fullpapers jpkk8bf984b7d1full

Hubungan antara Konsep Diri Fisik dan Kecenderungan
Kecemasan Sosial pada Remaja Awal
Saira Pramitasari
Atika Dian Ariana
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya
Abstract.
This study aimed to determine the correlation between the Physical Self-concept and social
anxiety tendencies in early adolescence. This study was conducted on 284 children aged
between 12 and 15 years. Data was collected through a survey or questionnaire method. Physical
self-concept measurement using the Physical Self-Description Questionnaire - Short Version
(PSDQ-S) which was developed by Herbert W. Marsh et al (2010) and social anxiety using a
measuring instrument Social Anxiety Scale - Adolescent (SAS-A) developed by La Greca & Stone
(1993). Analysis of the data used is parametric statistical techniques Pearson Product Moment
correlation test. The results of this study indicate that the existence of a negative correlation
between physical self-concept and social anxiety in adolescents beginning. The magnitude of
the correlation coeicient between the two variables is -0.298 with a signiicance level of 0.000.
Weak correlation results indicate that physical self-concept is only a fraction of the factors that
may cause social anxiety in early adolescence.
Keywords : Physical Self-Concept; Social Anxiety; Early Adolescence
Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri isik dan kecenderungan

kecemasan sosial pada remaja awal. Penelitian ini dilakukan pada 284 anak usia antara 12 hingga
15 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei atau kuesioner. Pengukuran
konsep diri isik menggunakan Physical Self-Description Questionaire - Short Version (PSDQ-S)
yang dikembangkan oleh Herbert W. Marsh dkk (2010) dan kecemasan sosial menggunakan
alat ukur Social Anxiety Scale – Adolescent (SAS-A) yang dikembangkan oleh La Greca & Stone
(1993). Analisis data yang digunakan adalah statistik parametrik dengan teknik uji korelasi
Pearson Product Moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
negatif antara konsep diri isik dan kecemasan sosial pada remaja awal. Besarnya koeisien
korelasi antara kedua variabel adalah -0,298 dengan taraf signiikansi 0,000. Hasil korelasi
yang lemah menunjukkan bahwa konsep diri isik hanya sebagian kecil dari faktor yang dapat
menyebabkan kecemasan sosial pada remaja awal.
Kata kunci : Konsep Diri Fisik; Kecemasan Sosial; Remaja Awal

Korespondensi :
Saira Pramitasari, email : sairapramita@gmail.com
Atika Dian Ariana, email : atika.ariana@psikologi.unair.ac.id
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Jl. Airlangga No. 4 - 6 Surabaya

48


Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Vol. 03 No. 1, April 2014

Saira Pramitasari & Atika Dian Ariana

PENDAHULUAN
Remaja merupakan masa transisi dimana
seorang anak menelusuri kehidupannya untuk
menuju dewasa. Proses itu bukan hal yang mudah
bagi remaja yang biasa juga disebut sebagai masa
penuh gejolak, ketika itu seseorang dikuasai
oleh dinamika-dinamika untuk menghadapi
kehidupan selanjutnya (Gunarsa, 2008). Pada
perjalananannya diikuti oleh banyak perubahan
antara lain perubahan isik, psikis, dan juga
psikososial. Perubahan yang paling menonjol
yaitu perubahan secara isik ketika tahap remaja
awal. Adanya perubahan tersebut terkadang tidak
mudah diterima oleh individu yang bersangkutan
(Dariyo, 2004).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
penilaian yang negatif mengenai diri sendiri
sering terjadi pada remaja, utamanya remaja
awal
(Levpuscek, 2004). Beberapa dampak
yang diketahui antara lain menyebabkan remaja
menjadi pribadi yang minder, suka menutup diri
dan malu (National Institute of Mental Health,
2013), hingga mengalami gangguan sosial yang
serius (Mappiare, 1982), seperti kecemasan sosial
(Levpuscek, 2004).
Kecemasan sosial pada remaja merupakan
fenomena yang dapat ditemukan di berbagai sudut
dunia. Di Asia, prevalensi diagnostik gangguan
kecemasan sosial sebesar 0,5-1,2% (Hwu dkk.,
1989; Lee dkk., 1990; Tsuchiya dkk., 2009, dalam
Vriend dkk, 2013). Sementara di Indonesia, tercatat
bahwa 15,8% remaja mengalami kecenderungan
kecemasan sosial yang cukup tinggi (Vriend dkk,
2013)

Beberapa penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang berhubungan atau
mempunyai asosiasi dengan kecemasan sosial
pada remaja, di antaranya sifat pemalu (National
Institute of Mental Health, 2013), harga diri
yang rendah atau self-esteem rendah (Ahmad
dkk, 2013), pola asuh overprotective (Spokas
dkk, 2008). Secara lebih khusus penelitian juga
dilakukan oleh Ichraf, Arous, Ali, Trabelsi Khaled,
Masmoudi Liwa, & Ali (2013), hasilnya self-esteem
secara isik atau physical self-esteem juga turut
berperan dalam peningkatan anxiety seseorang
(Ichraf dkk, 2013).
Penelitian yang dilakukan Hayward, Chris,
Wilson, Lagle, Helena, Kraemer, Killen, & Taylor
(2008) adanya pola pengasuhan turut berasosiasi
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Vol. 03 No. 1, April 2014

dalam peningkatan kecemasan sosial remaja.

Kemudian Prawoto (2010) meneliti mengenai
hubungan konsep diri dan kecemasan sosial pada
remaja, dihasilkan bahwa konsep diri memiliki
peran dalam pembentukan kecemasan sosial pada
remaja.
Menurut Agustiani
(2009)
konsep
diri diartikan sebagai persepsi diri seseorang
yang terbentuk melalui pengalamannya dan
interaksinya yang dilakukan dengan lingkungan.
Secara lebih spesiik remaja awal memiliki
ciri khas daripada periode perkembangan
lainnya yaitu perkembangan isik yang pesat,
perubahan-perubahan yang cepat tersebut
akan mempengaruhi penilaian remaja terhadap
dirinya terutama secara isik. Konsep diri isik
yang merupakan persepsi terhadap isik yang
didapat dari lingkungan antara lain bagaimana
individu mepersepsi kemampuan tubuhnya dan

juga penampilan tubuhnya (Marsh, 1996, dalam
Jowwet, 2007).
Beberapa penelitian yang mengukur
konsep diri isik dan kecemasan sosial, antara
lain penelitian yang dilakukan oleh (Hagger dkk,
2011) menyebutkan bahwa terdapat hubungan
yang negatif antara konsep diri isik dan
kecemasan sosial terutama secara isik pada usia
dewasa. Penelitian selanjutnya yang dilakukan
oleh (Herring dkk, 2012), dalam penelitiannya
disebutkan bahwa konsep diri isik turut
berasosiasi dalam timbulnya simptom-simptom
kecemasan dan salah satunya adalah kecemasan
sosial yang dilakukan pada remaja perempuan.
Penelitian ini dilakukan karena peneliti
ingin mengetahui keberadaan hubungan konsep
diri isik dengan kecenderungan kecemasan
sosial terhadap remaja pada periode awal. Selain
itu pada penelitian ini juga akan menggali relasi
antara konsep diri isik dan juga kecenderungan

sosial secara langsung, karena belum ada
penelitian sebelumnya yang mengaitkan kedua
atribut ini pada sampel remaja awal dengan segala
karakteristik dimiliki. Belum ada penelitian
yang membahas tentang konsep diri isik dan
kecenderungan kecemasan sosial pada remaja
awal walaupun telah diketahui bahwa remaja
awal merupakan tahap dimana kecenderungan
kecemasan sosial lebih banyak dialami individu
dibandingkan tahapan lainnya. Sementara itu,
sebagaimana disampaikan sebelumnya, penelitian
pendahulu menemukan bahwa remaja awal juga

49

Hubungan antara Konsep Diri Fisik dan Kecenderungan Kecemasan Sosial pada Remaja Awal

merupakan tahapan dimana penilaian terhadap
isik menjadi dominan. Hal ini yang kemudian
melatarbelakangi penelitian ini.


METODE PENELITIAN
Konsep diri dalam hal ini lebih spesiik
kepada isik individu tersebut yaitu persepsi
seseorang mengenai penampilan tubuhnya dan
bukan hanya itu bagimana kemampuan yang
dimiliki oleh tubuhnya tersebut (Marsh, 1996,
dalam Jowwet, 2007). Konsep diri isik terukur
menjadi 11 dimensi, yaitu, physic strength
(kekuatan isik), body fat (ukuran tubuh/berat
badan), activity (aktivitas isik), endurance/
itness (tidak mudah lelah), sport competence
(kompetensi olahraga), coordination (koordinasi
isik), health (kesehatan tubuh/ tanpa penyakit),
appearance (penampilan
isik), lexibility
(leksibilitas isik), global physical, & global
esteem (Marsh, 1996, dalam Jowwet, 2007).
Variabel selanjutnya kecemasan sosial.
Kecemasan sosial, menurut DSM V merupakan

suatu gangguan yang terjadi pada seseorang
ditandai dengan adanya ketakutan yang
berlebihan terhadap situasi sosial dan adanya
rasa cemas untuk menampilkan hal yang
memalukan di depan orang banyak. Kecemasan
sosial memiliki beberapa indikator-indikator
tertentu yaitu adanya ketakutan akan penilaian
negatif dari orang lain (FNE), adanya penolakan
terhadap lingkungan baru ataupun teman sebaya
yang tak dikenall sebelumnya (SAD-New) dan
adanya penolakan yang lebih umum terhadap
perkumpulan teman-teman sebayanya secara
umum (SAD-General) (La Greca & Lopez, 1998).
Subjek berjumlah 284 orang berasal dari
sekolah yang sama yaitu SMP Negeri 1 Surabaya.
Usia berkisar antara 12 - 15 tahun (12; 82 orang, 13;
101 orang, 14;95 orang, & 15; 6 orang), usia tersebut
termasuk dalam periode remaja awal (12-17tahun).
Dari segi jenis kelamin sebanyak 46,1% laki-laki
(131 orang) dan 53,9% perempuan (153 orang).

Social Anxiety Scale – Adolescent / SAS-A

50

adalah suatu skala psikologi yang mengukur
kecenderungan seseorang yang mengalami
kecemasan sosial. Penggagas dari skala ini adalah
La Greca & Stone (1993). Skala ini terdiri 22 item
yang diantaranya 18 item merupakan pernyataan
individu yang berhubungan dengan dirinya
sendiri dan 4 item merupakan pernyataannya
yang berhubungan dengan sosialnya. Penilaian
didasarkan pada 5 pilihan jawaban (1= tidak sama
sekali hingga 5= selalu), skor yang dapat diperoleh
yaitu kisaran 18 hingga 90, dengan catatan 4 skor
tambahan tidak ikut dinilai.
Physical Self-Description Questionaire Short Version PSDQ-S (Marsh dkk, 2010) terdiri
dari 40 item, dengan 11 subskala antara lain Physic
Strength (kekuatan isik), Body Fat (ukuran
tubuh/berat badan), Activity (aktivitas isik),

Endurance/itness (tidak mudah lelah), Sport
Competence (kompetensi olahraga) , Coordination
(koordinasi isik), Health (kesehatan tubuh/
tanpa penyakit), Appearance (penampilan isik),
Flexibility (leksibilitas isik), global physical, &
global esteem (Marsh, 1996, dalam Jowwet, 2007).
Kisaran penilaian antara 1: sangat tidak sesuai
hingga 6: sangat sesuai di setiap pernyataannya.
Untuk melakukan analisis dari hubungan
antar kedua variabel yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu menggunakan korelasi.
Dimana korelasi ini untuk menghitung kuat
lemahnya suatu hubungan antar dua variabel.
Kedua variabel yang digunakan disini adalah
konsep diri isik dan kecemasan sosial. Korelasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
korelasi Pearson Product Moment pada SPSS 21
for Windows.

HASIL DAN BAHASAN
Setelah dilakukan uji asumsi yang
diantaranya adalah uji normalitas dan uji
linearitas, maka ditentukan bahwa data yang
digunakan dapat memenuhi kedua uji tersebut,
sehingga dapat dinyatakan data yang digunakan
merupakan uji statistik parametrik.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Vol. 03 No. 1, April 2014

Saira Pramitasari & Atika Dian Ariana

Tabel Hasil Uji Korelasi
KECEMASAN SOSIAL
KONSEP DIRI FISIK
Keterangan :
N : jumlah sampel

Korelasi Pearson Product Moment -.0,298
signifikansi
0,000
N
284

Berdasarkan tabel uji korelasi diatas
dinyatakan bahwa jumlah subjek yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 284, jumlah
tersebut menyatakan data dari 284 subjek dapat
diolah dan dianalisis dengan kepentingan tujuan
terkait dengan penelitian.
Hasil tersebut menyatakan bahwa korelasi
Pearson product moment diperoleh sebesar
-0,298 dengan taraf signiikansi sebesar 0,000.
Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa

Koefisien Korelasi
0,10 - 0,29
0,30 – 0,49
0,50 – 1,00

ada hubungan yang negatif antara konsep diri
isik dan kecenderungan kecemasan sosial, hal
tersebut berarti semakin tingginya konsep diri
isik maka kecenderungan kecemasan sosial akan
rendah dan begitu pula sebaliknya.
Selain itu menurut (Cohen, 1998, dalam
Pallant, 2007) ada pula pedoman yang digunakan
untuk menginterpretasi koefsien korelasi yaitu
sebagai berikut :

Tabel Hasil Interpretasi Koeisien Korelasi
Interpretasi
Lemah
Sedang
Kuat

Dari hasil yang didapatkan terkait dengan
penelitian ini, p (sig) antar kedua variabel
menunjukkan 0,000 yang artinya p < 0,05
sehingga pernyataan yang dihasilkan bahwa Ho
ditolak. Perhitungan korelasi menggunakan
Pearson Product Moment melalui SPSS 21.0 for
Windows dapat disimpulkan jika Ho ditolak
dan Ha diterima, sehingga dapat dinyatakan ada
hubungan negatif antara konsep diri isik dan
kecenderungan kecemasan sosial pada remaja
awal. Nilai koeisien korelasi pada penelitian ini
menunjukkan skor -0,298 yang artinya kedua
variabel memiliki hubungan yang lemah.
Uji korelasi parametrik yang digunakan
adalah spearman product moment
yang
didapatkan nilai korelasi sebesar r(-0,298) dan
p(sig) sebesar 0,000 yang artinya penelitian
menolak Ho dan menerima Ha yaitu ada
hubungan negatif antara konsep diri isik dan
kecenderungan kecemasan sosial pada remaja
awal. Nilai sebesar 0,298 menyatakan bahwa
hubungan keduanya adalah lemah.
Adanya
hubungan
yang
negatif
antara konsep diri isik dan kecenderungan
kecemasan sosial pada remaja awal, hal ini dapat
membuktikan pernyataan-pernyataan yang telah
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Vol. 03 No. 1, April 2014

ada sebelumnya. Seperti (Mappiare, 1982) di
dalam bukunya tertera pernyataan bahwa remaja
awal yang memiliki perkembangan sangat cepat
secara isik tidak jarang yang mengalami adanya
ketidak seimbangan dalam pergerakan atau oleh
tubuh yang ia lakukan, dampak dari hal tersebut
akan membuat remaja merasa tidak tenang dan
menghasilkan suatu kecemasan tersendiri pada
remaja. Penelitian ini membuktikan pernyataan
(Soesilowindardini, 1982) yang menyatakan
bahwa remaja merupakan periode dimana ia
mengalami perkembangan isik yang sangat pesat
dan hal tersebut akan menjadi masalah ketika
seorang remaja tidak memiliki penyesuaian diri
yang baik, hal itu dapat berdampak pada rasa
tidak percaya diri seorang remaja dengan apa
yang dilakukan terutama berhubungan dengan
kegiatan isik. Rasa percaya diri yang lemah
akan memicu kecenderungan seseorang dalam
mengalami kecemasan.
Kecemasan cukup erat kaitannya dengan
kehidupan remaja, dalam (Mappiare, 1982)
disebutkan bahwa salah satu fase negatif pada
masa remaja awal yaitu kepekaan perasaan. Hal ini
semakin dipertegas oleh penelitian yang dilakukan
oleh (Levpuscek, 2004) bahwa kecenderungan
51

Hubungan antara Konsep Diri Fisik dan Kecenderungan Kecemasan Sosial pada Remaja Awal

kecemasan sosial dipicu oleh adanya ketakutakan
untuk mendapatkan penilaian negatif dari orang
lain terutama pada remaja periode awal.
Pada penelitian (Herring dkk, 2012)
menyebutkan bahwa adanya hubungan antara
konsep diri isik dan kecemasan sosial pada
remaja wanita, selain itu penelitian (Hagger dkk,
2011) menyebutkan bahwa ada hubungan antara
konsep diri isik dan kecemasan sosial terutama
secara isik pada usia dewasa awal. Hasil pada
penelitian ini menunjukkan konsistensi daripada
penelitian-penelitian sebelumnya yang mengukur
hal yang sama.
Pembahasan mengenai adanya hubungan
yang lemah antara kedua variabel tersebut.
Terdapat beberapa hal yang memungkinkan
hubungan antar keduanya berada pada level
lemah, yang pertama hal ini disebabkan karena ada
atribut yang lain yang tidak diukur oleh peneliti.
Pada penelitian yang digagas oleh (Ahmad
dkk, 2013) menyebutkan bahwa kecenderungan
remaja di Pakistan yang mengalami kecemasan
sosial adalah rendahnya harga diri yang diimiliki
oleh remaja tersebut. Kemudian pernyataan
selanjutnya oleh (Brinhaupt & Lipka, 2002)
menyatakan adanya perbedaan antar penampilan
tubuh ataupun keadaan tubuh secara aktual dan
ideal sangat berhubungan kuat dengan self-esteem
remaja itu sendiri. Kedua pernyataan tersebut
mendukung hubungan antara konsep diri isik
dan kecemasan sosial memiliki atribut lain yang
menjembatani keduanya yaitu self-esteem.
Analisis berikut menunjukkan keadaan
variabel yang diukur berdasarkan jenis kelamin
dari subjek penelitian. Ditinjau dari ratarata menunjukkan laki-laki lebih memiliki
kecenderungan konsep diri isik yang positif
daripada perempuan. Hasil tersebut menunjukkan
konsistensi dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh (Hagger dkk, 2005). Ada pula
variabel kecemasan sosial yang dianalisis
berdasarkan karakteristik demograis subjek,

52

antara lain kecemasan sosial dan jenis kelamin,
menunjukkan bahwa perempuan memiliki
kecenderungan kecemasan sosial yang lebih tinggi
daripada laki-laki, hasil ini menunjukkan adanya
konsistensi pada penelitian sebelumnya. Ditinjau
dari tingkat usia juga didapatkan hal serupa, Hasil
yang ditinjau rata-rata tersebut menunjukkan usia
14 tahun memiliki kecenderungan kecemasan
sosial yang paling tinggi daripada usia lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
analisis
data,
dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
hubungan
yang signiikan antara konsep diri isik dan
kecenderungan kecemasan sosial pada remaja
awal. Hubungan di antara kedua variabel bersifat
negatif, , artinya semakin positif nilai variabel
konsep diri isik maka semakin rendah nilai
variabel kecemasan sosial begitu pula sebaliknya
atau yang juga bisa disebut berbanding terbalik.
Bagi
penelitian
selanjutnya
untuk
memperhatikan atribut-atribut lain yang berperan
antar atribut yang diukur untuk mendapatkan
hasil penelitian yang lebih baik, bagi remaja awal
yang memiliki kecenderungan social anxiety
dapat memperbaiki konsep diri salah isik untuk
menjalani kehidupan sosial yang lebih baik, dengan
cara mengenali dirinya lebih realistis (kekurangan
dan kelemahan yang dimiliki), kemudian bagi
orang tua diharapkan dapat membimbing dan
mengarahkan anak agar dapat membentuk
konsep diri salah satunya secara isik yang positif
dengan tujuan membangun kehidupan sosialisasi
anak yang lebih baik dengan penerapan pola asuh
yang sesuai, & bagi guru/ orang yang berperan
terhadap remaja dapat memfasilitasi remaja
untuk membentuk suatu konsep diri isik yang
positif dalam menjalani kehidupan sosialisasinya,
dengan cara memberikan arahan dan bimbingan
pada siswanya.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Vol. 03 No. 1, April 2014

Saira Pramitasari & Atika Dian Ariana

PUSTAKA ACUAN
Agustiani, Hendriati. (2009). Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep
Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja). Bandung: PT.Reika Aditama.
Ahmad, Z. R., Nasreen Bano, Riaz Ahmad, & Sarwat Jahan Khanam. (2013). SOCIAL ANXIETY IN
ADOLESCENTS: DOES SELF ESTEEM MATTER?. Institute of Clinical Psychology, University of
Karachi, Pakistan. www.leena-luna.co.jp page 91-98.
Brinhaupt, T .M,, & Richard .P Lipka. (2002). Understanding Early Adolescent Self and Identity;
Applications and Interventions. SUNY Press.
Dariyo,. A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
Hagger, M. S., Vello Hein, & Nikos L. D. Chatzisarantis. (2011). Achievement Goals, Physical Self-Concept,
and Social Physique Anxiety in a Physical Activity Context. Journal of Applied Social Psychology,
2011, 41, 6, pp. 1299–1339. Wiley Periodicals, Inc.
Hayward, Chris., Kimberly A. Wilson., Kristy Lagle., Helena C, Kraemer., Joel D Killen., & C. Barr Taylor.
(2008). THE DEVELOPMENTAL PSYCHOPATOLOGY OF SOCIAL ANXIETY IN ADOLESCENTS.
Depression and Anxiety 25:200-206.
Herring .M. P., Patrick J. O’Connor, Rodney K. Dishman. (2012). Physical Self-Concept and Self-Esteem
Mediate Associations of Physical Activity with Anxiety in College Women. University of Georgia 33
Ramsey Student Center, 300 River Road 34 Athens, Georgia 30602-6554 35 (706) 542-9840 36 FAX
(706) 542-3148 37 rdishman@uga.edu
Ichraf, Arous., Baccouche Mohamed Ali., Trabelsi Khaled., Masmoudi Liwa., Elloumi Ali. (2013). Efect
of gender and type of sport on anxiety and self-esteem. International Journal of Humanities and
Social Science www.ijhssi.org Volume 2 Issue 3 ฀ March. 2013฀ PP.55-61
Jowwet, Sophia. (2007). Social Psychology in Sport. USA: By Human Kinetics, Inc.
La Greca, A. M., & Nadja Lopez. (1998). Social Anxiety Among Adolescents: Linkages with Peer Relations
and Frienships. Journal of Abnonnal Child Psychology, Vol. 26, No.2, 1998, pp. 83-94
Levpuscek, M. P. (2004). Development of The Two Forms of Social anxiety in Adolesence. Horizons of
Psychology, 13, 3, 27-40.
Mappiare, Andi. (1982). PSIKOLOGI REMAJA. Surabaya: Usaha Nasional.
Marsh, H. W., Martin, A. J. & Jackson, S. (2010). Introducing A short version of the Physical Self Description
Questionnaire: New strategies, short-form evaluative criteria, and applications of factor analyses.
Journal of Sport & Exercise Psychology,32, 438-482.
National Institute for Health and Care Excellence. (2013). SOCIAL ANXIETY DISORDER : Recognition,
Assessment, and Treatment. Great Britain:Stanley L. Hunt (Printers) Ltd.
Pallant, J. (2007). The SPSS Survival Manual. Maidenhead; A Step by Step Guide to Data Analysis using
SPSS for Windows, third edition. UK: OUP
Spokas, Megan., & Richard G. Heimberg. (2008). Overprotective Parenting, Social anxiety, and External
Locus of Control: Cross-sectional and Longitudinal Relationship. Cogn Ther Res DOI 10.1007/
s10608-008-9227-5. Springer science+Bussines Media, LLC.
Susilowindradini. (1982). Psikologi Perkembangan II (masa remaja). Fakultas ilmu pendidikan IKIP :
Malang.
Vriend,N,. M. C. Pfaltz, P. Novianti, & J. Hadiyono. (2013). Taijin kyofusho and social anxiety and
their clinical relevance in Indonesia and Switzerland. doi: 10.3389/fpsyg.2013.00003 Frontiers of
Psychology

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Vol. 03 No. 1, April 2014

53