LAPORAN TEKNIK PEMBENIHAN IKAN KERAPU MA
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai garis pantai sepanjang
lebih dari 81.000 km. Kondisi tersebut menggambarkan betapa besarnya potensi laut di
Indonesia, khususnya dalam bidang budidaya laut.
Budidaya laut merupakan salah satu usaha yang dapat memberikan alternatif
sumber penghasilan bagi masyarakat pesisir. Salah satu contoh hasil laut yang telah
berhasil dibudidayakan dan memiliki harga yang cukup tinggi adalah ikan kerapu.
Kerapu merupakan jenis ikan demersal yang menyukai hidup di perairan karang,
diantara celah-celah atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan kerapu relatif mudah
dibudidayakan, karena mempunyai daya adaptasi cukup tinggi. Upaya perintisan
pembenihan ikan kerapu di Indonesia khususnya jenis ikan kerapu macan ( Epinephelus
Fuscoguttatus) telah dimulai sejak tahun 1990. Berbagai tahapan dalam kegiatan
pembenihan ikan kerapu macan mengalami banyak kendala diantaranya pada
pemeliharaan induk dan pemeliharaan larva.
Upaya pengembangan teknik pembenihan ikan kerapu macan dilakukan secara
terus menerus hingga akhirnya menghasilkan teknik pembenihan yang cukup maju,
terutama di lingkup pelaksana pembenihan ikan kerapu macan Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut ( BBPBL ) Lampung.
Sebagai seorang siswa tidak cukup hanya mendalami ilmu di bangku sekolah
saja, namun juga harus memahami peraktik di lapangan. Oleh karena itu dilakukanlah
Praktek Kerja Lapangan ( PKL) tentang pembenihan ikan kerapu macan ini sebagai
suatu program pengaplikasian teori-teori yang didapat di bangku sekolah untuk
ditterapkan di lapangan. Laporan PKL ini membahas tentang kondisi umum BBPBL
Lampung, hasil kegiatan selama melakukan PKL, dan pada bagian akhir laporan diulas
secara rinci tentang analisa usaha pembenihan ikan kerapu macan.
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktek kerja lapangan tentang pembenihan ikan kerapu
macan ini adalah sebagai berikut :
1
1. Menambah wawasan tentang budidaya ikan kerapu macan ( Epinephelus
fuscoguttatus ).
2. Mempelajari teknik pembenihan ikan kerapu macan ( fuscoguttatus ),
mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam usaha pembenihan ikan
kerapu macan ( Epinephelus fuscoguttatus ).
3. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan serta
wawasan pada kegiatan pembenihan ikan kerapu macan ( Epinephelus
fuscoguttatus ).
4. Mengetahui analisa usaha pembenihan ikan kerapu macan ( Epinephelus
fuscoguttatus ).
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan ini dimulai sejak tanggal 16 januari
sampai tanggal 28 mei 2014, di Balai Besar Penembangan Budidaya Laut Lampung, di
Desa Padang Cermin, Kecamatan Hanura, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.
1.4. Manfaat
Manfaat Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk menambah wawasan dan
dapat memberikan informasi atau penyuluhan kepada masyarakat yang membutuhkan,
khususnya dalam kegiatan pengembangan budidaya ikan kerapu macan.
2
II.
KEADAAN UMUM LOKASI
2.1. Sejarah BBPBL Lampung
Direktorat Jenderal Perikanan telah merintis pembentukaan Balai Budidaya Laut
(BBL) di Lampung sejak tahun 1982 melalui proyek pengembangan budiaya laut di
Indonesia. Berdasarkan Keputusan Presiden RI No.23 Tahun 1982 yang pelaksanaannya
tertuang dalam SK Menteri Pertanian No.473/KPTS/UM/1982. Sejak berdirinya Balai
Budidaya Laut (BBL) Lampung memperoleh bantuan teknisi dari FAO/UNDP melalui
sea farming development project INS/81/008 selama 6 tahun yaitu dari tahun 1983
sampai dengan tahun 1989.
Keberadaan Balai Budidaya Laut (BBL) Lampung secara resmi diakui tanggal 5
Agustus
1986
yang
ditetapkan
berdasarkan
SK
Menteri
Pertanian
No.347/OT210/5/1994 tanggal 6 Mei 1994, kemudian disempurnakan dengan terbitnya
SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.26F/MEN/2001. Pada tahun 2006 Balai
Budidaya Laut (BBL) Lampung ditingkatkan statusnya menjadi Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) berdasarkan Surat Keputusan Kelautan dan
Perikanan No.Per.07/MEN/2006 tentang organisasi dan tata kerja Balai Besar
Pengembangan Budidaya (BBPBL) Lampung.
2.2. Lokasi BBPBL Lampung
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung terletak di Desa
Hanura Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, Lampung Selatan. BBPBL
terletak di kawasan teluk Hurun yang merupakan bagian dari teluk Lampung.
Secara astronomis Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung
terletak antara 105o12,45 BT – 105o13 BT dan 5o31,30 LU – 5o33,36 LS. BBPBL
Lampung adalah instansi Pemerintah di bawah naungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) Republik Indonesia. BBPBL Lampung dibangun diatas lahan seluas
5,9 Ha.
BBPBL Lampung berbatasan dengan:
1.
Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Lampung
2.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukajaya dan Desa Lempasing
3.
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hanura
3
4.
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sidodadi
Jarak Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dengan Ibu
kota Bandar Lampung yaitu ± 15 km dan jarak dengan Desa Hanura yaitu ± 1,5 km.
Dasar perairan teluk Lampung sekitar bibir pantai bagian tenggara yaitu ± 10-15 m,
Teluk Hurun pada bagian barat daya dan selatan umumnya landai dengan kedalaman ±
5 m, luas 1,5 km2 dengan panjang 1,5 km dan lebar 1 km. Sedangkan kedalam perairan
dekat mulut teluk mencapai 5-10 m. Kondisi teluk bersih dan bebas dari pencemaran
dan perairan tenang bebas dari gelombang sepanjang tahun.
Terdapat 4 buah sungai yang bermuara di Teluk Hurun masing-masing 2 sungai
dibagian barat daya, 1 sungai dibagian selatan dan satu sungai dibagian barat laut Teluk
Hurun. Keadaan tanah di Teluk Hurun lumpur berpasir dan di daerah pantai terdapat
hutan bakau (mangrove) dan daerah Teluk Turun beriklim tropis.
2.3. Fasilitas BBPBL Lampung
2.3.1.Laboratorium
a.
Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan (keskanling)
Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan ( keskanling ) memiliki luas 200 m2
yang terdiri dari laboratorium histopatologi, parasitologi, mikrobiologi, dan PCR,
kontruksi laboratorium beton ( permanen ).
Laboratorium histopatologi dan parasitologi berfungsi untuk melakukan diagnosa
terhadap penyakit ikan melalui jaringan dan diagnosa penyakit disebabkan oleh parasit.
Laboratorium mikrobiologi berfungsi untuk mendiagnosa penyakit yang disebabkan
oleh bakteri dan jamur serta melakukan pengujian obat bagi penyakit yang menyerang
ikan. Dan laboratorium PCR/Virologi berfungsi untuk mendiagnosa penyakit
berdasarkan pada pemeriksaan materi genetik penyebab infeksi virus.
b.
Laboratorium Fitoplankton
Laboratorium fitoplankton berkontruksi beton dan memiliki luas ± 65 m 2.
Laboratorium ini berfungsi untuk memproduksi fitoplankton untuk kegiatan
pembenihan. Meliputi kegiatan isolasi, kultur murni, dan sebagai penyedia bibit untuk
skala semi massal dan skala massal. Fitoplankton yang telah berhasil dikultur seperti
4
Nannochloropsis sp, Coccolith sp, Chaetoceros sp, Dunaliela sp, Isochrysis galbana,
Tetraselmis chuii, Nitzchia sp, Skeletonema costatum, Thallasiosira sp.
c.
Laboratorium Zooplankton
Laboratorium zooplankton berfungsi untuk memproduksi zooplankton untuk
pakan larva ikan yang meliputi isolasi, kultur murni, semi massal, dan massal.
Laboratorium zooplankton berfungsi juga untuk persediaan bibit murni. Jenis
zooplankton yang diproduksi yaitu Brachionus plicatilis, Diaphanosoma sp, kopepoda
( Oithona sp., Acartia sp., Tigriopus sp ).
d.
Laboratorium Kualitas Air
Laboratorium kualitas air berfungsi untuk menganalisis parameter kualitas air
seperti parameter fisika ( suhu, kecerahan, salinitas ), parameter kimia ( nitrat, nitrit,
phospat, alkalinitas, DO2, pH ), dan parameter biologi ( kepadatan plankton ).
Laboratorium ini juga berfungsi untuk menunjang kegiatan pembenihan, dan
pembesaran dalam hal kualitas air.
e.
Laboratorium Pakan Buatan
Laboratorium pakan buatan berfungsi untuk memproduksi pakan pelet sebagai
pakan untuk ikan pada kegiatan pembesaran, pengembangan riset formulasi pakan
untuk kegiatan budidaya kakap dan kerapu. Laboratorium ini juga mengkaji formulasi
pakan yang terkandung dalam pakan.
2.3.2. Hatchery
Hatchery yang terdapat di BBPBL Lampung yaitu hatchery Kerapu Bebek,
hatchery Kerapu Macan, hatchery Kakap Putih, Kakap Merah, dan Cobia, hatchery
Kuda Laut, dan hatchery clownfish.
a.
Hatchery Kerapu Bebek
Hatchery ini berfungsi untuk menetaskan telur dan memelihara larva kerapu
bebek hingga ukuran pendederan. Selama masa itu larva dirawat didalam hatchery
dengan perlakuan yang baik. Hatchery kerapu bebek memiliki 12 bak larva berkontruksi
beton, 1 unit kulkas, 1 unit lemari penyimpanan, 1 unit dispenser.
5
b.
Hatchery Kerapu Macan
Hatchery ini berfungsi untuk menetaskan telur kerapu macan hingga
pemeliharaan larva. Di hatchery tersebut larva dirawat hingga ukuran pendederan.
Hatchery kerapu macan memiliki fasilitas seperti bak larva ukuran 10 ton berjumlah 12
buah berkontruksi beton, 2 buah bak induk yang terletak diluar ruangan, kulkas 1 unit,
lemari penyimpanan 1 unit, dispenser 1 unit.
c.
Hatchery Kakap Putih, Kakap Merah, dan Cobia
Hatchery ini berfungsi untuk pemeliharaan larva dari telur hingga ukuran
pendederan. Hatchery ini memproduksi larva ikan kakap putih, kakap merah, dan cobia
secara bergantian. Hal ini dilakukan agar memaksimalkan pemeliharaan larva komoditi
ikan yang dipelihara.
d.
Hatchery Kuda Laut
Hatchery ini adalah tempat untuk mengembangkan kuda laut. Kuda laut
dikembangkan dan dipelihara dengan perlakuan-perlakuan yang baik. Kuda laut adalah
salah satu komoditi non ikan yang langka dan patut untuk dilestarikan.
e.
Hatchery Clownfish
Hatchery ini adalah tempat mengembangbiakkan ikan hias air laut yaitu jenis
Clownfish atau dikenal dengan nama Nemo. Ikan ini adalah ikan yang sangat disukai
oleh para penggemar ikan hias, keberadaannya juga sudah mulai langka.
2.3.3. Bangsal Pendederan
Bangsal pendederan berfungsi untuk memelihara ikan ukuran deder hingga
ukuran penggelondongan. Bangsal digunakan untuk semua jenis komoditi ikan. bentuk
bangsal ini semi outdor dengan panjang 33 m dan lebar 8 m. Pada bangsal pendederan
terdapat 35 bak fiber berbentuk persegi panjang dengan volume 2 ton. Untuk lebih jelas
bangsal pendederan dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
6
Gambar 1. Bangsal Pendederan
2.3.4. Bangsal Penggelondongan
Bangsal penggelondongan berfungsi untuk memeliharan ikan 75–100 gr, bangsal
ini memelihara ikan yang di jadikan calon induk unggul. Bangsal penggelondongan ada
2, yaitu bangsal indoor dan bangsal semi indoor.
Bangsal indoor menggunakan wadah yang terbuat dari fiberglass volume 2 ton
berjumlah 12 buah dan dipelihara secara intensif untuk memelihara calon induk kerapu
macan dan bangsal semi indoor menggunakan wadah yang terbuat dari fiberglass
volume 2 ton berjumlah 4 buah, 3 ton berjumlah 8 buah berbentuk lingkaran, dan 8 ton
berjumlah 8 buah untuk memelihara calon induk kerapu bebek dan sebagai tempat
perekayasaan budidaya kerapu. Air media pemeliharaan selalu berganti (sirkulasi).
Setiap harinya air media pemeliharaan berganti hingga >200%. Untuk lebih jelas
bangsal penggelondongan dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.
Gam
bar 2. a. Pengelondongan (Semi Indor) b. Pengelondongan (Indor)
2.3.5. Keramba Jaring Apung
7
Keramba jaring apung ( KJA ) yang di miliki BBPBL Lampung 2 unit yaitu unit
budidaya dan unit Induk. Unit induk untuk memelihara induk unggul sebagai produsen
benih yang baik untuk kegiatan pembenihan, induk yang dipelihara yaitu induk kerapu
bebek ( Cromileptes altivelis ), Kerapu macan ( Ephinephelus fuscoguttatus ), Kakap
merah Thailand, Cobia, Kerapu kertang, bawal bintang, dan Napoleon. Sedangkan Unit
budidaya untuk pembesaran dan kegiatan rekayasa komoditas ikan ekonomis. Untuk
lebih jelas keramba jaring apung dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini.
Gambar 3. Keramba Jaring Apung (KJA)
2.3.6. Bak penampungan air (Tandon)
Bak tandon yang terdapat di BBPBL Lampung ada 2 yaitu bak penampungan air
laut dan bak penampungan air tawar. Bak penampungan air laut berkontruksi beton dan
penutup bak terbuat dari seng dengan kapasitas 200 m³ dan kedalaman 3 m. Bak tandon
menggunakan sistem gravitasi jadi air yang di alirkan menggunakan sistem gravitasi
yang di bantu dengan tenaga pompa.
Sedangkan bak penampungan air tawar berkontruksi beton dan memiliki kaki
sebagai penyangga dengan panjang 3 meter, bak tandon air tawar berkapasitas 15 m³
dan memiliki tutup bak yang terbuat dari seng, sistem pengaliran air juga menggunakan
sistem gravitasi yang tidak menggunakan bantuan pompa, untuk lebih jelas bak tandon
air laut dan bak tandon air tawar dapat di lihat pada gambar 4 di bawah ini :
8
Gambar 4. Tandon Air Laut dan Tandon Air Tawar
2.3.7. Sarana Aerasi
a.
Blower
Balai besar pengembangan budidaya laut ( BBPBL ) Lampung menggunakan
high blower jenis root blower dan vortex blower sebagai sumber aerasi dengan daya
380/660 volt sebanyak 6 unit yang di gerakkan oleh motor berkekuatan 7,5 Kw dan di
gunakan selama 12 jam secara bergantian agar blower tidak cepat rusak. 6 unit blower
tersebut terbagi dalam tiga tempat, yaitu bak aklimatisasi kerapu (untuk memenuhi
kebutuhan pembenihan kerapu, laboratorium alga, laboratorium molusca, dan kultur
rotifer), di bak pembenihan kakap, dan untuk kegiatan budidaya. Untuk lebih jelas jenisjenis blower dapat di lihat pada gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5 : Blower
aaaa
B
9
c
Keterangan :
a. Vortex blower
b. Root blower
c. Hi blow
Gambar 5. Blower
b.
Pipa distribusi aerasi
Pipa distribusi aerasi menggunakan pipa paralon (PVC), namun untuk
melayani aerasi skala besar pada bagian pangkal yang berhubungan langsung dengan
blower menggunakan pipa besi. Penggunaan pipa besi ini bertujuan untuk mencegah
kerusakan pipa. Karena pada bagian awal udara mengalami peningkatan suhu, pipa
besi yang di gunakan adalah dari jenis Galyanis, sehingga tidak mudah mngalami
korosi karena air.
c.
Selang, Regulator, dan Batu Aerasi
Selang aerasi yang digunakan adalah dari jenis gelang plastik besar PE (poly
ethylene), karena selain lentur juga tidak mudah pecah selang ini juga tahan terhadap
panas. Regulator atau sering di sebut dengan kran aerasi berfungsi untuk mengatur
besarnya volume udara yang keluar dari pipa distribusi. Selang aerasi di atur
sedemikian rupa sehingga tidak berlebihan dengan banyak lilitan yang dapat
mempengaruhi tekana udara. Batu aerasi berfungsi untuk memperhalus gelembung
udara yang keluar dan di letakkan pada ujung selang aerasi. Jumlah batu aerasi pada
pemeliharaan larva adalah sekitar 2-4 buah/m². Untuk lebih jelas regulator, selang
aerasi, pemberat dan batu aerasi dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini.
10
Gambar 6. Regulator, Selang aerasi, Pemberat, dan Batu aerasi
2.3.8. Sumber Energi Listrik
Sumber tenaga listrik yang di gunakan di BBPBL Lampung berasal dari PLN
cabang tanjung karang, Lampung selatan dan mempunyai cadangan generator set
(Genset) sebanyak empat unit. Dua unit dengan kapasitas 125 KVA dan dua unit dengan
kapasitas 50 KVA sebagai pembangkit listrik apabila aliran listrik dari PLN padam.
Untuk lebih jelas genset (generator setting ) dapat dilihat pada gambar 7 di bawah ini.
Gambar 7. Generator Setting (Genset )
2.3.9. Fasilitas Lainnya
a.
Perkantoran
Perkantoran merupakan tempat pegawai BBPBL Lampung melaksanakan
administrasi yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan, pembesaran dan kegiatan
rutin hari-hari. Kantor BBPBL Lampung terdiri dari kantor utama, kantor divisi
pembenihan, dan kantor divisi budidaya.
b.
Perpustakaan
11
Perpustakaan merupakan tempat dokumentasi bahan-bahan pustaka kegiatan di
BBPBL Lampung, koleksi study literatur, dan sebagai tempat mencari informasi tentang
BBPBL dan perikanan.
c.
Asrama
Asrama sebagai tempat penginapan bagi para peserta magang atau penelitian
selama di BBPBL Lampung. Asrama yang tersedia di BBPBL Lampung ada 2 yaitu
asrama kakap bagi peserta PKL dari SMK dan sederajat dan asrama kerapu bagi peserta
PKL atau penelitian dari perguruan tinggi.
III.
TEKNIK PEMBENIHAN KERAPU MACAN
12
3.1. Biologi Ikan Kerapu Macan
3.1.1.Toksonomi dan Morfologi
Menurut Subyakto dan Cahyaningsih (2005), klasifikasi kerapu macan
( Epinephelus fuscoguttatus ) adalah sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Osteichtyes
Subkelas
: Actinopterigi
Ordo
: Percomorphi
Subordo
: Percoidea
Family
: Serranidae
Genus
: Epinephelus
Spesies
: Epinephelus fuscoguttatus
Gambar 8. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Bentuk badan kerapu macan memanjang dan gepeng (Compresset), tetapi
kadang-kadang ada juga yang agak bulat. Mulut lebar serong ke atas dan bibir
bawahnya menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas di lengkapi gigi-gigi geratan yang
berderet dua baris, ujungnya lancip, dan kuat. Sementara itu, ujung luar bagian depan
dari gigi baris luar adalah gigi-gigi yang besar. Badan kerapu macan di tutupi oleh sisik
kecil yang mengilap dan bercak loreng mirip bulu macan. Gigi pada bagian sisik
dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik
hitam pada bagian dorsal dan posterior (Anonimous 2010).
13
Kerapu macan memiliki sirip dorsal (punggung), sirip anal (perut), sirip pectoral
(dada), sirip caudal (ekor), dan garis lateral (gurat sisi), sirip dorsal memanjang hampir
sebagian bagian punggung, di mana bagian jari-jari kerasnya memiliki jumlah yang
sama dengan jari-jari lunaknya, jumlah jari-jari adalah 13-15 buah, sirip anal terdiri dari
3 buah jari-jari, sedangkan jumlah jari-jari sirip ekor adalah 15-17 dan bercabang
dengan jumlah 13-15 buah. Sisik yang menutupi seluruh permukaan tubuh berbentuk
kecil, mengkilat dengan bentuk sikloid. Warna dasar kerapu macan adalah cokelat
dengan perut berwarna putih serta bercak hitam dan putih disekujur tubuh yang tidak
beraturan (BBL Batam, 2006).
3.1.2. Habitat dan Penyebaran
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) hidup di habitat berkarang
sehingga sering disebut juga ikan kerapu karang, penyebarannya mulai daerah tropic
sampai sub tropic (Heemastra dan Randall et al. 1993). Daerah penyebaran kerapu
macan di mulai dari Afrika Timur, Kepulauan Ryukyuj (Jepang), Australia, Taiwan,
Mikronesia dan Polinesia (Antono et al 1998). Di Indonesia ikan kerapu macan terdapat
hampir diseluruh wilayah perairan seperti Teluk Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau,
Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimunjawa, Madura, Kalimantan, dan Nusa Tenggara
(Sugama et al 2001). Selain terumbu karang lokasi kapal tenggelam juga menjadi
rumpon yang nyaman bagi ikan kerapu macan. Ikan-ikan tersebut akan berdiam dalam
lubang-lubang karang atau rumpon dengan aktifitas relatif rendah.
Ikan kerapu macan pada umumnya hidup di perairan karang pantai dengan
kedalaman 100-200 m (Heemastra dan Randall et al 1993). Pada umumnya ikan kerapu
macan menyukai air laut pada salinitas 30-35 ppt. Suhu perairan di Indonesia tidak
menjadi masalah karena perubahan suhu, baik harian maupun tahunan sangat kecil dan
biasanya berkisar antara 27-32ºC. Pada lapisan air yang tidak tercemar biasanya
mengandung oksigen terlarut yang memadai untuk pertumbuhan ikan. Kandungan
oksigen terlarut dalam air laut minimal 4 ppm. Air laut memiliki pH berkisar antara 7,68,7 dan mempunyai daya penyangga yang besar terhadap perubahan keasaman.
3.1.3. Kebiasaan Makan
14
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan jenis ikan karnivora.
Sifat kanibalnya muncul apabila kekurangan pakan terutama terlihat pada stadia awal.
Dari pengamatan isi perut kerapu kecil diketahui kandungan didalamnya didominasi
oleh ikan-ikan. Jenis udang-udangan yang banyak dijumpai dalam isi perut ikan kerapu
macan adalah jenis udang krosok (Parapeneus sp.), udang dogol (Melapeneus sp.), dan
udang jerbung (Penaeus merguiensis). Sementara kelompok ikan yang ditemukan dalam
isi perut ikan kerapu macan adalah jenis ikan teri (Stelopterus sp.), ikan baronang
(Siganus sp.), ikan belanak (Mungil sp.), dan cumi-cumi (Loligo sp.), dalam jumlah
kecil (Akbar 2000).
Ikan kerupu macan mempunyai kebiasaan makan pada pagi hari sebelum
matahari terbit dan menjelang matahari tenggelam. Di alam ikan kerapu macan makan
sambil berenang diantara batu-batu karang, lubang atau celah-celah batu yang
merupakan tempat persembunyiannya. Dari tempat itulah ikan kerapu menunggu
mangsanya, bila mangsa tampak dari jauh ikan kerapu macan melesat cepat untuk
menangkap dan menelannya, kemudian kembali ketempat persembunyiannya (Akbar
2000). Ikan kerapu macan yang dibudidayakan secara terkontrol, saat akan memijah
ditandai dengan nafsu makan yang menurun jadi pada saat ikan akan memijah
pemberian pakan dikurangi dan saat memijah tidak diberi pakan.
3.2. Sarana dan Prasarana
3.2.1.Sarana Pokok
a.
Bak Pemeliharaan Induk
Bak induk berfungsi untuk mengelola serta memelihara induk secara terkontrol.
Bak induk berkontruksi beton volume 50 m³ dengan kedalaman 3 meter dan diameter 5
meter yang berjumlah 1 buah yang berbentuk bulat, dasar bak berbentuk kerucut dengan
kemiringan 5 derajat.
Bak beton tersebut juga di lengkapi dengan bak penampungan telur berbentuk
persegi empat dengan panjang 162 cm, lebar 151 cm dan tinggi 104 cm yang berfungsi
untuk menempatkan jaring penampungan telur (egg collector). Bak penampungan telur
ini ditempatkan diujung pipa pembuangan air pada bagian atas. Sedangkan egg
collector berukuran panjang 80 cm, lebar 58 cm dan tinggi 60 cm dengan ukuran mata
jaring 500 mikron dan dibingkai dengan besi sebagai rangka atau penopang egg
15
collector. Bak penampungan telur juga mempunyai saluran pembuangan didasar bak
yang menggunakan pipa berukuran 3 inchi. Untuk lebih jelas bak induk dapat dilihat
pada gambar 9 dibawah ini.
Berikut langkah-langkah persiapan bak induk
-
Menyikat dasar dan dinding bak menggunakan sikat, pemusnahan tritip dengan
menggunakan kap, serta menghilangkan lumut, kemudian dibilas dengan air
laut.
-
Menyiram bak dengan kaporit yang dilarutkan dengan air laut dengan cara
menyiramkan kaporit pada dinding dan dasar bak.
- Membersihkan dinding dan dasar bak untuk menghilangkan kaporit dengan
menyikat dan setelah itu membilasnya dengan air laut hingga bau kaporit hilang
dan tidak ada lagi lumut yang menempel pada dinding bak, kemudian bak dapat
langsung digunakan.
Gambar 9. Bak pemeliharaan induk
Keterangan :
a. Pipa pemasukan
b. Pipa pembuangan dasar
c. Pipa pengeluaran telur
d.
e.
Bak penampungan telur
Pipa goyang
Selain itu bak pemeliharaan induk kerapu macan juga di lengkapi dengan pipa
pembuangan air yang terletak pada dasar bagian tengah bak untuk pembuangan kotoran
dan pengeringan bak. Pergantian air pada bak induk kerapu macan dilakukan dengan
sistem sirkulasi selama 24 jam setiap harinya. Bak seluruhnya terletak pada ruangan
terbuka agar mendapatkan sinar matahari.
16
Hal ini sesuai dengan pendapat Anindiastuti, et, al, (2004), bak untuk
pemeliharaan induk atau pematangan gonat dapat terbuat dari fiberglass pasangan bata.
Bak sebaiknya berbentuk bulat agar memudahkan dalam pengumpulan telur dan
sirkulasi air media akan lebih sempurna. Kapasitas bak minimal adalah 50 m³ dengan
kedalaman 2,5-3.0 m. Untuk keperluan dalam penampungan telur bak dilengkapi
dengan bak penampungan telur yang terletak tepat pada pipa pembuangan air yang
dibuat pada permukaan bak. Disamping pipa pembuangan pada permukaan yang
berfungsi untuk mengeluarkan telur, juga harus dilengkapi pipa pembuangan yang
terletak pada dasar bagian tengah untuk mengeluarkan kotoran dan pengeringan. Bak
induk seluruhnya ditempatkan dalam ruang terbuka yang mendapatkan cukup cahaya
matahari.
b.
Bak Pemeliharaan Larva
Bak pemeliharaan larva berbentuk empat persegi panjang, sudut bak larva
tumpul. Bak terbuat dari beton dengan ukuran panjang 4,54 m, lebar 2,05 m dan tinggi
1,23 m berkapasitas 10 m³ yang berjumlah 12 buah. Bak berwarna biru laut untuk
mamanipulasi lingkungan pemeliharaan larva.
Pada sudut bak dibuat melengkung agar tidak ada titik mati. Sebelum digunakan
bak dibersihkan dengan menyiramkan kaporit pada dinding dan dasar bak, setelah itu
bak disikat sampai bersih dan selanjutnya bak diisi dengan air laut yang di saring
menggunakan filter bag.
Langkah-langkah persiapan bak pemeliharaan larva :
a. Menyikat dinding dan dasar bak dengan sikat untuk menghilangkan kotoran
yang menempel.
b. Menyiram dinding dan dasar bak dengan kaporit yang telah dilarutkan dengan
air laut yang di tampung didalam bak plastik.
c. Menyikat bak mnggunakan sikat dan menyiram dengan air laut untuk
menghilangkan kaporit yang melekat pada dinding dan dasar bak.
d. Mengisi bak dengan air laut yang disaring menggunakan filter bag.
Untuk mencukupi kebutuhan oksigen, bak pemeliharaan larva dilengkapi dengan
aerasi dimana pemasangan aerasi dilakukan setelah bak dibersihkan. Aerasi dipasang
dengan 2-3 titik/m² dan batu aerasi dipasang 5 cm dari dasar bak, bak juga dilengkapi
17
dengan saluran pemasukan inlet dengan diameter pipa 2 inchi yang berjumlah dua buah
dan pipa pengeluaran air dengan diameter 4 inchi yang berjumlah dua buah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Minjoyo, et al, (1999) yang menyatakan pada
umumnya bak yang digunakan dalam pemeliharaan larva secara massal berukuran 1020 m³. Penggunaan bak yang besar untuk mengurangi fluktuasi suhu. Sebelum
digunakan bak terlebih dahulu di bersihkan, dikeringkan dan dibilas atau direndam
dengan kaporit, dan selanjutnya dapat dilakukan penambahan fitoplankton. Fitoplankton
berfungsi untuk menyerap CO2 dan menghasilkan O2 pada proses fotosintesisnya. Untuk
lebih jelas bak pemeliharaan larva dapat dilihat pada gambar 10 dibawah ini.
Gambar 10. Bak Pemeliharaan Larva
c.
Bak Pendederan
Bak pendederan adalah bak yang digunakan untuk mendederkan benih ikan
hingga siap tebar. Bak pendederan di BBPBL Lampung terbuat dari semen (beton) dan
fiberglass yang tahan terhadap benturan dan beban atau tekanan air sesuai dengan
volume yang ditentukan. Bak yng terbuat dari beton berjumlah 6 buah volume 4 m³
dengan kedalaman 70 cm, bak berbentuk persegi panjang dengan kemiringan dasar bak
5% kearah pembuangan. Kemiringan dasar bak kearah pembuangan bertujuan untuk
memperoleh kebersihan sempurna pada saat pencucian serta dilengkapi dengan saluran
pemasukan dan pembuangan. Saluran pemasukan terbuat dari pipa paralon (PVC) 1
inchi dilengkapi dengan stop kran untuk mengatur debit air yang masuk. Sementara
saluran pembuangan terbuat dari pipa paralon (PVC) 1½ inchi menggunakan pipa
goyang yang terdapat ditengah bak.
18
Bak pendederan juga membutuhkan pengatapan tetapi tanpa dilengkapi dinding
bangunan. Pada area pendederan juga diberi pengatapan yang bertujuan untuk
memberikan rasa nyaman bagi benih dan operator karena pada fase ini benih ikan
kerapu membutuhkan waktu yang cukup lama pada saat penanganan seperti pemberian
pakan dan grading, dengan demikian benih akan mendapat penanganan lebih intensif.
Letak bak pendederan yang dekat dengan bak pemeliharaan larva akan memudahkan
pada saat pemindahan benih dari bak larva ke bak pendederan, yaitu dapat mengurangi
stres pada benih karena pada saat ini benih masih rentan terhadap perubahan
lingkungan. Hal ini bisa terjadi karena pada saat pemindahan benih dibawa
menggunakan wadah terbatas tanpa aerasi sehingga pemindahan benih membutuhkan
waktu singkat dan efisien. Untuk lebih jelas bak pendederan yang terbuat dari fiberglass
dengan kapasitas sekitar 2 m³ dapat di lihat pada gambar 11 dibawah ini.
Gambar 11: Bak Pendederan
d.
Bak Penampungan Plankton
Bak penampungan plankton berfungsi untuk menampung plankton yang akan
diberikan kepada larva. Plankton berasal dari bak kultur plankton massal yang terletak
tidak jauh dari area hatcehery. Bak penampungan plankton terbuat dari fiberglass
dengan volume 8 m³ dengan kedalaman 120 cm, terletak di luar ruangan hatcehery
karena
fitoplankton
membutuhkan
cahaya
matahari
untuk
berkembang
dan
kelangsungan hidupnya.
Bak penampungan memiliki pipa berukuran 2 inchi, pipa pengeluaran jenis PVC
dengan ukuran 2 inchi. Pipa pengeluaran menggunakan sistem pipa goyang yang
terdapat di tengah bak kerena dengan sistem ini proses pencucian bak atau proses
19
pembuangan akan menjadi lebih mudah. Dasar bak miring kearah pengeluaran dengan
dengan kemiringan 5-8% untuk memudahkan dalam pengeringan bak, bak
penampungan plankton hanya 1 buah. Untuk lebih jelas bak penampungan plankton
dapat dilihat pada gambar 12 dibawah ini.
Gambar 12: Bak Penampungan Plankton
e.
Aerasi
Aerasi sangat dibutuhkan oleh larva ikan untuk berkembang karena dengan
adanya aerasi suplai oksigen kedalam air (DO) dapat terpenuhi. Pada priode larva ikan
sangat membutuhkan oksigen karena pada masa larva, ikan masih dalam kondisi sangat
lemah. Oksigen juga dibutuhkan untuk proses fotosintesis bagi fitoplankton yang
terdapat di dalam bak larva.
Aerasi di pompa dengan menggunakan high blower jenis root
blower dan
vortex blower sebagai sumber aerasi dengan daya 380/660 volt sebanyak enam unit
yang digerakkan oleh motor berkekuatan 7,5 Kw. Aerasi di setting dengan jumlah 2-3
titik/m² untuk memenuhi kebutuhan larva untuk metabolisme dalam tubuh dan bagi
fitoplankton untuk proses fotosintesis. Peralatan untuk aerasi yaitu regulator, selang
aerasi, pemberat, dan batu aerasi.
f.
Wadah Inkubasi Telur
Wadah inkubasi telur berfungsi untuk menetaskan telur hingga menjadi larva.
Wadah inkubasi terbuat dari fiberglass yang di rangkai dengan kaca agar mudah dalam
20
pengontrolan telur dengan volume 100 liter. Untuk lebih jelas wadah inkubasi telur
dapat di lihat pada gambar 13 dibawah ini.
Gambar 13: Wadah Inkubasi Telur
g.
Saringan (Filter)
Saringan berfungsi untuk menyaring air yang akan digunakan sebagai media
pemeliharaan larva. Saringan yang digunakan adalah rangkaian saringan sand filter dan
saringan UV (Ultraviolet), sand filter berbentuk tabung seperti pinguin berjumlah
sepasang dan saringan UV berbentuk bulat memanjang dengan ukuran 2 inchi
berjumlah dua buah. Saringan ini dilengkapi dengan pompa air jenis self priming untuk
mengalirkan air yang akan disaring.
3.2.2.Sarana Penunjang
a.
Wadah Kultur Artemia
Wadah kultur artemia berfungsi untuk menetaskan telur artemia. Bentuk wadah
kultur bulat seperti tabung dan pada bagian dasar bak berbentuk kerucut, dilengkapi
dengan stop kran untuk memudahkan pemanenan. Bak kultur artemia di cat dengan
warna gelap dan pada bagian dasarnya tidak dicat gelap agar memudahkan dalam proses
pemanenan. Wadah ini memiliki kaki dengan tinggi 30 cm, diameter wadah 50 cm dan
21
tinggi wadah 120 cm. Untuk lebih jelasnya wadah kultur artemia dapat dilihat pada
gambar 14 dibawah ini.
Gambar 14: Conical Tank
b.
Kulkas
Kulkas berfungsi untuk menyimpan obat-obatan untuk kegiatan pembenihan
agar tetap layak untuk dipakai. Kulkas yang terdapat pada hatchery kerapu macan
berjumlah satu buah.
c.
Wadah Penampungan Air Tawar
Wadah penampungan air tawar yang terdapat di hatchery yaitu drum plastik
berjumlah 2 buah dengan kapasitas masing-masing 150 liter. Air tawar digunakan untuk
mencuci peralatan hatchery agar tidak mudah rusak.
d.
Peralatan Lainnya
Peralatan lainnya seperti gayung, ember, baskom, saringan artemia. Ember
berukuran 10 liter berjumlah 4 buah dan gayung berjumlah 5 buah yang digunakan
22
untuk memudahkan pemberian pakan larva, baskom berjumlah 5 buah untuk
memudahkan penebaran larva dan tempat pelarutan obat-obatan.
3.3.Pemeliharaan Induk
Kegiatan pemeliharaan induk merupakan kegiatan awal dari pembenihan.
Tujuan dari pemeliharaan induk adalah untuk mendapatkan induk yang matang gonat
yang siap dipijahkan untuk menghasilkan telur. Keberhasilan suatu kegiatan
pembenihan tergantung dari ketersediaan calon induk kualitas dan kuantitas induk.
3.3.1.Asal Induk
Induk ada yang berasal dari alam ada juga yang berasal dari BBPBL yang telah
melewati beberapa rangkaian seleksi. Induk yang berasal dari alam di tangkap sekitar
kepulauan Sulawesi dengan bobot berkisar 4-6 kg. Induk yang berasal dari BBPBL
adalah induk unggul F1 yang telah memenuhi syarat sebagai induk unggul.
3.3.2.Jumlah Induk
Jumlah induk kerapu macan di BBPBL Lampung yaitu pada bak pemeliharaan
terkontrol berjumlah 19 ekor yang terdiri dari jantan 14 ekor dan betina 5 ekor. Induk
jantan memiliki berat rata-rata 9,5 kg dan panjang rata-rata 76 cm dan untuk induk
betina memiliki berat rata-rata 10,5 kg dan panjang rata-rata 77,8 cm.
3.3.3.Pakan Induk
Pakan induk yang diberikan pada ikan kerapu macan berupa ikan rucah yang
dikonbinasikan dengan cumi-cumi. Frekuensi pemberian pakan rucah diberikan
sebanyak 1 kali dalam sehari dan untuk cumi-cumi dua kali dalam seminggu yaitu pada
hari senin dan hari kamis pada pagi hari pukul 08:00 WIB. Ikan rucah yang diberikan
jenis ikan kuniran. Untuk lebih jelasnya pakan ikan dapat dilihat pada gambar 15
dibawah ini.
23
Gambar 15. Pakan Induk Ikan Rucah dan Cumi-Cumi
Pemberian pakan dilengkapi dengan pemberian vitamin E dan vitamin C
pemberian pakan diberikan secara adlibitum (sekenyang-kenyangnya) atau dengan dosis
pemberian 1-3 % dari berat biomassa. Untuk lebih jelasnya jadwal pemberian pakan
dapat di lihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Jadwal pemberian pakan dan multivitamin induk kerapu macan
Hari
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
Minggu
Pakan dan Multivitamin yang Diberikan
Cumi – cumi + Multivitamin
Ikan Rucah
Ikan Rucah
Cumi-cumi
Ikan Rucah + Multivitamin
Ikan Rucah
Ikan Rucah
Biovit diberikan seminggu dua kali sebagai multivitamin berbentuk bubuk dan
di berikan setiap hari senin dan hari jum’at. Pemberian Biovit di lakukan dengan cara
menaburkan biovit kedalam insang ikan rucah dan diberikan kepada induk.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mustamin, et al (2004) yang menyatakan
pemberian pakan dilakukan secara adlibitum atau sampai sekenyang-kenyangnya
berkisar antara 1-3 % dari berat biomassa. Frekuensi pemberian pakan satu kali sehari
yaitu pada pagi atau sore hari. Selain pemberian pakan ikan segar, setiap minggu induk
diberikan multivitamin dan mineral.
Berikut cara pemberian pakan induk antara lain :
24
-
Menyimpan ikan rucah dan cumi-cumi dalam freezer.
-
Mencuci ikan rucah dengan cara menyiram ikan rucah dengan air laut hingga
gumpalan es menghilang.
-
Menimbang pakan dan setelah itu pakan diberikan dengan cara menebarnya
secara merata.
-
Menghentikan pemberian pakan jika ikan sudah tidak lagi merespon pakan.
3.3.4. Pengelolaan Kualitas Air Induk
Pengelolaan kualitas air di bak pemeliharaan induk di BBPBL Lampung di
lakukan dengan cara menyedot langsung air laut dengan menggunakan pompa dan
selanjutnya di alirkan ke bak pemeliharaan induk dengan menggunakan pipa PVC.
Untuk suplay oksigen digunakan blower yang diatur dengan stop kran dan dialirkan
lewat selang aerasi ke batu aerasi, aerasi yang dipasang berjumlah 12 buah yang terletak
di dinding bak. Sistem pergantian air yang digunakan adalah sistem air mengalir selama
24 jam setiap harinya sehingga pergantian air dalam satu harinya di perkirakan dapat
mencapai 200 % setiap harinya. Selain itu, agar kualitas air pada bak tetap baik
dilakukan pembersihan dan penyikatan pada bak dua minggu sekali dan tergantung pada
kotoran yang melekat pada dinding dan dasar bak, apabila sebelum dua minggu bak
sudah kotor dan pada dinding bak banyak ditumbuhi lumut maka dapat dilakukan
pembersihan dan penyikatan bak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Priyono (2005) yang menyatakan bahwa air laut
yang digunakan diambil langsung dengan menggunakan pompa di distribusikan melalui
pipa-pipa PVC ke masing-masing unit bak pemeliharaan induk. Jumlah pergantian
selama pemeliharaan adalah 200 % perhari. Untuk suplai oksigen di gunakan
blower/Hiblow diatur dengan menggunakan stop kran dan selang aerasi yang
dihubungkan ke masing-masing batu aerasi. Untuk mengurangi jumlah ekskresi yang di
timbulkan dari induk, setiap satu atau dua minggu sekali di lakukan pembersihan dasar
bak dengan cara menyipon.
3.3.5. Pematangan Gonat
Proses pematangan gonat induk kerapu macan di BBPBL Lampung yaitu
menggunakan sistem manipulasi lingkungan dengan pemberian multivitamin.
25
a.
Manipulasi Lingkungan
Manipulasi lingkungan dilakukan dengan cara menurunkan permukaan air pada
pagi hari dan menjelang sore diisi kembali dengan air baru, hal ini bertujuan untuk
menciptakan fluktuasi suhu air sekitar 2-3 ºC yang diharapkan dapat merangsang
terjadinya pemijahan. Sebagai salah satu parameter lingkungan, suhu mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap proses reproduksi (Fujita, 1992) merangsang
kelenjar hypotalamus dan condo spinalis untuk menghasilkan hormon GnRh dan LHRH
di mana kedua hormon tersebut merangsang kelenjar pituitary penghasil hormon HCG
yang merangsang kelamin untuk produksi (Murray, 1971 dan Smith, 1982). Perlakuan
ini di lakukan pada akhir bulan gelap kurang lebih satu minggu sebelum musim
pemijahan sampai awal bulan terang atau sampai induk memijah. Dari hasil pengamatan
dapat dipastikan induk memijah pada minggu pertama bulan Arab/Jawa. Induk kerapu
bila terlambat memijah maka akan menyimpan telurnya dalam gonat selama 1-2 bulan,
bila bulan berikutnya tetap tidak memijah maka telur akan di absorpsi kembali.
Pematangan gonat induk di BBPBL Lampung dilakukan dengan pemberian
vitamin C dua kali seminggu yang di sisipkan di sirip pakan untuk mempercepat
pematangan gonat, pemberianya dilakukan setiap hari senin dan jum’at.
Vitamin diberikan dengan dosis 30 mg/kg induk/minggu dengan cara disisipkan
di sirip pakan rucah yang diberikan kepada ikan.
Multivitamin yang diberikan pada induk kerapu macan selama pemeliharaan
adalah Biovit yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan, mengatasi
stress dan meningkatkan nafsu makan, dan sebagai proses mempercepat matang gonat.
Untuk lebih jelas gambar Biovit dapat di lihat pada gambar 16 dibawah ini.
26
Gambar 16. Biovit
3.3.6.Seleksi Induk
Seleksi induk di BBPBL Lampung dengan cara visual, untuk jantan ciri-cirinya
badan pipih dan panjang, selain itu juga dilakukan dengan pengurutan (stripping) pada
bagian perut kearah lubang genital yang dilakukan secara perlahan-lahan, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan pada organ dalam, pada saat
pengurutan terdapat cairan sperma berwarna putih susu dan kental dan dapat diduga
bahwa induk tersebut adalah jantan dan telah matang gonat, hal ini sesuai dengan
pendapat Sudaryanto, et al., (1999) yang menyatakan, seleksi jantan di lakukan dengan
metode stripping yang mengurut bagian perut ke arah lubang genital. Stripping di
lakukan secara perlahan-lahan yang bertujuan untuk menghindari keluarnya sperma
yang berlebihan serta terjadinya kerusakan organ dalam. Sperma yang baik dan siap
untuk dipijahkan adalah berwarna putih susu dan kental. Untuk lebih jelas seleksi induk
dapat dilihat pada lampiran 3.
Di bawah ini adalah langkah-langkah seleksi induk, yaitu:
a. Mengambil induk menggunakan seser, kemudian menampungnya kedalam bak
penampungan telur yang terletak di ujung pipa pembuangan air pada bagian atas
bak dengan ukuran panjang panjang 162 cm, lebar 151 cm, dan tinggi 104 cm.
b. Merendam induk dengan air tawar selama 3-5 menit.
c. Melakukan pengecekan kematangan gonat.
-
Betina dengan cara pengamatan secara visual
-
Jantan dengan cara di stripping, mengurut bagian perut kearah lubang
urogenital
d. Pengamatan secara visual pada induk betina di tandai dengan membesarnya pada
bagian perut.
e. Pada induk jantan dengan dengan mengurutkan ke arah lubang urogenital dan
apabila ada cairan sperma berwarna putih susu dan kental maka itu adalah induk
jantan yang telah matang gonat.
Untuk seleksi induk betina dapat di lihat secara langsung yang di tandai dengan
bagian perut yang besar, dan dapat di duga induk tersebut adalah induk betina. Hal
27
sesuai dengan pendapat (Sugama, et al., 2001) yang menyatakan bahwa induk betina
dapat dicirikan dengan membesarnya bagian perut ikan.
3.3.7.Pemijahan
Di BBPBL Lampung pemijahan dilakukan dengan cara alami yaitu dengan cara
manipulasi lingkungan. Metode manipulasi lingkungan di lakukan dengan cara menaik
turunkan air pada bak pemeliharaan induk kerapu macan sehingga setinggi 68 cm dapat
menaikkan suhu air, dari suhu awal 28ºC sampai 31ºC sehingga terjadi kenaikan suhu
sebesar 3ºC dan di perkirakan akan terjadi penurunan suhu kembali pada saat diisi air
baru pada sore hari. Selain itu dengan adanya penurunan dan penaikan ketinggian air
akan menyebabkan perubahan tekanan air sehingga akan penyebabkan kondisi yang
sama dengan kondisi di habitat hidup kerapu macan dan akan dapat merangsang
terjadinya pemijahan.
Pemijahan dilakukan dengan
manipulasi lingkungan. Langkah-langkah
manipulasi lingkungan yaitu :
a. Menurunkan air pada bak pemeliharaan induk pada pagi hari, atau setelah
pemberian pakan
b. Penjemuran bak, tetapi air tetap melakukan pengisian air atau masih dalam
proses resirkulasi.
c. Mengisi air kembali hingga ketinggian semula pada sore hari,
Hal ini sesuai dengan pendapat Mustamin, et al (2004) yang menyatakan bahwa
pemijahan alami dengan manipulasi lingkungan di lakukan dengan cara menurunkan
permukaan air pada pagi hari dan menjelang sore air diisi kembali dengan air yang baru
penurunan air bertujuan untuk menaikkan suhu air sekitar 2-3ºC dan akan terjadi
penurunan suhu kembali pada saat diisi air yang baru pada sore hari dan kondisi ini
diharapkan dapat merangsang terjadinya pemijahan.
3.4. Penanganan Telur
3.4.1.Pemanenan Telur
Pemanenan telur di BBPBL Lampung dilakukan pada pagi hari pukul 07:00
WIB. Di bawah ini adalah langkah-langkah pemanenan telur, yaitu :
28
a. Mengalirkan air dari bak pemeliharaan induk ke dalam bak penampungan telur
yang telah di pasang egg colector.
b. Mengambil telur di dalam egg colector dengan menggunakan serok/scop net.
c. Memasukkan telur kedalam ember dan di pindahkan ke dalam wadah, serta di beri
aerasi sedang.
Dari hasil pemanenan telur di dapatkan jumlah telur pada bulan April, untuk
lebih jelasnya jumlah telur pada bulan April dapat di lihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Jumlah Telur Bulan April 2014
J
Hari
1
2
3
umlah Telur (butir)
Tanggal
Induk darat
5.963.052
6.556.708
4.601.520
16.121.280
05 April 2014
06 April 2014
07 April 2014
Total Telur
Selanjutnya untuk pemanenan telur dilakukan dengan cara air mengalir, dimana
air dan telur terbawa aliran air yang keluar menuju bak pemanena telur dari bak
pemeliharaan induk yang sebelumnya pada bak pemanenan telur telah di beri tempat
atau wadah pengupul telur ( egg colector ), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 17 dibawah ini.
Gambar 17. Pemanenan Telur
Telur yang terbawa aliran air tertampung di dalam egg colector yang ada di
dalam bak pemanenan telur. Telur yang berkualitas baik berwarna transparan dan
terapung di dalam permukaan air. Telur yang sudah terkumpul di dalam egg colector di
29
panen menggunakan serok dan di tampung di dalam ember yang kemudian di pindahkan
kedalam wadah inkubasi untuk dilakukan seleksi dan perhitungan di dalam wadah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mustamin, et al., 2004 yang menyatakan bahwa
pemanenan telur dilakukan pada pagi hari atau jika telur telah mengalami
perkembangan embrio fase gastrula, sehingga sudah cukup kuat untuk dipindahkan.
Panen telur dilakukan dengan cara mengalirkan air media pemeliharaan yang berisi telur
ke bak penampungan telur yang sudah dilengkapi dengan scop net. Aliran air melalui
saluran pembuangan yang ada pada bagian permukaan air, agar telur yang mengendap
tidak terbawa keluar. Selanjutnya telur yang sudah terkumpul dalam bak penampungan
telur di pindahkan ke wadah penampungan untuk di seleksi dan perhitungan jumlah
telur.
3.4.2.Penghitungan Telur
Penghitungan telur dilakukan di dalam wadah inkubasi, yaitu pada pagi hari
setelah dilakukan seleksi telur. Pertama hitung jumlah telur semua baik yang terbuahi
maupun yang tidak terbuahi. Untuk lebih jelas penghitungan telur dapat dilihat pada
gambar 18 dibawah ini.
Gambar 18. Penghitungan Telur
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan sampling jumlah telur
adalah sebagai berikut :
a. Mengambil sampel secara acak sebanyak tiga titik dengan menggunakan gelas
ukur 5 ml.
b. Menuang telur yang di peroleh dari cawan petridisk dan dihitung secara manual.
30
c. Kemudian dijumlah dibagi 3 kali sampling selanjutnya dikali 200 agar
volumenya yang 5 ml menjadi satu liter kemudian dikalikan dengan volume
wadah sehingga akan ditemukan jumlah telur.
Adapun rumus perhitungan jumlah total telur dan total telur yang terbuahi (FR) adalah
sebagai berikut.
Rumus perhitungan jumlah total telur :
Jumlah total telur = Jumlah sampel x Volume wadah
Volume sampel
Rumus perhitungan jumlah telur yang terbuahi (FR)
FR= Jumlah total telur terbuahi x 100 %
Jumlah total telur
Sedangkan
cara
perhitungan total telur dan telur yang terbuahi dapat di lihat pada lampiran 4 halaman
64.
3.4.3.Seleksi Telur
Telur yang sudah di panen selanjutnya di pindahkan kedalam wadah dan diberi
aerasi. Setelah itu aerasi diangkat dan di diamkan selama ± 15 menit agar telur yang
telah teraduk oleh aerasi dapat terpisah. Selanjutnya dilakukan seleksi telur. Dari hasil
seleksi di dapatkan telur yang terbuahi berwarna bening, transparan dan mengapung di
permukaan air, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu dan mengendap
di dasar. Selanjutnya telur yang jelek yang mengendap di dasar wadah dibuang dengan
cara di sipon, untuk lebih jelasnya telur yang terbuahi dan yang tidak terbuahi dapat
dilihat pada gambar 19.
Hal ini sesuai dengan pendapat Minjoyo, et al., (1999) yang menyatakan telur
yang baik akan terapung atau melayang pada bagian permukaan air dengan warna
transparan, sebaliknya telur yang jelek akan mengendap di dasar bak berwarna putih
susu, telur yang jelek dibuang dengan cara disipon.
Seleksi telur dilakukan di dalam wadah. Seleksi telur bertujuan untuk
memisahkan telur yang berkualitas baik dengan telur yang jelek seleksi ini dilakukan
dengan cara :
31
a. Mengendapkan telur hasil pemanenan dengan cara mematikan aerasi selama 10
menit.
b. Menyipon secara perlahan-lahan telur yang jelek pada bagian dasar.
Setelah telur yang jelek pada bagian dasar terbuang, selanjutnya aerasi dihidupkan
kembali.
Telur yang tidak terbuahi akan dibuang karena telur tersebut akan ditumbuhi
jamur, jamur tersebut akan mengganggu kestabilan kualitas air. Pada air akan muncul
bau busuk, itu pertanda kualitas air media inkubasi telur sudah terjadi pembusukan telur
yang tidak terbuahi. Untuk lebih jelasnya telur yang terbuahi dan tidak terbuahi dapat
dilihat pada gambar 19 dibawah ini.
(a)
(b)
Gambar 19. (a) Telur Terbuahi (b). Telur Tidak Terbuahi
Selama pemijahan induk kerapu macan menghasilkan telur dengan frekuensi
pemijahan selama 3 hari berturut-turut dari induk yang dipijahkan dengan menggunakan
satu buah bak. Hal ini dikarenakan pengelolaan lingkungan yang baik dengan sistem
sirkulasi air selama 24 jam dan pemberian pakan yang cukup dan teratur. Hal ini sesuai
dengan pendapat Mustamin, et al., (2004), yang menyatakan bahwa beberapa faktor
yang harus diperhatikan dalam kegiatan produksi telur agar didapatkan hasil maksimal
antara lain kualitas calon induk, sarana, pakan dan pengelolaan media pemeliharaan
serta teknik pemijahan.
Perhitungan fekuditas di BBPBL Lampung belum bisa dihitung. Hal ini di
sebabkan karena bak pemeliharaan induk hanya digunakan satu buah, sehingga tidak
bisa diperkirakan apakah semua induk betina menghasilkan telur.
3.4.4. Perendaman Iodine
32
Setelah di seleksi, kemudian telur akan di rendam dengan iodine. Tujuannya
agar telur tidak berjamur dan derajat penetasan telur meningkat. Dosis pemberian iodine
adalah 2-3 ml dalam 3 liter air, pengukuran dosis dengan menggunakan pipet tetes
perendaman dilakukan selama 2-3 menit. Setelah itu telur di bilas dengan air laut dan
kemudian di masukkan kembali kedalam wadah inkubasi. Jadi, perendaman telur
dengan iodine tujuannya agar telur kebal terhadap patogen yang menyerang telur
tersebut karena telur sudah dilapisi dengan iodine. Untuk lebih jelasnya iodine dapat
dilihat pada gambar 20 dibawah ini.
Gambar 20. Perendaman Telur
Langkah-langkah perendaman dengan iodine adalah sebagai berikut :
a. Siapkan 2 buah baskom untuk air bilasan dan air dengan iodine
b. Masukkan air laut pada 2 baskom tersebut
c. 1 baskom dilarutkan iodine dengan dosis 2-3 ml
d. Saring telur dalam wadah inkubasi
e. Kemudian rendam dalam larutan iodine selama 2-3 menit
f. Setelah itu, bilas dengan air laut
g. Masukkan kembali telur kedalam wadah inkubasi
3.4.5.Penetasan Telur
Penetasan telur yang dilakukan di BBPBL Lampung dengan 2 cara. Pertama,
telur ditetaskan terlebih dahulu didalam wadah inkubasi, kemudian setelah menetas
33
larvanya dipindahkan kebak pemeliharaan larva. Kedua, telur langsung ditetaskan
dalam bak pemeliharaan larva.
3.5.Pemeliharaan Larva
3.5.1.Penebaran Larva
Penebaran dilakukan setelah telur menetas menjadi larva yaitu sekitar pukul
20.00 - 21.00 WIB, caranya aerasi di angkat perlahan-lahan dan di diamkan selama 5-10
menit, larva akan berkumpul di permukaan. Larva yang ada dipermukaan tersebut
diambil dengan menggunakan baskom volume 10 liter. Sebelum larva ditebar dilakukan
aklimatisasi suhu terlebih dahulu supaya larva bisa beradaptasi dengan lingkungan yang
baru. Selanjutnya larva ditebar kedalam bak pemeliharaan dengan cara dituang dengan
jumlah 250.00 - 300.000 ekor/bak atau 34 – 41 ekor/liter. Padat tebar 40 ekor/liter
memberikan tingkat keleluasaan hidup lebih baik pada masa pemeliharaan larva ikan
kerapu untuk umur 1 – 15 hari dan 10 ekor/liter untuk masa pemeliharaan larva umur
15 – 30 hari.
Tabel 3. Jumlah tebar larva pada bak pemeliharaan larva
Tanggal
Bak
Jumlah ekor/bak
Jumlah ekor/liter
05 April 2014
06 April 2014
07 April 2014
A
B
C
300.000
300.000
250.000
41
41
34
3.5.2.Perkembangan Larva
Dari hari pengamatan saat praktek, larva kerapu macan yang baru menetas
berwarna putih transparan dan bersifat planktonis yaitu yaitu melayang-layang
dipermukaan air serta masih mempu
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai garis pantai sepanjang
lebih dari 81.000 km. Kondisi tersebut menggambarkan betapa besarnya potensi laut di
Indonesia, khususnya dalam bidang budidaya laut.
Budidaya laut merupakan salah satu usaha yang dapat memberikan alternatif
sumber penghasilan bagi masyarakat pesisir. Salah satu contoh hasil laut yang telah
berhasil dibudidayakan dan memiliki harga yang cukup tinggi adalah ikan kerapu.
Kerapu merupakan jenis ikan demersal yang menyukai hidup di perairan karang,
diantara celah-celah atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan kerapu relatif mudah
dibudidayakan, karena mempunyai daya adaptasi cukup tinggi. Upaya perintisan
pembenihan ikan kerapu di Indonesia khususnya jenis ikan kerapu macan ( Epinephelus
Fuscoguttatus) telah dimulai sejak tahun 1990. Berbagai tahapan dalam kegiatan
pembenihan ikan kerapu macan mengalami banyak kendala diantaranya pada
pemeliharaan induk dan pemeliharaan larva.
Upaya pengembangan teknik pembenihan ikan kerapu macan dilakukan secara
terus menerus hingga akhirnya menghasilkan teknik pembenihan yang cukup maju,
terutama di lingkup pelaksana pembenihan ikan kerapu macan Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut ( BBPBL ) Lampung.
Sebagai seorang siswa tidak cukup hanya mendalami ilmu di bangku sekolah
saja, namun juga harus memahami peraktik di lapangan. Oleh karena itu dilakukanlah
Praktek Kerja Lapangan ( PKL) tentang pembenihan ikan kerapu macan ini sebagai
suatu program pengaplikasian teori-teori yang didapat di bangku sekolah untuk
ditterapkan di lapangan. Laporan PKL ini membahas tentang kondisi umum BBPBL
Lampung, hasil kegiatan selama melakukan PKL, dan pada bagian akhir laporan diulas
secara rinci tentang analisa usaha pembenihan ikan kerapu macan.
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktek kerja lapangan tentang pembenihan ikan kerapu
macan ini adalah sebagai berikut :
1
1. Menambah wawasan tentang budidaya ikan kerapu macan ( Epinephelus
fuscoguttatus ).
2. Mempelajari teknik pembenihan ikan kerapu macan ( fuscoguttatus ),
mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam usaha pembenihan ikan
kerapu macan ( Epinephelus fuscoguttatus ).
3. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan serta
wawasan pada kegiatan pembenihan ikan kerapu macan ( Epinephelus
fuscoguttatus ).
4. Mengetahui analisa usaha pembenihan ikan kerapu macan ( Epinephelus
fuscoguttatus ).
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan ini dimulai sejak tanggal 16 januari
sampai tanggal 28 mei 2014, di Balai Besar Penembangan Budidaya Laut Lampung, di
Desa Padang Cermin, Kecamatan Hanura, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.
1.4. Manfaat
Manfaat Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk menambah wawasan dan
dapat memberikan informasi atau penyuluhan kepada masyarakat yang membutuhkan,
khususnya dalam kegiatan pengembangan budidaya ikan kerapu macan.
2
II.
KEADAAN UMUM LOKASI
2.1. Sejarah BBPBL Lampung
Direktorat Jenderal Perikanan telah merintis pembentukaan Balai Budidaya Laut
(BBL) di Lampung sejak tahun 1982 melalui proyek pengembangan budiaya laut di
Indonesia. Berdasarkan Keputusan Presiden RI No.23 Tahun 1982 yang pelaksanaannya
tertuang dalam SK Menteri Pertanian No.473/KPTS/UM/1982. Sejak berdirinya Balai
Budidaya Laut (BBL) Lampung memperoleh bantuan teknisi dari FAO/UNDP melalui
sea farming development project INS/81/008 selama 6 tahun yaitu dari tahun 1983
sampai dengan tahun 1989.
Keberadaan Balai Budidaya Laut (BBL) Lampung secara resmi diakui tanggal 5
Agustus
1986
yang
ditetapkan
berdasarkan
SK
Menteri
Pertanian
No.347/OT210/5/1994 tanggal 6 Mei 1994, kemudian disempurnakan dengan terbitnya
SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.26F/MEN/2001. Pada tahun 2006 Balai
Budidaya Laut (BBL) Lampung ditingkatkan statusnya menjadi Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) berdasarkan Surat Keputusan Kelautan dan
Perikanan No.Per.07/MEN/2006 tentang organisasi dan tata kerja Balai Besar
Pengembangan Budidaya (BBPBL) Lampung.
2.2. Lokasi BBPBL Lampung
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung terletak di Desa
Hanura Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, Lampung Selatan. BBPBL
terletak di kawasan teluk Hurun yang merupakan bagian dari teluk Lampung.
Secara astronomis Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung
terletak antara 105o12,45 BT – 105o13 BT dan 5o31,30 LU – 5o33,36 LS. BBPBL
Lampung adalah instansi Pemerintah di bawah naungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) Republik Indonesia. BBPBL Lampung dibangun diatas lahan seluas
5,9 Ha.
BBPBL Lampung berbatasan dengan:
1.
Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Lampung
2.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukajaya dan Desa Lempasing
3.
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hanura
3
4.
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sidodadi
Jarak Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dengan Ibu
kota Bandar Lampung yaitu ± 15 km dan jarak dengan Desa Hanura yaitu ± 1,5 km.
Dasar perairan teluk Lampung sekitar bibir pantai bagian tenggara yaitu ± 10-15 m,
Teluk Hurun pada bagian barat daya dan selatan umumnya landai dengan kedalaman ±
5 m, luas 1,5 km2 dengan panjang 1,5 km dan lebar 1 km. Sedangkan kedalam perairan
dekat mulut teluk mencapai 5-10 m. Kondisi teluk bersih dan bebas dari pencemaran
dan perairan tenang bebas dari gelombang sepanjang tahun.
Terdapat 4 buah sungai yang bermuara di Teluk Hurun masing-masing 2 sungai
dibagian barat daya, 1 sungai dibagian selatan dan satu sungai dibagian barat laut Teluk
Hurun. Keadaan tanah di Teluk Hurun lumpur berpasir dan di daerah pantai terdapat
hutan bakau (mangrove) dan daerah Teluk Turun beriklim tropis.
2.3. Fasilitas BBPBL Lampung
2.3.1.Laboratorium
a.
Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan (keskanling)
Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan ( keskanling ) memiliki luas 200 m2
yang terdiri dari laboratorium histopatologi, parasitologi, mikrobiologi, dan PCR,
kontruksi laboratorium beton ( permanen ).
Laboratorium histopatologi dan parasitologi berfungsi untuk melakukan diagnosa
terhadap penyakit ikan melalui jaringan dan diagnosa penyakit disebabkan oleh parasit.
Laboratorium mikrobiologi berfungsi untuk mendiagnosa penyakit yang disebabkan
oleh bakteri dan jamur serta melakukan pengujian obat bagi penyakit yang menyerang
ikan. Dan laboratorium PCR/Virologi berfungsi untuk mendiagnosa penyakit
berdasarkan pada pemeriksaan materi genetik penyebab infeksi virus.
b.
Laboratorium Fitoplankton
Laboratorium fitoplankton berkontruksi beton dan memiliki luas ± 65 m 2.
Laboratorium ini berfungsi untuk memproduksi fitoplankton untuk kegiatan
pembenihan. Meliputi kegiatan isolasi, kultur murni, dan sebagai penyedia bibit untuk
skala semi massal dan skala massal. Fitoplankton yang telah berhasil dikultur seperti
4
Nannochloropsis sp, Coccolith sp, Chaetoceros sp, Dunaliela sp, Isochrysis galbana,
Tetraselmis chuii, Nitzchia sp, Skeletonema costatum, Thallasiosira sp.
c.
Laboratorium Zooplankton
Laboratorium zooplankton berfungsi untuk memproduksi zooplankton untuk
pakan larva ikan yang meliputi isolasi, kultur murni, semi massal, dan massal.
Laboratorium zooplankton berfungsi juga untuk persediaan bibit murni. Jenis
zooplankton yang diproduksi yaitu Brachionus plicatilis, Diaphanosoma sp, kopepoda
( Oithona sp., Acartia sp., Tigriopus sp ).
d.
Laboratorium Kualitas Air
Laboratorium kualitas air berfungsi untuk menganalisis parameter kualitas air
seperti parameter fisika ( suhu, kecerahan, salinitas ), parameter kimia ( nitrat, nitrit,
phospat, alkalinitas, DO2, pH ), dan parameter biologi ( kepadatan plankton ).
Laboratorium ini juga berfungsi untuk menunjang kegiatan pembenihan, dan
pembesaran dalam hal kualitas air.
e.
Laboratorium Pakan Buatan
Laboratorium pakan buatan berfungsi untuk memproduksi pakan pelet sebagai
pakan untuk ikan pada kegiatan pembesaran, pengembangan riset formulasi pakan
untuk kegiatan budidaya kakap dan kerapu. Laboratorium ini juga mengkaji formulasi
pakan yang terkandung dalam pakan.
2.3.2. Hatchery
Hatchery yang terdapat di BBPBL Lampung yaitu hatchery Kerapu Bebek,
hatchery Kerapu Macan, hatchery Kakap Putih, Kakap Merah, dan Cobia, hatchery
Kuda Laut, dan hatchery clownfish.
a.
Hatchery Kerapu Bebek
Hatchery ini berfungsi untuk menetaskan telur dan memelihara larva kerapu
bebek hingga ukuran pendederan. Selama masa itu larva dirawat didalam hatchery
dengan perlakuan yang baik. Hatchery kerapu bebek memiliki 12 bak larva berkontruksi
beton, 1 unit kulkas, 1 unit lemari penyimpanan, 1 unit dispenser.
5
b.
Hatchery Kerapu Macan
Hatchery ini berfungsi untuk menetaskan telur kerapu macan hingga
pemeliharaan larva. Di hatchery tersebut larva dirawat hingga ukuran pendederan.
Hatchery kerapu macan memiliki fasilitas seperti bak larva ukuran 10 ton berjumlah 12
buah berkontruksi beton, 2 buah bak induk yang terletak diluar ruangan, kulkas 1 unit,
lemari penyimpanan 1 unit, dispenser 1 unit.
c.
Hatchery Kakap Putih, Kakap Merah, dan Cobia
Hatchery ini berfungsi untuk pemeliharaan larva dari telur hingga ukuran
pendederan. Hatchery ini memproduksi larva ikan kakap putih, kakap merah, dan cobia
secara bergantian. Hal ini dilakukan agar memaksimalkan pemeliharaan larva komoditi
ikan yang dipelihara.
d.
Hatchery Kuda Laut
Hatchery ini adalah tempat untuk mengembangkan kuda laut. Kuda laut
dikembangkan dan dipelihara dengan perlakuan-perlakuan yang baik. Kuda laut adalah
salah satu komoditi non ikan yang langka dan patut untuk dilestarikan.
e.
Hatchery Clownfish
Hatchery ini adalah tempat mengembangbiakkan ikan hias air laut yaitu jenis
Clownfish atau dikenal dengan nama Nemo. Ikan ini adalah ikan yang sangat disukai
oleh para penggemar ikan hias, keberadaannya juga sudah mulai langka.
2.3.3. Bangsal Pendederan
Bangsal pendederan berfungsi untuk memelihara ikan ukuran deder hingga
ukuran penggelondongan. Bangsal digunakan untuk semua jenis komoditi ikan. bentuk
bangsal ini semi outdor dengan panjang 33 m dan lebar 8 m. Pada bangsal pendederan
terdapat 35 bak fiber berbentuk persegi panjang dengan volume 2 ton. Untuk lebih jelas
bangsal pendederan dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
6
Gambar 1. Bangsal Pendederan
2.3.4. Bangsal Penggelondongan
Bangsal penggelondongan berfungsi untuk memeliharan ikan 75–100 gr, bangsal
ini memelihara ikan yang di jadikan calon induk unggul. Bangsal penggelondongan ada
2, yaitu bangsal indoor dan bangsal semi indoor.
Bangsal indoor menggunakan wadah yang terbuat dari fiberglass volume 2 ton
berjumlah 12 buah dan dipelihara secara intensif untuk memelihara calon induk kerapu
macan dan bangsal semi indoor menggunakan wadah yang terbuat dari fiberglass
volume 2 ton berjumlah 4 buah, 3 ton berjumlah 8 buah berbentuk lingkaran, dan 8 ton
berjumlah 8 buah untuk memelihara calon induk kerapu bebek dan sebagai tempat
perekayasaan budidaya kerapu. Air media pemeliharaan selalu berganti (sirkulasi).
Setiap harinya air media pemeliharaan berganti hingga >200%. Untuk lebih jelas
bangsal penggelondongan dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.
Gam
bar 2. a. Pengelondongan (Semi Indor) b. Pengelondongan (Indor)
2.3.5. Keramba Jaring Apung
7
Keramba jaring apung ( KJA ) yang di miliki BBPBL Lampung 2 unit yaitu unit
budidaya dan unit Induk. Unit induk untuk memelihara induk unggul sebagai produsen
benih yang baik untuk kegiatan pembenihan, induk yang dipelihara yaitu induk kerapu
bebek ( Cromileptes altivelis ), Kerapu macan ( Ephinephelus fuscoguttatus ), Kakap
merah Thailand, Cobia, Kerapu kertang, bawal bintang, dan Napoleon. Sedangkan Unit
budidaya untuk pembesaran dan kegiatan rekayasa komoditas ikan ekonomis. Untuk
lebih jelas keramba jaring apung dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini.
Gambar 3. Keramba Jaring Apung (KJA)
2.3.6. Bak penampungan air (Tandon)
Bak tandon yang terdapat di BBPBL Lampung ada 2 yaitu bak penampungan air
laut dan bak penampungan air tawar. Bak penampungan air laut berkontruksi beton dan
penutup bak terbuat dari seng dengan kapasitas 200 m³ dan kedalaman 3 m. Bak tandon
menggunakan sistem gravitasi jadi air yang di alirkan menggunakan sistem gravitasi
yang di bantu dengan tenaga pompa.
Sedangkan bak penampungan air tawar berkontruksi beton dan memiliki kaki
sebagai penyangga dengan panjang 3 meter, bak tandon air tawar berkapasitas 15 m³
dan memiliki tutup bak yang terbuat dari seng, sistem pengaliran air juga menggunakan
sistem gravitasi yang tidak menggunakan bantuan pompa, untuk lebih jelas bak tandon
air laut dan bak tandon air tawar dapat di lihat pada gambar 4 di bawah ini :
8
Gambar 4. Tandon Air Laut dan Tandon Air Tawar
2.3.7. Sarana Aerasi
a.
Blower
Balai besar pengembangan budidaya laut ( BBPBL ) Lampung menggunakan
high blower jenis root blower dan vortex blower sebagai sumber aerasi dengan daya
380/660 volt sebanyak 6 unit yang di gerakkan oleh motor berkekuatan 7,5 Kw dan di
gunakan selama 12 jam secara bergantian agar blower tidak cepat rusak. 6 unit blower
tersebut terbagi dalam tiga tempat, yaitu bak aklimatisasi kerapu (untuk memenuhi
kebutuhan pembenihan kerapu, laboratorium alga, laboratorium molusca, dan kultur
rotifer), di bak pembenihan kakap, dan untuk kegiatan budidaya. Untuk lebih jelas jenisjenis blower dapat di lihat pada gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5 : Blower
aaaa
B
9
c
Keterangan :
a. Vortex blower
b. Root blower
c. Hi blow
Gambar 5. Blower
b.
Pipa distribusi aerasi
Pipa distribusi aerasi menggunakan pipa paralon (PVC), namun untuk
melayani aerasi skala besar pada bagian pangkal yang berhubungan langsung dengan
blower menggunakan pipa besi. Penggunaan pipa besi ini bertujuan untuk mencegah
kerusakan pipa. Karena pada bagian awal udara mengalami peningkatan suhu, pipa
besi yang di gunakan adalah dari jenis Galyanis, sehingga tidak mudah mngalami
korosi karena air.
c.
Selang, Regulator, dan Batu Aerasi
Selang aerasi yang digunakan adalah dari jenis gelang plastik besar PE (poly
ethylene), karena selain lentur juga tidak mudah pecah selang ini juga tahan terhadap
panas. Regulator atau sering di sebut dengan kran aerasi berfungsi untuk mengatur
besarnya volume udara yang keluar dari pipa distribusi. Selang aerasi di atur
sedemikian rupa sehingga tidak berlebihan dengan banyak lilitan yang dapat
mempengaruhi tekana udara. Batu aerasi berfungsi untuk memperhalus gelembung
udara yang keluar dan di letakkan pada ujung selang aerasi. Jumlah batu aerasi pada
pemeliharaan larva adalah sekitar 2-4 buah/m². Untuk lebih jelas regulator, selang
aerasi, pemberat dan batu aerasi dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini.
10
Gambar 6. Regulator, Selang aerasi, Pemberat, dan Batu aerasi
2.3.8. Sumber Energi Listrik
Sumber tenaga listrik yang di gunakan di BBPBL Lampung berasal dari PLN
cabang tanjung karang, Lampung selatan dan mempunyai cadangan generator set
(Genset) sebanyak empat unit. Dua unit dengan kapasitas 125 KVA dan dua unit dengan
kapasitas 50 KVA sebagai pembangkit listrik apabila aliran listrik dari PLN padam.
Untuk lebih jelas genset (generator setting ) dapat dilihat pada gambar 7 di bawah ini.
Gambar 7. Generator Setting (Genset )
2.3.9. Fasilitas Lainnya
a.
Perkantoran
Perkantoran merupakan tempat pegawai BBPBL Lampung melaksanakan
administrasi yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan, pembesaran dan kegiatan
rutin hari-hari. Kantor BBPBL Lampung terdiri dari kantor utama, kantor divisi
pembenihan, dan kantor divisi budidaya.
b.
Perpustakaan
11
Perpustakaan merupakan tempat dokumentasi bahan-bahan pustaka kegiatan di
BBPBL Lampung, koleksi study literatur, dan sebagai tempat mencari informasi tentang
BBPBL dan perikanan.
c.
Asrama
Asrama sebagai tempat penginapan bagi para peserta magang atau penelitian
selama di BBPBL Lampung. Asrama yang tersedia di BBPBL Lampung ada 2 yaitu
asrama kakap bagi peserta PKL dari SMK dan sederajat dan asrama kerapu bagi peserta
PKL atau penelitian dari perguruan tinggi.
III.
TEKNIK PEMBENIHAN KERAPU MACAN
12
3.1. Biologi Ikan Kerapu Macan
3.1.1.Toksonomi dan Morfologi
Menurut Subyakto dan Cahyaningsih (2005), klasifikasi kerapu macan
( Epinephelus fuscoguttatus ) adalah sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Osteichtyes
Subkelas
: Actinopterigi
Ordo
: Percomorphi
Subordo
: Percoidea
Family
: Serranidae
Genus
: Epinephelus
Spesies
: Epinephelus fuscoguttatus
Gambar 8. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Bentuk badan kerapu macan memanjang dan gepeng (Compresset), tetapi
kadang-kadang ada juga yang agak bulat. Mulut lebar serong ke atas dan bibir
bawahnya menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas di lengkapi gigi-gigi geratan yang
berderet dua baris, ujungnya lancip, dan kuat. Sementara itu, ujung luar bagian depan
dari gigi baris luar adalah gigi-gigi yang besar. Badan kerapu macan di tutupi oleh sisik
kecil yang mengilap dan bercak loreng mirip bulu macan. Gigi pada bagian sisik
dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik
hitam pada bagian dorsal dan posterior (Anonimous 2010).
13
Kerapu macan memiliki sirip dorsal (punggung), sirip anal (perut), sirip pectoral
(dada), sirip caudal (ekor), dan garis lateral (gurat sisi), sirip dorsal memanjang hampir
sebagian bagian punggung, di mana bagian jari-jari kerasnya memiliki jumlah yang
sama dengan jari-jari lunaknya, jumlah jari-jari adalah 13-15 buah, sirip anal terdiri dari
3 buah jari-jari, sedangkan jumlah jari-jari sirip ekor adalah 15-17 dan bercabang
dengan jumlah 13-15 buah. Sisik yang menutupi seluruh permukaan tubuh berbentuk
kecil, mengkilat dengan bentuk sikloid. Warna dasar kerapu macan adalah cokelat
dengan perut berwarna putih serta bercak hitam dan putih disekujur tubuh yang tidak
beraturan (BBL Batam, 2006).
3.1.2. Habitat dan Penyebaran
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) hidup di habitat berkarang
sehingga sering disebut juga ikan kerapu karang, penyebarannya mulai daerah tropic
sampai sub tropic (Heemastra dan Randall et al. 1993). Daerah penyebaran kerapu
macan di mulai dari Afrika Timur, Kepulauan Ryukyuj (Jepang), Australia, Taiwan,
Mikronesia dan Polinesia (Antono et al 1998). Di Indonesia ikan kerapu macan terdapat
hampir diseluruh wilayah perairan seperti Teluk Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau,
Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimunjawa, Madura, Kalimantan, dan Nusa Tenggara
(Sugama et al 2001). Selain terumbu karang lokasi kapal tenggelam juga menjadi
rumpon yang nyaman bagi ikan kerapu macan. Ikan-ikan tersebut akan berdiam dalam
lubang-lubang karang atau rumpon dengan aktifitas relatif rendah.
Ikan kerapu macan pada umumnya hidup di perairan karang pantai dengan
kedalaman 100-200 m (Heemastra dan Randall et al 1993). Pada umumnya ikan kerapu
macan menyukai air laut pada salinitas 30-35 ppt. Suhu perairan di Indonesia tidak
menjadi masalah karena perubahan suhu, baik harian maupun tahunan sangat kecil dan
biasanya berkisar antara 27-32ºC. Pada lapisan air yang tidak tercemar biasanya
mengandung oksigen terlarut yang memadai untuk pertumbuhan ikan. Kandungan
oksigen terlarut dalam air laut minimal 4 ppm. Air laut memiliki pH berkisar antara 7,68,7 dan mempunyai daya penyangga yang besar terhadap perubahan keasaman.
3.1.3. Kebiasaan Makan
14
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan jenis ikan karnivora.
Sifat kanibalnya muncul apabila kekurangan pakan terutama terlihat pada stadia awal.
Dari pengamatan isi perut kerapu kecil diketahui kandungan didalamnya didominasi
oleh ikan-ikan. Jenis udang-udangan yang banyak dijumpai dalam isi perut ikan kerapu
macan adalah jenis udang krosok (Parapeneus sp.), udang dogol (Melapeneus sp.), dan
udang jerbung (Penaeus merguiensis). Sementara kelompok ikan yang ditemukan dalam
isi perut ikan kerapu macan adalah jenis ikan teri (Stelopterus sp.), ikan baronang
(Siganus sp.), ikan belanak (Mungil sp.), dan cumi-cumi (Loligo sp.), dalam jumlah
kecil (Akbar 2000).
Ikan kerupu macan mempunyai kebiasaan makan pada pagi hari sebelum
matahari terbit dan menjelang matahari tenggelam. Di alam ikan kerapu macan makan
sambil berenang diantara batu-batu karang, lubang atau celah-celah batu yang
merupakan tempat persembunyiannya. Dari tempat itulah ikan kerapu menunggu
mangsanya, bila mangsa tampak dari jauh ikan kerapu macan melesat cepat untuk
menangkap dan menelannya, kemudian kembali ketempat persembunyiannya (Akbar
2000). Ikan kerapu macan yang dibudidayakan secara terkontrol, saat akan memijah
ditandai dengan nafsu makan yang menurun jadi pada saat ikan akan memijah
pemberian pakan dikurangi dan saat memijah tidak diberi pakan.
3.2. Sarana dan Prasarana
3.2.1.Sarana Pokok
a.
Bak Pemeliharaan Induk
Bak induk berfungsi untuk mengelola serta memelihara induk secara terkontrol.
Bak induk berkontruksi beton volume 50 m³ dengan kedalaman 3 meter dan diameter 5
meter yang berjumlah 1 buah yang berbentuk bulat, dasar bak berbentuk kerucut dengan
kemiringan 5 derajat.
Bak beton tersebut juga di lengkapi dengan bak penampungan telur berbentuk
persegi empat dengan panjang 162 cm, lebar 151 cm dan tinggi 104 cm yang berfungsi
untuk menempatkan jaring penampungan telur (egg collector). Bak penampungan telur
ini ditempatkan diujung pipa pembuangan air pada bagian atas. Sedangkan egg
collector berukuran panjang 80 cm, lebar 58 cm dan tinggi 60 cm dengan ukuran mata
jaring 500 mikron dan dibingkai dengan besi sebagai rangka atau penopang egg
15
collector. Bak penampungan telur juga mempunyai saluran pembuangan didasar bak
yang menggunakan pipa berukuran 3 inchi. Untuk lebih jelas bak induk dapat dilihat
pada gambar 9 dibawah ini.
Berikut langkah-langkah persiapan bak induk
-
Menyikat dasar dan dinding bak menggunakan sikat, pemusnahan tritip dengan
menggunakan kap, serta menghilangkan lumut, kemudian dibilas dengan air
laut.
-
Menyiram bak dengan kaporit yang dilarutkan dengan air laut dengan cara
menyiramkan kaporit pada dinding dan dasar bak.
- Membersihkan dinding dan dasar bak untuk menghilangkan kaporit dengan
menyikat dan setelah itu membilasnya dengan air laut hingga bau kaporit hilang
dan tidak ada lagi lumut yang menempel pada dinding bak, kemudian bak dapat
langsung digunakan.
Gambar 9. Bak pemeliharaan induk
Keterangan :
a. Pipa pemasukan
b. Pipa pembuangan dasar
c. Pipa pengeluaran telur
d.
e.
Bak penampungan telur
Pipa goyang
Selain itu bak pemeliharaan induk kerapu macan juga di lengkapi dengan pipa
pembuangan air yang terletak pada dasar bagian tengah bak untuk pembuangan kotoran
dan pengeringan bak. Pergantian air pada bak induk kerapu macan dilakukan dengan
sistem sirkulasi selama 24 jam setiap harinya. Bak seluruhnya terletak pada ruangan
terbuka agar mendapatkan sinar matahari.
16
Hal ini sesuai dengan pendapat Anindiastuti, et, al, (2004), bak untuk
pemeliharaan induk atau pematangan gonat dapat terbuat dari fiberglass pasangan bata.
Bak sebaiknya berbentuk bulat agar memudahkan dalam pengumpulan telur dan
sirkulasi air media akan lebih sempurna. Kapasitas bak minimal adalah 50 m³ dengan
kedalaman 2,5-3.0 m. Untuk keperluan dalam penampungan telur bak dilengkapi
dengan bak penampungan telur yang terletak tepat pada pipa pembuangan air yang
dibuat pada permukaan bak. Disamping pipa pembuangan pada permukaan yang
berfungsi untuk mengeluarkan telur, juga harus dilengkapi pipa pembuangan yang
terletak pada dasar bagian tengah untuk mengeluarkan kotoran dan pengeringan. Bak
induk seluruhnya ditempatkan dalam ruang terbuka yang mendapatkan cukup cahaya
matahari.
b.
Bak Pemeliharaan Larva
Bak pemeliharaan larva berbentuk empat persegi panjang, sudut bak larva
tumpul. Bak terbuat dari beton dengan ukuran panjang 4,54 m, lebar 2,05 m dan tinggi
1,23 m berkapasitas 10 m³ yang berjumlah 12 buah. Bak berwarna biru laut untuk
mamanipulasi lingkungan pemeliharaan larva.
Pada sudut bak dibuat melengkung agar tidak ada titik mati. Sebelum digunakan
bak dibersihkan dengan menyiramkan kaporit pada dinding dan dasar bak, setelah itu
bak disikat sampai bersih dan selanjutnya bak diisi dengan air laut yang di saring
menggunakan filter bag.
Langkah-langkah persiapan bak pemeliharaan larva :
a. Menyikat dinding dan dasar bak dengan sikat untuk menghilangkan kotoran
yang menempel.
b. Menyiram dinding dan dasar bak dengan kaporit yang telah dilarutkan dengan
air laut yang di tampung didalam bak plastik.
c. Menyikat bak mnggunakan sikat dan menyiram dengan air laut untuk
menghilangkan kaporit yang melekat pada dinding dan dasar bak.
d. Mengisi bak dengan air laut yang disaring menggunakan filter bag.
Untuk mencukupi kebutuhan oksigen, bak pemeliharaan larva dilengkapi dengan
aerasi dimana pemasangan aerasi dilakukan setelah bak dibersihkan. Aerasi dipasang
dengan 2-3 titik/m² dan batu aerasi dipasang 5 cm dari dasar bak, bak juga dilengkapi
17
dengan saluran pemasukan inlet dengan diameter pipa 2 inchi yang berjumlah dua buah
dan pipa pengeluaran air dengan diameter 4 inchi yang berjumlah dua buah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Minjoyo, et al, (1999) yang menyatakan pada
umumnya bak yang digunakan dalam pemeliharaan larva secara massal berukuran 1020 m³. Penggunaan bak yang besar untuk mengurangi fluktuasi suhu. Sebelum
digunakan bak terlebih dahulu di bersihkan, dikeringkan dan dibilas atau direndam
dengan kaporit, dan selanjutnya dapat dilakukan penambahan fitoplankton. Fitoplankton
berfungsi untuk menyerap CO2 dan menghasilkan O2 pada proses fotosintesisnya. Untuk
lebih jelas bak pemeliharaan larva dapat dilihat pada gambar 10 dibawah ini.
Gambar 10. Bak Pemeliharaan Larva
c.
Bak Pendederan
Bak pendederan adalah bak yang digunakan untuk mendederkan benih ikan
hingga siap tebar. Bak pendederan di BBPBL Lampung terbuat dari semen (beton) dan
fiberglass yang tahan terhadap benturan dan beban atau tekanan air sesuai dengan
volume yang ditentukan. Bak yng terbuat dari beton berjumlah 6 buah volume 4 m³
dengan kedalaman 70 cm, bak berbentuk persegi panjang dengan kemiringan dasar bak
5% kearah pembuangan. Kemiringan dasar bak kearah pembuangan bertujuan untuk
memperoleh kebersihan sempurna pada saat pencucian serta dilengkapi dengan saluran
pemasukan dan pembuangan. Saluran pemasukan terbuat dari pipa paralon (PVC) 1
inchi dilengkapi dengan stop kran untuk mengatur debit air yang masuk. Sementara
saluran pembuangan terbuat dari pipa paralon (PVC) 1½ inchi menggunakan pipa
goyang yang terdapat ditengah bak.
18
Bak pendederan juga membutuhkan pengatapan tetapi tanpa dilengkapi dinding
bangunan. Pada area pendederan juga diberi pengatapan yang bertujuan untuk
memberikan rasa nyaman bagi benih dan operator karena pada fase ini benih ikan
kerapu membutuhkan waktu yang cukup lama pada saat penanganan seperti pemberian
pakan dan grading, dengan demikian benih akan mendapat penanganan lebih intensif.
Letak bak pendederan yang dekat dengan bak pemeliharaan larva akan memudahkan
pada saat pemindahan benih dari bak larva ke bak pendederan, yaitu dapat mengurangi
stres pada benih karena pada saat ini benih masih rentan terhadap perubahan
lingkungan. Hal ini bisa terjadi karena pada saat pemindahan benih dibawa
menggunakan wadah terbatas tanpa aerasi sehingga pemindahan benih membutuhkan
waktu singkat dan efisien. Untuk lebih jelas bak pendederan yang terbuat dari fiberglass
dengan kapasitas sekitar 2 m³ dapat di lihat pada gambar 11 dibawah ini.
Gambar 11: Bak Pendederan
d.
Bak Penampungan Plankton
Bak penampungan plankton berfungsi untuk menampung plankton yang akan
diberikan kepada larva. Plankton berasal dari bak kultur plankton massal yang terletak
tidak jauh dari area hatcehery. Bak penampungan plankton terbuat dari fiberglass
dengan volume 8 m³ dengan kedalaman 120 cm, terletak di luar ruangan hatcehery
karena
fitoplankton
membutuhkan
cahaya
matahari
untuk
berkembang
dan
kelangsungan hidupnya.
Bak penampungan memiliki pipa berukuran 2 inchi, pipa pengeluaran jenis PVC
dengan ukuran 2 inchi. Pipa pengeluaran menggunakan sistem pipa goyang yang
terdapat di tengah bak kerena dengan sistem ini proses pencucian bak atau proses
19
pembuangan akan menjadi lebih mudah. Dasar bak miring kearah pengeluaran dengan
dengan kemiringan 5-8% untuk memudahkan dalam pengeringan bak, bak
penampungan plankton hanya 1 buah. Untuk lebih jelas bak penampungan plankton
dapat dilihat pada gambar 12 dibawah ini.
Gambar 12: Bak Penampungan Plankton
e.
Aerasi
Aerasi sangat dibutuhkan oleh larva ikan untuk berkembang karena dengan
adanya aerasi suplai oksigen kedalam air (DO) dapat terpenuhi. Pada priode larva ikan
sangat membutuhkan oksigen karena pada masa larva, ikan masih dalam kondisi sangat
lemah. Oksigen juga dibutuhkan untuk proses fotosintesis bagi fitoplankton yang
terdapat di dalam bak larva.
Aerasi di pompa dengan menggunakan high blower jenis root
blower dan
vortex blower sebagai sumber aerasi dengan daya 380/660 volt sebanyak enam unit
yang digerakkan oleh motor berkekuatan 7,5 Kw. Aerasi di setting dengan jumlah 2-3
titik/m² untuk memenuhi kebutuhan larva untuk metabolisme dalam tubuh dan bagi
fitoplankton untuk proses fotosintesis. Peralatan untuk aerasi yaitu regulator, selang
aerasi, pemberat, dan batu aerasi.
f.
Wadah Inkubasi Telur
Wadah inkubasi telur berfungsi untuk menetaskan telur hingga menjadi larva.
Wadah inkubasi terbuat dari fiberglass yang di rangkai dengan kaca agar mudah dalam
20
pengontrolan telur dengan volume 100 liter. Untuk lebih jelas wadah inkubasi telur
dapat di lihat pada gambar 13 dibawah ini.
Gambar 13: Wadah Inkubasi Telur
g.
Saringan (Filter)
Saringan berfungsi untuk menyaring air yang akan digunakan sebagai media
pemeliharaan larva. Saringan yang digunakan adalah rangkaian saringan sand filter dan
saringan UV (Ultraviolet), sand filter berbentuk tabung seperti pinguin berjumlah
sepasang dan saringan UV berbentuk bulat memanjang dengan ukuran 2 inchi
berjumlah dua buah. Saringan ini dilengkapi dengan pompa air jenis self priming untuk
mengalirkan air yang akan disaring.
3.2.2.Sarana Penunjang
a.
Wadah Kultur Artemia
Wadah kultur artemia berfungsi untuk menetaskan telur artemia. Bentuk wadah
kultur bulat seperti tabung dan pada bagian dasar bak berbentuk kerucut, dilengkapi
dengan stop kran untuk memudahkan pemanenan. Bak kultur artemia di cat dengan
warna gelap dan pada bagian dasarnya tidak dicat gelap agar memudahkan dalam proses
pemanenan. Wadah ini memiliki kaki dengan tinggi 30 cm, diameter wadah 50 cm dan
21
tinggi wadah 120 cm. Untuk lebih jelasnya wadah kultur artemia dapat dilihat pada
gambar 14 dibawah ini.
Gambar 14: Conical Tank
b.
Kulkas
Kulkas berfungsi untuk menyimpan obat-obatan untuk kegiatan pembenihan
agar tetap layak untuk dipakai. Kulkas yang terdapat pada hatchery kerapu macan
berjumlah satu buah.
c.
Wadah Penampungan Air Tawar
Wadah penampungan air tawar yang terdapat di hatchery yaitu drum plastik
berjumlah 2 buah dengan kapasitas masing-masing 150 liter. Air tawar digunakan untuk
mencuci peralatan hatchery agar tidak mudah rusak.
d.
Peralatan Lainnya
Peralatan lainnya seperti gayung, ember, baskom, saringan artemia. Ember
berukuran 10 liter berjumlah 4 buah dan gayung berjumlah 5 buah yang digunakan
22
untuk memudahkan pemberian pakan larva, baskom berjumlah 5 buah untuk
memudahkan penebaran larva dan tempat pelarutan obat-obatan.
3.3.Pemeliharaan Induk
Kegiatan pemeliharaan induk merupakan kegiatan awal dari pembenihan.
Tujuan dari pemeliharaan induk adalah untuk mendapatkan induk yang matang gonat
yang siap dipijahkan untuk menghasilkan telur. Keberhasilan suatu kegiatan
pembenihan tergantung dari ketersediaan calon induk kualitas dan kuantitas induk.
3.3.1.Asal Induk
Induk ada yang berasal dari alam ada juga yang berasal dari BBPBL yang telah
melewati beberapa rangkaian seleksi. Induk yang berasal dari alam di tangkap sekitar
kepulauan Sulawesi dengan bobot berkisar 4-6 kg. Induk yang berasal dari BBPBL
adalah induk unggul F1 yang telah memenuhi syarat sebagai induk unggul.
3.3.2.Jumlah Induk
Jumlah induk kerapu macan di BBPBL Lampung yaitu pada bak pemeliharaan
terkontrol berjumlah 19 ekor yang terdiri dari jantan 14 ekor dan betina 5 ekor. Induk
jantan memiliki berat rata-rata 9,5 kg dan panjang rata-rata 76 cm dan untuk induk
betina memiliki berat rata-rata 10,5 kg dan panjang rata-rata 77,8 cm.
3.3.3.Pakan Induk
Pakan induk yang diberikan pada ikan kerapu macan berupa ikan rucah yang
dikonbinasikan dengan cumi-cumi. Frekuensi pemberian pakan rucah diberikan
sebanyak 1 kali dalam sehari dan untuk cumi-cumi dua kali dalam seminggu yaitu pada
hari senin dan hari kamis pada pagi hari pukul 08:00 WIB. Ikan rucah yang diberikan
jenis ikan kuniran. Untuk lebih jelasnya pakan ikan dapat dilihat pada gambar 15
dibawah ini.
23
Gambar 15. Pakan Induk Ikan Rucah dan Cumi-Cumi
Pemberian pakan dilengkapi dengan pemberian vitamin E dan vitamin C
pemberian pakan diberikan secara adlibitum (sekenyang-kenyangnya) atau dengan dosis
pemberian 1-3 % dari berat biomassa. Untuk lebih jelasnya jadwal pemberian pakan
dapat di lihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Jadwal pemberian pakan dan multivitamin induk kerapu macan
Hari
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
Minggu
Pakan dan Multivitamin yang Diberikan
Cumi – cumi + Multivitamin
Ikan Rucah
Ikan Rucah
Cumi-cumi
Ikan Rucah + Multivitamin
Ikan Rucah
Ikan Rucah
Biovit diberikan seminggu dua kali sebagai multivitamin berbentuk bubuk dan
di berikan setiap hari senin dan hari jum’at. Pemberian Biovit di lakukan dengan cara
menaburkan biovit kedalam insang ikan rucah dan diberikan kepada induk.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mustamin, et al (2004) yang menyatakan
pemberian pakan dilakukan secara adlibitum atau sampai sekenyang-kenyangnya
berkisar antara 1-3 % dari berat biomassa. Frekuensi pemberian pakan satu kali sehari
yaitu pada pagi atau sore hari. Selain pemberian pakan ikan segar, setiap minggu induk
diberikan multivitamin dan mineral.
Berikut cara pemberian pakan induk antara lain :
24
-
Menyimpan ikan rucah dan cumi-cumi dalam freezer.
-
Mencuci ikan rucah dengan cara menyiram ikan rucah dengan air laut hingga
gumpalan es menghilang.
-
Menimbang pakan dan setelah itu pakan diberikan dengan cara menebarnya
secara merata.
-
Menghentikan pemberian pakan jika ikan sudah tidak lagi merespon pakan.
3.3.4. Pengelolaan Kualitas Air Induk
Pengelolaan kualitas air di bak pemeliharaan induk di BBPBL Lampung di
lakukan dengan cara menyedot langsung air laut dengan menggunakan pompa dan
selanjutnya di alirkan ke bak pemeliharaan induk dengan menggunakan pipa PVC.
Untuk suplay oksigen digunakan blower yang diatur dengan stop kran dan dialirkan
lewat selang aerasi ke batu aerasi, aerasi yang dipasang berjumlah 12 buah yang terletak
di dinding bak. Sistem pergantian air yang digunakan adalah sistem air mengalir selama
24 jam setiap harinya sehingga pergantian air dalam satu harinya di perkirakan dapat
mencapai 200 % setiap harinya. Selain itu, agar kualitas air pada bak tetap baik
dilakukan pembersihan dan penyikatan pada bak dua minggu sekali dan tergantung pada
kotoran yang melekat pada dinding dan dasar bak, apabila sebelum dua minggu bak
sudah kotor dan pada dinding bak banyak ditumbuhi lumut maka dapat dilakukan
pembersihan dan penyikatan bak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Priyono (2005) yang menyatakan bahwa air laut
yang digunakan diambil langsung dengan menggunakan pompa di distribusikan melalui
pipa-pipa PVC ke masing-masing unit bak pemeliharaan induk. Jumlah pergantian
selama pemeliharaan adalah 200 % perhari. Untuk suplai oksigen di gunakan
blower/Hiblow diatur dengan menggunakan stop kran dan selang aerasi yang
dihubungkan ke masing-masing batu aerasi. Untuk mengurangi jumlah ekskresi yang di
timbulkan dari induk, setiap satu atau dua minggu sekali di lakukan pembersihan dasar
bak dengan cara menyipon.
3.3.5. Pematangan Gonat
Proses pematangan gonat induk kerapu macan di BBPBL Lampung yaitu
menggunakan sistem manipulasi lingkungan dengan pemberian multivitamin.
25
a.
Manipulasi Lingkungan
Manipulasi lingkungan dilakukan dengan cara menurunkan permukaan air pada
pagi hari dan menjelang sore diisi kembali dengan air baru, hal ini bertujuan untuk
menciptakan fluktuasi suhu air sekitar 2-3 ºC yang diharapkan dapat merangsang
terjadinya pemijahan. Sebagai salah satu parameter lingkungan, suhu mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap proses reproduksi (Fujita, 1992) merangsang
kelenjar hypotalamus dan condo spinalis untuk menghasilkan hormon GnRh dan LHRH
di mana kedua hormon tersebut merangsang kelenjar pituitary penghasil hormon HCG
yang merangsang kelamin untuk produksi (Murray, 1971 dan Smith, 1982). Perlakuan
ini di lakukan pada akhir bulan gelap kurang lebih satu minggu sebelum musim
pemijahan sampai awal bulan terang atau sampai induk memijah. Dari hasil pengamatan
dapat dipastikan induk memijah pada minggu pertama bulan Arab/Jawa. Induk kerapu
bila terlambat memijah maka akan menyimpan telurnya dalam gonat selama 1-2 bulan,
bila bulan berikutnya tetap tidak memijah maka telur akan di absorpsi kembali.
Pematangan gonat induk di BBPBL Lampung dilakukan dengan pemberian
vitamin C dua kali seminggu yang di sisipkan di sirip pakan untuk mempercepat
pematangan gonat, pemberianya dilakukan setiap hari senin dan jum’at.
Vitamin diberikan dengan dosis 30 mg/kg induk/minggu dengan cara disisipkan
di sirip pakan rucah yang diberikan kepada ikan.
Multivitamin yang diberikan pada induk kerapu macan selama pemeliharaan
adalah Biovit yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan, mengatasi
stress dan meningkatkan nafsu makan, dan sebagai proses mempercepat matang gonat.
Untuk lebih jelas gambar Biovit dapat di lihat pada gambar 16 dibawah ini.
26
Gambar 16. Biovit
3.3.6.Seleksi Induk
Seleksi induk di BBPBL Lampung dengan cara visual, untuk jantan ciri-cirinya
badan pipih dan panjang, selain itu juga dilakukan dengan pengurutan (stripping) pada
bagian perut kearah lubang genital yang dilakukan secara perlahan-lahan, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan pada organ dalam, pada saat
pengurutan terdapat cairan sperma berwarna putih susu dan kental dan dapat diduga
bahwa induk tersebut adalah jantan dan telah matang gonat, hal ini sesuai dengan
pendapat Sudaryanto, et al., (1999) yang menyatakan, seleksi jantan di lakukan dengan
metode stripping yang mengurut bagian perut ke arah lubang genital. Stripping di
lakukan secara perlahan-lahan yang bertujuan untuk menghindari keluarnya sperma
yang berlebihan serta terjadinya kerusakan organ dalam. Sperma yang baik dan siap
untuk dipijahkan adalah berwarna putih susu dan kental. Untuk lebih jelas seleksi induk
dapat dilihat pada lampiran 3.
Di bawah ini adalah langkah-langkah seleksi induk, yaitu:
a. Mengambil induk menggunakan seser, kemudian menampungnya kedalam bak
penampungan telur yang terletak di ujung pipa pembuangan air pada bagian atas
bak dengan ukuran panjang panjang 162 cm, lebar 151 cm, dan tinggi 104 cm.
b. Merendam induk dengan air tawar selama 3-5 menit.
c. Melakukan pengecekan kematangan gonat.
-
Betina dengan cara pengamatan secara visual
-
Jantan dengan cara di stripping, mengurut bagian perut kearah lubang
urogenital
d. Pengamatan secara visual pada induk betina di tandai dengan membesarnya pada
bagian perut.
e. Pada induk jantan dengan dengan mengurutkan ke arah lubang urogenital dan
apabila ada cairan sperma berwarna putih susu dan kental maka itu adalah induk
jantan yang telah matang gonat.
Untuk seleksi induk betina dapat di lihat secara langsung yang di tandai dengan
bagian perut yang besar, dan dapat di duga induk tersebut adalah induk betina. Hal
27
sesuai dengan pendapat (Sugama, et al., 2001) yang menyatakan bahwa induk betina
dapat dicirikan dengan membesarnya bagian perut ikan.
3.3.7.Pemijahan
Di BBPBL Lampung pemijahan dilakukan dengan cara alami yaitu dengan cara
manipulasi lingkungan. Metode manipulasi lingkungan di lakukan dengan cara menaik
turunkan air pada bak pemeliharaan induk kerapu macan sehingga setinggi 68 cm dapat
menaikkan suhu air, dari suhu awal 28ºC sampai 31ºC sehingga terjadi kenaikan suhu
sebesar 3ºC dan di perkirakan akan terjadi penurunan suhu kembali pada saat diisi air
baru pada sore hari. Selain itu dengan adanya penurunan dan penaikan ketinggian air
akan menyebabkan perubahan tekanan air sehingga akan penyebabkan kondisi yang
sama dengan kondisi di habitat hidup kerapu macan dan akan dapat merangsang
terjadinya pemijahan.
Pemijahan dilakukan dengan
manipulasi lingkungan. Langkah-langkah
manipulasi lingkungan yaitu :
a. Menurunkan air pada bak pemeliharaan induk pada pagi hari, atau setelah
pemberian pakan
b. Penjemuran bak, tetapi air tetap melakukan pengisian air atau masih dalam
proses resirkulasi.
c. Mengisi air kembali hingga ketinggian semula pada sore hari,
Hal ini sesuai dengan pendapat Mustamin, et al (2004) yang menyatakan bahwa
pemijahan alami dengan manipulasi lingkungan di lakukan dengan cara menurunkan
permukaan air pada pagi hari dan menjelang sore air diisi kembali dengan air yang baru
penurunan air bertujuan untuk menaikkan suhu air sekitar 2-3ºC dan akan terjadi
penurunan suhu kembali pada saat diisi air yang baru pada sore hari dan kondisi ini
diharapkan dapat merangsang terjadinya pemijahan.
3.4. Penanganan Telur
3.4.1.Pemanenan Telur
Pemanenan telur di BBPBL Lampung dilakukan pada pagi hari pukul 07:00
WIB. Di bawah ini adalah langkah-langkah pemanenan telur, yaitu :
28
a. Mengalirkan air dari bak pemeliharaan induk ke dalam bak penampungan telur
yang telah di pasang egg colector.
b. Mengambil telur di dalam egg colector dengan menggunakan serok/scop net.
c. Memasukkan telur kedalam ember dan di pindahkan ke dalam wadah, serta di beri
aerasi sedang.
Dari hasil pemanenan telur di dapatkan jumlah telur pada bulan April, untuk
lebih jelasnya jumlah telur pada bulan April dapat di lihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Jumlah Telur Bulan April 2014
J
Hari
1
2
3
umlah Telur (butir)
Tanggal
Induk darat
5.963.052
6.556.708
4.601.520
16.121.280
05 April 2014
06 April 2014
07 April 2014
Total Telur
Selanjutnya untuk pemanenan telur dilakukan dengan cara air mengalir, dimana
air dan telur terbawa aliran air yang keluar menuju bak pemanena telur dari bak
pemeliharaan induk yang sebelumnya pada bak pemanenan telur telah di beri tempat
atau wadah pengupul telur ( egg colector ), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 17 dibawah ini.
Gambar 17. Pemanenan Telur
Telur yang terbawa aliran air tertampung di dalam egg colector yang ada di
dalam bak pemanenan telur. Telur yang berkualitas baik berwarna transparan dan
terapung di dalam permukaan air. Telur yang sudah terkumpul di dalam egg colector di
29
panen menggunakan serok dan di tampung di dalam ember yang kemudian di pindahkan
kedalam wadah inkubasi untuk dilakukan seleksi dan perhitungan di dalam wadah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mustamin, et al., 2004 yang menyatakan bahwa
pemanenan telur dilakukan pada pagi hari atau jika telur telah mengalami
perkembangan embrio fase gastrula, sehingga sudah cukup kuat untuk dipindahkan.
Panen telur dilakukan dengan cara mengalirkan air media pemeliharaan yang berisi telur
ke bak penampungan telur yang sudah dilengkapi dengan scop net. Aliran air melalui
saluran pembuangan yang ada pada bagian permukaan air, agar telur yang mengendap
tidak terbawa keluar. Selanjutnya telur yang sudah terkumpul dalam bak penampungan
telur di pindahkan ke wadah penampungan untuk di seleksi dan perhitungan jumlah
telur.
3.4.2.Penghitungan Telur
Penghitungan telur dilakukan di dalam wadah inkubasi, yaitu pada pagi hari
setelah dilakukan seleksi telur. Pertama hitung jumlah telur semua baik yang terbuahi
maupun yang tidak terbuahi. Untuk lebih jelas penghitungan telur dapat dilihat pada
gambar 18 dibawah ini.
Gambar 18. Penghitungan Telur
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan sampling jumlah telur
adalah sebagai berikut :
a. Mengambil sampel secara acak sebanyak tiga titik dengan menggunakan gelas
ukur 5 ml.
b. Menuang telur yang di peroleh dari cawan petridisk dan dihitung secara manual.
30
c. Kemudian dijumlah dibagi 3 kali sampling selanjutnya dikali 200 agar
volumenya yang 5 ml menjadi satu liter kemudian dikalikan dengan volume
wadah sehingga akan ditemukan jumlah telur.
Adapun rumus perhitungan jumlah total telur dan total telur yang terbuahi (FR) adalah
sebagai berikut.
Rumus perhitungan jumlah total telur :
Jumlah total telur = Jumlah sampel x Volume wadah
Volume sampel
Rumus perhitungan jumlah telur yang terbuahi (FR)
FR= Jumlah total telur terbuahi x 100 %
Jumlah total telur
Sedangkan
cara
perhitungan total telur dan telur yang terbuahi dapat di lihat pada lampiran 4 halaman
64.
3.4.3.Seleksi Telur
Telur yang sudah di panen selanjutnya di pindahkan kedalam wadah dan diberi
aerasi. Setelah itu aerasi diangkat dan di diamkan selama ± 15 menit agar telur yang
telah teraduk oleh aerasi dapat terpisah. Selanjutnya dilakukan seleksi telur. Dari hasil
seleksi di dapatkan telur yang terbuahi berwarna bening, transparan dan mengapung di
permukaan air, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu dan mengendap
di dasar. Selanjutnya telur yang jelek yang mengendap di dasar wadah dibuang dengan
cara di sipon, untuk lebih jelasnya telur yang terbuahi dan yang tidak terbuahi dapat
dilihat pada gambar 19.
Hal ini sesuai dengan pendapat Minjoyo, et al., (1999) yang menyatakan telur
yang baik akan terapung atau melayang pada bagian permukaan air dengan warna
transparan, sebaliknya telur yang jelek akan mengendap di dasar bak berwarna putih
susu, telur yang jelek dibuang dengan cara disipon.
Seleksi telur dilakukan di dalam wadah. Seleksi telur bertujuan untuk
memisahkan telur yang berkualitas baik dengan telur yang jelek seleksi ini dilakukan
dengan cara :
31
a. Mengendapkan telur hasil pemanenan dengan cara mematikan aerasi selama 10
menit.
b. Menyipon secara perlahan-lahan telur yang jelek pada bagian dasar.
Setelah telur yang jelek pada bagian dasar terbuang, selanjutnya aerasi dihidupkan
kembali.
Telur yang tidak terbuahi akan dibuang karena telur tersebut akan ditumbuhi
jamur, jamur tersebut akan mengganggu kestabilan kualitas air. Pada air akan muncul
bau busuk, itu pertanda kualitas air media inkubasi telur sudah terjadi pembusukan telur
yang tidak terbuahi. Untuk lebih jelasnya telur yang terbuahi dan tidak terbuahi dapat
dilihat pada gambar 19 dibawah ini.
(a)
(b)
Gambar 19. (a) Telur Terbuahi (b). Telur Tidak Terbuahi
Selama pemijahan induk kerapu macan menghasilkan telur dengan frekuensi
pemijahan selama 3 hari berturut-turut dari induk yang dipijahkan dengan menggunakan
satu buah bak. Hal ini dikarenakan pengelolaan lingkungan yang baik dengan sistem
sirkulasi air selama 24 jam dan pemberian pakan yang cukup dan teratur. Hal ini sesuai
dengan pendapat Mustamin, et al., (2004), yang menyatakan bahwa beberapa faktor
yang harus diperhatikan dalam kegiatan produksi telur agar didapatkan hasil maksimal
antara lain kualitas calon induk, sarana, pakan dan pengelolaan media pemeliharaan
serta teknik pemijahan.
Perhitungan fekuditas di BBPBL Lampung belum bisa dihitung. Hal ini di
sebabkan karena bak pemeliharaan induk hanya digunakan satu buah, sehingga tidak
bisa diperkirakan apakah semua induk betina menghasilkan telur.
3.4.4. Perendaman Iodine
32
Setelah di seleksi, kemudian telur akan di rendam dengan iodine. Tujuannya
agar telur tidak berjamur dan derajat penetasan telur meningkat. Dosis pemberian iodine
adalah 2-3 ml dalam 3 liter air, pengukuran dosis dengan menggunakan pipet tetes
perendaman dilakukan selama 2-3 menit. Setelah itu telur di bilas dengan air laut dan
kemudian di masukkan kembali kedalam wadah inkubasi. Jadi, perendaman telur
dengan iodine tujuannya agar telur kebal terhadap patogen yang menyerang telur
tersebut karena telur sudah dilapisi dengan iodine. Untuk lebih jelasnya iodine dapat
dilihat pada gambar 20 dibawah ini.
Gambar 20. Perendaman Telur
Langkah-langkah perendaman dengan iodine adalah sebagai berikut :
a. Siapkan 2 buah baskom untuk air bilasan dan air dengan iodine
b. Masukkan air laut pada 2 baskom tersebut
c. 1 baskom dilarutkan iodine dengan dosis 2-3 ml
d. Saring telur dalam wadah inkubasi
e. Kemudian rendam dalam larutan iodine selama 2-3 menit
f. Setelah itu, bilas dengan air laut
g. Masukkan kembali telur kedalam wadah inkubasi
3.4.5.Penetasan Telur
Penetasan telur yang dilakukan di BBPBL Lampung dengan 2 cara. Pertama,
telur ditetaskan terlebih dahulu didalam wadah inkubasi, kemudian setelah menetas
33
larvanya dipindahkan kebak pemeliharaan larva. Kedua, telur langsung ditetaskan
dalam bak pemeliharaan larva.
3.5.Pemeliharaan Larva
3.5.1.Penebaran Larva
Penebaran dilakukan setelah telur menetas menjadi larva yaitu sekitar pukul
20.00 - 21.00 WIB, caranya aerasi di angkat perlahan-lahan dan di diamkan selama 5-10
menit, larva akan berkumpul di permukaan. Larva yang ada dipermukaan tersebut
diambil dengan menggunakan baskom volume 10 liter. Sebelum larva ditebar dilakukan
aklimatisasi suhu terlebih dahulu supaya larva bisa beradaptasi dengan lingkungan yang
baru. Selanjutnya larva ditebar kedalam bak pemeliharaan dengan cara dituang dengan
jumlah 250.00 - 300.000 ekor/bak atau 34 – 41 ekor/liter. Padat tebar 40 ekor/liter
memberikan tingkat keleluasaan hidup lebih baik pada masa pemeliharaan larva ikan
kerapu untuk umur 1 – 15 hari dan 10 ekor/liter untuk masa pemeliharaan larva umur
15 – 30 hari.
Tabel 3. Jumlah tebar larva pada bak pemeliharaan larva
Tanggal
Bak
Jumlah ekor/bak
Jumlah ekor/liter
05 April 2014
06 April 2014
07 April 2014
A
B
C
300.000
300.000
250.000
41
41
34
3.5.2.Perkembangan Larva
Dari hari pengamatan saat praktek, larva kerapu macan yang baru menetas
berwarna putih transparan dan bersifat planktonis yaitu yaitu melayang-layang
dipermukaan air serta masih mempu