SEJARAH EKONOMI ISLAM kontribu docx

KEWIRAUSAHAAN (ENTERPRENEURSHIP)
SEJARAH EKONOMI ISLAM

Dosen:
Tadjuddin, MM.
Disusun oleh:
Junita (1188203043)
Lia Fitria Amelia (1188203046)
Reza Yusniaroh (1188203075)
Restawanu Fika (1188203225)
Ade Wahyu Supriyadi (118820334)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2015
SEJARAH EKONOMI ISLAM
Sejarah ekonomi Islam berawal dari di angkatnya Muhammad sebagai utusan Allah pada
usia ke 40. Rasulullah mengeluarkan berbagai kebijakan yang selanjutnya diikuti dan diteruskan
oleh pengganti-penggantinya yaitu khulafaurrasyidin. Pemikiran ekonomi Islam didasarkan atas
Al-Qur’an dan al-hadits. Perkembangan pemikiran ekonomi Islam dapat dibagi beberapa periode
seperti berikut ini:

1

A. AWAL MASA PEREKONOMIAN ISLAM PADA ZAMAN RASULULLAH SAW
Masa Rasulullah adalah masa saat dua sumber hukum Islam
turun, yaitu al-Qur’an dan Hadits. Praktek ekonomi yang sesuai dan
tidak sesuai dengan Islam pada masa tersebut akan dijelaskan dan
ditetapkan, baik itu pada al-qur’an maupun hadits Nabi Saw.
Pemanfaatan kepemilikan telah banyak dijelaskan dalam kitabkitab fiqih ulama yang bersumber dari kitab-kitab hadits para perawi
hadits. Seperti pembahasan seputar kewajiban membayar zakat,
memberi shodaqoh, hibah, wasiat dan lain sebagainya, juga larangan
dari

sifat bukhl (pelit),isrof (berlebihan), risywah (suap)

dan

lain

sebagainya. Juga pembahasan seputar hukum perdagangan atau jual
beli, syirkah (kerjasama bisnis), syina’ah (industri), az-zara’ah (bertani)

dan lain sebagainya, juga larangan terhadap praktek qimar (judi),
riba, tadlis fil bai’(menyembunyikan cacat dalam jual beli), ghabn
fahisy (penipuan) dan lain sebagainya. Hukum-hukum demikian adalah
hukum-hukum

Islam

mengenai

pemanfaatan

kepemilikan,

baik

pembelanjaan harta (infaq) maupun pengembangan harta (tanmiyah).
Pendistribusian harta juga telah ditetapkan di masa Rasulullah
saw, contohnya yaitu dalam pendistribusian harta zakat, al-qur’an
telah menetapkan dalam surat at-Taubah: 60 bahwa zakat hanya pada
delapan golongan dari masyarakat muslim, dan tidak dibolehkan

diberikan

pada

selain

itu.

Apabila

pemungut

zakat

ditetapkan

pelakunya adalah negara sebagaimana terdapat dalam at-Taubah: 103,
maka tentu pendistribusi harta tersebut juga tidak lain adalah negara.

B. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA NABI

MUHAMMAD SAW
2

Perkembangan ekonomi islam menjadi suatu yang tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan sejarah islam. Pemikiran islam diawali sejak Nabi Muhammad SAW
dipilih sebagai Rasul. Rasulullah saw mengeluarkan sejumlah kebijakan yang
menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, selain masalah
hukum, politik, dan juga masalah perniagaan atau ekonomi . masalah-masalah ekonomi
umat menjadi perhatian utama Rasulullah saw, karena masalah ekonomi merupakan pilar
penyangga keimanan yang harus diperhatikan. Adapun perkembangan pemikiran pada
masa-masa tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan fiskal pada masa nabi Muhammad saw.
Pada zaman Rasulullah saw pemikiran dan mekanisme kehidupan politik dinegara
islam bersumber dan berpijak pada nilai-nilai aqidah.
Lahirnya kebijakan fiskal di dalam dunia islam dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya karena fiskal merupakan bagian dari instrument ekonomi publik. Untuk itu
faktor-faktor seperti sosial, budaya dan politik termasuk di dalamnya. Tantangan
Rasulullah saw sangat besar dimana beliau dihadapkan pada kehidupan yang tidak
menentu baik dari kelompok internal maupun eksternal, dalam kelompok internal
Rasulullah saw harus menyelesaikan masalah bagaimana menyatukan antara kaum

ansar dan kaum muhajirin paska hijrah dari mekkah ke madinah. Sementara tantangan
dari kelompok eksternal yaitu bagaimana Rasul bisa mengimbangi rongrongan dari
kaum kafir quraisy. Akan tetapi Rasulullah saw dapat mengatasi semua
permasalahanya berkat pertolongan Allah swt.
Di dalam sejarah islam keuangan publik berkembang bersamaan dengan
pengembangan masyarakat muslim dan pembentukan warga negara islam oleh
Rasulullah saw paska hijrah.
2. Unsur-unsur kebijakan fiskal pada masa pemerintahan Rasulullah saw.
Melihat kondisi yang tidak menentu seperti ini, maka Rasulullah saw malakukan
upaya-upaya yang dikenal dengan kebijakan fiskal. Beliau sebagai pemimpin di
madinah yaitu dengan melakukan unsur-unsur ekonomi. Diantaranya adalah sebagai
berikut :
3

a. System ekonomi.
System ekonomi yang diterapkan Rasulullah saw. berakar dari prinsip-prinsip
qur’ani. Prinsip islam yang paling mendasar yaitu kekuasaan tertinggi hanya milik
Allah semata dan setiap manusia diciptakan sebagai khalifahnya di muka bumi.
Dan disini ada beberapa prinsip-prinsip yang pokok tentang kebijakan ekonomi
islam yang dijelaskan Al-qur’an sebagai berikut :

1) Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah swt.
2) Manusia hanyalah khalifah Allah swt dimuka bumi.
3) Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah atas rahmat Allah swt, oleh
karena itu, manusia yang kurang beruntung mampunyai hak atas sebagian
kekayaan yang dimiliki saudaranya.
4) Kekayaan harus diputar dan tidak boleh ditimbun.
5) Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba harus dihilangkan.
6) Menetapkan system warisan sebagai media redistribusi kekayaan yang dapat
melegimitasi berbagai konflik individu.
7) Menghilagkan jurang pemisah antara golongan miskin dan kaya.
b. Keuangan dan pajak
Pada tahun awal sejak dideklarasi sebagai Negara, Madinah hampir tidak
memiiki sumber pendapatan ataupun pengeluaran Negara. Seluruh tugas Negara
dilakukan secara gotong royong dan sukarela. Rasulullah saw sendiri adalah seorang
kepala Negara yang juga merangkap sebagai ketua mahkamah agung, mufti besar,
panglima perang tertinggi, serta penanggung jawab administrasi Negara. Ia tidak
memproleh gaji dari Negara maupun masyarakat, kecuali hadiah-hadiah kecil pada
umumnya berupa bahan makanan. Dan pada masa itu juga belum ada tentara dalam
bentuk formal maupun tetap. Setiap muslim yang memiliki fisik yang kuat dan
mampu berperang bisa menjadi tentara. Mereka tidak memperoleh gaji tetap tapi

diperbolehkan mendapat harta dari hasil rampasan perang, seperti senjata, kuda, unta,
dan barang-barang bergerak lainya.

4

3. Sumber-sumber pendapatan Negara.
1)

Berdasarkan jenisnya :

Pendapatan Primer.

Pendapatan Sekunder.

Ghanimah : pendapatan dari hasil perang.

Uang tebusan.

Fay’i : harta peninggalan suku bani nadhir.


Pinjaman.

Kharaj : pajak atas tanah yang dipungut

Amwal fadhla.

kepada

non-muslim

ketika

khaibar

dilakukan pada tahun ke-7 hijriyah,
jumlah kharaj dari tanah tetap, yaitu
setengah dari hasil produksi
Waqf

Nawaib.


Ushr : zakat dari hasil pertanian termasuk

Shodaqoh lain seperti

buah-buahan

qurban dan kaffarat.

Jizyah : pajak perkepala yang dipungut
oleh pemerintah islam dari orang-orang
yang bukan islam sebagai imbalan bagi
keamanan diri mereka.

5

Hadiah.

2) Berdasarkan sumbernya.



Muslim : zakat, ushr, zakat fitrah, waqf, amwal fadhl, nawaib, shodaqoh lain,
dan khums.



Non-muslim : jizyah, kharaj, ushr ( 5% )



Umum : ghanimah, fay’I, uang tebusan, pinjaman dari muslim atau nonmuslim, dan hadiah dari pemimpin atau pemerintah.

4. Pengeluaran Negara di masa Rasulullah saw.
Primer :


Pembiayaan pertahanan, seperti persenjataan, unta, kuda, dan persediaan.




Pembiayaan gaji untuk wali, qadi, guru, imam, muadzin, dan pejabat Negara
lainya.



Pembayaran upah kepada para sukarelawan.



Pembayaran utang Negara.

Sekunder:


Bantuan untuk orang belajar agama di madinah.



Hiburan untuk delegasi keagamaan.



Hiburan untuk para utusan suku dan Negara serta biaya perjalanan mereka.



Pembayaran utang untuk orang yang meninggal dalam keadaan miskin.



Pembayaran tunjangan untuk sanak saudara Rasulullah saw.

5. Baitul maal

6

Rasulullah saw merupakan kepala Negara pertama yang memperkenalkan
konsep baru di bidang keuangan Negara pada abad ke tujuh, yakni semua hasil
pengumpulan Negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian
dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan Negara. Status hasil pengumpulan itu
adalah milik Negara dan bukan milik individu. Meskipun demikian, dalam batasbatas tertentu , pemimpin Negara dan para pejabat lainya dapat menggunakan
harta tersebut untuk mencukupi kebutuhan pribadinya. Tempat pengumpulan itu
disebut baitul maal atau bendahara Negara. Pada masa pemerintahan Rasulullah
saw, baitul maal terletak di masjid nabawi yang ketika itu digunakan sebagai
kantor pusat Negara yang sekaligus sebagai tempat tinggal Rasulullah saw.
Segala kebijakan Rasulullah saw dalam memimpin pemerintahan selalu
berpegangan pada wahyu Allah swt. Namun Rasulullah saw tidak segan-segan
betanya mengenai masalah-masalah tertentu pada para sahabat-sahabatnya. Allah
swt memerintahkan kapada Rasulnya untuk bertukar pikiran dengan orang-orang
beriman dalam urusan mereka kalau semua diputuskan oleh Allah swt, maka tidak
ada gunanya beliau berfikir.
C. SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA KHULAFAURRASYIDIN.
1. Masa kekhalifahan Abu Bakar r.a ( 11-13 H / 632-635 M )
Abu Bakar ash-shidiq mendapat kepercayaan pertama dari kalangan muslim untuk
menggantikan Rasulullah saw setelah beliau wafat. Konon ada beberapa kriteria yang
melekat pada diri Abu Bakar r.a sehingga kaum muslimin mempercayainya untuk
menjadikannya pemimpin islam diantaranya adalah terdapat ketaatan dan keilmuan yang
luar biasa, factor kesenioran diantara yang lain, dan faktor kesetiaan dalam mengikuti dan
mendampingi Rasulullah saw dalam menyiarkan agama islam.
Kemudian

langkah-langkah

yang

dilakukan

oleh

Abu

bakar

r.a

dalam

menyempurnakan ekonomi islam adalah :


Melakukan penegakan hukum terhadap pihak yang tidak mau membayar zakat.



Abu bakar r.a terkenal dengan keakuratan dan ketelitian dalam mengelola dan
menghitung zakat.



Pengembangan baitul maal dan pengangkatan penanggung jawab baitul maal.
7



Menerangkan konsep balance budget policy pada baitul maal.



Secara individu Abu Bakar adalah seorang praktisi akad-akad perdagangan.
Namun yang menarik dari kepemimpinan beliau adalah ketika beliau mendekati

wafatnya, yaitu kebijakan internal dengan mengembalikan kekayaan kepada Negara
karena melihat kondisi Negara yang belum pulih dari krisis ekonomi. Beliau lebih
mementingkan kondisi rakyatnya dari pada kepentingan individu dan keluarganya.
Abu Bakar r.a meninggal pada 13H/13 agustus 634 M dalam usia 63 tahun, dan
kekhalifahanya berlangsung selama dua tahun tiga bulan sebelas hari . Berkaitan dengan
kebijakan fiskal masa kekhalifahan Abu Bakar r.a yaitu melanjutkan kebijakan-kebijakan
yang telah diterapkan oleh Rasulullah saw. Hanya saja ada beberapa kebijakan fiskal
beliau yang cukup dominan dibandingkan dengan yang lainnya yaitu pemberlakuan
kembali kewajiban zakat setelah banyak yang membengkangnya. Kebijakan selanjutnya
adalah selektif dan kehati-hatian dalam mengelola zakat sehingga tidak dapat ditemukan
penyimpangan didalamnya.
2. Masa kekhalifahan Umar bin Khatab r.a.
Sebelum kematian Abu Bakar r.a, Abu Bakar mencalonkan Umar bin Khatab sebagai
penerusnya dan pencalonan tersebut diterima secara aklimasi. Menurut amir Ali,
masuknya umar dalam kekhalifahan adalah nilai yang tinggi bagi islam. Ia adalah
seoarang yang memiliki moral kuat, adil, memiliki energi yang besar dan karakter yang
kuat dan memiliki kemampuan administratif.
Umar bin Khatab r.a memerintah hanya selama sepuluh tahun, akan tetapi dalam
periode yang singkat itu banyak kemajuan yang dialami umat islam, kalau boleh
dikatakan pemerintahan umar bin khatab r.a merupakan masa keemasan dalam sejarah
islam. Dalam aspek ekonomi, system ekonomi yang dikembangkan berdasarkan keadilan
dan kebersamaan, system tersebut didasarkan pada prinsip pengembalian sebagian
kekayaan orang-orang kaya untuk dibagikan kepada orang-orang miskin.
Kemudian banyak hal dan prestasi yang berhasil dilakukan selama beliau
memerintah, diantaranya yaitu :
a. Kebijakan Ekonomi.

8

Dalam sambutan khlifah umar bin khatab r.a ketika diangkat menjadi khalifah, beliau
mengumumkan kebijakan ekonominya yang berkaitan dengan fiskal yang akan
dijalankanya, yang mana terdapat tiga dasar yaitu:
1) Negara islam mengambil kekayaan umum dengan benar dan tidak mengambil dari
kharaj atau harta fay’I yang diberikan oleh Allah swt kecuali dengan mekanisme yang
benar.
2) Negara memberikan hak atas kekayaan umum, dan tidak ada pengeluaran kecuali
sesuai dengan haknya dan Negara menambahkan subsidi serta menutup hutang.
3) Negara tidak menerima kekayaan dari harta yang kotor.
b. Unsur-unsur kebijakan fiskal.
Ada beberapa hal penting yang perlu dicatat berkaitan dengan masalah kebijakan
fiskal pada masa umar bin khatab r.a , diantaranya adalah :
1) Baitul maal.
2) Kepemilikan tanah.
3) Zakat.
4) Ushr.
5) Sodaqoh untuk orang non-muslim.
6) Koin.
7) Klasifikasi pendapatan Negara.
8) Pengeluaran Negara.
3. Masa kekhalifahan Utsman bin Affan r.a ( 23-35 H / 644-656 M )
Tidak ada perubahan yang signifikan pada situasi ekonomi secara keseluruhan salama
enam tahun berakhir kekhalifahan Usman bin affan, namun ada hal-hal yang dilakukan
oleh khlifah Usman bin affan, diantaranya adalah :
1) Pembangunan pengairan.
2) Pembentukan organisasi kepolisian untuk menjaga keamanan perdagangan.
3) Pembangunan gedung pengadilan, guna menegakkan hukum.
4) Kebijakan pembagian lahan luas milik raja Persia kepada individu dan hasilnya
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan masa pemerintahan Umar bin
khatab r.a dari Sembilan juta menjadi lima puluh juta dirham.
9

4. Kekhalifahan Ali bin Abi thalib r.a ( 35-40 H / 656-661M ).
Khalifah Ali memiliki konsep yang jelas tentang pemerintahanya, administrasi umum
dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya. Konsep ini dijelaskan dalam suratnya
yang ditujukan kepada Malik Ashter bin Harith. Surat itu antara lain mendeskripsikan
tugas kewajiban dan tanggung jawab penguasa, menyusun prioritas dalam melakukan
dispensasi dalam keadilan, control atas pejabat tinggi dan staf, menjelaskan kebaikan dan
kekurangan jasa, hakim, abdi hukum, pengiraian pegawai administrasi dan pengadaan
bendahara.
Jadi, pada khalifah ali bin abi thalib berkaitan dengan kebijakan yang dilakukanya
selama enam tahun kepemimpinannya adalah :
1) Pendistribusian seluruh pedapatan yang ada pada baitul maal berbeda dengan umar
yang menyisihkan untuk cadangan.
2) Pengeluaran angkatan laut dihilangkan.
3) Adanya kebijakan pengetatan anggaran.
4) Dan hal yang sangat monumental adalah pencetakan mata uang sendiri atas nama
pemerintahan islam, dimana sebelumnya kekhalifahan islam menggunakan mata uang
dinar dari Romawi dan dirham dari Persia.
D. EKONOMI ISLAM ABAD 13 M/7 H – 20 M/14 H
1. Masa Bani Utsmani
Sebutan lainnya adalah Turki Utsmani, yang biasa disebut bangsa Eropa sebagai
Ottoman. Adalah pemerintahan Islam yang beribu kota di bekas ibu kota kekaisaran Romawi
Timur, Konstantinopel. Wilayahnya terbentang dari barat Afrika bagian utara, jazirah Arab,
Syam, Persia hingga Eropa bagian timur. Tidak banyak perkembangan ilmu ekonomi Islam
yang dikisahkan dari sejarahnya, melainkan hanya cerita tentang keadaan ekonomi yang
melanda pemerintahan tersebut.
2. Lenyapnya Ekonomi Islam

10

Lenyapnya ekonomi Islam pada periode sebelum ini seiring dengan lenyapnya sistem
Islam yang menaunginya. Kekhilafahan Islam bani Utsmani tercatat runtuh pada 3 Maret
1924 dengan diproklamirkan sistem kenegaraan yang baru, Republik Turki. Sejak saat itu
tidak ada lagi penerapan ekonomi Islam sebagai sebuah sistem. Yang ada hanya penerapan
ekonomi Islam bagi individu masyarakat yang ingin menerapkan untuk dirinya saja.
Namun demikian tidak dapat memaksakan agar orang lain juga menerapkan sebagaimana
yang ia terapkan, sebab saat itu hingga saat ini ekonomi Islam bukanlah suatu sistem
ekonomi yang memaksa suatu masyarakat untuk menerapkannya. Berbeda tentunya dengan
saat ekonomi Islam sebagai sebuah sistem ekonomi yang diterapkan sebelum saat keruntuhan
sistem Islam yang menaunginya. Dimana masyarakat dengan rela maupun tidak, akan tetap
menerapkan ekonomi Islam, sebab ekonomi Islam saat itu adalah sebuah sistem ekonomi
yang memaksa. Sebagaimana sistem ekonomi Kapitalisme saat ini yang juga memaksa.
E. EKONOMI ISLAM ABAD 20-21 M/14-15 H
1. Lahirnya Kembali Ekonomi Islam
Setelah berpuluh tahun masyarakat Islam hidup tanpa ekonomi Islam sebagai sebuah
sistem ekonomi, kerinduan untuk berpraktek ekonomi dengan cara Islam mulai merasuk
kesetiap dada orang Islam. Bukan hanya sekedar karena ekonomi Kapitalisme tak mampu
memberikan rasa adil, tak mampu menyejahterakan masyarakat, dan semakin memperlebar
jarak antara yang kaya dan yang miskin. Melainkan juga karena orientasi kehidupan akherat
membuat orang Islam terdorong untuk berekonomi dengan cara yang bisa menghantarkannya
pada surga Allah dan menjauhinya dari siksa neraka.
Kemunculan kembali isu ekonomi Islam lebih banyak dipengaruhi karena kecintaan
masyarakat Islam terhadap praktek ekonomi yang diridhoi oleh Allah dan RasulNya. Terbukti
pada kasus lain, seperti penggunaan jilbab, dimana pasca keruntuhan Khilafah Turki Utsmani
pakaian jilbab dilarang untuk digunakan oleh rakyat Turki, namun belakangan pakaian
bercirikhaskan Islam itu mulai banyak yang menggunakannya kembali. Termasuk di
Indonesia, kita dapat melihat perbedaanya antara tahun 1970-an dengan tahun-tahun sekarang.
11

Ini menunjukkan kerinduan terhadap praktek kehidupan dengan cara yang diridhoi Allah dan
RasulNya mulai kembali dirindukan.
Sejarah mencatat bahwa bibit-bibit sistem ekonomi Islam mulai bangkit kembali dan
menampakkan tunasnya tidak lama setelah keruntuhannya, yaitu diakhir abad 20 telah mulai
diselenggarakan muktamar dan seminar ekonomi Islam diberbagai tingkat, baik lokal suatu
daerah maupun tingkat internasional. Sebagai titik awal dari kembalinya ekonomi Islam.
Demikian catatan sejarah:


Muktamar Ekonomi Islam Internasional yang pertama, di Universitas Malik bin Abdul
Aziz, Jeddah, pada tahun 1976.



Muktamar Bank Islam pertama di Bank Islam Dubai, tahun 1978.



Kelompok Studi Ekonomi Islam dalam Lapangan Penerapan, Abu Dhabi, tahun 1981.



Seminar Ekonomi Islam di Unversitas al-Azhar pada tahun 1980 dan tahun 1981.



Muktamar Ekonomi Islam Internasional yang kedua, di Islamabad Pakistan pada tahun
1983.



Muktamar Bank Islam yang kedua di Baitit Tamwil al-Kuwaiti, Kuwait, pada tahun 1983.



Muktamar Sistem Ekonomi menurut Islam, antara Teori dan Praktek, di Universitas
Mansourouh, Mesir, pada tahun 1983.

F. SEJARAH SISTEM EKONOMI ISLAM DI INDONESIA
Adapun di Indonesia, ekonomi Islam dengan wujud lembaga keuangan perbankan syariah
baru muncul dan berkembang sejak tahun 1991, dan lembaga keuangan asuransi syariah tahun
12

1994. Baru beberapa tahun kemudian yaitu tahun 2000, banyak Perguruan Tinggi di Indonesia
beramai-ramai membuka jurusan atau program studi ekonomi Islam. Seperti JEI (Jurusan
Ekonomi Islam) Dunia akademik inilah yang kemudian paling banyak berperan dalam
mengembangkan ekonomi Islam di abad 21 ini. Sebab hanya lembaga pendidikan yang
mampu melahirkan pemikir-pemikir ekonomi Islam yang kritis, yang memperbaiki praktekpraktek ekonomi Islam yang keliru, merekonstruksi teori-teori ekonomi Islam yang sudah
dibangun sebelumnya oleh para cendikiawan muslim di masa kejayaannya, dan merancang
bangunan sistem ekonomi Islam agar siap dipraktekkan bilamana sistem besar dari Islam
terbangun.
Di indonesia, perkembangan ekonomi Islam juga telah mengalami kemajuan yang
pesat. Berbagai Undang-Undang yang mendukung tentang sistem ekonomi tersebut mulai
dibuat, seperti UU No. 7 tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana yang telah di ubah
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
Tentang Bank Indonesia (BI) yang dalam Pasal 10, menyatakan bahwa BI dapat menerapkan
policy keuangan berdasarkan prinsip-prinsip Syariah.
Sesuai dengan perkembangan ekonomi global dan semakin meningkatnya minat
masyarakat dengan ekonomi perbankan secara Islami, ekonomi Islam mendapat tantangan yang
sangat besar pula. Setidaknya ada tiga tantangan yang dihadapi, yaitu: pertama, ujian atas
kredibel sistem ekonomi dan keuangannya. Kedua, bagaimana sistem ekonomi Islam dapat
meningkatkan dan menjamin atas kelangsungan hidup dan kesejahteraan seluruh umat, dapat
menghapus pengangguran dan kemiskinan di indonesia ini yang semakin marak, serta dapat
memajukan ekonomi dalam negeri yang masih terpuruk dan masih bernilai rendah dibandingkan
dengan negara lain. Dan yang ketiga, mengenai perangkat peraturan, hukum dan kebijakan baik
dalam skala nasional maupun dalam skala internasional. Untuk menjawab pertanyaan itu, telah
dibentuk sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang tersebut yaitu organisasi IAEI (Ikatan
Ahli Ekonomi Islam Indonesia.
Pendirian Organisasi ini dimaksudkan untuk membangun jaringan kerja sama dalam
mengembangkan ekonomi Islam di Indonesia baik secara akademis maupun secara praktek.
Dengan berdirinya organisasi tersebut, diharapkan agar para ahli ekonomi Islam yang terdiri dari
13

akademisi dan praktisi dapat bekerja sama untuk menjalankan pendapat dan aksinya secara
bersama-sama, baik dalam penyelenggaraan kajian melalui forum-forum ilmiah ataupun riset,
maupun dalam melaksanakan pengenalan tentang sistem ekonomi Islam kepada masyarakat luas.
Dengan demikian, maka InsyaAllah segala ujian yang yang menghadang dapat dipikirkan dan
ditemukan solusinya secara bersama sehingga pergerakannya bisa lebih efektif dalam
pembangunan ekonomi seluruh umat.
Pendirian ekonomi yang berlandaskan Al-qur’an dan Al-Hadits ini membawa hikmah
yang sangat banyak, salah satunya praktek ekonomi Islam ini mengigatkan kembali kepada kita
bahwa perbuatan riba itu adalah perbuatan dosa besar yang sangat dibenci Allah SWT dan
mengajarkan kepada kita agar menjauhi perbuatan tersebut. Selain itu praktek ekonomi Islam
juga merupakan wadah menyimpan dan meminjam uang secara halal dan diridhoi oleh Allah
SWT.

14