Analisis pencapaian produksi daging sapi (1)
ANALISIS PENCAPAIAN
PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI DAN KERBAU
2010-2014
(Sebagai Tugas Mata Kuliah Perdagangan Internasional)
Dosen: Ir. Haris Budiyono M.T.
Disusun oleh:
Ulfah Muflihah
(41185009130012)
Wahyu Kurniwan
(41185009120008)
Belinda Rizky Maulidya E (41185009130007)
Andri Saputra
(41185009130013)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM “45”BEKASI
BEKASI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Perdagangan Internasional. Tidak lupa, shalawat serta salam semoga terlimpahkan
kepada Nabi Besar Muhammad Shallahu‘alaihi wa sallam sebagai panutan dalam
menjalani kehidupan.
Tulisan ini akan menyajikan analisis pencapaian Produksi Daging Sapi dan Kerbau
2010-2014. Penulis menyadari bahwa apa yang bisa penulis sajikan dalam tulisan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Bekasi, November 2015
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
i
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1
1
1.2. Sistematika Penulisan
2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Perkembangan Produksi, Konsumsi, serta Volume Ekspor-impor
Daging Sapi dan Kerbau Periode Tahun 2010 – 2014 3
2.2 Proyeksi Perkembangan Produksi dan Impor serta
Target dan Realisasi Produksi Periode Tahun 2015-2019
7
2.3 Masalah-Masalah Yang Dihadapi Dalam Pencapaian Peningkatan Produksi
Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014 9
2.4 Langkah Operasional Peningkatan Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun
2015-2019 11
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
14
15
2
3
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
Tabel 2. Populasi Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
3
4
Tabel 3. Konsumsi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
5
Tabel 4. Volume Ekspor-Impor Daging Sapi Tahun 2010-2013
6
Tabel 5. Target dan Realisasi Daging Sapi Tahun 2010-2014
7
Tabel 6. Target dan Realisasi Daging Kerbau Tahun 2010-2014
8
Tabel 7. Target Produksi (Karkas) Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2015-2019.
8
Tabel 8. Target Produksi (Meat Yield) Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2015-2019. 8
Tabel 9. Target Produk Impor Substitusi Daging Sapi Tahun 2015-2019. 9
4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Grafik Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
Gambar 2. Grafik Populasi Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
4
Gambar 3. Grafik Konsumsi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
Gambar 4. Grafik Ekspor-Impor Sapi Tahun 2010-2013
3
5
6
Gambar 5. Grafik Target dan Realisasi Daging Sapi Tahun 2010-2014
7
Gambar 6. Grafik Target dan Realisasi Daging Kerbau Tahun 2010-2014 8
Gambar 7. Langkah Operasional Peningkatan Produksi Daging
5
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Daging sapi dan kerbau merupakan salah satu bahan pangan pokok yang
mengandung protein cukup tinggi, selain daging ayam. Daging sapi tidak hanya
dikonsumsi oleh kebutuhan Rumah Tangga, juga sebagai bahan baku industri pengolahan,
hotel, restorandan catering. Konsumsi daging sapi secara nasional terus meningkat seiring
dengan meningatnya jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat serta
selera masyarakat. Pemenuhan kebutuhan daging sapi di dalam negeri dilakukan melalui
tiga sumber yaitu sapi lokal, sapi impor dan daging impor. Keberlanjutan sumber pasokan
daging sapi di dalam negeri penting karena kondisi ini akan menciptakan ketidakstabilan
harga di dalam negeri.
Pasokan daging sapi di pasar tidak hanya berasal dari produksi domestik tetapi
juga dari impor berupa daging sapi dan sapi bakalan untuk usaha penggemukan. Awalnya
impor daging sapi hanya untuk restoran dan hotel berbintang berupa daging sapi kelas
utama (prime cut). Namun berkembangnya permintaan domestik mendorong
meningkatnya impor dengan berbagai variasi baik ternak sapi maupun produknya
termasuk jerohan. Penggunaan produk impor berkembang menjadi untuk katering, industri
daging olahan (sosis, baso, dan corned), dan rumah makan dan konsumen rumah tangga.
1.2
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan perkembangan produksi, konsumsi, serta volume ekspor-impor,
komoditas daging sapi dan kerbau periode tahun 2010 – 2014.
2. Analisa proyeksi produksi dan volume impor daging sapi dan kerbau tahun 20152019.
3. Menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian peningkatan
produksi daging sapi dan kerbau tahun 2010-2014.
4. Menjelaskan langkah-langkah yang harus diambil untuk mewujudkan pencapaian
peningkatan daging sapi dan kerbau tahun 2015-2019.
1.3
Sistematika Penulisan
1
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang materi yang akan di bahas dalam
makalah ini penulis membagi uraiannya ke dalam tiga bab dan tiap-tiap bab akan
dikemukakan sub babnya dengan rincian sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan,
BAB II Pembahasan yang berisi Perkembangan produksi, konsumsi, serta volume ekspor
dan impor daging sapi dan kerbau periode 2010-2014, Proyeksi perkembangan
produksi dan volume impor daging sapi dan kerbau 2015-2019, masalah-masalah
yang dihadapi dalam pencapaian peningkatan produksi daging sapi dan kerbau
tahun 2010-2014, dan langkah-langkah yang harus diambil untuk mewujudkan
pencapaian peningkatan daging sapi dan kerbau tahun 2015-2019.
BAB III Penutup yang berisi kesimpulan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Perkembangan Produksi, Konsumsi, serta Volume Ekspor-Impor Daging Sapi
dan Kerbau Periode Tahun 2010 – 2014
a. Produksi dan konsumsi
Produksi hasil peternakan terdiri dari produksi daging, telur, dan susu. Produksi
secara nasional untuk daging sapi dan kerbau selama tahun 2010-2014 mengalami
fluktuasi. Produksi daging sapi tertinggi berada pada tahun 2014 yaitu sebanyak 540 ribu
ton sedangkan untuk produksi daging kerbau tertinggi berada pada tahun 2014 yaitu 41,2
ribu ton. Pencapaian produksi daging sapi dan kerbau tahun 2010-2014 dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Produksi Daging
Sapi dan Kerbau Tahun
2010-2014XTahun
2010
Daging Sapi
(ribu ton)
436,5
Daging Kerbau
(ribu ton)
35,9
2011
485,3
35,3
2012
508,9
37
2013
504,8
37,8
2014*
540
41,2
Rerata pertumbuhan %/thn
5,55
3,58
Sumber : Kementerian Pertanian, 2015.
*)
Dalam Angka Ramalan
Produksi Daging Sapi dan Kerbau
(ribu ton)
600
500
436.5
485.3 508.9 504.8
540
Daging Sapi
Daging Kerbau
400
300
200
100
0
2009
35.9
35.3
37
37.8
41.2
2010
2011
2012
2013
2014
2015
1. Grafik Produksi Daging Sapi dan Kerbau 2010-2014
3
Gambar
Populasi ternak tahun 2010-2014 khususnya sapi yang terdiri dari sapi potong dan
sapi perah serta kerbau setiap tahunnya berbeda-beda. Rerata pertumbuhan pada kerbau
cenderung menurun sebesar 7,1%/tahun sedangkan sapi potong dan sapi perah
cenderung meningkat rerata pertumbuhannya sebesar 3,1 dan 1,5 %/tahun. Untuk lebih
lengkap melihat populasi sapi dan kerbau ditampilkan pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Populasi Sapi dan Kerbau (ribu ekor) Tahun 2010-2014
Komoditas
Sapi Potong
2010
2011
2012
2013
2014
13.582
14.824
15.981
12.686
14.703
612
1.438
18.031
444
1.110
14.240
483
1.321
16.507
Sapi Perah
488
597
Kerbau
2.000
1.305
Total
16.070
16.726
Sumber : Kementerian Pertanian, 2015.
Rerata
pertumbuhan
%/thn
3,1
1,5
-7,1
Gambar 2. Grafik Populasi Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
Populasi Sapi dan Kerbau (ribu ekor)
18,000
16,000
14,000
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Konsumsi perkapita daging sapi selama periode 2010-2013 secara umum
cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2011 konsumsi daging sapi 0,417
kg/perkapita/tahun dan menurun sampai tahun 2013 sampai konsumsi daging sapi
Indonesia sebesar 0,261 kg/kapita/tahun (0,005 kg/kapita/minggu). Menurut data Susenas,
konsumsi langsung daging sapi oleh Rumah Tangga relatif kecil. Hal ini dikarenakan masih
ada alternatif sumber protein hewani lain yaitu daging ayam, ikan dan telur ayam. Meski
terjadi telah terjadi peningkatan dari sisi pendapatan namun tidak secara signifikan
4
meningkatkan konsumsi langsung rumah tangga terhadap daging sapi. Konsumsi daging
sapi dan kerbau dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Konsumsi
Daging Sapi dan
Kerbau Tahun 20102014.XTahun
2010
2011
2012
2013
2014
Rata-rata
Daging Kerbau
(kg/kapita/tahun)
Daging Sapi
(kg/kapita/tahun)
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,365
0,417
0,365
0,261
0,261
0,3338
Sumber : SUSENAS, BPS 2010 - 2014.
Gambar 3. Grafik Konsumsi Daging Sapi dan KerbauTahun 2010-2014
Konsumsi Daging Sapi dan Kerbau
(kg/kapita/tahun)
0.42
0.45
0.4
0.37
0.37
0.35
0.3
Daging Sapi
Daging Kerbau
0.26
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
2009
0
0
0
0
0
2010
2011
2012
2013
2014
2015
b. Ekspor-Impor
Selama ini produksi sektor pertanian peternakan khususnya daging sapi dan
kerbau, hanya diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik dan tidak
berorientasi untuk ekspor. Namun demikian Indonesia mengekspor daging sapi pada tahun
2013 sejumlah 3 ton. Sedangkan neraca volume perdagangan ekspor-impor komoditas
sapi mengalami defisit dan untuk komoditi kerbau pemerintah belum melakukan eksporimpor. Berikut disajikan tabel 4 mengenai volume ekspor-impor daging sapi dan kerbau
tahun 2010-2013:
5
6
Tabel 4.
Volume
Ekspor-Impor
Sapi (Ton)
Tahun 20102013.XKomodi
tas
2011
2010
2012
2013
Ekspor
Impor
Ekspor
Impor
Ekspor
Impor
Ekspor
Impor
Sapi Bibit
0
1.133
0
0
0
3.260
0
71
Sapi Bakalan
0
208.584
0
118.921
0,4
78.938
0
Daging Sapi
4
90.506
Total
4
300.223
0,3
0,3
65.022
183.943
2
2,4
39.026
121.224
3
3
129.95
0
47.698
177.71
9
Sumber :BPS diolah PUSDATIN, 2014.
Gambar 4. Grafik Volume Ekspor-Impor Sapi Tahun 2010-2013
Volume Ekspor-Impor Sapi (ton)
250000
208,584
200000
150000
129,950
118,921
100000
90,506
78,938
65,022
50000
0
47,698
39,026
4 1,133
00
0 2 3,260
0
3
71
00
0
0
00
Sapi Bibit
Sapi Bakalan
Daging Sapi
Indonesia melakukan impor sapi dalam bentuk daging dan ternak bakalan untuk
digemukkan. Mayoritas negara asal daging sapi adalah Australia dan New Zealand,
sementara asal ternak sapi bakalan hanya Australia. Ekspor daging sapi dari Indonesia
sangat kecil dan ekspor ternak sapi bahkan tidak ada. Perkembangan volume impor dan
ekspor daging sapi oleh Indonesia selama 2010-2013 diperlihatkan pada Tabel 4. Volume
impor terus menurun, yaitu dari 300.223 ton pada tahun 2010 menjadi 177.719 ton pada
7
tahun 2013, karena pasokan daging sapi di dalam negeri sudah berlebihan sebagai akibat
impor sapi bakalan yang terlalu banyak. Pada tahun 2012 menuju 2013, volume impor
daging sapi meningkat mulai 121.224 ton menjadi 177.719 ton, karena terjadi kekurangan
pasokan daging sapi di dalam negeri sebagai akibat penurunan drastis volume impor sapi
bibit.
2.2
Proyeksi Produksi dan Impor Komoditi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 20152019
a. Perkembangan dan proyeksi produksi dan Impor.
Target pencapaian produksi daging sapi (karkas) sebesar 509,48 ribu ton, daging
sapi (Meat Yield) sebesar 407,74 ribu ton serta daging kerbau (karkas) 35,61 ribu ton dan
daging kerbau (Meat Yield) sebesar 28,49 ribu ton di tahun 2015. Sedangkan jika
berdasarkan angka ramalan di tahun 2014 Indonesia masih belum bisa mewujudkan target
pencapaian produksi daging sapi dan kerbau, karena produksi daging sapi diprediksi
hanya 407,74 ribu ton masih jauh dari angka 540 ribu ton serta daging kerbau diprediksi
28,49 ribu ton masih jauh dari angka 41,2 ribu ton. Dengan demikian untuk mencapai
swasembada di sisa bulan 2015 ini dibutuhkan kenaikan produksi daging sapi sebesar
132,26 ribu ton serta daging kerbau sebesar 12,71 ribu ton. Berikut adalah target dan
realisasi produksi daging sapi dan kerbau periode tahun 2010-2014.
Tabel 5. Target dan Realisasi Produksi Daging Sapi (ribu ton) Tahun 2010-2014.
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
Target
468,3
436,5
Realisasi
Sumber : BPS, 2015.
*Angka Ramalan.
481,9
485,3
516,9
508,9
566,4
504,8
624,4
540*
Gambar 5. Grafik Target dan Realisasi Daging Sapi (ribu ton) Tahun 2010-2014
8
Target dan Realisasi Daging Sapi (ribu ton)
Tahun 2010-2014
700
600
Target
Realisasi
500
400
300
200
100
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Tabel 6. Target dan Realisasi Produksi Daging Kerbau (ribu ton) Tahun 2010-2014.
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
Target
36,5
35,9
Realisasi
Sumber : BPS, 2015.
*Angka Ramalan.
37,1
35,3
38,03
37
38,8
37,8
39,7
41,2*
Gambar 6. Grafik Target dan Realisasi Produksi Daging Kerbau (ribu ton)
Tahun 2010-2014
Target dan Realisasi Daging Kerbau (ribu ton)
Tahun 2010-2014
42
Target
Realisasi
40
38
36
34
32
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Berdasarkan renstra kementerian pertanian tahun 2015-2019 berikut disajikan
target produksi (Karkas dan Meat Yield) daging sapi dan kerbau serta volume impor daging
sapi tahun 2015-2019 yaitu tabel 7, 8, dan 9.
Tabel 7. Target Produksi (Karkas) Daging Sapi dan Kerbau (ribu ton)
Tahun 2015-2019
Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
Daging Sapi
Daging Kerbau
509,68
35,61
552,20
36,36
602,43
37,18
9
656,91
38,05
716,06
38,98
Sumber : Kementerian Pertanian, 2015.
Tabel 8. Target Produksi (Meat Yield) Daging Sapi dan Kerbau (ribu ton)
Tahun 2015-2019
Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
Daging Sapi
407,74
441,76
28,49
29,09
Daging Kerbau
Sumber : Kementerian Pertanian, 2015.
481,95
29,74
10
525,53
30,44
572,85
31,18
Tabel 9. Target Impor Produk Substitusi Daging Sapi (ribu ton) Tahun 2015-2019
Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
Daging Sapi
73,016
69,365
Sumber: Kementerian Pertanian, 2015.
2.3
65.897
62.602
59.472
Masalah yang dihadapi dalam pengembangan komoditi Daging Sapi dan
Kerbau Tahun 2010-2014
Pembangunan periode 2010-2014 pada dasarnya merupakan kelanjutan dan
peningkatan pelaksanaan pembangunan pada periode sebelumnya (2005 – 2009). Agar
pembangunan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan memenuhi target
sasaran yang ditetapkan, diperlukan gambaran permasalahan yang akan dihadapi pada
periode pembangunan jangka waktu lima tahun ke depan. Berikut permasalahan
berdasarkan yang dihadapi kementan 2010-2014:
a. Lahan
Selama ini usaha peternakan menggunakan lahan kosong di pemukiman atau
lahan yang ditanami dengan tanaman pangan maupun perkebunan. Penyebab hal ini
karena tidak ada regulasi seperti RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang memberikan
ruang untuk peternakan. Akibatnya, sering kawasan peternakan yang mulai maju
usahanya terusir untuk kepentingan pemukiman atau usaha yang lain. Sehubungan hal di
atas dan menjamin kebutuhan pangan nasional asal ternak, maka usaha peternakan harus
maju dan berkembang. Salah satu syaratnya adalah peternakan harus diberi lahan dengan
cara memberi kepastian dalam RTRW untuk ruang peternakan.
b. Infrastruktur
Disamping itu, masalah transportasi distribusi ternak belum optimal, yaitu tata
niaga daging sapi domestik masih mengandalkan pada pengiriman sapi hidup dan masih
memiliki hambatan, sehingga belum efisien. Penyebab inefisiensi diantaranya: belum
memadai nya jumlah dan kapasitas alat angkut (truk dan kapal) dan minimnya kualitas
sarana angkutan baik truk maupun kapal yang digunakan. Belum semua pelabuhan
memiliki holding ground untuk tempat pengumpulan ternak dan pemeriksaan karantina.
Kondisi ini diperburuk lagi dengan adanya retribusi selama proses pengangkutan mulai
dari desa, kecamatan, kabupaten, provinsi sampai ke daerah tujuan.
c. Sarana Produksi
Di Indonesia, sistem perbibitan ternak sudah mengalami kemajuan dalam hal
peraturan pemerintah tetapi dalam pelaksanaanya masih belum optimal. Permasalahan
pembibitan sapipotong yang dihadapi saat ini adalah : (1) jumlah bibit ternak belum
11
terpenuhi; (2) kualitas bibit masih rendah; (3) pelaku usaha pembibitan masih kurang
respon dalam pembibitan; (4) pengurasan betina produktif akibat pemotongan betina
produktif;(5) sumber pembibitan ternak masih menyebar dengan kepemilikan rendah
sehingga menyulitkan dalam pembinaan dan pengumpulan; serta (6) kelembagaan
pembibitan belum memadai.
Sistem perbibitan nasional diperlukan untuk menjamin ketersediaan bibit ternak
yang memenuhi kebutuhan dalam hal jumlah, standar mutu, syarat kesehatan, syarat
keamanan hayati, serta terjaga keberlanjutannya yang dapat menjamin terselenggaranya
usaha budidaya peternakan. Kelembagaan perbibitan ini untuk memfasilitasi tersedianya
benih dan bibit ternak sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas benih dan
bibit ternak serta pemanfaatan sumberdaya genetik ternak secara berkelanjutan.
Dengan adanya kelembagaan ini maka peternakan rakyat hingga industri akan
mendapatkan manfaatnya. Apabila program perbibitan dalam sebuah kelembagaan
meningkat dampaknya peternakan dalam negeri akan meningkat juga sehingga
mempunyai bibit yang memiliki kualitas sangat baik.
d. Menurunnya Minat Generasi Muda
Fakta dan pandangan bahwa pertanian sebagai salah satu sektor yang antara lain
kurang menjanjikan bagi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan hidup, kurangnya
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, lahan pertanian yang semakin
berkurang,sangat menentukan terhadap minat generasi muda untuk memilih pertanian
sebagai masa depannya. Mereka lebih memilih untuk mengadu nasib ke luar kota
bahkanke luar negeri, bekerja di pabrik-pabrik, bidang kedokteran, menjadi Pegawai
Negeri Sipil, dan pekerjaan bergengsi lainnya. Selama ini rata-rata pekerja yang bekerja di
sektor pertanian adalah penduduk dengan usia lebih dari 50 tahun.
e. Permodalan
Permodalan petani merupakan faktor yang mendukung
keberhasilan
pengembangan usahatani. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dengan
mengembangkan skema kredit dengan subsidi suku bunga sehingga suku bunga beban
petani lebih rendah seperti Kredit ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit
Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi perkebunan (KPEN-RP) , Kredit Usaha
Pembibitan Sapi (KUPS) dan skema kredit dengan penjaminan seperti Kredit Usaha
Rakyat (KUR). Namun demikian skema kredit tersebut belum mampu mengatasi
permodalan petani dan dukungan perbankan belum memberikan kontribusi yang optimal
12
bagi petani. Hal ini disebabkan antara lain sumber dana sepenuhnya dari bank dan risiko
ditanggung bank, oleh karena itu perbankan menerapkan prudential perbankan.
Dampak dari penerapan prudential perbankan dirasakan petani seperti sulinya
akses permodalan, persyaratan yang dianggap rumit dan waktu yang lama, masih
diperlukan jaminan tambahan yang memberatkan petani berupa sertifikat lahan,
terbatasnya sosilaisasi dan informasi keberadaan skema kredit serta terbatasnya
pendampingan dan pengawalan petani yang membutuhkan permodalan dari
perbankan.Kondisi petani secara umum memiliki lahan sempit, skala usaha kecil dan
letaknya yang menyebar dan lebih banyak sebagai buruh tani sehingga lebih mudah
dilayani oleh pelepas uang/sumber modal non formal meskipun suku bunga tinggi tetapi
waktu perolehannya lebih cepat.
Kebutuhan/permintaan daging sapi yang cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk ditentukan oleh keberlanjutan pasokan. Kondisi ini yang
menjadi permasalahan utama yang mendorong pada kenaikan harga.
Permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan kebutuhan/konsumsi daging sapi
di dalam negeri (Kementerian Perdagangan, 2013) adalah sebagai berikut:
1. Produksi sapi yang belum berkesinambungan
2. Sistem pendataan yang belum sempurna serta
3. Sistem distribusi sapi potong yang belum tertata dengan baik. Beberapa hal
tersebut yang menyebabkan terganggunya penyediaan daging sapi untuk
memenuhi kebutuhan/permintaan masyarakat.
2.4
Langkah Operasional Peningkatan Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun
2015-2019
Peningkatan produksi daging dan dan protein hewani lainnya (telur dan susu)
dilakukan antara lain meliputi peningkatan populasi dan distribusi ternak dari kawasan
padat ke wilayah berlimpah biomassa tetapi kosong ternak, serta peningkatan
produktivitas ternak melalui penyediaan air dan pakan murah, pelayanan pejantan unggul,
pelayanan inseminasi buatan yang lebih baik dan penerapan good farming practices.
Selain itu dilakukan peningkatan produksi daging melalui penggemukan dan tunda
potong sesuai potensi genetik dan potensi ekonomi ternak, pencegahan pemotongan sapi
(ternak) betina produktif, pencegahan dan pengendalian penyakit untuk mengurangi angka
mortalitas anak dan induk serta peningkatan mutu genetik ternak melalui seleksi dan
persilangan. Langkah-langkah operasional yang akan dilakukan antara lain meliputi:
a. Peningkatan produktivitas ternak sapi lokal
13
• Optimalisasi inseminasi buatan dan sinkronisasi berahi pada sekitar 2 juta
akseptor pertahun
• Pengadaan pejantan unggul sapi dan kerbau
• Penyediaan air untuk ternak
• Penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan keswan
• Pengendalian betina produktif
b. Pengembangan pakan ternak
• Pengembangan hijauan pakan ternak sekitar 4 juta stek pertahun
• Pengembangan pakan olahan/bahan pakan sekitar 14 ribu ton pertahun
c. Penyediaan bibit sapi/kerbau
• Penyediaan benih ternak sekitar 5 juta dosis pertahun
• Penyediaan bibit ternak sekitar 500 ribu ekor pertahun
• Sertifikasi kelembagaan dan wilayah perbibitan ternak sekitar 4 juta sertifikat
pertahun
d. Kesehatan hewan
• Penanganan pengendalian penyakit hewan menular strategis dan zoonosis
sekitar 4 juta dosis per tahun
• Penyidikan dan pengujian penyakit hewan dan sertifikasi obat hewan sekitar 150
ribu sampel pertahun
• Penguatan kelembagaan otoritas veteriner
• Produksi vaksin, obat hewan dan bahan biologik sekitar 8 juta dosis pertahun
• Penguatan sistem kesehatan hewan nasional di 34 provinsi
e. Kesmavet, pasca panen dan pemasaran
• Penguatan dan perbaikan manajemen Rumah Potong Hewan (RPH)
• penerapan penjaminan produk hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal
• Fasilitasi kios daging, pasar ternak dan pengaturan pemasaran sapi/kerbau dan
daging.
• penerapan kesejahteraan hewan.
f. Regulasi pemerintah
• Perda pemotongan betina produktif
• Perda perizinan pengembangan sapi di perkebunan sawit
• Regulasi impor ternak dan daging
14
• penyediaan fasilitas skim kredit
• pengaturan stok sapi bakalan
Gambar 7. Langkah Operasional Peningkatan Produksi Daging
Sumber: Kementerian Pertanian, 2015.
15
BAB III
PENUTUP
1. Perkembangan produksi daging sapi dan kerbau periode tahun 2010-2014
menunjukkan fluktuasi produksi, sedangkan konsumsi secara umum menurun.
Namun demikian pada periode ini pemerintah masih melakukan kebijakan impor
daging sapi berupa sapi bibit, sapi bakalan dan daging sapi meskipun dalam
presentase yang relative menurun dari tahun 2010-2014.
2. Perkembangan produksi dan impor serta proyeksi periode 2015-2019
menunjukkan jumlah produksi karkas dan Meat Yield daging sapi dan kerbau
secara umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Namun dalam target
dan realisasi produksi daging sapi dan kerbau tahun 2010-2014 secara umum
belum terealisasi namun pada tahun 2011 target daging sapi dapat terealisasi.
3. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian pencapaian produksi daging
sapi dan kerbau tahun 2010-2014 diantaranya adalah lahan, infrastruktur, sarana
produksi, menurunnya minat generasi muda, dan permodalan.
4. Langkah-langkah yang bisa diambil untuk mewujudkan pencapaian produksi
daging sapi dan kerbau tahun 2015-2019 diantaranya adalah peningkatan
produksi sapi lokal, pengembangan pakan ternak, penyediaan bibit sapi/kerbau,
kesehatan hewan, kesmavet pasca panen dan pemasaran dan regulasi
pemerintah.
16
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. http://bps.go.id diakses pada tanggal 29 November 2015.
Kementerian Perdagangan Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan
Pengkajian Dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan.. 2013. Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Harga Eceran Daging Sapi Dalam Negeri.
Kementerian Perdagangan. Jakarta.
Kementerian Pertanian. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Statistik Makro
Sektor Pertanian 2013. Jakarta.
-------------------------------. 2014. Statistik Makro Sektor Pertanian Volume 6 No. 2 Tahun
2014. Jakarta.
-------------------------------. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 20152019. Jakarta.
17
LAMPIRAN
Sasaran Produksi Daging Sapi (karkas) Tahun 2015-2019 Per Provinsi
18
Sasaran Produksi Daging Sapi (Meat Yield) Tahun 2015-2019 per Provinsi
19
Sasaran Produksi Daging Kerbau (Karkas) Tahun 2015-2019 per Provinsi
20
Sasaran Produksi Daging Kerbau (Meat Yield) Tahun 2015-2019 per Provinsi
Target Kinerja Kementerian Pertanian 2015-2019
21
PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI DAN KERBAU
2010-2014
(Sebagai Tugas Mata Kuliah Perdagangan Internasional)
Dosen: Ir. Haris Budiyono M.T.
Disusun oleh:
Ulfah Muflihah
(41185009130012)
Wahyu Kurniwan
(41185009120008)
Belinda Rizky Maulidya E (41185009130007)
Andri Saputra
(41185009130013)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM “45”BEKASI
BEKASI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Perdagangan Internasional. Tidak lupa, shalawat serta salam semoga terlimpahkan
kepada Nabi Besar Muhammad Shallahu‘alaihi wa sallam sebagai panutan dalam
menjalani kehidupan.
Tulisan ini akan menyajikan analisis pencapaian Produksi Daging Sapi dan Kerbau
2010-2014. Penulis menyadari bahwa apa yang bisa penulis sajikan dalam tulisan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Bekasi, November 2015
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
i
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1
1
1.2. Sistematika Penulisan
2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Perkembangan Produksi, Konsumsi, serta Volume Ekspor-impor
Daging Sapi dan Kerbau Periode Tahun 2010 – 2014 3
2.2 Proyeksi Perkembangan Produksi dan Impor serta
Target dan Realisasi Produksi Periode Tahun 2015-2019
7
2.3 Masalah-Masalah Yang Dihadapi Dalam Pencapaian Peningkatan Produksi
Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014 9
2.4 Langkah Operasional Peningkatan Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun
2015-2019 11
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
14
15
2
3
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
Tabel 2. Populasi Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
3
4
Tabel 3. Konsumsi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
5
Tabel 4. Volume Ekspor-Impor Daging Sapi Tahun 2010-2013
6
Tabel 5. Target dan Realisasi Daging Sapi Tahun 2010-2014
7
Tabel 6. Target dan Realisasi Daging Kerbau Tahun 2010-2014
8
Tabel 7. Target Produksi (Karkas) Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2015-2019.
8
Tabel 8. Target Produksi (Meat Yield) Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2015-2019. 8
Tabel 9. Target Produk Impor Substitusi Daging Sapi Tahun 2015-2019. 9
4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Grafik Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
Gambar 2. Grafik Populasi Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
4
Gambar 3. Grafik Konsumsi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
Gambar 4. Grafik Ekspor-Impor Sapi Tahun 2010-2013
3
5
6
Gambar 5. Grafik Target dan Realisasi Daging Sapi Tahun 2010-2014
7
Gambar 6. Grafik Target dan Realisasi Daging Kerbau Tahun 2010-2014 8
Gambar 7. Langkah Operasional Peningkatan Produksi Daging
5
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Daging sapi dan kerbau merupakan salah satu bahan pangan pokok yang
mengandung protein cukup tinggi, selain daging ayam. Daging sapi tidak hanya
dikonsumsi oleh kebutuhan Rumah Tangga, juga sebagai bahan baku industri pengolahan,
hotel, restorandan catering. Konsumsi daging sapi secara nasional terus meningkat seiring
dengan meningatnya jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat serta
selera masyarakat. Pemenuhan kebutuhan daging sapi di dalam negeri dilakukan melalui
tiga sumber yaitu sapi lokal, sapi impor dan daging impor. Keberlanjutan sumber pasokan
daging sapi di dalam negeri penting karena kondisi ini akan menciptakan ketidakstabilan
harga di dalam negeri.
Pasokan daging sapi di pasar tidak hanya berasal dari produksi domestik tetapi
juga dari impor berupa daging sapi dan sapi bakalan untuk usaha penggemukan. Awalnya
impor daging sapi hanya untuk restoran dan hotel berbintang berupa daging sapi kelas
utama (prime cut). Namun berkembangnya permintaan domestik mendorong
meningkatnya impor dengan berbagai variasi baik ternak sapi maupun produknya
termasuk jerohan. Penggunaan produk impor berkembang menjadi untuk katering, industri
daging olahan (sosis, baso, dan corned), dan rumah makan dan konsumen rumah tangga.
1.2
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan perkembangan produksi, konsumsi, serta volume ekspor-impor,
komoditas daging sapi dan kerbau periode tahun 2010 – 2014.
2. Analisa proyeksi produksi dan volume impor daging sapi dan kerbau tahun 20152019.
3. Menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian peningkatan
produksi daging sapi dan kerbau tahun 2010-2014.
4. Menjelaskan langkah-langkah yang harus diambil untuk mewujudkan pencapaian
peningkatan daging sapi dan kerbau tahun 2015-2019.
1.3
Sistematika Penulisan
1
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang materi yang akan di bahas dalam
makalah ini penulis membagi uraiannya ke dalam tiga bab dan tiap-tiap bab akan
dikemukakan sub babnya dengan rincian sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan,
BAB II Pembahasan yang berisi Perkembangan produksi, konsumsi, serta volume ekspor
dan impor daging sapi dan kerbau periode 2010-2014, Proyeksi perkembangan
produksi dan volume impor daging sapi dan kerbau 2015-2019, masalah-masalah
yang dihadapi dalam pencapaian peningkatan produksi daging sapi dan kerbau
tahun 2010-2014, dan langkah-langkah yang harus diambil untuk mewujudkan
pencapaian peningkatan daging sapi dan kerbau tahun 2015-2019.
BAB III Penutup yang berisi kesimpulan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Perkembangan Produksi, Konsumsi, serta Volume Ekspor-Impor Daging Sapi
dan Kerbau Periode Tahun 2010 – 2014
a. Produksi dan konsumsi
Produksi hasil peternakan terdiri dari produksi daging, telur, dan susu. Produksi
secara nasional untuk daging sapi dan kerbau selama tahun 2010-2014 mengalami
fluktuasi. Produksi daging sapi tertinggi berada pada tahun 2014 yaitu sebanyak 540 ribu
ton sedangkan untuk produksi daging kerbau tertinggi berada pada tahun 2014 yaitu 41,2
ribu ton. Pencapaian produksi daging sapi dan kerbau tahun 2010-2014 dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Produksi Daging
Sapi dan Kerbau Tahun
2010-2014XTahun
2010
Daging Sapi
(ribu ton)
436,5
Daging Kerbau
(ribu ton)
35,9
2011
485,3
35,3
2012
508,9
37
2013
504,8
37,8
2014*
540
41,2
Rerata pertumbuhan %/thn
5,55
3,58
Sumber : Kementerian Pertanian, 2015.
*)
Dalam Angka Ramalan
Produksi Daging Sapi dan Kerbau
(ribu ton)
600
500
436.5
485.3 508.9 504.8
540
Daging Sapi
Daging Kerbau
400
300
200
100
0
2009
35.9
35.3
37
37.8
41.2
2010
2011
2012
2013
2014
2015
1. Grafik Produksi Daging Sapi dan Kerbau 2010-2014
3
Gambar
Populasi ternak tahun 2010-2014 khususnya sapi yang terdiri dari sapi potong dan
sapi perah serta kerbau setiap tahunnya berbeda-beda. Rerata pertumbuhan pada kerbau
cenderung menurun sebesar 7,1%/tahun sedangkan sapi potong dan sapi perah
cenderung meningkat rerata pertumbuhannya sebesar 3,1 dan 1,5 %/tahun. Untuk lebih
lengkap melihat populasi sapi dan kerbau ditampilkan pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Populasi Sapi dan Kerbau (ribu ekor) Tahun 2010-2014
Komoditas
Sapi Potong
2010
2011
2012
2013
2014
13.582
14.824
15.981
12.686
14.703
612
1.438
18.031
444
1.110
14.240
483
1.321
16.507
Sapi Perah
488
597
Kerbau
2.000
1.305
Total
16.070
16.726
Sumber : Kementerian Pertanian, 2015.
Rerata
pertumbuhan
%/thn
3,1
1,5
-7,1
Gambar 2. Grafik Populasi Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014
Populasi Sapi dan Kerbau (ribu ekor)
18,000
16,000
14,000
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Konsumsi perkapita daging sapi selama periode 2010-2013 secara umum
cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2011 konsumsi daging sapi 0,417
kg/perkapita/tahun dan menurun sampai tahun 2013 sampai konsumsi daging sapi
Indonesia sebesar 0,261 kg/kapita/tahun (0,005 kg/kapita/minggu). Menurut data Susenas,
konsumsi langsung daging sapi oleh Rumah Tangga relatif kecil. Hal ini dikarenakan masih
ada alternatif sumber protein hewani lain yaitu daging ayam, ikan dan telur ayam. Meski
terjadi telah terjadi peningkatan dari sisi pendapatan namun tidak secara signifikan
4
meningkatkan konsumsi langsung rumah tangga terhadap daging sapi. Konsumsi daging
sapi dan kerbau dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Konsumsi
Daging Sapi dan
Kerbau Tahun 20102014.XTahun
2010
2011
2012
2013
2014
Rata-rata
Daging Kerbau
(kg/kapita/tahun)
Daging Sapi
(kg/kapita/tahun)
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,365
0,417
0,365
0,261
0,261
0,3338
Sumber : SUSENAS, BPS 2010 - 2014.
Gambar 3. Grafik Konsumsi Daging Sapi dan KerbauTahun 2010-2014
Konsumsi Daging Sapi dan Kerbau
(kg/kapita/tahun)
0.42
0.45
0.4
0.37
0.37
0.35
0.3
Daging Sapi
Daging Kerbau
0.26
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
2009
0
0
0
0
0
2010
2011
2012
2013
2014
2015
b. Ekspor-Impor
Selama ini produksi sektor pertanian peternakan khususnya daging sapi dan
kerbau, hanya diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik dan tidak
berorientasi untuk ekspor. Namun demikian Indonesia mengekspor daging sapi pada tahun
2013 sejumlah 3 ton. Sedangkan neraca volume perdagangan ekspor-impor komoditas
sapi mengalami defisit dan untuk komoditi kerbau pemerintah belum melakukan eksporimpor. Berikut disajikan tabel 4 mengenai volume ekspor-impor daging sapi dan kerbau
tahun 2010-2013:
5
6
Tabel 4.
Volume
Ekspor-Impor
Sapi (Ton)
Tahun 20102013.XKomodi
tas
2011
2010
2012
2013
Ekspor
Impor
Ekspor
Impor
Ekspor
Impor
Ekspor
Impor
Sapi Bibit
0
1.133
0
0
0
3.260
0
71
Sapi Bakalan
0
208.584
0
118.921
0,4
78.938
0
Daging Sapi
4
90.506
Total
4
300.223
0,3
0,3
65.022
183.943
2
2,4
39.026
121.224
3
3
129.95
0
47.698
177.71
9
Sumber :BPS diolah PUSDATIN, 2014.
Gambar 4. Grafik Volume Ekspor-Impor Sapi Tahun 2010-2013
Volume Ekspor-Impor Sapi (ton)
250000
208,584
200000
150000
129,950
118,921
100000
90,506
78,938
65,022
50000
0
47,698
39,026
4 1,133
00
0 2 3,260
0
3
71
00
0
0
00
Sapi Bibit
Sapi Bakalan
Daging Sapi
Indonesia melakukan impor sapi dalam bentuk daging dan ternak bakalan untuk
digemukkan. Mayoritas negara asal daging sapi adalah Australia dan New Zealand,
sementara asal ternak sapi bakalan hanya Australia. Ekspor daging sapi dari Indonesia
sangat kecil dan ekspor ternak sapi bahkan tidak ada. Perkembangan volume impor dan
ekspor daging sapi oleh Indonesia selama 2010-2013 diperlihatkan pada Tabel 4. Volume
impor terus menurun, yaitu dari 300.223 ton pada tahun 2010 menjadi 177.719 ton pada
7
tahun 2013, karena pasokan daging sapi di dalam negeri sudah berlebihan sebagai akibat
impor sapi bakalan yang terlalu banyak. Pada tahun 2012 menuju 2013, volume impor
daging sapi meningkat mulai 121.224 ton menjadi 177.719 ton, karena terjadi kekurangan
pasokan daging sapi di dalam negeri sebagai akibat penurunan drastis volume impor sapi
bibit.
2.2
Proyeksi Produksi dan Impor Komoditi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 20152019
a. Perkembangan dan proyeksi produksi dan Impor.
Target pencapaian produksi daging sapi (karkas) sebesar 509,48 ribu ton, daging
sapi (Meat Yield) sebesar 407,74 ribu ton serta daging kerbau (karkas) 35,61 ribu ton dan
daging kerbau (Meat Yield) sebesar 28,49 ribu ton di tahun 2015. Sedangkan jika
berdasarkan angka ramalan di tahun 2014 Indonesia masih belum bisa mewujudkan target
pencapaian produksi daging sapi dan kerbau, karena produksi daging sapi diprediksi
hanya 407,74 ribu ton masih jauh dari angka 540 ribu ton serta daging kerbau diprediksi
28,49 ribu ton masih jauh dari angka 41,2 ribu ton. Dengan demikian untuk mencapai
swasembada di sisa bulan 2015 ini dibutuhkan kenaikan produksi daging sapi sebesar
132,26 ribu ton serta daging kerbau sebesar 12,71 ribu ton. Berikut adalah target dan
realisasi produksi daging sapi dan kerbau periode tahun 2010-2014.
Tabel 5. Target dan Realisasi Produksi Daging Sapi (ribu ton) Tahun 2010-2014.
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
Target
468,3
436,5
Realisasi
Sumber : BPS, 2015.
*Angka Ramalan.
481,9
485,3
516,9
508,9
566,4
504,8
624,4
540*
Gambar 5. Grafik Target dan Realisasi Daging Sapi (ribu ton) Tahun 2010-2014
8
Target dan Realisasi Daging Sapi (ribu ton)
Tahun 2010-2014
700
600
Target
Realisasi
500
400
300
200
100
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Tabel 6. Target dan Realisasi Produksi Daging Kerbau (ribu ton) Tahun 2010-2014.
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
Target
36,5
35,9
Realisasi
Sumber : BPS, 2015.
*Angka Ramalan.
37,1
35,3
38,03
37
38,8
37,8
39,7
41,2*
Gambar 6. Grafik Target dan Realisasi Produksi Daging Kerbau (ribu ton)
Tahun 2010-2014
Target dan Realisasi Daging Kerbau (ribu ton)
Tahun 2010-2014
42
Target
Realisasi
40
38
36
34
32
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Berdasarkan renstra kementerian pertanian tahun 2015-2019 berikut disajikan
target produksi (Karkas dan Meat Yield) daging sapi dan kerbau serta volume impor daging
sapi tahun 2015-2019 yaitu tabel 7, 8, dan 9.
Tabel 7. Target Produksi (Karkas) Daging Sapi dan Kerbau (ribu ton)
Tahun 2015-2019
Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
Daging Sapi
Daging Kerbau
509,68
35,61
552,20
36,36
602,43
37,18
9
656,91
38,05
716,06
38,98
Sumber : Kementerian Pertanian, 2015.
Tabel 8. Target Produksi (Meat Yield) Daging Sapi dan Kerbau (ribu ton)
Tahun 2015-2019
Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
Daging Sapi
407,74
441,76
28,49
29,09
Daging Kerbau
Sumber : Kementerian Pertanian, 2015.
481,95
29,74
10
525,53
30,44
572,85
31,18
Tabel 9. Target Impor Produk Substitusi Daging Sapi (ribu ton) Tahun 2015-2019
Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
Daging Sapi
73,016
69,365
Sumber: Kementerian Pertanian, 2015.
2.3
65.897
62.602
59.472
Masalah yang dihadapi dalam pengembangan komoditi Daging Sapi dan
Kerbau Tahun 2010-2014
Pembangunan periode 2010-2014 pada dasarnya merupakan kelanjutan dan
peningkatan pelaksanaan pembangunan pada periode sebelumnya (2005 – 2009). Agar
pembangunan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan memenuhi target
sasaran yang ditetapkan, diperlukan gambaran permasalahan yang akan dihadapi pada
periode pembangunan jangka waktu lima tahun ke depan. Berikut permasalahan
berdasarkan yang dihadapi kementan 2010-2014:
a. Lahan
Selama ini usaha peternakan menggunakan lahan kosong di pemukiman atau
lahan yang ditanami dengan tanaman pangan maupun perkebunan. Penyebab hal ini
karena tidak ada regulasi seperti RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang memberikan
ruang untuk peternakan. Akibatnya, sering kawasan peternakan yang mulai maju
usahanya terusir untuk kepentingan pemukiman atau usaha yang lain. Sehubungan hal di
atas dan menjamin kebutuhan pangan nasional asal ternak, maka usaha peternakan harus
maju dan berkembang. Salah satu syaratnya adalah peternakan harus diberi lahan dengan
cara memberi kepastian dalam RTRW untuk ruang peternakan.
b. Infrastruktur
Disamping itu, masalah transportasi distribusi ternak belum optimal, yaitu tata
niaga daging sapi domestik masih mengandalkan pada pengiriman sapi hidup dan masih
memiliki hambatan, sehingga belum efisien. Penyebab inefisiensi diantaranya: belum
memadai nya jumlah dan kapasitas alat angkut (truk dan kapal) dan minimnya kualitas
sarana angkutan baik truk maupun kapal yang digunakan. Belum semua pelabuhan
memiliki holding ground untuk tempat pengumpulan ternak dan pemeriksaan karantina.
Kondisi ini diperburuk lagi dengan adanya retribusi selama proses pengangkutan mulai
dari desa, kecamatan, kabupaten, provinsi sampai ke daerah tujuan.
c. Sarana Produksi
Di Indonesia, sistem perbibitan ternak sudah mengalami kemajuan dalam hal
peraturan pemerintah tetapi dalam pelaksanaanya masih belum optimal. Permasalahan
pembibitan sapipotong yang dihadapi saat ini adalah : (1) jumlah bibit ternak belum
11
terpenuhi; (2) kualitas bibit masih rendah; (3) pelaku usaha pembibitan masih kurang
respon dalam pembibitan; (4) pengurasan betina produktif akibat pemotongan betina
produktif;(5) sumber pembibitan ternak masih menyebar dengan kepemilikan rendah
sehingga menyulitkan dalam pembinaan dan pengumpulan; serta (6) kelembagaan
pembibitan belum memadai.
Sistem perbibitan nasional diperlukan untuk menjamin ketersediaan bibit ternak
yang memenuhi kebutuhan dalam hal jumlah, standar mutu, syarat kesehatan, syarat
keamanan hayati, serta terjaga keberlanjutannya yang dapat menjamin terselenggaranya
usaha budidaya peternakan. Kelembagaan perbibitan ini untuk memfasilitasi tersedianya
benih dan bibit ternak sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas benih dan
bibit ternak serta pemanfaatan sumberdaya genetik ternak secara berkelanjutan.
Dengan adanya kelembagaan ini maka peternakan rakyat hingga industri akan
mendapatkan manfaatnya. Apabila program perbibitan dalam sebuah kelembagaan
meningkat dampaknya peternakan dalam negeri akan meningkat juga sehingga
mempunyai bibit yang memiliki kualitas sangat baik.
d. Menurunnya Minat Generasi Muda
Fakta dan pandangan bahwa pertanian sebagai salah satu sektor yang antara lain
kurang menjanjikan bagi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan hidup, kurangnya
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, lahan pertanian yang semakin
berkurang,sangat menentukan terhadap minat generasi muda untuk memilih pertanian
sebagai masa depannya. Mereka lebih memilih untuk mengadu nasib ke luar kota
bahkanke luar negeri, bekerja di pabrik-pabrik, bidang kedokteran, menjadi Pegawai
Negeri Sipil, dan pekerjaan bergengsi lainnya. Selama ini rata-rata pekerja yang bekerja di
sektor pertanian adalah penduduk dengan usia lebih dari 50 tahun.
e. Permodalan
Permodalan petani merupakan faktor yang mendukung
keberhasilan
pengembangan usahatani. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dengan
mengembangkan skema kredit dengan subsidi suku bunga sehingga suku bunga beban
petani lebih rendah seperti Kredit ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit
Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi perkebunan (KPEN-RP) , Kredit Usaha
Pembibitan Sapi (KUPS) dan skema kredit dengan penjaminan seperti Kredit Usaha
Rakyat (KUR). Namun demikian skema kredit tersebut belum mampu mengatasi
permodalan petani dan dukungan perbankan belum memberikan kontribusi yang optimal
12
bagi petani. Hal ini disebabkan antara lain sumber dana sepenuhnya dari bank dan risiko
ditanggung bank, oleh karena itu perbankan menerapkan prudential perbankan.
Dampak dari penerapan prudential perbankan dirasakan petani seperti sulinya
akses permodalan, persyaratan yang dianggap rumit dan waktu yang lama, masih
diperlukan jaminan tambahan yang memberatkan petani berupa sertifikat lahan,
terbatasnya sosilaisasi dan informasi keberadaan skema kredit serta terbatasnya
pendampingan dan pengawalan petani yang membutuhkan permodalan dari
perbankan.Kondisi petani secara umum memiliki lahan sempit, skala usaha kecil dan
letaknya yang menyebar dan lebih banyak sebagai buruh tani sehingga lebih mudah
dilayani oleh pelepas uang/sumber modal non formal meskipun suku bunga tinggi tetapi
waktu perolehannya lebih cepat.
Kebutuhan/permintaan daging sapi yang cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk ditentukan oleh keberlanjutan pasokan. Kondisi ini yang
menjadi permasalahan utama yang mendorong pada kenaikan harga.
Permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan kebutuhan/konsumsi daging sapi
di dalam negeri (Kementerian Perdagangan, 2013) adalah sebagai berikut:
1. Produksi sapi yang belum berkesinambungan
2. Sistem pendataan yang belum sempurna serta
3. Sistem distribusi sapi potong yang belum tertata dengan baik. Beberapa hal
tersebut yang menyebabkan terganggunya penyediaan daging sapi untuk
memenuhi kebutuhan/permintaan masyarakat.
2.4
Langkah Operasional Peningkatan Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun
2015-2019
Peningkatan produksi daging dan dan protein hewani lainnya (telur dan susu)
dilakukan antara lain meliputi peningkatan populasi dan distribusi ternak dari kawasan
padat ke wilayah berlimpah biomassa tetapi kosong ternak, serta peningkatan
produktivitas ternak melalui penyediaan air dan pakan murah, pelayanan pejantan unggul,
pelayanan inseminasi buatan yang lebih baik dan penerapan good farming practices.
Selain itu dilakukan peningkatan produksi daging melalui penggemukan dan tunda
potong sesuai potensi genetik dan potensi ekonomi ternak, pencegahan pemotongan sapi
(ternak) betina produktif, pencegahan dan pengendalian penyakit untuk mengurangi angka
mortalitas anak dan induk serta peningkatan mutu genetik ternak melalui seleksi dan
persilangan. Langkah-langkah operasional yang akan dilakukan antara lain meliputi:
a. Peningkatan produktivitas ternak sapi lokal
13
• Optimalisasi inseminasi buatan dan sinkronisasi berahi pada sekitar 2 juta
akseptor pertahun
• Pengadaan pejantan unggul sapi dan kerbau
• Penyediaan air untuk ternak
• Penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan keswan
• Pengendalian betina produktif
b. Pengembangan pakan ternak
• Pengembangan hijauan pakan ternak sekitar 4 juta stek pertahun
• Pengembangan pakan olahan/bahan pakan sekitar 14 ribu ton pertahun
c. Penyediaan bibit sapi/kerbau
• Penyediaan benih ternak sekitar 5 juta dosis pertahun
• Penyediaan bibit ternak sekitar 500 ribu ekor pertahun
• Sertifikasi kelembagaan dan wilayah perbibitan ternak sekitar 4 juta sertifikat
pertahun
d. Kesehatan hewan
• Penanganan pengendalian penyakit hewan menular strategis dan zoonosis
sekitar 4 juta dosis per tahun
• Penyidikan dan pengujian penyakit hewan dan sertifikasi obat hewan sekitar 150
ribu sampel pertahun
• Penguatan kelembagaan otoritas veteriner
• Produksi vaksin, obat hewan dan bahan biologik sekitar 8 juta dosis pertahun
• Penguatan sistem kesehatan hewan nasional di 34 provinsi
e. Kesmavet, pasca panen dan pemasaran
• Penguatan dan perbaikan manajemen Rumah Potong Hewan (RPH)
• penerapan penjaminan produk hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal
• Fasilitasi kios daging, pasar ternak dan pengaturan pemasaran sapi/kerbau dan
daging.
• penerapan kesejahteraan hewan.
f. Regulasi pemerintah
• Perda pemotongan betina produktif
• Perda perizinan pengembangan sapi di perkebunan sawit
• Regulasi impor ternak dan daging
14
• penyediaan fasilitas skim kredit
• pengaturan stok sapi bakalan
Gambar 7. Langkah Operasional Peningkatan Produksi Daging
Sumber: Kementerian Pertanian, 2015.
15
BAB III
PENUTUP
1. Perkembangan produksi daging sapi dan kerbau periode tahun 2010-2014
menunjukkan fluktuasi produksi, sedangkan konsumsi secara umum menurun.
Namun demikian pada periode ini pemerintah masih melakukan kebijakan impor
daging sapi berupa sapi bibit, sapi bakalan dan daging sapi meskipun dalam
presentase yang relative menurun dari tahun 2010-2014.
2. Perkembangan produksi dan impor serta proyeksi periode 2015-2019
menunjukkan jumlah produksi karkas dan Meat Yield daging sapi dan kerbau
secara umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Namun dalam target
dan realisasi produksi daging sapi dan kerbau tahun 2010-2014 secara umum
belum terealisasi namun pada tahun 2011 target daging sapi dapat terealisasi.
3. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian pencapaian produksi daging
sapi dan kerbau tahun 2010-2014 diantaranya adalah lahan, infrastruktur, sarana
produksi, menurunnya minat generasi muda, dan permodalan.
4. Langkah-langkah yang bisa diambil untuk mewujudkan pencapaian produksi
daging sapi dan kerbau tahun 2015-2019 diantaranya adalah peningkatan
produksi sapi lokal, pengembangan pakan ternak, penyediaan bibit sapi/kerbau,
kesehatan hewan, kesmavet pasca panen dan pemasaran dan regulasi
pemerintah.
16
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. http://bps.go.id diakses pada tanggal 29 November 2015.
Kementerian Perdagangan Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan
Pengkajian Dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan.. 2013. Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Harga Eceran Daging Sapi Dalam Negeri.
Kementerian Perdagangan. Jakarta.
Kementerian Pertanian. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Statistik Makro
Sektor Pertanian 2013. Jakarta.
-------------------------------. 2014. Statistik Makro Sektor Pertanian Volume 6 No. 2 Tahun
2014. Jakarta.
-------------------------------. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 20152019. Jakarta.
17
LAMPIRAN
Sasaran Produksi Daging Sapi (karkas) Tahun 2015-2019 Per Provinsi
18
Sasaran Produksi Daging Sapi (Meat Yield) Tahun 2015-2019 per Provinsi
19
Sasaran Produksi Daging Kerbau (Karkas) Tahun 2015-2019 per Provinsi
20
Sasaran Produksi Daging Kerbau (Meat Yield) Tahun 2015-2019 per Provinsi
Target Kinerja Kementerian Pertanian 2015-2019
21