Tinjauan Sosiologis Tinjauan Psikologis Pelaj

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada
keunggulan sumber daya manusia, yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab
tantangan-tantangan yang sangat cepat. Kenyataan ini sudah lebih dari cukup untuk
mendorong pakar dan praktisi pendidikan melakukan kajian sistematik untuk membenahi
atau memperbaiki sistem pendidikan nasional. Agar lulusan sekolah mampu beradaptasi
secara dinamis dengan perubahan dan tantangan itu, pemerintah melontarkan berbagai
kebijakan tentang pendidikan yang memberikan ruang yang luas bagi sekolah dan
masyarakatnya untuk menentukan program dan rencana pengembangan sendiri sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing.
Pendidikan juga sangat berpengaruh dalam pembangunan, baik itu dalam
pembangunan sumber daya manusia, ekonomi, sosial, dan bahkan masih lebih banyak
lagi peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat, bangsa, dan Negara.
Pendidikan pada hakikatnya berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, secara
hakiki, pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya
pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya
diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena pendidikan
merupakan hak setiap warga negara, di dalamnya terkandung makna bahwa pemberian
layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggung

jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga.
Sejarah pendidikan di Indonesia telah berlangsung sejak lama. I Tsing, pendeta
Budha yang singgah di kerajaan Sriwijaya pada 687 masehi, menjelaskan bahwa
Palembang di masa tersebut merupakan pusat agama Budha dimana pemikir dari
berbagai negara berkumpul disana. Hanya saja, pendidikan saat itu belum diatur dan
berfokus pada ajaran Budha.
Upaya meningkatkan mutu dan partisipasi pendidikan terus berlanjut hingga kini.
Mempelajari sejarah perkembangan pendidikan mestinya membuat kita dapat memahami
apa saja yang telah dicapai lewat pendidikan dan mengevaluasi perbaikan yang
dibutuhkan untuk menciptakan mutu dan partisipasi pendidikan yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa hubungan antara:
a. Pendidikan dan masyarakat;
b. Pendidikan dan pembangunan masyarakat;
c. Penddikan dan kesadaran kebangsaan;
d. Pendidikan dan kelestarian Pancasil, dan
e. Pendidikan dan kesejahteraan masyarakat?
2. Hal apa saja yang termasuk kedalam hukum dasar perkembangan kejiwaan

manusia?
1

3. Bagaimanakah proses pendidikan autovikasi?
4. Jelaskan sejarah pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut:
1. Memahami hubungan tinjauan sosiologis antara:
a. Pendidikan dan masyarakat;
b. Pendidikan dan pembangunan masyarakat;
c. Penddikan dan kesadaran kebangsaan;
d. Pendidikan dan kelestarian Pancasil, dan
e. Pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.
2. Memahami hal apa saja yang termasuk kedalam hukum dasar perkembangan
kejiwaan manusia.
3. Memahami proses pendidikan autovikasi.
4. Memahami sejarah pendidikan di Indonesia.

2


BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN
1. Pendidikan dan Masyarakat
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orangtua, dan
masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak akan berhasil dengan
maksimal. Sekarang hampir semua sekolah telah mempunyai komite sekolah yang
merupakan wakil masyarakat dalam membantu sekolah, sebab masyarakat dari
berbagai lapisan sosial ekonomi sudah sadar betapa pentingnya dukungan mereka
untuk keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Masyarakat sangat berperan penting dalam pengembangan pendidikan seorang
anak. Oleh karena itu hendaknya masyarakat ikut berpartisipasi dalam pendidikan
anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Antara lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat memiliki keterikatan yang sangat kuat. Karena masyarakat
merupakan pembantu pada proses pematanagn individu sebagai anggota kelompok
dalam suatu masyarakat.
Sebetulnya banyak sekali jenis-jenis dukungan masyarakat pada sekolah. Namun
sampai sekarang dukungan tersebut lebih banyak pada bidang fisik dan materi, seperti
membantu pembangunan gedung, merehab sekolah, memperbaiki genting, dan lain
sebagainya. Masyarakat juga dapat membantu dalam bidang teknis edukatif antara

lain menjadi guru bantu, sumber informasi lain, guru pengganti, mengajar kebudayaan
setempat, ketrampilan tertentu, atau sebagai pengajar tradisi tertentu. Namun
demikian, hal tersebut belumlah terwujud karena berbagai alasan.
Salah satu dari sekian banyak tujuan pendidikan yang disebutkan oleh para ahli
pendidikan, adalah :
Bahwa pendidik itu bertujuan membimbing anak agar kelak hidupnya dapat serasi
dengan masyarakat. Jadi, yang penting disini adalah membekali kemampuan kepada
anak didik agar anak itu kelak dapat mudah menyesuaikan dirinya dengan masyarakat
lingkungannya. Hal ini perlu disadari, bahwa hidup di dalam masyarakat itu tidak
mudah, adapun yang menjadi penyebabnya adalah:
1. Bahwa didalam masyarakat terdapat tata kehidupan yang beraneka ragam.
2. Bahwa kepentingan antara individu yang satu tidak sama dengan kepentingan
individu yang lain.
3. Bahwa masyarakat itu sendiri selalu mengalami perkembanganperkembangan.

Di dalam masyarakat memang terdapat banyak tata kehidupan yang satudengan
lain berbeda, sebab norma-norma yang terdapat di dalam masyarakat yang satu
3

dengan yang lain berbeda. Adapun norma-norma tersebut adalah norma moral, ada

norma yuridis, ada norma tradisional.
Dengan adanya norma-norma tersebut anak harus disiapkan agar dapat menerima
dengan sukarela ikatan-ikatan, dari berbagai norma-norma itu dan apabila anak
sanggup melaksanakan norma-norma yang hidup didalam masyarakat itu,ia akan
dapat hidup serasi dengan masyarakatnya.
Pendidikanlah yang mempersiapkan anak untuk dapat hidup secara damai dengan
orang lain di sekitarnya. Pendidikanlah yang mempunyai tugas untuk mempersiapkan
anak, agar kelak dapat hidup dengan mempertahankan kepentingan orang lain,
sehingga tidak megganggu kepentingan orang lain, hidup secara egoistis dan hidup
secara egosentris. Tidak demikianlah semangat hidup di dalam masyarakat, bahkan
seharusnya adalah sebaliknya yaitu sedapat mungkin, akulah yang harus dapat
melayani kebutuhan orang lain.
Bergaul di dalam masyarakat memang sulit, karena itu anak harus sudah dilatih
untuk bergaul semenjak anak masih kecil karena berhadapan dengan orang lain, maka
anak harus dilatih untuk menghargai orang lain, yang dihadapinya itu. Betapapun
rendah derajatnya, atau pangkat orang yang dihadapi dalam pergaulan itu. Di dalam
hal ini, latihan atau pendidikan tentang pengendalian diri tentang memberi reaksi
secara sosioemosional tentang bagaimana caranya selalu menyenangkan orang yang
bergaul dengannya.
Masyarakat itu betapapun statisnya, cepat atau lambat pasti mengalami

perubahan. Katakanlah, bahwa masyarakat itu selalu maju setapak demi setapak.
Didalam menghadapi kemajuan atau perubahan-perubahan ini, anak harus disiapkan
untuk dapat mengikutinya dengan baik, sebab apabila tidak frustasilah yang akan
selalu dialami oleh anak itu ini juga merupakan kewajiban pendidikan.
Tuntutan pengembangan sumber daya manusia dari waktu kewaktu semakin
meningkat. Oleh karena itu layanan pendidikan harus mampu mengikuti
perkembangan tersebut. Selain kleuarga dan sekolah, masyarakat memiliki perran
tersendiri terhadap pendidikan. Peran dominan orang tua pada saat anak-anak dalam
masa pertumbuhan hingga menjadi orang tua. Dan pada masa tersebut orang tua harus
mampu memenuhi kebutuhan pook seorang anak. Sedangkan peran pada
pendewasaan dan pematangan individu merupakan peran dari kelompok masayarakat.
Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta
akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi olehh tiga faktor
pendukungnya, yaitu :
1. Adanya kemauan
2. Adanya kemampuan
3. Adanya kesempatan
Kemauan dan kemampuan berpartisipasi berasal dari masyarakat itu sendiri,
sedangkan kesempatan berasal dari pihak luar. Peran serta masyarakat dalam dunia
pendidikan sangat penting. Keharusan masyarakat terlibat dalampendidikan sudah

4

menjadi peraturan UU No.2 tahun 1989 yaitu sumberdaya pendidikan adalah
dukungan dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang terwujud sebagai tenaga, dna,
sarana da prsarana yang tersedia yang digunakan dan didayagunakan olehh keluarrga,
sekolah dan masyarakat, peserta didik dan pemerintah secara bersama-sama.
Ada tidaknya kemauan keluarga/warga masyarakat dalam pengembangan
pendidikan tekait dengan paradigma pembangunan di Indonesia. Agar kemampuan
berpartisipasi dimiliki oleh masyarakat maka perlu peningkatan sumber daya manusia
dengan cara memperluaskan tiga jenis pendidikan di masyarakat baik formal,
nonformal, maupun informal.
Kaitan masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi yaitu :
1. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan baik dilembagakan
maupun tidak dilembagakan.
2. Lembaga-lembaga masyarakat atau kelompok sosial masyarakat baik
langsunng maupun tidak langsung mempunyuai peranandan fungsi
edukatif.
3. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang
maupun tidak dirancang dan dimanfaatkan.
2. Pendidikan dan Pembangunan Masyarakat

Cepat atau lambat masyarakat pasti akan berubah, bukan kearah kemunduran atau
keterbelakangan tetapi kearah kemajuan. Gerak kemajuan ini sebagian berlangsung
secara sadar dan sebagian lagi berlangsung secara tidak sadar. Gerak maju yang
secara sadar adalah gerak kemajuan masyarakat karena pembangunan.
Jadi, pembangunan pada hakekatnya adalah suatu usaha untuk bergerak majunya
masyarakat. Namun siapa yang menjadi agen dalam pembangunan itu yang masih
menjadi pertanyaan. Yaitu tidak lain adalah orang-orang yang hidup di dalam
masyarakat itu sendiri. Jika anggota suatu masyarakat itu sendiri tidak mau menjadi
agen dari pembangunan masyarakat, masyarakat pasti akan statis, tidak mau
mengalami perkambangan. Jika ada kemajuan pasti juga berjalam dengan lambat.
Anggota masyarakat itu bisa digolongkan menjadi 2 bagian masyarkat berdasar
ciri-cirinya terhadap pembangunan yaitu masyarakat yang statis dan dinamis.
a. Masyarakat yang bersifat statis yaitu orang yang selalu ingin mempertahankan
yang lama saja. Orang semacam ini tidak mau melakukan adanya perubahan
yang terjadi di dalam masyarakatnya. Jika ada sesuatu yang baru maka dengan
segera orang tersebut menolaknya dengan seribu alasan. Contoh dari orang ini
terletak pada suku Samin dan Badui.
b. Masyarakat yang bersifat dinamis yaitu orang yang selalu ingin mengalami
perubahan ke arah kemajuan, yang menghendaki adanya hal-hal baru dan yang
maju. Mereka yang demikian adalah mereka yang berfikir kreatif dinamis.

Mereka yang ingin adanya pembaharuan di dalam masyarakat. Mereka ingin
memajukan cara hidup, ingin kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan.
5

Mereka inilah yang menjadi agen pembangunan dalam masyarakat, yang
menjadi pendorong dan penghela masyarakatnya untuk mengalami kemajuan.
Adalah tugas pendidikan untuk mencetak individu anggota masyarakt golongan
itu. Jadi, pendidikan harus mempersiapkan anak didik untuk kelak dapat menjadi agen
pembangunan bagi masyarakat bangsanya. Kelak anak-anak harus dapat
melaksanakan pembaharuan masyarakat bangsanya tanpa menimbulkan kerawanan.
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan
kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara
keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan amatlah
strategis.
Menurut John C. Bock, dalam Education and Development, A Conflict Meaning
(1992), mengidentifikasi peran pendidikan tersebut sebagai: memasyarakatkan
ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa, mempersiapkan tenaga kerja untuk
memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan social, dan untuk
meratakan kesempatan dan pendapatan. Peran yang pertama merupakan fungsi politik

pendidikan dan dua peran yang lain merupakan fungsi ekonomi.
Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional muncul dua
paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan
kebijakan pendidikan. Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi. Paradigma
fungsional melihat bahwa keterbelakangan dan kemiskinan dikarenakan masyarakat
tidak mempunyai cukup penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan
sikap modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal
sistem persekolahan merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan,
melatih kemampuan dan keahlian, dan menanamkan sikap modern para individu yang
diperlukan dalam proses pembangunan.
Bukti-bukti menunjukkan adanya kaitan yang erat antara pendidikan formal
seseorang dan partisipasinya dalam pembangunan. Perkembangan lebih lanjut
muncul, tesis Human lnvestmen, yang menyatakan bahwa investasi dalam diri
manusia lebih menguntungkan, memiliki economic rate of return yang lebih tinggi
dibandingkan dengan investasi dalam bidang fisik.
Melihat perkembangan pendidikan sekarang ini, ada kendala utama adalah kurang
seriusnya pemerintah. Contoh kecilnya saja bisa kita lihat betapa besarnya perbedaan
baik, sarana prasarana sekolah di perkotaan dan pedesaan. Bagaimana kita bisa
mencapai pemertaan pendidikan yang sama, jika masalah seperti ini masih terabaikan,
dan kita mengetahui bersama dampaknya sangat besar. Pendidikan haruslah menjadi

sorotan penting bagi kita semua karena kemajuan dalam segala hal di lihat dari latar
belakang pendidikan.
Peranan Pendidikan Dalam Bidang Pembangunan Ekonomi.
Pendidikan memberi kontribusi secara signifikan terhadap pembangunan
ekonomi telah menjadi kebenaran yang bersifat aksiomatik. Berbagai kajian akademis
6

dan penelitian empiris telah membuktikan keabsahannya. Pendidikan bukan hanya
melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta menguasai teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis
yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Karena itu, investasi di bidang
pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis
dan masyarakat umum.
Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan
dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan
pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun
pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas,
penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik
bagi pemerintah.
Ada tiga paradigma yang menegaskan bahwa pembangunan merujuk knowledge
based economy tampak kian dominan:
1. Kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian
kuat dan solid.
3. Pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang
mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang.

Peranan Pendidikan Dalam Membangun SDM
Pendidikan pada hakikatnya berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, secara
hakiki, pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
upaya pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada
dasarnya diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena
pendidikan merupakan hak setiap warga negara, di dalamnya terkandung makna
bahwa pemberian layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga negara
adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Karena
itu, manajemen sistem pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan
secara terpadu, serta diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya
bagi warga masyarakat, dengan mengutamakan mutu, efektivitas dan efisiensi.
Upaya pembangunan pendidikan yang dilakukan memiliki landasan komitmen
internasional, sebagai visi bersama berbagai negara di dunia, melalui kesepakatan
yang dikenal dengan kesepakatan Dakkar-Senegal tahun 2000.
Kesepakatan Dakkar yang diimplementasikan dalam kesepahaman Education for
All (EFA) meliputi enam komponen penting, yaitu:
1. pendidikan anak usia dini (PAUD);
2. pendidikan dasar;
7

3. pendidikan keaksaraan;
4. pendidikan kecakapan hidup (life skill);
5. kesetaraan dan keadilan gender, dan
6. peningkatan mutu pendidikan.
Pendidikan Dan Pengaruhnya Dalam Pembangunan Sosial.
1. Pembangunan Berwawasan Kependudukan.
2. Secara sederhana pembangunan berwawasan kependudukan mengandung dua
makna sekaligus, yaitu:
a. Pembangunan berwawasan kependudukan
Pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang
ada, penduduk harus dijadikan titik sentral dalam proses pembangunan.
Penduduk harus dijadikan subjek dan objek dalam pembangunan. Pembangunan
adalah oleh penduduk dan untuk penduduk.
b. Pembangunan berwawasan kependudukan
Pembangunan sumberdaya manusia, pembangunan lebih menekankan pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia dibandingkan dengan pembangunan
infrastruktur semata-mata.

3. Pendidikan dan Kasadaran Kebangsaan Indonesia
Pendidikan merupakan pondasi utama untuk membangun peradaban pada sebuah
bangsa. Kesadaran akan arti penting pendidikan akan menentukan kualitas
kesejahteraan lahir batin dan masa depan warganya. Oleh karena itu materi pengajaran
dan manajemen pendidikan sudah seharusnya menjadi perhatian bagi para
penyelenggara negara. Terbukti bahwa semua bangsa yang berhasil mencapai tingkat
kemajuan kebudayaan dan teknologi tinggi mesti disangga oleh akan
Bangsa Indonesia yang hendak menggapai masa depan gemilang tidak bisa tidak
harus menekankan pembangunan mental dan spiritual. Dengan lain perkataan bahwa
pembentukan manusia seutuhnya meliputi pembinaan di segala bidang. Tujuan luhur
ini akan berhasil manakala disertai dengan sistem pendidikan yang berbasis nilai
filosofis kebangsaan. Jati diri dan kepribadian bangsa perlu dibentuk dengan
pendidikan yang berbasis multi kultural. Hal ini karena di Indonesia terdapat beragam
suku, agama, kepercayaan dan adat istiadatnya. Komunitas inklusif di negeri ini
memang sewajarnya bisa berkembang sesuai dengan semangat toleransi terhadap
bentuk keberagaman. Dengan berpijak pada fakta historis, sosiologis, antropologis
dan teologis yang ada di negara kita, maka semua lembaga pendidikan diharapkan
tetap bereferensi pada nilai multikulturalisme. Kita tetap optimis bahwa dengan
pendidikan berbasis kebangsaan tersebut akan dapat memperkokoh eksistensi kita di
era kesejagatan.

8

Pendidikan Indonesia harus mengorbankan semangat kebangsaan, menanamkan
kesadaran kepada anak didiknya. Sebab apabila kesasaran kebangsaan ini tidak
ditumbuhkan, dipupuk dan dikembangkan pada anak didik atau generasi muda
Indonesia, maka akan terulanglah nasional yang amat memilukan, yaitu terpecahnya
bangsa Indonesia menjadi di bagian yang kecil-kecil lagi yang berarti Negara
Republik Indonesia hancur.
Negara Indonesia adalah Negara yang terdiri atas daratan dan lautan. Daratan
yang menjadi daerah Negara Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau. Adalh dapat
dimengerti bahwa bangsa Indonesia terdiri atas beragam suku bangsa.meskipun
demikian, bangsa yang terdiri atas banyak suku bangsa itu bersatu dalam sebuah
keluarga besar, bangsa Indonesia. Tak lain ini karena jiwa persatuan, jiwa kesatuan
dan kebangsaan yang dalam kesadaran berbangsa yang dimiliki oleh kita bangsa
Indonesia.
Jika diteliti di dalam sejarah Indonesia, dapat terlihat bahwa kesadaran bangsa
Indonesia itu mengalami pasang surut juga. Apabila kesadaran kebangsaan itu dalam
keadaan pasang, maka teguhlah persatuan Indonesia. Dan apabila kesadaran
kebangsaan itu surut, maka kesatuan bangsa terancam. Hal ini jelas dapat terlihat
dalam sejarah bangsa Indonesia dalam masa-masa sebelum kedatangan bangsa barat.
Zaman Sriwijaya, Zaman Majapahit dimana zaman kesadaran kebangsaan Indonesia
mengalami pasang. Tetapi di luar zaman itu, pada saat kesadaran kebangsaan surut,
muncullah kesadaran kesukuan, sehingga terpecah belah bangsa Indonesia.
Pendidikan di Indonesia harus mengkorbankan semangat kebnagsaan,
menanamkan kesadaran kepada peserta didik. Sebab apabila kesadaran kebangsaan itu
tidak ditumbuhkan, dipupuk dan dikembangkan pada anak didik atau generasi muda
Indonesia, maka akan terulang lagi tragedy nasional yang amat memilukan yaitu
terpecahnya bangsa Indonesia menjadi bagian yang kecil-kecil lagi yang berarti
Negara republic hancur.
Dengan melalui pelajaran, dengan melalui seni suara dan melalui sarana-sarana
lain, jiwa kesadaran kebangsaan harus ditanamkan dan dikembangkan pada anak didik
kita. Ini bukan monopoli pendidikan di dalam sekolah saja, melainkan juga harus
dilaksanakan dalam tri pusat pendidikan yaitu yang meliputi:
a. Pendidikan Informal yaitu pendidikan yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
Hal yang paling utama dikembangkan dalam pendidikan Informal yaitu masalah
afktif atau perasaan anak.
b. Pendidikan Formal yaitu pendidikan yang terjadi dalam suatu institusi sekolah
baik dalam jenjang dasar yang terdiri atas Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
Menengah Pertama, jenjang menengah yang terdiri atas Sekolah Menengah Atas
serta jenjang tinggi yang terdiri atas perguruan tinggi. Hal yang paling utama
dikembangkan dalam pendidikan formal adalah kognitif anak atau kecerdasan.
c. Pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang terjadi di luar pendidikan sekolah.
Pendidikan ini terjadi melalui kursus, les atau lembaga bimbingan belajar yang

9

lain. Hal yang paling utama dikembangkan dalam pendidikan nonformal adalah
psikomotorik anak yang pada akhirnya melahirkan keterampilan.

4. Pendidikan dan Kelestarian Pancasila
Pancasila adalah dasar Negara Indonesia. Dijadikannya Pancasila sebagai dasar
Negara Indonesia ini bukanlah semena-mena. Melainkan mempunyai alasan-alasan
yang mendalam. Terutama bahwa Pancasila merupakan pandangan hidup yang asli
dari bumi Indonesia yang diwariskan oleh nenek moyang. Demikianlah maka
Pancasila merupakan jiwa, pribadi dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh
karena Pancasila sebagai pandangan hidup, maka Pancasila harus ditanamkan kepada
generasi muda.
Sebagai jiwa dan pribadi, Pancasila harus dikembangkan pada diri anak didik,
generasi muda Indonesia. Pendek kata Pancasila harus dijaga kelestariannya. Dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara Pancasila harus terus menerus menjadi
pandangan hidup bangsa, jiwa dan pribadinya bangsa Indonesia. Pelestarian Pancasila
dapat dilakukan melalui 3 jalur yaitu melalui jalur pendidikan, jalur media massa,
jalur organisasi politik.
Pendidikan dalam keluarga memiliki peranan penting dalam pelestarian
Pancasila. Sebab, apabila tidak, maka Pancasila itu hanya tinggal kenang-kenangan
saja bagi generasi yang akan datang. Betul bahwa Pancasila adalah pribadi bangsa
Indonesia. Tetapi pribadi yang demikian tidak akan berkembang bila tidak mendapat
siraman air pendidikan. Betul bahwa Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia, jiwa
masyarakat Indonesia. Tetapi apabila tidak terpelihara, maka pasti akan terkena erosi,
dan jika tidak diusahakan pelestariannya lewat pendidikan, maka Pancasila akan
tenggelam dilupakan oleh bangsa Indonesia. Demikian juga dalam hal sekolah.
Media massa merupakan salah satu media informasi yang dapat mempengaruhi
pemikiran bangsa Indonesia tentang banyak hal yang sesuai dengan isis media massa
itu sendiri. Kita sebagai anggota bangsa Indonesia di dalam media massa kita dapat
membagikan paham-paham Pancasila dengan selalu menyelipkan artikel tentang
Nasionalisme dan Patriotisme. Supaya Pancasila dapat dikenal oleh bangsa Indonesia
yang memang pada awalnya belum mengerti apa itu Pancasila.
Organisasi politik disetiap Negara memiliki tugas-tugas penting dalam proses
politik kepemerintahan. Termasuk di Indonesia, organisasi politik adalah bahasan
diskusi yang tidak akan abis jika dibicarakan. Dimulai dari macam-macam organisasi
politik, tujuannya dan fungsi organisasi politik ituu sendiri. Tetapi, didalam
organisasi politik kita dapat menanamkan nilai Pancasila melalui praktek langsung
dari organisasi politik. Sebagai contoh, organisasi politik membuat partai, didalam
partai pasti ada sebuah diskusi untuk menentukan suatu keputusan. Didalam diskusi
tersebut kita sudah menanamkan sila Pancasila yang ke 4 tentang permusyawaratan,
dan lain sebagainya.

10

5. Pendidikan dan kesejahteraan Masyarakat
Dari pembukaan Undang-Undang dasar 1945 dapat diketahui bahwa Negara
Republik Indonesia ingin mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sejahtera
berdasar Pancasila.
1. Hierarki Tujuan Pendidikan Indonesia
Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kegiatan masyarakat.
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam setiap
kehidupan masyarakat, namum perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang
dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat menyebabkan adanya
perbedaan penyelenggaraan termasuk perbedaan sistem pendidikan tersebut.
Penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang hendak
dicapainya, rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita ke
pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan
masyarakat dan negara Indonesia.
Tujuan pendidikan adalah kualifikasi yang diharapkan dimiliki anak didik
setelah dia menerima atau menyelesaikan program pendidikan pada lembaga
pendidikan tertentu. Indonesia mengalami dua kali pergantian Undang-Undang
Pendidikan. Yang pertama adalah UU No.2 tahun 1954, dan yang kedua adalah
UU No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional.
Pasal yang terdapat di dalam tubuh Undang-Undang Dasar 1945 dapat
diketahui bahwa Negara Indonesia, yang mengatur tentang pendidikan adalah
pasal 30 bunyi pasal adalah sebagai berikut:
Ayat 1: setiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran
Ayat 2: pemerintah berusaha menyelenggarkan suatu sistem pendidikan
nasional yang diatur dengan undang-undang
2. Fungsi Tujuan Pendidikan.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan
mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
pendidikan. Tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara komponenkomponen pendidikan lainya.
Tujuan pendidikan bersifat normatif yaitu mengandung unsur-unsur norma
bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan
peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.
Sehubungan dengan fungsi tujuan yang demikian penting itu, maka menjadi
keharusan bagi pendidik untuk memahaminya. Kekurangpahaman pendidik
terhadap tujuan pendidikan dapat mengakibatkan kesalahan di dalam
melaksanakan pendidikan. Jika diperhatikan secara jelas bahwa rumusan tujuan
pendidikan terdiri atas dua bagian yaitu:
11

1. Tujuan individual yaitu untuk membentuk manusia susila yang cakap.
2. Tujuan kemasyarakatan yaitu untuk membentuk warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan dan tanah air.
Bagian pertama menyatakan bahwa tujuan pendidikan untuk membentuk
manusia atau individu susila yang cakap.
Itulah manusia yang cakap, memang berlainan dengan istilah manusia
yang cakap dan susila. Dengan istilah manusia yang cakap dan susila
dimaksudkan, behwa setiap manusia Indonesia harus mendapatkan pendidikan
dan pengajaran, sehingga manusia Indonesia menjadi manusia yang susila,
tetapi juga cakap. Jadi sifat susila dan cakap harus dimiliki setiap individu.
Manusia susila diutamakan karena:
a. Individu susila yang tidak dapat memajukan kesejahteraan dan
kemakmuran bangsanya.
b. Individu yang cakap tetapi tidak susila dapat membahayakan bagi bangsa
dan masyarakatnya. Sebab kecakapanyang dimiliki seseorang dapat
digunakan untuk menjalankan kejahatan terhadap masyarakat dan
bangsanya seperti memeras, menggelapkan uang, membantai, membohongi
masyarakat, dsb. Manusia yang tidak cakap namun susila itu lebih baik
daripada manusia yang cakap namun tidak susila. Ini karena manusia yang
susila tetapi tidak cakap tidak akan membahayakan bagi masyarakat
ataupun bangsanya serta tidak mengganggu kesejahteraan.
Pada bagian kedua rumusan tujuan pendidikan adalah membentuk warga
Negara yang demokratis.
Jadi yang dikehendaki rumusan itu adalah warga Negara yang berjiwa
demokratis dan sekaligus bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat
serta tanah air. Setiap warga Negara harus bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakatnya. Jadi, setiap warga Negara harus susila, cakap,
demokratis, bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah
air. Dengan demikian, pendidikan Indonesia berkaitan dengan kesejahteraan
masyarakat.
3. Pendidikan Manusia Seutuhnya
Disamping dasar (landasan) yuridis konstitusional (kenegaraan:GBHN),
pendidikan manusia seutuhnya ini sesuai pula dengan konsepsi atau teori
kajiwaan manusia menurut teori kepribadian dan Psikologi Gestalt. Teori ilmu
jiwa mengajarkan bahwa kepribadian manusia merupakan satu kebulatan
antara potensi potensi lahir batin bahkan juga jasmani dan penampilannya,
antara lain sebagai dikatakan oleh Garret: “In fact, their definition of
personality not only in-cludes an individual charateristic ways ofcon-ducting
himself in everyday situation but stresses as well such conditioing factors as
12

phyique, ap-pearance, intellegence, aptitudes, and characters traits. All thes
contribute, although in varying degree, to a persons total quality that is, to the
impression which he makes on the people. “
Kepribadian manusia ialah suatu perwujudan keseluruhan segi
manusiawinya yang unik, lahir batindan dalam antar hubungannya dengan
kehidupan sosial dan individualnya. Kepribadian, disamping satu perwujudan
setiap manusia (yang dalam proses berkembang terus-menerus), juga suatu
kualitas dan integritasyang diinginkan, yakni sebagai suatu derajat atau
martabat manusia. Pengertian demikian, tersirat dalam ungkapan ia
tidakmempunyai kepribadian. Padahal istilah dan konsepsi kepribadian,
hanyalah satu konsep kejiwaan yang belum diberikan persyaratan dan predikat
apapun. Dengan perkataan lain, istilah kepribadian dapat mengandung makna
(diberi predikat) baik, ideal ataupun buruk, jahat, dan sebagainya.
Membahas pendidikan manusia seutuhnya, sebenarnya dalah menganalisa
secara konsepsional (teoritis dan praktis) apa dan bagaimana perwujudan
manusia seutuhnya itu. Konsepsi tradisional, seutuhnya (kebulatan) dimaksud
ialah kebulaan atau integritas antara aspek jasmaniah dengan rohaniah; antara
akal dengan keterampilan. Atau lebih luas sedikit yakni konsepsi kebulatan
(keseimbangan) antara3 hs: head (akal), heart (hati nurani), dan hand
(keterampilan). Ada pula teori ilmu jiwa daya (= Faculty psycology dari
Hebart) yang mengatakan bahwa daya-daya jiwa seperti ingatan, pikiran,
perasaan, tanggapan dan sebagainya, salig berasosiasi.
Manusia seutuhya sebagai satu konsepsi modern perlu kita analisa
menurut pandangan (berdasarkan sistem nilai dan psikologi)sosio-budaya
Indonesia. Untuk inilah pemikiran secara konsepsional perlu dirintis.
Berdasarkan pikiran demikian dapat diuraikan konsepsi manusia seutuhnya itu
secara mendasar, yakni mencakup pengertian:
1. Kebutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang.
2. Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai
(yang menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya).

B. TINJAUAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN DI INDONESIA
Hukum-Hukum Dasar Perkembangan Kejiwaan Manusia
Sejak proses terjadinya konsepsi sampai mati, anak akan mengalami perubahan
karena bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan itu bersifat jasmaniah maupun
kejiwaannya. Jadi sepanjang kehidupan manusia terjadi proses pertumbuhan yang terus
menerus. Proses perubahan itu terjadi secara teratur dan terarah, yaitu ke arah kemajuan,
bukan kemunduran.
Tiap tahap kemajuan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya kemampuan dan
cara baru yang dimiliki. Pertumbuhan merupakan peralihan tingkah-laku atau fungsi
kejiwaan dari yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Perubahan –perubahan
13

yang selalu terjadi itu dimaksudkan agar orang di dalam kehidupannya dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Lingkungan manusia terdiri dari lingkungan
fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak yang non manusia,
sedangkan lingkungan sosial adalah semua orang yang ada dalam dunia kehidupan anak
yakni orang yang bergaul dengan anak, melakukan kegiatan bersama atau bekerjasama.
Tugas pendidikan yang terutama ialah memberikan bimbingan agar pertumbuhan anak
dapat berlangsung secara wajar dan optimal. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan
tentang hukum-hukum dasar perkembangan kejiwaan manusia agar tindakan pendidikan
yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna. Beberapa hukum dasar yang perlu
kita perhatikan dalam membimbing anak dalam proses pendidikan:
1. Tiap-tiap anak memiliki sifat kepribadian yang unik
Anak didik merupakan pribadi yang sedang bertumbuh dan berkembang. Apabila
kita amati secara saksama, mungkin kita menghadapi dua orang anak didik yang tidak
sama benar. Di samping memiliki kesamaan-kesamaan, tentu masing-masing
memiliki sifat yang khas, yang hanya dimiliki olah diri masing-masing. Dikatakan
bahwa tiap-tiap anak memilki sifat kepribadian yang unik; artinya anak memiliki
sifat-sifat khas yang dimiliki oleh dirinya sendiri dan tidak dimiliki oleh anak yang
lain. Keunikan sifat pribadi seseorang itu terbentuk karena peranan tiga faktor
penting, yakni:
a. Keturunan (heredity)
Sejak terjadinya konsepsi yakni proses pembuahan sel telur oleh sel jantan,
anak memperoleh warisan sifat-sifat pembawaan dari kedua orang tuanya yang
merupakan potensi-potensi tertentu. Potensi ini relatif sudah terbentuk (fixed)
yang sukar berubah baik melalui usaha kegiatan pendidikan maupun pemberian
pengalaman. Beberapa ahli ilmu pengetahuan terutama ahli biologi menekankan
pentingnya peranan faktor keturunan ini bagi pertumbuhan fisik, mental maupun
sifat kepribadian yang diinginkan.
Pandangan ini nampaknya memang cocok untuk dunia hewan. Namun
demikian dalam lingkungan kehidupan manusia biasanya potensi individu juga
merupakan masalah penting. Sedang para ahli ilmu jiwa yang menekankan
pentingnya lingkungan seseorang dalam pertumbuhannya cenderung mengecilkan
makna pengaruh pembawaan ini (native endowment). Mereka lebih menekankan
pentingnya penggunaan secara berdaya guna pengalaman sosial dan edukasioanal
agar seseorang dapat bertumbuh secara sehat dan mengadakan penyesuaian hidup
secara baik.
b. Lingkungan (environment)
Sebagaimana diterangkan di muka lingkungan kehidupan itu terdiri dari
lingkungan yang bersifat sosial dan lingkungan fisik. Sejak anak dilahirkan
bahkan ketika masih dalam kandungan ibu anak mendapat pengaruh dari
sekitarnya. Macam dan jumlah makanan yang diterimanya, keadaan panas
lingkungannya dan semua kondisi lingkungan baik yang bersifat membantu
14

pertumbuhan maupun yang menghambat pertumbuhan. Sama pentingnya dengan
kondisi lingkungan fisik yang sudah disebutkan itu terhadap pertumbuhan anak
adalah lingkungan sosial anak berupa sikap, prilaku orang-orang di sekitar anak.
Kebiasaan anak makan, berjalan, berpakaian itu bukan pembawaan, melaikan
hal yang diperoleh dan dipelajari anak dari lingkungan sosialnya. Bahasa yang
dipergunakan merupakan media penting untuk menyerap kebudayaan masyarakat
dimana anak tinggal. Tidak saja makna harfiah kata yang terdapat dalam bahasa
itu yang dipelajari melainkan juga asosiasi perasaan yang menyertai kata dalam
perbuatan.
c. Diri (self)
Faktor penting yang sering diabaikan dalam memahami prinsip pertumbuhan
anak ialah faktor self, yaitu kehidupan kejiwaan seseorang. Kehidupan kejiwaan
itu terdiri atas perasaan, usaha, pikiran, pandangan, penilaian, keyakinan, sikap
dan anggapan yang semuanya akan berpengaruh dalam membuat keputusan
tentang tindakan sehari-hari. Apabila dapat dipahami self seseorang, maka dapat
dipahami pula pola kehidupannya. Pengetahuan kita tentang pola hidup seseorang
akan dapat membantu kita untuk memahami apa yang menjadi tujuan orang itu
dibalik perbuatan yang dilakukan.
Seringkali kita menginterpretasikan pengaruh pembawaan dan lingkungan
secara mekanis tanpa memperhitungkan faktor yang lain yang tidak kurang
pentingnya bagi pertumbuhan anak yaitu self. Memang pengaruh pembawaan dan
lingkungan bagi pertumbuhan anak saling berkaitan dan saling melengkapi, tetapi
masalah pertumbuhan belum berakhir tanpa memperhitungkan peranan self;
yakni bagaimana seseorang menggunakan potensi yang dimiliki dan
lingkungannya.
Disinilah pemahaman tentang self atau pola hidup dapat membantu
memahami seseorang. Self mempunyai pengaruh yang besar untuk
meginterpretasikan kuatnya daya pembawaan dan kuatnya daya lingkungan.
Contoh ekstrim: ada anak cacat fisik beberapa fungsinya tetap berdaya guna,
sedang anka cacat lain menggunakan kecacatannya sebagai suatu “excuse untuk
ketidakmampuannya”. Ini tidak lain karena self. Self berinteraksi dengan
pembawaan dan lingkungan yang membentuk pribadi seseorang.
2. Proses Pendidikan Autoaktifitas
Manusia merupakan makhluk yang aktif. Keaktifannya itu diperlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di dalam
diri seseorang terdapat kekuatan yang menjadi daya penggerak keaktifan yang
disebut motivasi. Proses pendidikan merupakan salah satu aktifitas manusia.
a. Motivasi
Fungsi motivasi dalam proses pendidikan ialah membangkitkan dorongan untuk
melakukan aktivitas-aktivitas pendidikan. Apa yang mendorong melakukan sesuatu
perbuatan itu biasanya tidak ditentukan oleh motivasi tunggal. Pada diri seseorang
15

terdapat bermacam-macam motivasi yang mendasari perbuatan seseorang. Demikian
halnya dengan kegiatan pendidikan. Misalnya apa yang mendorong seseorang
menjalani pendidikan di perguruan tinggi itu macam-macam, misalnya :
1. Untuk memenuhi rasa ingin tahu;
2. Untuk memperoleh kedudukan yang lebih baik;
3. Untuk dapat mengungguli orang lain, dan sebagainya.
Besarnya tingkatan motivasi seseorang dengan orang lain tidak sama. Besarnya
tingkatan motivasi itu hanya dapat kita amati pada efek perbuatan yang dihasilkan;
yaitu dengan melihat dari beberapa aspeknya :
1. Seberapa besar tenaga yang dipergunakan.
2. Seberapa besar gigihnya usaha meskipun menghadapi bermacam-macam
rintangan.
3. Seberapa banyak macam cara pendekatan yang dipergunakan untuk dapat
mencapai yang diinginkan.
Kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi seseorang memilki tingkatan makna
yang tidak sama. Menurut Maslow kebutuhan tertentu merupakan dasar kebutuhan
yang lain. Kebutuhan tertentu itu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum beralih
kepada pemenuhan kebutuhan yang lain yang mempunyai makna lebih tinggi.
Menurut pandangan Maslow tentang motivasi ini, kebutuhan fisiologis yang
paling kuat menuntut kepuasan. Apabila dorongan fisiologis telah terpenuhi, maka
kebutuhan pada tingkat berikutnya muncul dan mendesak untuk dipenuhi yaitu
kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman (safety-needs) merupakan dorongan untuk
menghindarkan diri atau menjauhkan diri dari bahaya yang mengancam atau
dorongan mendapat perlindungan. Terpenuhinya kebutuhan rasa aman ini akan
diikuti oleh motivasi untuk mendapatkan kasih sayang, untuk memiliki, untuk
berteman, untuk menjadi bagian kelompok. Selangkah diatasnya adalah kebutuhan
untuk dihargai, memperoleh respek orang lain, memperoleh kepercayaan,
memperoleh pengaguman orang lain, dan memperoleh kepercayaan diri (self
confidence) dan penghargaan diri (self respect), kalau kebutuhan ini telah terpenuhi
motivasi diarahkan kepada aktualisasi diri (self actualization), selanjutnya kepada
pemuasan dorongan untuk mengetahui dan mengerti dan dorongan yang paling akhir
prioritas pemuasannya adalah kepekaan akan rasa keindahan dari segi manusianya,
kelengkapannnya dan lingkungan hidupnya.
Menurut Maslow seseorang dinamakan “self actualized”apabila telah
mempunyai kepekaan yang tinggi sebagai makhluk sosial yang mampu self
motivating dan self managing (memotivasi diri sendiri dan mengendalikan diri).
Untuk lebih memperoleh gambaran yang jelas mengenai hirarki kebutuhan menurut
Maslow, perhatikanlah bagan berikut :
HIRARKI KEBUTUHAN MENURUT MASLOW :

16

Hirarki kebutuhan sebagaimana yang dikemukakan di atas di dalam
pemuasannya 4 hirarki di bawah, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan memperoleh kasih sayang dan memiliki, kebutuhan memperoleh
penghargaan, pemuasannya sangat tergantung kepada orang lain, sedang kebutuhan
untuk mengaktualisasi diri, kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti, kebutuhan
estetis kurang sekali tergantung kepada orang lain melainkan semakin tergantung
kepada diri sendiri dan aspek “non manusia” dalam pemuasannya.
Terdapat dua jenis motivasi, yaitu motivasi internal (dari dalam) dan motivasi
eksternal (dari luar).
a. Motivasi internal
Motivasi berpuncak dari dalam ataupun dari luar diri seseorang. Dalam
pembelajaran, guru perlu tahu pada pelajarnya cenderung kearah motivasi yang
timbul dari dalam ataupun dari luar diri mereka. Ini perlu supaya guru dapat
bertindak dengan sewajarnya bagi memberikan rangsangan kepada pelajarnya
supaya berusaha. Motivasi yang berpuncak dari dalam diri yaitu yang didorong
oleh faktor kepuasan dan ingin tahu disebut ‘motivasi internal’.
Motivasi internal (dari dalam) melibatkan pelajar sebagai sebahagian
daripada proses pembelajaran. Ia melibatkan perasaan ingin tahu mengenai
sesuatu perkara dan melibatkan penggunaan praktikal perkara yang dipelajari.
Dalam proses pengajaran dan pembelajaran, motivasi internal lebih terlibat
dengan keperluan penghargaan kendiri. Dorongan dari dalam ialah kesediaan
seseorang itu melakukan sesuatu tugas karena tugas itu sendiri yang
menyebabkannya berasa menyenangkan dan puas hati.
Bruner (1966) mengaitkan motivasi internal ini dengan naluri ingin tahu dan
dorongan mencapai kecakapan bagi murid yang baru masuk sekolah.
Bagaimanapun, bukan semua motivasi internal diwujudkan secara semula. Jadi,
terdapat juga motivasi internal dibentuk daripada pembelajaran dan pengalaman
yang membawa kepuasan. Contohnya, tabiat membaca buku cerita dan bermain
alat musik adalah gerakan motivasi internal yang dibentuk daripada pembelajaran
dan pengalamannya. Harter (1981) mengenal pasti lima dimensi kecenderungan
motivasi internal dalam bidang pembelajaran. Dimensi-dimensi ini adalah
cabaran, insentif bekerja bagi memuaskan minat dan sifat ingin tahu, percubaan
penguasaan yang bebas, penilaian yang bebas berkenaan apa yang hendak
dilakukan di dalam kelas dan kriteria dari dalam untuk kejayaan. .
17

Menurut Deci (1975), motivasi internal dapat diterangkan sebagai suatu
keadaan psikologi yang diakibatkan apabila individu menganggap diri mereka
berkebolehan dan dapat menentukan sesuatu dengan sendiri. Seseorang itu
mengalami motivasi internal yang tinggi sekiranya dapat melakukan sesuatu yang
digemari seperti memandu kereta, melawat tempat-tempat yang disukai, memilih
tempat penginapan dan memilih makanan yang diidamkan.
b. Motivasi eksternal
Motivasi yang berpuncak dari luar yaitu apabila kita buat sesuatu bagi
mendapatkan hadiah adalah ‘motivasi eksternal’. Ia melibatkan hadiah yang jelas
dan nyata seperti memberi keistimewaan, penghargaan, pujian, persaingan dan
sebagainya yang diberi untuk sesuatu pencapaian prestasi yang baik.
Motivasi dari luar boleh menjadi kurang berkesan karena penggunaannya
mungkin disalah tafsirkan oleh pelajar. Ini berlaku karena pemberian hadiah
ditakuti menjadi fokus dan objektif pembelajaran pelajar yang sebenar.
Bagaimanapun motivasi ektrinsik yang berbentuk sederhana seperti memberi
pujian dan penghargaan tetap berkesan karena ianya boleh memberi dorongan dan
peneguhan positif yang memberangsangkan pelajar.
Tujuan motivasi ektrinsik ini ialah menggerakkan orang untuk melakukan
sesuatu tingkah laku yang akan membawa faedah kepadanya. Motivasi eksternal
diwujudkan daripada rangsangan dari luar dengan tujuan menggerakkan individu
supaya melakukan sesuatu aktivitas yang membawa faedah kepadanya. Motivasi
eksternal ini dapat dirangsang dalam bentuk-bentuk seperti pujian, insentif,
hadiah, penghargaan dan membentuk suasana dan iklim sekitar yang kondusif
bagi mendorongkan pelajar belajar. Contohnya, pujian yang diberikan oleh guru
kepada seseorang pelajar karena kerjanya yang baik akan menyebabkan daya
usaha pelajar itu meningkat. Peneguhan adalah suatu motivasi eksternal yang
boleh memberi kesan kepada tingkah laku seseorang pelajar.
C. SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
1. Pendidikan Indonesia di Masa Kerajaan
Pendidikan Indonesia di Masa Kerajaan - Sangat penting kiranya bagi kita untuk
mengetahui bagaimana pendidikan di Indonesia pada masa-masa kerajaan yang
pernah ada di Negeri tercinta. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, saya akan
sedikit share tentang bagaimana pendidikan Indonesia di masa-masa kerajaan.
Bahwa pendidikan di masa kerajaan dimulai dari kerajaan Sriwijaya. Pada kerajaan
Mataram kuno terkenal atau berpusat di Jawa Tengah dan aktivitas pendidikannya
yaitu; menterjemahkan buku-buku agama Budha, menterjemahkan buku-buku lain
ke bahasa Jawa kuno seperti Ramayana dan perguruan tinggi di masa kerajaan
Mataram kuno sudah meliputi Fakultas Agama, Fakultas Sastra, Fakultas
Bangunan atau Teknik Bangunan. Selain kerajaan Mataram, juga ada kerajaan
Hindu-Buddha dan kerajaan Islam.
18

1)

Kerajaan Hindu-Buddha
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan
bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan
Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14,
kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I
Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak
kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung
Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa
Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada
berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah
Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah
Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat
dalam wiracarita Ramayana.
Pendidikan dimasa kerajaan dimulia dari kerajaan Sriwijaya. Pada kerajaan
Mataram Kuno yang terletak/berpusat di Jawa Tengah, aktifitas pendidikannya:
1.
Menterjemahkan buku-buku agama Budha
2.
Menterjemahkan buku-buku lain ke bahasa Jawa kuno,
umpamanya Ramayana.
3.
Perguruan tinggi di masa Kerajaan Mataram kuno sudah
meliputi: Fakultas Agama, Fakultas Sastra, Fakultas Bangunan/teknik
bangunan.
2)

Kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di
Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya
Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7
Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang
ramai dan bersifat internasional melalui Selat
Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina,
Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di
Asia Barat sejak abad 7.
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7,
seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir
pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang
ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang
bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz
dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan
Islam kepadanya.
Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang
isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat
seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon
gaharu, bumbu- bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak
wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak
19

menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada
anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi
sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya
seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada
saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja
Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal
dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan
oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam.
Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada
1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah Kerajaan
Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya
seorang Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke
penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan
utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang tetap
mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur,
rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16
dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauankepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara;
hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari
pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri
dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para
mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli,
hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk
lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama
mengadopsi agama bar