Identifikasi morfologi durian (durio zibethinus) sunan dan brongkol dalam penyusunan basis data keragaman

IDENTIFIKASI MORFOLOGI DURIAN (Durio zibethinus) SUNAN DAN BRONGKOL DALAM PENYUSUNAN BASIS DATA KERAGAMAN

Oleh Latif Nur Effendi

H 0708122

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

commit to user

DURIAN (Durio zibethinus) SUNAN DAN BRONGKOL DALAM PENYUSUNAN BASIS DATA KERAGAMAN SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh Latif Nur Effendi

H 0708122

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013

commit to user

IDENTIFIKASI MORFOLOGI DURIAN (Durio zibethinus) SUNAN DAN BRONGKOL DALAM PENYUSUNAN BASIS DATA KERAGAMAN

Latif Nur Effendi

H 0708122

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.Ir. Endang Yuniastuti, M.Si Dra. Sri Rossati, M.Si NIP. 197006091994022001

NIP. 194804261979032001

Surakarta, Februari 2013 Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP.195602251986011001

commit to user

IDENTIFIKASI MORFOLOGI DURIAN (Durio zibethinus) SUNAN DAN BRONGKOL DALAM PENYUSUNAN BASIS DATA KERAGAMAN

yang dipersiapkan dan disusun oleh Latif Nur Effendi H0708122

telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal: Februari 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Program Studi Agroteknologi

Susunan Tim Penguji:

Ketua

Anggota I

Anggota II

Dr. Ir. Endang Yuniastuti, M.Si Dra. Sri Rossati, M.Si Ir. Wartoyo SP., MS

-----

NIP. 197006091994022001 NIP. 194804261979032001 NIP.195209151979031003

commit to user

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rangkaian penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Identifikasi Morfologi Durian (Durio zibethinus ) Sunan dan Brongkol Dalam Penyusunan Basis Data Keragaman ” ini dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan baik dan lancar karena adanya pengarahan, bimbingan, dan bantuanberbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir. Hadiwiyono, M.Si selaku ketua program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Ir. Endang Yuniastuti, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan petunjuk, motivasi, bimbingan, kritik, saran dan sumbangan pemikiran kepada penulis selama pelaksanaan penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini.

4. Dra. Sri Rossati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penelitian hingga akhir penulisan skripsi ini.

5. Ir. Wartoyo SP.,M.S selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan

masukan dan saran serta pengarahan agar skripsi ini lebih baik.

6. Prof. Dr. Ir. Joko Purnomo, M.P selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam pelaksanaan kegiatan akademis.

7. Bapak Triyono dan Mas Ribut selaku kepala dan pegawai Balai Pengembangan Tanaman Hortikultura (BPTH) Ranukitri, Mojogedang, Kab. Karnganyar atas bimbingan dan bantuannya selama penelitian.

commit to user

Kab. Semarang atas bimbingan dan bantuannya selama penelitian.

9. Teman-teman Solmated’08 atas pertemanan, bantuan dan dukungannya selama ini.

10. Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan menambah wawasan dan ilmu bagi pembaca.

Surakarta, Februari 2013

Penulis

commit to user

C. Identifikasi Morfologi Daun ............................................................... 30

D. Identifikasi Morfologi Buah ................................................................ 42

E. Identifikasi Morfologi Biji .................................................................. 55

F. Identifikasi Morfologi Keseluruhan Karakter Morfologi ................... 63

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 66

A. Kesimpulan ......................................................................................... 66

B. Saran .................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 70 LAMPIRAN ..................................................................................................... 73

commit to user

29. Matriks Data Buah .................................................................................... 53

30. Jumlah Biji Per Buah Durian Sunan dan Brongkol .................................. 55

31. Jumlah Biji Per Lokus Durian Sunan dan Brongkol ................................. 55

32. Bentuk Biji Durian Sunan dan Brongkol .................................................. 56

33. Lebar Biji Durian Sunan dan Brongkol .................................................... 57

34. Panjang Biji Durian Sunan dan Brongkol ................................................. 58

35. Ketebalan Biji Durian Sunan dan Brongkol ............................................. 58

36. Berat Biji Durian Sunan dan Brongkol ..................................................... 60

37. Matriks Data Biji ....................................................................................... 61

38. Matriks Data Keseluruhan......................................................................... 63

commit to user

Nomor

Judul dalam Lampiran

Halaman

1. Skoring Morfologi ..................................................................................... 74

2. Deskripsi Morfologi .................................................................................. 86

3. Data Morfologi Durian Brongkol.............................................................. 91

4. Peta Kebun Hortikultura Pendem.............................................................. 100

5. Peta Desa Brongkol ................................................................................... 101

6. Rata-Rata Curah Hujan KBH Pendem (Mm) ........................................... 102

7. Rata-Rata Curah Hujan Brongkol (Mm) .................................................. 103

commit to user

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki beragam jenis buah - buahan salah satunya durian (Durio zibenthinus). Di Indonesia cukup banyak ditemukan varietas durian yang satu dengan lainnya berbeda baik dalam rasa, aroma, dan warna daging buahnya. Beberapa durian varietas lokal mulai jarang ditemukan, antara lain durian sukun, durian merah, durian jember dan durian brongkol (Yuniastuti dan Pardjanto 2009). Hal ini dikarenakan pengembangan tanaman durian varietas lokal belum optimal, terutama dalam peremajaan tanaman.

Durian sunan merupakan durian lokal unggulan nasional yang berasal dari Boyolali, Jawa Tengah. Tanaman induk pertama durian sunan di Boyolali sudah mati. Sedangkan durian brongkol merupakan durian lokal yang berasal dari Desa Brongkol, Kabupaten Semarang. Beberapa durian brongkol menjadi juara dalam perlombaan durian tingkat provinsi Jawa Tengah. Durian brongkol juga memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga menghasilkan nilai ekonomis tinggi.

Proses pengembangan tanaman durian sunan dan brongkol masih memiliki kendala yaitu informasi yang masih sedikit. Penamaan beberapa durian lokal masih berdasarkan nama pemilik kebun dan nama daerah sehingga basis data keragaman belum tersusun dengan baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis yang tepat terhadap keragaman antara kedua durian sehingga informasi yang dihasilkan akan lebih berguna dalam rangka pengembangan secara lebih luas. Analisis fenotip di lakukan dengan karakterisasi morfologi terhadap kedua durian. Informasi keragaman dapat digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat kemiripan antara kedua durian. Data mengenai ciri morfologi durian sunan dan brongkol dapat dijadikan sebagai basis data keragaman dua durian tersebut sehingga dapat digunakan dalam kegiatan pemuliaan tanaman.

commit to user

Usaha pengembangan durian lokal Indonesia seperti durian sunan dan brongkol memiliki kendala informasi yang masih sedikit. Analisis fenotipik dapat dijadikan dasar untuk mengetahui ciri morfologi dan dan tingkat kemiripan antara kedua durian. Pokok permasalahan pada penelitian:

1. Karakter morfologi untuk mengenali durian sunan dan brongkol.

2. Tingkat kemiripan antara durian sunan dan brongkol.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui karakter morfologi untuk mengenali durian sunan dan brongkol.

2. Mengetahui tingkat kemiripan antara durian sunan dan brongkol.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat antara lain:

1. Memberikan informasi mengenai karakter morfologi durian sunan dan brongkol.

2. Memberikan informasi tingkat kemiripan antara durian sunan dan brongkol berdasarkan karakter morfologi.

commit to user

A. Biologi Durian

Sistematika (taksonomi) tanaman durian menurut Wiryanta (2008) diklasifikasikan sebagai berikut: Regnum

: Durio zibethinus Murr. Tanaman durian tumbuh baik pada ketinggian 400 – 600 meter diatas permukaan laut. Kisaran curah hujan sekitar 1500 – 2500 milimeter pertahun. Suhu udara 27  – 32C, kelembaban 75 – 80%. Tanah yang cocok untuk pertanaman durian adalah tanah gembur, banyak mengandung BO, sedikit berpasir, durian tidak tahan genangan air yang dapat mengakibatkan penyakit busuk akar. pH tanah yang cocok adalah antara 5,5 – 6,5 (Setiadi 1999). Menurut Brown (1997) tinggi pohon antara 25 – 50 meter tergantung varietas, memiliki tajuk rimbun, warna kulit batang coklat kehitaman.

Daun durian berbentuk oblongus, pangkal daun tumpul (obtusus), ujung daun meruncing (acuminatus), susunan tulang daun menyirip (penninervis), bentuk tepi daun rata (integer), duduk daun pada nodus, tipe kedudukan daun berseling, tekstur permukaan daun perkamen, permukaan atas daun yang muda berwarna hijau muda, sedangkan permukaan bawah daun berwarna coklat. Permukaan atas daun yang tua berwarna hijau tua, sedangkan permukaan bawah daun berwarna coklat muda (Yuniastuti dan Parjanto 2009).

Bunga durian merupakan bunga lengkap yang tersusun dari bagian-bagian bunga di dalam empat lingkaran (tetracyclis). Bagian – bagian bunga durian terdiri atas: tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptacle), alat kelamin jantan dan betina, serta perhiasan bunga yaitu kelopak bunga (sepal) dan mahkota

commit to user

majemuk, bentuk kuncup bunga bulat telur, warna kelopak bunga (sepal) kuning tua, warna mahkota bunga (corolla) putih keabu – abuan, warna bakal buah hijau kekuningan (Rianggono 2010).

Bentuk buah bulat telur, bulat, hingga elip. Panjang buah 25 cm, lebar

20 cm, kulit buah tebal, kulit buah berduri, berwarna hijau, kekuningan, kecoklatan, sampai keabu-abuan. Waktu pemasakan buah dari masa berbunga diperlukan waktu 4 bulan. Berat buah durian pada umumnya 1,5 kg – 5 kg. Setiap buah memiliki 5 lokus, masing-masing terdiri dari 3 biji atau lebih. Biji berbentuk elip dan bulat telur, panjang sekitar 4 cm, berwarna coklat. Biji terbungkus oleh daging buah. Daging buah durian berwarna putih hingga kuning terang dengan ketebalan bervariasi. Pemuliaan tanaman durian diarahkan untuk menghasilkan durian dengan daging buah yang tebal dan biji yang kecil (Verheij 1997).

B. Perbanyakan Tanaman Durian

Perbanyakan tanaman durian dilakukan dengan generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan mengecambahkan biji. Biji dipilih untuk bibit dengan syarat asli dari induknya, segar, sudah cukup umur, tidak kisut, tidak terserang hama dan penyakit. Keunggulan perbanyakan secara generatif tanaman adalah mempunyai sistem perakaran yang lebih kuat, lebih mudah diperbanyak, tahan terhadap penyakit tanah dan cekaman lingkungan, serta jangka waktu berbuah lebih lama. Kelemahan budidaya secara generatif adalah waktu untuk mulai berbuah lebih lama, sifat keturunan tidak sama dengan induk, ada beberapa tanaman yang sulit dalam memproduksi benih atau benih sulit berkecambah (Purnomosidhi et al. 2002).

Selain perbanyakan generatif, tanaman durian juga dapat diperbanyak dengan perbanyakan vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman yang baru yang sama dengan induknya. Adapun kelebihan bibit dari hasil perbanyakan vegetatif adalah: umur berbuah lebih cepat, aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang dari sifat induknya, diperoleh individu baru dengan sifat

commit to user

disambung dengan batang atas yang unggul produksi buahnya dan bahkan dapat divariasikan (Mahfudz et al. 2001 dan Rukmana 1999). Kelemahan perbanyakan secara vegetatif perakaran kurang baik, lebih sulit dikerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu, dan umur tanaman berbuah lebih pendek (Purnomosidhi et al. 2002).

Macam-macam perbanyakan durian secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara sambung pucuk, penyusuan, okulasi, dan stek. Perbanyakan vegetatif yang sering digunakan untuk perbanyakan tanaman durian adalah sambung pucuk dan okulasi. Perbanyakan sambung pucuk dan okulasi menggabungkan sifat antara 2 tanaman dengan menggabungkan sifat antara batang atas dan batang bawah tanaman. Batang atas yang akan memberikan hasil sesuai dengan sifat induk yang diinginkan. Oleh sebab itu, kriteria pemilihan batang atas dan batang bawah berbeda. Kriteria tanaman yang digunakan sebagai batang atas adalah cukup tua, berbuah lebat, buah manis, buah besar, dan sehat. Kriteria tanaman yang digunakan sebagai batang bawah adalah sistem perakaran kuat, tahan terhadap hama penyakit, dan sesuai dengan kondisi setempat (Hatmann et al. 1997).

Metode sambung pucuk merupakan perbanyakan tanaman gabungan antara perbanyakan secara generatif (dari persemaian biji) dengan salah satu bagian vegetatif (cabang/ranting) tanaman. Keunggulan menggunakan metode sambung pucuk adalah perbanyakan dapat dilakukan lebih awal, yakni pada bibit hasil semaian batang bawah yang baru berumur dua bulan, dengan tingkat keberhasilan sambungan tinggi yakni sekitar 80% sehingga akan diperoleh bibit bermutu dalam waktu yang singkat (BPTP Sulawesi Selatan 2006). Menurut (Hatmann et al. 1997) perbanyakan dengan cara sambung pucuk menghasilkan tanaman dengan perakaran kuat, toleran terhadap lingkungan tertentu, kematangan reproduktif dan produksi buah lebih awal. Sedangkan metode tempel atau okulasi merupakan penggabungan dua bahan perbanyakan tanaman durian melalui metode tempel mata tunas dilakukan pada batang bawah durian yang telah berumur lebih dari 6 bulan dengan ukuran batang sebesar pensil.

commit to user

dipengaruhi oleh:

a. Faktor tanaman Faktor tanaman mencakup kehalusan sayatan untuk memastikan persentuhan kambium dan kesamaan ukuran batang bawah dan batang atas. Pada batang bawah yang kurang sehat, proses pembentukan kalus pada bagian yang dilukai sering terhambat.

b. Faktor lingkungan Penyambungan dan okulasi sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Temperatur optimum adalah 25 C – 30C, kelembaban tinggi (80%), bila kelembaban rendah akan mengalami kekeringan, dan menghambat pembentukan kalus pada sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan mati. Cahaya matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan berlangsung. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari pada saat matahari kurang kuat memancarkan sinarnya.

c. Faktor pelaksanaan

1. Keahlian Pengalaman, ketelitian, dan kecepatan merupakan pencegahan paling baik terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium.

2. Kesempurnaan alat Dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan kebersihan alat, tali pengikat yang tipis dan lentur.

C. Analisis Keragaman Genetik

Analisis keragaman genetik berguna untuk mengetahui keragaman genetik dan hubungan kekerabatan suatu tanaman. Beberapa macam penanda yang dapat digunakan untuk membedakan varietas antara lain: morfologi tanaman, pola pita isozim, dan pola pita DNA (Sukartini 2011).

Analisis menggunakan penanda morfologi dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap organ vegetatif dan generatif tanaman. Kelebihan menggunakan penanda morfologi adalah pelaksanaan identifikasi mudah. Kelemahan analisis keragaman menggunakan penanda morfologi adalah

commit to user

faktor lingkungan (Rao 2004). Penanda isozim dapat digunakan dalam analisis keragaman genetik karena dikendalikan oleh gen tunggal dan bersifat kodominan dalam pewarisannya. Kelebihannya adalah mudah dilakukan dan membutuhkan bahan dalam jumlah sedikit. Metode isozim telah banyak dimanfaatkan oleh pemulia tanaman untuk mengidentifikasi varietas. Wardani (1999) melakukan analisis isozim esterase dan peroksidase untuk memilih tetua tanaman tebu yang berpotensi produksi tinggi. Kelemahan penanda isozim adalah rendahnya kemampuan dalam mendeteksi polimorfisme (Rao 2004). Beberapa sistem enzim tertentu dipengaruhi oleh regulasi perkembangan jaringan yang dibatasi umur dan jenis jaringan (Azrai 2005).

Sedangkan penanda molekuler mempunyai beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan penanda morfologi dan isozim. Penanda molekuler sering berada di dekat gen sehingga dapat membantu menentukan posisi suatu gen. Selain itu penanda molekuler juga menunjukkan polimorfisme yang tinggi sehingga dapat mendeteksi keanekaragaman genetik antarjenis maupun di dalam jenis. Kelebihan penanda molekuler yang berbasiskan DNA memiliki keuntungan karena keakuratan identifikasi tidak tergantung pada kondisi lingkungan, umur, atau sifat fisiologi dari patogen, namun lebih tergantung pada kualitas DNA yang diekstraksi (Louws dan Cuppels 2001).

Teknologi penanda molekuler pada tanaman berkembang sejalan dengan semakin banyaknya pilihan penanda molekuler. Penanda pertama berdasarkan pada hibridisasi DNA seperti Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP). Penanda kedua berdasarkan pada reaksi rantai polimerase atau Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan menggunakan sekuen-sekuen nukleotida sebagai primer, seperti Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) dan Amplified Fragment Length Polymorphism (AFLP). Penanda ketiga berdasarkan pada PCR dengan menggunakan primer yang menggabungkan sekuen komplementer spesifik dalam DNA target, seperti Sequence Tagged Sites (STS), Sequence Characterized Amplified Regions (SCARs), Simple Sequence

commit to user

(Azrai 2006).

D. Identifikasi Morfologi

Identifikasi morfologi didasarkan pada pengamatan secara langsung terhadap fenotip tanaman. Menurut Suryadi et al. (2003) identifikasi morfologi merupakan kegiatan awal untuk mengetahui variasi sifat pertumbuhan vegetatif dan generatif maupun sifat morfologi tanaman yang bertujuan untuk menghasilkan deskripsi tanaman.

Identifikasi morfologi digunakan untuk mengetahui terjadinya variasi- variasi tanaman sehingga menimbulkan keragaman antar tanaman. Keragaman suatu tanaman dapat pula disebabkan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan gabungan dari faktor genetik dan faktor lingkungan (Crisp dan Astley 1984). Identifikasi morfologi mengarah pada deskripsi yang digunakan untuk mengidentifikasi tanaman sebagai bahan acuan gambaran sifat-sifat varietas, baik bagi pemulia, peneliti maupun petani (Hayat 2008).

Menurut

Kountur (2003)

analisis klaster

digunakan untuk

mengklasifikasikan atau mengelompokkan tanaman ke dalam beberapa kelompok tertentu berdasarkan sifat kemiripan morfologi. Menurut Widayah (2006) Hasil analisis klaster disajikan dalam bentuk dendrogram. Kemiripan antar sampel di intrepretasikan oleh nilai kemiripan.

commit to user

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Agustus 2012. Penelitian dilaksanakan di Kebun Benih Hortikultura ”RANUKITRI”, Pendem,

Mojogedang, Kabupaten Karanganyar pada ketinggian 382 meter diatas permukaan laut dan di Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang pada ketinggian 634 meter diatas permukaan laut serta di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian UNS.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Tanaman durian sunan dan brongkol

2. Alat

a. Jangka sorong

b. Rol meter

c. Penggaris

d. Klinometer

e. Munsel colour chart

f. Timbangan

g. Kamera

C. Perancangan Penelitian

Penelitian identifikasi morfologi durian sunan dan brongkol bersifat eksploratif. Data deskripsi karakter morfologi diperoleh dan diolah mengikuti standar IPGRI (Internasional Plant Genetic Resources Institute) dengan menggunakan skoring. Penentuan sampel dilakukan secara sengaja (purposive random sampling ). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dilapang, pendokumentasian bagian vegetatif dan generatif tanaman durian sunan dan brongkol. Pengambilan sampel terbagi sebagai berikut :

a. Deskripsi pohon, data diambil dari 3 sampel.

b. Deskripsi daun, data diambil dari 5 sampel daun muda dan daun tua.

c. Deskripsi buah, data diambil dari 3 sampel buah yang telah masak.

commit to user

D. Variabel pengamatan

Pada penelitian ini variabel yang diamati dalam mengidentifikasi morfologi tanaman durian sunan dan brongkol antara lain:

1. Morfologi tanaman

a. Pengamatan terhadap pohon meliputi:

1) Tinggi tanaman Diukur dari pangkal batang sampai ujung kanopi tertinggi pada pohon.

2) Bentuk tajuk Diamati secara langsung.

3) Diameter tajuk Diukur pada bagian terlebar tajuk tanaman dengan menggunakan rol meter.

4) Bentuk batang Bentuk batang diamati secara langsung.

5) Diameter batang Diukur dengan menggunakan rol meter, kemudian menggunakan rumus matematis lingkaran untuk mengetahui diameter batang.

6) Keadaan permukaan batang Dilakukan dengan uji organoleptik pada permukaan batang luar.

7) Warna batang (warna kulit batang dan kayu) Diamati secara langsung warna pada kulit batang dan kayu dibandingkan dengan munsel colour chart.

8) Ketebalan kulit batang Kulit luar disayat sampai pada kayu, diukur ketebalan kulit batang.

9) Lapisan lilin Diamati secara langsung ada tidaknya lapisan lilin pada batang.

10) Jumlah cabang

Dihitung secara langsung jumlah cabang pada tanaman.

commit to user

Diamati dari batang utama tanaman. Pengamatan pola percabangan dibedakan antara tegak, semi tegak, dan horisontal.

12) Tipe percabangan Diamati secara langsung pada tipe percabangan tanaman dibandingkan dengan IPGRI.

13) Letak cabang Letak cabang diukur menggunakan klinometer pada cabang yang letaknya paling rendah dekat dengan permukaan tanah.

14) Bulu pada cabang

Diamati secara langsung ada tidaknya bulu pada cabang.

15) Sistem perakaran Diamati dengan melihat apakah sistem perakarannya tunggang atau serabut.

b. Pengamatan terhadap daun meliputi:

1) Bentuk daun Diamati secara langsung dibandingkan antara panjang dan lebar daun.

2) Panjang daun Diukur dari pangkal daun sampai ujung daun.

3) Lebar daun Diukur pada bagian terlebar dari helaian daun dari sisi satu ke sisi seberangnya.

4) Tebal daun Diukur dengan jangka sorong dari bagian atas permukaan daun sampai dengan bagian permukaan bawah daun.

5) Tekstur daun Dilakukan dengan uji organoleptik apakah daun mudah patah, kaku, atau lemas.

6) Tepi daun muda dan daun tua Diamati pada bagian tepi daun.

commit to user

Diamati pada bagian ujung daun.

8) Bentuk pangkal daun Diamati pada bagian pangkal daun.

9) Tipe kedudukan daun

Diamati secara langsung pada tempat menempelnya daun.

10) Rumus daun Diamati berdasarkan perbandingan antara banyaknya garis spiral (garis yang menghubungkan daun berturut-turut dari bawah ke atas) yang melingkari batang atau cabang dengan jumlah daun yang dilewati selama melingkari tersebut (daun permulaan tidak dihitung).

11) Tipe tangkai daun Diamati secara langsung apakah termasuk tipe bulat, pipih dan bersayap, bersegi, setengah lingkaran, atau segitiga.

12) Panjang tangkai daun Diukur dari buku-buku (nodus) sampai pangkal daun (basis folii).

13) Warna daun (warna permukaan atas dan permukaan bawah daun) Diamati secara langsung dibandingkan dengan munsel colour chart.

14) Susunan tulang daun Diamati pada sistem pertulangan daun.

15) Aroma flush Dilakukan dengan uji organoleptik dengan kategori tidak beraroma dan beraroma.

c. Pengamatan terhadap buah meliputi:

1) Tipe buah

Diamati berdasarkan asal-usul pembentukan buah.

2) Bentuk buah

Diamati secara langsung dibandingkandengan IPGRI.

3) Bentuk dasar buah

Diamati secara langsung dibandingkan dengan IPGRI.

commit to user

Diamati secara langsung dibandingkan dengan IPGRI.

5) Warna kulit buah masak Diamati secara langsung dibandingkan dengan munsel colour chart.

6) Tekstur permukaan kulit buah masak Dilakukan dengan uji organoleptik dengan kategori sangat keras, keras, agak keras, lunak, dan sangat lunak.

7) Warna kulit dalam Diamati secara langsung pada kulit bagian dalam dibandingkan dengan munsel colour chart.

8) Panjang tangkai buah

Diukur dari tempat keluarnya buah sampai dasar buah.

9) Diameter buah

Diukur pada bagian terlebar durian dengan penggaris.

10) Berat buah

Diukur dengan menimbang sampel buah pada timbangan.

11) Banyak duri

Ditung secara langsung dengan luasan 10 cm x 10 cm.

12) Warna daging buah Diamati secara langsung dibandingkan dengan munsel colour chart.

13) Rasa buah Dilakukan uji organoleptik apakah berasa manis, manis pahit, pahit, dan tidak terasa manis.

14) Jumlah lokus

Dihitung secara langsung jumlah lokus setiap sampel.

15) Tebal kulit lokus Diukur dengan menggunakan jangka sorong.

16) Lebar lokus Diukur dengan menggunakan jangka sorong pada bagian terlebar lokus.

commit to user

Panjang lokus diukur secara langsung dari ujung satu ke ujung yang lain.

d. Pengamatan terhadap biji meliputi:

1) Jumlah biji per buah Dihitung secara langsung jumlah biji per buah.

2) Jumlah biji per lokus Dihitung dari rata-rata jumlah biji perlokus.

3) Bentuk biji (bentuk biji luar dan bentuk kotiledon)

Diamati secara langsung dibandingkan dengan IPGRI.

4) Ujung biji Diamati pada bagian ujung biji, diamati secara langsung dibandingkan dengan IPGRI.

5) Tekstur biji (tekstur kulit biji dan tekstur kotiledon)

Diamati dengan uji organoleptik kulit biji dan kotiledon apakah termasuk sangat lunak, lunak, agak keras, keras dan sangat keras.

6) Lebar biji Diukur pada bagian tengah terlebar biji menggunakan jangka sorong.

7) Panjang biji. Diukur dari pangkal sampai ujung biji menggunakan jangka sorong.

8) Ketebalan biji Diukur menggunakan jangka sorong.

9) Warna biji (warna kulit biji dan warna kotiledon) Diamati secara langsung dibandingkan dengan munsel colour chart.

10) Besar embrio Diamati secara langsung ukuran embrio apakah termasuk besar atau kecil.

11) Berat biji Diukur dengan menimbang berat biji pada timbangan analitik.

commit to user

Pengamatan terhadap kondisi geografis lokasi penelitian sebagai data pendukung meliputi ketinggian tempat, letak lintang, letak bujur, kemiringan lahan, dan curah hujan.

E. Analisis Data

Penelitian identifikasi morfologi durian sunan dan brongkol menghasilkan data deskriptif. Selanjutnya data deskriptif kualitatif kemudian diubah menjadi data kuantitatif menggunakan skoring. Selanjutnya dilakukan analisis dengan program NTSYS versi 2.02i (Numerical Taxonomy and Multivariate System) menggunakan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Methode Arithmatic Average ) untuk menggambarkan dendrogram tingkat kemiripan (Rohlf 1998).

commit to user

A. Keadaan Geografis Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pendem, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar dan di Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Kedua tempat ini memiliki geografis yang berbeda. Keadaan geografis di lokasi penelitian Desa Pendem memiliki curah hujan rata-rata 2415 mm/tahun dengan ketinggian 382 meter diatas permukaan laut berada 7  33’14,2’’LS – 111  2’32,9’’BT memiliki kesuburan tanah yang sedang dengan pH 6 – 7, jenis tanah latosol coklat dengan topografi yang agak bergelombang (5 ). Luas lahan 17,23 hektar. Peta kebun benih hortikultura pendem terlampir pada lampiran 4.

Desa Brongkol memiliki curah hujan rata-rata 2449 mm/tahun dengan ketinggian tempat 634 meter diatas permukaan laut berada 7  18’8’’LS – 110  22’33,3’’BT yang mempunyai kesuburan tanah sedang dengan pH 6 – 7, dan dan jenis tanah latosol coklat dengan tanah yang miring yaitu 25  karena merupakan daerah perbukitan, selain tanaman durian ada juga tanaman salak, kopi, cengkeh, maupun palawija yang digunakan sebagai tanaman sela. Luas lahan 150 hektar. Peta Desa Brongkol terlampir pada lampiran 5.

Tanaman durian tumbuh baik pada ketinggian 400 – 600 meter diatas permukaan laut. Kisaran curah hujan sekitar 1500 – 2500 mm/tahun. Suhu udara

27  – 32C, kelembaban 75 – 80%. Tanah yang cocok untuk tanaman durian adalah tanah gembur, banyak mengandung BO, sedikit berpasir, durian tidak tahan genangan air yang dapat mengakibatkan penyakit busuk akar. pH tanah yang cocok adalah antara 5,5 – 6,5 (Setiadi 1999).

B. Identifikasi Morfologi Pohon

1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan. Data hasil pengukuran tinggi tanaman durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 1.

commit to user

Sampel

Tinggi tanaman (m)

Ketinggian pohon durian sunan antara 8,34 – 9,85 meter, sedangkan pada durian brongkol antara 23,13 – 29,99 meter. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain oleh umur tanaman, bahan tanam, pemangkasan, dan jarak tanam.

Tanaman durian brongkol sudah berumur 30 – 75 tahun, sedangkan durian sunan baru berumur 15 – 22 tahun. Tanaman yang lebih tua sudah mengalami fase pertumbuhan yang lebih lama dari pada tanaman dengan umur lebih muda sehingga tanaman dengan umur yang lebih tua memiliki pohon yang lebih tinggi. Hal ini bersesuaian dengan pernyataan Helmi (1999) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman.

Bahan tanam mempengaruhi tinggi suatu tanaman, bahan tanam durian sunan berasal dari perkembangbiakan vegetatif menggunakan okulasi. Tanaman yang mengalami perkembangbiakan vegetatif memiliki habitus rendah (Jawal 2010). Sedangkan tanaman durian brongkol diperbanyak menggunakan perbanyakan generatif dengan menggunakan biji.

Faktor pemangkasan berpengaruh terhadap ketinggian pohon durian. Tunas pucuk pada bagian ujung batang tanaman durian sunan dipangkas, sehingga memacu pertumbuhan tunas lateral. Pemangkasan pucuk pada durian sunan dilakukan agar pohon tidak terlalu tinggi untuk kemudahan perawatan. Menurut Salisbury dan Ross (1995) penambahan jumlah cabang lateral ini dapat terjadi karena hilangnya dominansi apikal akibat pemangkasan tunas pucuk batang utama. Hal ini menyebabkan tunas-tunas lateral pada batang utama tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya membentuk cabang tanaman. Sedangkan pada tanaman durian brongkol tidak mengalami

commit to user

apikal berlangsung terus menerus sehingga pohon tumbuh ke atas dan menjadi semakin tinggi.

Faktor jarak tanam berpengaruh terhadap tinggi tanaman durian. Tanaman durian sunan ditanam pada jarak 10 meter x 10 meter, antara satu tanaman dengan tanaman lainnya tidak saling menaungi, tanaman mendapatkan banyak sinar matahari, cabang leluasa untuk tumbuh ke samping, sehingga tinggi tanaman durian sunan lebih pendek. Sedangkan tanaman durian brongkol ditanam dengan jarak tanam yang tidak teratur dan berdekatan dengan tanaman lainnya. Menurut Sudomo (2012) pada jarak tanam yang lebih rapat menyebabkan ruang tumbuh relatif lebih sempit, hormon auksin akan mendorong pertumbuhan tinggi untuk mendapatkan cahaya. Hal ini yang menyebabkan tanaman durian brongkol lebih tinggi daripada durian sunan.

2. Tajuk

a. Bentuk tajuk Berdasarkan hasil penelitian bentuk tajuk durian sunan segitiga sama sisi (spherical) (skor 2), sedangkan durian brongkol adalah segitiga sama kaki (pyramida) (skor 1). Perbedaan bentuk tajuk pada durian sunan dan brongkol disebabkan oleh faktor jarak tanam dan pemangkasan.

Gambar 1. Pohon durian sunan Gambar 2. Pohon durian brongkol

commit to user

Jarak tanam berpengaruh terhadap bentuk tajuk. Tanaman durian sunan ditanam pada jarak 10 meter x 10 meter, tanaman mendapat banyak sinar matahari, cabang leluasa untuk tumbuh ke samping, sehingga durian sunan memiliki bentuk tajuk segitiga sama sisi. Sedangkan tanaman durian brongkol ditanam dengan jarak tanam yang tidak teratur dan berdekatan dengan tanaman lainnya. Menurut Sudomo (2012) pada jarak tanam yang lebih rapat menyebabkan ruang tumbuh relatif lebih sempit, hormon auksin mendorong pertumbuhan tinggi untuk mendapatkan cahaya. Hal inilah yang menyebabkan pada tanaman durian brongkol memiliki tajuk segitiga sama kaki.

Pemangkasan berpengaruh terhadap bentuk tajuk tanaman durian sunan dan brongkol. Menurut Salisbury dan Ross (1995) pemangkasan pada pucuk batang utama menghilangkan dominansi apikal. Hal ini menyebabkan tunas-tunas lateral pada batang utama tumbuh dan berkembang, terbentuk tajuk segitiga sama sisi. Pemangkasan awal (sejak di pembibitan), dengan tujuan untuk membentuk percabangan yang rendah, menyebarkan arah percabangan, dan mengoptimalkan penerimaan cahaya (Widodo 1995) . Sedangkan pada tanaman durian brongkol tidak mengalami pemangkasan tunas pucuk, sehingga pertumbuhan tunas apikal

Gambar 3. Bentuk tajuk durian sunan Gambar 4. Bentuk tajuk durian brongkol

commit to user

tajuk segitiga sama kaki.

b. Diameter tajuk Data hasil pengukuran diameter tajuk durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Diameter tajuk durian sunan dan brongkol

Sampel

Diameter tajuk (cm)

Berdasarkan hasil penelitian diameter tajuk durian sunan antara 904 – 1060 cm sedangkan durian brongkol 700 – 1842 cm. Diameter tajuk durian sunan dan brongkol dipengaruhi oleh umur tanaman. Durian sunan sampel 1 berumur 22 tahun memiliki diameter tajuk 965 cm, durian sunan sampel 2 berumur 22 tahun memiliki diameter tajuk 1060 cm, durian sunan sampel 3 berumur 15 tahun memiliki diameter tajuk 904 cm. Sedangkan pada durian brongkol, diamater tajuk pada durian brongkol sampel 1 paling rendah dibandingkan dengan durian brongkol sampel 2 dan 3. Hal ini dikarenakan umur tanaman durian brongkol sampel 1 adalah

30 tahun, sedangkan tanaman durian brongkol sampel 2 adalah 60 tahun, tanaman durian brongkol sampel 3 berumur 75 tahun. Umur tanaman dapat mempengaruhi diameter tajuk. Hal ini bersesuaian dengan penelitian Hidayat (2004) bahwa semakin tua tanaman manggis jumlah tajuk yang tumbuh semakin banyak dengan semakin banyaknya percabangan. semakin tua tanaman, maka banyak membentuk cabang – cabang. Dengan pembagian asimilat yang banyak pada tajuk maka diameter tajuk akan meningkat.

commit to user

a. Bentuk batang Batang merupakan salah satu bagian dari tubuh tanaman. Selain sebagai tempat pelekatan daun, bunga dan buah, batang juga berfungsi sebagai jalan pengangkutan air dan zat – zat mineral yang terlarut di dalamnya. Berdasarkan hasil penelitian bentuk batang durian sunan dan brongkol adalah bulat (skor 1). Bentuk batang yang bulat dipengaruhi oleh faktor genetik.

b. Diameter batang Data hasil pengukuran diameter batang durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Diameter batang durian sunan dan brongkol

Sampel

Diameter batang (cm)

Perbedaan umur durian sunan dan brongkol menyebabkan pebedaan ukuran diameter batang. Umur tanaman durian sunan antara 15 – 22 tahun, memiliki diameter batang 24,52 – 49,04 cm. Sedangkan durian brongkol berumur 30 – 75 tahun memiliki diameter batang 26,10 – 74,20 cm.

Gambar 5. Bentuk batang durian sunan Gambar 6. Bentuk batang durian brongkol

commit to user

membelah ke kedua arah, yaitu ke arah dalam membentuk jaringan xylem dan ke arah luar membentuk jaringan floem. Pertumbuhan sekunder secara horisontal memperlihatkan pertambahan ukuran diameter pada daerah batang. Jaringan kambium terus berkembang seiring dengan pertambahan umur tanaman dan kandungan nutrisi tanaman, semakin bertambah umur tanaman, lingkaran tahun juga bertambah, batang menjadi semakin tebal.

c. Keadaan permukaan batang Jaringan pengangkut (pembuluh) pada tumbuhan, terdiri atas jaringan xylem dan jaringan floem. Jaringan xylem berfungsi mengangkut air dan unsur hara dari akar ke daun, sedangkan jaringan floem berfungsi mengangkut dan mengedarkan zat – zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tanaman. Berdasarkan hasil penelitian durian sunan dan brongkol memiliki permukaan batang yang kasar (skor 2). Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniawan (2012) bahwa keadaan permukaan batang kasar.

d. Warna kulit batang Bagian terluar dari batang tanaman durian adalah kulit kayu. Durian sunan dan brongkol memiliki warna kulit batang yang sama yaitu coklat kehitaman (skor 4). Hal ini menunjukkan kesamaan sifat morfologi antara durian sunan dan brongkol. Hal ini sama dengan pendapat Rianggono (2010) bahwa warna kulit batang durian adalah coklat kehitaman. Pigmen pembentuk warna coklat kehitaman pada kulit batang durian adalah karotenoid (Purnomo et al. 2010).

Gambar 7. Permukaan batang

durian sunan

Gambar 8. Permukaan batang durian brongkol

commit to user

Berdasarkan hasil penelitian, warna kayu durian sunan maupun durian brongkol adalah coklat (skor 3). Hal ini menunjukkan kesamaan sifat morfologi durian sunan dan brongkol. Hal ini sama dengan pendapat Rianggono (2010) bahwa warna kayu durian coklat. Pigmen pembentuk warna coklat pada kayu adalah karotenoid (Purnomo et al. 2010).

f. Ketebalan kulit batang Data hasil pengukuran tebal kulit batang durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Ketebalan kulit batang durian sunan dan brongkol

Sampel

Ketebalan kulit batang (cm)

Berdasarkan hasil penelitian ketebalan kulit batang durian sunan antara 1,22 – 2,36 cm, sedangkan durian brongkol antara 1,30 – 2,00 cm. kecepatan pembelahan kambium ke arah dalam membentuk xylem lebih cepat daripada pembelahan ke luar membentuk floem. Ini menyebabkan kayu selalu lebih tebal daripada kulit kayu.

Gambar 9. Warna kayu

durian sunan

Gambar 10. Warna kayu durian brongkol

commit to user

Lapisan lilin merupakan hasil modifikasi jaringan epidermis. Berdasarkan hasil penelitian pada batang durian sunan dan brongkol tidak terdapat lapisan lilin (skor 1). Menurut pendapat Kurniawan (2012) bahwa pada batang durian tidak terdapat lapisan lilin.

h. Jumlah cabang Pohon durian merupakan tanaman memiliki cabang. Data jumlah cabang durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Jumlah cabang durian sunan dan brongkol

Sampel

Jumlah cabang

Jumlah cabang durian sunan antara 24 – 43 cabang, sedangkan durian brongkol 21 – 42 cabang. Jumlah cabang pada durian sunan dan brongkol hampir sama, ini disebabkan oleh pemangkasan dan jarak tanam.

Faktor pemangkasan berpengaruh terhadap jumlah cabang durian. Tunas pucuk pada bagian ujung batang durian sunan dipangkas, sehingga berakibat pada pertumbuhan tunas lateral. Menurut Salisbury dan Ross (1995) penambahan jumlah cabang dapat terjadi karena hilangnya dominansi apikal akibat pemangkasan tunas pucuk batang utama. Hal ini menyebabkan tunas-tunas lateral pada batang utama tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya membentuk cabang tanaman. Sedangkan pada tanaman durian brongkol tidak mengalami pemangkasan pada ujung batang, sehingga pertumbuhan tunas apikal berlangsung terus menerus sehingga pohon tumbuh ke atas dan menjadi semakin tinggi.

Jarak tanam berpengaruh pada persaingan penyerapan hara, air dan cahaya matahari. Pada jarak tanam yang rapat akan menyebabkan

commit to user

yang renggang, penerimaan intensitas cahaya besar dan memberi kesempatan bagi tanaman untuk tumbuh menyamping. Dengan demikian akan mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah cabang yang terbentuk (Budiastuti 2000). Helmi (1999) juga berpendapat jarak tanam mempengaruhi serapan hara tanaman, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jumlah cabang tanaman.

i. Pola percabangan Pada batang tanaman yang memiliki cabang, menunjukkan pola percabangan tertentu. Cabang-cabang pada suatu tanaman biasanya membentuk sudut tertentu dengan batang pokok. Sudut tersebut menentukan arah tumbuh cabang. Berdasarkan hasil penelitian, durian sunan dan brongkol memiliki pola percabangan mendatar/ horisontal (skor

3) cabang dengan batang pokok membentuk sudut kurang lebih 90  (Tjitrosoepomo 2003).

Gambar 11. Cabang durian sunan Gambar 12. Cabang durian brongkol

Gambar 13. Pola

Gambar 14. Pola

commit to user

Tipe-tipe percabangan tanaman ada 3 macam yaitu yaitu monopodial, simpodial, dan dikotom. Dikatakan percabangan monopodial jika batang pokok tampak jelas karena lebih besar ukurannya dan lebih cepat pertumbuhannya daripada cabang-cabangnya. Sedangkan simpodial jika batang utama lebih kecil dan lebih lambat pertumbuhannya. Sedangkan dikotom atau menggarpu adalah jika percabangannya selalu membentuk dua cabang sama besar (Tjitrosoepomo 2003). Berdasarkan hasil penelitian tipe percabangan durian sunan dan brongkol adalah monopodial (skor 1) karena batang pokok pada tanaman durian sunan dan brongkol selalu tampak jelas karena lebih besar dan lebih cebih cepat pertumbuhannya dari pada cabang-cabangnya.

k. Letak cabang Data hasil pengukuran letak cabang durian sunan dan brongkol disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Letak cabang durian sunan dan brongkol

Sampel

Letak cabang (cm)

Gambar 15. Tipe percabangan

durian sunan

Gambar 16. Tipe percabangan durian brongkol

commit to user

brongkol antara 110 – 1031 cm. Perbedaan letak cabang tersebut dipengaruhi oleh pemangkasan dan jarak tanam. Faktor pemangkasan dapat berpengaruh terhadap letak cabang durian. Tunas pucuk pada bagian ujung batang tanaman durian sunan dipangkas, sehingga berakibat pada pertumbuhan tunas lateral. Menurut Salisbury dan Ross (1995) pemangkasan pucuk mengakibatkan hilangnya dominansi apikal, pertumbuhan auksin pada ujung batang terhenti. Hal ini menyebabkan tunas-tunas lateral pada batang utama tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya membentuk cabang tanaman yang dekat dengan permukaan tanah/rendah. Sedangkan pada tanaman durian brongkol tidak mengalami pemangkasan tunas pucuk pada ujung batang, sehingga pertumbuhan tunas apikal berlangsung terus menerus sehingga pohon tumbuh ke atas dan menjadi semakin tinggi, sehingga letak cabang tanaman durian brongkol jauh dari permukaan tanah.

Jarak tanam berpengaruh pada persaingan penyerapan hara, air dan cahaya matahari. Pada jarak tanam yang rapat (brongkol) akan menyebabkan pembentukan internodia/ruas menjadi berkurang, sebaliknya jarak tanam yang renggang (sunan), penerimaan intensitas cahaya besar dan memberi kesempatan bagi tanaman untuk tumbuh menyamping. Dengan demikian akan mempengaruhi letak cabang yang terbentuk (Budiastuti 2000).

Gambar 17. Letak cabang durian

sunan

Gambar 18. Letak cabang durian brongkol

commit to user

Trikomata merupakan derivat epidermis yang membentuk struktur beragam seperti rambut, sisik, rambut kelenjar, atau tonjolan. Berdasarkan hasil penelitian pada durian sunan dan brongkol tidak memiliki bulu pada cabang (skor 1). Trikoma atau bulu pada cabang dipengaruhi oleh faktor genetik pada tanaman.

4. Sistem perakaran Akar merupakan organ penting yang berfungsi untuk memperkuat berdirinya tanaman, menyerap air dan zat makanan terlarut dari dalam tanah. Akar terdiri atas akar tunggang dan akar serabut. Sistem akar tunggang yaitu akar embrio tumbuh terus menjadi akar utama dan bercabang-cabang menjadi akar yang lebih kecil jika akar lembaga tumbuh menjadi akar pokok yang bercabang menjadi akar yang lebih kecil (Muzayyinah 2008). Sistem akar tunggang merupakan salah satu ciri tanaman dikotil. Tanaman durian sunan dan brongkol termasuk kedalam golongon tanaman dikotil sehingga berdasarkan hasil penelitian sistem perakaran durian sunan dan brongkol adalah tunggang (skor 2). Sistem akar tunggang yaitu akar embrio tumbuh terus menjadi akar utama dan bercabang-cabang menjadi akar yang lebih kecil jika akar lembaga tumbuh menjadi akar pokok yang bercabang menjadi akar yang lebih kecil (Muzayyinah 2008).

5. Matriks data pohon Matriks data pohon diperoleh dengan melakukan analisis menggunakan dengan program NTSYS versi 2.02i (Numerical Taxonomy and Multivariate System) menggunakan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Methode Arithmatic Average) untuk menggambarkan tingkat kemiripan (Rohlf 1998). Matriks data pohon disajikan pada tabel 7. Tabel 7. Matriks data pohon

Varietas sunan 1 sunan 2 sunan 3 brongkol 1 brongkol 2 brongkol 3 sunan 1

1,00

sunan 2

0,81

1,00

sunan 3

0,87

0,87

1,00

brongkol 1

0,62

0,75

0,68

1,00

brongkol 2

0,62

0,75

0,75

0,75

1,00 brongkol 3

0,62

0,68

0,68

0,81

0,81 1,00

commit to user

Gambar 19. Dendrogram pohon

Berdasarkan dendrogram, pada nilai kemiripan 0,69 dibedakan menjadi

2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B yang dibedakan atas sifat tinggi tanaman, bentuk tajuk dan letak cabang. Pada nilai kemiripan 0,84, kelompok A terpisah menjadi kelompok A1 dan A2 yang dibedakan atas sifat diameter tajuk. Kelompok A1 terdiri atas durian sunan sampel 1 dan durian sunan sampel 3 pada nilai kemiripan 0,88 yang dibedakan atas sifat diameter batang dan ketebalan kulit batang. Sedangkan pada nilai kemiripan 0,78, kelompok B terpisah menjadi kelompok B1 dan B2 yang dibedakan atas sifat letak cabang dan tinggi tanaman. Pada nilai kemiripan 0,81 kelompok B2 terpisah menjadi kelompok B3 dan B4 yang dibedakan atas sifat diameter tajuk, diameter batang, dan ketebalan kulit batang.

Pada nilai kemiripan tertinggi 0,88 terdiri atas durian sunan sampel 1 dan durian sunan sampel 3, perbedaan sifat morfologi terdapat pada diameter batang dan ketebalan kulit batang. Perbedaan diameter batang dan tebal kulit batang disebabkan oleh perbedaan umur tanaman. Durian sunan sampel 1 berumur 22 tahun, sedangkan durian sunan sampel 3 berumur 15 tahun, semakin tua tanaman maka nutrisi yang diterima oleh tanaman, baik nutrisi dari hasil fotosintesis maupun nutrisi dari pemupukan akan semakin bertambah banyak, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti diameter batang dan tebal kulit batang.

0.69 Coefficient 0.73 0.78 0.83 0.88

sunan1

sunan3

sunan2

brongkol2

brongkol1

brongkol3

A1

A2

B1

B2

B3 B4

commit to user