Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain asosiatif, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau
lebih (Erlina, 2008).
Dalam penelitian ini, hubungan tersebut bertujuan untuk melihat bagaimana
corporate governance (ukuran dewan komisaris dan proporsi komisaris
independen), ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan (kepemilikan
institusional dan kepemilikan terkonsentrasi) sebagai variabel independen
mempengaruhi kinerja perusahaan sebagai variabel dependen.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Sugiyono (2007) menyatakan “populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari : objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2008-2010 dalam interval
1 tahun. Populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI adalah 85
perusahaan.


26

Dari populasi yang ada akan diambil sejumlah tertentu sebagai sampel.
Dimana sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007).
Pertimbangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI dengan kategori perusahaan
manufaktur selama tahun 2008 hingga tahun 2010 sesuai dengan ICMD,
dan tidak sedang berada dalam proses delisting pada periode tersebut.
2. Perusahaan telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan
yang telah diaudit selama tahun 2008 hingga tahun 2010.
3. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan untuk periode laporan
berakhir tanggal 31 Desember.
4. Perusahaan tersebut memiliki data struktur kepemilikan, dewan komisaris,
proporsi komisaris independen.
Berdasarkan


kriteria

yang telah

dikemukakan

sebelumnya maka

perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini berjumlah 30 perusahaan
dengan 90 unit analisis (30 x 3 tahun). Daftar perusahaan yang dijadikan sebagai
sampel dapat dilihat pada Tabel 3.1

27

Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel
No.

Perusahaan


1.

Astra Graphia Tbk

1


2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

35
36
37

Ades Waters Indonesia Tbk
AKR Corporindo Tbk
Asahimas Flat Glass Tbk
Cahaya Kalbar Tbk
Gajah Tunggal Tbk
Goodyear Indonesia Tbk
Tiga Pilar SejahteraTbk
Multipolar CorporationTbk
Akbar Indo Makmur Stimec Tbk
Duta PertiwiNusantara Tbk
Dynaplast Tbk
Merk Tbk
Excelcomindo Pratama Tbk
Kimia Farma Tbk
Kalbe Farma Tbk
Rigs Tenders Tbk

Steady Safe Tbk
Ramayana Lestari Sentosa Tbk
Semen Gresik (Persero) Tbk
Multi Indocitra Tbk
Darya Varia Lago Ratoria Tbk
Lion Metal Works Tbk
Delta Djakarta Tbk
Sekar Bumi Tbk
Sunson Textile Manufacture Tbk
Fast Food Indonesia Tbk
Siantar TOP Tbk
Tunas Baru Lampung Tbk
Panasia Filament Inti Tbk
Century Textile Industry (Centex) Tbk
FKS Muti Agro Tbk
BAT Indonesia Tbk
Argo Pantes Tbk
Indorama Syntetics Tbk
Mobile-8 Telecom Tbk
Daya Sakti Unggul Corporation Tbk








































Kriteria
2

3


































































-

Sampel
4



















-

1
2
3

4
5

6
7
8
9
10
11
12

13
14
15
16

17

18

19

28

38
39
40
41
42
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80

Citra Tubindo Tbk
Astra International Tbk
Tunas Alfin Tbk
TD Resources Tbk
GT Kabel Indonesia Tbk
Singer Indonesia Tbk
Zebra Nusantara Tbk
Berlian Laju Tanker Tbk
Sara Lee Body Care Indonesia
Trias Sentosa Tbk
Mitra Rajasa Tbk
Tira Austenite Tbk
Courts Indonesia Tbk
Pelayaran Tempuran Emas Tbk
Hero Supermarket Tbk
Voksel Electric Tbk
Tunas Ridean Tbk
United Tractors Indonesia Tbk
Hexindo Adiperkasa Tbk
Jembo Cable Company Tbk
Beton Manunggal Jaya Tbk
Intikeramik Alamasri Industry Tbk
Tembaga Mulia Semanan Tbk
Itamaraya Golg Industri Tbk
Unilever Indonesia Tbk
Titan Kimia Nusantara Tbk
Leyand International Tbk
Tunas Alfin Tbk
Alumindo Light Metal Industry
TIFICO
Mustika Ratu Tbk
Indomobil Sukses Internasional Tbk
Prima Alloy Steel Tbk
Jasa Angkasa Semesta Tbk
Bakrie Telecom Tbk
Nusantara Infrastrcture Tbk
Wicaksana Overseas International Tbk
Unggul Indah Cahaya Tbk
Ace Hardware Indonesia
Ekadharma International Tbk
Nipress Tbk
Tirta Mahakam Resources Tbk








































































































-






-

20

21

22
23
24







-

25
26

27

28

29

81 Delta Dunia Petroindo Tbk
82 HM Sampoerna Tbk
83 Sekar Bumi Tbk
84 BAT Indonesia Tbk
85 Aqua Golden Mississippi Tbk
Sumber : www.idx.co.id
3.3



















29

30

Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data merupakan

data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak
pengumpul data primer maupun oleh pihak lain (Umar, 2001:69). Data
sekunder merupakan data/informasi yang telah diolah dan diperoleh dari
laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI periode 2008-2010, melalui situs resmi milik Bursa Efek Indonesia,
yaitu www.idx.co.id serta serta ringkasan kinerja perusahaan yang diperoleh
melalui ICMD (Indonesian Capital Market Directory).

3.4

Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, penulis melakukan teknik dokumentasi

yaitu teknik mengumpulkan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian
ini, dapat berupa catatan, laporan keuangan maupun informasi lainnya. Pada
penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahapan.

Tahap

pertama dilakukan melalui studi pustaka, yakni jurnal akuntansi dan bukubuku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada tahap yang kedua,
pengumpulan data dilakukan dengan cara mendownload situs www.idx.co.id
dan dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD)

30

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Erlina (2008) ”definisi operasional adalah menjelaskan
karakteristik dari obyek kedalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang
menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian”
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel independen (bebas), merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel lain (Erlina, 2008). Variabel independen (bebas) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Ukuran dewan komisaris, proporsi dewan
komisaris independen, ukuran perusahaan, kepemilikan terkonsentrasi dan
kepemilikan institusional.
2. Variabel dependen (terikat), merupakan variabel yang dijelaskan atau yang
dipengaruhi oleh variabel independen (Erlina, 2008). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan (ROA).
Defenisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu
variabel diukur sehingga peneliti dapat mengetahui baik atau buruk
pengukuran tersebut. Defenisi operasional dari variabel terikat dan variabel
bebas yang dijadikan indikator empiris dari penelitian adalah
a) Ukuran dewan komisaris (X1)
Variabel ukuran dewan komisaris diukur dengan jumlah total anggota
dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari
eksternal sampel. Dengan skala pengukuran nominal.
UDK = Jumlah total anggota dewan komisaris

31

b) Proporsi dewan komisaris independen (X2)
Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan persentase jumlah
dewan komisaris independen yang ada dalam perusahaan terhadap jumlah
total komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan
sampel. Dengan skala pengukuran rasio.
DKI =

c) Ukuran perusahaan (X3)
Ukuran perusahaan merupakan variabel yang diukur dari jumlah total asset
perubahan sampel yang ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural.
Dengan skala pengukuran rasio.
SIZE = Log Total Asset

d) Kepemilikan Terkonsentrasi (X4)
Variabel kepemilikan konsentrasi diukur dengan mengurutkan pemegang
saham terbesar dari perusahaan sampel. Dengan skala pengukuran rasio.
KK =

e) Kepemilikan Institusional (X5)
Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang
dimiliki oleh institusi. Moh’d et al. (1998) dalam Pranata dan Mas’ud
(2003) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang

32

dapat memonitori agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga
motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Kepemilikan
institusional dalam penelitian ini menggunakan indikator jumlah saham
yang dimiliki institusi (perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan
sebagainya) dari seluruh modal saham yang beredar. Dengan skala
pengukuran rasio.
KI =

f)

Kinerja perusahaan (Y)
Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja
perusahaan diukur dengan data fundamental perusahaan yaitu data yang
berasal dari laporan keuangan. Kinerja perusahaan dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan ROA (Return On Asset). Dengan skala
pengukuran rasio.
ROA =

33

Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel
Independen:
Ukuran
dewan
komisaris
(X1)
Independen:
Proporsi
dewan
komisaris
independen
(X2)

Independen:
Ukuran
perusahaan
(X3)

Independen:
Kepemilikan
Institusional
(X4)
Independen:
Kepemilikan
terkonsentrasi
(X5)

Defenisi
Operasional
Jumlah
keseluruhan
anggota dewan
komisaris.

Parameter

Skala

Jumlah total anggota dewan komisaris

Nominal

Jumlah anggota
dari
luar
perusahaan
terhadap jumlah
seluruh anggota
dewan komisaris

Rasio

Ukuran
perusahaan
merupakan
ukuran
atau
besarnya
asset
yang
dimiliki
perusahaan

Rasio

SIZE = Log Total Asset

Rasio

Persentase
kepemilikan
saham perusahaan
oleh
institusi
bisnis tertentu
Persentase jumlah
saham
yang
dimiliki
pemegang saham
terbesar
dari
seluruh
modal
saham perusahaan

Rasio

34

Dependen:
Kinerja
perusahaan
(Y)

Rasio

Ukuran
kinerja
operasional
Return On Asset
(ROA)

Sumber: Data diolah penulis, 2012

3.6 Metode Analisis Data
Keseluruhan data yang terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat
memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam
menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS. Adapun metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi sebuah
informasi. Gambaran atau deskripsi suatu data dilihat dari rata-rata (mean),
median, modus, standar deviasi, maksimum dan minimum. Statistik deskriptif
merupakan statistik yang menggambarkan data menjadi sebuah informasi
yang lebih jelas dan mudah dipahami.
2. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model yang baik, maka analisis regresi
memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis,
pengujian asumsi klasik tersebut meliputi:
Menurut Ghozali (2005:123) asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah:
a. Berdistribusi normal.
b. Non-Multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model
regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun
mendekati sempurna.

35

c. Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi
tidak saling berkorelasi.
d. Homokedastisitas, artinya varians variabel independen dari satu
pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.

a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005) uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal.
Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi normal
atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data dilakukan dengan
menggunakan analisis grafik dan uji statistik non-parametik KolmogorovSmirnov (K-S). Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram
dari nilai residualnya. Dasar pengambilan keputusannya:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari diagonalnya dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
Cara pengambilan keputusan pada uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S):

36

1. Jika nilai Asymp.Sig.(2-tailed) < 0,05 artinya data residual tidak
berdistribusi normal.
2. Jika nilai Asymp.Sig.(2-tailed) > 0,05 artinya data residual berdistribusi
norma
b. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
melihat apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel
residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Suatu model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya
gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu.
Jika

membentuk

pola

tertentu

maka

telah

terjadi

gejala

heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi
Pada data time series sering ditemukan adanya masalah autokorelasi.
Menurut Ghozali (2005) uji autokorelasi menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

d. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel
independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, kita

37

sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal (Erlina, 2008). Variabelvariabel yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai
korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi
sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adlah
koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standar
error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Pengujian ini
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat
problem multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai variance
inflation factor (VIF) dan korelasi diantara variabel independen. Jika nilai
VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinieritas diantara variabel
independen. Disamping itu, suatu model dikatakan terdapat gejala
multikolinieritas, jika korelasi diantara variabel independen lebih besar
dari 0,1 (Ghozali, 2005).

3. Pengujian Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah metode regresi berganda. Metode regresi berganti yaitu
metode statistik untuk menguji hubungan antara beberapa variabel bebas
terhadap satu variabel terikat.
Model yang digunakan dalam regresi berganda untuk melihat pengaruh
Corporate Governance (Ukuran dewan komisaris dan Proporsi dewan

38

komisaris independen), Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan
(Kepemilikan institusional dan kepemilikan konsentrasi) terhadap Kinerja
Perusahaan dalam penelitian ini adalah:

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+e
Keterangan:

Y

= Kinerja Perusahaan

a

= Konstanta

b1,b2,b3,b4,b5

= Koefisien Regresi

X1

= Ukuran Dewan Komisaris

X2

= Proporsi Dewan Komisaris Independen

X3

= Ukuran Perusahaan

X4

= Kepemilikan Konsentrasi

X5

= Kepemilikan Institusional

e

= Faktor Pengganggu

Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan dengan menggunakan:
1. Uji Pengaruh Simultan ( F Test)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2006). Pengujian
ini dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikan 5%. Jika nilai
signifikan F< 0,05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua
variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan F >

39

0,05 artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen.
Dalam uji ni dilakukan dengan membandingkan signifikan Fhitung dengan
ketentuan:
a. Jika Fhitung < Ftabel pada α 0.05 maka Ha ditolak, dan
b. Jika Fhitung > Ftabel pada α 0.05 maka Ha diterima
2. Uji Parsial ( t Test)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas / independen secara individual menerangkan variasi-variasi
dependen (Ghozali, 2006). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
tingkat signifikan 5%. Jika nilai signifikan t < 0,05 artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap
variabel dependen. Jika nilai signifikan t > 0,05 artinya tidak terdapat
pengaruh antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikan thitung dengan
ketentuan:
a. Jika thitung < ttabel pada α 0.05 maka Ha ditolak, dan
b. Jika thitung > ttabel pada α 0.05 maka Ha diterima
3. Uji Koefisien Determinasi (
Koefisien determinasi (

)

) mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai

yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

40

dependen terbatas, Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.

BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Data Penelitian
Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik
dengan menggunakan analisis persamaan regresi berganda, yakni studi mengenai
ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel
independen (bebas), yang bertujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi
rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel
independen yang diketahui (Gujarati, 2003).
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari situs Bursa
Efek Indonesia (www.idx.co.id). Data yang digunakan merupakan data laporan
keuangan publikasi pada perusahaan manufaktur yang sudah diaudit selama
periode 2008-2010. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, didapat 30
perusahaan yang memiliki kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini dan
diamati selama periode 2008-2010. Analisis data dimulai dengan mengolah
mentah dengan menggunakan Microsoft Excel . Selanjutnya dilakukan pengujian
asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan regresi berganda. Pengujian

41

asumsi klasik dan uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan sofware SPSS
versi 19. Prosedur pengujian dimulai dengan memasukkan data yang akan diuji ke
dalam program SPSS, yang kemudian akan menghasilkan output-output sesuai
dengan metode analisis yang telah ditetapkan sebelumnya.
4.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskriptif
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), nilai minimum, nilai
maksimum, dan standar deviasi. Penelitian ini menggunakan kinerja
perusahaan sebagai variabel dependen (terikat) dan menggunakan variabel
independen (bebas) yaitu corporate governance yang diproksikan ke dalam
komponen-komponen penyusunnya, yakni ukuran dewan komisaris, proporsi
dewan komisaris independen, ukuran perusahaan serta struktur kepemilikan
yang diproksikan kedalam kepemilikan konsentrasi dan kepemilikan
institusional. Hasil analisis dengan statistik deskriptif menghasilkan data
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Ukuran Dewan Komisaris

90

2

8

3.88

1.557

Proporsi Dewan Komisaris

90

.00000

1.00000

.3596164

.19321542

Ukuran Perusahaan

90

24.85400

31.02200

27.8675000

1.71242642

Kepemilikan Terkonsentrasi

90

.04500

.98200

.6238000

.22392887

Independen

42

Kepemilikan Institusional

90

.00000

.63600

.2068889

.15533128

Return On Asset
Valid N (listwise)

90
90

-.31265

.52207

.0869362

.12998313

Dari hasil analisis statistik deskriptif tersebut diketahui bahwa jumlah
observasi dalam penelitian (N) adalah 90.
1. Variabel ukuran dewan komisaris (X1) memiliki nilai minimum (terkecil)
adalah 2 dan nilai maksimum (terbesar) adalah 8 dengan mean (nilai ratarata) ukuran dewan komisaris adalah 3,88. Standar deviasi yang dihasilkan
sebesar 1,557 artimya standar penyimpangan dalam regresi sebesar 1,557.
2. Variabel proporsi dewan komisaris independen (X2) memiliki nilai
minimum (terkecil) 0 dan nilai maksimum (terbesar) adalah 1 dengan
mean (nilai rata-rata) proporsi dewan komisaris independen adalah 0,3596.
Standar

deviasi

yang

dihasilkan

sebesar

0,1932

atinya

standar

penyimpangan dalam regresi sebesar 0,1932.
3. Variabel ukuran perusahaan (X3) memiliki nilai minimum (terkecil) adalah
24,8540 dan nilai maksimum (terbesar) adalah 31,0220 dengan mean (nilai
rata-rata) ukuran perusahaan adalah 27,8675. Standar deviasi yang
dihasilkan sebesar 1,7124 artinya standar penyimpangan dalam regresi
sebesar 1,7124.
4. Variabel kepemilikan terkonsentrasi (X4) memiliki nilai minimum
(terkecil) adalah 0,0450 dan nilai maksimum (terbesar) adalah 31,0220
dengan mean (nilai rata-rata) kepemilikan terkonsentrasi adalah 0,6238.
Standar deviasi yang dihasilkan sebesar 0,2239 artinya standar
penyimpangan dalam regresi sebesar 0,2239.

43

5. Variabel kepemilikan institusional (X5) memiliki nilai minimum (terkecil)
adalah 0 dan nilai maksimum (terbesar) adalah 0,6360 dengan mean (nilai
rata-rata) kepemilikan institusional adalah 0,2068. Standar deviasi yang
dihasilkan sebesar 0,1553 artinya standar penyimpangan dalam regresi
sebesar 0,1553.
6. Variabel kinerja perusahaan / ROA (Y) memiliki nilai minimum (terkecil)
adalah -0,3126 dan nilai maksimum (terbesar) adalah 0,5220 dengan mean
(nilai rata-rata) kinerja perusahaan (ROA) adalah 0,8693. Standar deviasi
yang dihasilkan sebesar 0,1299.artinya standar penyimpangan dalam
regresi sebesar 0,1299.

4.3 Pengujian Asumsi Klasik
4.3.1

Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi ada variabel pengganggu atau residual memiliki ditribusi normal.
Pengujian ini diperlukan karena melakukan uji t dan uji F mengasumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Erlina, 2008).
Dasar

pengambilan

keputusannya,

bila

grafik

histogram

menunjukkan pola distribusi normal dan grafik normal plot menyebar
teratur mengikuti garis diagonal, maka data terdistribusi dengan normal.
Sedangkan pada uji Kolmogorov Smirnov (K-S), bila nilai signifikan lebih
besar dari derajat kepercayaan 0,05 maka data terdistribusi normal.

44

Gambar 4.1
Histogram

Gambar 4.1 menyatakan bahwa data berdistribusi normal karena grafik
histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak
menceng (skewness) ke kiri maupun ke kanan.

45

Gambar 4.2
Grafik Normal P-Plot

Gambar 4.2 Grafik normal P-Plot memperlihatkan titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model
regresi terdistribusi normal.

46

Uji normalitas juga dapat dilakukan dengan Kolmogorov Smirnov untuk
mengetahui apakah ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris
independen, ukuran perusahaan, kepemilikan terkonsentrasi, kepemilikan
institusional dan kinerja perusahaan (ROA) berdistribusi normal atau tidak.
Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal,
sedangkan jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal.
Tabel 4.2 berikut menyajikan tabel hasil uji Kolmogorov Smirnov:

Tabel 4.2
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters

90
a,,b

Mean
Std. Deviation

Most Extreme Differences

.0000000
.10841922

Absolute

.088

Positive

.088

Negative

-.068

Kolmogorov-Smirnov Z

.832

Asymp. Sig. (2-tailed)

.493

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Hasil pengolahan data menunjukkan besar nilai Kolmogorov-Smirnov
adalah 0,832 dab signifikansi pada 0,493 maka disimpulkan data terdistribusi
secara normal karena asymp. Sig. Adalah 0,493 berada diatas nilai signifikan

47

0,05. Kesimpulan secara keseluruhan yang dapat diambil adalah bahwa nilai-nilai
observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan
asumsi klasik lainnya.

4.3.2

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain (Ghozali, 2006). Jika variance dari suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedasitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk menghilangkan heteroskedastisitas dapat dengan
mengonversi ke dalam bentuk logaritma atau dengan menjalankan regresi
dengan sistem kuadrat terkecil tertimbang (weigthed least square), (Pratisto,
2009).
Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan
melihat

grafik

scatterplot

yang

dihasilkan

dari

pengelolahan

data

menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusan (Pratisto, 2009)
adalah sebagai berikut:
a. Jika diagram pencar yang membentuk pola tertentu, regresi mengalami
gangguan heteroskedastisitas.
b. Jika diagram pencar tidak membentuk pola atau acak, regresi tidak
mengalami gangguan heteroskedastisitas.
48

Berikut ini adalah grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi
gejala heteroskedastisitas atau tidak dengan mengamati penyebaran titik-titik pada
grafik

Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

49

4.3.3

Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya).

Jika

terjadi

korelasi,

maka

dinamakan

ada

problem

autokolerasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson dengan
ketentuan sebagai berikut (Sunyoto, 2009):
a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
b. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada korelasi,
c. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Hasil dari pengujian autokorelasi dapat dilihat dalam Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.3
Uji Autokorelasi
b

Model Summary
Model
1

R
.552

R Square
a

Adjusted R
Square

.304

.263

Std. Error of the
Estimate

Durbin-Watson

.11159934

2.025

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi
Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Terkordinasi, Ukuran Perusahaan
b. Dependent Variable: Return On Asset

50

Tabel 4.3 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 2,025. Angka
ini terletak diantara -2 dan +2, dari pengamatan ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.

4.3.4 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam model regresi
dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai
cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas
adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
Tabel 4. 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients

a

Unstandardized
Coefficients
Model
1 (Constant)

B

Standardized
Coefficients

Std. Error
.035

.254

.036

.012

Proporsi Dewan Komisaris Independen

-.204

Ukuran Perusahaan

Beta

Collinearity
Statistics
t

Sig.

Tolerance

VIF

.136

.892

.430

3.025

.003

.410 2.440

.064

-.303

-3.180

.002

.910 1.099

-.005

.011

-.071

-.482

.631

.386 2.588

Kepemilikan Terkonsentrasi

.186

.069

.320

2.679

.009

.582 1.718

Kepemilikan Institusional

.098

.095

.117

1.032

.305

.648 1.543

Ukuran Dewan Komisaris

51

Coefficients

a

Unstandardized
Coefficients
Model

B

1 (Constant)

Standardized
Coefficients

Std. Error
.035

.254

.036

.012

Proporsi Dewan Komisaris Independen

-.204

Ukuran Perusahaan

Beta

Collinearity
Statistics
t

Sig.

Tolerance

VIF

.136

.892

.430

3.025

.003

.410 2.440

.064

-.303

-3.180

.002

.910 1.099

-.005

.011

-.071

-.482

.631

.386 2.588

Kepemilikan Terkonsentrasi

.186

.069

.320

2.679

.009

.582 1.718

Kepemilikan Institusional

.098

.095

.117

1.032

.305

.648 1.543

Ukuran Dewan Komisaris

a.

Dependent Variable: Return On Asset

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam
model regresi yang digunakan. Hal ini terlihat dari nilai tolerance-nya yang
kurang dari 0,10. Nilai VIF juga menunjukkan hal tersebut, bahwa tidak ada
satupun variabel independennya yang memiliki nilai VIF yang lebih besar dari
10.
4.4 Analisis Regresi
Hasil pengujian asumsi klasik di atas menunjukkan bahwa model regresi
layak dilakukan analisi regresi. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan regresi linear berganda. Pengelolahan data dengan
menggunakan regresi liniar lebih dulu dilakukan beberapa tahapan untuk
mengetahui hubungan antara variabel dependen, dalam hal ini kinerja
perusahaan dengan variabel independennya yakni corporate governance yang
diproksikan ke dalam komponen penyusunnya, yakni ukuran dewan
komisaris, proporsi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan serta

52

struktur kepemilikan yang diproksikan ke dalam kepemilikan terkonsentrasi
dan kepemilikan institusional. Hasil regresi dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.5
Analisis Hasil Regresi
Coefficients

a

Unstandardized Coefficients
B

Model
1

Std. Error

(Constant)

.035

.254

Ukuran Dewan Komisaris

.036

.012

Proporsi Dewan Komisaris

-.204

Standardized
Coefficients
Beta

t

Sig.
.136

.892

.430

3.025

.003

.064

-.303

-3.180

.002

-.005

.011

-.071

-.482

.631

Kepemilikan Terkordinasi

.186

.069

.320

2.679

.009

Kepemilikan Institusional

.098

.095

.117

1.032

.305

Independen
Ukuran Perusahaan

a. Dependent Variable: Return On Asset

Berdasarkan hasil pengelolahan data di atas, diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:
Y= 0,035+0,036X1-0,204X2-0,005X3+0,186X4+0,098X5+€
Keterangan:
1) Konstanta sebesar 0,035 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel
independen (X1,X2,X3,X4,X5 = 0) maka Kinerja Perusahaan sebesar 0,035.
2) Koefisien regresi ukuran dewan komisaris (X1) = 0,036 artinya setiap
peningkatan ukuran dewan komisaris sebesar 1% akan diikuti peningkatan

53

tindakan kinerja perusahaan (ROA) sebesar 0,036 dengan asumsi variabel
lainnya tetap;
3) Koefisien regresi proporsi dewan komisaris independen (X2) = -0,204
artinya setiap peningkatan proporsi dewan komisaris independen sebesar
1% akan diikuti penurunan tindakan kinerja perusahaan (ROA) sebesar
0,204 dengan asumsi variabel lainnya tetap;
4) Koefisien regresi ukuran perusahaan (X3) = -0,005 artinya setiap
peningkatan ukuran perusahaan sebesar 1% akan diikuti penurunan
tindakan kinerja perusahaan (ROA) sebesar 0,005 dengan asumsi variabel
lainnya tetap;
5) Koefisien regresi ukuran dewan komisaris (X4) = 0,186 artinya setiap
peningkatan ukuran dewan komisaris sebesar 1% akan diikuti peningkatan
tindakan kinerja perusahaan (ROA) sebesar 0,186 dengan asumsi variabel
lainnya tetap;
6) Koefisien regresi ukuran dewan komisaris (X5) = 0,098 artinya setiap
peningkatan ukuran dewan komisaris sebesar 1% akan diikuti peningkatan
tindakan kinerja perusahaan (ROA) sebesar 0,098 dengan asumsi variabel
lainnya tetap;

4.5 Pengujian Hipotesis
4.5.1

Uji Pengaruh Simultan (F Test)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

54

bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Simultan (Uji F)
b

ANOVA
Model
1

Sum of Squares
Regression

Df

Mean Square

.458

5

.092

Residual

1.046

84

.012

Total

1.504

89

F
7.347

Sig.
.000

a

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Kepemilikan Terkordinasi, Ukuran Perusahaan
b. Dependent Variable: Return On Asset

Hasil Uji ANOVA atau F test menunjukkan Fhitung sebesar 7,347
dengan tingkat signifikan 0,000, sedangkan Ftabel sebesar 2,320 dengan
signifikan 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ukuran
dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan,
struktur kepemilikan berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap
kinerja perusahaan karena Fhitung > Ftabel (7,347 > 2,320) dan signifikan
penelitian lebih kecil dari 0,05 (0,00 < 0,05).

4.5.2

Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh variabel independen secara

individual

menerangkan

variasi.

Pengujian

ini

dilakukan

dengan

menggunakan tingkat signifikan 5%. Jika nilai signifikan t < 0,05 artinya

55

terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap
variabel dependen. Jika nilai sigifikan t < 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh
antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil
pengelolahan SPSS menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficients

a

Unstandardized
Coefficients
Model
1

B

Std. Error

(Constant)

.035

.254

Ukuran Dewan Komisaris

.036

.012

Proporsi Dewan Komisaris

-.204

Standardized
Coefficients
Beta

t

Sig.
.136

.892

.430

3.025

.003

.064

-.303

-3.180

.002

-.005

.011

-.071

-.482

.631

Kepemilikan Terkonsentrasi

.186

.069

.320

2.679

.009

Kepemilikan Institusional

.098

.095

.117

1.032

.305

Independen
Ukuran Perusahaan

Dependent Variable: Return On Asset

Pengujian untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikat adalah sebagai berikut:
a. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa besarnya thitung untuk variabel ukuran
dewan komisaris adalah sebesar 3,025 dengan nilai signifikan 0,003. Hasil
uji statistik tersebut menunjukkan bahwa thitung adalah 3,025 sedangkan
ttabel adalah 1,98667, sehingga thitung > ttabel (3,025 > 1,98667). Signifikan
penelitian ini menunjukkan angka yang lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05)
maka ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
(ROA).

56

b. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa besarnya thitung untuk variabel proporsi
dewan komisaris independen adalah sebesar -3,180 dengan nilai signifikan
0,002. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa thitung adalah -3,180
sedangkan ttabel adalah 1,98667, sehingga thitung < ttabel

(-3,180 < 1,98667).

Signifikan penelitian ini menunjukkan angka yang lebih kecil dari 0,05
(0,002 < 0,05) maka proporsi dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (ROA).
c.

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa besarnya thitung untuk variabel ukuran
perusahaan adalah sebesar -0,482 dengan nilai signifikan 0,631. Hasil uji
statistik tersebut menunjukkan bahwa thitung adalah -0,482 sedangkan ttabel
adalah 1,98667, sehingga thitung > ttabel (-0,482 < 1,98667). Signifikan
penelitian ini menunjukkan angka yang lebih besar dari 0,05 (0,631 >
0,05) maka ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan (ROA).

d. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa besarnya thitung untuk variabel kepemilikan
terkonsentrasi adalah sebesar 2,679 dengan nilai signifikan 0,009. Hasil uji
statistik tersebut menunjukkan bahwa thitung adalah 2,679 sedangkan ttabel
adalah 1,98667, sehingga thitung > ttabel (2,679 > 1,98667). Signifikan
penelitian ini menunjukkan angka yang lebih kecil dari 0,05 (0,009 < 0,05)
maka ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
(ROA).
e. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa besarnya thitung untuk variabel kepemilikan
institusional adalah sebesar 1,302 dengan nilai signifikan 0,305. Hasil uji

57

statistik tersebut menunjukkan bahwa thitung adalah 1,032 sedangkan ttabel
adalah 1,98667, sehingga thitung < ttabel (1,032 < 1,98667). Signifikan
penelitian ini menunjukkan angka yang lebih besar dari 0,05 (0,305 >
0,05) maka kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan (ROA).
4.5.3

Uji Koefisien Determinasi (
Koefisien determinasi (

)

) mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai

yang kecil berarti kemampuan

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen terbatas.
Koefisien determinasi dikatakan kuat nilainya lebih besar dari 0,5.
Tabel 4.8
Analisis Koefisien Determinasi
b

Model Summary
Model
1

R
.552

R Square
a

Adjusted R
Square

.304

.263

Std. Error of the
Estimate

Durbin-Watson

.11159934

2.025

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi
Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Terkordinasi, Ukuran Perusahaan
b. Dependent Variable: Return On Asset

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai dari koefisien korelasi (R)
sebesar 0,552 yang berarti hubungan kinerja perusahaan (ROA) dengan variabel
independen yaitu ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen,
ukuran perusahaan, kepemilikan terkonsentrasi, kepemilikan institusional kuat
karena diatas 0,552. Nilai R Square atau koefisien determinasi adalah 0,304

58

(diperoleh dari 0,552 x 0,552), yang berarti bahwa Return On Asset hanya bisa
diterangkan oleh ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen,
ukuran perusahaan, kepemilikan terkonsentrasi, kepemilikan institusional sebesar
30,4% saja sedangkan 69,6%

dijelaskan oleh sebab-sebab lain yakni pada

variabel lain yang mempengaruhi kinerja perusahaan seperti komite audit,
kepemilikan manajerial.

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
1) Pengaruh Simultan
Dari hasil pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa variasi dari variabel
independen yang terdiri dari ukuran dewan komisaris, proporsi dewan
komisaris independen, ukuran perusahaan, kepemilikan terkonsentrasi,
kepemilikan institusional mampu menjelaskan variasi variabel dependen
kinerja perusahaan sebesar 30,4%. Selebihnya dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak diteliti oleh penelitian ini. Berdasarkan hasil pengujian bahwa
secara simultan variabel independen yang terdiri dari ukuran dewan
komisaris, proporsi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan ,
kepemilikan terkonsentrasi, kepemilikan institusional berpengaruh signifikan
secara bersama-sama terhadap kinerja perusahaan (Return On Asset). Hal ini
terlihat dari nilai signifikansi < 0,05 (0,00 < 0,05) dan thitung > ttabel (7,347 >
2,320).

2) Pengaruh Parsial
59

Dari uji t yang dilakukan, diperoleh bahwa variabel ukuran dewan
komisaris berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perusahaan. Hal ini
terlihat dari nilai signifikansi < 0,05 (0,003 < 0,05) dan t hitung > ttabel (3,025 >
1,98667). Artinya besar kecilnya ukuran dewan komisaris mampu
mempengaruhi kinerja perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Adam (2009) dimana efektivitas mekanisme pengendalian
tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu
organisasi serta peran dewan komisaris dalam monitoring terhadap
manajemen.
Berdasarkan uji t yang telah dilakukan, diperoleh bahwa variabel proporsi
dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara parsial terhadap
kinerja perusahaan. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi < 0,05 (0,002 <
0,05) dan t hitung > ttabel (-3,180 < 1,98667). Artinya banyaknya proporsi dewan
komisaris independen dalam perusahaan tidak mampu meningkatkan kinerja
perusahaan. Hal ini disebabkan karena dengan makin banyak anggota dewan
komisaris independen maka proses pengawasan yang dilakukan makin tidak
berkualitas atau tidak efektif dengan makin banyaknya pihak independen
dalam perusahaan.
Berdasarkan uji t yang telah dilakukan, diperoleh bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perusahaan. Hal
ini terlihat dari nilai signifikansi > 0,05 (0,631 > 0,05) dan t

hitung

< ttabel

(-0,482 < 1,98667). Hasil ini bertentangan dengan hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh Sembiring (2008).
60

Berdasarkan uji t yang telah dilakukan, diperoleh bahwa kepemilikan
terkonsentrasi berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perusahaan. Hal ini
terlihat dari nilai signifikansi < 0,05 (0,009 < 0,05) dan t hitung > ttabel (2,679 >
1,98667). Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Isnanta (2007)
dimana kepemilikan saham terkonsentrasi dapat menjadikan pemegang saham
pada posisi yang kuat untuk dapat mengendalikan manajemen secara efektif,
sehingga mendorong manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan
pemegang saham. Konsentrasi kepemilikan dapat menjadi mekanisme
internal pendisiplinan manajemen, sebagai salah satu mekanisme yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efektivitas monitoring, karena dengan
kepemilikan yang besar menjadikan pemegang saham memiliki akses
informasi

yang

cukup

signifikan

untuk

mengimbangi

keuntungan

informasional yang dimiliki perusahaan.
Dari uji t yang dilakukan, diperoleh bahwa variabel kepemilikan
institusional tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perusahaan.
Hal ini terlihat dari nilai signifikansi > 0,05 (0,305 > 0,05) dan t

hitung

< ttabel

(1,302 < 1,98667). Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Adam (2009). Hal ini berarti bahwa kepemilikan institusional, dalam hal ini
menggunakan kepemilikan publik, tidak mampu meningkatkan kinerja
perusahaan. Diduga hal ini terjadi karena institusi tersebut cenderung
memiliki insentif yang kuat untuk mengembangkan informasi privat.

61

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan,
maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa Good Corporate
Governance yang diproksikan dalam ukuran dewan komisaris mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI sedangkan Good Corporate Governance
yang diproksikan dalam proporsi dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI
2. Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
tidak mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
3. Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan
yang diproksikan dalam kepemilikan terkonsentrasi mempunyai pengaruh
secara parsial terhadap peningkatan kinerja perusahaan sedangkan struktur
kepemilikan yang diproksikan dalam kepemilikan institusional tidak

62

berpengaruh secara parsial terhadap peningkatan kinerja perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
4. Secara simultan, variabel good corporate governance yang diproksikan
kedalam ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen
serta variabel karakteristik perusahaan yang diwakili oleh struktur
kepemilikan (kepemilikan terkonsentrasi dan kepemilikan institusional)
dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan secara bersama-sama
terhadap kinerja perusahaan.

5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Objek penelitian yang digunakan untuk dianalisis sebagai sampel terbatas
pada perusahaan-perusahaan manufaktur dengan jumlah 30 perusahaan
dan sampel sebanyak 90.
2. Periode penelitian yang diamati adalah tahun 2008 sampai dengan tahun
2010.
3. Variabel yang digunakan sebagai indikator corporate governance kurang
dapat mengukur secara komprehensif praktik corporate governance dalam
perusahaan, sehingga perlu adanya indeks tertentu yang mencerminkan
praktik corporate governance secara lebih tepat.
4. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini ternyata hanya
mampu menjelaskan variasi variabel dependen (kinerja perusahaan)
63

sebesar 30,4 % selebihnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti
oleh penelitian ini.
5.3 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengganti alat ukur good corporate covernance, seperti menggunakan
indeks GCG yang telah dipublikasikan di www.idx.co.id.
2. Menambah tahun pengamatan untuk hasil penelitian yang lebih akurat.
3. Mengganti perusahaan lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
belum pernah diambil oleh peneliti sebelumnya.
4. Menggunakan variabel independen lain yang dapat menjelaskan Kinerja
Perusahaan seperti Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, dan lain-lain.

64

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 63 101

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Chapter III V

0 0 37

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 22

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11