S BIO 1205549 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan bentuk yang paling
baik serta akal yang lebih sempurna, oleh karena itu manusia bisa berpikir dan
memilki kepekaan lebih untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk
berinteraksi dengan berbagai kondisi dan masalah disekitar lingkungannya maka
manusia akan menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan berbagai
masalah tersebut. Pengetahuan memiliki kata dasar “tahu” yaitu mengerti setelah
melihat

(menyaksikan,

mengalami,

dan

sebagainya),

sedangkan


kata

pengetahuan sendiri dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang telah diketahui
(KBBI Online). Berdasarkan pengertian tersebut, pengetahuan dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang diketahui manusia secara langsung maupun tidak
langsung setelah melihat, membaca dan sebagainya.
Secara umum, proses transfer atau pewarisan pengetahuan melalui tiga jalur
utama yaitu pendidikan formal, non formal maupun informal (Nasution, 1987).
Walaupun sebagian besar prosesi pendidikan melalui jalur formal di sekolah,
tetapi kedua jalur lain seperti pendidikan non formal dan informal juga penting
untuk saling membangun dan memperluas pengetahuan dan karakter peserta
didik. Pendidikan informal yang diberikan orang tua, keluarga ataupun
pengetahuan lokal dan budaya masyarakatnya bisa menjadi pembelajaran yang
penting untuk mengetahui setiap pengetahuan, karakter dan budaya yang ada
disekitar lingkungan agar diharapkan bisa saling melengkapi dan memperkaya
wawasan peserta didik (Effendi, 2011).
Pengetahuan yang telah didapat harus dilestarikan dengan cara diwariskan
kepada generasi selanjutnya. Hal ini bertujuan agar generasi selanjutnya mampu
mengetahui dan melestarikan berbagai warisan pengetahuan tersebut. Pewarisan

pengetahuan berbeda-beda antar suku budaya bangsa, maka dari itu keunikan
Alief Maulana, 2016
KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN ETNOEKOLOGI PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIPTARASA
KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

pewarisan pengetahuan dalam etnik (suku bangsa) tertentu menjadi hal yang
sangat penting karena dapat menjadi ciri khas tersendiri dalam aktivitas dan
pembentukan budaya kelompok masyarakat tersebut.
Di Indonesia, kata “masyarakat adat” merupakan terjemahan dari kata bahasa
Inggris Indigenous Peoples. Ada juga yang mengartikan sebagai masyarakat asli
atau penduduk asli yang menempati suatu wilayah secara turun-temurun
(Kurniyanto, 2014).Masyarakat adat adalah komunitas-komunitas yang hidup
berdasarkan asal-usul yang sama secara turun-temurun di atas satu wilayah adat,
yang memiliki kedaulatan atas tanah, kekayaan alam dan kehidupan sosial
budaya yang diatur oleh hukum adat, dan lembaga adat yang mengelola
keberlangsungan kehidupan masyarakat (Nanuru, 2010). Secara umum pewarisan
pengetahuan yang dilakukan oleh masyarakat adat kepada generasi selanjutnya

berupa pendidikan informal yang diajarkan dari orang tua ke anaknya secara
ortodoks yang menuntut peserta didik hanya menerimaapa saja yang diajarkan
tutor ataupun orang tua yang mengajarkan (Kurniyanto, 2014). Hal ini membuat
peserta didik terlatih untuk bisa melakukan hal-hal yang biasa dilakukan
masyarakat kampung adatnya dalam memahami dan mengelola lingkungan serta
berbagai fenomena alam yang terjadi.
Dewasa ini, pendidikan di Indonesia hanya lebih mengarah ke pendidikan
yang bersifat formalisme, pragmatisme dan transaksionalisme (Rozikan,
2014).Nilai-nilai moral, akhlak, budaya dan idealisme menjadi nilai pinggiran.
Sopan santun (etika) kepada kedua orang tua, guru dan orang yang lebih tua
kurang diperhatikan. Hal ini terlihat ketika sebagian besar guru di sekolah hanya
menyampaikan apa yang menjadi materi (konsep-konsep, rumus dan teori)
dalam suatu pelajaran tanpa memberikan nilai-nilai kehidupan (religi, sosial,
etika) yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Ruyadi, 2010).
Dampak dari sistem pendidikan yang seperti ini salah satunya ialahketidak
pedulian masyarakat yang hanya mementingkan keuntungan pribadi tanpa
memiliki rasa kepedulian untuk ikut melestarikan lingkungannya sehingga

Alief Maulana, 2016
KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN ETNOEKOLOGI PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIPTARASA

KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

mengakibatkan terjadinya kerusakan alam serta berkurangnya biodiversitas yang
ada.
Penekanan pembelajaran harus terletak pada kreativitas, inovasi, partisipasi
dan karakter, serta dapat mentrasformasikan pada tujuan pendidikan nasional
(Ridwan, 2014). Gagasan tentang pendidikan transformatif berbasis kearifan
lokal menurut Rozikan (2014) merupakan salah satu alternatif untuk menawarkan
kepada pelaku pendidikan agar pendidikan ke depan lebih baik sesuai cita-cita
luhur bangsa Indonesia. Melalui proses pendidikan yang seperti ini diharapkan
peserta didik bisa mendapatkan ilmu dalam suatu pembelajaran serta bisa
menerapkan nilai-nilai budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
pendekatan Etnopedagogi juga dapat diterapkan dalam pelatihan profesionalisme
guru di lembaga pendidikan disertai dengan dukungan dari Departemen
Pendidikan

Kebudayaan.Hal


tersebut

sangat

penting

karena

dapat

mengembangkan berbagai komponen kurikulum pendidikan di suatu daerah yang
sesuai dengan budaya yang dimiliki daerah tersebut (Stukalenko, dkk, 2013).
Etnoekologi merupakan cabang ilmu Biologi tentang hubungan atau interaksi
yang erat antara manusia, ruang hidup (lingkungan) dan semua aktivitas manusia
di bumi (Hilmanto, 2010).Suryadarma (2012) melaporkan bahwa Etnoekologi
berawal pada kemampuan setiap kelompok etnik dalam memilah, memilih dan
membaca keunikan alam untuk memproduksi pemenuhan kebutuhan dasar serta
kelangsungan kelompoknya yang bertumpu pada azas keterkaitan di antara
realitas alam.Kehidupan masyarakat adat senantiasa selalu berdampingan dengan

alam karena sebagian besar kebutuhan hidup seperti pangan, sandang dan papan
diambil langsung dari kekayaan alam sekitar lingkungan masyarakat adat
tersebut.Untuk menjaga kestabilan serta kelestarian alam agar setiap kebutuhan
terpenuhi maka masyarakat adat menciptakan hubungan dan peraturan-peraturan
dalam pengelolaan lingkungan yang bersifat konservatif tanpa merusak atau
mengeksploitasi alam secara berlebihan. Hubungan dan peraturan-peraturan
antara masyarakat adat dengan lingkungannya ini yang disebut suatu kearifan
lokal. Kearifan lokal sendiri adalah norma-norma yang sudah berlaku di suatu
Alief Maulana, 2016
KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN ETNOEKOLOGI PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIPTARASA
KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

masyarakat yang sifatnya turun menurun dan berhubungan erat dengan
kepandaian dan strategi-straregi pengelolaan kelestarian lingkungan yang sudah
teruji sekian lamamenurut Suhartini (2009).
Kampung adat Ciptarasa yang termasuk dalam wilayah pemerintahan Dusun
Sirnarasa, Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi merupakan

suatu kampung adat yang secara geografis berbatasan dengan Taman Nasional
Gunung Halimun bagian selatan. Karena letak geografis yang berbatasan dengan
pegunungan dan hutan yang masih alami maka kearifan lokal penduduk
kampung adat Ciptarasa ini dalam interaksi dengan lingkungan sekitar masih
sangat terjaga. Petuah dan peraturan-peraturan yang dipatuhi dan dijaga secara
turun-temurun perlu dilestarikan dan digali lebih lanjut agar kearifan lokal
tentang Etnoekologi masyarakat kampung adat Ciptarasa bisa terdokumentasikan
dengan baik yang nantinya akan terdapat suatu data ilmiah yang bisa dipakai
untuk penelitian selanjutnya.
Penelitian tentang kajian Etnoekologi terhadap masyarakat adat sudah
dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti yang dilakukan Sari (2011) mengenai
Etnoekologi masyarakat kerinci di Provinsi Jambi, dan Rizal, dkk (2014) tentang
Etnoekologi masyarakat sekitar Taman Nasional Bonerate Kabupaten Kepulauan
Selayar, kemudian studi Etnoekologi masyarakat suku sasak, NTB yang
dilakukan oleh Irawan (2012), serta studi Etnoekologi lanskap desa adat
Tenganan Pengringsingan di Provinsi Bali oleh Danur (2014). Dari beberapa
penelitian diatas bisa diambil suatu hasil kesimpulan bahwa setiap masyarakat
adat di wilayah Indonesia memiliki interaksi dengan lingkungan sekitarnya
dengan cara-cara konservatif tertentu untuk menjaga dan melestarikan
lingkungannya.

Penelitian mengenai etnosains lainnya seperti etnobotani dan etnobiologi
bidang pertanian sudah pernah dikaji oleh peneliti lain, seperti yang dilakukan
Kurniyanto dan Mboy (2014) pada Kampung Adat Sinar Resmi yang masih
dalam kesatuan Kampung Adat Banten Kidul termasuk Kampung Adat
Ciptarasa. Adapun penelitian yang pernah dilakukan pada kampung adat
Alief Maulana, 2016
KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN ETNOEKOLOGI PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIPTARASA
KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

Ciptarasa yaitu penelitian tentang pengembangan etnowisata oleh Mudjsa
(2013).Tetapi, penelitian yang berhubungan tentang Etnoekologi hutan pada
kampung adat Ciptarasa sampai saat ini belum diketahui catatannya. Karena
kekurangan

suatu

kajian


dan

pendokumentasian

pengetahuan Etnoekologi pada masyarakat kampung

mengenai

pewarisan

adat Ciptarasa maka

peneliti memutuskan untuk mengajukan penelitian yang berjudul “ Kajian
pewarisan pengetahuan Etnoekologi pada masyarakat Kampung Adat Ciptarasa
Kecamatan Cikakak Kabupaten Sukabumi”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini setelah uraian
latar belakang diatas adalah:
“Bagaimanakah pewarisan pengetahuanEtnoekologi pada masyarakat Kampung

Adat Ciptarasa?”
Agar penelitian ini lebih terarah, maka rumusan masalah penelitian ini juga
dapat dijabarkan kembali pada beberapa pertanyaan penelitian, antara lain:
1. Bagaimanakah

masyarakat

Kampung

Adat

Ciptarasa

mewariskan

pengetahuannya kepada generasi selanjutnya?
2. Etnoekologi apa sajakah yang ada di Kampung Adat Ciptarasa?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini bisa lebih terarah dan tidak terlalu luas kajiannya, maka
peneliti membatasi masalah pada:

1. Pewarisan pengetahuan yang dimaksud merupakan pewarisan pengetahuan
yang berlangsung di lingkungan keluarga masyarakat Kampung Adat
Ciptarasa.
2. Etnoekologi yang dimaksud adalah hubungan atau interaksi masyarakat
Kampung Adat Ciptarasa terhadap lingkungan hutan sekitarnya.

Alief Maulana, 2016
KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN ETNOEKOLOGI PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIPTARASA
KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendapatkan informasi tentang proses pewarisan pengetahuan Etnoekologi
masyarakat Kampung Adat Ciptarasa ke generasi selanjutnya yang
berlandaskan dengan kearifan lokal.
2. Mengidentifikasi pengetahuan Etnoekologiapa saja yang ada pada Masyarakat
Kampung Adat Ciptarasa.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi Peneliti
Mendapatkan pemahaman tentang suatu cara pembelajaran berbasis kearifan
lokal dan Etnoekologi apa saja yang terjadi di Kampung Adat Ciptarasa yang
akan menjadi pengetahuan dan wawasan tambahan bagi peneliti.
2. Bagi Masyarakat Umum
Masyarakat umum bisa lebih mengenal budaya dan pranata sosial Masyarakat
Kampung Adat Ciptarasa sehingga masyarakat umum bisa belajar dan
mengadaptasi pengetahuan lokal Masyarakat Kampung Adat Ciptarasa dalam
menghargai, berinteraksi dan mengelola lingkungannya.
3. Bagi Dunia Pendidikan
Dapat memberikan wawasan baru untuk sistem pendidikan di Indonesia
dengan mengaplikasikan hal-hal positif dari pengetahuan yang dimilki
Masyarakat Kampung Adat Ciptarasa dalam pembelajaran formal di
sekolah ataupun dalam pendidikan non formal dan informal.
4. Bagi Peneliti Lain
Memberikan informasi dan data awal yang nantinya menjadi acuan dan
sumber referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti berbagai kajian
pengetahuan yang dimiliki Masyarakat Kampung Adat Ciptarasa.

Alief Maulana, 2016
KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN ETNOEKOLOGI PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIPTARASA
KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

F. Struktur Organisasi
Gambaran umum mengenai isi dari skripsi ini dapat dilihat dalam struktur
organisasi penulisan skripsi.Sistematika penulisan yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman karya tulis ilmiah Univesitas
Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2015. Struktur organisasi penulisan skripsi
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Bab I berisi mengenai penjelasan apa yang menjadi latar belakang
dilakukannya penelitian. Dijelaskan pula rumusan masalah yang diteliti
serta batasan dari penelitian ini. Kemudian, dijelaskan tujuan dan manfaat
dari penelitian yang akan dilakukan.
2. Bab II Kajian Pustaka
Bab II berisi mengenai teori-teori relevan yang digunakan dalam
penelitian. Penjelasan pertama mengenai dasar-dasar teori dan pandangan
tentang pewarisan pengetahuan lokal, kemudian mengenai pengetahuan
Etnoekologi, setelah itu tentang Kampung Adat Ciptarasa termasuk
pengertian dan kedudukan Hukum Kampung Adat di Indonesia, sejarah,
lokasi dan letak kampung serta pengetahuan lokal masyarakat adat
Ciptarasa. Kemudian peneliti juga mencantumkan berbagai penelitian yang
relevan untuk menunjang dan mendukung setiap data temuan nanti didalam
pembahasan.

3. Bab III Metode Penelitian
Bab III berisi penjelasan secara terperinci mengenai metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun sub bab yang dipaparkan
yaitu mengenai definisi operasional, desain penelitian, populasi dan sampel
penelitian,

instrumen

penelitian,

prosedur

penelitian,

teknik

pengumpulandata, analisis data data alur penelitian.

Alief Maulana, 2016
KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN ETNOEKOLOGI PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIPTARASA
KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

4. Bab IV Temuan dan Pembahasan
Bab IV mengemukakan tentang temuan penelitian dan pembahasan
yang dikembangkan berdasarkan temuan penelitian yang diperoleh.
Perolehan data didapat melalui desain penelitian yang dijelaskan pada bab
III. Data tersebut dianalisis dan dikaitkan dengan teori-teori yang ada.
5. Bab V Kesimpulan dan Saran
Pada bab V, dipaparkan kesimpulan dari hasil analisis penelitian serta
implikasi dan rekomendasi penulis sebagai bentuk pemaknaan terhadap
hasil penelitian. Implikasi didasarkan pada temuan atau hal-hal penting
yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian dalam kehidupan. Kemudian,
rekomendasi didasarkan pada kesalahan-kesalahan yang ditemukan pada
saat penelitian serta upaya untuk perbaikan penelitian selanjutnya

Alief Maulana, 2016
KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN ETNOEKOLOGI PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT CIPTARASA
KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu