Analisis Pengembangan Objek Wisata Pemandian Alam Karang Anyar, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalingun, Provinsi Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Ekowisata
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip
konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan
strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna
dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih
alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya
karena desakan dan tuntutan dari padar eco-traveler (Fandeli, 2000).
Di dalam pemanfaatan areal hutan alam untuk ekowisata mempergunakan
pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan
dengan
menitikberatkan “pelestarian”
dibanding
pemanfaatan.
Kemudian
pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat
setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan
kesejahteraannya. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur
conservation taxuntuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan
masyarakat lokal(Lindberg, 1991).
Untuk mengusahakan ekowisata disuatu tempat, yang perlu dikenali
adalah keadaan alam (keindahan dan daya tarik) yang spesifik atau unik dari objek
objek wisata yang bersangkutan, prasarana yang tersedia (lancar/tidak lancar,
nyaman/tidak nyaman, sudah lengkap, masih harus diadakan, atau dilengkapkan),
tersedianya sumberdaya manusia (yang terlatih maupun yang dapat dilatih),
tingkat pendidikan dan budaya masyarakatnya (Saleh, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Walaupun banyak nilai-nilai positif yang ditawarkan dalam konsep
ekowisata, namun model ini masih menyisakan kritik dan persoalan terhadap
pelaksanaanya. Beberapa kritikan terhadap konsep ekowisata antara lain:
1) Dampak negatif dari pariwisata terhadap kerusakan lingkungan. Meski konsep
ecotourism mengedepankan isu konservasi didalamnya, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa pelanggaranterhadap hal tersebut masih saja ditemui di
lapangan. Hal ini selain disebabkan karenarendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat sekitar dan turis tentang konsep ekowisata,juga
disebabkan karena lemahnya manajemen dan peran pemerintah dalam
mendorong upayakonservasi dan tindakan yang tegas dalam mengatur masalah
kerusakan lingkungan.
2) Rendahnya partisipasi masyarakat dalam ekowisata. Dalam pengembangan
wilayah ekowisata seringkali melupakan partisipasi masyarakat sebagai
stakeholder penting dalam pengembangan wilayah atau kawasan wisata.
Masyarakat sekitar seringkali hanya sebagai obyek atau penonton, tanpa
mampu terlibat secara aktif dalam setiap proses-proses ekonomi didalamnya.
3) Pengelolaan yang salah. Persepsi dan pengelolaan yang salah dari konsep
ekowisata seringkali terjadi dibeberapa wilayah di Indonesia. Hal ini selain
disebabkan karena pemahaman yang rendah dari konsep ekowisata juga
disebabkan karena lemahnya peran dan pengawasan pemerintah untuk
mengembangkan wilayah wisata secara baik.
(Satria, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Konsep Ekowisata (Wisata Alam)
Wisata alam atau sering disebut juga sebagai ekowisata atau ecotourism
juga adalah suatu perjalanan menuju suatu tempat tertentu dipermukiman bumi
untuk menikmati keindahan dan keajaiban alam tanpa sentuhan pembangunan.
Baik berupa panorama alam, gemercik air di sungai, deburan ombak, heningnya
suasana gua, hijaunya hutan dan bahkan kehidupan sosial budaya suatu
masyarakat
pedalaman
yang
belum
tersentuh
oleh
teknologi
modern
(Nandi, 2005).
Ekowisata dapat dipahami sebagai perjalanan yang di sengaja ke kawasankawasan alamiah untuk memahami budaya dan sejarah lingkungan tersebut sambil
menjaga agar keutuhan kawasan tidak berubah dan menghasilkan peluang untuk
pendapatan masyarakat sekitarnya sehingga mereka merasakan manfaat dari
upaya pelestarian sumber daya alam (Astriani, 2008).
Ekowisata alam di dalam kawasan konservasi bertujuan untuk
melestarikan keanekaragaman hayati ekosistemnya dan memperoleh penghasilan
untuk kepentingan kawasan, masyarakat lokal, pemerintah daerah dan pengelola.
Undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah
daerah
khususnya
dalam
melakukan
perencanaan
kegiatan
pembangunan secara mandiri, diharapkan mampu mengoptimalkan setiap sumber
daya yang dimiliki bagi pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan. Berdasarkan hal tersebut dalam pengelolaan sumberdaya khususnya
sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan berupa pengembangan wisata
alam maupun ekowisata yang berbasis pada penguatan peran daerah dan
masyarakat (Latupapua, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Potensi Ekowisata
Potensi kawasan ekowisata di Indonesia sangat besar. Objek tersebut
tersebar di darat (dalam kawasan hutan konservasi) maupun di laut (dalam bentuk
taman nasional laut). Kajian atas sembilan kawasan konservasi di Indonesia,
dilakukan oleh Dirjen Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen
Kehutanan bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA)
dan RAKATA pada tahun 2000memperlihatkan tidak saja keunikan tetapi juga
keragaman
objek
merupakan
potensi
besar
pengembangan
ekowisata.
Hampirsemua objek dan daya tarik wisata (ODTW) tersebut sudah beroperasi dan
banyak menarik wisatawan (Damanik dan Weber, 2006).
Pengembangan Ekowisata
Dewasa ini, ekowisata merupakan salah satu pendekatan untuk
mewujudkan pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Ekowisata
didefenisikan oleh International Ecotourism Societysebagai : a responsible travel
and improves the welfare of local people. Sementara itu, menurut Hadinoto,
ekowisata adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan keaslian
lingkungan alam, dimana terjadi interaksi antara lingkungan alam dan aktivitas
rekreasi, konservasi dan pengembangan, serta antara penduduk dan wisatawan.
Dari
defenisi
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
kegiatan
ekowisata
mengintegrasikan kegiatan pariwisata, konservasi dan pemberdayaan masyarakat
lokal, sehingga masyarakat setempat dapat ikut serta menikmati keuntungan dari
kegiatan wisata tersebut melalui pengembangan potensi-potensi lokal yang
dimiliki (Mukaryanti et al., 2005).
Universitas Sumatera Utara
Pengembanganekowisataberwawasanlingkunganmerupakansalahsatu
usaha bisnis dibidang kehutanan dengan menekankankepada penjualan jasa
kepadawisatawanmelaluiobyek
wisata
kehutanandenganpengelolaanramah
lingkungan. Ekowisata dapat dikembangkan dalam kawasan hutan produksi,
lindung dan konservasi. Apabila di dalam kawasan hutan terdapat pedesaan
dengan komunitas asli, akan dapat dikembangkan pula wisata minat khusus.
Kawasan hutan saat ini sedang dilanda penebangan oleh masyarakat karena
kecemburuan sosial setelah sekitar tiga dekade hutan produksi dikuras oleh HPH.
Masyarakat lokal dapat diberdayakan dalam kegiatan ekowisata atau wisata minat
khusus. Oleh karena masyarakat terserap pada kegiatan ekowisata ini, maka
kerusakan hutan dapat dihindarkan. Apalagi bila dilibatkan dalam kegiatan minat
khusus ini membutuhkan banyak pelayanan yang dapat dilakukan oleh masyarakat
setempat (Fandeli dan Mukhlison, 2000).
Agar
pengembangan
ekowisata
dapat
berkelanjutan,
maka
perlu
diperhatikan kode etik pengembangan ekowisata seperti yang ditetapkan dalam
konferensi ekowisata tahun 1999 yang mengatur etika global ekowisata untuk
menjamin sumber daya alam yang menjadi sumber kehidupan kepariwisataan dan
melindungi lingkungan dari dampak buruk kegiatan bisnis ekowisata. Adapun
kode etik dalam pengembangan ekowisata global ini, dapat dilihat seperti
penjelasan dibawah ini :
1. KewajibanPemerintah
a. Melakukan perlindungan terhadap wisatawan dan pemberian kemudahan
dalam penyediaan informasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan kepariwisataan dan
secara adil menikmati keuntungan ekonomi, sosial, dan budaya.
c. Kebijakan
ekowisata
harus
diarahkan
sedemikian
rupa
agar
dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.
d. Kebijakan dan kegiatan ekowisataharus diarahkan dalam rangkaian: (a)
penghormatan, perlindungan, pemeliharaan terhadap warisan kekayaan seni,
arkeologi, budaya, monumen, tempat suci, museum, tempat bersejarah: (b)
kelangsungan hidup dan berkembangnya hasil-hasil budaya, seni tradisional
dan seni rakyat.
e. Menjaga kelestarian lingkungan alam, dalam perspektif pertumbuhan ekonomi
yang sehat berkelanjutan dan berkesinambungan.
2. Kewajiban dan hak usaha ekowisata
a. Kewajiban :
1) Memberikan informasi yang objektif tentang tempat-tempat tujuan dan kondisi
perjalanan pada para wisatawan.
2) Memperhatikan keamanan, keselamatan dan mengusahakan adanya sistem
asuransi bagi para wisatawan.
3) Harus melakukan studi tentang dampak rencana pembangunan terhadap
lingkungan hidup dan alam sekitar.
b. Hak :
1) Pajak-pajak dan beban-beban khusus yang memberatkan bagi industri
ekowisata serta merugikan dalam persaingan harus dihapuskan atau diperbaiki
secara bertahap.
Universitas Sumatera Utara
2) Pengusaha dan penanam modal terutama dari kalangan perusahaan kecil dan
menengah berhak mendapat kemudahan akses memasuki sektor wisata.
3. Kewajiban dan Hak Masyarakat
a. Kewajiban :
Harus belajar untuk mengerti dan menghormati para wisatawan yang
mengunjungi mereka.
b. Hak :
1) Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan kepariwisataan, dan
secara adil menikmati keuntungan ekonomis, sosial dan budaya yang mereka
usahakan, dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
2) Wisata alam dan ekowisata sebagai bentuk kegiatan pariwisata dapat
memperkaya dan meningkatkan penghasilan, apabila dikelola dengan
menghormati lingkungan alam dan melibatkan penduduk setempat.
(Waluyo, 2007).
Aksesbilitas merupakan syarat yang penting sekali untuk objek wisata.
Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin suatu objek
mendapat kunjungan wisata. Objek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan
harus mudah dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Oleh karena
itu harus selalu ada jalan menuju objek wisata. Jalan itu merupakan aksess ke
objek dan jalan akses itu harus berhubungan dengan prasarana umum. Kondisi
jalan umum dan jalan akses menentukan aksesbilitas suatu objek wisata
(Soekadijo, 2000)
WTO (2002) batasan mengenai pengembangan obyek dan daya tarik
ekowisata sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Semua jenis ekowisata yang berbasiskan alam yang mana tujuan utama dari
wisatawan adalah untuk mengamati dan memberikan apresiasi terhadap alam,
tradisi dan budaya yang ada di kawasan tersebut.
2. Mengandung unsur pendidikan dan enterpretasi.
3.
Dikelola oleh pelaku pariwisata lokal dan pangsa pasarnya adalah kelompokkelompok kecil.
4. Meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan alam dan kehidupan
sosial budaya.
5. Membantu pelestarian atau konservasi alam.
6. Memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal, organisasi terkait
dan pihak berwenang.
7.
Memberikan lapangan kekeijaan dan pendapatan alternatif kepada masyarakat
lokal.
8. Meningkatkan kesadaran terhadap pelestarian aset-aset alam dan budaya bagi
para wisatwan dan masyarakat lokal.
Di dalam pengelolaan suatu obyek dan daya tarik wisata sebagai suatu
destinasi, pengelola harus meletakkan aspek destinasi pada posisi terkait dengan
aspek
lainnya.
Dalam
sistem
kepariwisataan
terdapat
empat
aspek
penting,termasuk destinasi yang harus dikembangkandan dikelola. Keempat aspek
tersebut adalahdestinasi (destination ), pemasaran (marketing ),pasar (market), dan
perjalanan (travel). Padadasarnya bagi pengelola suatu ODTW, keempataspek
harus direncanakan bersama stakeholder terkait untuk menentukan strategi dan
programpengelolaan masing-masing aspek (Fandeli,2002).
Universitas Sumatera Utara
Damanik dan Weber (2006) mengatakan bahwa agak berbeda dengan studi
kelayakan, analisis sumberdaya ekowisata sudah harus menghasilkan sintesis yang
akan dijadikan basis proyek. Bahkan hasil analisis ini merupakan produk akhir
untuk menyimpulkan apakah proyek ekowisata dapat dilakukan atau tidak. Oleh
karena itu semua pihak, khususnya masyarakat lokal, perlu mengetahui apa
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh kawasan dan objek wisata tersebut.
Perencanaan
pembangunan
menggunakanmetode7(tujuh)langkah
yangmeliputitahapdefinisi
masalah,
berbasis
masyarakat
salah
satunya
perencanaan(sevenmagicstep )
tujuan,analisis
kondisi,
altenatif
kebijakan,pilihanalternatif,implementasi dan pemantauan (Hadi,2005).
Jenis Obyek dan Daya tarik Wisata
Menurut Edward(1991) mengatakan bahwa suatu objek wisata harus
mempunyai 5 unsur pentingyaitu:
1. Daya tarik
Daya tarik merupakan faktor utama yang menarik wisatawan mengadakan
perjalanan mengunjungi suatu tempat, baik suatu tempat primer yang menjadi
tujuan utamanya, atau tujuan sekunder yang dikunjungi dalam suatu perjalanaan
primer karena keinginannya untuk menyaksikan, merasakan, dan menikmati daya
tarik tujuan tersebut. Sedangkan daya tarik sendiri dapat diklasifikan kedalam
daya tarik lokasi yang merupakan daya tarik permanen.
2. Prasarana Wisata
Prasarana wisata ini dibutuhkan untuk melayani wisatawan selama
perjalanan wisata. Fasilitas ini cenderung berorientasi pada daya tarik wisata di
suatu lokasi, sehingga fasilitas ini harus terletak dekat dengan objek wisatanya.
Universitas Sumatera Utara
Prasarana wisata cenderung mendukung kecenderungan perkembangan pada saat
yang bersamaan. Prasarana wisata ini terdiri dari:
a. Prasarana akomodasi
Prasarana akomodasi ini merupakan fasilitas utama yang sangat penting
dalam kegiatan wisata. Prasarana pendukung harus terletak ditempat yang mudah
dicapai oleh wisatawan. Pola gerakan wisatawan harus diamati atau diramalkan
untuk menentukan lokasi yang optimal mengingat prasarana pendukung akan
digunakan untuk melayani mereka.
3. Sarana Wisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan
untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.
Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu
harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata
antara lain biro perjalanan, alat transportasi, dan alat komunikasi, serta sarana
pendukung lainnya.
4. Infrastruktur
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana
wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas
permukaan tanah dan dibawah tanah, Infrastruktur yang memadai dan terlaksana
dengan baik di daerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi sarana
wisata, sekaligus membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
a. Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran
wisatawan tersebut, sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh
para wisatawan. Layanan yang khusus dalam penyajiannya serta mempunyai
kekhasan sendiri akan memberikan kesan yang mendalam. Untuk itu masyarakat
di sekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang
dibutuhkan oleh para wisatawan.
b. Lingkungan
Disamping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di
sekitarobjek wisata pun perlu diperhatikan dengan seksama agar tidak rusak dan
tercemar. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk menjaga kelestarian
lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan
suatu objek wisata.
c. Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata
merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup
suatu masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya ini pun kelestariannya tak
boleh tercemar oleh budaya asing.
Analisis SWOT
Analisis SWOT yakni mencakup upaya-upaya untuk mengenali kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan kinerja perusahaan.
Informasi eksternal mengeni peluang dan ancaman dapat diperoleh dari banyak
sumber,
termasuk
pelanggan,
dokumen
pemerintah,
pemasok, kalangan
perbankan, rekan diperusahaan lain. Banyak perusahaan menggunakan jasa
Universitas Sumatera Utara
lembaga pemindaian untuk memperoleh keliping surat kabar, riset di internet, dan
analisis tren-tren domestik dan global yang relevan (Richard, 2010).
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan mengenai
analisis pengembangan
wisata alam yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain olehAndi
Handoko (2004) Penelitian dilakukan di daerah pesisir selatanKabupaten
Kebumen dengan judul “Kajian Potensi Obyek Wisata Pantai diWilayah Pesisir
Pantai Selatan Kabupaten Kebumen”. Tujuan dari penelitian iniadalah mengetahui
potensi pantai yang belum berkembang di daerahpenelitian dan pengaruh sarana
jalan terhadap tingkat potensi obyek pantai.Analisa yang digunakan yaitu analisis
data primer dan data sekunder, denganklasifikasi potensi internal dan eksternal.
Faktor ketersediaan saranatrasportasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap
perkembangan objekwisata pantai di Kabupaten Kebumen.
Peneliti lainnya dilakukan olehNilam Sari (2008)dengan “Peluang
Pengembangan Usaha Ekowisata Kawasan Wisata Alam Sangkima Di Taman
Nasional Kutai( The Opportunity of Enhancing Ecoturism Businesses in
SangkimaEcoturism Area, Kutai National Park) Kawasan Wisata Alam Sangkima
merupakan salah satu objek wisata yang terletak di TamanNasional Kutai yang
memiliki kekayaan dan daya tarik yang beranekaragam sehingga prospektifuntuk
pengembangan ekowisata dengan obyek yang dapat dipasarkan kepada konsumen
dalam danluar negeri. Hal tersebut bisa memberikan keuntungan yang besar bagi
TNK. Untuk melihatpeluang ekowisata tersebut digunakan Analisa SWOT.
Tujuan dari penelitian ini adalah memberdayakan masyarakat daerah penyangga
dalam menjalankan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kewajibannya untuk
Universitas Sumatera Utara
menjaga hutan dan juga memperoleh hak dalam pemanfaatannya. Dengan
demikian menciptakan keseimbangan yang positif antara tujuan komersial usaha,
lingkungan yang baik dan peningkatan nilai ekonomi bagi masyarakat lokal dapat
direalisasikan.
Penelitian selanjutnya dilakukan olehTatag dkk (2011) yang berjudul
“Kajian potensi dan strategi pengembangan ekowisata di cagar alam Pulau Sempu
Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menilai kondisi Pulau Sempu, menilai potensi pariwisata dan menilai strategi
yang tepat untuk pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Sempu. Penelitian
ini dilakukan dengan survei metode, metode pengumpulan data meliputi data
primer dan sekunder. Analisis data untuk menentukan strategi pengembangan
ekowisata di kawasan Cagar Alam Pulau Sempu digunakan Analisis SWOT dan
untuk menentukan keputusan terbaik dalam kriteria seleksi terhadap aspek
(Ekonomi, lingkungan dan sosial) untuk mendekati proses hirarki analisis (AHP),
adalah untuk menilai manfaat dari dampak positif dan pengembangan biaya
dampak negatif pariwisata berdasarkan stakeholder persepsi. Hasil analisis SWOT
dan AHP arahan yang dihasilkan strategi pengembangan pariwisata adalah:untuk
mengevaluasi fungsi dan status kawasan.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian.
Desa Karang Anyar terletak di Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten
Simalungun, Provinsi SumateraUtara. Desa Karang Anyar berjarak 10 km dari
Kabupaten Simalungun, 8 km dari Kecamatan Gunung Maligas, dan 115 km dari
Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini bertopografi rendah dengan luas wilayah 284
Ha. Secara administrasi Desa Karang Anyar mempunyai batas-batas wilayah
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Sebelah Utara
: Kecamatan Gunung Maligas
Sebelah Selatan
: Pematang Siantar
Sebelah Barat
: Desa Karang Sari
Sebelah Timur
: Desa Karang Rejo
Objek wisata Pemandian Alam Karang Anyar ini berada pada ketinggian
20–1.400 mdpl. Secara geografis kawasan wisata alam ini terletak diantara 2,36°–
3,18° LU dan 98,32°–99,35° BT. Keadaan iklim bertemperatur sedang, suhu
tertinggi terdapat pada Bulan Juli dengan rata-rata 26,4°C. Rata–rata suhu udara
tertinggi pertahun adalah 29,3°C dan terendah 20,6°C. Kelembapan udara ratarata perbulan 84,2 % dengan kelembapan tertinggi terjadi pada Bulan Desember
yaitu
87,42%
dengan
penguapan
rata-rata
3,35mm/hari
(Pemerintahan Kabupaten Simalungun, 2014).
Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat
Desa Karang Anyar memiliki jumlah penduduk sebanyak 2692 jiwa.
Jumlah penduduk dengan mata pencaharian bekerja sebagai petani sebanyak
78,90 %, buruh bangunan 8,44 %, buruh tani sebanyak 3,87 %, peternak sebanyak
sebanyak 0,78 %. Penggunaan lahan desa Karang Anyar mempunyai luas wilayah
284 ha. Penggunaan lahan menurut fungsinya terdiri atas penggunaan 4,47%, PNS
dan pensiunan sebanyak 3,27%, dan pedangang pemukiman, sawah, ladang,
kolam, tegal, kuburan, taman rekreasi dan lainnya. penggunaan lahan lebih
banyak digunakan untuk sawah yaitu sebesar 204 ha (71,84 %), selebihnya untuk
ladang 46 ha (16,19 %), pemukiman 18 ha (6,33 %), kolam 8 ha (2,81 %), dan
untuk penggunaan lainnya 8 ha (2,81%) (Kecamatan Gunung Maligas, 2014).
Universitas Sumatera Utara
Desa Karang Anyar memiliki pemandian berupa kolam yang dinamakan
Pemandian Alam Karang Anyar. Air sejuk objek wisata Pemandian Alam Karang
Anyar keluar dari dalam mulut gua berdiameter 5m, dan membelah Dusun VI
Desa Karang Anyar.
Pemandian ini dibangun pada zaman Hindia Belanda.
Pemandian ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan air minum untuk warga.
Lokasi wisata ini mengalir di areal Perkebunan Laras PTPN IV Bah Jambi
yang berjarak sekitar 10 km dari Pematang Siantar, berada di Nagori Karang
Anyar, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, pemandian ini
relatif mudah dijangkau. Lokasi wisata ini berada di areal hutanalam seluas 10 ha.
Hanya butuh sekitar 30-60 menit mengendarai sepeda motor, mobil atau
kendaraan
umum
agar
sampai
pada
lokasi
wisata
tersebut
(Kecamatan Gunung Maligas, 2014).
Objek wisata Pemandian Alam merupakan objek wisata satu-satunya yang
dimiliki oleh Desa Karang Anyar. Objek wisata ini memiliki udara yang sejuk
dengan airnya yang biru dalam kondisi yang tenang dan bersih. Air yang ada di
sini sangat jernih dan menyejukkan karena langsung berasal dari mata air
sehingga kejernihannya masih terjaga dengan baik. Air yang berasal dari mata air
ini membuat tubuh akan menjadi rileks dan bugar kembali.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian Ekowisata
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip
konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan
strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna
dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih
alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya
karena desakan dan tuntutan dari padar eco-traveler (Fandeli, 2000).
Di dalam pemanfaatan areal hutan alam untuk ekowisata mempergunakan
pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan
dengan
menitikberatkan “pelestarian”
dibanding
pemanfaatan.
Kemudian
pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat
setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan
kesejahteraannya. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur
conservation taxuntuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan
masyarakat lokal(Lindberg, 1991).
Untuk mengusahakan ekowisata disuatu tempat, yang perlu dikenali
adalah keadaan alam (keindahan dan daya tarik) yang spesifik atau unik dari objek
objek wisata yang bersangkutan, prasarana yang tersedia (lancar/tidak lancar,
nyaman/tidak nyaman, sudah lengkap, masih harus diadakan, atau dilengkapkan),
tersedianya sumberdaya manusia (yang terlatih maupun yang dapat dilatih),
tingkat pendidikan dan budaya masyarakatnya (Saleh, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Walaupun banyak nilai-nilai positif yang ditawarkan dalam konsep
ekowisata, namun model ini masih menyisakan kritik dan persoalan terhadap
pelaksanaanya. Beberapa kritikan terhadap konsep ekowisata antara lain:
1) Dampak negatif dari pariwisata terhadap kerusakan lingkungan. Meski konsep
ecotourism mengedepankan isu konservasi didalamnya, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa pelanggaranterhadap hal tersebut masih saja ditemui di
lapangan. Hal ini selain disebabkan karenarendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat sekitar dan turis tentang konsep ekowisata,juga
disebabkan karena lemahnya manajemen dan peran pemerintah dalam
mendorong upayakonservasi dan tindakan yang tegas dalam mengatur masalah
kerusakan lingkungan.
2) Rendahnya partisipasi masyarakat dalam ekowisata. Dalam pengembangan
wilayah ekowisata seringkali melupakan partisipasi masyarakat sebagai
stakeholder penting dalam pengembangan wilayah atau kawasan wisata.
Masyarakat sekitar seringkali hanya sebagai obyek atau penonton, tanpa
mampu terlibat secara aktif dalam setiap proses-proses ekonomi didalamnya.
3) Pengelolaan yang salah. Persepsi dan pengelolaan yang salah dari konsep
ekowisata seringkali terjadi dibeberapa wilayah di Indonesia. Hal ini selain
disebabkan karena pemahaman yang rendah dari konsep ekowisata juga
disebabkan karena lemahnya peran dan pengawasan pemerintah untuk
mengembangkan wilayah wisata secara baik.
(Satria, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Konsep Ekowisata (Wisata Alam)
Wisata alam atau sering disebut juga sebagai ekowisata atau ecotourism
juga adalah suatu perjalanan menuju suatu tempat tertentu dipermukiman bumi
untuk menikmati keindahan dan keajaiban alam tanpa sentuhan pembangunan.
Baik berupa panorama alam, gemercik air di sungai, deburan ombak, heningnya
suasana gua, hijaunya hutan dan bahkan kehidupan sosial budaya suatu
masyarakat
pedalaman
yang
belum
tersentuh
oleh
teknologi
modern
(Nandi, 2005).
Ekowisata dapat dipahami sebagai perjalanan yang di sengaja ke kawasankawasan alamiah untuk memahami budaya dan sejarah lingkungan tersebut sambil
menjaga agar keutuhan kawasan tidak berubah dan menghasilkan peluang untuk
pendapatan masyarakat sekitarnya sehingga mereka merasakan manfaat dari
upaya pelestarian sumber daya alam (Astriani, 2008).
Ekowisata alam di dalam kawasan konservasi bertujuan untuk
melestarikan keanekaragaman hayati ekosistemnya dan memperoleh penghasilan
untuk kepentingan kawasan, masyarakat lokal, pemerintah daerah dan pengelola.
Undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah
daerah
khususnya
dalam
melakukan
perencanaan
kegiatan
pembangunan secara mandiri, diharapkan mampu mengoptimalkan setiap sumber
daya yang dimiliki bagi pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan. Berdasarkan hal tersebut dalam pengelolaan sumberdaya khususnya
sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan berupa pengembangan wisata
alam maupun ekowisata yang berbasis pada penguatan peran daerah dan
masyarakat (Latupapua, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Potensi Ekowisata
Potensi kawasan ekowisata di Indonesia sangat besar. Objek tersebut
tersebar di darat (dalam kawasan hutan konservasi) maupun di laut (dalam bentuk
taman nasional laut). Kajian atas sembilan kawasan konservasi di Indonesia,
dilakukan oleh Dirjen Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen
Kehutanan bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA)
dan RAKATA pada tahun 2000memperlihatkan tidak saja keunikan tetapi juga
keragaman
objek
merupakan
potensi
besar
pengembangan
ekowisata.
Hampirsemua objek dan daya tarik wisata (ODTW) tersebut sudah beroperasi dan
banyak menarik wisatawan (Damanik dan Weber, 2006).
Pengembangan Ekowisata
Dewasa ini, ekowisata merupakan salah satu pendekatan untuk
mewujudkan pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Ekowisata
didefenisikan oleh International Ecotourism Societysebagai : a responsible travel
and improves the welfare of local people. Sementara itu, menurut Hadinoto,
ekowisata adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan keaslian
lingkungan alam, dimana terjadi interaksi antara lingkungan alam dan aktivitas
rekreasi, konservasi dan pengembangan, serta antara penduduk dan wisatawan.
Dari
defenisi
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
kegiatan
ekowisata
mengintegrasikan kegiatan pariwisata, konservasi dan pemberdayaan masyarakat
lokal, sehingga masyarakat setempat dapat ikut serta menikmati keuntungan dari
kegiatan wisata tersebut melalui pengembangan potensi-potensi lokal yang
dimiliki (Mukaryanti et al., 2005).
Universitas Sumatera Utara
Pengembanganekowisataberwawasanlingkunganmerupakansalahsatu
usaha bisnis dibidang kehutanan dengan menekankankepada penjualan jasa
kepadawisatawanmelaluiobyek
wisata
kehutanandenganpengelolaanramah
lingkungan. Ekowisata dapat dikembangkan dalam kawasan hutan produksi,
lindung dan konservasi. Apabila di dalam kawasan hutan terdapat pedesaan
dengan komunitas asli, akan dapat dikembangkan pula wisata minat khusus.
Kawasan hutan saat ini sedang dilanda penebangan oleh masyarakat karena
kecemburuan sosial setelah sekitar tiga dekade hutan produksi dikuras oleh HPH.
Masyarakat lokal dapat diberdayakan dalam kegiatan ekowisata atau wisata minat
khusus. Oleh karena masyarakat terserap pada kegiatan ekowisata ini, maka
kerusakan hutan dapat dihindarkan. Apalagi bila dilibatkan dalam kegiatan minat
khusus ini membutuhkan banyak pelayanan yang dapat dilakukan oleh masyarakat
setempat (Fandeli dan Mukhlison, 2000).
Agar
pengembangan
ekowisata
dapat
berkelanjutan,
maka
perlu
diperhatikan kode etik pengembangan ekowisata seperti yang ditetapkan dalam
konferensi ekowisata tahun 1999 yang mengatur etika global ekowisata untuk
menjamin sumber daya alam yang menjadi sumber kehidupan kepariwisataan dan
melindungi lingkungan dari dampak buruk kegiatan bisnis ekowisata. Adapun
kode etik dalam pengembangan ekowisata global ini, dapat dilihat seperti
penjelasan dibawah ini :
1. KewajibanPemerintah
a. Melakukan perlindungan terhadap wisatawan dan pemberian kemudahan
dalam penyediaan informasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan kepariwisataan dan
secara adil menikmati keuntungan ekonomi, sosial, dan budaya.
c. Kebijakan
ekowisata
harus
diarahkan
sedemikian
rupa
agar
dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.
d. Kebijakan dan kegiatan ekowisataharus diarahkan dalam rangkaian: (a)
penghormatan, perlindungan, pemeliharaan terhadap warisan kekayaan seni,
arkeologi, budaya, monumen, tempat suci, museum, tempat bersejarah: (b)
kelangsungan hidup dan berkembangnya hasil-hasil budaya, seni tradisional
dan seni rakyat.
e. Menjaga kelestarian lingkungan alam, dalam perspektif pertumbuhan ekonomi
yang sehat berkelanjutan dan berkesinambungan.
2. Kewajiban dan hak usaha ekowisata
a. Kewajiban :
1) Memberikan informasi yang objektif tentang tempat-tempat tujuan dan kondisi
perjalanan pada para wisatawan.
2) Memperhatikan keamanan, keselamatan dan mengusahakan adanya sistem
asuransi bagi para wisatawan.
3) Harus melakukan studi tentang dampak rencana pembangunan terhadap
lingkungan hidup dan alam sekitar.
b. Hak :
1) Pajak-pajak dan beban-beban khusus yang memberatkan bagi industri
ekowisata serta merugikan dalam persaingan harus dihapuskan atau diperbaiki
secara bertahap.
Universitas Sumatera Utara
2) Pengusaha dan penanam modal terutama dari kalangan perusahaan kecil dan
menengah berhak mendapat kemudahan akses memasuki sektor wisata.
3. Kewajiban dan Hak Masyarakat
a. Kewajiban :
Harus belajar untuk mengerti dan menghormati para wisatawan yang
mengunjungi mereka.
b. Hak :
1) Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan kepariwisataan, dan
secara adil menikmati keuntungan ekonomis, sosial dan budaya yang mereka
usahakan, dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
2) Wisata alam dan ekowisata sebagai bentuk kegiatan pariwisata dapat
memperkaya dan meningkatkan penghasilan, apabila dikelola dengan
menghormati lingkungan alam dan melibatkan penduduk setempat.
(Waluyo, 2007).
Aksesbilitas merupakan syarat yang penting sekali untuk objek wisata.
Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin suatu objek
mendapat kunjungan wisata. Objek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan
harus mudah dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Oleh karena
itu harus selalu ada jalan menuju objek wisata. Jalan itu merupakan aksess ke
objek dan jalan akses itu harus berhubungan dengan prasarana umum. Kondisi
jalan umum dan jalan akses menentukan aksesbilitas suatu objek wisata
(Soekadijo, 2000)
WTO (2002) batasan mengenai pengembangan obyek dan daya tarik
ekowisata sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Semua jenis ekowisata yang berbasiskan alam yang mana tujuan utama dari
wisatawan adalah untuk mengamati dan memberikan apresiasi terhadap alam,
tradisi dan budaya yang ada di kawasan tersebut.
2. Mengandung unsur pendidikan dan enterpretasi.
3.
Dikelola oleh pelaku pariwisata lokal dan pangsa pasarnya adalah kelompokkelompok kecil.
4. Meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan alam dan kehidupan
sosial budaya.
5. Membantu pelestarian atau konservasi alam.
6. Memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal, organisasi terkait
dan pihak berwenang.
7.
Memberikan lapangan kekeijaan dan pendapatan alternatif kepada masyarakat
lokal.
8. Meningkatkan kesadaran terhadap pelestarian aset-aset alam dan budaya bagi
para wisatwan dan masyarakat lokal.
Di dalam pengelolaan suatu obyek dan daya tarik wisata sebagai suatu
destinasi, pengelola harus meletakkan aspek destinasi pada posisi terkait dengan
aspek
lainnya.
Dalam
sistem
kepariwisataan
terdapat
empat
aspek
penting,termasuk destinasi yang harus dikembangkandan dikelola. Keempat aspek
tersebut adalahdestinasi (destination ), pemasaran (marketing ),pasar (market), dan
perjalanan (travel). Padadasarnya bagi pengelola suatu ODTW, keempataspek
harus direncanakan bersama stakeholder terkait untuk menentukan strategi dan
programpengelolaan masing-masing aspek (Fandeli,2002).
Universitas Sumatera Utara
Damanik dan Weber (2006) mengatakan bahwa agak berbeda dengan studi
kelayakan, analisis sumberdaya ekowisata sudah harus menghasilkan sintesis yang
akan dijadikan basis proyek. Bahkan hasil analisis ini merupakan produk akhir
untuk menyimpulkan apakah proyek ekowisata dapat dilakukan atau tidak. Oleh
karena itu semua pihak, khususnya masyarakat lokal, perlu mengetahui apa
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh kawasan dan objek wisata tersebut.
Perencanaan
pembangunan
menggunakanmetode7(tujuh)langkah
yangmeliputitahapdefinisi
masalah,
berbasis
masyarakat
salah
satunya
perencanaan(sevenmagicstep )
tujuan,analisis
kondisi,
altenatif
kebijakan,pilihanalternatif,implementasi dan pemantauan (Hadi,2005).
Jenis Obyek dan Daya tarik Wisata
Menurut Edward(1991) mengatakan bahwa suatu objek wisata harus
mempunyai 5 unsur pentingyaitu:
1. Daya tarik
Daya tarik merupakan faktor utama yang menarik wisatawan mengadakan
perjalanan mengunjungi suatu tempat, baik suatu tempat primer yang menjadi
tujuan utamanya, atau tujuan sekunder yang dikunjungi dalam suatu perjalanaan
primer karena keinginannya untuk menyaksikan, merasakan, dan menikmati daya
tarik tujuan tersebut. Sedangkan daya tarik sendiri dapat diklasifikan kedalam
daya tarik lokasi yang merupakan daya tarik permanen.
2. Prasarana Wisata
Prasarana wisata ini dibutuhkan untuk melayani wisatawan selama
perjalanan wisata. Fasilitas ini cenderung berorientasi pada daya tarik wisata di
suatu lokasi, sehingga fasilitas ini harus terletak dekat dengan objek wisatanya.
Universitas Sumatera Utara
Prasarana wisata cenderung mendukung kecenderungan perkembangan pada saat
yang bersamaan. Prasarana wisata ini terdiri dari:
a. Prasarana akomodasi
Prasarana akomodasi ini merupakan fasilitas utama yang sangat penting
dalam kegiatan wisata. Prasarana pendukung harus terletak ditempat yang mudah
dicapai oleh wisatawan. Pola gerakan wisatawan harus diamati atau diramalkan
untuk menentukan lokasi yang optimal mengingat prasarana pendukung akan
digunakan untuk melayani mereka.
3. Sarana Wisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan
untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.
Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu
harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata
antara lain biro perjalanan, alat transportasi, dan alat komunikasi, serta sarana
pendukung lainnya.
4. Infrastruktur
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana
wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas
permukaan tanah dan dibawah tanah, Infrastruktur yang memadai dan terlaksana
dengan baik di daerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi sarana
wisata, sekaligus membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
a. Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran
wisatawan tersebut, sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh
para wisatawan. Layanan yang khusus dalam penyajiannya serta mempunyai
kekhasan sendiri akan memberikan kesan yang mendalam. Untuk itu masyarakat
di sekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang
dibutuhkan oleh para wisatawan.
b. Lingkungan
Disamping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di
sekitarobjek wisata pun perlu diperhatikan dengan seksama agar tidak rusak dan
tercemar. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk menjaga kelestarian
lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan
suatu objek wisata.
c. Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata
merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup
suatu masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya ini pun kelestariannya tak
boleh tercemar oleh budaya asing.
Analisis SWOT
Analisis SWOT yakni mencakup upaya-upaya untuk mengenali kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan kinerja perusahaan.
Informasi eksternal mengeni peluang dan ancaman dapat diperoleh dari banyak
sumber,
termasuk
pelanggan,
dokumen
pemerintah,
pemasok, kalangan
perbankan, rekan diperusahaan lain. Banyak perusahaan menggunakan jasa
Universitas Sumatera Utara
lembaga pemindaian untuk memperoleh keliping surat kabar, riset di internet, dan
analisis tren-tren domestik dan global yang relevan (Richard, 2010).
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan mengenai
analisis pengembangan
wisata alam yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain olehAndi
Handoko (2004) Penelitian dilakukan di daerah pesisir selatanKabupaten
Kebumen dengan judul “Kajian Potensi Obyek Wisata Pantai diWilayah Pesisir
Pantai Selatan Kabupaten Kebumen”. Tujuan dari penelitian iniadalah mengetahui
potensi pantai yang belum berkembang di daerahpenelitian dan pengaruh sarana
jalan terhadap tingkat potensi obyek pantai.Analisa yang digunakan yaitu analisis
data primer dan data sekunder, denganklasifikasi potensi internal dan eksternal.
Faktor ketersediaan saranatrasportasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap
perkembangan objekwisata pantai di Kabupaten Kebumen.
Peneliti lainnya dilakukan olehNilam Sari (2008)dengan “Peluang
Pengembangan Usaha Ekowisata Kawasan Wisata Alam Sangkima Di Taman
Nasional Kutai( The Opportunity of Enhancing Ecoturism Businesses in
SangkimaEcoturism Area, Kutai National Park) Kawasan Wisata Alam Sangkima
merupakan salah satu objek wisata yang terletak di TamanNasional Kutai yang
memiliki kekayaan dan daya tarik yang beranekaragam sehingga prospektifuntuk
pengembangan ekowisata dengan obyek yang dapat dipasarkan kepada konsumen
dalam danluar negeri. Hal tersebut bisa memberikan keuntungan yang besar bagi
TNK. Untuk melihatpeluang ekowisata tersebut digunakan Analisa SWOT.
Tujuan dari penelitian ini adalah memberdayakan masyarakat daerah penyangga
dalam menjalankan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kewajibannya untuk
Universitas Sumatera Utara
menjaga hutan dan juga memperoleh hak dalam pemanfaatannya. Dengan
demikian menciptakan keseimbangan yang positif antara tujuan komersial usaha,
lingkungan yang baik dan peningkatan nilai ekonomi bagi masyarakat lokal dapat
direalisasikan.
Penelitian selanjutnya dilakukan olehTatag dkk (2011) yang berjudul
“Kajian potensi dan strategi pengembangan ekowisata di cagar alam Pulau Sempu
Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menilai kondisi Pulau Sempu, menilai potensi pariwisata dan menilai strategi
yang tepat untuk pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Sempu. Penelitian
ini dilakukan dengan survei metode, metode pengumpulan data meliputi data
primer dan sekunder. Analisis data untuk menentukan strategi pengembangan
ekowisata di kawasan Cagar Alam Pulau Sempu digunakan Analisis SWOT dan
untuk menentukan keputusan terbaik dalam kriteria seleksi terhadap aspek
(Ekonomi, lingkungan dan sosial) untuk mendekati proses hirarki analisis (AHP),
adalah untuk menilai manfaat dari dampak positif dan pengembangan biaya
dampak negatif pariwisata berdasarkan stakeholder persepsi. Hasil analisis SWOT
dan AHP arahan yang dihasilkan strategi pengembangan pariwisata adalah:untuk
mengevaluasi fungsi dan status kawasan.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian.
Desa Karang Anyar terletak di Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten
Simalungun, Provinsi SumateraUtara. Desa Karang Anyar berjarak 10 km dari
Kabupaten Simalungun, 8 km dari Kecamatan Gunung Maligas, dan 115 km dari
Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini bertopografi rendah dengan luas wilayah 284
Ha. Secara administrasi Desa Karang Anyar mempunyai batas-batas wilayah
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Sebelah Utara
: Kecamatan Gunung Maligas
Sebelah Selatan
: Pematang Siantar
Sebelah Barat
: Desa Karang Sari
Sebelah Timur
: Desa Karang Rejo
Objek wisata Pemandian Alam Karang Anyar ini berada pada ketinggian
20–1.400 mdpl. Secara geografis kawasan wisata alam ini terletak diantara 2,36°–
3,18° LU dan 98,32°–99,35° BT. Keadaan iklim bertemperatur sedang, suhu
tertinggi terdapat pada Bulan Juli dengan rata-rata 26,4°C. Rata–rata suhu udara
tertinggi pertahun adalah 29,3°C dan terendah 20,6°C. Kelembapan udara ratarata perbulan 84,2 % dengan kelembapan tertinggi terjadi pada Bulan Desember
yaitu
87,42%
dengan
penguapan
rata-rata
3,35mm/hari
(Pemerintahan Kabupaten Simalungun, 2014).
Kependudukan dan Sosial Ekonomi Masyarakat
Desa Karang Anyar memiliki jumlah penduduk sebanyak 2692 jiwa.
Jumlah penduduk dengan mata pencaharian bekerja sebagai petani sebanyak
78,90 %, buruh bangunan 8,44 %, buruh tani sebanyak 3,87 %, peternak sebanyak
sebanyak 0,78 %. Penggunaan lahan desa Karang Anyar mempunyai luas wilayah
284 ha. Penggunaan lahan menurut fungsinya terdiri atas penggunaan 4,47%, PNS
dan pensiunan sebanyak 3,27%, dan pedangang pemukiman, sawah, ladang,
kolam, tegal, kuburan, taman rekreasi dan lainnya. penggunaan lahan lebih
banyak digunakan untuk sawah yaitu sebesar 204 ha (71,84 %), selebihnya untuk
ladang 46 ha (16,19 %), pemukiman 18 ha (6,33 %), kolam 8 ha (2,81 %), dan
untuk penggunaan lainnya 8 ha (2,81%) (Kecamatan Gunung Maligas, 2014).
Universitas Sumatera Utara
Desa Karang Anyar memiliki pemandian berupa kolam yang dinamakan
Pemandian Alam Karang Anyar. Air sejuk objek wisata Pemandian Alam Karang
Anyar keluar dari dalam mulut gua berdiameter 5m, dan membelah Dusun VI
Desa Karang Anyar.
Pemandian ini dibangun pada zaman Hindia Belanda.
Pemandian ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan air minum untuk warga.
Lokasi wisata ini mengalir di areal Perkebunan Laras PTPN IV Bah Jambi
yang berjarak sekitar 10 km dari Pematang Siantar, berada di Nagori Karang
Anyar, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, pemandian ini
relatif mudah dijangkau. Lokasi wisata ini berada di areal hutanalam seluas 10 ha.
Hanya butuh sekitar 30-60 menit mengendarai sepeda motor, mobil atau
kendaraan
umum
agar
sampai
pada
lokasi
wisata
tersebut
(Kecamatan Gunung Maligas, 2014).
Objek wisata Pemandian Alam merupakan objek wisata satu-satunya yang
dimiliki oleh Desa Karang Anyar. Objek wisata ini memiliki udara yang sejuk
dengan airnya yang biru dalam kondisi yang tenang dan bersih. Air yang ada di
sini sangat jernih dan menyejukkan karena langsung berasal dari mata air
sehingga kejernihannya masih terjaga dengan baik. Air yang berasal dari mata air
ini membuat tubuh akan menjadi rileks dan bugar kembali.
Universitas Sumatera Utara