Makalah pengantar ilmu lingkungan doc
Disusun Oleh: 1. Ani Srikandi
2. Dian Ratna Sari
3. Herika Septiani
4. Husnul Khotimah
5. Merry Pusvita Sari
6. Putri Dina Sari
7. Veronica Indriani
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat dan kasih sayang-Nya, makalah ini dapat kami kerjakan dengan mudah
dan lancar. Terima kasih kepada Dosen Pembimbing kami, Doni Setiawan,.........
yang telah memberikan pengarahan kepada kami. Besar harapan kami bahwa
makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan pembelajaran
khususnya mengenai materi yang dibahas, yaitu “Biopori dan Fungsinya”.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
Dosen Pembimbing serta pembaca demi kelayakan makalah ini. Apabila terdapat
kesalahan pada makalah ini, kami mohon maaf. Atas perhatian Dosen
Pembimbing serta pembaca, kami mengucapkan terima kasih.
Inderalaya, 27 Mei 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………...………………......................... i
Daftar Isi…………………………………………............................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………....………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………….. 2
1.3. Tujuan……………………………………….................................... 2
1.4. Manfaat................………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Biopori Lingkungan...……………………..................... 3
2.2. Manfaat Biopori Lingkungan.......……………………..................... 3
2.2. Cara Pembuatan Biopori.............……………………..................... 3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…….......………………………………………............. 15
3.2 Saran.................……………………………………………............. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Wilayah di bumi memiliki kondisi fisik, seperti tanah yang beraneka
ragam. Kondisi fisik tanah di berbagai wilayah di Indonesia berbeda-beda.
Keadaan tanah ini berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Apabila
penggunaan air oleh manusia tidak seimbang dengan daya serap tanah terhadap
air, tentu hal ini dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Seperti kondisi
kota besar, misalnya DKI Jakarta yang memiliki lahan resapan air yang sangat
sedikit sekali disertai dengan penggunaan air tanah yang sangat berlebihan,
menyebabkan penurunan permukaan tanah serta mengakibatkan sulitnya
mendapatkan air berkualitas baik dan cukup di kawasan tersebut.
Bukan hanya terjadi di kota-kota besar saja, melainkan di desa juga
berpotensi terjadi pengurangan lahan resapan air. Karena penduduk desa dapat
terus meningkat, sehingga penggunaan lahan untuk pemukiman juga dapat
meningkat. Lahan yang digunakan untuk pemukiman tersebut, seperti untuk
mendirikan rumah, membangun jalan dan lain-lain, yang tidak menutup
kemungkinan pada bangunan-bangunan tersebut digunakan semen yang tidak
bersifat menyerap dan menyimpan air. Pada kondisi ini, artinya lahan serapan air
berkurang. Solusinya adalah bagaimana air tetap dapat terserap ke dalam tanah
dan pemukiman manusia tidak terganggu.
Dengan demikian, diperlukan adanya gerakan pelestarian alam sekitar
yang dilakukan secara bersama-sama oleh semua pihak serta berkesinambungan,
untuk tetap menjaga dan melestarikan keseimbangan lingkungan agar tidak
semakin rusak dan tidak terkendali. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
mencegah mengalirnya air hujan ke selokan yang kemudian terbuang percuma ke
laut lepas adalah dengan pembuatan lubang biopori resapan atau LBR. Lubang
Resapan Biopori merupakan metode alternatif yang mudah untuk diterapkan.
1.2.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, didapatkan beberapa perumusan masalah, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan biopori lingkungan?
2. Apakah manfaat dari biopori lingkungan?
3. Bagaimanakah cara pembuatan biopori lingkungan?
1.3.
Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari biopori lingkungan.
2. Mengetahui manfaat dari biopori lingkungan.
3. Mengetahui cara pembuatan biopori lingkungan.
1.4.
Manfaat
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
yaitu:
1. Dapat memberikan pengetahuan tentang biopori lingkungan.
2. Dapat memberikan kesadaran bagi pembaca mengenai pentingnya
membuat suatu biopori lingkungan.
3. Dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang cara pembuatan
biopori lingkungan.
4. Dapat meningkatkan kepedulian pembaca terhadap keseimbangan dan
pelestarian lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biopori
Menurut Brata dan Nelistya (2008) biopori adalah ruang atau pori di
dalam tanah yang dibentuk oleh makhluk hidup, seperti mikroorganisme tanah
dan akar tanaman. Bentuk biopori menyerupai liang (terowongan kecil) di dalam
tanah dan bercabang – cabang dan sangat efektif untuk menyalurkan air dan udara
ke dalam tanah. Biopori merupakan metode alternatif untuk meresapkan air hujan
ke dalam tanah, selain dengan sumur resapan.
Liang pori terbentuk oleh adanya pertumbuhan dan perkembangan akar
tanaman, serta aktivitas fauna tanah seperti cacing tanah, rayap, dan semut di
dalam tanah. Pori-pori yang terbentuk dapat meningkatkan kemampuan tanah
menahan air dengan cara menyirkulasikan air dan oksigen ke dalam tanah. Jadi
semakin banyak biopori di dalam tanah, semakin sehat tanah tersebut (Hakim,
2011). Gambar penampakan pori yang terbentuk dalam tanah diperlihatkan pada
gambar 1.
Gambar 1.
Sayatan Penampang Tanah Dalam yang Telah Berkembang dengan Liang yang
Memanjang ke Berbagai Arah
(Sumber: Ginting, 2010)
Teknologi Biopori menggunakan lubang silindris vertikal dengan diameter
relatif tidak terlalu besar namun efektif untuk meresapkan air tanah.Teknologi ini
dianggap lebih efektif dan mudah untuk meresapkan air ke dalam tanah
dibandingkan dengan sumur resapan. Sumur resapan memiliki ukuran cukup besar
serta bahan pengisinya tidak dapat dimanfaatkan oleh biota tanah sebagai sumber
energi dalam penciptaan biopori. Bahan-bahan halus yang terbawa air dan
tersaring oleh bahan pengisi menyumbat rongga bahan pengisi, sehingga
menyebabkan laju serapan menjadi lebih lamban. Selain itu, diameter lubang
yang besar menyebabkan beban resapan meningkat dan menurunkan laju serapan
(Alimaksum, 2010). Jumlah LRB yang diperlukan di satu kawasan bisa saja
berbeda dengan kawasan lain. Untuk menentukan jumlah LRB dalam suatu
kawasan dapat menggunakan rumus:
Intensitas Hujan (mm/jam) x Luas Bidang Kedap (m2)
Jumlah LRB = ----------------------------------------------------------------------Laju Resapan Air per Lubang (liter/jam)
Contoh:
Untuk daerah dengan itensitas hujan 70 mm/jam (hujan lebat), dengan laju
peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 150 m2 bidang kedap
perlu dibuat sebanyak (70x150) / 180 = 58 lubang LBR.
Biopori adalah pori-pori makro berbentuk liang sinambung yang berfungsi
untuk mempercepat peresapan air, khususnya air hujan, ke dalam tanah. Sehingga
Tanah memiliki ketersediaan banah organik yang cukup dan fauna tanah dapat
berkembang dengan baik.
2.2 Manfaat Biopori Lingkungan
Kegunaan sumur resapan atau biopori, adalah:
1. Mencegah banjir.
Banjir sendiri telah menjadi bencana yang merugikan bagi warga.
Keberadaan lubang biopori dapat menjadi jawaban dari masalah tersebut.
Bayangkan bila setiap rumah, kantor atau tiap bangunan memiliki biopori berarti
jumlah air yang segera masuk ke tanah tentu banyak pula dan dapat mencegah
terjadinya banjir.
2. Tempat pembuangan sampah organik.
Banyaknya sampah yang bertumpuk juga telah menjadi masalah tersendiri.
Kita dapat pula membantu mengurangi masalah ini dengan memisahkan sampah
rumah tangga kita menjadi sampah organik dan non organik. Untuk sampah
organik dapat kita buang dalam lubang biopori yang kita buat.
3. Menyuburkan tanaman
Sampah organik yang kita buang di lubang biopori merupakan makanan
untuk organisme yang ada dalam tanah. Organisme tersebut dapat membuat
sampah menjadi kompos yang merupakan pupuk bagi tanaman di sekitarnya.
4. Meningkatkan kualitas air tanah
Organisme dalam tanah mampu membuat samapah menjadi mineralmineral yang kemudian dapat larut dalam air. Hasilnya, air tanah menjadi
berkualitas karena mengandung mineral. Konsep pembuatan sumur resapan
memang tidak untuk memperbaiki "kualitas" air tanah. tetapi cenderung
menambah cadangan atau "kuantitas " air tanah. Hal ini dimaksudkan supaya pada
saat musim kering kita tidak kekurangan air. Apabila tidak dibuat sistem serapan,
maka yg terjadi adalah pada saat musih hujan kita kebanjiran, dan pada saat
musim kemarau kita kekeringan. Jadi sistem serapan ibarat sebuah tabungan yg
menabung air saat melimpah, sehinga dapat kita ambil "tabungan" tsb di musim
kemarau. Apabila sistim ini mampu berjalan dg baik maka dua masalah besar
dapat diselesaikan, Bahkan system ini lebih baik dari sistem banjir kanal yg hanya
mengirim semua air hujan/tawar ke laut, dan akhirnya pas musim kering kita
benar2 kekurangan air.
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas LRB
1. Jenis Tanah
Jenis tanah dapat mempengaruhi jumlah dan aktivitas organisme dalam
tanah. Setiap jenis tanah memiliki laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi yang
berbeda. Laju infiltrasi diantaranya dipengaruhi oleh tekstur, struktur, dan
porositas tanah. Tekstur tanah berhubungan dengan distribusi ukuran pori,
sedangkan struktur tanah berkaitan dengan kemantapan ruang pori sehingga air
lebih mudah bergerak tanah.
Perkembangan struktur yang paling besar terdapat pada tanah-tanah
permukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya lebih rendah
dibandingkan tanah berpasir. Semakin padat suatu tanah, maka semakin tinggi
kerapatan massanya semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar
tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah, maka air dan udara sulit disimpan dan
ketersediaannya terbatas dalam tanah menyebabkan terhambatnya pernafasan akar
dan penyerapan air dan memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki
aktivitas organisme yang rendah (Hakim, 2011). Kerapatan tanah yang bertekstur
halus biasanya antara 1,0 – 1,3 g/cm3 sedangkan struktur tanah kasar memiliki
kerapatan massa 1,3 – 1,8 g/cm3.
Pemberian bahan organik pada tanah dapat menurunkan kerapatan massa
tanah. Hal ini disebabkan bahan organik yang ditambahkan mempunyai kerapatan
jenis lebih rendah. Kemantapan agregat yang semakin tinggi dapat menurunkan
kerapatan massa tanah sehingga persentase ruang pori-pori semakin kasar dan
kapasitas mengikat air semakin tinggi (Kartosapoetra dan Sutedjo dalam Sinuraya,
2009). Indonesia memiliki berbagai macam jenis tanah. Beberapa jenis tanah
resapan yang terdapat di Indonesia ditampilkan dalam tabel 1.
Jenis Tanah di Daerah Resapan Air
Taksonomi Tanah (PPT
Taksonomi Tanah
1983)
Litosol, Regosol, Podsolik
(USDA,1975)
Entisol
Litosol,Regosol
Entisol
Andosol Coklat
Inceptisol
Podsolik Coklat
Alfisol
Kekuningan
Sumber : Puslittan dalam Rizal, 2009
Penelitian mengenai laju serapan lubang biopori yang diisi dengan jerami
membuktikan bahwa struktur tanah entisol menghasilkan laju serapan air
tertinggi, sedangkan tanah yang memiliki laju serapan terendah adalah tanah
ultisol (Ginting, 2010). Tanah entisol merupakan tanah yang baru berkembang.
Tanah ini mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka
terhadap erosi, dan kandungan hara tersedia rendah. Tanah entisol mempunyai
kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral sampai alkalin. Penambahan
bahan organik ke dalam tanah jenis ini dapat membantu meningkatkan ukuran
pori, distribusi ukuran pori serta meningkatkan agregat tanah sehingga tanah
memiliki permeabilitas dan laju infiltrasi yang tinggi.
2. Jenis Sampah Organik
Sampah organik memegang peranan penting dalam efektivitas biopori.
Oleh karena itu, sampah organik perlu dimasukkan ke dalam lubang resapan
biopori secara berkala sebagai sumber bahan makanan bagi organisme yang
berada dalam tanah. Sampah organik dapat diperoleh dari berbagai sumber antara
lain sampah dapur rumah tangga, daun-daunan, ataupun sisa pertanian yang tidak
dimanfaatkan.
Proses dekomposisi bahan organik tergantung kepada jenis bahan, usia,
ukuran partikel dan dan kadarNitrogen yang terkandung di dalamnya. Bahan yang
berasal dari sisa tanaman yang mengandung banyak air dan masih muda akan
lapuk dengan cepat dibandingkan akar. Tanaman gula, tepung, asam amino dan
protein yang mengandung jaringan muda dalam jumlah besar terlapuk dengan
sangat cepat terutama hemicellulose dan lignin (Alimaksum, 2010).
Penelitian oleh Sibarani dan Bambang (2010) membuktikan bahwa variasi
umur dan jenis sampah berpengaruh terhadap kinerja biopori dengan
meningkatkan laju resap air. Variasi umur sampah menunjukkan angka yang
berbeda untuk dua tempat penelitian yang berbeda. Untuk jenis sampah
didapatkan hasil sampah kulit buah lebih efektif daripada sampah daun dan
sampah sayuran.
Hal ini disebabkan aroma kulit buah yang sangat kuat dan terasa manis
sehingga mampu menarik lebih banyak mikroba atau hewan pengurai lain seperti
cacing, semut, rayap menuju sampah. Selain itu permukaan kulit yang licin /
angka kekasarannya yang sangat kecil juga berpengaruh dalam melewatkan air
menjadi lebih mudah. Sedangkan massa daun jauh lebih ringan / kecil daripada
sampah sayuran kangkung yang memiliki batang yang tebal dan lebih lama untuk
mengurainya.
2.4 Cara Pembuatan Biopori
Bangunan sumur resapan sekurang-kurangnya terdiri dari :
1.
Saluran air sebagai jalan air yang akan dimasukkan ke dalam sumur.
2.
Bak kontrol yang berfungsi untuk menyaring air sebelum masuk sumur
resapan
3.
Pipa pemasukan atau saluran air masuk. Ukuran tergantung jumlah aliran
permukaan yang akan masuk.
4.
Sumur resapan
5.
Pipa pembuangan yang bersungsi sebagai saluran pembuangan jika air dalam
sumur resapan sudah penuh.
Beberapa Ketentuan Umum untuk Pembangunan Konstruksi Sumur
Resapan
1.
Sumur resapan sebaiknya berada diatas elevasi/kawasan sumursumur gali
biasa.
2.
Untuk menjaga pencemaran air di lapisan aquifer, kedalaman sumur
resapan harus diatas kedalaman muka air tanah tidak tertekan (unconfined
aquifer) yang ditandai oleh adanya mata air tanah.
3.
Pada daerah berkapur/karst perbukitan kapur dengan kedalaman/solum
tanah yang dangkal, kedalaman air tanah pada umumnya sangatlah dalam
sehingga pembuatan sumur resapan sangatlah tidak direkomendasikan.
Demikian pula sebaliknya di lahan pertanian pasang surut yang berair tanah
sangat dangkal.
4.
Untuk mendapatkan jumlah air yang memadai, sumur resapan harus
memiliki tangkapan air hujan berupa suatu bentang lahan baik berupa lahan
pertanian atau atap rumah. Sebelum air hujan yang berupa aliran permukaan
masuk kedalam sumur melalui saluran air, sebaiknya dilakukan penyaringan
air di bak kontrol terlebih dahulu.
5.
Bak kontrol terdiri-dari beberapa lapisan berturut-turut adalah lapisan
gravel (kerikil), pasir kasar, pasir dan ijuk. Penyaringan ini dimaksudkan agar
partikel-partikel debu hasil erosi dari daerah tangkapan air tidak terbawa
masuk ke sumur sehingga tidak menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang
ada. Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui pipa pemasukan,
dasar sumur yang berada di lapisan kedap air dapat diisi dengan batu belah
atau ijuk.
6.
Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan, dipasang pipa
pengeluaran yang letaknya lebih rendah dari pada pipa pemasukan untuk
antisipasi manakala terjadi overflow/luapan air di dalam sumur. Bila tidak
dilengkapi dengan pipa pengeluaran, air yang masuk ke sumur harus dapat
diatur misalnya dengan seka balok dll.
Cara pembuatan lubang resapan biopori:
1.
Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm.
Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah
2.
bila air ternyata dangkal. Jarak antar lubang antara 50 - 100 cm.
Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm dengan tebal 2
3.
cm disekeliling mulut luang.
Isi lubang dengan sampah organik yang erasal dari sampah dapur, sisa
tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput.
4.
Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah
5.
berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
Kompos yang terbantuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim
kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Biopori adalah ruang atau pori di dalam tanah yang dibentuk oleh makhluk
hidup, seperti mikroorganisme tanah dan akar tanaman
2. Teknologi biopori bermanfaat untuk meningkatkan daya peresapan air dan
cadangan air tanah, mengubah sampah organik menjadi kompos, mengurangi
emisi CO2 dan metan, serta mengatasi penyebab penyakit yang ditimbulkan
oleh adanya genangan air
3. Peningkatan biopori dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal di dalam
tanah yang diisi dengan sampah organik. Lubang resapan bipori dapat dibuat di
halaman, taman, maupun saluran air.
3.2. Saran
Agar makalah “Biopori dan Fungsinya” ini lebih bermanfaat maka perlu
diadakan
peningkatan
kajian,
komunikasi,
dan
penyebarluasan
untuk
memasyarakatkan drainase ramah lingkungan dengan permodelan biopori agar
lebih cepat diterapkan dan efisien dalam pelaksanaannya.
Daftar Pustaka
Alimaksum, N. M. 2010. Evaluasi Hantaran Hidrolik Tanah Lubang Resapan
Biopori pada Latosol Coklat Darmaga dan Latosol Merah Jakarta. Skripsi.
Program Studi Ilmu Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Anonim. Lubang resapan biopori kurangi banjir. http://www.sinar harapan.co
.id/berita/0704/09/ipt02.html. Diakses 4 April 2008
Brata, K. R. dan Nelistya. 2008 Lubang Resapan Biopori. Jakarta: Penebar
Swadaya
Prayitno, G. dkk. 2010. Studi Efektifitas Biopori sebagai Alternatif Teknologi
Ekodrainase dalam Mengendalikan Banjir di Kota Malang (Studi Kasus:
Sub DAS Metro). Laporan Penelitian. Fakultas Teknik. Malang: Universitas
Brawijaya
2. Dian Ratna Sari
3. Herika Septiani
4. Husnul Khotimah
5. Merry Pusvita Sari
6. Putri Dina Sari
7. Veronica Indriani
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat dan kasih sayang-Nya, makalah ini dapat kami kerjakan dengan mudah
dan lancar. Terima kasih kepada Dosen Pembimbing kami, Doni Setiawan,.........
yang telah memberikan pengarahan kepada kami. Besar harapan kami bahwa
makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan pembelajaran
khususnya mengenai materi yang dibahas, yaitu “Biopori dan Fungsinya”.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
Dosen Pembimbing serta pembaca demi kelayakan makalah ini. Apabila terdapat
kesalahan pada makalah ini, kami mohon maaf. Atas perhatian Dosen
Pembimbing serta pembaca, kami mengucapkan terima kasih.
Inderalaya, 27 Mei 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………...………………......................... i
Daftar Isi…………………………………………............................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………....………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………….. 2
1.3. Tujuan……………………………………….................................... 2
1.4. Manfaat................………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Biopori Lingkungan...……………………..................... 3
2.2. Manfaat Biopori Lingkungan.......……………………..................... 3
2.2. Cara Pembuatan Biopori.............……………………..................... 3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…….......………………………………………............. 15
3.2 Saran.................……………………………………………............. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Wilayah di bumi memiliki kondisi fisik, seperti tanah yang beraneka
ragam. Kondisi fisik tanah di berbagai wilayah di Indonesia berbeda-beda.
Keadaan tanah ini berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Apabila
penggunaan air oleh manusia tidak seimbang dengan daya serap tanah terhadap
air, tentu hal ini dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Seperti kondisi
kota besar, misalnya DKI Jakarta yang memiliki lahan resapan air yang sangat
sedikit sekali disertai dengan penggunaan air tanah yang sangat berlebihan,
menyebabkan penurunan permukaan tanah serta mengakibatkan sulitnya
mendapatkan air berkualitas baik dan cukup di kawasan tersebut.
Bukan hanya terjadi di kota-kota besar saja, melainkan di desa juga
berpotensi terjadi pengurangan lahan resapan air. Karena penduduk desa dapat
terus meningkat, sehingga penggunaan lahan untuk pemukiman juga dapat
meningkat. Lahan yang digunakan untuk pemukiman tersebut, seperti untuk
mendirikan rumah, membangun jalan dan lain-lain, yang tidak menutup
kemungkinan pada bangunan-bangunan tersebut digunakan semen yang tidak
bersifat menyerap dan menyimpan air. Pada kondisi ini, artinya lahan serapan air
berkurang. Solusinya adalah bagaimana air tetap dapat terserap ke dalam tanah
dan pemukiman manusia tidak terganggu.
Dengan demikian, diperlukan adanya gerakan pelestarian alam sekitar
yang dilakukan secara bersama-sama oleh semua pihak serta berkesinambungan,
untuk tetap menjaga dan melestarikan keseimbangan lingkungan agar tidak
semakin rusak dan tidak terkendali. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
mencegah mengalirnya air hujan ke selokan yang kemudian terbuang percuma ke
laut lepas adalah dengan pembuatan lubang biopori resapan atau LBR. Lubang
Resapan Biopori merupakan metode alternatif yang mudah untuk diterapkan.
1.2.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, didapatkan beberapa perumusan masalah, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan biopori lingkungan?
2. Apakah manfaat dari biopori lingkungan?
3. Bagaimanakah cara pembuatan biopori lingkungan?
1.3.
Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari biopori lingkungan.
2. Mengetahui manfaat dari biopori lingkungan.
3. Mengetahui cara pembuatan biopori lingkungan.
1.4.
Manfaat
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
yaitu:
1. Dapat memberikan pengetahuan tentang biopori lingkungan.
2. Dapat memberikan kesadaran bagi pembaca mengenai pentingnya
membuat suatu biopori lingkungan.
3. Dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang cara pembuatan
biopori lingkungan.
4. Dapat meningkatkan kepedulian pembaca terhadap keseimbangan dan
pelestarian lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biopori
Menurut Brata dan Nelistya (2008) biopori adalah ruang atau pori di
dalam tanah yang dibentuk oleh makhluk hidup, seperti mikroorganisme tanah
dan akar tanaman. Bentuk biopori menyerupai liang (terowongan kecil) di dalam
tanah dan bercabang – cabang dan sangat efektif untuk menyalurkan air dan udara
ke dalam tanah. Biopori merupakan metode alternatif untuk meresapkan air hujan
ke dalam tanah, selain dengan sumur resapan.
Liang pori terbentuk oleh adanya pertumbuhan dan perkembangan akar
tanaman, serta aktivitas fauna tanah seperti cacing tanah, rayap, dan semut di
dalam tanah. Pori-pori yang terbentuk dapat meningkatkan kemampuan tanah
menahan air dengan cara menyirkulasikan air dan oksigen ke dalam tanah. Jadi
semakin banyak biopori di dalam tanah, semakin sehat tanah tersebut (Hakim,
2011). Gambar penampakan pori yang terbentuk dalam tanah diperlihatkan pada
gambar 1.
Gambar 1.
Sayatan Penampang Tanah Dalam yang Telah Berkembang dengan Liang yang
Memanjang ke Berbagai Arah
(Sumber: Ginting, 2010)
Teknologi Biopori menggunakan lubang silindris vertikal dengan diameter
relatif tidak terlalu besar namun efektif untuk meresapkan air tanah.Teknologi ini
dianggap lebih efektif dan mudah untuk meresapkan air ke dalam tanah
dibandingkan dengan sumur resapan. Sumur resapan memiliki ukuran cukup besar
serta bahan pengisinya tidak dapat dimanfaatkan oleh biota tanah sebagai sumber
energi dalam penciptaan biopori. Bahan-bahan halus yang terbawa air dan
tersaring oleh bahan pengisi menyumbat rongga bahan pengisi, sehingga
menyebabkan laju serapan menjadi lebih lamban. Selain itu, diameter lubang
yang besar menyebabkan beban resapan meningkat dan menurunkan laju serapan
(Alimaksum, 2010). Jumlah LRB yang diperlukan di satu kawasan bisa saja
berbeda dengan kawasan lain. Untuk menentukan jumlah LRB dalam suatu
kawasan dapat menggunakan rumus:
Intensitas Hujan (mm/jam) x Luas Bidang Kedap (m2)
Jumlah LRB = ----------------------------------------------------------------------Laju Resapan Air per Lubang (liter/jam)
Contoh:
Untuk daerah dengan itensitas hujan 70 mm/jam (hujan lebat), dengan laju
peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 150 m2 bidang kedap
perlu dibuat sebanyak (70x150) / 180 = 58 lubang LBR.
Biopori adalah pori-pori makro berbentuk liang sinambung yang berfungsi
untuk mempercepat peresapan air, khususnya air hujan, ke dalam tanah. Sehingga
Tanah memiliki ketersediaan banah organik yang cukup dan fauna tanah dapat
berkembang dengan baik.
2.2 Manfaat Biopori Lingkungan
Kegunaan sumur resapan atau biopori, adalah:
1. Mencegah banjir.
Banjir sendiri telah menjadi bencana yang merugikan bagi warga.
Keberadaan lubang biopori dapat menjadi jawaban dari masalah tersebut.
Bayangkan bila setiap rumah, kantor atau tiap bangunan memiliki biopori berarti
jumlah air yang segera masuk ke tanah tentu banyak pula dan dapat mencegah
terjadinya banjir.
2. Tempat pembuangan sampah organik.
Banyaknya sampah yang bertumpuk juga telah menjadi masalah tersendiri.
Kita dapat pula membantu mengurangi masalah ini dengan memisahkan sampah
rumah tangga kita menjadi sampah organik dan non organik. Untuk sampah
organik dapat kita buang dalam lubang biopori yang kita buat.
3. Menyuburkan tanaman
Sampah organik yang kita buang di lubang biopori merupakan makanan
untuk organisme yang ada dalam tanah. Organisme tersebut dapat membuat
sampah menjadi kompos yang merupakan pupuk bagi tanaman di sekitarnya.
4. Meningkatkan kualitas air tanah
Organisme dalam tanah mampu membuat samapah menjadi mineralmineral yang kemudian dapat larut dalam air. Hasilnya, air tanah menjadi
berkualitas karena mengandung mineral. Konsep pembuatan sumur resapan
memang tidak untuk memperbaiki "kualitas" air tanah. tetapi cenderung
menambah cadangan atau "kuantitas " air tanah. Hal ini dimaksudkan supaya pada
saat musim kering kita tidak kekurangan air. Apabila tidak dibuat sistem serapan,
maka yg terjadi adalah pada saat musih hujan kita kebanjiran, dan pada saat
musim kemarau kita kekeringan. Jadi sistem serapan ibarat sebuah tabungan yg
menabung air saat melimpah, sehinga dapat kita ambil "tabungan" tsb di musim
kemarau. Apabila sistim ini mampu berjalan dg baik maka dua masalah besar
dapat diselesaikan, Bahkan system ini lebih baik dari sistem banjir kanal yg hanya
mengirim semua air hujan/tawar ke laut, dan akhirnya pas musim kering kita
benar2 kekurangan air.
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas LRB
1. Jenis Tanah
Jenis tanah dapat mempengaruhi jumlah dan aktivitas organisme dalam
tanah. Setiap jenis tanah memiliki laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi yang
berbeda. Laju infiltrasi diantaranya dipengaruhi oleh tekstur, struktur, dan
porositas tanah. Tekstur tanah berhubungan dengan distribusi ukuran pori,
sedangkan struktur tanah berkaitan dengan kemantapan ruang pori sehingga air
lebih mudah bergerak tanah.
Perkembangan struktur yang paling besar terdapat pada tanah-tanah
permukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya lebih rendah
dibandingkan tanah berpasir. Semakin padat suatu tanah, maka semakin tinggi
kerapatan massanya semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar
tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah, maka air dan udara sulit disimpan dan
ketersediaannya terbatas dalam tanah menyebabkan terhambatnya pernafasan akar
dan penyerapan air dan memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki
aktivitas organisme yang rendah (Hakim, 2011). Kerapatan tanah yang bertekstur
halus biasanya antara 1,0 – 1,3 g/cm3 sedangkan struktur tanah kasar memiliki
kerapatan massa 1,3 – 1,8 g/cm3.
Pemberian bahan organik pada tanah dapat menurunkan kerapatan massa
tanah. Hal ini disebabkan bahan organik yang ditambahkan mempunyai kerapatan
jenis lebih rendah. Kemantapan agregat yang semakin tinggi dapat menurunkan
kerapatan massa tanah sehingga persentase ruang pori-pori semakin kasar dan
kapasitas mengikat air semakin tinggi (Kartosapoetra dan Sutedjo dalam Sinuraya,
2009). Indonesia memiliki berbagai macam jenis tanah. Beberapa jenis tanah
resapan yang terdapat di Indonesia ditampilkan dalam tabel 1.
Jenis Tanah di Daerah Resapan Air
Taksonomi Tanah (PPT
Taksonomi Tanah
1983)
Litosol, Regosol, Podsolik
(USDA,1975)
Entisol
Litosol,Regosol
Entisol
Andosol Coklat
Inceptisol
Podsolik Coklat
Alfisol
Kekuningan
Sumber : Puslittan dalam Rizal, 2009
Penelitian mengenai laju serapan lubang biopori yang diisi dengan jerami
membuktikan bahwa struktur tanah entisol menghasilkan laju serapan air
tertinggi, sedangkan tanah yang memiliki laju serapan terendah adalah tanah
ultisol (Ginting, 2010). Tanah entisol merupakan tanah yang baru berkembang.
Tanah ini mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka
terhadap erosi, dan kandungan hara tersedia rendah. Tanah entisol mempunyai
kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral sampai alkalin. Penambahan
bahan organik ke dalam tanah jenis ini dapat membantu meningkatkan ukuran
pori, distribusi ukuran pori serta meningkatkan agregat tanah sehingga tanah
memiliki permeabilitas dan laju infiltrasi yang tinggi.
2. Jenis Sampah Organik
Sampah organik memegang peranan penting dalam efektivitas biopori.
Oleh karena itu, sampah organik perlu dimasukkan ke dalam lubang resapan
biopori secara berkala sebagai sumber bahan makanan bagi organisme yang
berada dalam tanah. Sampah organik dapat diperoleh dari berbagai sumber antara
lain sampah dapur rumah tangga, daun-daunan, ataupun sisa pertanian yang tidak
dimanfaatkan.
Proses dekomposisi bahan organik tergantung kepada jenis bahan, usia,
ukuran partikel dan dan kadarNitrogen yang terkandung di dalamnya. Bahan yang
berasal dari sisa tanaman yang mengandung banyak air dan masih muda akan
lapuk dengan cepat dibandingkan akar. Tanaman gula, tepung, asam amino dan
protein yang mengandung jaringan muda dalam jumlah besar terlapuk dengan
sangat cepat terutama hemicellulose dan lignin (Alimaksum, 2010).
Penelitian oleh Sibarani dan Bambang (2010) membuktikan bahwa variasi
umur dan jenis sampah berpengaruh terhadap kinerja biopori dengan
meningkatkan laju resap air. Variasi umur sampah menunjukkan angka yang
berbeda untuk dua tempat penelitian yang berbeda. Untuk jenis sampah
didapatkan hasil sampah kulit buah lebih efektif daripada sampah daun dan
sampah sayuran.
Hal ini disebabkan aroma kulit buah yang sangat kuat dan terasa manis
sehingga mampu menarik lebih banyak mikroba atau hewan pengurai lain seperti
cacing, semut, rayap menuju sampah. Selain itu permukaan kulit yang licin /
angka kekasarannya yang sangat kecil juga berpengaruh dalam melewatkan air
menjadi lebih mudah. Sedangkan massa daun jauh lebih ringan / kecil daripada
sampah sayuran kangkung yang memiliki batang yang tebal dan lebih lama untuk
mengurainya.
2.4 Cara Pembuatan Biopori
Bangunan sumur resapan sekurang-kurangnya terdiri dari :
1.
Saluran air sebagai jalan air yang akan dimasukkan ke dalam sumur.
2.
Bak kontrol yang berfungsi untuk menyaring air sebelum masuk sumur
resapan
3.
Pipa pemasukan atau saluran air masuk. Ukuran tergantung jumlah aliran
permukaan yang akan masuk.
4.
Sumur resapan
5.
Pipa pembuangan yang bersungsi sebagai saluran pembuangan jika air dalam
sumur resapan sudah penuh.
Beberapa Ketentuan Umum untuk Pembangunan Konstruksi Sumur
Resapan
1.
Sumur resapan sebaiknya berada diatas elevasi/kawasan sumursumur gali
biasa.
2.
Untuk menjaga pencemaran air di lapisan aquifer, kedalaman sumur
resapan harus diatas kedalaman muka air tanah tidak tertekan (unconfined
aquifer) yang ditandai oleh adanya mata air tanah.
3.
Pada daerah berkapur/karst perbukitan kapur dengan kedalaman/solum
tanah yang dangkal, kedalaman air tanah pada umumnya sangatlah dalam
sehingga pembuatan sumur resapan sangatlah tidak direkomendasikan.
Demikian pula sebaliknya di lahan pertanian pasang surut yang berair tanah
sangat dangkal.
4.
Untuk mendapatkan jumlah air yang memadai, sumur resapan harus
memiliki tangkapan air hujan berupa suatu bentang lahan baik berupa lahan
pertanian atau atap rumah. Sebelum air hujan yang berupa aliran permukaan
masuk kedalam sumur melalui saluran air, sebaiknya dilakukan penyaringan
air di bak kontrol terlebih dahulu.
5.
Bak kontrol terdiri-dari beberapa lapisan berturut-turut adalah lapisan
gravel (kerikil), pasir kasar, pasir dan ijuk. Penyaringan ini dimaksudkan agar
partikel-partikel debu hasil erosi dari daerah tangkapan air tidak terbawa
masuk ke sumur sehingga tidak menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang
ada. Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui pipa pemasukan,
dasar sumur yang berada di lapisan kedap air dapat diisi dengan batu belah
atau ijuk.
6.
Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan, dipasang pipa
pengeluaran yang letaknya lebih rendah dari pada pipa pemasukan untuk
antisipasi manakala terjadi overflow/luapan air di dalam sumur. Bila tidak
dilengkapi dengan pipa pengeluaran, air yang masuk ke sumur harus dapat
diatur misalnya dengan seka balok dll.
Cara pembuatan lubang resapan biopori:
1.
Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm.
Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah
2.
bila air ternyata dangkal. Jarak antar lubang antara 50 - 100 cm.
Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm dengan tebal 2
3.
cm disekeliling mulut luang.
Isi lubang dengan sampah organik yang erasal dari sampah dapur, sisa
tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput.
4.
Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah
5.
berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
Kompos yang terbantuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim
kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Biopori adalah ruang atau pori di dalam tanah yang dibentuk oleh makhluk
hidup, seperti mikroorganisme tanah dan akar tanaman
2. Teknologi biopori bermanfaat untuk meningkatkan daya peresapan air dan
cadangan air tanah, mengubah sampah organik menjadi kompos, mengurangi
emisi CO2 dan metan, serta mengatasi penyebab penyakit yang ditimbulkan
oleh adanya genangan air
3. Peningkatan biopori dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal di dalam
tanah yang diisi dengan sampah organik. Lubang resapan bipori dapat dibuat di
halaman, taman, maupun saluran air.
3.2. Saran
Agar makalah “Biopori dan Fungsinya” ini lebih bermanfaat maka perlu
diadakan
peningkatan
kajian,
komunikasi,
dan
penyebarluasan
untuk
memasyarakatkan drainase ramah lingkungan dengan permodelan biopori agar
lebih cepat diterapkan dan efisien dalam pelaksanaannya.
Daftar Pustaka
Alimaksum, N. M. 2010. Evaluasi Hantaran Hidrolik Tanah Lubang Resapan
Biopori pada Latosol Coklat Darmaga dan Latosol Merah Jakarta. Skripsi.
Program Studi Ilmu Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Anonim. Lubang resapan biopori kurangi banjir. http://www.sinar harapan.co
.id/berita/0704/09/ipt02.html. Diakses 4 April 2008
Brata, K. R. dan Nelistya. 2008 Lubang Resapan Biopori. Jakarta: Penebar
Swadaya
Prayitno, G. dkk. 2010. Studi Efektifitas Biopori sebagai Alternatif Teknologi
Ekodrainase dalam Mengendalikan Banjir di Kota Malang (Studi Kasus:
Sub DAS Metro). Laporan Penelitian. Fakultas Teknik. Malang: Universitas
Brawijaya