BIOPER Bio Pangium edulis Reinw. INSEKTI

BIOPER ( Bio-Pangium edulis Reinw.): INSEKTISIDA NABATI
PEMBASMI HAMA YANG PRAKTIS, EKONOMIS DAN RAMAH
LINGKUNGAN
Zahrotun Nisa’, 4401411093, Rombel 4 , Program Studi Pendidikan Biologi,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Semarang.
Abstrak
Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya mendapat
penghasilan dari hasil pertanian. seiring dengan dengan pertambahan penduduk
kebutuhan akan bahan pangan semakin meningkat. Berbagai upaya peningkatan
intensifikasi pertanian dilakukan, akan tetapi banyak hambatan yang dialami
seperti semakin kecilnya subsidi pemerintah terhadap sarana produksi pertanian.
Permasalahan yang juga tak luput dialami oleh petani adalah penyakit-penyakit
atau hama yang menyerang tanaman sehingga mampu merugikan petani. Selama
ini petani menggunakan insektisida sebagai upaya dalam penanggulangan hama
tersebut. Dibanding dengan insektisida kimia, insektisida nabati kini semakin
ditinggalkan karena dianggap kurang praktis. Penggunaan insektisida kimia pada
umumnya kurang aman karena berdampak samping yang merugikan terhadap
kesehatan dan lingkungan hidup. Untuk itu insektisida kimia yang merupakan
komponen penting dalam pengendalian hama terpadu perlu dicari penggantinya.
Alternatif yang perlu dikembangkan produk alam hayati (Secondary metabolite)

yang pada umumnya merupakan senyawa kimia berspektrum sempit terhadap
organisme sasaran. Penggunaan insektisida kimia juga dapat menghabiskan
banyak uang karena harga insektisida kimia yang lebih mahal. Kluwak atau
Picung (Pangium edule Reinw.) merupakan tanaman yang banyak manfaatnya,
terutama daun dan bijinya yang dapat digunakan untuk membasmi hama
(pestisida). Tanaman kluwak mengandung asam sianida yang cukup besar
jumlahnya baik pada batang, daun, dan buah. Asam Sianida merupakan salah satu
jenis racun yang paling toksik, bereaksi cepat dalam tubuh hewan maupun
manusia, dan dapat menyebabkan kematian akut. Sehingga tanaman ini sangat
bagus digunakan sebagai pembasmi hama yang alami. Sebagai insektisida nabati,
insektisida dari kluwak sangat aman bagi manusia dan lingkungan serta di
samping itu pula untuk mendukung pertanian organik dan di lain pihak untuk
mengurangi penggunaan insektisida sintetis, diperlukan alternatif pengendalian
yang ramah lingkungan dan murah harganya .
Kata Kunci: Insektisida Nabati, Pangium edulis Reinw., Ramah Lingkungan.

1

BIOPER ( Bio-Pangium edulis Reinw.): INSEKTISIDA NABATI
PEMBASMI HAMA YANG PRAKTIS, EKONOMIS DAN RAMAH

LINGKUNGAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya
mendapat penghasilan dari hasil pertanian. Seiring dengan pertambahan penduduk
kebutuhan akan bahan pangan semakin meningkat. Berbagai upaya peningkatan
intensifikasi pertanian dilakukan, akan tetapi banyak hambatan yang dialami
seperti semakin kecilnya subsidi pemerintah terhadap sarana produksi pertanian
(pupuk, pestisida, alat pertanian, benih dan bibit. Sampai saat ini krisis ekonomi
dialami oleh Indonesia, salah satunya yang merasakan dampaknya adalah petani,
dimana harga pupuk dan alat-alat pertanian semakin mahal namun daya jual hasil
pertanian semakin berkurang. Tentu saja hal ini sangat merugikan petani. Selain
itu, permasalahan yang tak luput dialami oleh petani adalah penyakit-penyakit
atau hama yang menyerang tanaman sehingga mampu merugikan petani.
Salah satu cara penanggulangan hama yang biasa digunakan adalah
dengan insektisida. Dalam aplikasinya insektisida terdiri dari insektisida nabati
dan insektisida kimia. Dibanding dengan insektisida kimia, insektisida nabati kini
semakin ditinggalkan karena dianggap kurang praktis. Namun keadaan tersebut
mengakibatkan terjadinya perubahan ekologi yang tidak menguntungkan bagi

tanaman. Melihat kenyataan itu, kini perlu adanya penggalakan insektisida nabati
sebagai alternatif lain Insektisida nabati adalah berasal dari bahan tumbuhan yang
diekstraksi kemudian diproses menjadi konsentrat dengan tidak mengubah
struktur kimianya . Insektisida ini mudah terurai atau terdegradasi sehingga tidak
persisten di alam ataupun pada bahan makanan. Oleh karena itu insektisida nabati
sangat aman bagi manusia dan lingkungan serta di samping itu pula untuk
mendukung pertanian organik dan di lain pihak untuk mengurangi penggunaan
insektisida sintetis, diperlukan alternatif pengendalian yang ramah lingkungan dan
murah harganya . Salah satunya adalah dengan menggunakan insektisida yang
berasal dari bahan alami asal tumbuhan . Insektisida nabati ini memiliki sifat
2

spesifik sehingga aman bagi musuh alami hama. Residunya pun mudah terurai
sehingga aman bagi lingkungan . Bahan bakunya dapat diperoleh dengan mudah
dan murah . Kelebihan lain dari insektisida nabati adalah dapat dibuat dengan
teknologi sederhana, sehingga mudah diadopsi oleh petani kecil . Hal ini sesuai
dengan pertanian yang berkelanjutan yang berupaya mengurangi masukan dari
luar . Meskipun demikian insektisida nabati/botani dapat juga dikembangkan
dalam skala industri sehingga dapat berperan sebagai satu komponen
pengembangan ekonomi negara, membuka lapangan kerja dan menghemat devisa

karena dapat menekan impor insektisida sintetis . Salah satu keanekaragaman
hayati Indonesia yang dapat dimanfaatkan menjadi insektisida nabati adalah
Pangium edule Reinw atau yang biasa disebut masyarakat dengan nama kluwak,
kluwek, picung (Sunda), kepayang.
Kluwak atau Picung (Pangium edule Reinw.) merupakan tanaman yang
banyak manfaatnya, terutama daun dan bijinya untuk membasmi hama (pestisida).
Manfaat pohon kluwek :
a. Kayunya digunakan untuk membuat batang korek api.
b. Daunnya sebagai obat cacing.
c. Bijinya sebagai antiseptik.
d. Bijinya dihaluskan dapat menghilangkan kutu pada kerbau.
e. Biji keluwek dapat dibuat minyak sebagai pengganti minyak kelapa.
Keaktifan dalam biji kluwak disebabkan adanya sianida sebagai hasil
hidrolisis sianogen gynocardine oleh enzim gynocardase yang ditemukan dalam
semua bagian dari tanaman kluwak. Sianida merupakan salah satu jenis racun
yang paling toksik, bereaksi cepat dalam tubuh hewan maupun manusia, dan dapat
menyebabkan kematian akut. Oleh karena itu perlu mengetahui lebih dahulu
keberadaan kandungan dan stabilitas racun sianida dalam biji kluwak, sehingga
akan


diperoleh

perkiraan

preparasi

biji

kluwak

yang

sesuai

dengan

penggunaannya sebagai pestisida botani.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara mengatasi masalah lingkungan terutama karena penggunaan
insektisida kimia yang menyebabkan kerusakan ekologi?


3

b. Potensi apakah yang terdapat pada tumbuhan kluwek (Pangium edule Reinw)
dalam memperbaiki kualitas lingkungan terutama peranannya dalam pertanian?
c. Bagaimana cara pembuatan insektisida nabati dari tumbuhan kluwek (Pangium
edule Reinw)?
Tujuan
a. Mengetahui cara untuk mengatasi masalah lingkungan terutama karena
penggunaan insektisida kimia yang menyebabkan kerusakan ekologi.
b. Mengetahui potensi yang terdapat pada tumbuhan kluwek (Pangium edule
Reinw) dalam memperbaiki kualitas lingkungan terutama peranannya dalam
pertanian
c. Mengetahui cara pembuatan insektisida nabati dari tumbuhan kluwek
(Pangium edule Reinw)
Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan gagasan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kreativitas mahasiswa sekaligus dapat mengetahui cara
pengendali hama terutama insektisida pada tanaman dengan cara yang alami.

b. Bagi Petani
Memberikan informasi kepada para petani sehingga dapat meningkatkan
produksi panen petani dan dapat mengatasi masalah yang dialami oleh petani
mengenai hama yang menyerang tanamannya.
c. Bagi Lingkungan
Mengurangi penggunaan insektisida kimia atau buatan yang merusak
keseimbangan alam.
d. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanaman yang dapat
dimanfaatkan menjadi insektisida nabati. Selain itu juga dapat menigkatkan
daya wirausaha masyarakat.

4

GAGASAN
Mengenal Tanaman kluwek (Pangium edule Reinw)
Secara taksonomi tumbuhan kluwak dapat diklasifikasikan sebagai berikut
:
Kingdom


: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub kelas

: Dilleniidae

Ordo

: Violales


Familia

: Flacourtiaceae

Genus

: Pangium

Spesies

: Pangium edule Reinw

Gambar Pangium edule Reinw
Pohon Kluwak rata-rata memiliki tinggi 18 - 40 meter, berukuran sedang
sampai besar dengan diameter batang 2,5 meter. Pada bagian pucuk banyak
terdapat cabang, cabang yang muda banyak berbulu, sedangkan cabang yang tua
tidak berbulu. Kulit kayu berwarna coklat kemerahan atau abu-abu kecoklatan,
licin dan kadang-kadang kasar dengan banyak celah yang mengeras. Kluwak
yang masih muda bertangkai panjang dan berlekuk tiga, pada pohon tua bulat
telur lebar, dengan pangkal yang terpancung atau berbentuk jantung, meruncing,

5

mengkilat dan berwarna hijau tua. Tulang daun pada sisi bawah menonjol. Picung
sejak berumur 15 tahun berbuah terus-menerus sepanjang musim. Buah agak tidak
simetris, berbentuk bulat telur dengan kedua ujung tumpul. Ukurannya bervariasi
dengan panjang 7-10 cm atau lebih. Kulit buah berwarna cokelat kemerahan
dengan permukaan kasar dimana terdapat lentisel. Tangkai buah berukuran
panjang 8-15 cm dengan diameter 7-12 mm.
Buah kluwak di dalamnya banyak biji besar kelabu, berbentuk telur limas
dan keras. Pada biji buah kluwak terdapat daging biji (endosperm) yang banyak
mengandung lemak. Buah kluwak mengandung 20-30 biji. Kulit biji kasar dengan
perikarp setebal 6-10 mm, berkayu dan beralur. Pada kondisi buah kluwak yang
masih segar biji-biji tersebut tertutup oleh daging buah yang berwarna putih,
sedangkan apabila buah kluwak sudah disimpan dalam kurun waktu yang lama
warna daging buahnya berubah menjadi kehitaman.
Kluwak merupakan khas vegetasi dari Indonesia, jadi apabila di luar
negeri kemungkinan itu adalah tumbuhan ekspor dari negara Indonesia. Pohon ini
umumnya tumbuh di tepi-tepi sungai, pinggir-pinggir aliran air, tepi rawa, di
hutan , atau bahkan di kebun-kebun. Meskipun pohon ini umumnya tumbuh pada
ketinggian 350 m dpl. dan membutuhkan lingkungan yang cukup air, jenis ini

ternyata juga dapat tumbuh di daerah lebih tinggi, beriklim kering dan jarang
terkena banjir.

Berdasarkan koleksi herbarium yang ada di Herbarium

Bogoriense, jenis tumbuhan ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun
akibat dari pemanfaatan yang berlebihan terutama di Jawa, jenis ini mulai langka.
Kluwak banyak dimanfaatkan sebagai bahan membuat makanan, namun
pohon ini banyak mengandung racun, sehingga dikenal sebagai pohon yang
memabukkan. Seluruh bagian dari tanaman kluwak bersifat racun ( Timbul,
2001). Tanaman kluwak mengandung asam sianida yang cukup besar jumlahnya
baik pada batang, daun, dan buah. Asam sianida adalah suatu asam lemah yang
berbentuk cairan pada suhu kamar, mempunyai bau khas dan apabila terbakar
mengeluarkan nyala biru. Senyawa sianida dapat bereaksi dengan beberapa ion
logam membentuk senyawa Fe(CN)42- atau Fe(CN)63- . Mengenai daya pembunuh
yang kuat dari kluwak dapat dimanfaatkan bagi pemberantas serangga perusak
tanaman. Sifat atsiri dari racunnya memiliki keuntungan karena setelah

6

penggunaannya tidak ada bau atau rasa apapun yang tertinggal pada tanaman yang
telah diperlakukan dengannya.

Gambar Buah Kluwak

Gambar Isi Buah Kluwa

7

Gambar Kulit Batang Kluwak

Gambar Daun Kluwak
Biji dari kluwak merupakan bagian paling beracun dari tanaman ini,
karena banyak mengandung ginokardin , yaitu suatu glikosida yang mudah
melepaskan asam sianida karena hidrolisa oleh enzim ginokirdase. Asam sianida
yang dilepaskan ini bersifat racun, yang pada konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan orang sakit kepala, pusing, mual dan muntah apabila termakan atau

8

terhirup, bahkan pada konsentrasi tinggi mampu menyebabkan kematian. Biji
kluwak yang lebih tua mengandung inokardin yang lebih sedikit dibandingkan
dengan biji yang lebih muda. Namun menurut Burkil (1935) dalam Timbul
(2001:11) menyatakan bahwa perebusan biji kluwak selama sejam akan mencegah
terbentuknya asam sianida, karena pemanasan akan menonaktifkan enzim
ginokirdase yang berperan terhadap produksi asam sianida dengan menghidrolisis
ginokardise.
Pembuatan ekstrak Nabati dari Kluwak
a. Ekstrak Cair Sederhana
Terlebih dahulu bersihkan atau cuci dengan air dan kering anginkan bagian
tumbuhan yang ingin dijadikan bahan ekstrak sederhana. Timbang sebanyak
50 gr/lt air. Setelah ditimbang bahan dihaluskan dengan cara ditumbuk atau
blender selama 5-10 menit atau bahan tersebut sudah halus. Kemudian
dipisahkan dengan cara menyaring dan diperas. Air perasan atau yang sudah
disaring tersebut ditambahkan 0,5 – 1 gram detergen sebagai bahan perata
dan bahan tersebut disimpan kurang lebih 12-24 jam. Kemudian ekstrak
sederhana yang sudah disimpan selama 12-24 jam tersebut sudah dapat
dipergunakan. Apabila ekstrak sederhana yang sudah diaplikasikan tersebut
dapat membunuh di atas 50% selama 3-4 hari maka bahan dari tumbuhan
tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati.
b. Ekstrak Padat (Paste)
Insektisida nabati akan dibuat dalam bentuk ekstrak padat (paste) dengan cara
merendam bahan tumbuhan segar ke dalam pelarut (etanol) dengan
perbandingan setiap 1000 gram bahan tumbuhan dicampur 10 liter pelarut.
Setelah direndam selama 24-48 jam, campuran bahan dengan pelarut tersebut
disaring dan hasil saringan dievaporasi dengan vacum untuk menghasilkan
residu, kemudian dimasukkan ke dalam cawan terbuka dan dipanaskan pada
waterbath dengan suhu 40oC. Untuk membentuk ekstrak padat maka
pemanasan harus dilakukan selama kurang lebih 48 jam. Sebelum aplikasi
perlakuan, terlebih dahulu ekstrak padat dicampur dengan minyak tween 20
atau 40 dengan perbandingan 100 : 1 agar daya rekatnya pada tanaman lebih

9

kuat dan penyebarannya merata pada permukaan tanaman. Mencampur
ekstrak padat dengan tween 20 atau 40 dilakukan pada plat kaca hingga
merata, kemudian dimasukkan ke dalam gelas dan dicampur dengan air
sebanyak 10 ml untuk setiap 1 gram ekstrak padat. Cara penggunaan yaitu
bahan diencerkan dengan air sebanyak 5 ml setiap 1 liter air bersih, kemudian
aduk merata dan diamkan selama 60 menit, selanjutnya bahan campuran siap
untuk diaplikasikan.
Implikasi
Tanaman kluwak belum dibudidayakan secara luas, tetapi mempunyai
manfaat yang cukup potensial sebagai bahan pengawet dan pestisida alami.
Tanaman kluwak juga dapat dikembangkan sebagai bahan konservasi dan untuk
penghijauan. Penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan pemanfaatan kluwak
perlu dilakukan di masa datang.
DAFTAR PUSTAKA
Rusman. 2002. PENAPISAN SENYAWA INSEKTISIDA DARI EKSTRAK DAUN
PICUNG (Pangium edule Reinw.). skripsi. Jurusan Kimia. IPB, Bogor.
Saenong, M.Sudjak. 2012. PENGGOLONGAN SENYAWA KIMIA PESTISIDA.
Karya tulis. PEI & FPI, Sulawesi Selatan.
Saenong, M.Sudjak. 2012. Apa Itu Pestisida Hayati Dan Apa Saja Manfaatnya?.
Karya tulis. PEI & FPI, Sulawesi Selatan.
Partomihardjo, T. & Rugayah. 1989. PANGI ( PANGIUM EDULE REINW.) DAN
POTENSINYA YANG MULAI DILUPAKAN ( Pangium edule, an Almost
Forgotten Plant and Its Potential. Media Konservasi. Vol. II (2) 1989 : 4550. Jurnal Ilmiah LIPI Bogor.
Tohir, Aji Mohamad. 2010. TEKNIK EKSTRAKSI DAN APLIKASI BEBERAPA
PESTISIDA NABATI UNTUK MENURUNKAN PALATABILITAS ULAT
GRAYAK (Spodoptera litura Fabr.) DI LABORATORIUM. Buletin Teknik

10

Pertanian. Vol: 15, No 1, 2010: 37-40. Jurnal Balai Penelitian
Lingkungan Pertanian Bogor.
Anonim. 2012. Inovasi Sumberdaya Lahan Mendukung Sukses Pertanian. Jakarta
Selatan: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Rijal, Samsul. 2007. EFEKTIVITAS PENGHAMBAT EKSTRAK DAGING BIJI
PICUNG (Pangium edule Reinw.) TERHADAP PERTUMBUHAN
Cylindrocladium spp. SECARA IN VITRO. Skripsi. Bogor: IPB.
Asrori, Ahmad. 2008. EFEKTIVITAS PENGHAMBATAN EKSTRAK DAGING
BIJI PICUNG (Pangium edule Reinw.) TERHADAP PERTUMBUHAN
Rhizoctonia sp. SECARA IN VITRO. Skripsi. Bogor: IPB.
Saputra, Timbul Kristiawan. 2001. POTENSI DAGING BIJI PICUNG ( Pangium
edule Reinw.) SEBAGAI FUNGISIDA BOTANI TERHADAP Fusarium
solani SECARA IN VITRO. Skripsi. . Bogor: IPB.
Yuantari, Maria Goretti Catur. 2009. STUDI EKONOMI LINGKUNGAN
PENGGUNAAN PESTISIDA DAN DAMPAKNYA PADA KESEHATAN
PETANI DI AREA PERTANIAN HORTIKULTURA DESA SUMBER
REJO KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG JAWA
TENGAH. Tesis. Program Pascasarjana, UNDIP, Semarang.
Hidayat, Anwar. 2001. METODA PENGENDALIAN HAMA. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Proyek Pengembangan Sistem Dan Standar
Pengelolaan Smk Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Ali, Akhyar & Fajar Restuhadi. 2010. Optimasi Pembuatan Biopellets dari
Bungkil Picung ( Pangium edule Reinw.) dengan Penambahan Solar dan
Perekat Tapioka. Sagu. Vol.9 No. 1, 2010: 1-7.jurnal Ilmiah Fakultas
Pertanian Universitas Riau.
Yuningsih. KANDUNGAN DAN STABILITAS SIANIDA DALAM TANAMAN
PICUNG (Pangium edule Reinw.) SERTA PEMANFAATANNYA. Balai
Besar Penelitian Veteriner.
Indriani, T. 2006. KEMANJURAN BEBERAPA JENIS TUMBUHAN RAWA YANG
BERPOTENSI SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP ULAT
BUAH (DIAPHANIA INDICA) . Temu Teknis Nasional Tenaga

11

Fungsional Pertanin 2006. jurnal Ilmiah Penelitian Pcrtanian Lahan Rawa
Kalimanlan Selatan.
BADAN

PENELITIAN

DAN

PENGEMBANGAN

PERTANIAN.

2008.

PICUNG (Pangium edule) SEBAGAI PENGAWET DAN PESTISIDA
ALAMI. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume
14 Nomor 3, 1 Desember 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan Bogor.

12

MW

13