J01013

PENGARUH PENGINJILAN GEREJA KEMAH INJIL INDONESIA (GKII)
TERHADAP SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT DAYAK MUALANG
PROPINSI KALIMANTAN BARAT
Filologos Zakaria
Sunardi
Tri Widiarto
Pendidikan Sejarah-FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Masyarakat Dayak Mualang Dusun Mertawai Desa Sungai Tapah hidup dalam budaya yang
dipengaruhi oleh suatu kepercayaan animisme. Hal tersebut mempengaruhi pola pikir
masyarakatnya dan hubungan interaksi sosial antar masyarakat. Penelitian ini untuk
mendiskripsikan pengaruh masuknya agama Kristen yang dilakukan oleh Gereja Kemah Injil
Indonesia (GKII) terhadap masyarakat Dayak Mualang di Dusun Mertawai, Desa Sungai Tapah,
Kecamatan Belitang Hulu, Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat yang dikaji melalui hubungan
sosial dan budaya pada masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif hasil penelitian masuknya penginjilan Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) jemaat Gilgal di
Desa Sungai Tapah Dusun Mertawai banyak mengubah masyarakat setempat khususnya dalam
kehidupan sosial dan budaya masyarakat, terutama karena banyak hilangnya adat istiadat dan
hukum adat setempat. Masuknya Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Jemaat Gilgal di desa Sungai
Tapah Dusun Mertawai telah membawa perubahan secara kongkrit dalam hal pola pikir, kebiasaan,
dan pendidikan pada masyarakat Dayak Mualang.

Kata Kunci: Pengaruh, Penginjilan, Sosial dan budaya masyarakat Dayak Mualang.

PENDAHULUAN
Berdirinya Gereja Kemah Injil
Indonesia (GKII) di Dusun Mertawai, Desa
Sungai Tapah, Kecamatan Belitang Hulu,
Kabupaten Sekadau, Propinsi Kalimantan
Barat tidak terlepas dari peran organisasi
KINGMI.
penginjilan
yang
bernama
Berdirinya GKII di Dusun itu merupakan
Visi dari The Christian and Missionary
Alliance (C&MA) yang isinya mengkabarkan
ajaran Yesus sampai ke pelosok bumi
(misionaris).

tengah-tengah kepulauan Hindia Belanda.
Dari tempat itu Jaffray memperluas

pelayanannya mulai dari Sumatera hingga
Irian Jaya. Ada tiga hal yang sangat
diutamakan Jaffray dalam menunjang
pelayanannya itu, yakni penerbitan buku,
pendidikan, dan membangun gereja pusat
(Rodger Lewis, 1995: 26).
Awal pelayanan GKII di Kalimantan
Barat secara resmi dimulai sejak bulan April
1933. Tetapi, sebenarnya GKII sudah
membuka pelayanannya di daerah Sungai
Kapuas sejak tahun 1932. Jaffray
menunjuk keluarga J.A. Mouw untuk
membuka pelayanan GKII di kota Sintang
dikarenakan kondisi Jaffray yang sakit pada
waktu itu (Rodger Lewis, 1995: 192).

Pada tanggal 10 Februari 1928,
R.A. Jaffray menginjakkan kakinya di pulau
Borneo atau Kalimantan. Kemudian pada
September 1930, R.A. Jaffray pindah ke

Makassar untuk mendirikan kantor pusat
C&MA di kota itu. Makassar dipilih karena
secara geografis kota pelabuhan itu sangat
strategis, karena kota itu terletak di

Pendeta Mouw bersama siswasiswi praktek Sekolah Alkitab Makassar
28

Widya Sari
Vol. 17, No. 1, Januari 2015: 28-36

(SAM) mulai mengenalkan Injil kepada
masyarakat Dayak Mualang di daerah
Belitang. Pada waktu itu masyarakat
Belitang masih percaya terhadap takhayul
dan penyembahan roh nenek moyang.
Secara bertahap praktek penyembahan roh
nenek moyang mulai luntur semenjak
mereka mengenal Injil. Dengan bertambahnya pengikut Kristus di daerah itu
kemudian

dibangun
Sekolah
Alkitab
Immanuel (SAI) di Balai Sepuak pada bulan
Januari 1950. Dalam hal ini penulis tertarik
untuk meneliti pengaruh dari masuknya
penginjilan di daerah Belitang Hulu
khususnya di Dusun Mertawai, Desa Sungai
Tapah. Penulis tertarik untuk meneliti
apakah dari masuknya penginjilan tersebut
mempengaruhi keadaan sosial dan budaya
pada masyarakat Dayak Mualang di Dusun
Mertawai, Desa Sungai Tapah.

dapat menerima DIA sebagai Tuhan dan
Juruselamat
pribadi”.
Penjelasan
ini
memang benar, tetapi kalau disimak ulang

maka akan terlihat bahwa pengertian
penginjilan yang diberikan di sini bersifat
sempit dan tidak lengkap, terutama dalam
menjelaskan konsep Alkitab yang utuh
tentang penginjilan (Y.Y. Tomatala, 1997:
1).
Adat adalah kata Arab, yang juga
diambil-alih oleh bangsa-bangsa yang bukan Islam di Asia Tenggara sebagai kata
pinjaman, sebagian juga dengan sedikit
perubahan. Asal katanya ialah kata kerja
ada, berbalik-kembali, datang-kembali.
Jadi, adat adalah pertama-tama yang
berulang-ulang atau teratur datang-kembali, artinya: yang lazim, dengan demikian:
kebiasaan. Sinonim lain, yang lebih tua,
dalam sejarah kebudayaan Indonesia ialah
biasa, yang berasal dari kata Sansekerta
abhaysa. Maknanya telah sangat meluas
sejak zaman Hindu (Lothar Schreiner,
2003: 18).


Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan di teliti
sebagai berikut: Bagaimana pengaruh
Penginjilan Gereja Kemah injil Indonesia
yang berawal dari visi misionaris Albert
Benjamin Simpson terhadap perubahan
kehidupan sosial dan budaya dalam
masyarakat Dayak Mualang di Dusun
Mertawai, Desa Sungai Tapah, Kecamatan
Belitang Hulu.

Kata kebudayaan berasal dari kata
Sanskerta buddhayah, ialah bentuk jamak
dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang
bersangkutan dengan budi dan akal
(Koentjaraningrat, 1974: 19).
Hukum Adat adalah aturan manusia dalam hidup bermasyarakat. Sejak
manusia itu diturunkan Tuhan ke muka
bumi, maka ia memulai hidupnya berkeluarga, kemudian bermasyarakat, dan bernegera. Sejak manusia berkeluarga mereka

telah mengatur dirinya dan anggota
keluarganya menurut kebiasaan mereka
(Hilman Hadikusuma, 2003: 1).

Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh Penginjilan
Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII)
terhadap aspek sosial dan budaya masyarakat Dayak Mualang di Dusun Mertawai, Desa Sungai Tapah dari segi religi,
pola pikir, kebiasaan, adat-istiadat, hukum
adat, kebudayaan lokal dan pendidikan.

Agama dan kebudayaan merupakan dua aspek dalam kehidupan manusia
yang saling berhubungan satu dengan
lainnya hingga sulit memisahkan serta
membedakan peranannya dalam kehidupan

KAJIAN PUSTAKA
Penginjilan sering diartikan sebagai
“Usaha untuk memberitakan kabar baik
kepada orang-orang yang belum mengenal

Yesus Kristus dengan tujuan agar mereka
29

Pengaruh Penginjilan GKII Terhadap Sosial dan Budaya Masyarakat
(Filologos Zakaria, Sunardi, Tri Widiarto)

manusia. Meskipun demikian keduanya
mempunyai peranan yang saling mengisi.
Agama atau religion artinya sistem kepercayaan yang berhubungan dengan penyembahan kepada The Supernatural
Being. Penyembahan kepada The Supernatural Being bermaksud agar manusia
terlindung dari malapetaka, bahaya, atau
penyakit yang dapat membawanya kepada
kematian yaitu keadaan yang tidak
diinginkan manusia (Semuel Agustinus
Patty, 2000: 4).

dengan alur cerita yang berbeda-beda.
Masyarakat Dayak Mualang yang tinggal di
dusun Mertawai, Desa Sungai Tapah masih
mengetahui tentang asal-usul leluhur

mereka lewat cerita. Suku Dayak Mualang
berasal dari dua tempat yaitu Temawang
Tampun Juah dan Tanah Tabuk. Tampun
Juah adalah tempat pertama dimana
Masyarakat Dayak Mualang hidup bersama
dengan suku Buah Kana dan etnis lain
sebelum suku-suku itu terpencar ke seluruh
Kalimantan Barat.

METODE PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang
dirumuskan penelitian ini bersifat kualitatif,
artinya penelitian yang menghasilkan data
deskriptif analisis yang berupa kata-kata
tertulis terhadap apa yang diamati, atau
dengan kata lain data yang dianalisis dan
hasil analisisnya berbentuk deskriptif.
Penelitian kualitatif lebih mengutamakan
kualitas data, oleh karena itu teknik
pengumpulan datanya banyak menggunakan wawancara yang berkesinambungan

dan observasi langsung. Peneliti bermaksud menggambarkan atau menguraikan
tentang
pengaruh
dari
masuknya
Penginjilan Gereja Kemah Injil Indonesia
(GKII) terhadap sosial budaya masyarakat
Dayak Mualang di Dusun Mertawai, Desa
Sungai Tapah, Kecamatan Belitang Hulu,
Kabupaten Sekadau, Propinsi Kalimantan
Barat.

Waktu di Temawang Tampun Juah
mereka berbahasa satu, hidup rukun,
makmur dan sejahtera. Negeri Tampun
Juah merdeka atau tidak dikuasai oleh raja.
Masyarakat
tinggal
dirumah
betang

panjang atau rumah panjang rumah
tradisional
masyarakat
Dayak
pada
umumnya. Setiap rumah betang panjang
terdiri dari tiga puluh pintu dan dipimpin
oleh seorang kepala kampung yang dibantu
oleh ketua adat. Apabila terjadi masalah
dalam kampung, maka kepala kampung
beserta
ketua
adat
mengadakan
musyawarah untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Pada suatu hari masyarakat
Tampun Juah diganggu oleh katak. Semua
tempat dipenuhi oleh katak, lalu para
dukun mengusir katak-katak itu. Kemudian
di sekitar Tampun Juah tumbuh cendawan,
warga beramai-ramai memungut serta
memakan cendawan itu. Setelah mereka
beramai-ramai menyantap cendawan itu
mereka menjadi mabuk. Kemudian mereka
diobati dengan obat tradisional. Walaupun
sembuh
namun
suaranya
berubah.
Tekanan suara dan ejaannya juga berubah.
Dengan demikian, maka lahirlah suku yang
berbeda-beda
bahasa
dan
tekanan
suaranya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Asal-Usul Dayak Mualang
Suku-suku Dayak memiliki cerita
tentang asal-usul leluhur mereka termasuk
bagaimana tata cara kehidupan, kepercayaan, adat-istiadat, dan kehidupan sosial
mereka. Hal tersebut selalu menjadi cerita
turun-temurun. Banyak cerita tentang asalusul suku Dayak. Cerita tentang asal-usul
suku Dayak tidak hanya dimiliki oleh suku
Dayak Mualang saja, tetapi hampir dimiliki
oleh semua suku Dayak di Kalimantan

Setelah terjadi peristiwa itu, masyarakat Tampun Juah tetap bertahan di
Tampun Juah sampai peristiwa baru yang
menimpa mereka yaitu semua tempat
30

Widya Sari
Vol. 17, No. 1, Januari 2015: 28-36

terus-menerus. Dari penggabungan Mualang Tampun Juah dan Mualang Tanah
Tabuk menyebarlah suku Mualang diempat
Kecamatan sekarang ini: Belitang Hilir,
Belitang Tengah, Belitang Hulu, dan
Kecamatan Sepuak, Kabupaten Sintang.

penuh dengan kotoran manusia. Semua
tempat penuh dengan kotoran dan tidak
ada tempat yang bersih. Kejadian ini
menimbulkan gejolak dari dalam penduduk
Tampun Juah. Kemudian, kepala-kepala
kampung dan ketua adat mengadakan
musyawarah. Mereka bersepakat untuk
meninggalkan Tampun Juah. Mereka
berjanji suatu saat nanti mereka akan
bertemu kembali dan mendirikan negeri
seperti Tampun Juah. Kemudian mereka
meninggalkan
Tampun
Juah
secara
bertahap, tetapi ada juga yang tetap
bertahan ditempat itu. Bagi kelompok yang
lebih dahulu berangkat diminta untuk
membuat tanda pada jalan yang telah
dilaluli dengan sebatang kayu kecil yang
ditancapkan pada tebing sungai. Tanda
tersebut berfungsi sebagai penunjuk arah
ke mana rombongan yang menyusul harus
pergi menuju ke arah rombongan pertama.

Kepercayaan
Masyarakat
Dayak
Mualang Sebelum Mengenal Injil
Sebelum mengenal Injil masyrakat
Dayak Mualang dalam kehidupannya
sehari-hari sangat kental dengan hal-hal
yang berbau magis dan percaya dengan
tahayul karena memang sebelum mengenal
Injil masyarakat Dayak Mualang menganut
kepercayaan
animisme
dan
dalam
melakukan segala kegiatannya selalu
melihat petunjuk dari alam terlebih dahulu.
Kepercayaan Tentang Sang Pencipta
Pandangan
masyarakat
Dayak
Mualang tentang sang pencipta tidak jelas.
Masyarakat Dayak Mualang percaya
adanya makhluk ilahi yang berbeda
dikayangan yaitu Petara Seniba (Petara
Guru) yang menghakimi alam semesta
yaitu Puyang Gana.

Ketika rombongan berikutnya bermaksud menyusul rombongan pertama
yang lebih dulu berangkat, mereka keliru
membaca tanda yang dibuat oleh rombongan pertama, mereka yang seharusnya
berjalan ke hulu, karena hari sudah gelap
dan pada malam hari sebelumnya terjadi
hujan deras, menyebabkan air sungai
meluap sehingga tanda yang dibuat
rombongan
pertama
berubah
arah.
Rombongan kedua mengikuti petunjuk itu,
dari sungai Bayan, mereka tiba disungai
Saih, selanjutnya mereka menyusuri sungai
Ketungau dan singgah di muara sungai
kecil sebelah kanan hilir sungai Ketungau.
Mereka menyusuri sungai itu sampai
malam. Di tempat itu akhirnya mereka
membuat pondok. Setelah beberapa hari
mereka tinggal disitu, salah seorang yang
bernama Mualang meninggalkan tempat
itu, lalu sungai itu disebut sungai Mualang
dan rombongan itu menamai dirinya orang
Mualang. Setelah habis masa pantangan
mati, rombongan Mualang berangkat dari
tempat itu, dan melakukan mudik secara

Kepercayaan Akan Kekuatan Gaib dan
Magis
Masyarakat Dayak Mualang sangat
percaya dengan adanya tempat-tempat
yang dianggap kramat dan angker, seperti
kuburan. Hampir semua kuburan dalam
masyarakat Dayak Mualang jauh dari
perkampungan. Karena menurut masyarakat Dayak Mualang kuburan itu tempat
kediaman hantu. Istilah yang dipakai
masyarakat Dayak Mualang untuk orang
meninggal akan diantarkan kepemakaman
yaitu “Nurun Antu” atau mengantar mayat
ke pemakaman orang mati berarti menjadi
hantu.
Upacara Adat Masyarakat Dayak
Mualang
Upacara adat dalam masyarakat
Dayak Mualang tidak bisa dilepaskan dalam
31

Pengaruh Penginjilan GKII Terhadap Sosial dan Budaya Masyarakat
(Filologos Zakaria, Sunardi, Tri Widiarto)

Desa Sungai Tapah. Gereja Kemah Injil
Indonesia Jemaat Gilgal merupakan anak
cabang dari Gereja Maranatha salah satu
gereja yang pertama didirikan di kampung
Dandi, Kecamatan Belitang Hulu pada
tahun 1936, yang nantinya menjadi Gereja
Kemah Injil Indonesia Jemaat Maranatha
pada tahun 1949 sesuai dengan hasil
konferensi di Kalimantan Barat yang
memutuskan membentuk organisasi Gereja
Kemah Injil Indonesia Kalimantan Barat
(KINGMI KALBAR).

sistem religi dan kepercayaan. Upacara
adat yang dilakukan oleh masyarakat
Dayak Mualang adalah sebagai wujud rasa
syukur dan hormat kepada sang illahi,
dalam hal ini adalah Petara Guru dan
Puyang Gana. Tujuan dari upacara adat
yang dilakukan oleh masyarakat Dayak
Mualang agar terhindar dari bencana,
malapetaka, dan kesialan. Istilah dalam
masyarakat
Dayak
Mualang
adalah
terhindar dari mali, selain itu tujuan dari
diadakannya upacara adat agar dalam
melakukan kegitannya masyarakat Dayak
Mualang memperoleh hasil yang baik.
Biasanya upacara ada dilakukan pada saat
membuat ladang, membangun rumah, dan
penguburan.

Tujuan
dilakukan
pemekaran
Gereja dan didirikannya Gereja Kemah Injil
Indonesia Jemaat Gilgal di Desa Sungai
Tapah, untuk memudahkan jemaat yang
awalnya beribadah di Gereja Kemah Injil
Indonesia Jemaat Maranatha agar tidak
terlalu jauh menempuh perjalanan pada
saat akan ibadah. Masuknya Gereja Kemah
Injil Indonesia Jemaat Gilgal di Desa
Sungai Tapah nantinya akan membawa
pengaruh dalam perubahan Sosial dan
Budaya masyarakat Dayak Mualang di
beberapa dusun yang ada di Desa Sungai
Tapah, yang paling mencolok adalah di
Dusun Mertawai. Masuknya Penginjilan
juga
dianggap
membawa
pengaruh
modernisasi di tengah-tengah masyarakat
Dayak Mualang mulai dari perubahan pola
pikir, kebiasaan, religi, kebudayaan, adatistiadat, interaksi sosial, pendidikan, dan
pengetahuan. Karena memang tidak bisa
dipungkiri, dampak masuknya Penginjilan
terhadap masyarakat Dayak Mualang
membuat mereka lebih terhubung dengan
dengan dunia luar, wawasan bertambah
luas, hilangnya pemikiran-pemikiran yang
dianggap
kuno,
kemajuan
dalam
pendidikan, dan interaksi sosial antar
masyarakat yang lebih luas.

Hukum Adat Masyarakat Dayak
Mualang
Hukum adat didalam masyarakat
Dayak Mualang dibuat agar masyarakat
Dayak Mualang tetap menjaga normanorma yang berlaku dalam hidup bermasyarakat dan tetap menjaga kedisiplinan, hukum adat didalam masyarakat Dayak
Mualang juga dibuat sebagai kontrol sosial
dalam kehidupan bermasyarakat. Ada
beberapa contoh dalam hukum adat
masyarakat Dayak Mualang seperti halnya
menikah dengan orang masih kerabat atau
masih memiliki hubungan sedarah. Butang
Berangkat (mengambil istri atau suami
orang lain) maka pihak yang bersangkutan
dari pihak
laki-laki maupun
pihak
perempuan harus sama-sama membayar
adat berupa daun sebanyak tiga puluh,
tempayan sebanyak tiga puluh, dan babi
yang berukuran tiga renti. Rincian daun
(mangkok Rp.5000 perbiji) dan tempayan
Rp.50.000 perbiji.
Masuknya Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) di Dusun Mertawai, Desa
Sungai Tapah
Pada tahun 1950 dibuka Gereja
Kemah Injil Indonesia Jemaat Gilgal di

Pengaruh Masuknya Gereja Terhadap
Kebudayaan Lokal
Masuknya Gereja Kemah Injil
Indonesia membawa pengaruh terhadap
32

Widya Sari
Vol. 17, No. 1, Januari 2015: 28-36

Belitang Hilir masih melestarikan beberapa
budaya lokal yang ada. Karena dari gerejagereja Katolik masih sangat memiliki
toleransi terhadap kebudayaan dan adatistiadat lokal.

kebudayaan lokal masyarakat Dayak
Mualang termasuk di Dusun Mertawai,
Desa Sungai Tapah sampai saat ini. Pada
tahun 1960 sudah banyak masyarakat
Dayak Mualang di Dusun Mertawai yang
masuk Kristen Protestan dan Katolik, meski
masih ada beberapa keluarga yang tetap
menganut kepercayaan animisme sampai
akhir 1960. Yustina Patih mengatakan,
pada tahun 1960-an beliau masih sempat
melihat patung-patung Pentik (patung yang
digunakan sebagai tolak bala dari
gangguan roh-roh jahat dan sebagai media
untuk berkomunikasi dengan roh nenek
moyang). Meskipun banyak patung-patung
Pentik yang sudah tidak digunakan lagi.
Menurut beliau di dekat kampung Mertawai
ada satu tempat yang bernama bukit
Pentik dan disitulah masyarakat kampung
meletakkan Pentik-pentik mereka pada
waktu masih menganut kepercayaan
animisme.

Pengaruh Masuknya Gereja Terhadap
Pendidikan
Pada awal berdirinya Gereja
Kemah Injil Indonesia Jemaat Gilgal
memang sekaligus didirikan Sekolah Rakyat
(SR) yang dikelola oleh misi dengan tenaga
pengajar dari pendeta-pendeta pengerja di
gereja tersebut. Sekolah mulai berdiri
hampir bersamaan dengan Gereja, sekitar
tahun 1950. Diawali dari Pdt. Wali yang
menjadi gembala sekaligus guru di sekolah
tersebut, kemudian dilanjutkan oleh Bapak
Robin dari Kampung Balau dan Bapak
Dimus dari Desa Dampak pada tahun
1953-1954, sekolah pada waktu itu hanya
kelas 1 sampai kelas 3. Kemudian pada
tahun
1970
sekolah
diambil
oleh
pemerintah dan sejak itu kelas sudah
dibuka sampai kelas 6. Dan dari sekolah
itulah yang nantinya menjadi SD Negeri 3
Sungai Tapah yang masih aktif sampai
sekarang.

Pada tahun 1970-an mayoritas
masyarakat Dayak Mualang di Dusun
Mertawai sudah masuk Kristen Protestan.
Menurut Yustina Patih, ada beberapa faktor
yang menyebabkan masyarakat Dayak
Mualang di Dusun Mertawai pada akhirnya
menganut agama Kristen Protestan. Karena
banyak kepala kampung atau tokoh-tokoh
adat yang pada akhirnya masuk Kristen
Protestan secara otomatis menyebabkan
masyarakat kampung juga ikut masuk
Kristen Protestan. Dari situlah gereja mulai
menanamkan dogmanya kepada masyarakat untuk meninggalkan hal-hal yang
berkaitan dengan penyembahan berhala
dan larangan didalam alkitab, karena
memang hampir sebagian besar budaya
dan adat-istiadat masyarakat Dayak
Mualang berkaitan dengan penyembahan
berhala dan pemujaan roh nenek moyang.
Lain halnya dengan daerah yang masyarakatnya mayoritas beragama Katolik,
contohnya di daerah Belitang Hilir. Di mana
masyarakat Dayak Mualang di daerah

Pada tahun 1970-1995 di Dusun
Mertawai juga di buka lapangan terbang
pesawat Mission Aviation Fellowship MAF
yang ada untuk memudahkan misi
pelayanan. Karena jalur transportasi darat
pada waktu itu belum memadai. Hal itu
semakin membuat masyarakat Dayak
Mualang di Desa Sungai Tapah termasuk di
Dusun Mertawai dan sekitarnya lebih
terhubung dengan dunia luar dan ada
subsidi biaya untuk masyarakat jika ada
yang sakit dan biasanya dibawa berobat ke
rumah sakit di Serukam. Selain itu
masuknya pesawat
Mission Aviation
Fellowship (MAF), setiap satu bulan sekali
ada team Extensi semacan Universitas
Terbuka bagi siapa saja yang mau

33

Pengaruh Penginjilan GKII Terhadap Sosial dan Budaya Masyarakat
(Filologos Zakaria, Sunardi, Tri Widiarto)

berkumpul dirumah duka dan ikut
mengantarkan
jenazah
kepemakaman
dengan berjalan kaki. Karena letak
pemakaman masyarakat Dayak Mualang,
kebanyakan jauh dari perkampungan dan
letaknya agak masuk ke dalam hutan.

melayani mereka akan diajari tentang
pemahaman Alkitab.
Kearifan Lokal
Di dalam kehidupan masyarakat
Dayak Mualang di Dusun Mertawai.
Kearifan Lokal masyarakatnya masih tetap
terjaga sampai sekarang. Salah satu
bentuk Kearifan Lokal masyarakat Dayak
Mualang di Dusun Mertawai adalah gotong
royong.
Gotong
royong
di
dalam
masyarakat Dayak Mualang, merupakan
suatu hal yang sudah ada dari jaman
nenek moyang mereka seperti di dalam
cerita Tampun Juah (tempat asal usul
Dayak Mualang). Hampir di dalam seluruh
kegiatan masyarakat Dayak Mualang di
Dusun Mertawai di lakukan dengan cara
gotong royong, salah satunya adalah
berladang. Pada saat nugal atau mulai
menabur benih dilakukan secara bersamasama dan bergantian. Misalnya jika salah
satu lahan milik seseorang sudah selesai
dikerjakan bersama-sama oleh tetangganya. Maka orang tersebut wajib juga
membantu menabur benih di lahan milik
tetangganya tersebut. Biasanya, yang
ditanam masyarakat dalam berladang
adalah padi. Berladang masih aktif dilakukan oleh masyarakat Dayak Mualang di
Dusun Mertawai sampai sekarang ini setiap
satu tahun sekali. Meskipun sekarang tidak
susah lagi untuk memenuhi kebutuhan
beras, karena sudah banyak beras dalam
kemasan yang dijual di toko-toko. Tetapi
berladang merupakan suatu hal yang
mendarah daging di dalam masyarakat
Dayak Mualang dan sudah menjadi tradisi
secara
turun-temurun.
Menariknya,
meskipun masyarakat sudah memiliki padi
sendiri dari hasil ladangnya, terkadang
masyarakat masih juga membeli beras di
toko. Selain itu sikap gotong royong dan
solidaritas masyarakat Dayak Mualang di
Dusun Mertawai terlihat pada saat ada
masyarakat kampung yang meninggal.
Hampir seluruh masyarakat kampung

Dalam membangun rumah ibadah
atau gereja, masyarakat Dayak Mualang di
Dusun Mertawai melakukannya dengan
gotong-royong. Setiap hari Sabtu pagi,
para ibu-ibu dan bapak-bapak berkumpul
di gereja untuk bersiap-siap kerja bakti.
Para
ibu-ibu
biasanya
menyiapkan
makanan dan minuman untuk bapak-bapak
yang sedang bekerja membangun gereja.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan
kayu dalam membangun gereja para
bapak-bapak mengambil kayu yang ada di
dalam hutan adat dengan berjalan kaki,
yang dapat memakan waktu perjalanan
sampai 2 jam.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, analisa dan interprestasi data yang penulis
paparkan dalam tulisannya yang berjudul
“Pengaruh Penginjilan Gereja Kemah Injil
Indonesia (GKII) Terhadap Sosial Dan
Budaya Masyarakat Dayak Mualang Propinsi Kalimantan Barat” dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Masuknya penginjilan Gereja Kemah
Injil Indonesia (GKII) jemaat Gilgal di
Desa Sungai Tapah Dusun Mertawai
banyak merubah masyrakat setempat
khususnya dalam kehidupan sosial dan
budaya masyarakat, terutama banyak
hilangnya adat istiadat dan hukum adat
setempat.
2. Masuknya Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Jemaat Gilgal di desa Sungai
Tapah Dusun Mertawai telah membawa perubahan secara kongkrit dalam
hal pola pikir, kebiasaan, dan
pendidikan pada masyarakat Dayak

34

Widya Sari
Vol. 17, No. 1, Januari 2015: 28-36

dengan penulisan atau pencatatan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
adat istiadat kebudayaan setempat. Hal ini
bertujuan agar kebuadayaan setempat
tidak hilang atau dilupakan oleh masyarakat dan mampu menjadi warisan
pengetahuan tentang budaya lokal pada
generasi mendatang.

Mualang desa Sungai Tapah dusun
Mertawai, Kalimantan Barat.
3. Masuknya Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) jemaat Gilgal juga turut
berperan dalam modernisasi masyarakat Dayak Mualang dalam bidang
pendidikan. Hal ini menjadi perhatian
khusus untuk masyarakat Dayak
Mualang ini terbukti dengan berdirinya
Sekolah Rakyat di Dusun Mertawai
yang sekarang ini menjadi SD Negeri 3
Sungai Tapah.
4. Dengan masuknya Gereja Kemah Injil
Indonesia (GKII) jemaat Gilgal di desa
Sungai Tapah Dusun Mertawai mampu
membuka pikiran masyarakat tentang
perlunya interaksi sosial terhadap masyarakat luar kampung, agar tercipta
suatu pola pikir modern yang belum
terdapat sebelumnya.
5. Masuknya penginjilan Gereja Kemah
Injil Indonesia (GKII) jemaat Gilgal di
Desa Sungai Tapah, Dusun Mertawai
tidak merubah kearifan lokal masyarakat Dayak Mualang seperti halnya
tradisi gotong royong yang sampai
sekarang masih kental.

DAFTAR PUSTAKA
Arsip Desa Sungai Tapah. 2014. Kabupaten
Sekadau.
Arsip

Peraturan Hukum Adat Dayak
Mualang Kecamatan Belitang Hulu.
2012. Kabupaten Sekadau.

Ayatrohaedi, 1986, Kepribadian Budaya
Bangsa (Local Genius), Pustaka
Jaya, Jakarta.
Coomans, Mikhail. 1987. Manusia Daya

Dahulu Sekarang Masa Depan.
Jakarta: PT.Gramedia.
Hilman Hadikusuma. 2003. Pengantar Ilmu
Hukum Adat Indonesia. Bandung:
Mandar Maju.
J. Prins. 1973. Pengaruh Kristen Terhadap
Hukum Adat. Jakarta: Bhratara.

Saran

Koentjaraningrat.

Dengan Penelitian ini penulis ingin
mengingatkan bahwa seharusnya gereja
tidak terlalu mengambil sikap antipati
terhadap kebudayaan dan kearifan lokal
termasuk adat istiadat setempat yang
dapat mengakibatkan masyarakat kehilangan jati diri kebudayaannya.

Mentaitet

1974.

dan

Kebudayaan
Pembangunan.

Jakarta: PT.Gramedia.
Lothar Schreiner. 2003. Injil dan Adat.
Jakarta: Gunung Mulia.
Moleong, Lexy J. 1994. Metodologi
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Peneliti melihat bahwa pengaruh
gereja dalam penginjilannya terhadap masyarakat setempat telah memberi pengaruh
besar yang menyebabkan masyarakat Dayak Mualang mengalami pergeseran budaya yang mengakibatkan lunturnya rasa
memiliki dan menjaga budaya itu sendiri.

Rodger Lewis. 1995. Karya Kristus di

Indonesia Sejarah Gereja Kemah
Injil
Indonesia
sejak
1930.
Bandung: Kalam Hidup.
Semuel Agustinus Patty. 2000. Kebatinan

Jawa,
Apakah
Agama
atau
Kebudayaan
dalam
Reformasi
Kehidupan Beragama di Indonesia.

Hal diatas tentu mengundang simpati dari kalangan pemuka adat setempat
untuk mempertahankan kebudayaan lokal
35

Pengaruh Penginjilan GKII Terhadap Sosial dan Budaya Masyarakat
(Filologos Zakaria, Sunardi, Tri Widiarto)

Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana.
Suh

Sung

Min.

Injil dan
Nenek Moyang.

2001.

Penyembahan

Yogyakarta: Media Pressindo.
Surojo Wignjodipuro. 1983. Pengantar dan
Asas-asas Hukum Adat. Jakarta:
PT. GUNUNG AGUNG.
Suyatno Kartodirjo, dkk. 2006, Pedoman
Tata Tulis Ilmiah. Salatiga: Widya
Sari Press.
Stepanus Djuweng, dkk. 2010. Manusia

Dayak
Orang
Terperangkap

Kecil
Yang
Modernisasi.

Pontianak: Institut Dayakologi.
Tri Widiarto. 2007. Pengantar Antrpologi
Budaya. Widya Sari Salatiga: Widya
Sari Press Salatiga.
Tri Widiarto. 2009. Psikologi Lintas Budaya
Indonesia.Salatiga. Widya Sari
Press Salatiga .
Yakob Tomatala. 1998. Penginjilan Masa
Kini Jilid 2. Malang: Gandum Mas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya.
Diunduh pada Senin, 3 Maret 2014
pukul15.40 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosi
al_budaya. Di kutip pada Senin, 3
Maret 2014 pukul 16.30 WIB.

36

Dokumen yang terkait

J01013

0 0 9