Perubahan Indeks Tinggi Wajah Pada Perawatan Ortodonti Maloklusi Klas I Dengan Pencabutan Empat Gigi Premolar Pertama Chapter III VI

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Eksperimental kuasi dengan desain one group pre dan post.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU
Waktu : 3 bulan

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Diambil dari pasien yang dirawat ortodonti cekat di Klinik Ortodonti.
RSGMP FKG USU.
3.3.2 Sampel Penelitian
Diambil dengan cara consecutive sampling.

3.4 Kriteria Sampel
3.4.1 Kriteria inklusi :
- Pasien dengan maloklusi Klas I skeletal memiliki besar sudut ANB 0-4o
dengan keadaan gigi berjejal atau bimaksiler protrusi.

- Jenis kelamin laki-laki maupun perempuan

Universitas Sumatera Utara

- Pada masa gigi permanen dengan semua gigi lengkap kecuali molar ketiga
- Pasien yang mendapat perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi
premolar pertama
- Pasien yang dirawat ortodonti di Klinik ortodonti RSGMP FKG USU antara
tahun 2006-2010
3.4.2 Kriteria eksklusi
- Ada gigi yang hilang
- Terdapat radiks gigi

3.5 Identifikasi Variabel
3.5.1 Variabel pengaruh (bebas)
- Tinggi wajah anterior (AFH)
- Tinggi wajah posterior (PFH)
- Sudut Frankfort mandibula (FMA)
3.5.2 Variabel terpengaruh (tidak bebas)
- Indeks Tinggi Wajah (FHI)

3.5.3 Variabel terkendali
- Maloklusi Klas I skeletal dengan besar sudut ANB 0-4o
- Pasien dengan crowded berat / bimaksiler protrusi
- Kasus dengan pencabutan empat gigi premolar pertama

Universitas Sumatera Utara

- Alat cekat dengan teknik Edgewise menggunakan braket Standard Edgewise
slot 0.018 (Ortho Organizers, United States) dengan nilai torque dan
angulasi nol derajat
- Pemakaian Trans Palatal arch (TPA)
- Masa gigi permanen usia 18-35 tahun
- Radiografi sefalometri lateral
- Pasien yang telah selesai retraksi anterior
3.5.4 Variabel tak terkendali
- Lama perawatan
- Cara retraksi/torque
- Intrusi gigi
- Pemakaian elastik Klas II
- Lingual Holding Arch (LHA)

- Jenis kelamin

3.6 Definisi Operasional
-

Maloklusi Klas I skeletal: Maloklusi dengan besar sudut ANB 0-4o.

-

Pencabutan empat gigi premolar: Pencabutan yang dilakukan pada gigi 14, 24,
34 dan 44.

-

Retraksi anterior: Penarikan gigi anterior dimana gigi kaninus telah berkontak
rapat dengan gigi premolar kedua dan gigi-gigi insisivus telah berkontak rapat
berkontak rapat dengan kaninus.

Universitas Sumatera Utara


-

Titik Articulare (Ar): Titik perpotongan batas posterior ramus ascendens dan
batas luar basis kranialis.

-

Bidang palatal (PNS-ANS): Garis yang ditarik lurus dari titik posterior nasal
spine (PNS) ke anterior nasal spine (ANS).

-

Tinggi wajah anterior (AFH): Jarak linear dari titik menton tegak lurus bidang
palatal.

-

Tinggi wajah posterior (PFH): Jarak linear garis singgung posterior ramus
ascendens ke bidang mandibula (Ar-Go).


-

Indeks tinggi wajah (FHI): Perbandingan tinggi wajah posterior dengan tinggi
wajah anterior.

-

Perubahan indeks tinggi wajah: Selisih nilai indeks tinggi wajah sebelum dan
setelah perawatan.

-

Sudut mandibula Frankfort (FMA): sudut yang dibentuk oleh bidang
mandibula (Go-Me) dengan bidang Frankfort horisontal (FHP).

-

Perubahan sudut mandibula Frankfort: selisih besar sudut mandibula
Frankfort sebelum dan setelah perawatan.


3.7 Alat dan Bahan
3.7.1 Alat
- Kotak illuminator untuk tracing
- Kertas acetat tracing merek Ortho Organizers (tebal 0.003 inchi, 8 x 10 inchi)

Universitas Sumatera Utara

- Pensil 4 H, rautan, penghapus merek faber castel
- Jangka sorong digital merek Prohex Germany

C

B

A

D

E


Gambar 5. Alat dan bahan penelitian:
A.Tracing box.
B. Pinsil 4 H, penggaris dan penghapus.
C. Jangka geser digital merek Prohex Germany.
D. Kertas tracing (tebal 0,003 inci, 8x10 inci) merek Ortho Organizer.
E. Foto Sefalometri lateral

3.7.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sefalogram lateral pasien yang
telah memenuhi kriteria yang diambil sebelum perawatan dimulai (sebelum alat cekat
dipasang) dan sefalogram lateral setelah retraksi anterior (dimana kondisi gigi

Universitas Sumatera Utara

kaninus telah berkontak rapat dengan gigi premolar kedua dan gigi-gigi insisivus
telah berkontak rapat dengan kaninus).

3.8 Cara Penelitian
Sampel adalah pasien perawatan maloklusi Klas I dengan pencabutan empat
gigi premolar pertama, yang berkunjung ke Klinik ortodonti RSGMP FKG USU

antara tahun 2006-2010.
Pada sefalogram lateral sebelum dan setelah retraksi anterior, yang telah
memenuhi kriteria dibuat penapakan berupa titik-titik dan garis-garis referensi untuk
mendapatkan data perubahan indeks tinggi wajah sebagai hasil perawatan ortodonti.
Pada sefalogram lateral sebelum perawatan, dilakukan penapakan jaringan
lunak dan jaringan keras pada kertas asetat di atas kotak iluminator menggunakan
pensil 4H. Apabila terdapat dua bayangan , maka yang dipakai adalah garis tengah
antara kedua bayangan. Kemudian dilakukan identifikasi titik referensi pada jaringan
keras yaitu ANS, PNS,Me, Ar, Go, Po, Or. Selanjutnya ditarik garis referensi yaitu
tinggi wajah posterior (PFH) dengan mengukur jarak Ar-Go, sebelum perawatan (P0)
dan setelah retraksi anterior (P1), tinggi wajah anterior (AFH) dengan mengukur jarak
ANS-PNS (bidang palatal)-Me, sebelum perawatan (A0) dan setelah retraksi anterior
(A1), kemudian dibandingkan antara PFH dengan AFH untuk melihat adanya
perubahan indeks tinggi wajah (FHI). Sudut mandibular Frankfort (FMA) dibentuk
oleh bidang Frankfort horisontal (Po-Or) dengan bidang mandibula (Go-Me).

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya dilakukan perhitungan yaitu sudut mandibula Frankfort (FMA) sebelum
perawatan (F0) dan setelah retraksi anterior (F1).

Uji coba sudah di lakukan dengan mengambil 4 sampel, hasilnya bervariasi
bahkan ada yang FHI nya menunjukkan angka yang lebih besar dari standar normal.
Penapakan sefalogram masing-masing dilakukan dua kali oleh operator yang
sama. Pengulangan pengukuran dilakukan dengan jarak satu minggu antara
pengukuran pertama dan kedua, kemudian diambil nilai rata-ratanya dan diuji secara
statistik.

3.9 Analisa Data
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat bantu program
Statistical Program for Social Science (SPSS) untuk uji statistik, sehingga dapat
dijelaskan tingkat perubahan yang terjadi. Untuk menjawab hipotesis penelitian
dilakukan analisis data melalui tahapan yaitu :
1.

Uji normalitas

2.

Paired t test sample


3.

Korelasi

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil dan Analisis Data
Pada penelitian ini sampel penelitian berjumlah 13 pasien. Data hasil
penelitian pengukuran perubahan indeks tinggi wajah pada perawatan ortodonti
maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama dianalisa dengan
menggunakan program SPSS.

Tabel 1. Data hasil pengukuran indeks tinggi wajah sebelum perawatan
NO

Nama Pasien


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M

AFHa
77,0
60,5
76,5
61,5
77,0
75,5
59,5
71,0
77,0
63,5
69,5
71,5
74,5
RATA-RATA (X)
SD

PFHa
54,5
54,5
53,5
50,5
47,5
58,5
53,5
53,0
67,5
54,5
60,0
55,0
46,5

FHIa
(Facial Height Index)
0,707
0,900#
0,699
0,821
0,616
0,774
0,899#
0,746
0,876#
0,858
0,863#
0,769
0,624
0,781
0,095

Keterangan : # nilai FHI > standar normal

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Data hasil pengukuran indeks tinggi wajah setelah perawatan
NO

Nama Pasien

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M

AFH
78,5
60,5
77,0
63,5
71,0
75,5
61,0
73,5
76,5
66,0
75,0
72,5
79,0
RATA-RATA
SD

PFH
57,5
45,0
53,5
54,5
54,5
69,5
53,0
60,0
56,0
58,0
63,5
57,5
49,5

FHI
(Facial Height Index)
0,732
0,743
0,694
0,858
0,767
0,920#
0,868#
0,816
0,732
0,878#
0,846
0,793
0,626
0,790
0,081

Keterangan : # nilai FHI > standar normal

Gambar 6. Nilai FHI sebelum dan setelah perawatan

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Data hasil pengukuran sudut Frankfort mandibula
No

Nama Pasien

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
RATA-RATA
SD

Sebelum
32,5#
21,5
29,0#
24,0
41,0#
21,5
17,0
33,0#
24,5
21,0
17,0
26,0
34,0#
26,308
7,198

Perawatan
Sesudah
25,0
14,5#
24,0
25,0
39,0#
25,0
20,0
31,0#
28,0
17,0
19,0
27,0
32,0#
25,115
6,646

Keterangan : # nilai FMA > atau < standar normal

Gambar 7. Nilai FMA sebelum dan setelah perawatan

Universitas Sumatera Utara

4.1.1 Uji Normalitas
Tabel 4.

Perubahan indeks tinggi wajah sebelum dan setelah
anterior
P

Variabel

Sebelum
0,733
0,469
0,860
0,817

AFH
PFH
FHI
FMA

Sesudah
0,817
0,894
0,979
0,986

retraksi

Keterangan
Normal
Normal
Normal
Normal

Tabel diatas merupakan hasil uji Normalitas data untuk mengetahui bahwa seluruh
variabel (AFH, PFH, FHI, FMA)

berdistribusi normal dengan angka signifikan

p > 0,05.

4.1.2 Uji Paired t test Sample
Tabel 5. Data hasil pengukuran perubahan indeks tinggi wajah
Variabel

N

AFH
PFH
FHI
FMA

13
13
13
13

Perlakuan
Sebelum
Setelah
± SD
± SD
70,346 ± 6,811
71,500 ± 6,579
54,538 ± 5,391
56,308 ± 6,088
0,780 ± 0,099
0,790 ± 0,084
26,308 ± 7,198
25,115 ± 6,646

Selisih

p

1,1540
1,7690
0,0093
1,1920

0,158
0,326
0,716
0,288

Hasil uji paired t test menyatakan ada perubahan indeks tinggi wajah pada
perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar
pertama tetapi tidak signifikan (p > 0,05), AFH (p = 0,158), PFH (p = 0,326),
FHI (p = 0,716), FMA (p = 0,288).

Universitas Sumatera Utara

4.1.3 Uji Korelasi (r)
Tabel 6. Hubungan pengukuran perubahan indeks tinggi wajah sebelum dan
setelah retraksi anterior
Variabel
AFH pre dengan AFH post
PFH pre dengan PFH post
FHI pre dengan FHI post
FMA pre dengan FMA post

N
13
13
13
13

r
0,915
0,416
0,523
0,847

p
0,001*
0,157
0,067
0,001*

Sifat hubungan
Berhubungan
Tidak berhubungan
Tidak berhubungan
Berhubungan

Keterangan : * signifikan

Dari hasil penelitian hubungan antara variabel-variabel perubahan indeks
tinggi wajah pada perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan pencabutan empat
gigi premolar pertama didapat hasil berhubungan, artinya ada hubungan pada
pengukuran perubahan AFH sebelum dan setelah retraksi anterior (r = 0,915,
p = 0,001), FMA sebelum dan setelah retraksi anterior (r = 0,867, p = 0,001),
sedangkan pada pengukuran perubahan FHI dan PFH sebelum dan setelah retraksi
anterior didapat hasil tidak berhubungan, artinya tidak ada hubungan FHI
(r = 0,523, p = 0,067), PFH (r = 0,416, p = 157).

Tabel 7. Hubungan pengukuran perubahan indeks tinggi wajah (FHI) sebelum
retraksi anterior dengan pengukuran AFH, PFH, dan FMA
Variabel
AFH pre dengan FHI pre
PFH pre dengan FHI pre
FMA pre dengan FHI pre

N
13
13
13

r
−0,693
0,614
−0,893

P
0,026*
0,009*
0,000*

Sifat Hubungan
Berhubungan
Berhubungan
Berhubungan

Keterangan : * signifikan

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil penelitian hubungan antara variabel-variabel perubahan indeks
tinggi wajah (FHI) pada perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan pencabutan
empat gigi premolar pertama didapat hasil berhubungan, dengan pengukuran AFH
artinya ada hubungan pada pengukuran perubahan AFH dengan FHI sebelum retraksi
anterior (r = −0,693, p = 0,026), PFH sebelum retraksi anterior (r = 0,614, p = 0,009),
dan FMA sebelum retraksi anterior (r = −0,893, p = 0,000).

Tabel 8. Hubungan pengukuran perubahan indeks tinggi wajah (FHI) setelah
retraksi anterior dengan pengukuran AFH, PFH, dan FMA
Variabel
AFH post dengan FHI post
PFH post dengan FHI post
FMA post dengan FHI post

N
13
13
13

r
p
−0,452 0,121
0,634 0,020*
−0,347 0,246

Sifat Hubungan
Tidak berhubungan
Berhubungan
Tidak berhubungan

Keterangan : * signifikan

Dari hasil penelitian hubungan antara dua variabel perubahan indeks tinggi
wajah (FHI) pada perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan pencabutan empat
gigi premolar pertama didapat hasil berhubungan, dengan pengukuran PFH setelah
retraksi anterior artinya ada hubungan pada pengukuran perubahan PFH dengan FHI
setelah retraksi anterior (r = 0,634, p = 0,020), sedangkan dengan AFH
(r = −0,452, p = 0,121), dan FMA (r = −0,347, p = 0,246) didapat hasil tidak
berhubungan.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PEMBAHASAN

Penelitian mengenai perubahan indeks tinggi wajah pada perawatan ortodonti
maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama merupakan
penelitian eksperimental kuasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan
indeks tinggi wajah pada pasien setelah dilakukan perawatan ortodonti dengan
pencabutan empat gigi premolar pertama, karena indeks tinggi wajah merupakan
barometer selama jalannya perawatan.19
Untuk mendiagnosa dan menilai keberhasilan rencana perawatan ortodonti
perlu dipertimbangkan tinggi wajah posterior, tinggi wajah anterior, indeks tinggi
wajah, dan sudut mandibula Frankfort. Perawatan ortodonti dengan pencabutan empat
gigi premolar pertama akan menghasilkan perubahan dimensi vertikal gigi maupun
wajah.

5.1

Perubahan Indeks Tinggi Wajah
Dari data diperoleh bahwa ada perubahan indeks tinggi wajah tetapi tidak

signifikan (p > 0,05), AFH (p = 0,158), PFH (p = 0,326), FHI (p = 0,716), dan FMA
(p = 0,288). Kocadareli dan Staggers menemukan adanya perubahan dimensi vertikal
yang terjadi setelah pencabutan empat gigi premolar pertama, tetapi perubahan ini
tidak berbeda dengan yang terjadi pada kasus tanpa pencabutan.10,12,15,17

Universitas Sumatera Utara

Cusimano dkk menganalisa kasus pencabutan premolar dan menemukan tidak
ada penurunan dimensi vertikal, sebaliknya dimensi vertikal bertambah atau sedikit
terbuka.14 Pada penelitian ini indeks tinggi wajah sebelum perawatan 0,780 ± 0,099,
dan setelah perawatan 0,790 ± 0,084. Angka ini menunjukkan bahwa prognosis
perawatan baik, sesuai dengan angka yang diperoleh oleh Horn, dengan kisaran
0,55 – 0,85 dengan rerata 0,70. Setelah dilakukan perawatan, indeks tinggi wajah
meningkat dengan rata-rata 0,790 ± 0,084. Hayasaki dkk menganalisa indeks tinggi
wajah atau facial height index (FHI) lebih meningkat pada kasus pencabutan dan
menurun pada kasus tanpa pencabutan, hal ini sama dengan pendapat Sivakumar.16,17
Peningkatan indeks tinggi wajah menunjukkan prognosis yang baik dan
konsekuensinya mandibula rotasi ke arah atas dan depan, dan mengecilnya sudut
Frankfort

mandibula. Nilai indeks tinggi wajah setelah perawatan masih dalam

kisaran normal.
Dari 13 kasus yang diteliti diperoleh hasil ada beberapa pasien yang nilai FHI
nya lebih besar dari kisaran normal sebelum perawatan di antaranya :
1.

Pasien B (FHI = 0,900) karena di atas standar normal maka sebaiknya
disarankan untuk tindakan bedah. Setelah dilakukan perawatan diperoleh hasil
(FHI = 0,743), menunjukkan hasil yang membaik.

2.

Pasien G (FHI = 0,899) karena di atas standar normal maka sebaiknya
disarankan untuk tindakan bedah. Setelah dilakukan perawatan diperoleh hasil
(FHI = 0,868), menunjukkan hasil yang lebih besar dari standar normal juga,
maka sebaiknya disarankan untuk tindakan bedah.

Universitas Sumatera Utara

3.

Pasien I (FHI = 0,876) karena di atas standar normal maka sebaiknya
disarankan untuk tindakan bedah. Setelah dilakukan perawatan diperoleh hasil
(FHI = 0,868), menunjukkan hasil yang lebih baik masih dalam

standar

normal.
4.

Pasien K (FHI = 0,863) karena di atas standar normal maka sebaiknya
disarankan untuk tindakan bedah. Setelah dilakukan perawatan diperoleh hasil
(FHI = 0,846), menunjukkan hasil yang lebih baik masih dalam

standar

normal.
Beberapa pasien yang nilai FHI nya lebih besar dari standar normal setelah
perawatan di antaranya :
1.

Pasien F (FHI = 0,920) di atas standar normal, padahal sebelum dilakukan
perawatan berada dalam standar normal (FHI = 0,774). Hasil setelah perawatan
memperlihatkan nilai yang kurang memuaskan sehingga sebaiknya disarankan
untuk tindakan bedah. Hal ini dapat terjadi karena mekanoterapi selama
perawatan dapat mempengaruhi hasil akhir perawatan. Oleh karena itu selama
perawatan harus mengikuti tahapan yang benar dan hati-hati dalam
menggunakan teknik perawatan, sehingga diperoleh nilai FHI dalam standar
normal.

2.

Pasien G (FHI = 0,868) di atas standar normal maka sebaiknya disarankan
untuk tindakan bedah, sebelum dilakukan perawatan (FHI = 0,899), meskipun
terjadi penurunan namun masih tetap lebih besar dari standar normal. Hal ini
dapat terjadi karena mekanoterapi selama perawatan dapat mempengaruhi hasil

Universitas Sumatera Utara

akhir perawatan. Oleh karena itu selama perawatan harus mengikuti tahapan
yang benar dan hati-hati dalam menggunakan teknik perawatan, sehingga
diperoleh nilai FHI dalam standar normal.
3.

Pasien J (FHI = 0,878) di atas standar normal maka sebaiknya disarankan untuk
tindakan bedah dan memperlihatkan hasil yang lebih besar dari sebelum
dilakukan perawatan (FHI = 0,858). Hal ini dapat terjadi karena mekanoterapi
selama perawatan dapat mempengaruhi hasil akhir perawatan. Seharusnya dari
awal apabila sudah diketahui FHI lebih besar dari standar normal, penggunaan
teknik perawatan harus lebih hati-hati selama masa perawatan sehingga tidak
menyebabkan penyimpangan nilai FHI yang lebih jauh dari standar normal.
Beberapa pasien yang nilai FMA nya di atas atau di bawah dari standar

normal (17 – 28) setelah perawatan di antaranya :
1.

Pasien B (FMA = 14,5) di bawah standar normal (rotasi mandibula ke arah atas
dan depan), dimana sebelum dilakukan perawatan (FMA = 21,5), nilai FMA
nya berada dalam standar normal. Hasil yang tidak diinginkan ini terjadi karena
penggunaan mekanoterapi yang kurang hati-hati.

2.

Pasien E (FMA = 39,0) di atas standar normal (rotasi mandibula ke arah bawah
dan belakang), meskipun terjadi penurunan dari sebelum dilakukan perawatan
(FMA = 41,0) namun masih tetap di atas standar normal. Hal ini dapat terjadi
karena penggunaan mekanoterapi yang kurang hati-hati.

3.

Pasien H (FMA = 31,0) di atas standar normal (rotasi mandibula ke arah bawah
dan belakang), meskipun terjadi penurunan dari sebelum dilakukan perawatan

Universitas Sumatera Utara

(FMA = 33,0) namun masih tetap di atas standar normal. Hal ini dapat terjadi
karena penggunaan mekanoterapi yang kurang hati-hati.
4.

Pasien M (FMA = 32,0) di atas standar normal (rotasi mandibula ke arah bawah
dan belakang), meskipun terjadi penurunan dari sebelum dilakukan perawatan
(FMA = 33,0) namun masih tetap di atas standar normal. Hal ini dapat terjadi
karena penggunaan mekanoterapi yang kurang hati-hati.

5.2

Hubungan antara Perubahan Sudut Mandibula Frankfort dengan Indeks
Tinggi Wajah
Hubungan antara perubahan sudut mandibula Frankfort dengan indeks tinggi

wajah terlihat dari korelasi r = −0,893 dengan kemaknaan p < 0,05. Hal ini
menunjukkan keeratan hubungan yang negatif. Oleh karena itu hipotesis yang
menyatakan ada hubungan negatif antara perubahan sudut Frankfort mandibula
dengan indeks tinggi wajah diterima. Konsekuensinya adalah setiap penurunan sudut
Frankfort mandibula

akan meningkatkan indeks tinggi wajah dan menunjukkan

bahwa peningkatan tinggi wajah posterior lebih besar dibanding peningkatan tinggi
wajah anterior. Menurut Vaden, bahwa untuk kasus-kasus dengan sudut Frankfort
mandibula yang besar cenderung terjadi gigitan terbuka, oleh karena itu perawatan
ditujukan untuk menambah tinggi wajah posterior dan mempertahankan tinggi wajah
anterior, sehingga indeks tinggi wajah semakin baik. Hasil penelitian ini
menunjukkan berkurangnya sudut Frankfort mandibula dan bertambahnya indeks

Universitas Sumatera Utara

tinggi wajah setelah perawatan. Penelitian ini meyakinkan operator bahwa perawatan
ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar hasilnya cukup baik dalam
mempertahankan perubahan dimensi vertikal gigi dan wajah, rotasi mandibula ke
arah atas dan depan, peningkatan tinggi wajah posterior dan indeks tinggi wajah.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perubahan indeks tinggi wajah pada perawatan

ortodonti maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama dapat
disimpulkan :
1.

Ada perubahan indeks tinggi wajah pada perawatan ortodonti maloklusi Klas I
dengan pencabutan empat gigi premolar pertama tetapi perubahan tersebut tidak
signifikan.

2.

Ada hubungan negatif antara perubahan sudut mandibula Frankfort dengan
perubahan indeks tinggi wajah yang terjadi pada perawatan ortodonti maloklusi
Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama.
Dari 13 kasus yang diteliti diperoleh hasil ada beberapa pasien yang nilai FHI

nya lebih besar dari kisaran normal (0,55 – 0,85) sebelum perawatan di antaranya
pasien B, G, I, dan K. Beberapa pasien yang nilai FHI nya lebih besar dari standar
normal setelah perawatan di antaranya pasien F, G, dan J. Beberapa pasien yang
nilai FMA nya di atas atau di bawah dari standar normal (17 – 28) setelah perawatan
di antaranya pasien B, E, H, dan M. Hal ini dapat terjadi karena penggunaan
mekanoterapi yang kurang hati-hati selama perawatan. Indeks tinggi wajah perlu di
kontrol sebelum, selama dan setelah perawatan.

Universitas Sumatera Utara

6.2

Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah sampel

yang lebih banyak dan pada pasien yang sudah selesai perawatan, braket sudah
dilepas.

Universitas Sumatera Utara