sunan giri

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun) panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
yang berlimpah, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan
kami. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya
kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan
juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa
kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Hormat kami,
Tim Makalah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Walisongo” berarti sembilan orang wali”
Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang,
Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati.
Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai
keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid
Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri
adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan
Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat
sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid
Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik
Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di
tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria
di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi
pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru:
mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan
hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di
masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan
Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan

Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa
hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk
digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia.
Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka
yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap

kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali”
ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai
dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu
Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan
Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami
masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.

BAB II
PEMBAHASAN

. Biografi Sunan Giri
Sunan Giri adalah nama salah seorang Wali Songo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang

berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan tahun 1442 Masehi.
Sunan Giri adalah anak Maulana Ishaq, seorang mubaligh yang datang dari Asia Tengah.
Maulana Ishaq diceritakan menikah dengan Dewi Sekardadu, yaitu putri dari penguasa
wilayah Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit.
Sunan Giri merupakan anak hasil pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam
dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Menak Sembuyu penguasa wilayah
Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun kelahirannya tidak diterima akhirnya
dipaksa untuk membuang anaknya, Dewi Sekardadu menghanyutkannya ke laut. Akan tetapi
kemudian bayi tersebut ditemukan oleh sekelompok awak kapal (pelaut) dan dibawa ke
Gresik. Di Gresik, dia diadopsi oleh seorang saudagar perempuan pemilik kapal, yaitu Nyai
Gede Pinatih. Karena ditemukan di laut, dia menamakan bayi tersebut Joko Samudra.
Ketika sudah cukup dewasa, Joko Samudra dibawa ibunya ke Surabaya untuk belajar agama
kepada Sunan Ampel. Lalu, anak itu diberi gelar oleh Sunan Ampel dengan sebutan
“Maulana Ainul Yaqin” karena kecerdasannya. Tidak berapa lama setelah mengajarnya,
Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Kemudian,
Sunan Ampel mengirimnya dan Sunan Bonang, untuk mendalami ajaran Islam di Pasai.
Beberapa tahun kemudian Sunan Giri mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan
di desa Sidomukti, Kebomas. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal
masyarakat dengan sebutan Sunan Giri. Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai
salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura,

Lombok, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Pengaruh Giri terus berkembang sampai
menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya
selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung. Setelah
meninggal Sunan Giri kemudian dimakamkan di desa Giri, Kebomas, Gresik.

2. Dakwah Sunan Giri
Selama hidupnya, beliau dikenal sebagai orang yang sangat ahli di bidang agama Islam.
Sunan Giri sangat pandai dalam menarik simpati masyarakat Jawa yang ketika itu pada
umumnya masih memeluk agama Hindu dan Budha. Dengan cara yang dilakukannya itu,
dakwah-dakwahnya banyak diminati masyarakat.
Setelah belajar di Pasai selama 3 tahun, Sunan Giri kembali ke Jawa. Setelah tiba di Gresik
Sunan Giri mendirikan pesantren di desa Sidomukti yang kemudian dikenal dengan dengan
pesanren Giri. Karena pesantren terletak di dataran tinggi, maka pesantren tersebut diberi
nama Pesantren Giri. Karena Giri bermakna sebagai gunung (dataran tinggi). Waktu itu
pesantren Giri bisa terkenal sampai ke seluruh nusantara. Sehingga banyak murid-murid baru
masuk ke pesantren Giri. Hal ini membuat semakin mudah Sunan Giri untuk berdakwah.

Menurut Babad Tanah Jawa murid-murid Sunan Giri itu justru bertebaran hampir diseluruh
penjuru benua besar, seperti Eropa (Rum), Arab, Mesir, Cina dan lain-lain. Semua itu adalah
penggambaran nama Sunan Giri sebagai ulama besar yang sangat dihormati orang pada

jamannya. Di samping pesantrennya yang besar ia juga membangun masjid sebagai pusat
ibadah dan pembentukan iman umatnya. Untuk para santri yang datang dari jauh beliau juga
membangun asrama yang luas
Cara dakwah yang dilakukan Sunan Giri dalam menyebarkan ajaran Islam yaitu dengan
pendekatan humanis,arif bijaksana, yang terpenting adalah mengedepanka akhlak-akhlak
terpuji sehingga agama Islam di Gresik cepat berkembang mudah terima dikalangan
masyarakat ketika itu. Sunan Giri dalam berdakwah murni atas dasar Al-qur'an dan Sunnah.
Sunan Giri tidak saja dikenal sebagai anggota Walisongo tetapi juga sebagai ahli politik dan
tatanegara sehingga keberadaan pun berpengaruh besar dalam politik nusantara
Sunan Guri dikalangan masyarakat Jawa memiliki cara atau metode dakwah yang unik dan
menarik dengan kesenian berupa tembang-tembang dolanan atau mainan anak-anak yang
bernafaskan Islam seperti jamuran,cublak-cublak suweng,Jithungan dan delikan juga
menciptakan tembang jawa bernafaskan Islam.

3. Keteladanan Sunan Giri
Banyak keteladanan yang dapat diambil dari Sunan Giri, dianta keteladanan tersebut yaitu:
1. Tegas
Ketegasan Sunan Giri terlihat ketika beliau menyampaikan dakwah, yaitu harus berdasarkan
Al-Qur'an dan Sunah Rasulullah SAW. Beliau tidak mencampurkan antara adat istiadat
dengan ajaran Islam.

2. Cerdas
Kecerdasan Sunan Giri terbukti yang terkenal sebagai ahli politik dan tatanegara sehingga
keberadaan belaiaumempunyai pengaruh besar dalam politik nusantara.
3. Taat kepada orang tua
Ketaatan Sunan Giri kepada orang tua terbukti ketika ayahnya untuk mendirikan pesantren
sesuai dengan tanah yang diberikan kepadanya, serta menaati perintah gurunya, Sunan
Ampel.
4. Kreatif
Dalam hal ini Sunan Giri menciptakan mainan anak-anak yang bernafaskan Islam seperti
jamuran,cublak-cublak suweng,Jithungan dan delikan.

BAB III
PENUTUP
Sunan Giri dilahirkan pada tahun 1442. Sunan Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat
penyebaran agama Islam di Jawa yang pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan,
Sulawesi dan bahkan sampai Maluku.Pengaruh Giru terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil
yang yang disebut Giri Kedaton,setelah Ia wafat dimakamkan di desa Giri, Kebomas, Gresik

DAFTAR PUSTAKA
Dupriyadi, Dedi M. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Purwadi, Enis N. 2007. Dakwah Wali Songo. Yogyakarta: Panji Pustaka