Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI Terhada
Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap Nilai Emisi Obligasi
(Studi Kasus Di Indonesia Jangka Panjang Tahun 2010 – 2013)
Ahmad Fadillah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: [email protected]
Dosen Pembimbing
Tony S. Chendrawan,ST., SE., M.Si
ABSTRACT
The capital market is a meeting between the parties who have surplus funds to those who need
the funds by way of trade in securities. Thus, the capital market can also be interpreted as a
market to trade in securities generally have a lifespan of more than one year, such as stocks and
bonds. while places where the sale and purchase of securities referred to the stock exchanges.
This research aims to analyze the influence of SBI rate on price emition of obligation. Data is
analyzed using error correction model. The results of this study showed variable SBI rate on
price emition of obligation. Variable SBI rate have Significant negative effect on price emition of
obligation. Thus, investors in investing in the bonds need to pay attention to interest rates and
bond ratings
Keyword : Capital Market,SBI rate, Price Emition of Obligation, Error correction model
Pendahuluan
Pasar modal di Indonesia memiliki
berbagai macam pilihan sekuritas, pemilik
modal diberi kesempatan untuk memilih di
antara berbagai sekuritas tersebut. Salah satu
sekuritas yang diperdagangkan di pasar
modal adalah obligasi. Obligasi merupakan
surat pengakuan utang yang diterbitkan oleh
pemerintah maupun perusahaan swasta
kepada investor. Obligasi yang diterbitkan
pemerintah Republik Indonesia adalah
goverment bond, sementara obligasi yang
diterbitkan
oleh
perusahaan,
baik
perusahaan berbentuk Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) maupun badan usaha
swasta adalah obligasi korporasi (corporate
bond). Penerbitan obligasi korporasi
dilakukan
karena
kebutuhan
dana
perusahaan, baik untuk melakukan ekspansi
maupun untuk memenuhi kebutuhan
keuangan perusahaan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Tujuan penting
yang melatarbelakangi perusahaan dalam
menerbitkan obligasi diantaranya, jumlah
dana yang dibutuhkan akan lebih fleksibel
nilainya sesuai dengan kemampuan pasar
dalam menyerap kebutuhan obligasi
tersebut, serta kemampuan pihak penjamin
emisi dalam memberikan komitmen jumlah
penerbitan obligasi.
sampai jatuh tempo (yield to maturity-YTM)
obligasi.(Ross et.al, 2009:281)
Utang obligasi akan dibayarkan pada
masa yang telah ditentukan. Atas pinjaman
tersebut investor diberi imbalan berupa
bunga sebagai salah satu instrumen yang
dikenal di pasar modal. Sebagai salah satu
instrumen pasar modal, penerbitan obligasi
lebih menguntungkan dibandingkan dengan
pinjaman bank, karena beban bunga yang
ditanggung emiten lebih kecil dan dapat
dibayar secara berkala, akan tetapi
instrumen obligasi ini akan dapat merugikan
jika investor kurang mengerti dan tidak
memperhatikan informasi tentang obligasi
yang diinvestasikannya.
Seorang investor yang membeli
suatu obligasi dan memilikinya sampai
obligasi itu jatuh tempo akan menerima
YTM yang terdapat pada tanggal pembelian,
tetapi YTM obligasi yang diperhitungkan
akan sering mengalami perubahan di antara
tanggal pembelian dan tanggal jatuh
temponya (Brigham dan Houston, 2006).
Oleh karena itu, baik investor ataupun
emiten
seyogyanya
untuk
selalu
memperhatikan fluktuasi YTM obligasi dan
harus melihat faktor-faktor eksternal dan
internal yang mempengaruhinya.
Tujuan investor berinvestasi adalah
untuk mendapatkan keuntungan berupa
pembayaran kupon obligasi dan capital
gain. Capital gain diperoleh pada saat
melakukan penjualan terhadap obligasi yang
dipegang oleh investor. Sebagai instrumen
investasi, perubahan tingkat hasil (yield)
obligasi yang diperoleh investor mengalami
perubahan seiring dengan berjalannya
waktu.
Perubahan
yield
tersebut
berpengaruh pada tingkat harga pasar
obligasi itu sendiri. Oleh karena itu, investor
dan emiten harus selalu memperhatikan
fluktuasi harga obligasi dan faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan yield
obligasi. Harga obligasi akan mengalami
perubahan seiring dengan berubahnya bond
rating, time to maturity, dan tingkat bunga
acuan yang diharapkan oleh pasar.
Faktor
eksternal
yang
perlu
diperhatikan yaitu faktor makroekonomi di
antaranya adalah suku bunga. Suku bunga
dapat dijadikan benchmark oleh investor
terdiri dari berbagai jenis, salah satunya
adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI). Pemilihan bunga tersebut dalam
penelitian ini adalah SBI karena didukung
dan dijamin penuh oleh Bank Indonesia
sebagai otoritas moneter sehingga partisipan
pasar surat berharga memandang SBI
sebagai surat berharga bebas risiko.
Untuk mengetahui nilai dari sebuah
obligasi pada satu titik waktu tertentu, kita
perlu mengetahui jumlah periode yang
masih tersisa hingga jatuh tempo, nilai
nominal, kupon, dan tingkat bunga pasar
untuk obligasi dengan karakteristik yang
serupa. Tingkat bunga yang diminta pasar
atas suatu obligasi disebut imbal hasil
Pada umumnya apabila tingkat suku
bunga dalam sistem ekonomi menurun, nilai
obligasi naik; dan sebaliknya jika bunga
meningkat, nilai obligasi turun.(Sundjaja
2007:307).
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
1. Nilai Emisi Obligasi
Obligasi merupakan sertifikat atau
surat berharga yang berisi kontrak antara
investor sebagai pemberi dana dengan
penerbitnya sebagai peminjam dana
(Tandelilin, 2010:40). Sedangkan menurut
Jogiyanto (2010:152) obligasi (bond) dapat
didefinisikan sebagai utang jangka panjang
yang akan dibayar kembali pada saat jatuh
tempo dengan bunga yang tetap jika ada.
Obligasi memiliki empat karakteristik utama
yaitu nilai pari, tingkat bunga kupon, tanggal
jatuh tempo, dan provisi penebusan
(Brigham dan Houston, 2006: 347).
Investasi obligasi tidak terlepas dari risiko.
Menurut Sutedi (2009:79), terdapat delapan
risiko dalam investasi obligasi meliputi
risiko suku bunga, risiko reinvestasi, default
risk, call risk, risiko inflasi, risiko kurs
valuta asing, risiko likuiditas, dan event risk.
2. Tingkat Suku Bunga SBI
Suku bunga adalah harga yang
dibayar peminjam (debitur) kepada pihak
yang meminjamkan (kreditur) untuk
pemakaian sumber daya selama interval
waktu tertentu. Suku bunga terbagi atas dua
jenis yaitu suku bunga riil dan suku bunga
nominal. Investor dapat menentukan suku
bunga yang dapat dijadikan patokan
sebelum membeli obligasi. Suku bunga yang
dapat dijadikan benchmark terdiri atas
berbagai jenis, salah satunya adalah suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Pergerakan tingkat suku bunga SBI sangat
berpengaruh terhadap efek pendapatan tetap.
Investasi dalam deposito atau SBI akan
menghasilkan bunga bebas risiko tanpa
memikirkan pengelolaannya, sementara
investasi dalam obligasi mengandung risiko
seperti kegagalan penerimaan kupon atau
gagal pelunasan dan kerugian karena
kehilangan kesempatan untuk melakukan
investasi di tempat lain (opportunity cost).
Oleh karena itu, yield obligasi yang
diperoleh harus lebih tinggi daripada tingkat
suku bunga deposito atau SBI (Ibrahim,
2008). Pemilihan suku bunga tersebut dalam
penelitian ini adalah karena SBI didukung
dan dijamin penuh oleh pemerintah (Bank
Indonesia) sebagai
otoritas
moneter
sehingga partisipan pasar surat berharga
memandang SBI sebagai surat berharga
bebas risiko.
Hubungan antara tingkat suku bunga
dengan harga obligasi adalah negatif dan
hubungan antara harga obligasi dengan Yield
To Maturity adalah juga negatif (Jogiyanto,
2010:176). Apabila tingkat suku bunga
meningkat maka akan lebih menguntungkan
berinvestasi pada deposito, sehingga harga
obligasi di pasar akan mengalami penurunan
yang akan mengakibatkan Yield To Maturity
obligasi mengalami kenaikan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat
suku bunga mengalami kenaikan maka
tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh
investor atau Yield To Maturity obligasi juga
akan mengalami kenaikan atau keduanya
berkorelasi positif.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif dan verifikatif (kausal) Sekarang
mengungkapkan penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
dan menjadi mampu untuk menjelaskan
karakteristik variabel yang diteliti dalam
suatu situasi. Menurut Sugiyono (2005:21)
metode penelitian verifikatif pada dasarnya
untuk menguji teori dengan pengujian
hipotesis.
Data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah data sekunder berupa
data Suku bunga SBI yang diperoleh dari
Bank Indonesia serta data nilai emisi
obligasi yang di peroleh dari laporan
tahunan OJK.
Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis Error
Correction Model (ECM). Metode Error
Correction
Model
digunakan
untuk
menganalisis model dari pengaruh suku
buga SBI terhadap nilai emisi obligasi di
Indonesia pada jangka panjang. Metode
ECM ini mempunyai beberapa kelebihan
sebagai analisis pendekatan dinamis. Dalam
perekonomian ketergantungan variabel
dependen dengan variabel independen
jarang terjadi dalam waktu yang singkat atau
seketika, tetapi membutuhkan kelambanan
waktu atau time lag.
Alasan digunakannya Error Correction
Model dalam penelitian ini antara lain
(Ghozali, 2009) :
ECM adalah salah satu model
autoregresif, mengikut sertakan pengaruh
pertimbangan lag dalam análisisnya
sehingga model ini sesuai diterapkan dalam
penelitian
menggunakan
data
yang
berbentuk time series. Kemampuan ECM
dalam meliputi banyak variabel dalam
analisis fenomena ekonomi jangka pendek
dan jangka panjang. Dengan menggunakan
ECM, dapat dianalisa secara teoritik dan
empirik apakah model yang dihasilkan
konsisten dengan teori atau tidak.
Persamaan
jangka
panjang
digunakan sebagai berikut :
yang
LnOBLIGASIt = β0 +β1LnSBIt +β2ECT
Dengan :
β0
= konstanta
β1 , β2
= koefisien regresi
LnSBIt
= Sertifikat Bank
Indonesia
LnOBLIGASIt
= Obligasi
ECT
= Error Correction
Term
Sementara hubungan jangka pendek
dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
DLnOBLIGASIt =β0 +β1DLnSBIt + β2
ECTt-1 +μt
Keterangan :
β0 = konstanta
DLnOBLIGASI = first difference dari
logaritma Obligasi
DLnSBI = first difference dari logaritma
Tingkat Suku Bunga SBI
ECTt-1 = Error-corection term lagged one
period
β1,β2 = koefisien regresi
μ = error term
t = menunjukkan waktu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentu utama dari penetapan
tingkat suku bunga SBI adalah bank sentral
yang dalam konteks di indonesia ini adalah
Bank Indonesia yang mempunyai wewenang
dalam melaksanakan kebijakan moneter
termasuk menetapkan suku bunga SBI. Bank
sentral menggunakan SBI dalam open
market untuk ekspansi dan kontraksi money
supply. Ketika bank sentral ingin melakukan
ekspansi money supply , maka ia akan
menyerap bidding lelang SBI di bawah jatuh
tempo nya. Sebaliknya jika bank sentral
ingin melakukan kontraksi maka dirinya
akan menyerap semua bidding. Pengetatan
money supply akan menyebabkan tingkat
suku bunga pasar akan meningkat dan
pelonggaran
money
supply
akan
mengakibatkan turunnya tingkat
suku
bunga. Berikut ialah hasil dari pengolahan
data yang bersangkutan.
Uji Akar Unit
Dalam analisis runtut waktu, uji
stasioner diketahui dengan menggunakan uji
akar unit (unit root) dengan menggunakan
metode ADF . Terlebih dahulu menguji
setiap variabel pada derajat I(0) atau derajat
level dengan hipotesis sebagai berikut: Nilai
kestasioneritas data dapat juga diketahui dari
nilai probabilitas Mac-Kinnon dimana nilai
prob. Mac-Kinnon kecil dari nilai
probabilitas kritis α = 1%, 5% atau 10%.
diferensi 1 dan jika data tersebut belum
stasioner maka harus melakukan diferensi 2.
Uji Stasioneritas
Tabel 1.3
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.4
Sumber:olahan eviwes 8
Sumber:olahan eviwes 8
Berdasarkan output 2 variabel di atas
tersebut terdapat tidak stasioneritas karena
nilai prob. (0.3323) dan (0.9933) Lebih
besar dari nilai probabilitas kritis α = 1%,
5% atau 10%. Maka berdasarkan output
tersebut data harus distasioner kan dengan
Berdasarkan output tersebut dapat
dilihat bahwa nilai prob masing – masing
variabel sebesar (0.0000) dan (0.0000) yang
lebih kecil dari nilai probabilitas kritis α =
1%, 5% atau 10% berarti kedua data
variabel tersebut sudah stasioner.
Uji Kointegrasi johansen
Pengujian kointegrasi menggunakan
selang optimal atau lag sesuai dengan
pengujian sebelumnya untuk penentuan
asumsi deterministik yang melandasi
pembentukan
persamaan
kointegrasi
didasarkan pada nilai kriteria informasi
Akaike Information Criterion (AIC) dan
Schwarz Information Criterion (SIC) yang
dikembangkan oleh Johansen (Johansen
Cointegration Approach). Dengan prosedur
ini maka akan terlihat banyaknya hubungan
kointegrasi. Syarat kointegrasi adalah
seluruh variabelnya terintegrasi pada derajat
yang sama dimana hasil dari pengujian ini
dilakukan adalah untuk melihat hubungan
jangka pendek dan jangka panjang antara
variabel dependen dan independen.
memperkuat penelitian ini akan di coba ke
tahap selanjutnya menggunakan ECM untuk
melihat hubungan dalam jangka pendek.
Hasil Estimasi ECM Tingkat Suku
Bunga SBI Terhadap Emisi
Obligasi
Tabel 1.6
Tabel 1.5
Pada pengujian kointegrasi yang telah
dilakukan, ditemukan bahwa data dalam
penelitian ini tidak memiliki hubungan
keseimbangan jangka panjang antara
variabel independen dengan variabel
dependen.
Sumber : olahan eviews 8
Pada Uji Kointegrasi Johansen diatas
menunjukan data tidak terkointegrasi, hal ini
dapat dilihat pada nilai trace, fungsi
persamaan lebih kecil dari nilai kritis pada α
= 0,05. Pada fungsi pertama nilai trace
(3.498291) > nilai kritis α = 0,05(15.49471)
Sehingga persamaan ini tidak memiliki
hubungan kointegrasi yang berarti dalam
jangka panjang kedua variabel ini tidak
memiliki hubungan yang signifikan. Untuk
Untuk menyatakan apakah model yang
digunakan benar atau tidak, maka koefisien
Error Correction Term harus signifikan.
Nilai koefisien ECT pada tabel dapat dilihat
pada nilai resid01(-1) sebesar (-0.001347)
(13%) yang berarti bahwa hubungan tingkat
suku bunga terhadap emisi obligasi
signifikan . Dapat dilihat bahwa nilai tStatistic cukup remdah yakni -0.095491 dan
nilai probabilitas ECT sebesar 0.0444 yang
lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti ECT
sudah signifikan pada tingkat kepercayaan α
= 5% dan menunjukkan bahwa model dari
pengujian ECM ini sudah valid.
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat
dari sisi konstanta, bahwa dalam jangka
pendek,
nilai
konstanta
(4368.999)
menunjukkan
apabila
nilai
variabel
independen konstan, maka besarnya nilai
emisi obligasi naik sebesar 43% persen.
Tabel 1.6 menunjukan bahwa
variable independen berpengaruh terhadap
variabel dependen dimana Prob. t-statistiknya > α sebagai derajat kepercayaan
estimasi yang digunakan (α = 5% = 0,05).
Pada regresi model ecm ini dapat dilihat
bahwa variabel dependen x (tingkat suku
bunga SBI) mempunyai nilai signifikasi
(0.0318) yang berarti bahwa variabel suku
bunga SBI berpengaruh terhadap nilai emisi
obligasi dalam jangka pendek.
Hasil uji t pada regresi model ECM
jangka pendek mengenai signifikasi variabel
independen tingkat suku bunga SBI
(0.661462) yang berarti mempunyai nilai
negative signifikan terhadap nilai emisi
obligasi dengan nilai kepercayaan estimasi
sebesar 5%.
Penutup
Kesimpulan
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis pengaruh tingkat suku bunga
SBI terhadap nilai emisi obligasi di
Indonesia tahun 2010 – 2013 . Setelah
melakukan analisis dan pembahasan
terhadap hasil penelitian sebagaimana
diuraikan dalam bab - bab sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut,
1. Tidak
terdapat
kointegrasi
(hubungan)
pada
variabel
independen
dengan
variabel
dependen dalam jangka panjang.
2. Terdapat hubungan tingkat suku
bunga SBI terhadap emisi obligasi
yang berpengaruh
signifikan.
negative
dan
3. Keterkaitan variable tingkat suku
bunga SBI yang mempengaruhi nilai
emisi obligasi di Indonesia yang
signifikan dalam jangka pendek.
Saran
Berdasarkan
pembahasan
dan
kesimpulan sebelumnya, perlu disampaikan
beebrapa saran yang berkaitan dengan
penelitian ini, yaitu:
1. Emiten sebaiknya memperhatikan
tingkat suku bunga SBI yang
ditetapkan oleh pemerintah sebagai
acuan pemberian bunga obligasi
sehingga emiten dan investor tidak
merasa dirugikan.
2. Investor sebaiknya memperhaikan
tingkat suku bunga SBI yang
ditetapkan oleh pemerintah pada
waktu
tertentu
untuk
dapat
menentukan
tindakan
investasi
dalam bentuk obligasi sehingga
dapat memperoleh keuntungan
Daftar Pustaka
Bank Indonesia. (2013). Sertifikat Bank
Indonesia . Dipetik June 1, 2015, dari Bank
Indonesia: http://www.bi.go.id/
Brigham dan Houston. 2006. Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan. Buku Satu. Edisi
Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika: Teori,
Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.17.
Semarang: Badan
Diponegoro
Penerbit
Universitas
Ibrahim, Hadiasman. (2008). Pengaruh
Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi,
Ukuran Perusahaan, dan DER terhadap
Yield Obligasi Korporasi di Bursa Efek
Indonesia
2004-2006.
Universitas
Diponegoro. Semarang.
Jogiyanto, Hartono. 2010. Teori Portofolio
dan Analisis Investasi. Edisi Kedua.
Yogyakarta: BPFE
OJK. Laporan tahunan lembaga keuangan.
Dipetik June 1, 2015, dari OJK:
http/www.ojk.go.id
Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield,
Bradford D. Jordan, 2006,Corporate
Finance Fundamental, 7th ed, McGrawwHill, Ney York.
Sugiyono (2005). Memahami Penelitian
Kualitatif, Bandung. Alfabeta
............... (2011), Statistika untuk Penelitian
, Bandung, Alfabeta
Sundjaja, Ridwan S., Barlian, Inge., &
Sundjaja Dharma P.(2007) Manajemen
Keuangan 2 (5th Ed). Bandung, Unpar Press
Sutedi, Andrian. 2009. Aspek Hukum
Obligasi & Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan
Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Kanisius.
Winarno, Wing W. 2009. Analisis
Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews
ed. Kedua. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan STIM YKPN.
(Studi Kasus Di Indonesia Jangka Panjang Tahun 2010 – 2013)
Ahmad Fadillah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: [email protected]
Dosen Pembimbing
Tony S. Chendrawan,ST., SE., M.Si
ABSTRACT
The capital market is a meeting between the parties who have surplus funds to those who need
the funds by way of trade in securities. Thus, the capital market can also be interpreted as a
market to trade in securities generally have a lifespan of more than one year, such as stocks and
bonds. while places where the sale and purchase of securities referred to the stock exchanges.
This research aims to analyze the influence of SBI rate on price emition of obligation. Data is
analyzed using error correction model. The results of this study showed variable SBI rate on
price emition of obligation. Variable SBI rate have Significant negative effect on price emition of
obligation. Thus, investors in investing in the bonds need to pay attention to interest rates and
bond ratings
Keyword : Capital Market,SBI rate, Price Emition of Obligation, Error correction model
Pendahuluan
Pasar modal di Indonesia memiliki
berbagai macam pilihan sekuritas, pemilik
modal diberi kesempatan untuk memilih di
antara berbagai sekuritas tersebut. Salah satu
sekuritas yang diperdagangkan di pasar
modal adalah obligasi. Obligasi merupakan
surat pengakuan utang yang diterbitkan oleh
pemerintah maupun perusahaan swasta
kepada investor. Obligasi yang diterbitkan
pemerintah Republik Indonesia adalah
goverment bond, sementara obligasi yang
diterbitkan
oleh
perusahaan,
baik
perusahaan berbentuk Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) maupun badan usaha
swasta adalah obligasi korporasi (corporate
bond). Penerbitan obligasi korporasi
dilakukan
karena
kebutuhan
dana
perusahaan, baik untuk melakukan ekspansi
maupun untuk memenuhi kebutuhan
keuangan perusahaan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Tujuan penting
yang melatarbelakangi perusahaan dalam
menerbitkan obligasi diantaranya, jumlah
dana yang dibutuhkan akan lebih fleksibel
nilainya sesuai dengan kemampuan pasar
dalam menyerap kebutuhan obligasi
tersebut, serta kemampuan pihak penjamin
emisi dalam memberikan komitmen jumlah
penerbitan obligasi.
sampai jatuh tempo (yield to maturity-YTM)
obligasi.(Ross et.al, 2009:281)
Utang obligasi akan dibayarkan pada
masa yang telah ditentukan. Atas pinjaman
tersebut investor diberi imbalan berupa
bunga sebagai salah satu instrumen yang
dikenal di pasar modal. Sebagai salah satu
instrumen pasar modal, penerbitan obligasi
lebih menguntungkan dibandingkan dengan
pinjaman bank, karena beban bunga yang
ditanggung emiten lebih kecil dan dapat
dibayar secara berkala, akan tetapi
instrumen obligasi ini akan dapat merugikan
jika investor kurang mengerti dan tidak
memperhatikan informasi tentang obligasi
yang diinvestasikannya.
Seorang investor yang membeli
suatu obligasi dan memilikinya sampai
obligasi itu jatuh tempo akan menerima
YTM yang terdapat pada tanggal pembelian,
tetapi YTM obligasi yang diperhitungkan
akan sering mengalami perubahan di antara
tanggal pembelian dan tanggal jatuh
temponya (Brigham dan Houston, 2006).
Oleh karena itu, baik investor ataupun
emiten
seyogyanya
untuk
selalu
memperhatikan fluktuasi YTM obligasi dan
harus melihat faktor-faktor eksternal dan
internal yang mempengaruhinya.
Tujuan investor berinvestasi adalah
untuk mendapatkan keuntungan berupa
pembayaran kupon obligasi dan capital
gain. Capital gain diperoleh pada saat
melakukan penjualan terhadap obligasi yang
dipegang oleh investor. Sebagai instrumen
investasi, perubahan tingkat hasil (yield)
obligasi yang diperoleh investor mengalami
perubahan seiring dengan berjalannya
waktu.
Perubahan
yield
tersebut
berpengaruh pada tingkat harga pasar
obligasi itu sendiri. Oleh karena itu, investor
dan emiten harus selalu memperhatikan
fluktuasi harga obligasi dan faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan yield
obligasi. Harga obligasi akan mengalami
perubahan seiring dengan berubahnya bond
rating, time to maturity, dan tingkat bunga
acuan yang diharapkan oleh pasar.
Faktor
eksternal
yang
perlu
diperhatikan yaitu faktor makroekonomi di
antaranya adalah suku bunga. Suku bunga
dapat dijadikan benchmark oleh investor
terdiri dari berbagai jenis, salah satunya
adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI). Pemilihan bunga tersebut dalam
penelitian ini adalah SBI karena didukung
dan dijamin penuh oleh Bank Indonesia
sebagai otoritas moneter sehingga partisipan
pasar surat berharga memandang SBI
sebagai surat berharga bebas risiko.
Untuk mengetahui nilai dari sebuah
obligasi pada satu titik waktu tertentu, kita
perlu mengetahui jumlah periode yang
masih tersisa hingga jatuh tempo, nilai
nominal, kupon, dan tingkat bunga pasar
untuk obligasi dengan karakteristik yang
serupa. Tingkat bunga yang diminta pasar
atas suatu obligasi disebut imbal hasil
Pada umumnya apabila tingkat suku
bunga dalam sistem ekonomi menurun, nilai
obligasi naik; dan sebaliknya jika bunga
meningkat, nilai obligasi turun.(Sundjaja
2007:307).
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
1. Nilai Emisi Obligasi
Obligasi merupakan sertifikat atau
surat berharga yang berisi kontrak antara
investor sebagai pemberi dana dengan
penerbitnya sebagai peminjam dana
(Tandelilin, 2010:40). Sedangkan menurut
Jogiyanto (2010:152) obligasi (bond) dapat
didefinisikan sebagai utang jangka panjang
yang akan dibayar kembali pada saat jatuh
tempo dengan bunga yang tetap jika ada.
Obligasi memiliki empat karakteristik utama
yaitu nilai pari, tingkat bunga kupon, tanggal
jatuh tempo, dan provisi penebusan
(Brigham dan Houston, 2006: 347).
Investasi obligasi tidak terlepas dari risiko.
Menurut Sutedi (2009:79), terdapat delapan
risiko dalam investasi obligasi meliputi
risiko suku bunga, risiko reinvestasi, default
risk, call risk, risiko inflasi, risiko kurs
valuta asing, risiko likuiditas, dan event risk.
2. Tingkat Suku Bunga SBI
Suku bunga adalah harga yang
dibayar peminjam (debitur) kepada pihak
yang meminjamkan (kreditur) untuk
pemakaian sumber daya selama interval
waktu tertentu. Suku bunga terbagi atas dua
jenis yaitu suku bunga riil dan suku bunga
nominal. Investor dapat menentukan suku
bunga yang dapat dijadikan patokan
sebelum membeli obligasi. Suku bunga yang
dapat dijadikan benchmark terdiri atas
berbagai jenis, salah satunya adalah suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Pergerakan tingkat suku bunga SBI sangat
berpengaruh terhadap efek pendapatan tetap.
Investasi dalam deposito atau SBI akan
menghasilkan bunga bebas risiko tanpa
memikirkan pengelolaannya, sementara
investasi dalam obligasi mengandung risiko
seperti kegagalan penerimaan kupon atau
gagal pelunasan dan kerugian karena
kehilangan kesempatan untuk melakukan
investasi di tempat lain (opportunity cost).
Oleh karena itu, yield obligasi yang
diperoleh harus lebih tinggi daripada tingkat
suku bunga deposito atau SBI (Ibrahim,
2008). Pemilihan suku bunga tersebut dalam
penelitian ini adalah karena SBI didukung
dan dijamin penuh oleh pemerintah (Bank
Indonesia) sebagai
otoritas
moneter
sehingga partisipan pasar surat berharga
memandang SBI sebagai surat berharga
bebas risiko.
Hubungan antara tingkat suku bunga
dengan harga obligasi adalah negatif dan
hubungan antara harga obligasi dengan Yield
To Maturity adalah juga negatif (Jogiyanto,
2010:176). Apabila tingkat suku bunga
meningkat maka akan lebih menguntungkan
berinvestasi pada deposito, sehingga harga
obligasi di pasar akan mengalami penurunan
yang akan mengakibatkan Yield To Maturity
obligasi mengalami kenaikan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat
suku bunga mengalami kenaikan maka
tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh
investor atau Yield To Maturity obligasi juga
akan mengalami kenaikan atau keduanya
berkorelasi positif.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif dan verifikatif (kausal) Sekarang
mengungkapkan penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
dan menjadi mampu untuk menjelaskan
karakteristik variabel yang diteliti dalam
suatu situasi. Menurut Sugiyono (2005:21)
metode penelitian verifikatif pada dasarnya
untuk menguji teori dengan pengujian
hipotesis.
Data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah data sekunder berupa
data Suku bunga SBI yang diperoleh dari
Bank Indonesia serta data nilai emisi
obligasi yang di peroleh dari laporan
tahunan OJK.
Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis Error
Correction Model (ECM). Metode Error
Correction
Model
digunakan
untuk
menganalisis model dari pengaruh suku
buga SBI terhadap nilai emisi obligasi di
Indonesia pada jangka panjang. Metode
ECM ini mempunyai beberapa kelebihan
sebagai analisis pendekatan dinamis. Dalam
perekonomian ketergantungan variabel
dependen dengan variabel independen
jarang terjadi dalam waktu yang singkat atau
seketika, tetapi membutuhkan kelambanan
waktu atau time lag.
Alasan digunakannya Error Correction
Model dalam penelitian ini antara lain
(Ghozali, 2009) :
ECM adalah salah satu model
autoregresif, mengikut sertakan pengaruh
pertimbangan lag dalam análisisnya
sehingga model ini sesuai diterapkan dalam
penelitian
menggunakan
data
yang
berbentuk time series. Kemampuan ECM
dalam meliputi banyak variabel dalam
analisis fenomena ekonomi jangka pendek
dan jangka panjang. Dengan menggunakan
ECM, dapat dianalisa secara teoritik dan
empirik apakah model yang dihasilkan
konsisten dengan teori atau tidak.
Persamaan
jangka
panjang
digunakan sebagai berikut :
yang
LnOBLIGASIt = β0 +β1LnSBIt +β2ECT
Dengan :
β0
= konstanta
β1 , β2
= koefisien regresi
LnSBIt
= Sertifikat Bank
Indonesia
LnOBLIGASIt
= Obligasi
ECT
= Error Correction
Term
Sementara hubungan jangka pendek
dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
DLnOBLIGASIt =β0 +β1DLnSBIt + β2
ECTt-1 +μt
Keterangan :
β0 = konstanta
DLnOBLIGASI = first difference dari
logaritma Obligasi
DLnSBI = first difference dari logaritma
Tingkat Suku Bunga SBI
ECTt-1 = Error-corection term lagged one
period
β1,β2 = koefisien regresi
μ = error term
t = menunjukkan waktu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentu utama dari penetapan
tingkat suku bunga SBI adalah bank sentral
yang dalam konteks di indonesia ini adalah
Bank Indonesia yang mempunyai wewenang
dalam melaksanakan kebijakan moneter
termasuk menetapkan suku bunga SBI. Bank
sentral menggunakan SBI dalam open
market untuk ekspansi dan kontraksi money
supply. Ketika bank sentral ingin melakukan
ekspansi money supply , maka ia akan
menyerap bidding lelang SBI di bawah jatuh
tempo nya. Sebaliknya jika bank sentral
ingin melakukan kontraksi maka dirinya
akan menyerap semua bidding. Pengetatan
money supply akan menyebabkan tingkat
suku bunga pasar akan meningkat dan
pelonggaran
money
supply
akan
mengakibatkan turunnya tingkat
suku
bunga. Berikut ialah hasil dari pengolahan
data yang bersangkutan.
Uji Akar Unit
Dalam analisis runtut waktu, uji
stasioner diketahui dengan menggunakan uji
akar unit (unit root) dengan menggunakan
metode ADF . Terlebih dahulu menguji
setiap variabel pada derajat I(0) atau derajat
level dengan hipotesis sebagai berikut: Nilai
kestasioneritas data dapat juga diketahui dari
nilai probabilitas Mac-Kinnon dimana nilai
prob. Mac-Kinnon kecil dari nilai
probabilitas kritis α = 1%, 5% atau 10%.
diferensi 1 dan jika data tersebut belum
stasioner maka harus melakukan diferensi 2.
Uji Stasioneritas
Tabel 1.3
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.4
Sumber:olahan eviwes 8
Sumber:olahan eviwes 8
Berdasarkan output 2 variabel di atas
tersebut terdapat tidak stasioneritas karena
nilai prob. (0.3323) dan (0.9933) Lebih
besar dari nilai probabilitas kritis α = 1%,
5% atau 10%. Maka berdasarkan output
tersebut data harus distasioner kan dengan
Berdasarkan output tersebut dapat
dilihat bahwa nilai prob masing – masing
variabel sebesar (0.0000) dan (0.0000) yang
lebih kecil dari nilai probabilitas kritis α =
1%, 5% atau 10% berarti kedua data
variabel tersebut sudah stasioner.
Uji Kointegrasi johansen
Pengujian kointegrasi menggunakan
selang optimal atau lag sesuai dengan
pengujian sebelumnya untuk penentuan
asumsi deterministik yang melandasi
pembentukan
persamaan
kointegrasi
didasarkan pada nilai kriteria informasi
Akaike Information Criterion (AIC) dan
Schwarz Information Criterion (SIC) yang
dikembangkan oleh Johansen (Johansen
Cointegration Approach). Dengan prosedur
ini maka akan terlihat banyaknya hubungan
kointegrasi. Syarat kointegrasi adalah
seluruh variabelnya terintegrasi pada derajat
yang sama dimana hasil dari pengujian ini
dilakukan adalah untuk melihat hubungan
jangka pendek dan jangka panjang antara
variabel dependen dan independen.
memperkuat penelitian ini akan di coba ke
tahap selanjutnya menggunakan ECM untuk
melihat hubungan dalam jangka pendek.
Hasil Estimasi ECM Tingkat Suku
Bunga SBI Terhadap Emisi
Obligasi
Tabel 1.6
Tabel 1.5
Pada pengujian kointegrasi yang telah
dilakukan, ditemukan bahwa data dalam
penelitian ini tidak memiliki hubungan
keseimbangan jangka panjang antara
variabel independen dengan variabel
dependen.
Sumber : olahan eviews 8
Pada Uji Kointegrasi Johansen diatas
menunjukan data tidak terkointegrasi, hal ini
dapat dilihat pada nilai trace, fungsi
persamaan lebih kecil dari nilai kritis pada α
= 0,05. Pada fungsi pertama nilai trace
(3.498291) > nilai kritis α = 0,05(15.49471)
Sehingga persamaan ini tidak memiliki
hubungan kointegrasi yang berarti dalam
jangka panjang kedua variabel ini tidak
memiliki hubungan yang signifikan. Untuk
Untuk menyatakan apakah model yang
digunakan benar atau tidak, maka koefisien
Error Correction Term harus signifikan.
Nilai koefisien ECT pada tabel dapat dilihat
pada nilai resid01(-1) sebesar (-0.001347)
(13%) yang berarti bahwa hubungan tingkat
suku bunga terhadap emisi obligasi
signifikan . Dapat dilihat bahwa nilai tStatistic cukup remdah yakni -0.095491 dan
nilai probabilitas ECT sebesar 0.0444 yang
lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti ECT
sudah signifikan pada tingkat kepercayaan α
= 5% dan menunjukkan bahwa model dari
pengujian ECM ini sudah valid.
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat
dari sisi konstanta, bahwa dalam jangka
pendek,
nilai
konstanta
(4368.999)
menunjukkan
apabila
nilai
variabel
independen konstan, maka besarnya nilai
emisi obligasi naik sebesar 43% persen.
Tabel 1.6 menunjukan bahwa
variable independen berpengaruh terhadap
variabel dependen dimana Prob. t-statistiknya > α sebagai derajat kepercayaan
estimasi yang digunakan (α = 5% = 0,05).
Pada regresi model ecm ini dapat dilihat
bahwa variabel dependen x (tingkat suku
bunga SBI) mempunyai nilai signifikasi
(0.0318) yang berarti bahwa variabel suku
bunga SBI berpengaruh terhadap nilai emisi
obligasi dalam jangka pendek.
Hasil uji t pada regresi model ECM
jangka pendek mengenai signifikasi variabel
independen tingkat suku bunga SBI
(0.661462) yang berarti mempunyai nilai
negative signifikan terhadap nilai emisi
obligasi dengan nilai kepercayaan estimasi
sebesar 5%.
Penutup
Kesimpulan
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis pengaruh tingkat suku bunga
SBI terhadap nilai emisi obligasi di
Indonesia tahun 2010 – 2013 . Setelah
melakukan analisis dan pembahasan
terhadap hasil penelitian sebagaimana
diuraikan dalam bab - bab sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut,
1. Tidak
terdapat
kointegrasi
(hubungan)
pada
variabel
independen
dengan
variabel
dependen dalam jangka panjang.
2. Terdapat hubungan tingkat suku
bunga SBI terhadap emisi obligasi
yang berpengaruh
signifikan.
negative
dan
3. Keterkaitan variable tingkat suku
bunga SBI yang mempengaruhi nilai
emisi obligasi di Indonesia yang
signifikan dalam jangka pendek.
Saran
Berdasarkan
pembahasan
dan
kesimpulan sebelumnya, perlu disampaikan
beebrapa saran yang berkaitan dengan
penelitian ini, yaitu:
1. Emiten sebaiknya memperhatikan
tingkat suku bunga SBI yang
ditetapkan oleh pemerintah sebagai
acuan pemberian bunga obligasi
sehingga emiten dan investor tidak
merasa dirugikan.
2. Investor sebaiknya memperhaikan
tingkat suku bunga SBI yang
ditetapkan oleh pemerintah pada
waktu
tertentu
untuk
dapat
menentukan
tindakan
investasi
dalam bentuk obligasi sehingga
dapat memperoleh keuntungan
Daftar Pustaka
Bank Indonesia. (2013). Sertifikat Bank
Indonesia . Dipetik June 1, 2015, dari Bank
Indonesia: http://www.bi.go.id/
Brigham dan Houston. 2006. Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan. Buku Satu. Edisi
Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika: Teori,
Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.17.
Semarang: Badan
Diponegoro
Penerbit
Universitas
Ibrahim, Hadiasman. (2008). Pengaruh
Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi,
Ukuran Perusahaan, dan DER terhadap
Yield Obligasi Korporasi di Bursa Efek
Indonesia
2004-2006.
Universitas
Diponegoro. Semarang.
Jogiyanto, Hartono. 2010. Teori Portofolio
dan Analisis Investasi. Edisi Kedua.
Yogyakarta: BPFE
OJK. Laporan tahunan lembaga keuangan.
Dipetik June 1, 2015, dari OJK:
http/www.ojk.go.id
Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield,
Bradford D. Jordan, 2006,Corporate
Finance Fundamental, 7th ed, McGrawwHill, Ney York.
Sugiyono (2005). Memahami Penelitian
Kualitatif, Bandung. Alfabeta
............... (2011), Statistika untuk Penelitian
, Bandung, Alfabeta
Sundjaja, Ridwan S., Barlian, Inge., &
Sundjaja Dharma P.(2007) Manajemen
Keuangan 2 (5th Ed). Bandung, Unpar Press
Sutedi, Andrian. 2009. Aspek Hukum
Obligasi & Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan
Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Kanisius.
Winarno, Wing W. 2009. Analisis
Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews
ed. Kedua. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan STIM YKPN.