makalah folklore persepsi pengobatan dal

PENGOBATAN DAN HARAPAN KESEMBUHAN DALAM JAMPI
RAHEUT DI KAMPUNG SEKEJENGKOL RW 14 DESA CILEUNYI
WETAN KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG
Oleh
Santika

1. Pendahuluan
1.1Latar Belakang
Pengobatan tradisional sering berdampingan dengan pengobatan yang bersifat mistik,
karena dalam pengobatan tradisional sering mempergunakan mantra-mantra khusus yang
dipercayai dapat menyembuhkan berbagai macam penderitaan.
Jampi adalah bagian dari mantra. Jampi biasanya digunakan khusus untuk kegiatan
pengobatan. Di Cileunyi, sebagian masyarakat masih menjadikakan pengobatan
tradisional yang bersifat mistis ini sebagai rujukan pertama dalam mengobati
penderitaannya. Salah satu daerah yang masih mempergunakan jampi dalam pengobatan
yaitu di Kampung Sekejengkol RW 14, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi,
Kabupaten Bandung.
Jampi pengobatan ini ada dua jenis yaitu jampi untuk pengobatan kecelakaan dan
jampi untuk pengobatan penyakit. Jampi ini dituturkan oleh sesepuh kampung atau oleh
orang yang telah dipercaya mampu menuturkan jampi ketika ada warga yang tertimpa
musibah (kecelakaan/penyakit) meminta untuk dijampe (diberi jampi-jampi). Jampi yang

dituturkan sesuai dengan keadaan orang yang meminta untuk dijampe.
Tidak hanya diberi jampi-jampi penutur juga akan bertindak sebagai dokter,
memberikan obat berupa obat-obatan tradisional dan memijat. Jampi Raheut adalah salah
satu jampi pengobatan kecelakaan. Jampi ini dituturkan untuk mengobati patah tulang,
keleseo, memar, borok, luka tersayat dan luka ringan biasa. Penggunaan jampi dalam
pengobatan dimaksudkan sebagai doa. Jampi dituturkan bertujuan untuk meminta
kesembuhan dan kesempurnaan hidup. Pandangan lain menyatakan bahwa jampi
memiliki kekuatan magis dalam menyembuhkan.
130

Jampi raheut dituturkan ketika penutur telah mengetahui keluhan pasiennya
kemudian, penutur menyiapkan peralatan penunjang penuturan dan jampipun dituturkan.
Jampi raheut kini jarang atau bahkan tidak dikenal oleh masyarakat. Jampi raheut
sebagai bagian dari tradisi lisan kini mulai beranjak menuju kepunahan. Perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan memberi imbas yang kurang baik bagi kelestarian tradisi
lisan, termasuk jampi raheut. Di Kampung Sekejengkol RW14 sendiri jampi tersebut
hanya dituturkan oleh sebagian kecil kelompok masyarakat saja. Penuturan jampi mulai
ditingggalkan juga karena keyakinan agama dan semakin terfasilitasi jaminan kesehatan
dengan adanya poliklinik dan rumah sakit.
Pengetahuan pengobatan secara modern sudah semakin pesat. Obat-obatan

tradisionalpun mulai ditinggalkan beralih menggunakan obat-obatan kimia yang dengan
mudah dijual di warung-warung. Sehingga penuturan jampipun mulai ditinggalkan.
Pengetahuan agama yang dianggap sudah lebih mapan dimiliki oleh masyarakat juga
mengakibatkan jampi tidak lagi dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan berjampi merupakan tradisi totemisme,
sedangkan beberapa agama penuturan jampi merupakan kegiatan yang tidak dibenarkan.
Kajian ini merupakan pemaparan jampi yang dipandang dari sisi apa dan bagaimana
konsep-konsep yang ada didalamnya bukan persoalan penentangan terhadap agama.
Dalam sastra, jampi merupakan ranah sastra lisan. Sebagai sastra lisan khususnya
sebagai folklore jelas jampi memiliki hal-hal yang istimewa. Danandjaja mengungkapkan
bahwa folklore secara terselubung maupun secara gamlang melukiskan cara berpikir
pemiliknya (2008;73)
Sejalan dengan pernyataan Danandjaja bahwa folklore mengungkapkan cara berfikir
pemiliknya, jampi raheut mencerminkan bagaimana alam pikiran masyarakat. Pemikiran
terhadap proses penyembuhan luka, mungkin jauh sebelum dipatenkan ilmuan,
masyarakat telah mengetahui proses penyembuhan dan cara mengobati berbagai jenis
luka. Hal ini dapat kita ketahui melalui teks jampi raheutnya dan peralatan yang
digunakannya.
Mengapa jampi raheut? Kita tahu bahwa ranah pengobatan itu sangat luas, jika kita
golongkan pengobatan berdasarkan gejala penyebabnya maka bisa kita dikotomikan

pengobatan untuk kecelakaan dan pengobatan untuk penyakit. Keduanya sama-sama
penting untuk di obati namun, kecelakaan biasanya menimbulkan luka yang terlihat oleh

130

mata sedangkan penyakit biasanya tidak terlihat oleh mata. Oleh karena itu, proses
penyembuhan luka lebih terlihat dan dapat kita bandingkan dengan teks jampi raheutnya.
Maka kajian ini akan membahas jampi raheut.
Pentingnya kajian tentang jampi raheut ini mengingat betapa jampi tersebut sarat
akan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang terkandung didalamnya jelas merupan
warisan leluhur yang mesti kita jaga dan pertahankan. Dalam jampi raheut kita dapat
memperoleh pandangan mengenai system pengetahuan manusia terhadap bagian-bagian
tubuh, cara tubuh memperbaiki sel-selnya yang rusak dan pengetahuan tentang
pengobatan.
Tanpa adanya kajian, maka nilai-nilai yang mungkin masih belum terungkap tidak
akan diketahui. Jampi raheut tersebut menarik untuk dikaji karena jampi ini
mencerminkan pemikiran manusia terhadap pemecahan persoalan dan solusi menangani
luka. Kajian inipun dapat dikatakan sebagai salah satu upaya untuk menjaga kelestarian
jampi raheut, dengan cara mendokumentasikannya. Pendokumentasian ini perlu
dilakukan agar jampi raheut tidak punah, mengingat bahwa penutur jampi ini didominasi

oleh generasi tua, sedangkan generasi saat ini belum ada yang tertarik melanjutkan tradisi
berjampi.
Ketidak tertarikan generasi saat ini terhadap tradisi berjampi karena dianggap tradisi
tersebut kuno dan kampungan. Juga dalam pewarisan jampi ini pun ada banyak
persyaratan yang harus dijalani. Menurut informan yang boleh mewarisi jampi-jampi itu
adalah laki-laki yang lahir di bulan mulud, kemudian harus menjalani puasa. Ritual ini
dipercaya agar jampi yang diucapkan tidak salah. Informan juga menambahkan untuk di
zaman seperti ini jampi memang tidak ada artinya di wariskan, uang dapat membeli
segalanya beda dengan zaman dahulu kesucian diri yang dapat membeli segalanya.
Keengganan penutur mewariskan dan generasi muda yang tidak tertarik terhadap jampi
menambah keyakinan penulis untuk mendokumentasikannya sebelum benar-benar hilang.
Kajian ini akan membahas apa kandungan teks jampi raheut. Kajian akan menggali
bagaimana pengobatan dan harapan manusia memperoleh kesembuhan hidup yang
terkandung dalam jampi raheut. Kajian ini dilihat dari : pertama, struktur jampi yang
dibagun dari formula sintaksis, formula bunyi yang dilihat dari asonansi dan aliterasi
dalam jampi raheut, formula irama, majas dan isotopik yang membentuk motif-motif
dalam jampi raheut tersebut. Kedua, konteks penuturan mantra, dilihat dari bagaimana

130


suasana penuturan jampi raheut dan bagaimana konteks budaya masyarakat yang
memiliki jampi raheut. Ketiga, jampi raheut dikaji bagaimana proses penciptaan dan
proses pewarisannya. Keempat, jampi raheut dikaji bagaimana fungsi jampe raheut di
masyarakat. Apakah segi sarana protes sosial, sebagai sarana hiburan, sebagai sarana
pendidikan, atau sebagai system proyeksi. Terakhir yang kelima, kajian ini memaparkan
apa saja makna yang terkandung dalam jampi raheut. Kajian makna tersebut dikaji
dengan analisis semiotika yang menitik beratkan pada adanya tanda-tanda atau simbolsimbol yang terkandung dalam jampi tersebut. Pada akhirnya kajian ini akan
memaparkan alam pikiran masyarakat setempat yang diwakili penutur tentang ilmu
pengetahuan yang dikuasai,. Pengkajian akan dilakukan dengan menggali segala aspek
yang ada dalam jampi yang mencerminkan kecerdasan penguasaan ilmu pengobatan
tentang harapan kesembuhan.

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, dirumuskan
rumusan masalah dalam kajian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengobatan dan harapan kesembuhan digunakan dalam struktur jampi
raheut di Kampung Sekejengkol RW 14, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan cileunyi,
Kabupaten Bandung?
2. Bagaimana konteks penuturan jampi raheut di Kampung Sekejengkol RW 14, Desa
Cileunyi Wetan, Kecamatan cileunyi, Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana proses penciptaan jampi raheut di Kampung Sekejengkol RW 14, Desa
Cileunyi Wetan, Kecamatan cileunyi, Kabupaten Bandung?
4. Bagaimana fungsi jampi raheut di Kampung Sekejengkol RW 14, Desa Cileunyi
Wetan, Kecamatan cileunyi, Kabupaten Bandung?
5. Apakah makna jampi raheut di Kampung Sekejengkol RW 14, Desa Cileunyi Wetan,
Kecamatan cileunyi, Kabupaten Bandung?

2. Pembahasan
2.1 Analisis struktur
2.1.1 Formula Sintaksis
130

Analisis Kalimat Berdasarkan Fungsi.
Fungsi ini barhubungan saling bergantungan antara unsur-unsur dari suatu
perangkat sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah struktur
(Kridalaksana, 2002). Fungsi bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata
atau frase dalam kalimat. Fungsi sintaksis yang utama dalam bahasa adalah predikat,
subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Untuk dapat mengetahui fungsi unsur kalimat,
terdapat ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
1.


Ciri-Ciri Subjek
Yang dimaksud dengan subjek adalah sesuatu yang dianggap berdiri

sendiri, dan yang tentangnya diberitakan sesuatu (Putrayasa,2001: 20). Dan
terbentuk dari kata benda (mereka, rumah itu). Atau kata benda yang dipakai
sebagai subjek atau yang dianggap sebagai kata benda, untuk menentukan subjek,
kita dapat bertanya dengan memakai kata tanya apa atau siapa di hadapan
predikat.
2.

Ciri-Ciri Predikat
Predikat adalah bagian yang memberikan keterangan tentang sesuatu yang

berdiri sendiri atau subjek itu, yang menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam
keadaan apakah subjek itu.
Predikat ialah bagian dari klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh
pembicara tentang subjek. Dalam beberapa bahasa, antara lain dalam bahasa IndoEropa, predikat harus mengandung unsur verbal (Kridalaksana, 2001:177).
Ramlan (2001:81) menjelaskan bahwa predikat secara fonetis atau lisan memiliki
intonasi [2], 3 1 # atau [2] 3 # apabila unsur berakhir dengan kata yang suku

kedua dari belakangnya bervokal /0/.
3.

Ciri-Ciri Objek
Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang

berupa verba transitif pada kalimat aktif, yang ojeknya diletakkan setelah predikat. Objek
dapat dikenali dengan memperhatikan :
a.

Jenis predikat yang melengkapinya, dan
130

b.

Ciri khas objek itu sendiri.
Dimana verba trabsitif ditandai dengan afiks tertentu. Sufiks –kan dan –i serta

prefiks meng- merupakan verba transitif.
Objek berupa nomina atau frase nominal. Jika objek tergolong nomina, frase

nomina tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina objek itui dapat diganti
dengan pronomina –nya; dan jika jika berupa pronomina aku atau kamu (tunggal), bentuk
–ku dan –mu dapat digunakan.
Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan.
4.

Ciri-Ciri Pelengkap
Baik objek, maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga

sering menduduki tempat yang sama, yakni dibelakang verba (Alwi,et. Al, 1998:20).
Persamaan dan perbedaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri,
sebagai berikut :
Objek
1.

Pelengkap

Berwujud frase nomina atau
1.
klausa


2.

ajektifa, frase preposisional, atau klausa

Berada langsung di belakang
2.
predikat

3.

Berada langsung di belakang predikat jika
tidak ada objek dan di belakang objek jika

Menjadi subjek akibat pemasifan unsur ini hadir
kalimat

4.

Berwujud frase nomina, frase verba, frase


3.

Tidak

dapat

menjadi

subjek

akibat

pemasifan kalimat

Dapat di ganti dengan pronomina
4.

Tidak dapat diganti dengan –nya kecuali
dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari,
akan.

5.

Ciri-Ciri Keterangan
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah

berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, awal, dan di tengah kalimat.
keterangan dapat berujud kata atau frasa yang dipakai untuk meluaskan atau membatasi
makna subjek atau predikat dalam klausa (Kridalaksana, 2001:107).
130

Analisis Kalimat Bedasarkan Kategori
Dalam ilmu bahasa, kata dikelompokkan berdasarkan bentuk serta perilakunya.
Kata yang mempunya kemiripan di masukkan dalam satu kelompok. Kategori sintaksis
bisa juga disebut dengan kategori atau kelas kata.
Analisis kalimat berdasarkan kategori merupakan penentuan kelas kata yang
menjadi unsur-unsur kalimat tersebut. Verhaar, mengatakan bahwa kategori sintaksis
adalah apa yang sering disebut ‘kelas kata’ seperti nomina, verba, adjektifa, adverbia,
adposisi (artinya, preposisi atay posposisi). Alwi membagi kelas kata ke dalam lima
kelas. Kelas kata tersebut adalah :
1.

Kata benda ( nomina ),

2.

Kata kerja ( verba ),

3.

Kata sifat ( adjektiva ),

4.

Kata keterangan ( adverbia ), dan

5.

Kata tugas.

Analisis kalimat berdasarkan peran
Analisis kalimat berdasarkan peran menagacu pada makna pengisi unsur-unsur
fungsional kalimat. Dan menurut (Verhaar, 1996) mengatakan, bahwa ‘peran’ adalah segi
semantis dari peserta-peserta verba. Dan unsur-unsur peran ini berkaitan dengan makna
gramatikal/sintaksis. Dengan pengisian unsur peran ini, dapatlah diketahui makna yang ada
pada masing-masing unsur-unsur fungsional tersebut.
Makna pengisi unsur-unsur fungsional kalimat dapat diuraikan sebagai berikut.
Makna unsur pengisi subjek (S)
(Ramlan, 1996:80) mengemukakan beberapa kemungkinan makna unsur pengisi S, yaitu:
1)

Menyatakan ‘pelaku’

2)

Menyatakan ‘alat’

3)

Menyatakan ‘sebab’
130

4)

Menyatakan ‘hasil’

5)

Menyakan ‘tempat’

6)

Menyatakan ‘jumlah’
Makna unsur pengisi predikat (P)

(Ramlan, 1996:80) mengungkapkan, bahwa maka unsur pengisi predikat adala:
1)

Meyatakan’perbuatan’

2)

Menytakan ‘keadaan’

3)

Menyatakan’pengenal’

4)

Menyatakan ‘keberadaan’
Makna unsur pengisi objek (O)

Kemungkinan makna unsur pengisi O adalah:
1)

Menyatakan ‘penderita’

2)

Menyatakan ‘tempat’

3)

Menyatakan ‘alat’
Makna unsur pengisi pelengkap (Pel)

Unsur pengisi pelengkap memilik makna sebagai berikut.
1)

Menyatakan ‘penderita’

2)

Menyatakan ‘alat’
Makna unsur pengisi keterangan (K)

Makna unsur pengisi keterangan dapat dijelaskan sebagai berikut.
1)

Menyatakan ‘tempat’

2)

Menyatakan ‘waktu’

3)

Menyatakan ‘cara’

4)

Menyatakan ‘alat’

5)

Menyatakan ‘sebab’
Berdasarkan urain di atas, tanpak bahwa fungsi, kategori, dan peran tidak ada

hubungan satu lawan satu. Fungsi merupakan suatu ‘temapat’ dalam stuktur kalimat
dengan unsur pengisi berupa bentuk bahasa yang tergolong dalam kategori tertentu dan
mempunyai peran semantis tertentu.

130

1. Bismillahi rohmani rohim
Kalimat pertama merupakan kalimat dari Bahasa Arab, yang artinya ‘dengan menyebut
nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang’. Maksud dari kalimat tersebut yaitu,
setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan,
minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah adalah nama zat yang Maha Suci, yang
berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi
makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (maha Pemurah); salah satu nama Allah
yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya,
sedang Ar Rohiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat
ramah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada mkhluk-Nya.
Fungsi-fungsi sintaksis kalimat ini termasuk kedalam fungsi kategori fatis yang berfungsi
sebagai pembuka doa. Kridalaksana dalam Kamus Linguistiknya mengatakan ketegori fatis
adalah kategori yang bertugas memulai, mempetahankan, atau mengukuhkan komunikasi
antara pembicara dan kawan bicara (Kridalaksana, 2011:113). Dengan kata lain, larik
pertama dalam jampi raheut ini adalah kategori fatis karena berfungsi untuk memulai
pembacaan jampi. kalimat bismilahirohmanirohom merupakan salam pembuka atau permisi
untuk memulai dibacakannya jampi raheut. Kalimat pertama terdiri dari satu kata dan
sembilan suku kata.
Analisis

Bismilahirohmanirohim

sintaksis
Fungsi

Pembuka Do’a

Kategori

fatis

peran

Pembuka Do’a

2. Pegat sumsum, pada tepung sumsum
Kalimat kedua sampai kalimat ketujuh memiliki pola kalimat yang sama,yaitu pola
kalimat inversi yang berisi keadaan dan pengharapan. Tetapi meskipun sama, masingmasing kalimat tersebut akan diuraikan karena ada beberapa perbedaan dalam kategori
dan kata pengisi kalimat.
130

Kalimat kedua merupakan kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut dibentuk
oleh dua klausa yang sama kedudukannya. Klausa pertama terdiri atas predikat dan
subjek. Kata pegat merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya
merupakan kata verba atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan, yaitu keadaan yang
menyedihkan.
Kata sumsum merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat.
Sumsum berkategori sebagai nomina yaitubagian tubuh manusia yang terletak di dalam
tulang, dalam KBBI sumsum adalah benak tulang. Peran dari kata sumsum adalah sebagai
penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.
Klausa kedua terdiri atas predikat dan subjek. Kata pada tepung merupakan predikat
karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan frasa verbal atau kata kerja dan
perannya sebagai keadaan yaitu keadaan yang menyenangkan, harapan yang diinginkan.
Kata sumsum merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat.
Sumsum berkategori sebagai nomina yaitu bagian tubuh manusia yang terletak di dalam
tulang, dalamKBBI sumsum adalah benaktulang. Peran dari kata sumsum adalah sebagai
penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada predikat.
Dilihat dari isinya kalimat tersebut merupakan kalimat berita. Kalimat berita ini
terlihat pada klausa pertama sebagai sebuah pernyataan atas penderitaan yang dialami
dan pada klausa kedua sebagai permohonan atau keinginan yang diharapkan. Penuturan
Jampi Raheut tersebut bertujuan untuk memohon kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan
kesembuhan atas penderitaan yang ditandai dengan kata pegat-pada tepung.
Analisis

Pegat

sumsum,

sintaksi
s
Fungsi

Sumsum

tepung
Predikat

Kategori Adjektiv
peran

Pada

a
Keadaan

Subjek

Predikat

Subjek

Nomina

Frasa

Nomina

Penerima keadaan

Adverbia
Keadaan

Penerima keadaan

130

3. Pegat tulang, pada tepung tulang
Kalimat ketiga merupakan kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut
dibentuk oleh dua klausa yang sama kedudukannya. Klausa pertama terdiri atas predikat
dan subjek. Kata pegat merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya
merupakan kata verba atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan, yaitu keadaan yang
menyedihkan.
Kata tulang merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat.
tulang berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran
dari kata tulang adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang
dinyatakan pada predikat.
Klausa kedua terdiri atas predikat dan subjek. Kata pada tepung merupakan
predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan frasa verbal atau kata
kerja dan perannya sebagai keadaan yaitu keadaan yang menyenangkan, harapan yang
diinginkan.
Kata tulang merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat.
tulang berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran
dari kata tulang adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang
dinyatakan pada predikat.
Dilihat dari isinya kalimat tersebut merupakan kalimat berita. Kalimat berita ini
terlihat pada klausa pertama sebagai sebuah pernyataan atas penderitaan yang dialami
dan pada klausa kedua sebagai permohonan atau keinginan yang diharapkan. Penuturan
Jampi Raheut tersebut bertujuan untuk memohon kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan
kesembuhan atas penderitaan yang ditandai dengan kata pegat-pada tepung.
Analisis

Pegat

tulang,

pada tepung

tulang

Predikat

Subjek

Predikat

Subjek

sintaksis
Fungsi

130

Kategori

Adjektiva

Nomina

Frasa Adverbia

Nomina

peran

Keadaan

Penerima

Keadaan

Penerima

keadaan

keadaan

4. Pegat urat, pada tepung urat
Kalimat keempat merupakan kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut
dibentuk oleh dua klausa yang sama kedudukannya. Klausa pertama terdiri atas predikat
dan subjek. Kata pegat merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya
merupakan kata verba atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan, yaitu keadaan yang
menyedihkan.
Kata urat merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. urat
berkategori sebagai nomina yaitu bagian dalam tubuh yang menyerupi benang atau tali.
Peran dari kata urat adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang
dinyatakan pada predikat.
Klausa kedua terdiri atas predikat dan subjek. Kata pada tepung merupakan
predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan frasa verbal atau kata
kerja dan perannya sebagai keadaan yaitu keadaan yang menyenangkan, harapan yang
diinginkan.
Kata urat merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. urat
berkategori sebagai nomina yaitu bagian dalam tubuh yang menyerupai benang atau tali.
Peran dari kata urat adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang
dinyatakan pada predikat.
Dilihat dari isinya kalimat tersebut merupakan kalimat berita. Kalimat berita ini
terlihat pada klausa pertama sebagai sebuah pernyataan atas penderitaan yang dialami
dan pada klausa kedua sebagai permohonan atau keinginan yang diharapkan. Penuturan
Jampi Raheut tersebut bertujuan untuk memohon kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan
kesembuhan atas penderitaan yang ditandai dengan kata pegat-pada tepung.
Analisis

Pegat

urat

pada

sintaksi

tepung

s
130

urat

Fungsi

Predikat

Subjek

Predikat

Subjek

Kategori Adjektiva

Nomina

Frasa

Nomina

peran

Adjektiva
Penerima keadaan Keadaan

Keadaan

Penerima keadaan

5. Pegat daging, pada tepung daging
Kalimat kelima merupakan kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut
dibentuk oleh dua klausa yang sama kedudukannya. Klausa pertama terdiri atas predikat
dan subjek. Kata pegat merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya
merupakan kata verba atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan, yaitu keadaan yang
menyedihkan.
Kata daging merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat.
tulang berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran
dari kata daging adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang
dinyatakan pada predikat.
Klausa kedua terdiri atas predikat dan subjek. Kata pada tepung merupakan
predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan frasa verbal atau kata
kerja dan perannya sebagai keadaan yaitu keadaan yang menyenangkan, harapan yang
diinginkan.
Kata daging merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat.
Daging berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia.
Peran dari kata daging adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang
dinyatakan pada predikat.
Dilihat dari isinya kalimat tersebut merupakan kalimat berita. Kalimat berita ini
terlihat pada klausa pertama sebagai sebuah pernyataan atas penderitaan yang dialami
dan pada klausa kedua sebagai permohonan atau keinginan yang diharapkan. Penuturan
Jampi Raheut tersebut bertujuan untuk memohon kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan
kesembuhan atas penderitaan yang ditandai dengan kata pegat-pada tepung.
Analisis

Pegat

daging

sintaksi

pada
tepung

s
130

daging

Fungsi

Predikat

Subjek

Predikat

Subjek

Kategori Adjektiva

Nomina

Frasa

Nomina

peran

Penerima keadaan

Adjektiva
Keadaan

Penerima keadaan

Keadaan

6. Pegat bulu, pada tepung bulu
Kalimat kelima merupakan kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut
dibentuk oleh dua klausa yang sama kedudukannya. Klausa pertama terdiri atas predikat
dan subjek. Kata pegat merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya
merupakan kata verba atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan, yaitu keadaan yang
menyedihkan.
Kata bulu merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. tulang
berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran dari
kata bulu adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan
pada predikat.
Klausa kedua terdiri atas predikat dan subjek. Kata pada tepung merupakan
predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan frasa verbal atau kata
kerja dan perannya sebagai keadaan yaitu keadaan yang menyenangkan, harapan yang
diinginkan.
Kata bulu merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. bulu
berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran dari
kata bulu adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan
pada predikat.
Dilihat dari isinya kalimat tersebut merupakan kalimat berita. Kalimat berita ini
terlihat pada klausa pertama sebagai sebuah pernyataan atas penderitaan yang dialami
dan pada klausa kedua sebagai permohonan atau keinginan yang diharapkan. Penuturan

130

Jampi Raheut tersebut bertujuan untuk memohon kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan
kesembuhan atas penderitaan yang ditandai dengan kata pegat-pada tepung.
Analisis

Pegat

bulu

pada

sintaksi
s
Fungsi

bulu

tepung
Predikat

Subjek

Predikat

Subjek

Kategori Adjektiva

Nomina

Verba

Nomina

peran

Penerima keadaan

Keadaan

Penerima keadaan

Keadaan

7. Pegat kulit, pada tepung kulit
Kalimat kelima merupakan kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut
dibentuk oleh dua klausa yang sama kedudukannya. Klausa pertama terdiri atas predikat
dan subjek. Kata pegat merupakan predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya
merupakan kata verba atau kata kerja dan perannya sebagai keadaan, yaitu keadaan yang
menyedihkan.
Kata kulit merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. Kata
kulit berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran
dari kata kulit adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan
pada predikat.
Klausa kedua terdiri atas predikat dan subjek. Kata pada tepung merupakan
predikat karena menunjukan keadaan. Kategorinya merupakan frasa verbal atau kata
kerja dan perannya sebagai keadaan yaitu keadaan yang menyenangkan, harapan yang
diinginkan.
Kata kulit merupakan subjek karena menerangkan “apa” tentang predikat. kulit
berkategori sebagai nomina yaitu rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Peran dari
kata kulit adalah sebagai penderita yaitu menderita akibat perbuatan yang dinyatakan
pada predikat.
Dilihat dari isinya kalimat tersebut merupakan kalimat berita. Kalimat berita ini
terlihat pada klausa pertama sebagai sebuah pernyataan atas penderitaan yang dialami
dan pada klausa kedua sebagai permohonan atau keinginan yang diharapkan. Penuturan

130

Jampi Raheut tersebut bertujuan untuk memohon kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan
kesembuhan atas penderitaan yang ditandai dengan kata pegat-pada tepung.

Analisis

Pegat

kulit

pada tepung

kulit

Predikat

Subjek

Predikat

Subjek

Kategori Adjektiva

Nomina

Frasa adjektiva

Nomina

peran

Penerima

Keadaan

Penerima

sintaksi
s
Fungsi

Keadaan

keadaan

keadaan

8. Tiis dingin palipurna
Kalimat tiis dingin palipurna menduduki satu fungsi yaitu predikat. Karena frasa
ini yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek. Namun, subjek
disini dilesapkan, secara pragmatic subjek untuk frasa ini merujuk pada orang yang
mengucapkannya (penutur/pasien) karena dapat menjawab “bagaimana keadaan
penutur/pasien”. Frasa ini merupakan frasa adjektiva dan berperan sebagai keadaan.
Analisis sintaksis

Tiis dingin paripurna

Fungsi

Predikat

Kategori

Frasa Adjektiva

peran

Keadaan

130

9. Hurip waras
Kalimat tersebut menduduki satu fungsi yaitu sebagai predikat. Frasa hurip waras
ini merupakan frasa adjektiva. Berdasarkan persamaan distribusinya di sebut frasa
endosentrik yang koordinatif. Frase hurip waras ini terdiri dari unsur-unsur yang setara.
Kesetaraan ini dapat dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan
kata penghubung dan atau atau.
Analisis sintaksis

Hurip waras

Fungsi

Predikat

Kategori

Frasa Adjektifal Koordinatif

peran

Keadaan

Berdasarkan uraian struktur kalimat-kalimat yang ada dalam teks Jampe Raheut,
terlihat bahwa pola kalimat yang dominan adalah kalimat inversi yang mendahulukan
predikat. Pola-pola itu dapat terlihat dari kalimat kedua sampai ketujuh. Pola inversi ini
selalu diulang dalam urutan yang berdekatan merupakan penyimpangan dari pola kalimat
yang umum. Namun, penyimpangan ini dapat bertujuan untuk mempermudah hafalan
penutur. Selain mempermudah hafalan, pola inversi ini juga memberi efek penegas
terhadap apa yang sedang terjadi, juga memberi efek ritmis karena kata pegat dan pada
tepung diulang tujuh kali secara berdekatan, membuat jampi raheut ini terasa sakral dan
serius.
Selain pola kalimat inversi, terdapat pula pola kalimat yang dibentuk dari satu
fungsi yaitu predikat. Hal ini dikarenakan jampi ini dituturkan ketika dalam situasi yang
darurat sehingga lebih di pentingkan predikatnya. Karena tuturan permohonan/do’a maka
ditonjolkan maksud dan keinginan penutur. Pada kalimat tiis dingin palipurna dan hurip
waras. Pola ini memberi efek sakral karena menutup jampi ini dengan singkat dan jelas.

130

Secara keseluruhan pola-pola kalimat yang terdapat pada jampi raheut ini
memberi efek artistik yang ritmis dan sakral karena merupakan kalimat yang pendekpendek, memiliki pola sama yang sederhana. Pola kalimat sederhana ini pula
berpengaruh terhadap proses pewarisan karena membuat jampi raheut ini mudah untuk di
hafal.

2.1.2 Formula Bunyi
Analisis bunyi pada teks ‘Jampi Raheut’ ini menekankan pada asonansi,
aliterasi, dan efek bunyi yang ditimbulkannya. Sebelum peneliti melanjutkan
pembahasan mengenai formula bunyi, ada baiknya peneliti mengutip definisi dari
KBBI Luar Jaringan (Luring) Versi 1.3 mengenai pelbagai istilah dalam formula
bunyi, yang akan menjadi acuan peneliti dalam menganalisis formula bunyi ‘Jampi
Raheut’. Berikut adalah pelbagai definisi mengenai istilah dalam formula bunyi.
1. Asonansi adalah perulangan bunyi vokal dalam deretan kata; purwakanti;
2. Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan;
3. Eufoni adalah kombinasi bunyi yang dianggap enak didengar;
4. Kakofoni adalah rangkaian bunyi yang tidak harmonis yang sengaja digunakan
dalam puisi untuk mendapatkan efek artistik atau menggoda perhatian
pembaca.

Asonansi yang muncul pada larik pertama adalah vokal /i/, /a/ dan /o/.
Pada larik bismilahirohmannirohim vokal /i/ sangat dominan dan berkombinasi
dengan konsonan bersuara /b/, bunyi sengau /m/, dan /n/ sehingga menimbulkan
efek yang ringan. Vokal /a/ berkombinasi dengan konsonan bunyi liquida /l/
sehingga menimbulkan efek yang terasa ringan. Vokal /o/ berkombinasi dengan
konsonan bunyi liquida /r/ sehingga terasa sedikit berat. Aliterasi yang muncul
pada larik ini didominasi konsonan bunyi sengau /m/ dan /n/, bunyi liquida /r/
130

yang berkombinasi dengan vokal /i/ sehingga menimbulkan efek yang ringan.
Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi bunyi pada larik pertama
menimbulkan kesan eufoni. Bunyi yang merdu itu dapat mendukung suasana
hidmat di mulainya sebuah do’a.
Asonansi yang muncul pada larik kedua adalah vokal /e/, /a/ dan /u/. Pada
larik pegat sumsum, pada tepung sumsum

vokal /u/ sangat dominan dan

berkombinasi dengan konsonan bersuara /g/, bunyi sengau /m/, /ng/ sehingga
menimbulkan efek yang berat. Vokal /a/ berkombinasi dengan konsonan

/t/

sehingga menimbulkan efek yang parau yang tidak enak didengar, tajam di
telinga, dan menyesakkan dada. Aliterasi yang muncul pada larik ini didominasi
konsonan bunyi sengau /m/, yang

berkombinasi dengan vokal /u/ sehingga

menimbulkan suasana sedih atau muram. Terutama yang diekspresikan adalah
suasana atau peristiwa yang menyedihkan pegat sumsum. Orkestrasi bunyi yang
dihasilkan dari kombinasi bunyi pada larik kedua menimbulkan kesan kakofoni.
Bunyi yang dihasilkan mendukung suasana sedih, hal ini terlihat pada kata pengat
‘patah’.
Asonansi yang muncul pada larik ketiga adalah vokal /e/, /a/ dan /u/. Pada
larik pegat tulang, pada tepung tulang vokal /a/ sangat dominan dan
berkombinasi dengan konsonan bersuara /d/, bunyi sengau /ng/, dan bunyi
liquida /l/ sehingga menimbulkan efek yang ringan (efoni). Vokal /a/
berkombinasi dengan konsonan bunyi liquida /l/ sehingga menimbulkan efek
yang terasa ringan (efoni). Vokal /e/ berkombinasi dengan konsonan /p/ dan /t/
sehingga terasa berat dan parau (kakofoni). Aliterasi yang muncul pada larik ini
didominasi konsonan bunyi sengau /ng/, bunyi liquida /l/ yang berkombinasi
dengan vokal /a/ sehingga menimbulkan efek yang berat, menggambarkan
kesedihan. Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi bunyi pada larik
ketiga ini menimbulkan kesan yang seimbang antara efoni dan kakofoni. Hal ini
di sebabkan karena hadirnya/dipilihnya diksi yang menggambarkan keadaan dan
harapan.

130

Asonansi yang muncul pada larik keempat adalah vokal /e/, /a/ dan /u/.
Pada larik pegat urat, pada tepung urat vokal /a/ sangat dominan dan
berkombinasi dengan konsonan bersuara /p/, /t/, memberi efek parau (kakofoni).
Vokal /e/ berkombinasi dengan konsonan /p/ dan /t/ sehingga terasa berat dan
parau (kakofoni). Aliterasi yang muncul pada larik ini didominasi konsonan bunyi
sengau /ng/, bunyi liquida /r/ yang

berkombinasi dengan vokal /a/ sehingga

menimbulkan efek yang berat, menggambarkan kesedihan. Orkestrasi bunyi yang
dihasilkan dari kombinasi bunyi pada larik keempat ini menimbulkan kesan
kesedihan (kakofoni). Hal ini di sebabkan karena dipilihnya diksi yang berbunyi
parau.
Asonansi yang muncul pada larik kelima adalah vokal /e/, /a/ dan /i/. Pada
larik pegat daging, pada tepung daging vokal /a/ sangat dominan dan
berkombinasi dengan konsonan bersuara /p/, /t/, memberi efek parau (kakofoni).
Vokal /e/ berkombinasi dengan konsonan /p/ dan /t/ sehingga terasa berat dan
parau (kakofoni). Aliterasi yang muncul pada larik ini didominasi konsonan bunyi
sengau /ng/, /d/ yang

berkombinasi dengan vokal /a/ dan /i/ sehingga

menimbulkan efek yang ringan. Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi
bunyi pada larik keempat ini menimbulkan kesan yang seimbang antara kakofoni
dan efoni. Hal ini di sebabkan karena dipilihnya diksi yang berimbang antara
keadaan dan harapan.
Asonansi yang muncul pada larik keenam adalah vokal /i/, /a/ dan /u/.
Pada larik pegat bulu, pada tepung bulu

vokal /u/ sangat dominan dan

berkombinasi dengan konsonan bersuara /p/, /g/, /l/ dan /t/ merupakan bunyi yang
tak bersuara yang menimbulkan suara yang parau yang tidak enak didengar, tajam
di telinga, dan menyesakkan dada. Vokal /u/ berkombinasi dengan konsonan
bunyi liquida /l/ sehingga menimbulkan efek yang terasa sedikit berat. Vokal /e/
berkombinasi dengan konsonan /p/, /t/ sehingga terasa berat dan parau. Aliterasi
yang muncul pada larik ini didominasi konsonan /b/dan bunyi liquida /l/ yang
berkombinasi dengan vokal /u/ sehingga menimbulkan efek yang sedikit berat.

130

Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi bunyi pada larik pertama
menimbulkan kesan kakofoni. Bunyi yang tidak enak di dengar.
Asonansi yang muncul pada larik ketujuh adalah vokal /e/, /a/, /u/ dan /i/.
Pada larik pegat kulit, pada tepung kulit vokal /a/ dan /u/ sangat dominan dan
berkombinasi dengan konsonan bersuara /p/, /t/, /l/, /k/ memberi efek parau
(kakofoni). Vokal /e/ berkombinasi dengan konsonan /p/ dan /t/ sehingga terasa
berat dan parau (kakofoni). Aliterasi yang muncul pada larik ini didominasi
konsonan bunyi /k/, /l/, /t/ yang berkombinasi dengan vokal /u/ dan /i/ sehingga
menimbulkan efek yang parau. Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi
bunyi pada larik ketujuh ini menimbulkan kesan yang kakofoni. Hal ini di
sebabkan karena banyak bunyi yang menimbulkan suara parau.
Asonansi yang muncul pada larik kedelapan adalah vokal /i/, /a/ dan /u/.
Pada larik tiis dingin palipurna vokal /i/ sangat dominan dan berkombinasi
dengan konsonan bersuara /s/, /t/, memberi efek parau (kakofoni). Vokal /a/
berkombinasi dengan konsonan /p/ dan /n/ sehingga terasa sedikit ringan.
Aliterasi yang muncul pada larik ini didominasi konsonan bunyi sengau /ng/, /d/
yang berkombinasi dengan vokal /i/ sehingga menimbulkan efek yang ringan.
Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi bunyi pada larik kedelapan ini
menimbulkan kesan yang efoni. Hal ini di sebabkan karena dipilihnya diksi yang
bermakna harapan.
Asonansi yang muncul pada larik kesembilan adalah vokal /a/, /u/ dan /i/.
Pada larik hurip waras vokal /a/ sangat dominan dan berkombinasi dengan bunyi
liquida /r/ dan konsonan /s/ memberi efek parau (kakofoni). Vokal /i/
berkombinasi dengan konsonan /p/ dan /r/ sehingga terasa berat dan parau
(kakofoni). Aliterasi yang muncul pada larik ini didominasi konsonan bunyi /r/,
/p/, /s/ yang berkombinasi dengan vokal /a/, /u/ dan /i/ sehingga menimbulkan
efek yang merdu. Orkestrasi bunyi yang dihasilkan dari kombinasi bunyi pada
larik keempat ini menimbulkan kesan efoni. Hal ini di sebabkan karena dipilihnya
diksi, jika dilihat dari segi makna bukan menggambarkan kesedihan melainkan
harapan yang berfungsi juga sebagai penutup do’a.
130

Dari hasil analisis bunyi teks ‘jampi Raheut’ di atas, terdapat bunyi vokal,
konsonan, dan orkestrasi bunyi yang ditimbulkan. Berikut adalah tabel analisis
bunyi teks ‘Jampi Raheut’.

Nomor Bunyi vokal

Bunyi konsonan

Orkestrasi

.
1.

/i/, /a/, /o/

/b/, /s/, /m/, /l/, /r/, /n/

Efoni

2.

/e/, /a/, /u/,

/p/, /g/, /t/, /l/, /ng/

Efoni

3.

/e/, /a/, /u/

/p/, /g/, /t/, /r/,/d/, /ng/

Efoni

4.

/e/, /a/, /u/

/p/, /g/, /t/, /r/,/d/, /ng/

Kakofoni

5.

/e/, /a/, /i/

/p/, /g/, /t/, /d/, /ng/,

Seimbang

6.

/e/, /a/, /u/

/p/, /g/, /t/, /b/, /l/, /d/,

Seimbang

7.

/e/, /a/, /u/, /i/

/p/, /g/, /t/, /k/, /l/, /d/

Kakofoni

8.

/i/, /a/, /u/

/t/, /s/, /d/, /ng/, /p/, /l/, /r/, /n/ Efoni

9.

/u/, /i/, /a/

/r/, /p/, /s/

Efoni

Asonansi yang sering muncul dalam teks ini adalah bunyi vokal /a/ dan
/u/. Bunyi /a/ terdapat pada semua larik, sedangkan bunyi /i/ tidak terdapat pada
larik pertama. Bunyi /a/ dan /u/ banyak berkombinasi dengan bunyi konsonan
130

bersuara seperti bunyi /t/, /p/, dan /d/; bunyi likuida seperti /r/ dan/l/; dan bunyi
sengau /m/, /n/, dan /ng/, sehingga menimbulkan orkestrasi bunyi merdu atau
eufoni. Orkestrasi eufoni biasanya dapat menggambarkan perasaan mesra, kasih
sayang atau cinta, serta hal-hal yang menggembirakan (Pradopo, 2010:27-28).
Pendapat Pradopo sepertinya sesuai untuk menggambarkan pola kemerduan jampi
ini, jampi ini menggambarkan permohonan atas derita yang dialaminya supaya
diberikan kesehatan, kenikmatan dan kebahagiaan.
Formula irama ini memberi efek ritmis yang membuat jampe raheut ini
terasa sakral baik bagi penutur yang melapalkan ataupun bagi pendengar.
Keritmisan ini membuat konsentrasi penuh bagi penutur. Pola irama yang efoni
dan cenderung berpola sama membuat jampi raheut ini mudah untuk di hafal.
Maka formula irama ini sangat berpengaruh terhadap proses penciptaan dan
pewarisan.

2.1.3 Formula Rima
Pradopo menyebut rima dengan istilah sajak, menurut Slametmuljana
sajak ialah pola estetika bahasa yang berdasarkan ulangan suara yang diusahakan
dan dialami dengan kesadaran. Selain berhubungan dengan keindahan sajak juga
berfungsi untuk mempertinggi mutu bila mempunyai daya evokasi, yaitu daya
kuat untuk menimbulkan pengertian (2009:36).
Jampi raheut tidak disusun dalam beberapa bait. Jika dilihat dari
susunannya, jampi raheut terdiri atas satu bait. Dengan demikian, pembahasan
mengenai rima dalam jampi raheut tidak akan diuraikan berdasarkan bait, tetapi
berdasarkan jenis-jenis rima dalam jampe raheut.
Dalam jampi raheut terdapat beberapa rima yang ada dalam setiap
lariknya atau bisa jadi antara satu larik dengan larik lainnya mengandung rima
yang saling berhubungan ataupun rima yang sama. Rima dalam jampi raheut akan
diuraikan sebagai berikut.
130

Pertama, rima mutlak. Rima mutlak ditandai dengan permunculan bunyi
yang sama baik dalam satu larik atau larik yang berbeda. Pada larik kedua sampai
larik ketujuh bunyi pegat diulang secara mutlak. Jika dilihat dari letaknya, bunyi
pegat merupakan rima awal karena keenamnya terdapat di awal larik.
Rima mutlak juga terdapat dalam larik kedua, bunyi sumsum diulang
secara mutlak dalam larik tersebut. Berdasarkan letaknya rima tersebut disebut
rima dalam karena terdapat dalam satu larik.
Rima mutlak juga terdapat dalam larik ketiga, bunyi tulang diulang secara
mutlak dalam larik tersebut. Berdasarkan letaknya rima tersebut disebut rima
dalam karena terdapat dalam satu larik.
Rima mutlak juga terdapat dalam larik keempat, bunyi urat diulang secara
mutlak dalam larik tersebut. Berdasarkan letaknya rima tersebut disebut rima
dalam karena terdapat dalam satu larik.
Rima mutlak juga terdapat dalam larik kelima, bunyi daging diulang
secara mutlak dalam larik tersebut. Berdasarkan letaknya rima tersebut disebut
rima dalam karena terdapat dalam satu larik.
Rima mutlak juga terdapat dalam larik keenam, bunyi bulu diulang secara
mutlak dalam larik tersebut. Berdasarkan letaknya rima tersebut disebut rima
dalam karena terdapat dalam satu larik.
Rima mutlak juga terdapat dalam larik ketujuh, bunyi kulit diulang secara
mutlak dalam larik tersebut. Berdasarkan letaknya rima tersebut disebut rima
dalam karena terdapat dalam satu larik.
Selanjutnya rima mutlak terdapat pada larik kedua sampai larik ketujuh.
Bunyi pada tepung diulang secara mutlak. Jika dilihat dari letak rima tersebut
disebut rima dalam karena terdapat dalam enam larik namun berada di tengahtengah larik.

130

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa rima yang terdapat
dalam jampi raheut berdasarkan jenisnya terdapat satu yaitu rima mutlak.
Berdasarkan letaknya ada dua yaitu rima awal dan rima dalam. Dengan demikian
dapat dilihat bahwa jampi raheut tidak seperti puisi pada umunya, yang biasanya
menggunakan rima berpeluk berumus ab.b.a, bersilang ab-ab dan rima rangkai
aaaa.
Pola bunyi dalam jampi raheut adalah gabungan dari asonansi dan aliterasi
bunyi yang terdiri atas bunyi berat /t/, /p/, /d/, /m/, /n/, /ng/, /r/, /l/, vocal /a/, /u/.
kombinasi tersebut memberi efek khusu. Rima yang dominan adalah pengulangan
mutlak. Pola pada formula bunyi ini berpengaruh pada penuturan jampi dalam
proses penciptaannya. Pengulangan bunyi yang sama yang dituturkan secarta
cepat memberi efek magis dan membuat penutur terhanyut dalam kekhusuan.
Formula bunyi yang sama ini membantu penguatan ingatan sehingga jampi
raheut ini tidak mudah di lupakan. Pola ini memiliki peran untuk mempermudah
hafalan.

2.1.4 Formula Irama
Jampi raheut ini tidak memiliki irama yang khas, bahkan terkesan datar.
Hal ini mengisyaratkan bahwa jampi harus dituturkan dengan khidmat dan tanpa
dilagukan. Jumlah suku kata atau silabel berbeda tiap lariknya. Hanya larik kedua
sampai larik ketujuh yang memiliki jumlah suku kata yang sama yaitu sepuluh
suku kata, lalu larik pertama yang memiliki satu kata, dan sembilan suku kata.
Kemudian larik kedelapan terdiri atas tiga kata dengan delapan suku kata dan
pada larik kesembilan terdiri atas dua kata dengan empat suku kata.. Suku kata
tiap larik berkisar antara empat sampai sepuluh suku kata.
Menurut Kridalaksana (2011:230) suku kata (syllable) sendiri dapat dilihat
dari pelbagai sudut. Berikut adalah tinjauan suku kata menurut Kridalaksana.

130

1. Suku kata dari sudut fisiologi adalah ujaran yang terjadi dalam suatu denyut
yakni pada suatu peregangan otot pada waktu penghembusan udara dari paruparu;
2. Suku kata dari sudut artikulasi adalah regangan ujaran yang terjadi dari suatu
puncak kenyaringan di antara dua unsur yang tak berkenyaringan;
3. Suku kata dari sudut fonologi adalah struktur yang terjadi dari suatu fonem
atau urutan fonem bersama dengan cirri lain seperti kepanjangan atau tekanan;
kadang-kadang ada kesepadanan antara suku kata yang ditetapkan secara
fonetis dan ditetapkan secara fonologis, kadang-kadang tidak.
Terdapat simbol-simbol yang digunakan peneliti untuk menganalisis irama
teks ‘Jampi Raheut’ tersebut, simbol itu antara lain: simbol (−) menandakan nada
yang panjang, simbol (∩) menandakan nada yang pendek, dan simbol (≥)
menandakan nada yang sedang.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah hasil analisis irama teks ‘Jampi
Raheut’ yang akan disajikan dalam bentuk tabel untuk mempermudah analisis.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa penggunaan simbol mewakili tiap suku kata
dalam teks tersebut. Berikut analisis irama teks jampi raheut .
Larik pertama yaitu teks bismilahirohmanirohim terdapat Sembilan suku
kata. Hanya suku kata terakhir dituturkan dengan irama sedang, yaitu pada bunyi
him. Sedangkan semua suku kata yang lain diucapkan dengan irama pendek.
Larik kedua yaitu teks pegat sumsum, pada tepung sumsum terdapat
sepuluh suku kata. Suku kata ke empat dan kesepuluh berirama sedang yaitu pada
bunyi sum. Sedangkan semua suku kata yang lainnya diucapkan dengan irama
pendek.
Larik ketiga yaitu teks pegat tulang, pada tepung tulang terdapat sepuluh
suku kata. Suku kata ke empat dan kesepuluh berirama sedang yaitu pada bunyi
lang. Sedangkan semua suku kata yang lainnya diucapkan dengan irama pendek.

130

Larik keempat yaitu teks pegat urat, pada tepung urat terdapat sepuluh
suku kata. Suku kata ke empat dan kesepuluh berirama sedang yaitu pada bunyi
rat. Sedangkan semua suku kata yang lainnya diucapkan dengan irama pendek.
Larik kelima yaitu teks pegat daging, pada tepung daging terdapat
sepuluh suku kata. Suku kata ke empat dan kesepuluh berirama sedang yaitu pada
bunyi ging. Sedangkan semua suku kata yang lainnya diucapkan dengan irama
pendek.
Larik keenam yaitu teks pegat bulu, pada tepung bulu terdapat sepuluh
suku kata. Suku kata ke empat dan kesepuluh berirama sedang yaitu pada bunyi
lu. Sedangkan semua suku kata yang lainnya diucapkan dengan irama pendek.
Larik ketujuh yaitu teks pegat kulit, pada tepung kulit terdapat sepuluh
suku kata. Suku kata ke empat dan kesepuluh berirama sedang yaitu pada bunyi
lit. Sedangkan semua suku kata yang lainnya diucapkan dengan irama pendek.
Larik kedelapan yaitu teks tiis dingin palipurna. Terdapat delapan suku
kata. Suku kata pertama dilafalkan dengan irama sedang yaitu pada bunyi ti.
Sedangkan semua suku kata yang lain diucapkan dengan irama pendek.
Larik kesembilan yaitu teks hurip waras. Terdapat empat suku kata. Suku
kata kedua dan kempat dilafalkan dengan irama sedang yaitu pada suku kata rip
dan ras. Sementara dua suku kata yang lainnya dilafalkan dengan irama pendek.
Irama

yang

digunakan

dalam

penututan

divisualisasikan kedalam tabel pada halaman berikut.

130

jampi

raheut

dapat

Jumla
Teks

h Suku

Simbol

Kata
(1) Bismilahirohmanirohim (1)

9

∩∩∩∩∩∩∩∩≥

10

∩∩∩≥∩∩∩∩∩≥

Pegat tulang, pada tepung tulang (3)

10

∩∩∩≥∩∩∩∩∩≥

Pegat urat, pada tepung urat (4)

10

∩∩∩≥∩∩∩∩∩≥

Pegat daging, pada tepung daging (5)

10

∩∩∩≥∩∩∩∩∩≥

Pegat bulu, pada tepung bulu (6)

10

∩∩∩≥∩∩∩∩∩≥

Pegat kulit, pada tepung kulit (7)

10

∩∩∩≥∩∩∩∩∩≥

*Tiis dingin paripurna (8)

8

≥∩∩∩∩∩∩

Hurip waras (9)

4

∩≥∩≥

Pegat sumsum, pada tepung sumsum
(2)

Keterangan:
(−) : nada panjang dengan lima ketukan ketukan
(∩) : nada pendek
(≥) : nada sedang dengan dua ketukan

130

Efek dari pola irama tersebut adalah efek sakral yang amat terasa. Tiap
larik dilafalkan dengan nada-nada yang pendek dan tiap akhir larik selalu
dilafalkan dengan nada sedang. Adanya ritme yang cepat dalam jampi raheut
menimbulkan efek khusu dan ketenangan pada penutur maupun pendengar. Ritme
cepat ini juga menimbulkan daya magis yang melibatkan pendengar dan penutur.

2.1.4 Majas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa atau majas adalah
pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek
tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Dengan kata lain,
gaya bahasa atau majas adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya bahasa ini terletak pada pemilihan katakatanya

yang

tidak

secara

langsung

menyatakan

makna

yang

sebenarnya.

Majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa. Menurut Prof. Dr. H. G. Tarigan
bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Unsur kebahasaan antara lain: pilihan kata,
frase, klausa, dan kalimat. Menurut Goris Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila
mengandung tiga dasar, yaitu: kejujuran, sopan santun, dan menarik. Dalam ‘jampe
raheut’ ini terdapat beberapa majas diantaranya:

2.1.4.1 Antitetis
Antitetis yaitu kata yg berlawanan arti satu dengan yang lain.
Pada larik kedua sampai ketujuh. contoh :
Pegat sumsum, pada tepung sumsum

130

Patah sumsum ‘pegat sumsum’ dikontraskan dengan saling menyatu
sumsum ‘pada tepung sumsum’. Hal ini dikarenakan unsur terpenting pada jampi
reheut ini adalah yang pegat dan yang pada tepung.
Efek dari penggunaan majas antiteris ini adalah adanya kefokusan tujuan
yang ditonjolkan. Dikontraskan dengan jelas antara keadaan dan harapan yang
diinginkan.
Bagi pendengar khususnya pasien yang sedang diobati, penggunaan majas
ini akan memberi efek ketenangan, kepercayaan dan keyakinan tentang
penyembuhan karena sesuatu yang pegat (luka yang diderita) bisa pada tepung
kembali (mencapai kesembuhan).

2.1.4.2 Sinekdoke
Sinekdoke yaitu bagian untuk keseluruhan, atau keseluruhan untuk
sebagian.
Pada larik:
Pegat sumsum, pada tepung sumsum
Pegat sumsum ini menyatakan bagian untuk keseluruhan karena pegat
sumsum mewakiti penderitaan badan secara keseluruhan. Memberi efek
keringkasan, baik da