Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:47:51 2017 / +0000 GMT

Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar
LINK DOWNLOAD [42.58 KB]
Keaktifan Belajar
Aktivitas Belajar
Aktivitas Belajar adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar
dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik
untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke
dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua
proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan
suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif,
atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu diperlukan
perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru maupun dosen. Belajar aktif adalah salah satu
cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Mengapa demikian? Karena salah satu faktor yang
menyebabkan informasi cepat dilakukan adalah faktor kelemahan otak manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indera
pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama.
Penggunaan strategi pembelajaran aktif adalah realita bahwa peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Ada peserta
didik yang lebih senang membaca, ada yang senang berdiskusi dan ada juga yang senang praktek langsung. Untuk dapat

mengakomodir kebutuhan memaksimalkan dalam belajar yaitu dengan menggunakan variasi strategi pembelajaran yang beragam
yang melibatkan indera yang banyak. Dari sisi pengajar, sebagai penyimpan materi strategi pembelajaran aktif akan sangat
membantu dalam melaksanakan tugas-tugas keseharian.
Bagi pengajar yang sibuk mengajar, strategi ini dapat dipakai dengan variasi yang tidak membosankan. Filosofi mengajar yang baik
adalah bukan sekedar menstrasfer pengetahuan kepada peserta didik, akan tetapi bagaimana membantu peserta didik supaya dapat
belajar, maka pengajar tidak lagi menjadi pemeran central dalam proses pembelajaran (Zaini, 2008).
Menurut Silberman (2001), strategi pembelajaran aktif merupakan cara-cara yang digunakan dalam suatu proses pembelajaran atau
pada saat kegiatan belajar aktif. Peserta didik akan melakukan sebagian besar kegiatan yang harus dilakukan, mereka akan
mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Strategi pembelajaran
aktif merupakan langkah yang cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik di hati karena peserta didik tidak
hanya terpaku di tempat-tempat duduk mereka, tapi mereka berpindah-pindah dan berpikir keras. Stretegi pembelajaran aktif, perlu
diadakan karena membantu peserta didik untuk mencoba berbagai keterampilan-keterampilan, tidak hanya terpaku mendengarkan
informasi dari guru, dan dapat membantu memeriahkan kelas.
Strategi pembelajaran aktif dapat dikatakan sebagai suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar lebih aktif.
Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran dengan ini mereka secara aktif
menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok atau materi belajar, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang
baru mereka pelajari kedalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.
Dengan belajar aktif, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga
melibatkan fisik dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan, sehingga hasil belajar
dapat dimaksimalkan. Strategi pembelajaran aktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan jiwa kemandirian, daya kreatifitas

sehingga mampu membuat inovasi-inovasi baru, dan juga untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum karena ketika
pembelajaran yang pasif maka peserta didik hanya menerima informasi dari pengajar dan kecenderungan untuk cepat melupakan apa
yang telah diberikan (Munthe, 2007).
Macam-macam Keaktifan Belajar
Dalam proses pembelajaran, siswa mengaktifkan berbagai macam inderanya untuk dapat menyerap dan mencapai hasil belajar yang
maksimal. Keaktifan belajar siswa ini akan mempengaruhi hasil belajar yang ia peroleh. Semakin tinggi tingkat keaktifan diharapkan
semakin besar hasil yang diperoleh. Sebenarnya terdapat berbagai macam aktivitas siswa yang dilakukan ketika kegiatan
pembelajaran berlangsung, tetapi dapat dikelompokkan mengingat banyak aktivitas yang sejenis.
Menurut Diedrich dalam Rohani (2004: 9) ada bermacam-macam kegiatan siswa yang digolongkan menjadi 8 kelompok sebagai
berikut:

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/5 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:47:51 2017 / +0000 GMT

Kegiatan visual: membaca, memperhatikan penjelasan guru, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang
lain

Kegiatan verbal: menyatakan pendapat, merumuskan, bertanya pada guru, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi,
interaksi
Kegiatan mendengarkan: mendengarkan penjelasan guru, percakapan, diskusi, musik, pidato
Kegiatan menulis: mencatat penjelasan guru, kelengkapan catatan, dan kejelasan tulisan
Kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, cahrt, diagram peta dan pola
Kegiatan motorik: melakukan percobaan, memilih alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,
menari dan berkebun
Kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis factor-faktor, melihat hubingan dan membuat
keputusan
Kegiatan emosional: minat membedakan, berani, tenang dan lain-lain
Hasil Belajar
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa merupakan perwujudan output suatu proses yang tidak bisa terlepas dari input
proses tersebut (Santyasa, 1999: 48). Kualitas proses belajar merupakan salah satu unsur yang berpengaruh terhadap hasil belajar,
baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hasil belajar juga diartikan sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman dari proses belajar mengajar (Sudjana, 2006: 22).
Macam-macam Hasil Belajar
Terdapat berbagai macam atau tipe hasil belajar yang telah dikumukakan oleh para ahli. Menurut Horward Kingsley (dalam
Sudjana, 2006), terdapat tiga macam hasil belajar, yaitu 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, dan 3) sikap

dan cita-cita. Sedangkan menurut Gagne, terdapat lima katagori hasil belajar, yakni 1) informasi verbal, 2) keterampilan intelektual,
3) strategi kognitif, 4) sikap, dan 5) keterampilan motoris. Namun, klasifikasi hasil belajar yang digunakan jika mengacu kepada
rumusan tujuan sistem pendidikan nasional adalah klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom, yang membaginya menjadi
tiga ranah, yaitu 1) ranah kognitif, 2) ranah afektif, dan 3) ranah psikomotoris.
Pembelajaran
Pembelajaran
Menurut Uno (2007), pembelajaran merupakan proses interaksi antara pengajar dan peserta didik. Dalam proses pembelajaran
peserta didik akan memperoleh tentang sesuatu yang mereka belum ketahui, mereka akan mempelajari suatu pengetahuan dengan
cara yang lebih efisien, dari proses tersebut akan adanya kaitan tentang pengetahuan baru pada struktur kognitif yang lebih mantap,
yang dapat diperoleh pada hasil belajar.
Pembelajaran adalah bagian yang memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas, baik itu proses maupun lulusan.
Pembelajaran memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan rendah, artinya pembelajaran itu sangat tergantung dari
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran lebih ditekankan untuk memperluas
atau menambahkan pengetahuan siswa, agar siswa itu memiliki kemampuan mengungkapkan kembali pengetahuan dan pemahaman
yang sudah dipelajari, baik dalam tempo waktu yang singkat maupun waktu yang panjang, yang diperoleh melalui berbagai cara
dalam proses pembelajaran (Muchitch, 2008).
Menurut Uno (2008), upaya untuk membelajarkan siswa dalam kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan untuk mencapai
hasil belajar yang baik disebut dengan pembelajaran. Pembelajaran akan memusatkan perhatian pada ?bagaimana membelajarkan
siswa?, dan bukan pada ?apa yang dipelajari siswa?. Tujuan pembelajaran itu sendiri yaitu adanya pencapaian perilaku oleh siswa
pada suatu kompetensi, meningkatkan hasil belajar, dan harapan adanya keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing siswa yang

ingin dicapai.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan belajar dengan
didukung oleh komponen lainnya, seperti kurikulum, dan fasilitas belajar mengajar. Dalam proses tersebut, terdapat kegiatan
memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau pendekatan untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.Tujuan
pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan system kompetisi, dimana keberhasilan individu

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/5 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:47:51 2017 / +0000 GMT

diorientasikan pada kegagalan orang lain. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana kelompok belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih
bergairah dalam belajar (Slavin,1995).
Menurut Hamalik (2009) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan tujuan dari pembelajaran
kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya

(Slavin, 2009). Manusia terlibat dalam sistem pembelajran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya. Material meliputi:
buku-buku, papan tulis, white board, audio. Fasilitas dan perlengkapan berupa: ruangan kelas, perlengkapan, dan prosedur meliputi:
jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.
Sedangkan Johnsosn, dalam Hasan (1994) mengemukakan, bahwa pembelajarn kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam
mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan Kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok.
Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok itu. Prosedur pembelajarn kooperatif dirancang untuk mengaktivitaskan siswa melalui inkuiri dan perbincangan
mengaktivitaskan siswa melalui inkuiri dan perbincangan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang.
Menurut Anita Lie (2000) pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu kelompok pembelajaran yang
member kesempatan kepada didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugasan-tugasan yang terstruktur. Lebih lanjut
dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif hanya berjalan bahwa pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu
kelompok atau suatu kelompok yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan
jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-5 orang saja. (Anita Lie, 2000).
Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan
guru di sekolah sesuai dengan tuntutan materi pelajaran yang mengandung unsur kerjasama antara siswa dalam kelas dalam
melakukan kerja kelompok. Penekanan pendekatan ini adalah mengaktifkan siswa dalam pembelajaran melalui kerjasama antar
siswa dalam suasana belajar berkelompok.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum
oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:


Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis
penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar
belakang dan kondisi untuk berkerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan
kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan berkerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan social, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan
sosial.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/5 |


This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:47:51 2017 / +0000 GMT

Pembelajaran Kooperatif tipe-Jigsaw
Model Pembelajaran Kooperatif tipe-Jigsaw dideskripsikan sebagai strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dalam
kelompok-kelompok yang disebut ?kelompok asal?. Kemudian siswa juga menyusun ?kelompok ahli? yang terdiri dari perwakilan
?kelompok asal? untuk belajar dan/atau memecahkan masalah yang spesifik. Setelah ?kelompok ahli? selesai melaksanakan tugas
maka anggota ?kelompok ahli? kembali ke kelompok asal untuk menerangkan hasil pekerjaan mereka di ?kelompok ahli? tadi.
Model Pembelajaran Kooperatif tipe-Jigsaw mengkondisikan siswa untuk beraktifitas secara kooperatif dalam dua kelompok, yaitu
kelompok asal dan kelompok ahli. Aktifitas tersebut meliputi saling berbagi pengetahuan, ide, menyanggah, memberikan umpan
balik dan mengajar rekan sebaya. Seluruh aktifitas tersebut dapat menciptakan lingkungan belajar dimana siswa secara aktif
melaksanakan tugas sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Dalam model pembelajaran Kooperatif tipe-Jigsaw, siswa bekerja dalam tim-tim heterogen. seperti pada STAD, skor-skor yang
disumbangkan oleh siswa pada tim mereka didasarkan pada sistem skor perbaikan individu dan siswa pada tim dengan skor tinggi
dapat diberi penghargaan/reward. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang
akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan cara ini diharapkan siswa termotivasi untuk
belajar bahan ajar tersebut dengan baik. Kunci keberhasilan jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung
kepada anggota timnya untuk mendapat informasi yang dibutuhkan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Menurut Slavin ( 1995: 122 ) Kegiatan instruksional yang secara reguler dilaksanakan dalam model pembelajaran Kooperatif

tipe-Jigsaw terdiri atas membaca, diskusi kelompok ahli, laporan tim, tes, dan penghargaan tim.
1) Membaca, Siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang ditnjuk untuk menggali informasi (mendalaminya).
2) Diskusi kelompok ahli, Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli.
3) Laporan tim, Ahli-ahli kembali pada timnya dan mengajarkan topik mereka kepada anggota yang lain dalam satu timnya.
Selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil
diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pelajaran yang telah didiskusikan.
4) Tes/Kuis, Siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup semua topik.
5) Penghargaan tim, Bagi tim yang memperoleh skor tertinggi diberikan penghargaan/reward.
Model pemebelajaran Kooperatif tipe-Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok
siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe-Jigsaw
ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan
enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam
model pembelajaran Kooperatif tipe- jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan
mengelola imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas
keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman,
2008.203).
Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran Kooperatif tipe-Jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena
anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama,
kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawa ke
kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.

Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran Kooperatif tipe-Jigsaw sebagai berikut:
1) Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa memeperoleh topik - topik permasalahan untuk di baca sehingga
mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut.
2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita
sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topik permasalahan tersebut.
3) Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
4) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
5) Perhitungan skor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.
Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan langkah-langkah Model
Pembelajaran Kooperatif tipe-Jigsaw sebagai berikut: 1) Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang siswa; 2) Tiap
orang dalam tim diberi bagian materi berbeda; 3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan; 4) Anggota dari tim
yang berbeda yang telah mempelajari bagian subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusiksn subbab mereka; 5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/5 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 20:47:51 2017 / +0000 GMT


bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan
dengan seksama; 6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; 7) Guru memberi evaluasi; 8) Penutup

- Perundang-Undangan Nasional
Pasal 5 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986, menyatakan bahwa ?Peraturan Perundang-Undangan adalah semua peraturan bersifat
mengikat secara umum, dikeluarkan oleh badan perwakilan rakyat bersama pemerintah, baik di tingkat pusat atau daerah, serta
semua keputusan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di tingkat pusat atau di tingkat daerah yang juga mengikat umum.
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum, artinya segala kehidupan
berbangsa dan bernegara harus didasarkan pada hukum yang berlaku. Hukum yang baik adalah hukum yang menampung cita
masyarakat serta mewujudkan keadilan dan ketertiban. Negara Indonesia sebagai negara hokum menerapkan hukum berdasarkan
pada hierarki tertentu, yaitu tata urutan yang bertingkat dan berjenjang. Dalam hal ini, peraturan yang lebih rendah tidak boleh ber
tentangan dengan peraturan hukum yang lebih tinggi. Pancasila memiliki kedudukan tertinggi dalam jenjang norma hukum di
Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila berkedudukan sebagai sumber hukum dasar nasional (ground norm). Sumber hukum adalah
sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan perundang undangan. (Depdiknas:2009)
Menurut UU Nomor 12 Tahun 2011 (2011) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan Nasional terdiri atas: (1)UUDN RI
1945; (2)Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; (3)Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
(4)Peraturan Pemerintah; (5)Peraturan Presiden; (6)Peraturan Daerah Provinsi; dan (7)Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Jenis
Peraturan Perundang-Undangan selain sebagaimana dimaksud mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan
Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat. Peraturan Perundang-undangan
sebagaimana dimaksud diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. Dalam hal suatu Undang-Undang diduga
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah
Konstitusi. Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang diduga bertentangan dengan
Undang-Undang, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung. (Depdiknas:2009)

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/5 |