210 tiga skenario peningkatan produksi migas
Tiga Skenario Peningkatan Produksi Migas
Oleh
Rabu, 31 Januari 2007 17:00 - Update Terakhir Senin, 26 Februari 2007 22:14
Pemerintah telah menyiapkan tiga skenario peningkatan produksi migas nasional pada tahun
2009 dari produksi minyak bumi (1.020 juta Setara Barel Minyak-SBM) dan gas (1.464 juta
SBM) tahun 2006. Selain itu disiapkan pula skenario optimis dan pesimis. Skenario inilah yang
hari Rabu (31/1) dipaparkan kepada stakeholders dan wartawan saat pembukaan Rapat
Koordinasi Peningkatan produksi Minyak dan Gas Bumi nasional "Kini kita tinggal
bagaimana kita mewujudkan target tersebut. Untuk itulah berdasarkan problema dan masukan
dari KPS, dengan segala daya upaya dan kemampuan yang ada kita arahkan untuk mencapai
target tersebut," ujar Direktur Jenderal Migas Luluk Sumiarso, Rabu (31/1).
Tiga skenario itu adalah skenario 1 dengan target produksi minyak sebesar 1.070 juta Setara
Barel Minyak (SBM) atau mejadi 105% dan produksi gas sebesar 2.065 juta SBM atau menjadi
141%. Skenario 2 dengan produksi minyak sebesar 1.350 juta SBM (132%) dan gas sebesar
1.886 juta SBM (129%). Skenario 3 dengan produksi minyak 1.326 juta SBM (130%) dan
produksi gas sebesar 1.903 juta SBM (130%).
Sedang skenario pesimis dengan produksi minyak sebesar 1.070 SBM atau naik 105 % dan
produksi gas sebesar 1.886 SBM atau naik 129%. Sedang skenario optimis dengan produksi
minyak sebesar 1.350 SBM atau naik 129% dan produksi gas sebesar 2.065 SBM atau naik
menjadi 141%.
Berdasarkan analisa, menurut Dirjen Migas Luluk Sumiarso, terdapat berbagai hambatan
pengelolaan sub sektor migas. Antara lain masih adanya disinsentif perpajakan, tumpang tindih
lahan, tekanan dari daerah untuk ikut serta mengelola migas, belum adanya penjabaran yang
konkrit tentang pengelolaan gas, sulitnya mencari rig hingga adanya brain drain tenaga ahli
migas.
"Berdasarkan persoalan yang ada itu tampak bahwa untuk mengatasinya bukan hanya
menjadi domain Departemen ESDM, namun juga melibatkan instansi lain," ujar Dirjen
Migas Luluk Sumiarso. Untuk itu sejumlah usulan pemecahan masalah juga melibatkan
berbagai instansi diluar Departemen ESDM antara lain Depkeu, Dephut, Depdagri, KLH hingga
BP Migas.
Sedang kepala BP Migas Kardaya Warnika mengungkapkan langkah awal untuk mengatasi
penurunan produksi adalah dengan mengerem laju penurunan produksi. "Ini sudah kita
lakukan. Dalam 3-4 tahun belakangan ini laju penurunan produksi sebesar 11% bisa kita tekan
menjadi 1-2% saja," ujar Kepala BP Migas Kardaya Warnika. Bahkan untuk tahun 2007 ini
ditargetkan naik sebesar 4% hingga 5%.
1/1
Oleh
Rabu, 31 Januari 2007 17:00 - Update Terakhir Senin, 26 Februari 2007 22:14
Pemerintah telah menyiapkan tiga skenario peningkatan produksi migas nasional pada tahun
2009 dari produksi minyak bumi (1.020 juta Setara Barel Minyak-SBM) dan gas (1.464 juta
SBM) tahun 2006. Selain itu disiapkan pula skenario optimis dan pesimis. Skenario inilah yang
hari Rabu (31/1) dipaparkan kepada stakeholders dan wartawan saat pembukaan Rapat
Koordinasi Peningkatan produksi Minyak dan Gas Bumi nasional "Kini kita tinggal
bagaimana kita mewujudkan target tersebut. Untuk itulah berdasarkan problema dan masukan
dari KPS, dengan segala daya upaya dan kemampuan yang ada kita arahkan untuk mencapai
target tersebut," ujar Direktur Jenderal Migas Luluk Sumiarso, Rabu (31/1).
Tiga skenario itu adalah skenario 1 dengan target produksi minyak sebesar 1.070 juta Setara
Barel Minyak (SBM) atau mejadi 105% dan produksi gas sebesar 2.065 juta SBM atau menjadi
141%. Skenario 2 dengan produksi minyak sebesar 1.350 juta SBM (132%) dan gas sebesar
1.886 juta SBM (129%). Skenario 3 dengan produksi minyak 1.326 juta SBM (130%) dan
produksi gas sebesar 1.903 juta SBM (130%).
Sedang skenario pesimis dengan produksi minyak sebesar 1.070 SBM atau naik 105 % dan
produksi gas sebesar 1.886 SBM atau naik 129%. Sedang skenario optimis dengan produksi
minyak sebesar 1.350 SBM atau naik 129% dan produksi gas sebesar 2.065 SBM atau naik
menjadi 141%.
Berdasarkan analisa, menurut Dirjen Migas Luluk Sumiarso, terdapat berbagai hambatan
pengelolaan sub sektor migas. Antara lain masih adanya disinsentif perpajakan, tumpang tindih
lahan, tekanan dari daerah untuk ikut serta mengelola migas, belum adanya penjabaran yang
konkrit tentang pengelolaan gas, sulitnya mencari rig hingga adanya brain drain tenaga ahli
migas.
"Berdasarkan persoalan yang ada itu tampak bahwa untuk mengatasinya bukan hanya
menjadi domain Departemen ESDM, namun juga melibatkan instansi lain," ujar Dirjen
Migas Luluk Sumiarso. Untuk itu sejumlah usulan pemecahan masalah juga melibatkan
berbagai instansi diluar Departemen ESDM antara lain Depkeu, Dephut, Depdagri, KLH hingga
BP Migas.
Sedang kepala BP Migas Kardaya Warnika mengungkapkan langkah awal untuk mengatasi
penurunan produksi adalah dengan mengerem laju penurunan produksi. "Ini sudah kita
lakukan. Dalam 3-4 tahun belakangan ini laju penurunan produksi sebesar 11% bisa kita tekan
menjadi 1-2% saja," ujar Kepala BP Migas Kardaya Warnika. Bahkan untuk tahun 2007 ini
ditargetkan naik sebesar 4% hingga 5%.
1/1