Perubahan Dimensi Vertikal Pada Perawatan Ortodonti Dengan Pencabutan Empat Gigi Premolar Pertama Pada Maloklusi Klas I

(1)

PERUBAHAN DIMENSI VERTIKAL PADA PERAWATAN

ORTODONTI DENGAN PENCABUTAN

EMPAT GIGI PREMOLAR PERTAMA

PADA MALOKLUSI KLAS I

T E S I S

OLEH :

IMAN PRASETIO 047028004

DEPARTEMEN ORTODONSIA

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

PERUBAHAN DIMENSI VERTIKAL PADA PERAWATAN

ORTODONTI DENGAN PENCABUTAN

EMPAT GIGI PREMOLAR PERTAMA

PADA MALOKLUSI KLAS I

T E S I S

Untuk memperoleh Gelar Spesialis Ortodonti (Sp.Ort) Dalam rangka Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Iman Prasetio 047028004

Pendidikan Program Dokter Gigi Spesialis Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara M E D A N


(3)

PERSETUJUAN TESIS

TESIS : PERUBAHAN DIMENSI VERTIKAL PADA PERAWATAN ORTODONTI DENGAN PENCABUTAN EMPAT GIGI PREMOLAR PERTAMA PADA MALOKLUSI KLAS I

Nama Mahasiswa : Iman Prasetio N I M : 047028004

Program Spesialis : Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti

Tesis ini telah disetujui untuk diseminarkan

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pendamping

(F.Susanto A., drg., Sp.Ort (K)) (Erna Sulistiawati, drg., Sp.Ort(K))

Mengetahui,

Ketua Program PPDGS Ortodonti

(Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K)) NIP: 19481230 197802 2 002


(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 15 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) Anggota : Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort(K)


(5)

PERNYATAAN

PERUBAHAN DIMENSI VERTIKAL PADA PERAWATAN ORTODONTI DENGAN PENCABUTAN EMPAT GIGI PREMOLAR PERTAMA PADA MALOKLUSI KLAS I

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 15 Juni 2010


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan karya ilmiah dalam bentuk tesis ini yang kami beri judul Perubahan Dimensi Vertikal Pada Perawatan Ortodonti Dengan Pencabutan Empat Gigi Premolar Pertama Pada

Maloklusi Klas I. Tulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis dalam Ilmu Ortodonti di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis sangat banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan baik secara material maupun moril dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof.Dr.Syahril Pasaribu,DTMH,MSc(CTM),SpA(K), yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.

Yang terhormat Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Prof. Nazruddin, drg.,Ph.D.,Sp.Ort yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.

Yang terhormat Erna Sulistyawati, drg. Sp.Ort (K) selaku Ketua Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(7)

Yang terhormat Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Yang terhormat F.Susanto Adiwinata, drg., Sp.Ort(K) selaku pembimbing utama dan Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort(K) selaku pembimbing anggota tesis saya, yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan bimbingan, semangat, motivasi dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan selama dalam penelitian dan penulisan tesis ini.

Yang terhormat staf pengajar di jajaran Ortodonti, Nurhayati Harahap, drg.,Sp.Ort(K), Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort(K), Amalia Oeripto, drg., M.S., Sp.Ort(K), Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort(K), F.Susanto Adiwinata, drg., Sp.Ort(K) yang telah banyak memberikan bimbingan dalam ilmu dan pengetahuan di bidang Ortodonti, baik

secara teori dan keterampilan yang kiranya sangat bermanfaat bagi penulis di kemudian hari.

Yang tercinta kedua orang tua, Ayahanda Oeripto Soedjadi, drg., Sp.KGA dan Ibunda Amalia Oeripto, drg., M.S.,Sp.Ort(K) yang dengan segala daya upaya telah mengasuh, membesarkan dan membimbing dengan penuh kasih sayang semenjak kecil hingga dewasa agar menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, agama, bangsa dan negara yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama menjalani dan menyelesaikan pendidikan Spesialis ini.

Terima kasih pada teman sejawat, Januar Riahdo, Syarwan, Elly, Andreas, Martha, Cut Yuliza, bu Arnita dan teman-teman peserta pendidikan Spesialis Ortodonti


(8)

lain yang telah bersama-sama baik dalam suka maupun duka, saling membantu sehingga terjalin rasa persaudaraan yang erat, dengan harapan teman-teman dapat lebih giat lagi sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkahi kita semua.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pelaksanaan dan penulisan tesis ini, namun demikian diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Ortodonti.

Akhirnya izinkanlah penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya atas kesalahn dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini. Semoga segala bantuan, dorongan, petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Amin.

Medan, Juni 2010 Penulis

( Iman Prasetio ) NIM: 047028004


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...

PERSETUJUAN ...

PERNYATAAN ...…...………

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ………..………..…...……..

DAFTAR TABEL ………..……….

DAFTAR GAMBAR ………...………..…….

DAFTAR LAMPIRAN ………..…………..

ABSTRAK ………...………

BAB 1. PENDAHULUAN ………...…...……….

1.1.Latar Belakang ……….

1.2.Permasalahan ………

1.3.Hipotesis ………..

1.4.Tujuan Penelitian ………. 1.5.Manfaat Penelitian ………

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ………...….

2.1. Relasi Klas I Skeletal ... ………. 2.2. Dimensi Vertikal ... 2.3. Landasan Teori ………...………... …………..

2.4. Pengukuran Skeletal …...……….. 2.5. Pengukuran Dentoalveolar ...

i ii iv v viii x xi xii xiii 1 1 3 3 3 3 4 4 4 7 8 9


(10)

2.6. Kerangka Konsep Penelitian ...……….

BAB 3. METODE PENELITIAN ………..

3.1. Desain Penelitian ……….. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...……… 3.4. Kriteria Sampel ..………...….. 3.5. Besar Sampel ……… 3.6. Identifikasi Variabel ………. 3.7. Definisi Operasional ……… 3.8. Metode Pengukuran ... ………. 3.9. Cara Penelitian . ………...……… 3.10. Analisa Data …………. ………

BAB 4 . HASIL PENELITIAN ………..

BAB 5. PEMBAHASAN ……...………...……...

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ...

DAFTAR PUSTAKA ………….………...………..

LAMPIRAN ……….………... RIWAYAT HIDUP ...

11 12 12 12 12 13 13 14 15 17 18 20 21 27 29 31 33 59


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Data hasil pengukuran perubahan dimensi vertikal ...

Tabel 4.2. Rata-rata perubahan pada pengukuran N-Me untuk perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama maloklusi Klas I ……... Tabel 4.3. Rata-rata perubahan pada pengukuran ANS-Me ... Tabel 4.4. Rata-rata perubahan pada pengukuran S-Go ... Tabel 4.5. Rata-rata perubahan pada pengukuran PNS’-Go ...

Tabel 4.6. Rata-rata perubahan pada pengukuran U6-PPL ...

Tabel 4.7. Rata-rata perubahan pada pengukuran L6-MPL ... Tabel 4.8. Rata-rata perubahan pada pengukuran U6-PPA ... Tabel 4.9. Rata-rata perubahan pada pengukuran L6-MPA ... Tabel 4.10. Rata-rata perubahan pada pengukuran U6-A’ ... Tabel 4.11. Rata-rata perubahan pada pengukuran L6-B’ ... Tabel 4.12. Korelasi berpasangan ...

21

22 22 23 23 23 24 24 24 25 25 26


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Pola sketelal ...

Gambar 2.2. Tracing sefalogram menurut Sassouni ... Gambar 2.3. Garis-garis pengukuran sefalometri ... Gambar 2.4. Pengukuran linier dentoalveolar sefalometri ... Gambar 2.5. Pengukuran anguler dentoalveolar sefalometri ... Gambar 2.6. Kerangka konsep penelitian ...

4 6 8 9 10 11


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Alur Penelitian ...

2. Jadwal Penelitian ... 3. Daftar sumber data sampel untuk keperluan penelitian ... 4. Titik-titik yang digunakan dalam sefalogram pada penelitian ……….. 5. Hasil uji distribusi normalitas dan uji homogenitas varians data ... 6. Data hasil pengukuran ………..

33 34 35 36 37 57


(14)

ABSTRAK

Perawatan ortodonti memerlukan pencabutan gigi untuk merawat susunan gigi yang tidak teratur. Pencabutan gigi premolar pertama bisa dilakukan pada maksila, mandibula atau kedua rahang. Pada kasus pencabutan diperlukan penjangkaran, penarikan kaninus dan retraksi anterior. Dalam hal ini yang diamati adalah perubahan dimensi vertikal yang terjadi, bukan perubahan sagital atau transversal. Tujuan penelitian ini untuk melihat perubahan dimensi vertikal yang terjadi pada pasien ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. Sefalogram lateral sebanyak 6 sampel pasien skeletal Klas I yang telah memenuhi kriteria diambil sebelum perawatan dimulai dan setelah retraksi anterior dimana gigi kaninus telah berkontak rapat dengan gigi premolar kedua dan gigi-gigi insisivus telah berkontak rapat dengan kaninus. Uji-t menunjukkan adanya perubahan signifikan pada pengukuran N-Me -4.41 ± 4.56 mm, kemudian ANS’-Me -3.08 ± 1.62 mm, L6-MPL -3.58±3.57mm,L6-MPA 4.75 ± 4.39 mm, U6-PPL -1.91± 2.64 mm,U6-A’ 2.75±3.13 mm, L6-B’ 3.50 ± 5.16 mm dan hasil tidak signifikan pada pengukuran S-Go -0.5000 ± 2.67mm, PNS-Go .58± 3.654 mm dan U6-PPA -1.08 ± 4.05. Hal yang dapat menyebabkan penurunan dimensi vertikal adalah akibat dari kehilangan penjangkaran atau bergeraknya ke mesial gigi penjangkar di posterior ketika gigi-gigi anterior diretraksi. Jika penjangkaran telah terpasang maka kehilangan dimensi vertikal seharusnya tidak akan terjadi.


(15)

ABSTRACT

Orthodontic treatment needs premolar extraction to treat an irregular arrangement of teeth. First premolar extractions can be done on the maxillary, mandible or both jaw. In extraction case, it is required to perform anchorage, canine and anterior retraction. In this case, observation is done on changes in vertical dimension that occur, rather than sagital or transverse. The purpose of this study is to look at changes that occurred in the vertical dimension of orthodontic patients with the removal of the first four premolar on Class I malocclusion. Lateral cephalogram of 6 samples on Class I skeletal patients, which has met the criteria were chosen before the treatment began and after the retraction of anterior teeth where the canine came in to contact with the second premolar teeth and incisor teeth came in contact with the canine. T-test showed significant changes in measurement N-Me -4.41 ± 4.56 mm, then ANS’-Me -3.08 ± 1.62 mm, L6-MPL -3.58±3.57mm, L6-MPA 4.75 ± 4.39 mm,U6-PPL -1.91±2.64 mm,U6-A’ 2.75±3.13 mm, L6-B’ 3.50±5.16 mm and the results are not significant in the measurement of S-Go -0.5000 ± 2.67 mm, PNS-Go .58± 3.654 mm and U6-PPA -1.08 ± 4.05. The cause of decrease in the vertical dimension is the result of the loss of anchorage or movement of the tooth mesially in the posterior when the anterior teeth retracted. If the anchorage has been maintained, then the loss of vertical dimension should not occur.


(16)

ABSTRAK

Perawatan ortodonti memerlukan pencabutan gigi untuk merawat susunan gigi yang tidak teratur. Pencabutan gigi premolar pertama bisa dilakukan pada maksila, mandibula atau kedua rahang. Pada kasus pencabutan diperlukan penjangkaran, penarikan kaninus dan retraksi anterior. Dalam hal ini yang diamati adalah perubahan dimensi vertikal yang terjadi, bukan perubahan sagital atau transversal. Tujuan penelitian ini untuk melihat perubahan dimensi vertikal yang terjadi pada pasien ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. Sefalogram lateral sebanyak 6 sampel pasien skeletal Klas I yang telah memenuhi kriteria diambil sebelum perawatan dimulai dan setelah retraksi anterior dimana gigi kaninus telah berkontak rapat dengan gigi premolar kedua dan gigi-gigi insisivus telah berkontak rapat dengan kaninus. Uji-t menunjukkan adanya perubahan signifikan pada pengukuran N-Me -4.41 ± 4.56 mm, kemudian ANS’-Me -3.08 ± 1.62 mm, L6-MPL -3.58±3.57mm,L6-MPA 4.75 ± 4.39 mm, U6-PPL -1.91± 2.64 mm,U6-A’ 2.75±3.13 mm, L6-B’ 3.50 ± 5.16 mm dan hasil tidak signifikan pada pengukuran S-Go -0.5000 ± 2.67mm, PNS-Go .58± 3.654 mm dan U6-PPA -1.08 ± 4.05. Hal yang dapat menyebabkan penurunan dimensi vertikal adalah akibat dari kehilangan penjangkaran atau bergeraknya ke mesial gigi penjangkar di posterior ketika gigi-gigi anterior diretraksi. Jika penjangkaran telah terpasang maka kehilangan dimensi vertikal seharusnya tidak akan terjadi.


(17)

ABSTRACT

Orthodontic treatment needs premolar extraction to treat an irregular arrangement of teeth. First premolar extractions can be done on the maxillary, mandible or both jaw. In extraction case, it is required to perform anchorage, canine and anterior retraction. In this case, observation is done on changes in vertical dimension that occur, rather than sagital or transverse. The purpose of this study is to look at changes that occurred in the vertical dimension of orthodontic patients with the removal of the first four premolar on Class I malocclusion. Lateral cephalogram of 6 samples on Class I skeletal patients, which has met the criteria were chosen before the treatment began and after the retraction of anterior teeth where the canine came in to contact with the second premolar teeth and incisor teeth came in contact with the canine. T-test showed significant changes in measurement N-Me -4.41 ± 4.56 mm, then ANS’-Me -3.08 ± 1.62 mm, L6-MPL -3.58±3.57mm, L6-MPA 4.75 ± 4.39 mm,U6-PPL -1.91±2.64 mm,U6-A’ 2.75±3.13 mm, L6-B’ 3.50±5.16 mm and the results are not significant in the measurement of S-Go -0.5000 ± 2.67 mm, PNS-Go .58± 3.654 mm and U6-PPA -1.08 ± 4.05. The cause of decrease in the vertical dimension is the result of the loss of anchorage or movement of the tooth mesially in the posterior when the anterior teeth retracted. If the anchorage has been maintained, then the loss of vertical dimension should not occur.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu ortodonti telah berkembang pesat berkat pengalaman ortodontis dalam pencapaian hasil yang optimal. Tujuan perawatan ortodonti dari masa ke masa terus mengalami perkembangan. Perawatan ortodonti terkadang memerlukan pencabutan gigi untuk merawat susunan gigi yang tidak teratur. Pencabutan gigi premolar pertama bisa dilakukan pada maksila, mandibula atau kedua rahang. Pencabutan gigi premolar pertama pada maksila adalah merupakan suatu perawatan compromise dirawat pada kasus maloklusi Klas II. Pencabutan gigi premolar pertama pada mandibula terkadang merupakan bagian dari suatu perawatan maloklusi Klas III. Sedangkan pencabutan empat gigi premolar pertama pada umumnya merupakan suatu perawatan gigi berjejal atau bimaksiler protrusi. Untuk itu pada kasus pencabutan diperlukan penjangkaran, penarikan kaninus dan retraksi anterior. Dalam hal ini yang diamati adalah perubahan dimensi vertikal yang terjadi, bukan perubahan sagital atau transversal.(1,15)

Penderita dewasa yang datang ke klinik ortodonti untuk datang berobat ke klinik ortodonti dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kenaikan jumlah yang pesat dan dapat dijadikan indikator bahwa pemikiran masyarakat sudah mencapai tingkat kebutuhan estetik dan umumnya mereka datang dengan keluhan letak gigi-gigi yang tidak teratur, protrusi atau kelainan gigi lain.(2)

Pada tahun 1900 mulai dikenal sebagai tahun permulaan perawatan ortodonti yang melibatkan gigi-gigi maksila dan mandibula. Sekitar tahun 1930 dilakukan


(19)

pencabutan gigi permanen sebagai tindakan perawatan untuk mencapai wajah yang estetis dengan oklusi stabil. Pencabutan premolar walaupun telah biasa dilakukan selama bertahun-tahun, tetapi masih tetap kontroversi berkaitan dengan efek pencabutan premolar terhadap dimensi vertikal. Pencabutan empat gigi premolar pertama umumnya dilakukan untuk mengoreksi diskrepansi antara ukuran gigi dan panjang lengkung serta mengurangi bimaksiler protrusi. Namun sering terlupakan bahwa pencabutan gigi premolar dapat menyebabkan adanya gangguan dimensi vertikal.(4,11,12,17,20)

Merrifield menemukan bila terdapat peninggian setiap 1 mm pada daerah molar dapat terjadi peningkatan 1,3 mm pada tinggi wajah anterior, sehingga mengakibatkan gusi terlihat ketika tersenyum.(3) Elham dkk, mempelajari efek pencabutan gigi molar pertama mandibula dan menemukan tidak ada perubahan signifikan dalam dimensi vertikal wajah, tetapi mereka menemukan peningkatan overbite akibat tipping gigi insisiv bawah ke lingual.(4) Schudy, mengatakan perawatan dengan pencabutan ini merupakan kamuflase, pergerakan gigi molar ke mesial menimbulkan rotasi mandibula

counterclockwise(1,5) Chua dkk menemukan pencabutan premolar tidak menyebabkan perubahan berarti pada tinggi wajah anterior bawah.(1) Kocadarelli dan Staggers menemukan adanya perubahan dimensi vertikal yang terjadi setelah pencabutan empat gigi premolar pertama, tetapi perubahan ini tidak berbeda dengan yang terjadi pada kasus tanpa pencabutan.(1,7,12,20) Cusimano dkk menganalisa kasus pencabutan premolar dan menemukan tidak ada penurunan dimensi vertikal, sebaliknya dimensi vertikal bertambah atau sedikit terbuka. (8) Sivakumar menyimpulkan terjadi peningkatan linier dimensi vertikal pada kedua kelompok.(9)


(20)

Dari literatur-literatur yang ada ditemukan bahwa masih diperlukan studi untuk mengevaluasi perubahan dimensi vertikal pasien Klas I pada masa gigi permanen. Untuk itu penulis merasa tertarik untuk meneliti perubahan dimensi vertikal yang terjadi pada pasien ortodonti yang dirawat dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas timbul permasalahan, apakah ada perubahan dimensi vertikal yang terjadi pada pasien ortodonti yang dirawat dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I ?

1.3. Hipotesis

Ada perubahan dimensi vertikal yang terjadi pada pasien ortodonti yang dirawat dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I.

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk melihat perubahan dimensi vertikal yang terjadi pada pasien ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1.Menambah pengetahuan dalam menentukan rencana perawatan.

1.5.2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dalam perawatan ortodonti.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Relasi Klas I Skeletal

Pola Klas I skeletal memiliki besar sudut ANB berkisar antara 2-4º, dan bila sudut lebih besar dari 4º dapat dikatakan sebagai Klas II skeletal atau bila kurang dari 2º sebagai Klas III skeletal. (Gambar 2.1)(11)

Gambar 2.1. Pola sketelal. a. Klas I: ANB 2-4º, b. Klas II: ANB >6º, c. Klas III: ANB<2º. (11)

2.2. Dimensi Vertikal

Perkembangan dimensi vertikal ditandai dengan keseimbangan antara lidah, bibir, pipi dan gigi-geligi pada masa pertumbuhan. Keseimbangan sistem biologis ini lebih ditentukan oleh lamanya tekanan dibandingkan dengan besarnya tekanan. (15)

Dimensi vertikal yang bertambah khususnya terlihat pada anterior open bite, sedangkan penurunan dimensi vertikal termanifestasi pada anterior deep overbite. Anterior open bite lebih umum pada orang Afro-Amerika, sedangkan anterior deep bite

lebih sering pada orang Eropa-Amerika.(15)

Otot-otot pengunyahan menghasilkan tekanan yang berat dan terputus dalam durasi yang pendek sewaktu mengunyah makanan. Tekanan oklusal bekerja untuk


(22)

mempertahankan keseimbangan dimensi vertikal dari bagian orofasial, walaupun kebiasaan patologis seperti bruksism di waktu malam, atau otot-otot pengunyahan yang hiperaktif berpotensi mengganggu keseimbangan vertikal. Hal ini bisa terjadi pada saat gigi-geligi posterior belum erupsi sempurna dan berkurangnya perkembangan vertikal dari alveolar, mandibula dan maksila bagian posterior yang mengakibatkan anterior

overbite bertambah.(15)

Kebiasaan tongue thrust dan mengisap ibu jari dalam waktu lama juga dapat mengakibatkan penambahan pada overjet dan openbite. Nasal Obstruction yang menyebabkan pernafasan mulut telah dinyatakan sebagai penyebab over erupsi gigi posterior dan peningkatan dimensi vertikal wajah bagian bawah karena postur mulut terbuka. Bagaimanapun, bukti untuk menunjukkan adanya perubahan yang signifikan dalam pertumbuhan wajah pada manusia lebih sebagai akibat dari pernafasan mulut dibandingkan dengan gangguan hidung (nasal obstruction) masih belum dapat disimpulkan.(15)

Karakteristik skeletal dari gambaran sefalometri yang menunjukkan adanya peningkatan dimensi vertikal dapat dilihat dari tinggi ramus mandibula yang pendek atau tinggi wajah posterior berkurang, tinggi dentoalveolar mandibula atau maksila yang bertambah, sudut dataran mandibula yang curam, dataran palatal posterior yang miring ke arah inferior dan dataran oklusal yang miring ke arah inferior. (15)

Karakteristik skeletal dari gambaran sefalometri yang menunjukkan adanya pengurangan dimensi vertikal dapat dilihat dari tinggi ramus mandibula yang bertambah atau tinggi wajah posterior bertambah; tinggi wajah anterior bawah berkurang, tinggi


(23)

dentoalveolar lebih pendek dari normal; sudut dataran mandibula yang datar dan sudut Gonial kecil.(10,15)

Analisa sefalometri memberikan pengukuran linear dan angular. Pengukuran ini akan menggambarkan morfologi skeletodental dalam bidang sagital dan vertikal. Cara ini ditemukan oleh Sassouni, ia menggunakan dataran horizontal pada gambaran anatomi dari skeletal kraniofasial. Jika garis-garis ini tidak bertemu pada titik tunggal melainkan paralel, menunjukkan ada penurunan/pengurangan pada dimensi vertikal (Gambar 2.2.A). Pada wajah yang proporsional baik secara vertikal, kelima dataran yang dibuat seharusnya bertemu pada titik tunggal yang terletak pada posterior wajah pada

occipitalis (Gambar 2.2.B). Pertemuan dataran-dataran ini dekat dengan telinga bagian luar/eksternal di depan occipitalis mengindikasikan penambahan dimensi vertikal anterior (Gambar 2.2.C).

Gambar 2.2. Tracing sefalogram menurut Sassouni. A. Tracing sefalogram tinggi wajah anterior bawah menurut Sassouni yang pendek. B.Tracing sefalogram tinggi wajah vertikal anterior menurut Sassouni yang normal. C. Tracing sefalogram menurut Sassouni yang menunjukkan adanya indikasi peningkatan dimensi vertikal anterior.(15)


(24)

2.3. Landasan Teori

Untuk memperbaiki crowded dan melakukan retraksi gigi anterior diperlukan ruang. Untuk itu diperlukan pencabutan empat gigi premolar pertama. Pada kasus retraksi anterior biasanya diperlukan penjangkaran. Penjangkaran dimaksudkan untuk mempertahankan posisi gigi-gigi posterior agar tidak terjadi pergeseran ke mesial ke arah ruang bekas pencabutan sehingga dimensi vertikal dapat dipertahankan.(7,20)

Tinggi wajah dapat bertambah sebagai hasil dari pertumbuhan. Pengelompokan tipe wajah dengan dimensi diilustrasikan dengan tinggi wajah anterior atas dan tinggi wajah bawah memiliki hubungan dalam masa pertumbuhan. Pada kasus deepbite, tinggi wajah atas bertambah, sedangkan pada kasus openbite tinggi wajah anterior bawah yang bertambah. (20) Peningkatan tinggi wajah atas, tinggi wajah bawah dan total tinggi wajah lebih banyak terjadi pada wajah hiperdivergen daripada wajah mesiodivergen yang hanya pada tinggi wajah atas dan total tinggi wajah. (7)

Yamaguchi dan Nanda menemukan perubahan lebih besar terjadi pada total tinggi wajah dan tinggi wajah anterior bawah pada kasus dengan pencabutan dibandingkan dengan kelompok pasien yang menggunakan high pull headgear.(21)

Staggers membandingkan perubahan vertikal yang terjadi pada kasus tanpa pencabutan dan dengan pencabutan empat gigi premolar pertama. Ia menemukan tidak ada perbedaan bermakna pada kedua kelompok. Kedua kelompok menghasilkan sedikit peningkatan dimensi vertikal.(7)


(25)

2.4. Pengukuran Skeletal

Untuk melakukan pengukuran linier tinggi wajah skeletal dapat dibagi atas dua bagian, antara lain :

2.4.1. Anterior

Rakosi melakukan pengukuran tinggi wajah skeletal dengan cara menghubungkan titik Nasion (N) dengan titik Menton (Me) untuk menentukan tinggi wajah skeletal anterior(14). Bishara menambahkan pengukuran dari titik N ke ANS’ untuk menentukan tinggi wajah anterior atas.(15) Kim, Hayasaki dan Kocaderelli menambahkan pengukuran titik ANS’ ke titik Me untuk tinggi wajah anterior bawah. (1,5,12)

2.4.2. Posterior

Rakosi juga menghubungkan titik Sella (S) dengan titik Gonion (Go) untuk menentukan tinggi wajah skeletal posterior dan pengukuran PNS’-Go untuk tinggi wajah posterior bawah (Gambar 2.3).(14)


(26)

2.5. Pengukuran Dentoalveolar

Kim, Nanda dan Sinha melakukan pengukuran linier dentoalveolar yang digunakan antara lain U6-PPL yaitu jarak perpendikular dari cusp mesial gigi molar pertama maksila ke dataran palatal, L6-MPL yaitu jarak perpendikular dari cusp mesial gigi molar pertama mandibula ke dataran mandibula. U6-A’ yaitu jarak yang diukur dari titik kontak mesial gigi molar pertama maksila ke garis perpendikular dari titik A ke dataran palatal dan L6-B’ yaitu jarak yang diukur dari titik kontak mesial gigi molar pertama mandibula ke garis perpendikular dari titik B ke dataran mandibula (Gambar 2.4). (22)

Gambar 2.4. Pengukuran linier dentoalveolar sefalometri: 1.dataran palatal; 2. dataran mandibula; 3. tinggi vertikal molar pertama maksila; 4. tinggi vertikal molar pertama mandibula; 5. pergeseran mesial molar pertama maksila; 6. pergeseran mesial molar pertama mandibula. (22)


(27)

25

Untuk melakukan pengukuran angular dentoalveolar yang digunakan antara lain U6-PPA yaitu sudut yang dibentuk aksis gigi molar pertama maksila (cusp mesial apeks) ke dataran palatal, L6-MPA yaitu sudut yang dibentuk aksis gigi molar pertama mandibula (cusp mesial-apeks) ke dataran mandibula. (Gambar 2.5) (22)

Gambar 2.5. Pengukuran anguler dentoalveolar sefalometri:1, sudut molar pertama maksila; 2, sudut molar pertama mandibula. (22)


(28)

26

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

RELASI SKELETAL KLAS I

PERBANDINGAN DENTOSKELETAL ANGULAR

DENGAN PENCABUTAN EMPAT GIGI PREMOLAR

Vertikal Vertikal

Sebelum Setelah

KOMPONEN KOMPONEN KOMPONEN KOMPONEN DENTOALVEOLAR SKELETAL DENTOALVEOLAR SKELETAL

LINIER ANGULAR LINIER LINIER ANGULAR LINIER U6-PPL U6-PPA N-Me U6-PPL U6-PPA N-Me L6-MPL L6-MPA ANS’-Me L6-MPL L6-MPA ANS’-Me U6-A’ S-Go U6-A’ S-Go L6-B’ PNS’-Go L6-B’ PNS’-Go

PERBANDINGAN PERBANDINGAN

SKELETAL VERTIKAL DENTOSKELETAL

LINIER

Gambar 2.6. Kerangka Konsep Penelitian


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah studi purposif sampel, untuk mengetahui dan membandingkan perubahan tinggi wajah pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior pada maloklusi Klas I. Desain ini merupakan rancangan percobaan penyelidikan terencana untuk mendapatkan fakta baru untuk memperkuat atau menolak percobaan terdahulu. (18) (Lampiran 1).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP)

FKG-USU. Jalan Alumni no.2 Medan. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009 sampai dengan Juni 2010. (Lampiran 2).

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Sampel penelitian diambil dari pasien yang berkunjung untuk mendapatkan perawatan ortodonti cekat di RSGMP FKG-USU dari Juni 2006 hingga Juni 2009.

Sampel dipilih dari pasien-pasien yang mendapat perawatan ortodonti dengan pencabutan dan mempunyai relasi skeletal Klas I. (Lampiran 3).


(30)

3.4. Kriteria Sampel

3.4.1. Kriteria sampel mencakup kriteria inklusi :

- Pasien dengan relasi skeletal Klas I memiliki besar sudut ANB 2-4º

dengan

keadaan gigi berjejal atau bimaksiler protrusi - Jenis kelamin laki-laki maupun perempuan

- Pada masa gigi permanen dengan semua gigi lengkap kecuali molar ketiga

- Pasien yang mendapat perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi

premolar pertama

- Pasien yang berkunjung ke RSGMP FKG-USU antara tahun 2006-2009

3.4.2. Kriteria sampel mencakup kriteria ekslusi - Ada gigi yang hilang

- Terdapat radiks gigi

3.5. Besar Sampel

Oleh karena besar sampel yang ada di RSGMP FKG-USU terbatas, maka sebagai bahan dasar pertimbangan, peneliti menggunakan Sampling Purposif (Sudjana) sebanyak 6 sampel yaitu maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama. (18)


(31)

3.6. Identifikasi Variabel

3.6.1. Variabel tidak terikat (bebas)

- Pengukuran radiografi sefalometri lateral. 3.6.2. Variabel terikat (tidak bebas)

Skeletal :

- Jarak N-Me - Jarak S-Go - Jarak ANS’-Me - Jarak PNS’Go Dentoalveolar :

- Jarak U6-PPL - Jarak U6-A’ - Sudut U6-PPA - Jarak L6-MPL - Jarak L6-B’ - Sudut L6-MPA

3.6.3. Variabel kendali

- Maloklusi Klas I skeletal dengan besar sudut ANB 2-4º. - Kasus dengan pencabutan empat gigi premolar pertama

- Alat cekat dengan teknik edgewise menggunakan braket Mini Standard

Edgewise Nickel-Lite slot 0.18 (Ortho Organizers, United States) dengan

nilai torque dan angulasi nol derajat. - Masa gigi permanen

- Radiografi sefalometri lateral - Usia pasien 18-35 tahun.


(32)

3.6.4. Variabel tak terkendali

- Variasi dalam berat ringannya kasus Klas I skeletal. - Cara atau alat retraksi.

- Pemakaian elastik Klas II atau Klas III

- Pemakaian Trans Palatal Arch (TPA) atau Lingual Holding Arch (LHA)

3.7. Definisi Operasional

- Maloklusi Klas I skeletal: dengan besar sudut ANB 2-4º.

- Pencabutan empat gigi premolar pertama : Pencabutan yang dilakukan pada

gigi 14, 24, 34, 44.

- Tinggi wajah anterior yaitu mengukur jarak N-Me, sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.

- Tinggi wajah anterior bawah, yaitu mengukur jarak ANS’-Me, sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.

- Tinggi wajah posterior, yaitu mengukur jarak S-Go, sebelum perawatan dan

setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.

- Tinggi wajah posterior bawah, yaitu mengukur jarak PNS’-Go sebelum

perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.

- Perubahan linier gigi molar pertama maksila dalam arah vertikal


(33)

dengan mengukur jarak perpendikular dari cusp mesial gigi molar pertama

maksila ke dataran palatal, yaitu mengukur jarak U6-PPL sebelum perawatan dan


(34)

- Perubahan linier gigi molar pertama mandibula dalam arah vertikal, yaitu

mengukur jarak perpendikular dari cusp mesial gigi molar pertama mandibula ke

dataran mandibula, yaitu mengukur jarak L6-MPL sebelum perawatan dan setelah

retraksi anterior, kemudian dibandingkan.

- Perubahan besar sudut yang dibentuk aksis gigi molar pertama maksila (cusp

mesial -apeks) ke dataran palatal, yaitu mengukur U6-PPA sebelum perawatan

dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.

- Perubahan besar sudut yang dibentuk aksis gigi molar pertama mandibula

(cusp mesial-apeks) ke dataran mandibula yaitu mengukur L6-MPA sebelum

perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.

3.7.1. Tanda-tanda penting

a. Titik-titik yang digunakan dalam sefalogram pada penelitian (19) (Lampiran 4). - Titik S (Sella) : Titik tengah sella tursica

- Titik N (Nasion) : Titik terdepan dari sutura fronto nasalis pada bidang median.


(35)

- Titik Me (Menton): Titik paling bawah pada daerah dagu - Titik ANS : Ujung spina nasalis anterior

- Titik PNS : Ujung spina nasalis posterior

- Titik ANS’ : Titik perpotongan N-Me dengan dataran palatal - Titik PNS’ : Titik perpotongan S-Go dengan dataran palatal

- Titik Go (Gonion) : Titik perpotongan antara bidang ramal dengan bidang

mandibula

- Titik U6 : Cusp mesial gigi molar pertama maksila - Titik L6 : Cusp mesial gigi molar pertama mandibula - Titik U6M : Titik kontak mesial gigi molar pertama maksila - Titik L6M : Titik kontak mesial gigi molar pertama mandibula

- Titik A’ : Titik perpotongan dari mesial molar pertama maksila ke

garis perpendikular dari titik A terhadap dataran palatal - Titik B’ : Titik perpotongan dari mesial molar pertama mandibula ke

garis perpendikular dari titik B terhadap dataran mandibula b. Garis-garis yang digunakan pada penelitian

- Garis yang ditarik dari titik N ke titik Me - Garis yang ditarik dari titik ANS’ ke Me - Garis yang ditarik dari titik S ke Go - Garis yang ditarik dari titik ANS ke PNS


(36)

- Garis yang ditarik dari titik U6 ke dataran palatal (PP) - Garis yang ditarik dari titik L6 ke dataran mandibula (MP) - Garis yang ditarik dari titik U6M ke A’ (U6A)

- Garis yang ditarik dari titik L6M ke B’ (L6B)

- Garis oklusal ditarik dari pertengahan insisal overbite ke cusp molar pertama 3.8. Metode Pengukuran

3.8.1. Alat

Untuk penapakan diperlukan alat-alat berupa : - Kotak iluminator

- Kertas tapak film asetat (merk GAC) transparan berukuran 8”x10” dengan

ketebalan .003”

- Pinsil gambar 4H yang runcing - Penggaris ortodonti

- Jangka sorong digital (merk Krisbow) yang dapat mengukur dengan ketelitian sampai 0.05 mm

- Selotip, untuk melekatkan sefalogram dan film asetat dengan kotak iluminator - Karet penghapus

3.8.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sefalogram lateral pasien yang telah memenuhi kriteria yang diambil sebelum perawatan dimulai (sebelum alat cekat dipasang) dan sefalogram lateral setelah retraksi anterior dimana gigi kaninus


(37)

telah berkontak rapat dengan gigi premolar kedua dan gigi-gigi insisivus telah berkontak rapat dengan kaninus.

3.9. Cara Penelitian

Pada sefalogram lateral sebelum dan setelah retraksi anterior, dari 6 sampel yang telah memenuhi kriteria diperlukan tanda-tanda penting berupa titik-titik dan garis-garis analis untuk mendapatkan data perubahan dimensi skeletal dalam arah vertikal sebagai hasil perawatan ortodonti.

Sampel adalah pasien dengan perawatan maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama (6 sampel).

Pada sefalogram lateral sebelum perawatan dilakukan penapakan jaringan lunak

dan jaringan keras pada kertas asetat di atas kotak tracing menggunakan pensil 4H yang runcing untuk mendapatkan garis yang tipis. Apabila terdapat dua bayangan, maka yang dipakai adalah garis tengah antara kedua bayangan. Kemudian dilakukan identifikasi titik referensi pada jaringan keras yaitu S, N, ANS, PNS, ANS’, PNS’, Me, dan Go. Selanjutnya ditarik garis referensi antara lain untuk tinggi wajah anterior yaitu mengukur jarak N-Me, sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan, tinggi wajah anterior bawah, yaitu mengukur jarak ANS’-Me, sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, lalu dibandingkan, tinggi wajah posterior, yaitu mengukur jarak S-Go, sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, lalu


(38)

dibandingkan. dan tinggi wajah posterior bawah, yaitu mengukur jarak PNS’-Go sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan untuk melihat adanya perubahan dimensi vertikal.

Perubahan gigi molar pertama maksila dalam arah vertikal, yaitu mengukur jarak perpendikular dari cusp mesial gigi molar pertama maksila ke dataran palatal, yaitu mengukur jarak U6-PPL sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior. Perubahan gigi molar pertama mandibula dalam arah vertikal, yaitu jarak perpendikular dari cusp mesial gigi molar pertama mandibula ke dataran mandibula, yaitu mengukur jarak L6-MPL sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior. Perubahan linier gigi molar pertama maksila dalam arah horizontal, yaitu mengukur jarak titik kontak mesial gigi molar pertama maksila ke garis perpendikular dari titik A ke dataran palatal, yaitu mengukur jarak U6-A’ sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan. Perubahan linier gigi molar pertama mandibula dalam arah horizontal, yaitu mengukur jarak titik kontak mesial gigi molar pertama mandibula ke garis perpendikular dari titik B ke dataran mandibula, yaitu mengukur jarak L6-B’ sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.

Perubahan sudut yang dibentuk aksis gigi molar pertama maksila (cusp

mesial-apeks) ke dataran palatal, yaitu mengukur U6-PPA sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, lalu dibandingkan.Perubahan sudut yang dibentuk aksis gigi molar pertama mandibula (cusp mesial-apeks) ke dataran mandibula yaitu mengukur L6-MPA sebelum perawatan dan setelah retraksi anterior, kemudian dibandingkan.


(39)

Pencatatan pengukuran dilakukan dua kali oleh operator yang sama. Kemudian dilakukan pengulangan pengukuran dengan jarak satu minggu antara pengukuran pertama dan kedua lalu diambil nilai rata-ratanya.

3.10. Analisa Data

Data yang dikumpulkan dianalisis, diklasifiikasikan, diinterpretasikan setiap variabel pengukuran dengan menggunakan alat bantu program Statistical Program for Social Science (SPSS) untuk uji statistik, sehingga dapat dijelaskan tingkat perubahan yang terjadi. Untuk menjawab hipotesis penelitian dilakukan analisis dengan t-test.


(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Data hasil penelitian pengukuran perubahan dimensi vertikal pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I dapat dilihat pada Tabel 4.1. (Lampiran 5 dan 6).

Tabel 4.1. Data hasil pengukuran perubahan dimensi vertikal.

Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

t df Sig. 2tailed Pair 1

NME PRE - NME

POST -4.4167 4.56186 1.31690 -7.3151 -1.5182 -3.354 11 .006 ** Pair

2

ANSME PRE -

ANSME POST -3.0833 1.62135 .46804 -4.1135 -2.0532 -6.588 11 .000 ** Pair

3

SGO PRE - SGO

POST -.5000 2.67989 .77362 -2.2027 1.2027 -.646 11 .531 Pair

4

PNSGO PRE -

PNSGO POST .5833 3.65459 1.05499 -1.7387 2.9054 .553 11 .591 Pair

5

U6PPL PRE -

U6PPL POST -1.9167 2.64432 .76335 -3.5968 -.2365 -2.511 11 .029 * Pair

6

L6MPL PRE -

L6MPL POST -3.5833 3.57919 1.03322 -5.8574 -1.3092 -3.468 11 .005 ** Pair

7

U6PPA PRE -

U6PPA POST -1.0833 4.05549 1.17072 -3.6601 1.4934 -.925 11 .375 Pair 8 Pair 9 Pair 10

L6MPA PRE - L6MPA POST U6A’ PRE- U6A’POST L6B’ PRE- L6B’ POST 4.7500 2.750 3.500 4.39266 3.137 5.161 1.26805 .906 1.490 1.9590 .757 .221 7.5410 4.743 6.779 3.746 3.037 2.349 11 11 11 .003 ** .011 .039

*Jjika nilai signifikansi < 0.05 artinya variabelnya nyata berbeda antara pre dan post/treatment signifikan brpengaruh. Jika nilai signifikansi >0.05 artinya treatment tidak berpengaruh.

Dari hasil penelitian perbandingan perubahan dimensi vertikal pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I didapat hasil signifikan pada pengukuran perubahan N-Me (t=-3.35, p=0.006),


(41)

perubahan L6-MPA (t=3.74, p=0.003) dan juga terdapat perubahan signifikan pada pengukuran U6-PPL (t=-2.51, p=0.029), U6-A’ (t=3.03,p=0.011), L6-B’ (t=2.34,p=0.039). Perubahan tidak signifikan didapat pada pengukuran S-Go (t=-.646, p=.531), PNS-Go (t=.553, p=.591) serta U6-PPA (t=-.925, p=.375).

Tabel 4.2. Rata-rata perubahan pada pengukuran N-Me untuk perawatan ortodonti

dengan pencabutan empat gigi premolar pertama maloklusi Klas I.

Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower

t df p NME PRE - NME

POST -4.4167 4.56186 1.31690 -7.3151 -1.5182 -3.354 11 .006 **

Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan signifikan (p=0.006)

pada pengukuran N-Me dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama setelah retraksi anterior pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.2.)

Tabel 4.3. Rata-rata perubahan pada pengukuran ANS-Me.

Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower

t df p ANSME PRE -

ANSME POST -3.0833 1.62135 .46804 -4.1135 -2.0532 -6.588 11 .000 **

Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan signifikan (p=0.000)

pada pengukuran ANS-Me dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama setelah retraksi anterior pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.3.)


(42)

Tabel 4.4. Rata-rata perubahan pada pengukuran S-Go. Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower

t df p SGO PRE –

SGO POST -.5000 2.67989 .77362 1.2027 -2.2027 -.646 11 .531 Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan tidak signifikan

(p=0.531) pada pengukuran S-Go dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.4.)

Tabel 4.5. Rata-rata perubahan pada pengukuran PNS’-Go.

Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower

T df p PNSGO PRE –

PNSGO POST .5833 3.65459 1.05499 2.9054 -1.7387 .553 11 .591 Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan tidak signifikan

(p=0.591) pada pengukuran S-Go dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.5.)

Tabel 4.6. Rata-rata perubahan pada pengukuran U6-PPL.

Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower

t df p U6PPL PRE -


(43)

Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan signifikan (p=0.029) pada pengukuran U6-PPL dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.6.)

Tabel 4.7. Rata-rata perubahan pada pengukuran L6-MPL.

Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower

t df p L6MPL PRE -

L6MPL POST -3.5833 3.57919 1.03322 -5.8574 -1.3092 -3.468 11 .005 ** Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan signifikan (p=0.005)

pada pengukuran L6-MPL dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.7.)

Tabel 4.8. Rata-rata perubahan pada pengukuran U6-PPA.

Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower

t df p U6PPA PRE -

U6PPA POST -1.9167 4.05549 1.17072 1.4934 -.2365 -.925 11 .375

Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan tidak signifikan (p=0.375) pada pengukuran U6-PPA dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.8.)

Tabel 4.9. Rata-rata perubahan pada pengukuran L6-MPA.

Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower

t df p L6MPA PRE -


(44)

Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan signifikan (p=0.003)

pada pengukuran L6-MPA dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.9.)

Tabel 4.10. Rata-rata perubahan pada pengukuran U6-A’.

Paired Differences

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower

t

df

p U6-A’ PRE-

U6-A’ POST -1.0833 3.137 .906 .757 -3.6601 3.037 11 .011 Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan signifikan

(p=0.011) pada pengukuran U6-A’ dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.10.)

Tabel 4.11. Rata-rata perubahan pada pengukuran L6-B’.

Paired Differences

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower

t

df

p L6-B’ PRE-

L6-B’ POST 3.500 5.161 1.490 .221 6.779 2.349 11 .039 Hasil uji t berpasangan diperoleh hasil rata-rata adanya perubahan signifikan

(p=0.039) pada pengukuran L6-B’ dengan p<0.05 pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. (Tabel 4.11.)


(45)

Tabel 4.12. Korelasi berpasangan

N Correlation Sig. Pair 1 NME PRE & NME POST 12 .921 .000 Pair 2 ANSME PRE & ANSME POST 12

.985 .000 Pair 3 SGO PRE & SGO POST 12 .956

.000 Pair 4 PNSGO PRE & PNSGO POST 12 .795

.002 Pair 5 U6PPL PRE & U6PPL POST 12 .860 .000 Pair 6 L6MPL PRE & L6MPL POST 12 .763 .004 Pair 7

Pair 8

U6PPA PRE & U6PPA POST L6MPA PRE & L6MPA POST

12 12

.796 .662

.002 .019 Pair 9

Pair 10

U6-A’ PRE & U6-A’ POST L6-B’ PRE & L6-B’POST

12

12

.650 -.180

.022 .575

Menggunakan rumus korelasi: (18) r = n.Σxy–Σx. Σy

--- √n.Σx²-(Σx)² √n.Σy².(Σy)²

Jika nilai koefisien korelasi Pearsonnya mendekati angka 1 artinya korelasinya tinggi dan jika signifikansi dari korelasi < 0.05 artinya korelasi nyata antara kedua variabel.


(46)

BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, terdapat 6 sampel dari kelompok perawatan dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I. Hasil penelitian pada tabel 4.1. menunjukkan nilai rata-rata perubahan dimensi vertikal secara keseluruhan ditemukan perbedaan bermakna. Hasil signifikan ditemui pada pengukuran :

N-Me -4.41 ± 4.56 mm, kemudian ANS’-Me -3.08 ± 1.62 mm, L6-MPL -3.58±3.57 mm, L6-MPA 4.75±4.39mm,U6-PPL -1.91±2.64 mm, U6-A’ 2.75±3.13mm, L6-B’ 3.50±5.16 mm dan hasil tidak signifikan pada pengukuran S-Go -.5000 ± 2.67mm, PNS-Go .58± 3.654 mm dan U6-PPA -1.08 ± 4.05.

Chua dkk (1993) menemukan tidak ada perubahan bermakna pada tinggi wajah anterior bawah pada kelompok dengan pencabutan premolar dan adanya peningkatan tinggi wajah anterior bawah pada kelompok tanpa pencabutan tidak menyebabkan perubahan berarti pada tinggi wajah anterior bawah. (1)

Kocadarelli (1999), pada umumnya ruang pencabutan digunakan untuk memperbaiki gigi berjejal dan memerlukan protraksi gigi posterior, posisi vertikal pada gigi posterior terkoreksi tetapi tidak mengurangi dimensi vertikal. Perubahan vertikal yang terjadi pada kelompok pencabutan empat gigi premolar pertama tidak ada perbedaan bermakna dengan kelompok tanpa pencabutan.(12)

Staggers (1994) menemukan perubahan vertikal gigi molar pertama maksila sebesar 2.0mm dan gigi molar pertama mandibula sebesar 2.7mm Perubahan horizontal


(47)

sebesar 3.7mm. Tidak ada perbedaan bermakna dalam perubahan dimensi vertikal pada kasus pencabutan empat gigi premolar pertama dengan kasus tanpa pencabutan, sebaliknya terdapat sedikit peningkatan rata-rata parameter sefalometri. (1,7,12)

Cusimano dkk (1993) menganalisa kasus pencabutan empat premolar pertama dan menemukan tidak ada penurunan dimensi vertikal, sebaliknya terjadi peningkatan vertikal pada gigi molar maksila sebesar 1.9mm dan 1.6mm pada ggi molar mandibula(8)

Sivakumar (2008) menyimpulkan adanya peningkatan linier dimensi vertikal pada kedua kelompok dan perubahan dimensi vertikal lebih banyak terjadi pada kelompok pencabutan.(9)

Pada maloklusi Klas I, pencabutan premolar adalah untuk koreksi keadaan gigi berjejal. Pada banyak kasus, ruang pencabutan digunakan untuk meringankan keadaan gigi berjejal dan sisa ruang digunakan untuk melakukan retraksi gigi-gigi anterior. Penjangkaran bertujuan untuk mempertahankan posisi gigi posterior ketika gigi-gigi anterior diretraksi. Jika penjangkaran telah terpasang maka kehilangan dimensi vertikal tidak akan terjadi.(7,12)

Zablocki dkk (2008) menemukan tidak ada perbedaan bermakna setelah membandingkan kasus pencabutan empat gigi premolar pertama dengan pemakaian Trans Palatal Arch (TPA) dan tanpa pemakaian TPA. la menemukan adanya pergerakan horizontal pada gigi molar pertama maksila sebesar 4.1mm (TPA) dan 4.5mm (tanpa TPA). Sedangkan pada gigi molar pertama mandibula ada pergerakan sebesar 2.6mm (TPA) dan 3.0mm (tanpa TPA).(28)


(48)

implan tidak terdapat pergerakan mesial gigi molar saat melakukan retraksi kaninus sementara ada terdapat pergerakan mesial gigi molar pada kelompok tanpa penjangkaran implan saat melakukan retraksi kaninus.(29)


(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perbandingan perubahan dimensi vertikal pada perawatan ortodonti dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I, perubahan tidak signifikan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Rata-rata perubahan S-Go pada dimensi vertikal kelompok Klas I dengan pencabutan

empat gigi premolar pertama -.5000 ± 2.67 (tidak signifikan).

2. Rata-rata perubahan PNS-Go pada dimensi vertikal kelompok Klas I dengan pencabutan

empat gigi premolar pertama .58 mm ± 3.654 (tidak signifikan).

3. Rata-rata perubahan U6-PPA pada dimensi vertikal kelompok Klas I dengan pencabutan

empat gigi premolar pertama -1.08 ± 4.05 (tidak signifikan).

Ada beberapa hal yang mungkin dapat menyebabkan adanya peningkatan perubahan dimensi vertikal, terutama dengan adanya intervensi terhadap gigi molar pertama sebagai penjangkar dimana pemakaian karet elastik Klas II sangat memungkinkan dapat menyebabkan ekstrusi/peningkatan tinggi gigi molar pertama pada mandibula. (23,24,25,26,27)

Hal yang mungkin dapat menyebabkan adanya penurunan dimensi vertikal adalah akibat dari kehilangan penjangkaran atau bergeraknya ke mesial gigi penjangkar di


(50)

posterior ketika gigi-gigi anterior diretraksi. Jika penjangkaran telah terpasang maka kehilangan dimensi vertikal tidak akan terjadi.(7,12)

Hasil dari penelitian ini adalah menerima hipotesa H nol yaitu ada perubahan dimensi vertikal yang terjadi pada pasien ortodonti yang dirawat dengan pencabutan empat gigi premolar pertama pada maloklusi Klas I.

6.2. Saran

- Untuk hasil yang lebih baik maka jenis penjangkaran yang digunakan harus homogen.

- Penjangkaran implan terbaik dalam mencegah pergerakan gigi molar ke mesial saat melakukan retraksi.

- Diharapkan penelitian lanjutan menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dan pengukuran sefalometri pasien pada saat setelah selesai perawatan.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hayasaki SM, Castanha Henriques JF, Janson G, de Freitas MR., Influence of extraction

and nonextraction orthodontic treatment in Japanese-Brazilians with class I and class II

division 1 malocclusions. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2005;Jan;127(1):30-6. 2. Mundiyah Mokhtar. Dasar-dasar ortodonti perkembangan dan

pertumbuhan

kraniodentofasial. Ikatan Dokter Indonesia .1998; 1-31.

3. Vaden JL. Straight talk about extraction and nonextraction: A differential diagnostic decision. Am J Orthod Dentofac Orthop 1996;109-445-52).

4. Hans MG, Groisser G, Damon C, Amberman D, Nelson S, Palomo JM.. Cephalometric

changes in overbite and vertical facial height after removal of 4 first molars or first

premolars. Am J Orthod Dentofacial Orthop.2006;Aug;130(2):183-8.

5. Kim TK, Kim JT, Mah J, Yang WS, Baek SH., First or second premolar extraction effects

on facial vertical dimension. Angle Orthod. 2005;Mar;75(2):177-82.

6. Al-Nimri KS. Vertical changes in class II division 1 malocclusion after premolar extractions. Angle Orthod. 2006 Jan;76(1):52-8.

7. Staggers JA. Vertical changes following first premolar extractions. Am J Orthod

Denfacial Orthop 1994;105:19-24.

8. Cusimano C, McLaughlin RP, Zernik JH. Effects of first bicuspid extractions on facial

height in high-angle cases. J Clin Orthod 1993;27:594-8.

9. Sivakumar A., Valiathan A. Cephalometric assessment of dentofacial vertical changes in

Class I subjects treated with and without extraction. Am J Orthod DentofacialOrthop

2008;133:869-75)

10. Deberardinis M, Stretesky T, Sinha P, Nanda RS., Evaluation of the vertical holding


(52)

appliance in treatment of high-angle patients.Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2000;Jun;

117(6):700-5.

11. Houston WJB, Tulley WJ. A textbook of orthodontic. Wright.1986; 74.

12. İlken Kocadereli, The effect of first premolar extraction on vertical dimension. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1999 July: 116(1):41-5.

13. Schudy FF. The control of vertical overbite in clinical orthodontics. Angle Orthod.

1968;38:19-39.

14. Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Orthodontic diagnosis . New York: Thieme Medical

Publisher Inc, 1993: 46.

15. Bishara SE., Textbook of Orthodontics, 2001.WB,Saunders.127.

16. Proffit WR, Fields HW. Contemporary Orthodontics. Mosby. 1986. 2-5. 17. Sudjana. Metoda Statistika. 1975. Tarsito. 167-8.

18. Moyers RE. Handbook of Orthodontics for the Student and General Practitioner, 3rd

Ed.Year Book Medical Publisher, London 1975 : 306-10, 362-9.

19. Susanto A, Sitepu AN., Erna S. Diagnosis Ortodonti, Diktat Kuliah, Medan, 1990:53-6.

20. Sansoy LT, Darendeiller N. The influence of extraction orthodontic treatment on

craniofacial structures : Evaluation according to two different factors. Am J Orthod

Dentofacial Orthop 1999; 115:508-14.

21. Yamaguchi K, Nanda RS. The effects of extraction and non extraction treatment on the

mandibular position. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1991; 100:443-52.

22. Kim YE, Nanda RS, Sinha PK. Transition of molar relationships in different skeletal


(53)

bioprogressive versus standard edgewise treatment in Class II correction with

intermaxillary elastic force. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 1998;113:430-6)

24. Bien SM. Analysis of the components of forces used to effect distal movement of

teeth. Am J Orthod. 1951;37:514-20.

25. Kanter F. Mandibular anchorage and extraoral force. Am J Orthod. 1956;42:194-208. 26. Tovstein BC. Behavior of the occlusal plane and related structures in treatment of

Class II malocclusion. Angle Orthod. 1955;25:189-98.

27. Zingeser M. Vertical response to Class II division 1 therapy. Angle Orthod. 1964; 34:

58-64.

28. Zablocki H., McNamara Jr JA., Franchi L., Baccetti T. Effect of the transpalatal arch

during extraction treatment. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2008;133;852-60. 29. Thiruvenkatachari B., Pavithranand A., Rajasigamani K., Kyung HM. Comparison and

measurement of the amount of anchorage loss of the molars with and without the use of

implant anchorage during canine retraction. Am J Orthod Dentofacial Orthop.2006; 129;551-4.


(54)

Lampiran 1. Alur Penelitian

MENENTUKAN POPULASI & SAMPEL

MENETAPKAN KRITERIA MENETAPKAN VARIABEL SAMPEL

MENGUMPULKAN FOTO MENGUMPULKAN FOTO

SEFALOMETRI SEFALOMETRI

SEBELUM PERAWATAN SETELAH PERAWATAN

MENYIAPKAN BAHAN DAN ALAT UKUR : - KERTAS TRACING

- PINSIL GAMBAR 4H - PENGGARIS

MENENTUKAN CARA PENGUKURAN

PENGUKURAN PENGUKURAN

SEFALOMETRI SEFALOMETRI

SEBELUM PERAWATAN SETELAH PERAWATAN

PENGUMPULAN DATA

ANALISIS DATA

HASIL


(55)

Lampiran 2. Jadwal Penelitian

Kegiatan Maret

2009 April 2009 Mei 2009 Juni 2009 Juli 2009 Agustus 2009 September 2009 Oktober 2009 Penelusuran Kepustakaan X

Proposal X X X X X

Pengumpulan Data

X X

Analisa Data X

Penyusunan Laporan

X X

Seminar Laporan

Kegiatan November

2009 Desember 2009 Januari 2010 Februari 2010 Maret 2010 Penelusuran Kepustakaan Proposal Pengumpulan Data

Analisa Data

Penyusunan Laporan

X X X X X

Seminar Laporan

Kegiatan April

2010 Mei 2010 Juni 2010 Penelusuran Kepustakaan Proposal Pengumpulan Data Analisa Data Penyusunan Laporan

X X

Seminar Laporan


(56)

Lampiran 3. Daftar sumber data sampel untuk keperluan penelitian

No Nama Umur Jenis Kelamin Kelompok Diagnosa

1 Jeffri 18 Lakl-laki Ekstraksi Klas I

2 Magda 26 Perempuan Ekstraksi Klas I

3 Thomas 18 Laki-laki Ekstraksi Klas I

4 Semanpreet Kaur 18 Perempuan Ekstraksi Klas I

5 Eva 22 Perempuan Ekstraksi Klas I


(57)

Lampiran 4. Titik-titik yang digunakan dalam sefalogram pada penelitian.


(58)

Lampiran 5. Hasil uji distribusi normalitas dan uji homogenitas varians data

Ketentuan membaca plot normalitas dan homogenitas. Bentuk hipotesa:

H0: data normal H1: data tidak normal

H0: varians data homogen H1: varians data tidak homogen

Jika nilai p-value > 0.05 maka kesimpulan yang diambil data menyebar normal atau varians data homogeny, sebaliknya jika p-value < 0.05 maka data tidak normal atau varians data tidak homogen. Interpretaasikan untuk masing-masing plot, baik plot normal maupun homogenitas.

PLOT NORMALITAS DATA PRE TREATMENT

ANSME

P

e

rc

e

n

t

90 80

70 60

50

99

95

90

80 70 60 50 40 30 20

10

5

1

Mean

0.272 72.58

StDev 7.868

N 12

AD 0.420

P- Value

Probability Plot of ANSME


(59)

SGO P e rc e n t 110 100 90 80 70 60 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.088 85 StDev 8.985 N 12 AD 0.606 P- Value

Probability Plot of SGO

Normal PNSGO P e rc e n t 50 45 40 35 30 25 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.022 37.92 StDev 5.230 N 12 AD 0.833 P- Value

Probability Plot of PNSGO


(60)

U6PPL P e rc e n t 40 35 30 25 20 15 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.670 27.42 StDev 5.125 N 12 AD 0.253 P- Value

Probability Plot of U6 PPL

Normal L6MPL P e rc e n t 50 45 40 35 30 25 20 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.445 34.83 StDev 5.524 N 12 AD 0.335 P- Value

Probability Plot of L6 MPL


(61)

U6PPA P e rc e n t 95 90 85 80 75 70 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.257 82.33 StDev 5.898 N 12 AD 0.430 P- Value

Probability Plot of U6 PPA

Normal L6MPA P e rc e n t 95 90 85 80 75 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.307 85.5 StDev 4.462 N 12 AD 0.399 P- Value

Probability Plot of L6 MPA


(62)

PLOT HOMOGENITAS DATA PRE TREATMENT

C

1

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6

5 4 3 2 1

2000 1500

1000 500

0

Bar tlett's Test Test Statistic 4.86

P- Value 0.302

Test for Equal Variances for ANSME

C

1

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6

5 4 3 2 1

1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0

Bar tlett's Test Test Statistic 3.53

P- Value 0.171


(63)

C

1

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6

5 4 3 2 1

1400 1200

1000 800

600 400

200 0

Bar tlett's Test Test Statistic 3.00

P- Value 0.392

Test for Equal Variances for PNSGO

C

1

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6

5 4 3 2 1

1400 1200

1000 800

600 400

200 0

Bar tlett's Test Test Statistic 3.45

P- Value 0.485


(64)

C

1

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6

5 4 3 2 1

1400 1200

1000 800

600 400

200 0

Bar tlett's Test Test Statistic 3.16

P- Value 0.532

Test for Equal Variances for L6 MPL

C

1

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6

5 4 3 2 1

2000 1500

1000 500

0

Bar tlett's Test Test Statistic 4.04

P- Value 0.544


(65)

C

1

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6

5 4 3 2 1

800 700 600 500 400 300 200 100 0

Bar tlett's Test Test Statistic 1.29

P- Value 0.864


(66)

PLOT NORMALITAS DATA POST TREATMENT ANSME_1 P e rc e n t 160 150 140 130 120 110 100 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.110 131.7 StDev 11.24 N 12 AD 0.570 P- Value

Probability Plot of ANSME_ 1

Normal SGO_1 P e rc e n t 100 90 80 70 60 50 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.373 75.67 StDev 8.606 N 12 AD 0.366 P- Value

Probability Plot of SGO_ 1


(67)

PNSGO_1 P e rc e n t 105 100 95 90 85 80 75 70 65 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.138 85.5 StDev 8.096 N 12 AD 0.531 P- Value

Probability Plot of PNSGO_ 1

Normal U6PPL_1 P e rc e n t 55 50 45 40 35 30 25 20 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.200 37.33 StDev 5.975 N 12 AD 0.470 P- Value

Probability Plot of U6 PPL_ 1


(68)

L6MPL_1 P e rc e n t 40 35 30 25 20 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.024 29.33 StDev 4.793 N 12 AD 0.816 P- Value

Probability Plot of L6 MPL_ 1

Normal U6PPA_1 P e rc e n t 50 45 40 35 30 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.187 38.42 StDev 3.942 N 12 AD 0.482 P- Value

Probability Plot of U6 PPA_ 1


(69)

L6MPA_1 P e rc e n t 100 95 90 85 80 75 70 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0.015 83.42 StDev 6.626 N 12 AD 0.898 P- Value

Probability Plot of L6 MPA_ 1

Normal UGA P e rc e n t 30 25 20 15 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean 0,144 21,79 StDev 3,563 N 24 AD 0,545 P- Value

Probability Plot of UGA


(70)

LGA

P

e

rc

e

n

t

35 30

25 20

15

99

95

90

80 70 60 50 40 30 20

10

5

1

Mean

0,111 23,42

StDev 3,752

N 24

AD 0,593

P- Value

Probability Plot of LGA

Normal

PLOT HOMOGENITAS DATA POST TREATMENT

C

1

6 5 4 3 2

1 Bar tlett's Test

Test Statistic 6.73

P- Value 0.151


(71)

C

1

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6

5 4 3 2 1

2500 2000

1500 1000

500 0

Bar tlett's Test Test Statistic 2.70

P- Value 0.610

Test for Equal Variances for SGO_ 1

C

1

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6

5 4 3 2 1

2000 1500

1000 500

0

Bar tlett's Test Test Statistic 4.58

P- Value 0.205


(72)

C

1

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6

5 4 3 2 1

1000 800

600 400

200 0

Bar tlett's Test Test Statistic 1.25

P- Value 0.536

Test for Equal Variances for U6 PPL_ 1

C

1

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6

5 4 3 2 1

900 800 700 600 500 400 300 200 100 0

Bar tlett's Test Test Statistic 1.81

P- Value 0.612


(73)

C

1

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6

5 4 3 2 1

1600 1400 1200 1000 800

600 400

200 0

Bar tlett's Test Test Statistic 6.50

P- Value 0.260

Test for Equal Variances for U6 PPA_ 1

C

1

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 6

5 4 3 2 1

1200 1000

800 600

400 200

0

Bar tlett's Test Test Statistic 4.84

P- Value 0.436


(74)

P E R L A K U A N

9 5 % Bonfer r oni Confidence I nter vals for StDevs PRE POST 8 7 6 5 4 3 2 1 P E R L A K U A N UGA PRE POST 32,5 30,0 27,5 25,0 22,5 20,0 17,5 15,0 F- Test 0,196 Test Statistic 0,33

P- Value 0,078

Lev ene's Test Test Statistic 1,77 P- Value

Test for Equal Variances for UGA

P E R L A K U A N

9 5 % Bonfer r oni Confidence I nter vals for StDevs PRE POST 7 6 5 4 3 2 P E R L A K U A N LGA PRE POST 35 30 25 20 15 F- Test 0,522 Test Statistic 0,51

P- Value 0,281

Lev ene's Test Test Statistic 0,42 P- Value


(75)

NME PRE 145.0 140.0 135.0 130.0 125.0 120.0 115.0

NME PRE TEST 5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 9.05 Mean = 127.3 N = 12.00

ANSME PRE 85.0 80.0 75.0 70.0 65.0 60.0

ANSME PRE TEST 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 .5 0.0

Std. Dev = 7.87 Mean = 72.6 N = 12.00

SGO PRE 95.0 90.0 85.0 80.0 75.0 70.0

SGO PRE TEST 5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 8.98 Mean = 85.0 N = 12.00

PNSGO PRE 47.5 45.0 42.5 40.0 37.5 35.0 32.5 30.0

PNSGO PRE TEST

5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 5.23 Mean = 37.9 N = 12.00

U6PPL PRE 35.0 32.5 30.0 27.5 25.0 22.5 20.0 17.5

U6PPL PRE TEST

3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 .5 0.0

Std. Dev = 5.12 Mean = 27.4 N = 12.00

L6MPL PRE 42.5 40.0 37.5 35.0 32.5 30.0 27.5 25.0

L6MPL PRE TEST

5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 5.52 Mean = 34.8 N = 12.00


(76)

UGAPRA 32,5 30,0 27,5 25,0 22,5 20,0 17,5 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 ,5 0,0

Std. Dev = 4,11 Mean = 23,2 N = 12,00

LGAPRA 35,0 32,5 30,0 27,5 25,0 22,5 20,0 5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 3,88 Mean = 25,2 N = 12,00

NME POST 150.0 145.0 140.0 135.0 130.0 125.0 120.0 115.0

NME POST TEST 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 .5 0.0

Std. Dev = 11.24 Mean = 131.7 N = 12.00

ANSME POST 90.0 85.0 80.0 75.0 70.0 65.0

ANSME POST TEST

3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 .5 0.0

Std. Dev = 8.61 Mean = 75.7 N = 12.00

SGO POST 95.0 90.0 85.0 80.0 75.0

SGO POST TEST 5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 8.10 Mean = 85.5 N = 12.00

PNSGO POST

45.0 40.0

35.0 30.0

PNSGO POST TEST 7 6 5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 5.97 Mean = 37.3 N = 12.00


(77)

U6PPL POST 37.5 35.0 32.5 30.0 27.5 25.0

U6PPL POST TEST 5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 4.79 Mean = 29.3 N = 12.00

L6MPL POST 44.0 42.0 40.0 38.0 36.0 34.0 32.0

L6MPL POST TEST

6 5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 3.94 Mean = 38.4 N = 12.00

U6PPA POST 90.0 87.5 85.0 82.5 80.0 77.5 75.0 72.5 70.0

U6PPA POST TEST

5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 6.63 Mean = 83.4 N = 12.00

L6MPA POST 95.0 90.0 85.0 80.0 75.0

L6MPA POST TEST 7 6 5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 5.80 Mean = 80.8 N = 12.00

UGAPASCA 24,0 22,0 20,0 18,0 16,0 7 6 5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 2,35 Mean = 20,4 N = 12,00

LGAPASCA 26,0 24,0 22,0 20,0 18,0 6 5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 2,77 Mean = 21,7 N = 12,00


(78)

Lampiran 6. Data hasil pengukuran

Metode Anderson Darling

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

NME PRE 12 117.00 144.00 127.2500 9.04660 81.841

ANSME PRE 12 62.00 84.00 72.5833 7.86775 61.902

SGO PRE 12 72.00 96.00 85.0000 8.98484 80.727

PNSGO PRE 12 31.00 48.00 37.9167 5.23030 27.356

U6PPL PRE 12 18.00 35.00 27.4167 5.12495 26.265

L6MPL PRE 12 24.00 42.00 34.8333 5.52405 30.515

U6PPA PRE 12 74.00 91.00 82.3333 5.89813 34.788

L6MPA PRE 12 78.00 92.00 85.5000 4.46196 19.909

NME POST 12 116.00 148.00 131.6667 11.23577 126.242

ANSME POST 12 63.00 88.00 75.6667 8.60585 74.061

SGO POST 12 75.00 97.00 85.5000 8.09601 65.545

PNSGO POST 12 28.00 46.00 37.3333 5.97469 35.697

U6PPL POST 12 24.00 37.00 29.3333 4.79267 22.970

L6MPL POST 12 31.00 44.00 38.4167 3.94181 15.538

U6PPA POST 12 70.00 90.00 83.4167 6.62582 43.902

L6MPA POST 12 73.00 93.00 80.7500 5.80165 33.659

Valid N (listwise) 12

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 NME PRE 127.2500 12 9.04660 2.61153

NME POST 131.6667 12 11.23577 3.24349

Pair 2 ANSME PRE 72.5833 12 7.86775 2.27122

ANSME POST 75.6667 12 8.60585 2.48429

Pair 3 SGO PRE 85.0000 12 8.98484 2.59370

SGO POST 85.5000 12 8.09601 2.33712

Pair 4 PNSGO PRE 37.9167 12 5.23030 1.50986

PNSGO POST 37.3333 12 5.97469 1.72475

Pair 5 U6PPL PRE 27.4167 12 5.12495 1.47945

U6PPL POST 29.3333 12 4.79267 1.38352

Pair 6 L6MPL PRE 34.8333 12 5.52405 1.59466

L6MPL POST 38.4167 12 3.94181 1.13790

Pair 7 U6PPA PRE 82.3333 12 5.89813 1.70264

U6PPA POST 83.4167 12 6.62582 1.91271

Pair 8 L6MPA PRE 85.5000 12 4.46196 1.28806

L6MPA POST 80.7500 12 5.80165 1.67479

Pair 9 U6A PRE 23.1700 12 4.10800 1.186


(1)

NME PRE 145.0 140.0 135.0 130.0 125.0 120.0 115.0

NME PRE TEST

5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 9.05 Mean = 127.3 N = 12.00

ANSME PRE 85.0 80.0 75.0 70.0 65.0 60.0

ANSME PRE TEST

3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 .5 0.0

Std. Dev = 7.87 Mean = 72.6 N = 12.00

SGO PRE 95.0 90.0 85.0 80.0 75.0 70.0

SGO PRE TEST

5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 8.98 Mean = 85.0 N = 12.00

PNSGO PRE 47.5 45.0 42.5 40.0 37.5 35.0 32.5 30.0

PNSGO PRE TEST

5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 5.23 Mean = 37.9 N = 12.00

U6PPL PRE 35.0 32.5 30.0 27.5 25.0 22.5 20.0 17.5

U6PPL PRE TEST

3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 .5 0.0

Std. Dev = 5.12 Mean = 27.4 N = 12.00

L6MPL PRE 42.5 40.0 37.5 35.0 32.5 30.0 27.5 25.0

L6MPL PRE TEST

5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 5.52 Mean = 34.8 N = 12.00


(2)

UGAPRA

32,5 30,0 27,5 25,0 22,5 20,0 17,5 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 ,5 0,0

Std. Dev = 4,11 Mean = 23,2 N = 12,00

LGAPRA

35,0 32,5 30,0 27,5 25,0 22,5 20,0 5

4

3

2

1

0

Std. Dev = 3,88 Mean = 25,2 N = 12,00

NME POST

150.0 145.0 140.0 135.0 130.0 125.0 120.0 115.0

NME POST TEST

3.5

3.0

2.5

2.0

1.5

1.0

.5

0.0

Std. Dev = 11.24 Mean = 131.7 N = 12.00

ANSME POST

90.0 85.0 80.0 75.0 70.0 65.0

ANSME POST TEST

3.5

3.0

2.5

2.0

1.5

1.0

.5

0.0

Std. Dev = 8.61 Mean = 75.7 N = 12.00

SGO POST

95.0 90.0 85.0 80.0 75.0

SGO POST TEST 5

4 3 2 1 0

Std. Dev = 8.10 Mean = 85.5 N = 12.00

PNSGO POST

45.0 40.0

35.0 30.0

PNSGO POST TEST 7

6 5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 5.97 Mean = 37.3 N = 12.00


(3)

U6PPL POST

37.5 35.0 32.5 30.0 27.5 25.0

U6PPL POST TEST 5

4 3 2 1 0

Std. Dev = 4.79 Mean = 29.3 N = 12.00

L6MPL POST

44.0 42.0 40.0 38.0 36.0 34.0 32.0

L6MPL POST TEST

6

5

4

3

2

1

0

Std. Dev = 3.94 Mean = 38.4 N = 12.00

U6PPA POST

90.0 87.5 85.0 82.5 80.0 77.5 75.0 72.5 70.0

U6PPA POST TEST 5

4

3

2

1 0

Std. Dev = 6.63 Mean = 83.4 N = 12.00

L6MPA POST

95.0 90.0 85.0 80.0 75.0

L6MPA POST TEST

7 6 5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 5.80 Mean = 80.8 N = 12.00

UGAPASCA

24,0 22,0 20,0 18,0 16,0 7

6

5

4

3

2

1

0

Std. Dev = 2,35 Mean = 20,4 N = 12,00

LGAPASCA

26,0 24,0 22,0 20,0 18,0 6 5 4 3 2 1 0

Std. Dev = 2,77 Mean = 21,7 N = 12,00


(4)

Lampiran 6. Data hasil pengukuran

Metode Anderson Darling

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

NME PRE 12 117.00 144.00 127.2500 9.04660 81.841

ANSME PRE 12 62.00 84.00 72.5833 7.86775 61.902

SGO PRE 12 72.00 96.00 85.0000 8.98484 80.727

PNSGO PRE 12 31.00 48.00 37.9167 5.23030 27.356

U6PPL PRE 12 18.00 35.00 27.4167 5.12495 26.265

L6MPL PRE 12 24.00 42.00 34.8333 5.52405 30.515

U6PPA PRE 12 74.00 91.00 82.3333 5.89813 34.788

L6MPA PRE 12 78.00 92.00 85.5000 4.46196 19.909

NME POST 12 116.00 148.00 131.6667 11.23577 126.242

ANSME POST 12 63.00 88.00 75.6667 8.60585 74.061

SGO POST 12 75.00 97.00 85.5000 8.09601 65.545

PNSGO POST 12 28.00 46.00 37.3333 5.97469 35.697

U6PPL POST 12 24.00 37.00 29.3333 4.79267 22.970

L6MPL POST 12 31.00 44.00 38.4167 3.94181 15.538

U6PPA POST 12 70.00 90.00 83.4167 6.62582 43.902

L6MPA POST 12 73.00 93.00 80.7500 5.80165 33.659

Valid N (listwise) 12

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 NME PRE 127.2500 12 9.04660 2.61153

NME POST 131.6667 12 11.23577 3.24349

Pair 2 ANSME PRE 72.5833 12 7.86775 2.27122

ANSME POST 75.6667 12 8.60585 2.48429

Pair 3 SGO PRE 85.0000 12 8.98484 2.59370

SGO POST 85.5000 12 8.09601 2.33712

Pair 4 PNSGO PRE 37.9167 12 5.23030 1.50986

PNSGO POST 37.3333 12 5.97469 1.72475

Pair 5 U6PPL PRE 27.4167 12 5.12495 1.47945

U6PPL POST 29.3333 12 4.79267 1.38352

Pair 6 L6MPL PRE 34.8333 12 5.52405 1.59466

L6MPL POST 38.4167 12 3.94181 1.13790

Pair 7 U6PPA PRE 82.3333 12 5.89813 1.70264

U6PPA POST 83.4167 12 6.62582 1.91271

Pair 8 L6MPA PRE 85.5000 12 4.46196 1.28806

L6MPA POST 80.7500 12 5.80165 1.67479

Pair 9 U6A PRE 23.1700 12 4.10800 1.186

U6A POST 20.4200 12 2.35300 .679

Pair 10 L6B PRE 25.1700 12 3.88100 1.120


(5)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 NME PRE & NME POST 12 .921 .000

Pair 2 ANSME PRE & ANSME POST

12 .985 .000

Pair 3 SGO PRE & SGO POST 12 .956 .000

Pair 4 PNSGO PRE & PNSGO POST

12 .795 .002

Pair 5 U6PPL PRE & U6PPL POST

12 .860 .000

Pair 6 L6MPL PRE & L6MPL POST

12 .763 .004

Pair 7 U6PPA PRE & U6PPA POST

12 .796 .002

Pair 8 L6MPA PRE & L6MPA POST

12 .662 .019

Pair 9 U6A PRE & U6A POST

12 .650 .022

Pair 10 L6B PRE & L6B POST

12 -.180 .575

Paired Samples Test

Paired Differences t df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 NME PRE -

NME POST -4.4167 4.56186 1.31690 -7.3151 -1.5182 -3.354 11 .006 Pair 2 ANSME PRE -

ANSME POST -3.0833 1.62135 .46804 -4.1135 -2.0532 -6.588 11 .000 Pair 3 SGO PRE -

SGO POST -.5000 2.67989 .77362 -2.2027 1.2027 -.646 11 .531 Pair 4 PNSGO PRE -

PNSGO POST .5833 3.65459 1.05499 -1.7387 2.9054 .553 11 .591 Pair 5 U6PPL PRE -

U6PPL POST -1.9167 2.64432 .76335 -3.5968 -.2365 -2.511 11 .029 Pair 6 L6MPL PRE -

L6MPL POST -3.5833 3.57919 1.03322 -5.8574 -1.3092 -3.468 11 .005 Pair 7 U6PPA PRE -

U6PPA POST -1.0833 4.05549 1.17072 -3.6601 1.4934 -.925 11 .375 Pair 8 L6MPA PRE -

L6MPA POST 4.7500 4.39266 1.26805 1.9590 7.5410 3.746 11 .003 Pair 9 U6A PRE –

U6A POST 2.750 3.137 .906 .757 4.743 3.037 11 .011 Pair

10

L6B PRE –


(6)

78

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap

: Iman Prasetio, drg.

Tempat/Tanggal Lahir

: Medan, 5 September 1976

Jenis

Kelamin

:

Laki-laki

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Riwayat Pendidikan

: - SD Kemala Bhayangkari Medan, 1983-1989

- SMP Yayasan Pendidikan Harapan 2, 1989-1991

- SMA Negeri 1 Medan, 1991-1994

- Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan, 1994-2001

Riwayat Pekerjaan

: Dokter gigi Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Puskesmas