Profil Pemenuhan Standar Praktik Kefarmasian Beberapa Apotek di Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Selama bertahun tahun praktik profesi apoteker di Indonesia jauh dari
interaksi dengan pasien. Apoteker lebih banyak mengelola manajemen
pengadaan dan penyaluran (managing drug supply), dari mulai seleksi,
procurement, pengadaan sampai menjaga ketersediaan obat di sarana. Praktik
ini terjadi terutama di komunitas baik rumah sakit maupun apotek (Rubiyanto,
2010).
Apotek yang dipercaya sebagai tempat pelayanan kefarmasian, tetap saja
hanya sekedar sebagai tempat penjualan obat sebagai komoditi, tidak juga
bergeser ke orientasi pasien yang mengharuskan apoteker terlibat dalam proses
pelayanan kefarmasian. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kehadiran apoteker
yang sangat minim (Ahaditomo, 2004).
Situasi yang lebih buruk bisa saja terjadi sekarang apabila apoteker
Indonesia tidak segera berbenah melakukan perubahan untuk memperbaiki
kinerjanya. Mengingat kesadaran hukum yang meningkat dan majunya
teknologi informasi sehingga kasus-kasus yang awalnya hanya terjadi di daerah
menjadi kasus yang sifatnya nasional. Kekhawatiran itu sangat beralasan
mengingat pada level realitas, utilitas apoteker sebagai tenaga kesehatan sangat

rendah, tidak lebih dari 10% apoteker yang berkecimpung di rumah sakit dan
komunitas (apotek) berinteraksi intensif dengan pasien. Sebagian besar dari

iii
Universitas Sumatera Utara

mereka lebih tertarik mengurusi managing drug supply atau bahkan tidak aktif
sama sekali, istilah populernya “TEKAB” yaitu Teken kabur, yang artinya
habis teken gaji langsung kabur. Kondisi yang sangat parah terjadi di
komunitas (apotek) di mana praktik apoteker praktis tidak terjadi dan pekerjaan
kefarmasian didelegasikan kepada asisten apoteker atau bahkan para pemilik
modal. Sehingga praktik apoteker selama puluhan tahun ini praktis tidak
terdefinisikan dan tidak pernah dikenali oleh pencari layanan (pasien)
(Rubiyanto, 2010).
Menurut Saragi dan Fransiscus (2004), pengelolaan apotek sebagai suatu
usaha saat ini tidak bisa lagi sebatas berdagang semata, yaitu “pesan barang,
simpan, jual dan kembali pesan”. Pengelolaan sebuah apotek oleh seorang
apoteker seharusnya adalah melaksanakan kegiatan manajemen secara utuh
(mulai penentuan lokasi, persiapan sarana/prasarana, penyiapan ketenagaan,
produk, keuangan sampai kepada memasarkannya) dan praktik profesinya yang

berhubungan langsung dengan pasien (patient oriented).
Penelitian tentang profil pelayanan kefarmasian di apotek setelah 5 tahun
standar pelayanan kefarmasian di apotek ditetapkan dan setelah 2 tahun
dilaksanakannya PUKA di kota Medan, menyimpulkan bahwa ternyata praktik
farmasi komunitas/apotek masih dilaksanakan sebagaimana tahun-tahun
sebelumnya. Obat keras tetap dikelola sebagai komoditas ekonomi yang
seolah tanpa risiko kepada penggunanya, lebih banyak dijual tanpa resep
dokter dan dilakukan oleh siapa saja, demikian juga sikap dan perilaku
apoteker dalam menjalani kehidupan berprofesi, masih jauh dari sikap dan

iv
Universitas Sumatera Utara

perilaku profesional (Wiryanto, 2009).
Ditetapkannya Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan
Peraturan Pemerintah (PP) No 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
membawa harapan baru akan terjadinya perubahan praktik kefarmasian di
rumah sakit dan komunitas (apotek) bahkan juga di puskesmas dan
klinik/poliklinik. Menurut PP No 51 tahun 2009, apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker.

Peraturan perundangan tersebut dengan tegas mengamanatkan bahwa praktik
kefarmasian dari hulu sampai hilir harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, tenaga kesehatan
yang dimaksud tidak ada yang lain kecuali apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian (Presiden RI, 2009).

1.2 Kerangka Penelitian

Variabel Bebas
Aspek



Variabel Terikat
Profil pemenuhan
standar praktik
kefarmasian

Instrumen penelitian


40 elemen standar
praktik
kefarmasian









Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Bawah standar
Tidak layak
Sangat tidak layak


v
Universitas Sumatera Utara

1.3 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana profil
pemenuhan standar praktik kefarmasian beberapa apotek di kota Medan.

1.4 Hipotesis Penelitian
Profil pemenuhan standar praktik kefarmasian beberapa apotek di kota
Medan masih belum mencapai kriteria ideal.

1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pemenuhan standar
praktik kefarmasian beberapa apotek di kota Medan.

1.6 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan
peneliti mengenai tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian
beberapa apotek di kota Medan
2. Penelitian ini sangat bermanfaat sebagai dasar pelaksanaan langkahlangkah pembinaan dan pengawasan praktik kefarmasian beberapa

apotek di kota Medan

vi
Universitas Sumatera Utara