T POR 1402785 Chapter3

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif korelasional.

Studi korelasional tidak dimaksudkan untuk memperoleh temuan–temuan deskriptif
tentang hubungan kausal antara dua atau lebih variable, namun berdasarkan temuan–
temuan yang dihasilkan sekurang-kurangnya dalam memicu dilakukannya studi lain
untuk menguji adanya hubungan kausal itu. Penggunaan studi korelasional dalam
riset perilaku dan social, yang menjadikan manusia sebagai sumber data,
dimaksudkan untuk menjawab masalah yang terkait dengan hubungan antara dua
variable atau lebih dalam situasi nyata yang sedang dihadapi (Ali, 2011, hlm. 202).
Studi korelasi memiliki manfaat dalam riset perilaku dan social. Manfaat – manfaat
itu adalah :
1. Dapat digunakan untuk menganalisis hubungan sejumlah besar variable
dalam satu studi
2. Memberikan informasi tentang derajat hubungan antar variable riset (Singh,
dalam Ali, 2011)

Penulis menggunakan poin nomer dua dikarenakan dalam pelaksanaannya,
penulis akan melihat seberapa besar derajat hubungan antara pelatihan sepakbola
konvensional dan futsal terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreativitas
sebagaimana yang sudah tercantum dalam rumusan masalah.

35
Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36

Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian korelasional,
seperti gambar berikut :

X1

Y1


X2

Y2

Gambar 3.1
Desain Penelitian Deskriptif Korelasional

Keterangan :
X1

: Pelatihan sepakbola

X2

: pelatihan futsal

Y1

: Kemampuan berpikir kritis


Y2

: Kreativitas

X1Y1 : Hubungan antara pelatihan sepakbola dengan kemampuan berpikir
kritis
X1Y2 : Hubungan antara pelatihan sepakbola dengan kreativitas
X2Y1 : Hubungan antara pelatihan futsal dengan kemampuan berpikir kritis
X2Y2 : Hubungan antara pelatihan futsal dengan kreativitas

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

37

B.

Populasi dan Sampel

Sugiyono (2012, hlm. 117) mengemukakan bahwa : “populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.” Nawawi (Riduwan, 2011, hlm. 10) memberikan pengertian
bahwa : “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung
ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu
mengenai sekumpulan obyk yang lengkap.”
Populasi bukan hanya orang, tapi juga obyek atau benda-benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek
itu. Satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi karena satu orang itu
mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi,
cara bergaul, kepemimpinannya dan lain – lain.
Dalam penelitian yang dilakukan ini, peneliti akan melakukan penelitian
dengan menggunakan populasi yaitu sekolah sepakbola dan klub futsal usia antara 15
tahun sampai 18 tahun yang ada di Kota Bandung.

C.


Teknik Pengambilan Sampel
Sugiyono (2012, hlm. 118) memberikan pengertian bahwa : “sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Bila
populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan data, tenaga, waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Arikunto (Riduwan, 2011:11)
mengatakan bahwa : “sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil
populasi yang diteliti).” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang
diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dalam
pengambilan sampel, Riduwan (2011) mengemukakan bahwa
Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38

Teknik pengambilan sampel atau tehnik sampling adalah suatu cara
mengambil sampel yang representative dari populasi. Pengambilan sampel ini

dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar – benar dapat
mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. (hlm.
11)

Dalam penelitian ini, peneliti dalam pengambilan sampel menggunakan
tehnik area sampling (kluster sampling). Seperti yang dikemukakan oleh Riduwan
(2011, hlm. 60) bahwa : “area sampling (kluster sampling) ialah tehnik sampling
yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang
ada.” Dengan melihat keadaan dan situasi saat ini yang berada dalam waktu
menjelang bulan suci ramadhan dan khususnya untuk para atlet yang masih terdaftar
sebagai siswa di sekolah menengah atas yang sedang melakukan ujian kenaikan
kelas, maka beberapa klub tidak melakukan latihan dan diliburkan oleh pihak klub.
Maka dari itu penulis hanya berhasil mendapatkan 10 SSB dan 5 Klub Futsal, yang
masing – masing dibagi menjadi 2 perwakilan untuk sepakbola dan 1 perwakilan
untuk futsal tiap wilayah di Bandung.
Kota Bandung

Bandung Utara
1.
2.


SSB Sinar Muda
SSB Kahuripan

Bandung Barat

Bandung Tengah

Bandung Timur

1.
2.

1.
2.

1.
2.

SSB Bupa

SSB Puma

SSB Tunas Jaya
SSB Barky 96

SSB Nusa Raya
SSB Citra Raya

Bandung Selatan
1.
2.

SSB Papyrus
SSB Kfac

Gambar 3.2
Sekolah Sepakbola di Kota Bandung Menurut Letak Geografis Untuk Dijadikan
Sampel Penelitian
Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

39

Kota Bandung
Bandung Utara

Alba 15
Bandung Barat

Bandung Tengah

Bandung Timur

Sonic

PRMI

5 VHS


Bandung Selatan

Maestro

Gambar 3.3
Klub Futsal di Kota Bandung Menurut Letak Geografis Untuk Dijadikan Sampel
Penelitian

D.

Instrument Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan empat buah instrumen, diantaranya :
1. Instrumen beban latihan yang ideal menurut PSSI (Scheunemann, 2012, hlm.
63-66) yang terdiri dari aspek fisik, teknik, taktik, dan mental yang menjadi
pembanding dengan kuisioner yang diisi oleh pelatih .
2. Instrumen evaluasi pelatihan melalui angket.
3. Instrumen untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis atlet
sepakbola dan futsal.

4. Instrumen untuk mengetahui kreativitas atlet sepakbola dan futsal.

1. Instrumen Beban Latihan
Instrumen beban latihan dibuat berdasarkan kurikulum pembinaan usia muda
PSSI dan menjadi pembanding dengan program yang dibuat pelatih yang disesuaikan
Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

dengan pengetahuan pelatih dalam melakukan proses pelatihan dengan mengisi
kolom jawaban dengan angka 0-5.
Tabel 3.1
Keterangan Pengisian Program Latihan
TINGKATAN

ARTI

0

Tidak dilakukan

1

Sangat rendah

2

Rendah

3

Sedang

4

Tinggi

5

Sangat tinggi

Tabel 3.2
Program Beban Latihan PSSI
NO

ASPEK

MATERI LATIHAN

1

Kekuatan daya tahan

2

Kekuatan eksplositas

3

Kekuatan maksimal

4

Kemampuan gerak tubuh

5

Kekuatan gerak tubuh

6
7

FISIK

Tenaga otot tanpa O2 dengan laktat
(aerobic lactic)
Tenaga otot tanpa O2 tanpa laktat
(anaerobic lactic)

8

Reaksi

9

Akselerasi

10

Kecepatan maksimal

11
12

BEBAN LATIHAN
0 1 2 3 4 5

Mempertahankan kecepatan (speed
endurance)
Kecepatan berbagai arah (acylic
speed)

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

41

13

Kelenturan dan mobilitas

14

Koordinasi dan keseimbangan

15

Kelincahan

16

Kemampuan gerak dasar (basic
motoric skills)

17

Tanggap dan waspada (awareness)

18

Passing dan menerima umpan

19

Speed dribling

20

Membawa bola (dribbling)

21

Berbalik

22

Menembak (shooting)

23

Kontrol bola
TEKNIK

24

Menyundul (heading)

25

Penyerangan 1 v 1

26

Melindungi bola

27

Menerima dan berputar

28

Umpan silang dan penyelesaian akhir

29

Pertahanan 1 v 1

30

Prinsip - prinsip penyerangan

31

Penguasaan bola

32

Perpindahan (transisi)

33

Kombinasi permainan

34

Pergantian sisi serangan

35

Serangan balik
TAKTIK

36

Bermain dari belakang

37

Penyelesaian akhir

38

Prinsip - prinsip pertahanan

39

Zona marking

40

Tekanan (pressing)

41

Mundur ke posisi awal

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

42

42

Kepadatan pertahanan (compact)

43

Motivasi

44

Percaya diri

45

Kerjasama

46

Keputusan/determinasi

47

Jiwa kompetisi
MENTAL

48

Konsentrasi

49

Komitmen

50

Penguasaan diri

51

Komunikasi

52

Menghormati dan disiplin

2. Instrumen Evaluasi Pelatihan
Angket evaluasi dibuat dengan disesuaikan dengan kurikulum pembinaan usia
muda PSSI, dengan memiliki 84 pernyataan yang akan diuji coba kepada para pelatih,
yang selanjutnya digunakan menjadi pernyataan yang valid dengan menggunakan
tingkatan sebagai berikut :

Tabel 3.3
Nilai Pengisian Angket Evaluasi
TINGKATAN

SKOR +

SKOR -

SS (Sangat Setuju)

5

1

S (Setuju

4

2

TT (Tidak Tahu)

3

3

TS (Tidak Setuju)

2

4

STS (Sangat Tidak

1

5

Setuju)

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

43

Setelah diuji coba, angket ini memiliki 21 pernyataan valid dengan
pertimbangan membandingkan antara nilai r hitung dengan r tabel dan memiliki
derajat kebebasan sebesar 0,05 dan memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,93 dengan
menggunakan teknik ganjil-genap dengan rumus korelasi product moment. Adapun
kisi – kisinya seperti dibawah ini :
Tabel 3.4
Kisi – Kisi Evaluasi Pelatihan
NO

1

2

3

KONSEP

Fasilitas
Dan
Faktor
Penduku
ng

INDIKATOR

Lapangan
Yang
Memadai

Pengetahuan
Gizi

Dukungan
Penuh Dari
Orang Tua

PENJELASAN

+

PERNYATAAN
NO
SOAL

Lapangan paling tidak
harus rata (berdebu
tidak masalah asal rata).
Jika di desa Anda hanya
ada lapangan kecil,
bentuklah tim U12,
U10 atau U8
Pemain berusia 12
tahun keatas harus
bermain di lapangan
besar sesuai standar
FIFA.

1. Lapangan
yang
digunakan
rata
2. Lapangan
berukuran
standar
FIFA
3. Tim
usia
muda U8 –
U12
menjadi
bibit unggul
yang harus
diperhatikan

7,
50

23,

Orang tua, pelatih dan
pemain
memiliki
pengetahuan akan gizi
dan disiplin dalam
mengkonsumsi
makanan dan minuman
yang
membantu
perkembangan
fisik
pemain.
Kegiatan anak harus
diketahui dan direstui
oleh orang tua masingmasing.
Dukungan
penuh tidak berarti
tekanan.
Biarkan
pemain
berkembang
dengan
nyaman;
didukung tapi tidak
ditekan.

Pelatih
memiliki
pengetahuan
tentang gizi

44

1. Orang tua
datang saat
anaknya
berlatih dan
bertanding
2. Orang tua
ikut
serta
memberikan
dukungan
secara
materi
kepada klub

64, 78

1. Lapangan
yang
digunakan
bergelom
bang
2. Lapangan
disesuaika
n dengan
besaran
lahan
3. Klub lebih
baik
mengambi
l pemain
yang
hebat
Pelatih lebih
mementingka
n
jalannya
sebuah
program
latihan

1. Orang tua
memberi
semangat
di rumah
sebelum
anak
bertandin
g
2. Orang tua
aktif
berpartisi
pasi
di

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NO
SOAL

70,
51

73

62, 82

66,

44

4

5

6

7

8

9

Liga Dan
Turnamen
Yang Tertata
Rapi

Jumlah
Pemain Atau
Grup Yang
Dibatasi

Banyak Bola

Liga dan turnamen SSB
dalam
lingkup
PENGCAB (Pengurus
Cabang)
perlu
dilaksanakan sesering
mungkin. Agar tidak
tergantung
pada
PENCAB,
bentuklah
sebuah asosiasi SSB di
daerah anda

1. Klub
mengikuti
kejuaraan
setiap
jenjang
kelompok
umur
2. Klub
termasuk
dalam
asosiasi
SSB daerah

72, 39

Peserta latihan yang
terlalu banyak tidak
efektif dan sulit untuk
diawasi secara individu.

1. Peserta
latihan
sedikit tiap
grup nya
2. Pelatih
mengawasi
masing
masing
individu

41, 15

Penting tersedia satu
bola
untuk
setiap
pemain.

Setiap
atlet
memiliki satu
bola
saat
berlatih
Cones
yang
digunakan
berwarna
merah, kuning,
hijau, biru
Warna kostum
latihan berbeda
dengan kostum
saat bertanding

11

Latihan
menggunakan
alat modifikasi

5

Cones

Sediakan
cones
beragam warna guna
efisiensi latihan.

Kostum Dan
Rompi

Kostum dan rompi
latihan beragam warna
harus tersedia guna
efisiensi latihan.

Peralatan
Bantu
Lainnya

Tersedia pula tangga
koordinasi, 2-4 gawang
kecil, beberapa barbel
(2-5
kg),
gawanggawang pendek untuk
rintangan serta tiangtiang plastik.

35

30

klub
1. Klub ikut
serta
dalam
turnamen
dimanapu
n
2. Klub
menjadi
organisasi
mandiri

1. Peserta
latihan
banyak
setiap
grupnya
2. Pelatih
mengawas
i masing –
masing
kelompok
Setiap
tim
memiliki satu
bola
saat
berlatih
Cones
berwarna
merah
dan
putih
Warna
kostum
latihan sama
dengan
kostum
bertanding
Alat
bantu
latihan sesuai
dengan
peraturan
pertandingan
FIFA

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1,8

10, 24

21

16

34

26

45

10

11

12

Pembina
Atau
Pelatih

Kualitas

Kuantitas

Teladan

13

Motivator

14

Mengutamak
an
Pendidikan
Formal

 Standar sertifikasi D 1. Pelatih
memiliki
dan C.
lisensi
 Sering/banyak ikut
kepelatihan
pelatihan
atau
(D dan C)
seminar lebih baik,
mau belajar (melalui 2. Program
latihan
buku, internet, dll).
disesuaikan
 Memiliki semangat,
dengan
jeli
dalam
kurikulum
melakukan
pelatihan
pembenaran
pada
3. Latihan
pemain.
dengan
memberi
contoh
gerakan

9,
55

Pembina
yang
berkualitas
harus
banyak, PSSI Pusat dan
pengurus
propinsi,
mutlak perlu
mengadakan
kursuskursus dan seminar
kepelatihan.
Seorang pelatih mutlak
harus menjadi teladan
baik dalam perkataan
dan tingkah laku : tidak
suka omong kotor, tepat
waktu, bisa menjaga
emosi, tidak melakukan
pencurian umur, dll.

Pelatih
yang
tersedia terbagi
menjadi pelatih
utama, asisten
pelatih, pelatih
fisik,
dan
pelatih kiper

52

1. Pelatih
datang
1
jam
sebelum
mulai
latihan
2. Pelatih
menggunak
an
pendekatan
persuasive
kepada atlet

71, 57

Bukan pencela atau
pemaki. Sering dan
terus
menerus
memberikan semangat
dengan
perkataan dan bahasa
tubuh yang positif.
Perlu
memahami
konsep
“Student
athlete”;
seorang
pemain adalah seorang
murid sekolah, baru
kemudian menjadi atlit.

Berbicara
secara pribadi
dengan
atlet
yang bermain
buruk
dan
latihan
tidak
serius
Pelatih
mengizinkan
anak
untuk
sekolah
daripada
berlatih

48

68

38, 1.

Pelatih
pernah
menjadi
atlet
2. Latihan
disesuaik
an
dengan
pengalam
an
dan
kondisi
di
lapangan
3. Instruksi
langsung
kepa atlet
dalam
melatih
Semua
pelatih yang
ada memiliki
hak
yang
sama
pada
setiap anak

65, 42

1. Pelatih
datang
tepat
waktu
2. Pelatih
membuka
diskusi
dengan
para
pemain
jika
terjadi
masalah
di tim
Memarahi
atlet
yang
bermain
buruk
atau
latihan tidak
serius

31,
56

Pelatih
memberi
surat
permohonan
izin
ke
sekolah agar

2

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

43

60

45,

46

15

16

Dapat
Mengelompo
k kan
Kualitas
Masing –
Masing
Pemain

Berjiwa
Pemimpin

Dengan
kata
lain,
sekolah
harus
diutamakan
oleh
pemain,
pelatih dan orang tua.
Pelatih
sangat 1. Posisi
bergantung
kepada
pemain
pemain. Pelatih harus
ditentukan
bisa melihat potensi
sesuai
pemain
misalnya
keinginan
anak
dengan latihan atau
pergantian posisi. Yang 2. Pelatih
melakukan
diperhatikan adalah :
pergantian
Teknik, Speed dengan
posisi
bola, Speed tanpa bola,
pemain
Visi,
Penempatan
posisi, Karakter atau 3. Pelatih
Mental. Karakter
memperhatik
perlu
diperhatikan
an
tingkah
karena karakter adalah
laku
dan
faktor
penentu
karakter
kesuksesan pemain itu
atletnya
sendiri
sekaligus berpengaruh
pada kebersamaan tim.

Kualitas pelatih sebagai
pemimpin
sangat
berpengaruh
pada
respek pemain pada
pelatih.
Sebagai
sorang
pemimpin pelatih harus
:
1. Menjadi
Contoh
Hidup : Teladan
dalam perkataan dan
tingkah laku.
2. Mampu
menjadi
Pengatur
/
Penengah
Hubungan
antar
manusia : Terutama
dibutuhkan
saat
terjadi perselisihan
atau
ketegangan
antar pemain. Baik
di dalam tim sendiri
maupun dengan tim
lawan
3. Peduli pada pemain
:
Tunjukkan

1. Pelatih
menempatka
n diri dalam
berkomunika
si
dengan
atlet
2. Segala
perselisihan
diselesaikan
dan menjadi
tanggung
jawab pelatih
3. Pelatih
sering
berdiskusi
tentang
pendidikan
atlet diluar
latihan
4. Pelatih
membuka
diri terhadap
perkembanga
n
ilmu
pengetahuan
dalam proses

atletnya bisa
latihan

61,
32

3,

1. Pelatih
menentuk
an posisi
pemain
sesuai
kebutuhan
2. Pelatih
secara
intens
melatih
atlet
sesuai
dengan
posisinya
3. Penampila
n
atlet
dilapanga
n
merupaka
n sifat asli
etlet itu
sendiri
75, 80, 1. Pelatih
59, 19,
berkomuni
25, 47
kasi seperti
seorang
teman saat
latihan
2. Perselisiha
n
yang
terjadi di
lapangan
menjadi
tanggung
jawab
pemain itu
sendiri
3. Pelatih
menuntut
atlet focus
pada
latihan
agar bisa
juara
4. Pelatih
memiliki
pedoman
khusus

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4, 12, 18

14, 20, 6,
13, 27,
33

47

17

Menyusun
Program
Latihan

kepedulian kepada
para pemain, seperti
masalah pendidikan
atau
kesehatan
pemain.
Jangan
sekadar
menuntut
pemain berprestasi.
Kenali dan selalu
tunjukkan
kepedulian
anda
pada pemain.
4. Kompeten
:
Memiliki
kemampuan
yang
memadai
untuk
duduk di dalam
posisi pelatih. Maka
perlu untuk terus
menerus
belajar
menambah
pengetahuan, baik
secara
umum
maupun
dalam
bidang kepelatihan.
5. Fair (sifat adil) :
Pelatih tidak pilih
kasih kepada anakanak
didiknya,
melihat
potensi
terbaik berdasarkan
kemampuan, bukan
pilih-pilih.
6. Konsisten
:
Tegakkan peraturan
dan hukum. Pujilah
pemain
tanpa
pandang bulu. Setali
tiga uang dengan
prinsip ini adalah
kemampuan pelatih
untuk
selalu
menegakkan
peraturan
tanpa
berubah
sejalan
dengan waktu.
Buatlah program latihan
yang :
1. Realistis : Sesuai
kebutuhan
saat
pertandingan.
2. Variatif : Memiliki
kreativitas latihan
yang beragam dan

pelatihan
5. Semua
pemain
adalah sama
dan
saling
bekerjasama
dalam tim
6. Pelatih
memperbaiki
atlet
yang
salah
dan
memberi
pujian saat
benar

1. Program
disusun
sesuai target
saat
pertandingan
2. Latihan
harus
bervariasi

dalam
proses
pelatihan
5. Pemain
yang
memiliki
kemampua
n
lebih
akan
dijadikan
role model
kepada
teman satu
tim nya
6. Pelatih
akan
memberika
n hukuman
jika
ada
atlet yang
salah
dalam
latihan

17, 22,
28, 49,
54, 76

1. Program
disusun
sesuai
keadaan
di lapang
2. Latihan
harus
berjalan

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29,30,
40, 67,
79, 74

48

tidak membosankan.
3. Metodis : Memiliki
metode latihan yang
tertata rapi dan
berjenjang; , bukan
sembarangan
membuat program
latihan.
4. Mencakup
semua
aspek
:
Fisik,
Teknik,
Taktik,
Mental
dan
Karakter.
5. Tematis : Memiliki
tema atau tujuan
yang dipersiapkan.
Dari awal hingga
akhir latihan, tema
latihan terlihat jelas
lewat variasi-variasi
latihan yang dipilih.
Membuat program
yang
tematis
dikhususkan
bagi
usia 15 tahun ke atas
dan dewasa.
6. Sesuai
prinsip
“Benang Merah “ :
Masing-masing sesi
latihan
saling
berkaitan,
saling
berhubungan antara
latihan yang satu
dan yang lainnya
sehingga
menghasilkan
keutuhan
latihan
yang baik.
7. Terencana (Tertulis)
:
Untuk
dokumentasi
dan
supaya
dapat
dikoreksi dari waktu
ke
waktu.
Merencanakan
latihan anda bisa
mengetahui
perlengkapan
apa
saja
yang
dibutuhkan sehingga
latihan bisa berjalan
dengan efektif.

3.

4.

5.

6.

7.

agar
tidak
bosan
Program
latihan
dibuat
di
awal
semester
Latihan
meliputi
fisik, teknik,
taktik,
mental secara
terstruktur
Tujuan
latihan
disesuaikan
dengan
kebutuhan
latihan sesuai
kelompok
umur
Tiap
sesi
latihan akan
berkelanjutan
setiap
harinya
Evaluasi
latihan
dilakukan
setiap
saat
dan
di
dokumentasi
kan

3.

4.

5.

6.

7.

dengan
lurus agar
hasil
maksimal
Program
dibuat
menjelang
kejuaraan
agar lebih
sesuai
Latihan
teknik
harus
lebih
diperhatik
an
daripada
fisik,
taktik dan
mental
karena
teknik
bisa
mengubah
permainan
Latihan
bertujuan
untuk
menjadi
tim yang
juara dan
disamaka
n setiap
jenjangny
a
Latihan
disesuaika
n dengan
kondisi
saat
itu
juga
Saat
melakuka
n
evaluasi,
pelatih
melakuka
n
tanya
jawab di
akhir
latihan

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

49

18

Pengetahuan
Taktik

Selain masalah teknik,
sepak bola juga sangat
ditentukan oleh taktik.
Pemahaman mendasar
mengenai taktik yang
wajib dimiliki oleh
seorang pelatih adalah :
1. Taktik bertahan ;
Pengertian
permainan
saat
bertahan
sebagai
individu/grup/tim.
2. Taktik menyerang ;
Pengertian
permainan
saat
menyerang sebagai
individu / grup/tim.
3. Situasi
standar;
Lemparan ke dalam,
free kick, tendangan
penjuru dan goal
kick.
4. Taktik
hari
pertandingan;
Penentuan
tipe
pemain dan formasi
yang
dipilih,
pergantian pemain
dan arahan spesifik
sesuai
kelebihan/kelemaha
n lawan pada saat
bertanding.

1. Latihan
81, 46,
bertahan
53, 36
dimulai
dengan
program
setiap
individu,
dilanjutkan
latihan tim
2. Latihan
menyerang
dimulai
dengan
program
setiap
individu,
dilanjutkan
latihan tim
3. Situasi
set
piece
di
posisi
bertahan dan
menyerang
diberikan
pada setiap
posisi
4. Formasi tim
dilatih dalam
waktu yang
lama
dan
bervariasi

1. Taktik
69,
77,
bertahan
58, 63
dilakukan
secara
bersama –
sama
secara
terus
menerus
2. Taktik
menyerang
dilakukan
secara
bersama –
sama
secara
terus
menerus
3. Posisi
corner kick
sangat
penting
untuk
dipelajari
4. Formasi
tim harus
ditentukan
menjelang
pertanding
an sesuai
dengan
instruksi
pelatih

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

50

3. Instrumen Berpikir Kritis
Instrumen berpikir kritis menggunakan angket yang sudah baku yang diadopsi
dalam desertasi Bambang Abduljabar tahun 2009 tentang kemampuan berpikir kritis.
Tabel 3.5
Kisi – Kisi Angket Kemampuan Berpikir Kritis
(Abduljabar, 2009)

Definisi Konseptual
Kemampuan Berfikir
Kritis
Ennis (1987)
Reflective and
reasonable thinking that
if focused on deciding
what to believe or do.

Definisi Operasional
Kemampuan Berfikir
Kritis dalam
Pendidikan Jasmani
Berfikir tingkat tinggi
dalam menentukan apa
dan bagaimana cara
melakukan tugas
melalui berfikir
beralasan yang
kontekstual dan
bermakna

Sub Komponen
Kemampuan Berfikir
Kritis
Kemampuan
Inferece

Beyer (1985)
The process of
determining the
authenticity, accuracy,
and worth information
or knowlage claim.

Kemampuan
mengenali
asumsi

En.wikipedia.org./wilk
i/critical_thinking
Critical thinking is a
mental proces of
analyzing or evaluating
information. Such
information may be
gathered from
observation, experience,
reasoning, or
communication. Critical
thinking has its basis
intellectual values that
go beyond subject
matter divisions and
include clarity,
accurasy, precision,
evidence, thoroughness
and fairness.

Kemampuan
Deduksi

Kemampuan
Interpretasi

Indikator

1. Mencari
relevansi
2. Menentukan
bukti
3. Menarik
Kesimpulan
4. Memperluas
Alternatif
1. Mengenali
landasan logis
2. Melakukan
kategori
3. Mempertegas
Makna
4. Menguji gagasan
1. Mencari bukti
2. Menyatakan
kesimpulan
3. Menjustifikasi
prosedur
4. Menyajikan
argument

1. Melakukan
kategorisasi
2. Menandai
signifikasi
3. Mempertegas
makna
4. Memposisikan
pendapat sendiri

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51

Kemampuan
Menilai
Argumen

Paul, Binker,
Adamson
Martin (1989)
Berfikir kritis adalah
seni berfikir tentang
pikiran anda manakala
anda berpikir untuk
Kemampuan berpikir
lebih baik, lebih jelas,
lebih akurat. Dan lebih
dapat dipertahankan.

1. Mengenali
argument
2. Menganalisis
argument
3. Menilai
argument
4. Menyatakan
pendapat

Angket berpikir kritis ini memiliki reliabilitas sebesar 0,6 dan terdapat 40 pertanyaan
dengan jawaban berupa isian tingkatan jawaban sebagai berikut :

Tabel 3.6
Nilai Pengisian Angket Berpikir Kritis
TINGKATAN

SKOR

B (benar)

5

MB (Mungkin Benar)

4

TCD (Tidak Cukup Data)

3

MS (Mungkin Salah)

2

S (Salah)

1

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

52

4. Instrumen Kreativitas
Sama halnya dengan berpikir kritis, angket kreativitaspun diadopsi dari
desertasi Tite Juliantine tahun 2010 tentang kreativitas.

Tabel 3.7
Kisi – Kisi Angket Kreativitas
(Juliantine, 2010)
Variabel
Kreativitas

Sub Variabel
Indicator
Appitude (Utami
1. Fluiditas
Munandar, 2004) ;
(Kelancaran)
(Winardi, 1991) ;
Guilford (t.t) :
inspired kids,
(April, 2007)
http://www.Ceriace
rdas, (Desmita,
2007)
2. Fleksibilitas
(Keluwesan)

Deskripsi Tingkah Laku
a. Mengajukan banyak pertanyaan
b. Memberikan banyak jawaban
c. Memiliki banyak gagasan
d. Lancer menyatakan gagasan
e. Bekerja lebih cepat dan banyak
f. Lebih cepat melihat kesalahan pada
situasi
a. Memberikan macam – macam
penafsiran terhadap suatu masalah

3. Orisinalitas
(Keaslian)

b. Menerapkan suatu konsep dengan cara
yang berbeda
a. Memikirkan hal – hal yang tidak
dipikirkan oleh orang lain
b. Memikirkan cara – cara baru
c. Memiliki cara berpikir yang berbeda

4. Elaborasi
(Kerincian)

d. Mencari pendekatan baru
e. Bekerja menemukan/menyelesaikan
yang baru
a. Menyusun langkah penyelesaian

5. Evaluasi
(Penilaian)

secara detail
b. Memperkaya gagasan orang lain
c. Memeiliki rasa keindahan yang tinggi
d. Melengkapi gambar – gambar yang
ada

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53

a. Member pertimbangan
b. Menganalisis ,asalah dengan
pertanyaan mengapa
c. Selalu memiliki alas an yang kuat
d. Merancang suatu rencana kerja
e. Bertahan pada pendapat sendiri
Kreativitas

Non-Appitude
1. Rasa ingin
(Utami Munandar,
tahu
2004) ; (Winardi, 1
991) ; Guilford (t.t)
: inspired kids,
(April, 2007)
http://www.Ceriace
rdas, (Desmita,
2007)

a. Mempertanyakan banyak hal
b. Senang mencoba atau membaca
c. Tidak butuh dorongan untuk mencoba
sesuatu yang baru
d. Tidak takut mencoba sesuatu yang
baru
e. Senang mengamati

2. Imajinatif

f. Senang bereksperimen
a. Memikirkan hal – hal yang belum
pernah terjadi
b. Memikirkan bagaimana jika
melakukan sesuatu yang belum pernah
dilakukan orang lain
c. Meramalkan apa yang dikatakan oleh
orang lain
d. Memiliki firasat yang akan terjadi

3. Tertantang
oleh
kemajemuka
n

e. Melihat hal – hal dalam suatu gambar
yang tidak dilihat orang lain
f. Membuat cerita tentang tempat –
tempat yang belum pernah dikunjungi
atau tentang kejadian – kejadian yang
belum pernah di alami
a. Menggunakan gagasan yang rumit
b. Melibatkan diri dalam tugas – tugas
yang majemuk
c. Tertantang oleh situasi yang tidak
dapat diramalkan keadaannya

4. Berani

d. Mencari penyelesaian tanpa bantuan

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54

mengambil
resiko

orang lain
e. Tidak cenderung mencari jalan
gampang
f. Mencari terus – menerus agar berhasil
g. Mencari jawaban – jawaban yang
lebih sulit
h. Senang menjajagi jalan yang lebih
rumit

5. Menghargai
a. Berani memberikan gagasan yang
berbeda
b. Berani mengakui kesalahan
c. Berani menerima tugas yang sulit
d. Tidak mudah dipengaruhi oleh orang
lain
e. Melakukan hal yang diyakini
meskipun berbeda
f. Berani mencoba hal – hal yang baru
g. Berani mengakui kegagalan dan
berusaha lagi
a. Menghargai hak sendiri dan orang lain
b. Menghargai diri sendiri dan prestasi
sendiri
c. Menghargai keluarga, sekolah dan
teman – teman
d. Menghargai kebebasan yang
bertanggung jawab
e. Menghargai kesempatan yang
diberikan

Angket kreativitas ini memiliki reliabilitas sebesar 0,6 dan terdapat 70 pertanyaan
dengan jawaban berupa isian tingkatan jawaban sebagai berikut :

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

Tabel 3.8
Nilai Pengisian Angket Kreativitas
TINGKATAN

SKOR +

SKOR -

SS (Sangat Setuju)

5

1

S (Setuju

4

2

TT (Tidak Tahu)

3

3

TS (Tidak Setuju)

2

4

1

5

STS (Sangat Tidak
Setuju)

E.

Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket penelitian. Penulis memilih

pelatih dan pemain sebagai sampel dalam pengumpulan data. Data yang terkumpul
berbentuk poin – poin statistik yang selanjutnya diolah untuk disimpulkan.
F.

Prosedur Pengambilan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data diatas, penulis merumuskan langkah-

langkah atau prosedur penelitian yang akan dilakukan diantaranya :

Pelatih
Sepakbola

Atlet

Angket Beban
Latihan

Angket
Kreativitas

Angket
Evaluasi

Angket
Berpikir Kritis

Hasil

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56

G.

Pelatih
Futsal

Atlet

Angket Beban
Latihan

Angket
Kreativitas

Angket
Evaluasi

Angket
Berpikir Kritis

Hasil

Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis
Dalam pengolahan data, sesuai dengan banyaknya instrument yang
digunakan, terdapat banyak macam pula proses pengolahannya.
1. Untuk menjawab rumusan masalah, penulis menggunakan rumus korelasi
pearson product moment dengan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Menghubungkan antara pelatihan sepakbola konvensional dengan
kemampuan berpikir kritis atlet sepakbola konvensional.
b. Menghubungkan antara pelatihan sepakbola konvensional dengan
kreativitas atlet sepakbola konvensional.
c. Menghubungkan antara pelatihan futsal dengan kemampuan berpikir
kritis atlet futsal.
d. Menghubungkan antara pelatihan futsal dengan kreativitas atlet futsal.

2. Setelah dihitung akan didapat jumla r hitung yang memiliki criteria pada
tabel 3. 11

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

Tabel 3.9
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
(sumber : Abduljabar dan Sudrajat, 2010;230)
Interval koefisien

Tingkat hubungan

0,80 – 1,000

Sangat Kuat

0,60 – 0,799

Kuat

0,40 – 0,599

Cukup Kuat

0,20 – 0,399

Rendah

0,00 – 0,199

Sangat Rendah

Adapun langkah – langkah dalam pengolahan dan analisis data korelasi pearson
prudoct moment yang akan dilakukan oleh peneliti, diantaranya :
1. Membandingkan X dan Y untuk mencari hubungan tes dengan rumus korelasi
product moment angka kasar.
r XY =
Keterangan :

2

r XY

= Koefisien korelasi

∑ �

= Jumlah skor item

n

= Jumlah responden

∑ �
2.

√{�. ∑

� ∑

− ∑

− ∑

. ∑

2 }. {�. ∑ 2

− ∑

2}

= Jumlah skor total (seluruh item)

Mencari signifikansi hubungan dengan rumus
�=

�√� −

√ − �²

3. Membandingkan t hitung dengan t tabel dengan dk 0,05.
4. Mencari konstribusi antar variable dengan rumus
Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58

�2�

%

Kharicmayanda, 2016
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SEPAKBOLA DAN FUTSAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN KREATIVITAS DI SEKOLAH SEPAKBOLA DAN FUTSAL SE KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu