PER 17 PJ 2012 Tata Cara Pengurangan Penghapusan Sanksi PBB

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER-17/PJ/2012
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER-56/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN
PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN
SANKSI ADMINISTRASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, DAN
PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK
TERUTANG, SURAT KETETAPAN PAJAK
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, DAN SURAT TAGIHAN PAJAK
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, YANG TIDAK BENAR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Menimbang : a.

b.

Mengingat : 1.


2.

3.

4.

bahwa untuk lebih meningkatkan kepastian hukum serta meningkatkan
efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas, perlu mengatur ketentuan
terkait pelaksanaan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Pajak
Bumi dan Bangunan, dan pengurangan atau pembatalan Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, dan Surat
Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, yang tidak benar, yang dilakukan
secara jabatan;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-56/PJ/2009 tentang Tata Cara
Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan, dan Pengurangan atau Pembatalan
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan
Bangunan, dan Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, yang Tidak

Benar;
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1994Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3569);
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak
dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 162, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5268);
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/2009 tentang Tata Cara
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan
dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Pengurangan atau

Pembatalan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak

Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

5.

Bumi dan Bangunan, Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, Surat
Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, atau Surat Tagihan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, yang Tidak Benar;
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-56/PJ/2009 tentang Tata Cara
Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan, dan Pengurangan atau Pembatalan
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan
Bangunan, dan Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, yang Tidak
Benar sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-17/PJ/2010;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER-56/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN

PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN
SANKSI ADMINISTRASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, DAN
PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK
TERUTANG, SURAT KETETAPAN PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN,
DAN SURAT TAGIHAN PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, YANG
TIDAK BENAR.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-56/PJ/2009
tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan, dan Pengurangan atau
Pembatalan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi
dan Bangunan, dan Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan, yang Tidak Benar
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER17/PJ/2010, diubah sebagai berikut:
1. Di antara Pasal 8 dan Pasal 9 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 8A dan Pasal 8B
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8A
(1) Dalam hal tidak ada permohonan dari Wajib Pajak atau kuasanya dan diketahui
terdapat:
a. sanksi administrasi yang tercantum dalam SKP PBB atau STP PBB dikenakan
karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahan Wajib Pajak,

Kepala KPP Pratama dapat menyampaikan usulan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi PBB secara jabatan;
b. ketetapan yang tidak benar, yang tercantum dalam SPPT, SKP PBB, atau STP
PBB, Kepala KPP Pratama dapat menyampaikan usulan pengurangan atau
pembatalan SPPT, SKP PBB, atau STP PBB, yang tidak benar secara jabatan.
(2) Usulan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi PBB secara jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan usulan pengurangan atau
pembatalan SPPT, SKP PBB, atau STP PBB, yang tidak benar secara jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disampaikan kepada Kepala
Kanwil DJP.
Pasal 8B
Kepala Kanwil DJP atas nama Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan keputusan
atas usulan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi PBB dan usulan
pengurangan atau pembatalan SPPT, SKP PBB, atau STP PBB, yang tidak benar
secara jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8A.
2. Ketentuan Pasal 9 ayat (1), ayat (4), diubah dan diantara ayat (3) dan ayat (4)
disisipkan satu ayat, yakni ayat (3A) sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:
Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.

Pasal 9

(1) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 8B
ditetapkan berdasarkan hasil penelitian di kantor, dan apabila diperlukan dapat
dilanjutkan dengan penelitian di lapangan.
(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan surat
tugas dan hasilnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian.
(3) Dalam hal dilakukan penelitian di lapangan, pejabat serendah-rendahnya
setingkat Eselon III terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis waktu
pelaksanaan penelitian di lapangan kepada Wajib Pajak atau kuasanya.
(3A) Pelaksanaan penelitian di lapangan untuk usulan pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi PBB dan usulan pengurangan atau pembatalan SPPT, SKP
PBB, atau STP PBB, yang tidak benar secara jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8A, dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3).
(4) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kanwil DJP,
kecuali untuk:
a. permohonan pembatalan SPPT secara kolektif;
b. pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi PBB secara jabatan; dan
c. pengurangan atau pembatalan SPPT, SKP PBB, atau STP PBB, yang tidak
benar secara jabatan,
penelitian dilaksanakan oleh KPP Pratama.

Pasal II
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Direktur
Jenderal Pajak ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Agustus 2012
DIREKTUR JENDERAL PAJAK

A. FUAD RAHMANY
NIP 195411111981121001

Disalin kembali oleh http://syafrianto.blogspot.com. Penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan ketik.