PENGENALAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA

PENGENALAN DAN
PENGENDALIAN
FAKTOR-FAKTOR BERBAHAYA
DI LINGKUNGAN KERJA
Disampaikan oleh :
MULYONO,SKM.,M.KES

PENGERTIAN PELAKSANAAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Upaya untuk :
• menciptakan lingkungan kerja yang aman,
sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja;
• mengendalikan atau meniadakan potensi
bahaya untuk mencapai tingkat risiko yang
dapat diterima dan sesuai dengan standard
yang ditetapkan.

FAKTOR-FAKTOR BAHAYA
DI TEMPAT KERJA







FISIK (Physical Hazard)
KIMIA (Chemical Hazard)
BIOLOGIS (Biological Hazard)
ERGONOMI
PSIKOLOGIS (Psychological Hazard)

FAKTOR BAHAYA FISIK
• SUARA : - tuli
• SUHU : – heat stroke,
heat cramps, frosbite dsb
• RADIASI :
– Elektromagnetis :
mempengaruhi lensa mata
– Radioaktif : susunan

darah/syaraf; kematian
jaringan

• TEKANAN UDARA :
– Caisson’s disease

• PENERANGAN : kelainan
pada mata dan kelelahan
• GETARAN : reynond’s
disease (penyempitan
pembuluh daraH)
• KELEMBABAN UDARA
• VENTILASI : pertukaran
udara

FAKTOR BAHAYA KIMIA
• SEMUA BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN DALAM
PROSES PRODUKSI DAN ATAU PROSES KERJA,
SERTA SISA – SISA PROSES PRODUKSI DAN ATAU
PROSES KERJA

• POTENSI BAHAYA KIMIA YANG KEMUNGKINAN
TERJADI DI LINGKUNGAN KERJA AKIBAT
PENGGUNAAN BAHAN KIMIA DALAM PROSES
PRODUKSI ATAU PROSES KERJA

Landasan Hukum
 Konvensi ILO 1970
 KEPMEN NAKER No. 187/1999 Pengendalian
Bahan Berbahaya di Tempat Kerja
 KEPMEN PERHUBUNGAN No 69/1993 :
Angkutan Bahan Kimia Berbahaya di Jalan
 KEPMEN PERINDUSTRIAN No. 148/1985
Pengamanan Bahan Berbahaya di Industri
 Pemen Kesehatan No. 472/1996 Pengamanan
Bahan Berbahaya bagi Kesehatan

Produksi bahan kimia
• 400 juta ton /tahun di produksi (Global)








Agriculture Chemical
Food Additive
Farmasi- Fuel
Power Production
Consumer products
North America per tahun ---> 1200 jenis
kimia

Bahan kimia :

Kuantitatif-Penggunaan cukup besar
Setiap Proses tidak dapat dicapai
efisiensi 100 %
Tumpahan, ceceran, kebocoran
Ada pemaparan ----> Pekerja

Konsekuensi -------> Resiko
Tingkat Kesehatan Pekerja

CONTOH PELEPASAN BAHAN BERACUN DLM
JUMLAH BESAR
AKIBAT

Jenis Zat Kimia

Kematian

Luka-luka

Tempat & Tgl
Kejadian

Phosgen

10


-

Poza Rica-Mexico,1950

Gas Chlor

7

-

Wilso, RF Jerman,1952

Dioxin/TCDD

-

-

Severo, Italia, 1978


Amonia

30

25

CartagenaColumbia,1977

H2S

8

29

Chicago, US, 1978

MIC

2000


200000

Bhopal – India, 1984

SO2

-

100

Baltimore-US, 1978

SIFAT BAHAN KIMIA
• AEROSOL :
– Tetes cairan/bagian
padat
– Diameter halus
– Tersebar dalam
jangka waktu tertentu


• KABUT :
– Tetes cairan

• DEBU :
– Bagian padat

• FUMES :
– Partikel logam

• ASAP :
– Zat arang

• GAS :
– Menempati ruang tertutup
– Mudah menjalar/ menyebar

• UAP :
– Berbentuk padat/cairan
– Mudah menyebar
– Mudah bercampur dengan

udara sekelilingnya

BAHAN KIMIA BERBAHAYA I
(Hazardous Chemical)
1. OXIDAZING MATERIALS :
Zat dengan zat lain
reaksi sangat eksothermis;
Mis. : perokside
2. EXPLOSIVE MATERIALS :
Zat yg apabila terkena panas, gesekan atau bantingan dapat
menimbulkan ledakan;
Mis. : TNT, NH4NO3, Glycerine dsb
3. CORROSIVE MATERIALS :
Zat yg dapat merusak kulit
Mis. : asam sulfat, asam chloride dsb.
4. HIGHLY FLAMMABLE MATERIALS :
- Bahan yang Flash Point < 21* C
- Flammable liquid, Flash Point 21 – 55* C
Mis. : Acetone, Ethyl methyl ketone dsb


BAHAN KIMIA BERBAHAYA II
(Hazardous Chemical)
5. TOXIC MATERIALS :
Zat yg dapat menyebabkan efek serius, akut maupun
khronik, bahkan kematian apabila dihirup, ditelan, atau
terserap melalui kulit;
Mis. : phosgen, TEL dsb.
6. RADIOACTIVE MATERIALS :
Mis. : Cobalt dsb.
7. IRRITANT MATERIALS :
Mengakibatkan peradangan selaput kulit baik terjadi
segera ataupun setelah berkali-kali terjadi kontak.
8. HARMFULL MATERIALS :
Mengakibatkan efek kesehatan secara terbatas

ROUTES OF ENTRY
ROUTE OF
ENTRY
Inhalation

DEFINITION AND ADDITIONAL
NOTES
Taking in a substances through the
respiratory system

Absorption/
skin contact

Taking in a substances through the skin
or eyes

Ingestion

Taking in a substances through the
digestive system

Injection

Taking in a substances through physical
penetration of the skin (usually by a
sharp object )

AKIBAT YANG DITIMBULKAN JIKA
MASUK KEDALAM TUBUH (I)
• KERACUNAN SISTEMIK :
– Zat beredar keseluruh tubuh dan meracuni sistem kerja
organ tubuh (Benzene, Pb, Cadmium)

• GANGGUAN PERNAPASAN BAGIAN ATAS :
– Disebabkan oleh gas yang mudah larut dalam air, spt :
amoniak, belerang dioksida, formaldehida, asam asetat

• GANGGUAN PARU-PARU :
– Akibat gas yang sukar larut dalam air, spt : Chlor, Nitrogen
oksida

• ASPIKSIAN SEDERHANA :
– Sesak napas karena kekurangan O2 akibat adanya gas
inert, spt.
N2, CO2, Metan, Asetilen

AKIBAT YANG DITIMBULKAN JIKA
MASUK KEDALAM TUBUH (II)
• ASPIKSIAN KIMIA :
– Sesak napas akibat adanya gas beracun dalam
udara; spt : CO, HCN

• PEMBIUSAN :
– Hilangnya kesadaran; spt : Chloroform, Aceton,
Etanol, Toluen

• SENSITISASI :
– Kepekaan thd bagian tubuh tertentu/alergi; spt :
senyawa diisosianat, epoksi, debu binatang/
tumbuh2an

AKIBAT YANG DITIMBULKAN JIKA
MASUK KEDALAM TUBUH (III)
• KANKER :
– Akibat masuknya zat karsinogenik kedalam
tubuh; spt : poliaromatik, alfatoksin, benzene,
senyawa nitrogen organik, senyawa brom dsb

• PNEUMOCONIOSIS :
– Akibat terjebaknya partikel –pertikel sperti :
Silika, serabut asbes dalamparu-paru.

SOURCE

WORKING AREA

WORKERS

EMISSION

SPREAD

EFFECT ON
HEALTH :
- Inhalation
- ingestion
- skin

"Penerapan ilmu tehnik dan prinsip-prinsip
manajerial secara ilmiah guna melindungi
kesehatan tenaga kerja serta lingkungannya,
melalui upaya pencegahan atau mengurangi
risiko yang disebabkan oleh hazards fisik, kimia,
biologi, dan problema ergonomi".

DIFINISI HIGIENE INDUSTRI (OSHA)
The science and art devoted to the anticipation, recognition,
evaluation and control of those environmental factors or stresses
arising in or from the workplaces which may cause sickness,
impaired health and well being or significants discomfort among
workers or among the citizens or the community.

Ilmu dan seni yang terfokus pada antisipasi, rekognisi, evaluasi
dan pengendalian faktor faktor lingkungan kerja atau stres yang
timbul di atau dari tempat kerja yang dapat meyebabkan sakit,
gangguan kesehatan, dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan
pada pekerja maupun masyarakat.

TUJUAN HIGIENE INDUSTRI
1. Mencegah timbulnya penyakit akibat kerja dan
kecederaan melalui :
• Antisipasi (Anticipation),
• Mengenal (Recognition),
• Menilai (Evaluation),
• Mengendalikan (Control)
bahaya kesehatan di lingkungan kerja.
2. Menciptakan kondisi tempat/ lingkungan kerja yang
• sehat,
• aman,
• nyaman,
3. Meningkatkan derajat kesehatan pekerja
4. Meningkatkan produktivitas kerja.

PELAKSANAAN PROGRAM HIGIENE
INDUSTRI
1. MENGANTISIPASI BAHAYA
Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
memprediksi kemungkinan potensi bahaya yang ada di
tempat kerja, khususnya bahaya kesehatan kerja.
(Mengumpulkan informasi tentang bahaya)
Dalam praktek ANTISIPASI dilakukan dengan :
• Mempelajari proses operasi perusahaan/ industri
• Inventarisasi bahaya kesehatan kerja
• Melakukan walk through survey
• Memetakan bahaya kesehatan kerja
• Mempelajari struktur organisasi
• Mempelajari referensi terkait
• Mengetahui peraturan perundangan K3/HI.

2. MENGENAL BAHAYA
Merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali
suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif
dengan menggunakan suatu metode yang sistematis
sehingga di hasilkan suatu hasil yang objektif dan bisa
dipertanggungjawabkan.
Dalam bukunya J.W. Lake menjelaskan




Mengadakan pengkajian terhadap proses
produksinya, karena akan menentukan material
atau bahan mentah apa, proses apa, dan
peralatan apa yang diperlukan.
Mengadakan pengkajian tentang karakteristik
material, temperatur/ tekanan yang digunakan,
dan dampaknya terhadap kesehatan pekerja.

Dalam praktek MENGENAL BAHAYA dilakukan dengan :











Mempelajari dan memahami berbagai jenis bahaya kesehatan kerja.
Mengenal production flow lebih dalam dengan berbagai
permasalahan nya.
Memahami karakteristik bahaya kesehatan kerja.
Mengidentifikasi bahaya kesehatan kerja (fisik, kimia, biologi,
ergonomi, psikologi).
Memahami dampak bahaya kesehatan terhadap pekerja.
Mempelajari dan membangun MSDS.
Mengenal organisasi perusahaan guna mengetahui penanggung
jawab unit kerja.
Mengenal kesesuaian pemakaian alat kerja.
Memahami peraturan/ perundangan HI.
Mengadakan pengukuran sederhana bila memungkinkan.

3. MENILAI BAHAYA
Merupakan kegiatan dalam melakukan assessment atau
analisis terhadap hasil rekognisi sehigga dapat
ditentukan apakah suatu lingkungan kerja berbahaya
atau tidak terhadap kesehatan pekerja
• Penilaian melalui 2 cara :
Penilaian kualitatif dan kuantitatif.
• Potensi bahaya sangat bergantung pada
 kualitas daya racunnya,
 kondisi pada saat bahan digunakan,
 siapa yang terpapar,
 jalan masuk dalam tubuh,
 berapa lama memapari pekerja.

PENGUMPULAN DATA UNTUK PENILAIAN
Strategi pemantauan akan mencakup :








Apa yang akan diukur
Siapa yang akan diambill sebagai sampel.
Dimana sampel akan diambil.
Kapan sebaiknya sampel diambil (malam, siang, dll)
Berapa lama waktu sampel.
Berapa jumlah sampel yang memadai.
Bagaimana cara sample diambil.

Dalam praktek MENILAI BAHAYA dilakukan
Dengan :











Mengumpulkan data lingkungan kerja (kualitatif)
Mengadakan pemantauan potensi bahaya kesehatan
(kuantitatif)
Membandingkan hasil pemantauan dengan parameter (spt
NAB)
Melakukan Industrial Hygiene Risk Assessment
Memberikan data untuk melengkapi data pemeriksaan
kesehatan pekerja terpapar.
Meng Investigasi penyakit akibat kerja bila ditemukan
Melakukan Inspeksi Higiene Industri dan penggunaan APD
Melaksanakan audit Higiene industri
Membuat laporan/ rekomendasi hasil pemantauan.
Membuat sistem pencatatan/ pelaporan.

HASIL PENILAIAN DIGUNAKAN UNTUK

• Menghubungkan sebab akibat antara hazards dan penyakit akibat
kerja.
• Menghubungkan data di atas dengan hasil pemeriksaan kesehatan
periodik,
• Menghubungkan sebab akibat antara dokumen hasil pengukuran
paparan hazards dengan status kesehatan pekerja.
• Mendokumentasikan hasil pengukuran yang diperlukan guna
menilai efektifitas dari berbagai alat pengendali (baik dalam bentuk
grafik maupun diagram, dll).
• Memanfaatkan data yang diperoleh untuk perencanaan alat
pelindung diri dan usaha pencegahan yang perlu disiapkan.

4. MENGENDALIKAN BAHAYA
Merupakan serangkaian kegiatan dalam mengendalikan
hazards di tempat kerja sehingga tidak menimbulkan
gangguan kesehatan bagi pekerja.
Kegiatan pengendalian adalah untuk menekan konsentrasi
atau dosis hazards yang memapari pekerja sampai pada
tingkat yang tidak membahayakan kesehatan
• Sebelum sampai ketaraf itu usaha pencegahan perlu
dilakukan melalui tindakan awal (Action Level)
• Pengendalian dilakukan sebelum bahaya mencapai/
melebihi NAB

HIRARKI PENGENDALIAN
1. Eliminasi, mengendalikan bahaya langsung pada sumber,
mencegah paparan berbahaya menyebar kelingkungan.
2. Substitusi, mengganti raw material/ feed, additive, dan
proses yang berbahaya dengan bahan atau proses yang
,
kurang tingkat bahayanya.
3. Pengendalian Teknis, pengendalian spesifik pada awal
projek/ desain, atau dengan menggunakan teknik2 yang
sesuai.
4. Pengendalian Administratif, pengendalian paparan bahaya
dengan membuat jadwal kerja, pengaturan kerja, penyuluhan
kesehatan, prosedur kerja dan lain-lain yang bersifat
administratif.
5. Penggunaan alat pelindung diri, berari memutuskan kontak
antara bahaya dan pekerja

HIRARKI PENGENDALIAN
Dasar Pertimbangan :






Effektivitas pengendalian
Kehandalan pengendalian (reliability)
Tingkat Pengendalian (Level of protection)
Jangka waktu
Sumber bahaya

HIERARCHY OF RISK CONTROL
Long
Term

ELIMINATION

Most
Preferred

SUBSTITUTION
ENGINEERING
CONTROL
ADMINISTRATIVE
CONTROL

PPE
Short
Term

Least
Preferred

HIERARCHY OF RISK CONTROL
Consider First

Manages the Risk

•Elimination
•Substitution
•Engineering

•Administration
Manages the People
•PPE
Consider Last

HIERARCHY OF RISK CONTROL
Most
Effective

ELIMINATION
If not possible
SUBSTITUTION
If not possible
ENGINEERING
If not possible
ADMINISTRATION
If not possible

Least
Effective

PERSONAL PROTECTION

IMPLEMENTING
THE HIERARCHY OF CONTROL
Process Example
Person

Hazard
( Energy Source)

Energy Path

Control at Source





Design
Eliminate
Substitution
Redesign

Example : Noise
• Use bolts instead of rivets
• Or buy a quieter machine

Control on Path
• Separation
• Engineering
• I solation

• Acoustic hood
• Vibration isolators
• Distance

Control by Person
• Administration
• Personal
Protective
Equipment

• Job Rotation
• Earplugs
• Earmuffs

PREVENTION FRAMEWORKS
EFFECTIVENESS
Most Effective

Least Effective

PREVENTION
LEVEL

PREVENTION
TARGET

HIERARCHY OF
CONTROL

Primary

Control at Source Elimination/ Substitution/
Use Reduction
of Hazard

Primary

Controlling
Dispersion

Engineering Control/
Exposure Assessment/
Administrative Controls

Primary

Control at
the Worker

Safe Work Practices/ PPE/
Biological Monitoring for
absorption of a toxicant

Secondary

Control at
the Worker

Pre-clinical medical
exams/screening
Biological monitoring for
effects of absorbed toxicants

Secondary

Control at
the Worker

Diagnosis/ Therapy/
Rehabilitation/ Compensation

4 PRINSIP
DALAM PENGENDALIAN BAHAYA
• Semua potensi bahaya dapat dikendalikan
pada tingkat dan methode yang sama;
• Banyak alternatif methode pengendalian;
• Beberapa methode lebih baik dari yang
lainnya;
• Beberapa situasi akan membutuhkan lebih
dari satu methode untuk mendapatkan hasil
optimal;

FAKTOR BAHAYA BIOLOGIS
– VIRUS
– BAKTERI
– JAMUR
– SERANGGA
– CACING
– PARASIT
– BINATANG BUAS DLL

ERGONOMI
– SIKAP KERJA YANG TIDAK SESUAI
– PERALATAN YANG TIDAK SESUAI
– KERJA YANG SENANTIASA DUDUK/
BERDIRI
– PROSES, SIKAP DAN CARA KERJA YANG
MONOTON
– BEBAN KERJA YANG MELEBIHI
KEMAMPUAN DLL.

PSIKOLOGIS
• Kerja yang Terpaksa/ Dipaksa Tidak
Sesuai Kemampuan
• Suasana Kerja Tidak Menyenangkan
• Pikiran yang Senantiasa Tertekan
• Hubungan Kerja yang Tidak Baik
• Kerja yang Tidak Sesuai dengan
Keinginan

Milestone Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko dengan
Metode HIRADC (Hazard Identification Risk Assesement and Determinant
Control) (OSHAS 18001:2007)













Dalam rangka menciptakan suasana kerja yang aman, efisien dan produktif serta
berbudaya K3 tahun 2015, maka Subdit K3 UNAIR akan melaksanakan tahapan
berikut ini.
Metode HIRADC masuk didalam Pedoman Prosedur Inspeksi K3
Pemberian materi HIRADC pada semua personil Unit K3 (fakultas/lembaga/RS) di
lingkungan UNAIR dan dilanjutkan diskusi berdasarkan materi yang sudah ada,
output diharapkan dari masing-masing personil Unit K3 dapat mengidentifikasi
bahaya, menilai dan mengendalikan risiko dengan metode HIRADC.
Masing-masing personil Unit K3 di Lingkungan UNAIR melakukan identifikasi bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko yang ada di Unit kerjanya.
Tahap selanjutnya apabila sudah mendapatkan hasil penilaian risiko dari seluruh
tempat kerja melaporkan kepimpinan Unit kerja dan tembusannya disampaikan ke
Subdit K3.
Pimpinan Unit akan menindak lanjuti temuan tersebut dan didiskusikan bersamasama dengan Subdit K3 untuk mencari solusi/pengendalian agar tempat kerja
menjadi aman, efisien dan produktif.
Mulai dilaksanakan pada bulan K3 yaitu bulan Februari 2014.

Langkah Prosedur HIRADC
sebagai berikut :











Identifikasi aktivitas, product, jasa, human behaviour, human capabilities dan human
factor baik actual maupun potensial pada tahapan proses.
Tentukan apakah tahapan proses termasuk kondisi rutin atau tidak rutin. Jika tidak
rutin keluarkanlah JSA (Job Safety Analysis), kalo ternyata rutin maka masukan
kedalam tabel HIRADC.
Lakukan penilaian resiko.
Jika resiko tidak bernilai significant maka hanya menetapkan pengendalian
operasional saja. Tetapi kalo masuk kategori resiko significant maka lanjutkan
dengan pemilihan pengendalian resiko yang sesuai dengan tujuan dan sasaran K3.
Tetapkan pengendalian resiko.
Prioritaskan pengendalian resiko dalam sebuah program manajemen K3
Evaluasi hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko tersebut dan
program manajemen K3 yang tepat.
Review peluang peningkatan berkesinambungan dari hasil identifikasi bahaya,
penilaian dan pengendalian resiko serta program manajemen K3 yang akan, selama
atau telah dilaksanakan.

Matrix HIRADC
Kriteria
(Criteria)
Sangat berbahaya
Very dangerous

Berbahaya
Dangerous

Sedikit berbahaya
Not too dangerous

S3

Potensi Kerugian/Potential Loss
Cidera/sakit penyakit
(injury/ill health)
Cacat permanent/kematian 1 orang atau lebih atau
menyebabkan penyakit akut
Permanent disability or causing death (one od more person)
or causing acout disease

S2

Perlu perawatan medis lebih lanjut atau menyebabkan
penyakit kronis dan atau hari kerja hilang akibat cidera
tanpa cacat
Need more medical treatment or causing chronic disease and
or work day lost cause by injury without disability

S1

Cidera ringan atau sakit penyakit hanya perlu P3K, tidak
menyebabkan hari kerja hilang
Slightly injury or illhealth, only need first aid, not causing
day lost

Kriteria Keparahan/ Konsekuensi (S)
Severity/Consequences Criteria (S)
Kriteria S = Kriteria terbesar dari S1, S2, S3
S Criteria = highest criteria from S1, S2, S3

Tabel Matrix HIRADC
KEPARAHAN / KONSEKUENSI
SEVERITY/ CONSEQUENCES

KEMUNGKI
NAN
LIKELIHOOD

Rendah/Low

Sedang/Medium

Tinggi/High

S1

S2

S3

Tinggi
High

L3

3

6

9

Sedang
Medium

L2

2

4

6

Rendah
Low

L1

1

2

3