dari kelopak bunga (flower glumes) karena pemanjangan
stamen dan serbuksari tumpah (shed). Kelopak bunga kemudian
menutup. Serbuk sari atau tepung sari (pollen) jatuh ke putik, sehingga
terjadi pembuahan. Struktur pistil berbulu dimana tube tepung sari dari
serbuk sari yang muncul (bulat, struktur gelap dalam ilustrasi ini) akan
mengembang ke ovary.
Proses pembungaan berlanjut sampai hampir semua spikelet
pada malai mekar. Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Pada
umumnya, floret (kelopak bunga) membuka pada pagi hari. Semua
spikelet pada malai membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3-5
daun masih aktif.
Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan pada saat
dimulainya pembungaan dan dikelompokkan ke dalam anakan
produktif dan nonproduktif.
Fase reproduktif yang diawali dari inisiasi bunga sampai
pembungaan (setelah putik dibuahi oleh serbuk sari) berlangsung
sekitar 35 hari. Pemberian zat pengatur tumbuh atau penambahan
hormon tanaman (pythohormon) berupa gibberlin (GA3) dan
pemeliharaan tanaman dari serangan penyakit sangat diperlukan pada
fase ini. Perbedaan lama periode fase reproduktif antara padi varietas
genjah

maupun

yang

berumur

panjan

tidak

berbeda

nyata.

Ketersediaan air pada fase ini sangat diperlukan, terutama pada tahap
terakhir diharapkan bisa tergenang 5 – 7 cm. (Hameed, 2011)

Fase Pemasakan / Pematangan
a. Tahap matang susu ( Milk Grain Stage )
Tiga tahap akhir pertumbuhan tanaman padi merupakan fase
pemasakan. Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan bahan serupa
susu. Gabah mulai terisi dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan
dengan menekan/menjepit gabah di antara dua jari. Malai hijau dan
mulai merunduk. Pelayuan (senescense) pada dasar anakan berlanjut.
Daun bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau. Tahap ini paling
disukai oleh walang sangit. Pada saat pengisian, ketersediaan air juga
sangat diperlukan. Seperti halnya pada fase sebelumnya, pada fase ini
diharapkan kondisi pertanaman tergenang 5 – 7 cm.
b. Tahap gabah ½ matang (dough grain stage)
Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah
menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai
mulai menguning. Pelayuan (senescense) dari anakan dan daun di
bagian dasar tanaman nampak semakin jelas. Pertanaman terlihat
menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir
pada setiap anakan mulai mengering.
c. Tahap gabah matang penuh (Mature Grain Stage)
Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna
kuning. Tanaman padi pada tahap matang 90 – 100 % dari gabah isi
berubah menjadi kuning dan keras. Daun bagian atas mengering
dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada yang tetap hijau).
Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman.
Berbeda dengan tahap awal pemasakan, pada tahap ini air tidak
diperlukan lagi, tanah dibiarkan pada kondisi kering.
Periode pematangan, dari tahap masak susu hingga gabah
matang penuh atau masak fisiologis berlangsung selama sekitar 35
hari. (Hameed, 2011)
2.5. Teknik Budidaya
Tanam jajar legowo merupakan salah satu komponen PTT padi yang
dapat meningkatkan produksi serta memberikan kemudahan dalam aplikasi

pupuk dan pengendalian organisme penggangu tanaman. Jajar legowo
merupakan cara tanam dengan beberapa barisan tanaman kemudian diselingi
oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak
tanaman pada baris tengah.
Ada beberapa tipe cara tanam jajar legowo yang umum dilakukan yaitu ;
tipe legowo 2:1; 3:1; 4:1; 5:1; 6:1 dan tipe lainnya. Berdasarkan hasil jajar
legowo terbaik dalam memberikan hasil gabah tinggi adalah tipe 2:1, dapat
meningkatkan produksi padi sebesar 12-22%. Disamping itu sistem Legowo
yang memberikan ruang yang luas (lorong) sangat cocok dikombinasikan
dengan pemeliharaan ikan (mina padi Legowo).
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada
setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman barisan
pinggir. Umumnya tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi daripada
tanaman di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan
pertumbuhan yang lebih baik karena kurangnya persaingan tanaman antar
barisan. (Huda, 2012)
Teknik Penerapan
a. Pembuatan baris tanam
Lahan sawah dalam keadaan macak-macak, melumpur dan rata.
Lakukan pembentukan garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara
menarik caplak (alat garis tanam), dibantu dengan tali yang dibentang dari
ujung ke ujung lahan. Arah baris tanam sebaiknya sesuai dengan arah
aliran air dan matahari terbit. Jika tanam tegel (20 x 20 cm) populasinya
250.000 rumpun per ha maka dengan jajar Legowo 2:1 (40 x 20 x 10 cm)
populasi tanam meningkat jadi 333.000 rumpun.
b. Tanam
Bibit padi umur kurang dari 21 hari sebanyak 1-2 bibit ditanam pada
pola yang terbentuk, dengan cara maju atau mundur sesuai kebiasaan regu
tanam.

1. Jajar legowo 2:1
Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua
baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak
dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam
barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan
demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm
(antar barisan) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong).
Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman
dikondisikan seolah-olah menjadi tanaman pinggir. Penerapan sistem
jajar legowo (2 : 1) dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah
kualitas benih dimana sistem jajar legowo seperti ini sering dijumpai
pada pertanaman untuk tujuan penangkaran atau produksi benih.
Untuk lebih jelasnya tentang cara tanam jajar legowo (2 : 1) dapat
dilihat melalui gambar di bawah ini.

2.

Jajar legowo 3 : 1
Jajar legowo (3 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap tiga

baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki
jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Modifikasi tanaman
pinggir dilakukan pada baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang
diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman

pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan
dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan
ke-3) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (3 : 1)
adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm
(barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya
dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.

3.

Jajar legowo 4:1
Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap

empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki
jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo
seperti ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan
termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang diharapkan dapat
diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip
penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara
menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan
jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 : 1)
adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm
(barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat
dilihat melalui gambar di bawah ini.

(Nurlaili, 2011)
Teknik Pemeliharaan Tanaman
a. Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada alur yang berjarak 20 cm dan posisi
yang memupuk pada tempat yang berjarak 40 cm. Dengan cara ini hanya
40 % dari lahan yang diberi pupuk dan pupuk terkosentrasi pada alur 20
cm. jarak

pupuk lebih dekat dengan perakaran sehingga hara yang

diberikan dapat dimanfaatkan tanaman secara maksimal. (Marlina, 2012)
b. Penyiangan
Penyiangan sebaiknya dilakukan dengan landak/ gasrok cukup satu
arah yaitu searah dalam barisan dan tidak perlu dipotong seperti pada cara
tanam bujur sangkar (2 arah). Jarak tanam dalam barisan 10 cm tidak perlu
dilakukan penyiangan karena gulma akan kalah berkompetisi dengan
pertumbuhaan tanaman padi. Dengan cara tanam ini, biaya penyiangan
dapat di tekan sampai 50 %.
c. Pengendalian Hama dan Penyakit
Adanya lorong-lorong yang berjarak 40 cm sinar matahari dan
sirkulasi udara dapat berjalan optimal dan kelembaban dapat ditekan
sehingga perkembangan hama/penyakit dapat diminimalisir. Disamping

itu, kegiatan pemamtauan dan pelaksanaan pengendalian penyakit dapat
lebih mudah dilaksanakan.
d. Panen
Panen dilakukan apabila padi telah masak sempurna/kuning tua
dan merata. Panen dapat menggunakan sabit, mower atau alat panen
lainnya. (Huda, 2012)
2.6. Pengaruh Sistem atau Metode Tanam pada Produksi Tanaman
Pada

praktikum

Teknologi

Produksi

Tanaman

komoditas

padi

menggunakan perlakuan system atau metode tanam yang berbeda. Terdapat
dua lahan yang ditanami dua system yang berbeda, yaitu konvensional (jajar
legowo) dan SRI (System of Rice Intensification). Pada luasan lahan tersebut,
petakan satu ditanami padi dengan metode SRI dan petakan lain ditanami padi
dengan system jajar legowo 2 : 1.
Pada umumnya, varietas padi pada kondisi jarak tanam sempit akan
mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan malai
yang lebih sedikit, panjang malai yang lebih pendek, dan tentunya jumlah
gabah per malai berkurang dibandingkan pada kondisi jarak tanam lebar
(potensial). Pada jarak tanam lebar (50×50) cm, varietas padi dapat
menghasilkan lebih dari 50 anakan/rumpun, dengan vigor vegetatif yang
sangat baik terutama apabila tanah cukup air dan hara. Sebaliknya, pada
kondisi

jarak

tanam

rapat

(20×20)

cm

hanya

menghasilkan