Pengaruh Konsep Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa S1 Manajemen Stambuk 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Diri
2.1.1.1 Pengertian Konsep diri
Greenwald et al., dalam Thalib (2010:121) menjelaskan bahwa konsep diri
sebagai suatu organisasi dinamis didefinisikan sebagai skema kognitif tentang diri
sendiri yang mencakup sifat-sifat, nilai-nilai, peristiwa-peristiwa dan memori
semantik tentang diri sendiri serta kontrol terhadap pengolahan informasi diri
yang relevan. Konsep diri dirumuskan sebagai skema kognitif atau pandangan dan
penilaian tentang diri sendiri yang mencakup atribut-atribut spesifik yang terdiri
atas komponen pengetahuan dan komponen evaluatif.
Menurut Black dan Bornholt dalam Thalib (2010:122) konsep diri
merupakan pandangan yang dimiliki setiap orang mengenai dirinya sendiri yang
terbentuk, baik melalui pengalaman maupun pengamatan terhadap diri sendiri,
baik konsep diri secara umum (general self-concept) maupun konsep diri secara
spesifik termasuk konsep diri dalam kaitannya dengan bidang akademik, karir,
atletik, kemampuan artistik dan fisik. Konsep diri dapat dikatakan verifikasi diri,
konsistensi diri dan kompleksitas diri yang terbuka untuk interprestasi sehingga
secara umum berkaitan dengan pembelajaran dan menjadi mediasi variabel

motivasi dan pilihan tugas-tugas pembelajaran.
Sedangkan menurut Thalib (2010:122) konsep diri merupakan gambaran
diri, penilaian diri dan penerimaan diri yang bersifat dinamis, terbentuk melalui
7
Universitas Sumatera Utara

persepsi dan interpretasi terhadap diri sendiri dan lingkungan, mencakup konsep
diri umum (general self-concept) dan konsep diri yang lebih spesifik (specific
self-concept) termasuk konsep diri akademis, sosial dan fisik.
2.1.1.2 Aspek-Aspek Konsep Diri
Menurut beberapa ahli aspek konsep diri dibedakan atas beberapa bagian.
Adapun bagian-bagian aspek konsep diri menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
1. Menurut Song dan Hattie dalam Thalib (2010:123) aspek-aspek konsep
diri dibedakan atas konsep diri akademis dan konsep diri non akademis
dimana konsep diri non akademis termasuk konsep diri sosial dan
penampilan diri.
2. Menurut Myers-Walls et al., dalam (Thalib (2010:123) aspek-aspek
konsep diri dibedakan atas konsep diri secara umum (general self-concept)
dan konsep diri secara spesifik termasuk konsep diri dalam kaitannya

dengan bidang akademik, karir, atletik, kemampuan artistic dan fisik.
3. Menurut James dalam Thalib (2010:123) aspek-aspek konsep diri
dibedakan atas diri jasmaniah, diri sosial dan diri spiritual.
4. Menurut Hattie dala Thalib (2010:123) aspek-aspek konsep diri dibedakan
atas konsep diri umum dan konsep diri khusus. Konsep diri khusus
mencakup konsep diri akademik, konsep diri sosial, dan prestasi akademik
dan konsep diri berkelas.

8
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.3 Dimensi –Dimensi Konsep Diri
Menurut Fitts dalam Ajizah (2013), konsep diri ini terbagi menjadi 2
dimensi pokok yaitu
1. Dimensi internal adalah keseluruhan penghayatan pribadi sebagai kesatuan
yang unik. Penilaian diri berdasarkan dimensi internal ini meliputi
penilaian seseorang terhadap identitas dirinya, kepuasan diri dan tingkah
lakunya. Dimensi ini terdiri dari 3 bentuk:
a. Diri identitas (identity self)
Diri sebagai identitas merupakan aspek dasar dari konsep diri. Dalam

diri identitas, terkumpul seluruh label dan simbol yang dipergunakan
seseorang untuk menggambarkan dirinya yang didasarkan pada
pertanyaan : “Siapakah saya?”. Label yang melekat pada diri seseorang
dapat berasal dari orang lain atau orang itu sendiri. Semakin banyak
label yang dimiliki seseorang, maka semakin terbentuklah orang itu
untuk mencari jawaban tentang identitas dirinya. Diri identitas dapat
mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan lingkungan dan
juga dengan dirinya sendiri. Dengan demikian, diri identitas
mempunyai hubungan dengan diri pelaku dan hubungan ini umumnya
berlaku timbal balik, seperti yang dikemukakan oleh Fitts (1971).
b. Diri perilaku (behaviour self)
Diri pelaku merupakan persepsi seseorang terhadap tingkah lakunya
atau caranya bertindak, yang terbentuk dari suatu tingkah laku
biasanya diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi dari luar diri, dari

9
Universitas Sumatera Utara

dalam diri sendiri atau dari keduanya. Konsekuensi menentukan
apakah suatu tingkah laku cenderung dipertahankan atau tidak.

Disamping itu juga menetukan apakah tingkah laku tersebut akan
diabstraksikan, disimbolisasikan dan dimasukkan kedalam diri
identitas seseorang. Contohnya, seorang anak kecil mempunyai
dorongan untuk berjalan. Ketika ia bisa berjalan ia merasa puas, dan
lama kelamaan kemampuan berjalan serta kesadaran bahwa ia bisa
berjalan merupakan label baru yang ada dalam diri identitasnya.
Tindakkan berjalan itu sendiri merupakan bagian dari diri pelakunya.
c. Diri penerimaan atau penilaian ( judging self )
Penilaian diberikan terhadap label-label yang ada dalam identitas diri
pelaku secara terpisah, contohnya, seseorang menggambarkan dirinya
tinggi dan kuat (identitas diri); selain itu gambaran diri juga disertai
perasaan suka atau tidak suka terhadap bentuk tubuhnya. Seseorang
merasa tegang dan letih (diri pelaku); ia juga memikirkan apakah
perasaannya baik atau tidak. Selain itu, penilaian juga dapat diberikan
kepada kedua macam bagian diri sekaligus. Misalnya, seseorang
berkata, “saya melakukan ini dan saya nakal”. Hal ini berarti orang
tersebut memberikan label secara keseluruhan dirinya, bukan terhadap
tingkah laku tertentu. Atau orang itu bisa juga mengatakan, “saya
melakukan ini, tetapi saya bukan orang yang biasa berbuat demikian”.
Hal ini berarti bahwa orang itu tidak setuju dengan tingkah lakunya.


10
Universitas Sumatera Utara

2. Dimensi eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan
aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya serta hal-hal diluar dirinya.
Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri berkaitan
dengan sekolah, organisasi, agama dan sebagainya. Dimensi ini dibedakan
atas 5 bentuk yaitu:
a. Diri Fisik (Physical self), merupakan persepsi seseorang terhadap
keadaan fisik, kesehatan, penampilan diri dan gerak motoriknya.
b. Diri Moral-Etik (Moral-Ethic self), merupakan persepsi seseorang
tentang dirinya ditinjau dari standar pertimbangan nilai-nilai moral dan
etika. Hal ini seperti bagaimana hubungan orang tersebut dengan Tuhan,
rasa puas seseorang terhadap kehidupan beragamanya, nilai-nilai moral
yang dianutnya, dan perasaan sebagai orang jahat atau orang baik.
c. Diri Personal (Personal self), merupakan perasaan individu terhadap
nilai-nilai pribadi, terlepas dari keadaan fisik dan hubungannya dengan
orang lain dan sejauhmana ia merasa adekuat sebagai pribadi.

d. Diri Keluarga (Family self), merupakan perasaan dan harga diri
seseorang sebagai anggota keluarga dan teman-teman dekatnya.
Sejauhmana dirinya merasa adekuat sebagai anggota keluarga dan
teman-teman.

e. Diri Sosial (Social self), merupakan penilaian seseorang terhadap
dirinya dalam berinteraksinya dengan orang lain dalam lingkungan
yang lebih luas.

11
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Thalib (2010:125) faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
siswa mencakup:
1. Keadaan fisik dan penilaian orang lain mengenai fisik individu
2. Faktor keluarga termasuk pengasuhan orang tua
3. Pengalaman perilaku kekerasan
4. Sikap saudara
5. Status sosial ekonomi

6. Faktor lingkungan

2.1.2 Keluarga
2.1.2.1 Pengertian Keluarga
Menurut Murdock dalam Lestari (2012:3) keluarga merupakan kelompok
sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerjasama ekonomi
dan terjadi proses produksi. Sedangkan menurut Lestari (2012:6) keluarga adalah
rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan
terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif
keluarga bagi para anggotanya yang berada pada suatu jaringan;
Menurut Koerner dan Fitzpatrick dalam Lestari (2012: 15) terdapat tiga
sudut pandang definisi keluarga yaitu sebagai berikut:
1. Definisi struktural. Keluarga didefinisikan berdasarkan kehadiran atau
ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak dan kerabat
lainnya. Berdasarkan definisi struktural keluarga sebagai asal usul (families

12
Universitas Sumatera Utara

of origin), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (family of

procreation), dan keluarga batih (extended family).
2. Definisi fungsional. Keluarga merupakan penekanan pada terpenuhinya
tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-fungsi tersebut termasuk
perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi dan
pemenuhan peran-peran tertentu.
3. Definisi transaksional. Keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang
mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculkan
rasa identitas sebagai keluarga (family identity), berupa ikatan emosi,
pengalaman

historis,

maupun

cita-cita

masa

depan.


Definisi

ini

memfokuskan pada bagaimana keluarga melakukan fungsinya.
2.1.2.2 Struktur Keluarga
Dari segi keberadaan anggota keluarga Lee dalam Lestari (2012:6),
membedakan struktur keluarga menjadi dua, yaitu:
1. Keluarga inti (unclear family), keluarga yang di dalamnya hanya terdapat
tiga posisi sosial, yaitu: suami-ayah, istri-ibu dan anak-sibling
2. Keluarga batih (extended family), keluarga yang di dalamnya menyertakan
posisi lain ketiga posisi di atas. Keluarga batih terdiri atas tiga kategori
yaitu:
a. Keluarga bercabang (stem family), keluarga ini terjadi manakala
seorang anak, dan hanya seorang yang sudah menikah masih tinggal
dalam rumah orang tuanya.

13
Universitas Sumatera Utara


b. Keluarga berumpun (lineal family), bentuk ini terjadi manakala lebih
dari satu anak yang telah menikah dan tetap tinggal bersama kedua
orang tuanya.
c. Keluarga beranting (fully extended), bentuk ini terjadi apabila di dalam
suatu keluarga terdapat generasi ketiga (cucu) yang sudah menikah dan
tetap tinggal bersama.
Kompleksitas struktur modal keluarga tidak ditentukan oleh jumlah
individu yang menjadi anggota keluarga, tetapi oleh banyaknya posisi sosial yang
terdapat dalam keluarga. Oleh karena itu, besaran keluarga (family size) yang
ditentukan oleh banyaknya jumlah anggota, tidak identik dengan struktur
keluarga.
2.1.2.3 Relasi dalam Keluarga
Keluarga pada umumnya dimulai dengan perkawinan laki-laki dan wanita.
Lestari (2012:9) mengemukakan terdapat tiga macam relasi dalam keluarga, yaitu:
1. Relasi pasangan suami istri
Sebagai permulaan bagi relasi lain, relasi suami istri memberi landasan dan
menentukan warna bagi keseluruhan relasi di dalam keluarga. Kunci bagi
kelanggengan keluarga adalah keberhasilan melakukan penyesuaian di
antara pasangan. Penyesuaian ini bersifat dinamis dan memerlukan sikap
dan cara berpikir yang luwes. Dengan penyesuaian maka akan tercipta

interaksi

yang

kontinu

dengan

diri

sendiri,

orang

lain

dan

lingkungan.Terdapat sepuluh aspek yang membedakan antara pasangan
yang bahagia dan yang tidak bahagia, antara lain:

14
Universitas Sumatera Utara

a. Komunikasi

merupakan

aspek

penting,

dimana

semua

hasil

pengambilan keputusan berawal dari komunikasi. Keterampilan dalam
berkomunikasi dapat dapat berwujud dalam kecermatan dalam memilih
kata yang disampaikan dalam menyampaikan gagasan.
b. Fleksibilitas pasangan merefleksikan kemampuan pasangan untuk
merubah dan beradaptasi saat diperlukan.
c. Kedekatan pasangan menggambarkan tingkat kedekatan emosi yang
dirasakan

pasangan

dan

kemampuan

menyeimbangkan

antara

keterpisahan dan kebersamaan.
d. Kecocokan kepribadian berarti bahwa sifat atau perilaku peribadi salah
satu pasangan tidak berdampak atau dipersepsi secara negatif oleh yang
lainnya.
e. Resolusi konflik berkaitan dengan sikap, perasaan dan keyakinan
individu terhadap keberadaan dan penyelesaian konflik dalam relasi
berpasangan.
f. Relasi seksual merupakan barometer emosi dalam suatu hubungan yang
dapat mencerminkan kepuasan pasangan terhadap aspek-aspek dalam
hubungan. Suatu relasi seksual yang baik sering kali merupakan akibat
dari relasi emosi yang baik antar pasangan.
g. Kegiatan di waktu luang menjadi sarana untuk melakukan aktivitas jeda
dari rutinitas, baik rutinitas kerja maupun rutinitas pekerjaan rumah tangga.
h. Keluarga dan teman merupakan konteks yang penting bagi pasangan
dalam membangun relasi yang berkualitas. Keluarga sebagai family

15
Universitas Sumatera Utara

origin

banyak memengaruhi kepribadian, selain itu keterlibatan

orangtua dapat memperkuat atau memperlemah kualitas relasi pasangan
i. Pengelolaan keuangan merupakan persoalan pokok dari persoalan
ekonomi yang dapat berupa perbedaan pada pasangan dalam hal
pembelanjaan dan penghematan uang.
j. Keyakinan spiritual merupakan dimensi yang paling kuat bagi
pengalaman manusia. Keyakinan spiritual memberi landasan bagi nilainilai yang dipegang dan perilaku sebagai individu dan pasangan.
2. Relasi orang tua dan anak
Relasi orangtua-anak mengandung beberapa prinsip pokok, yaitu:
a. Interaksi. Orang tua dan anak berinteraksi pada suatu waktu yang
menciptakan suatu hubungan. Berbagai interaksi tersebut membentuk
kenangan pada interaksi di masa lalu dan antisipasi terhadap interaksi di
kemudian hari.
b. Kontribusi normal. Orang tua dan anak sama-sama memiliki
sumbangan dan peran dalam interaksi, demikian juga terhadap relasi
keduanya.
c. Keunikan. Setiap relasi orangtua-anak bersifat unik yang melibatkan
dua belah pihak, dan karenanya tidak dapat ditirukan dengan orangtua
atau dengan anak lainnya.
d. Pengharapan masa lalu. Interaksi orangtua-anak yang telah terjadi
membentuk suatu cetakan pada pengharapan keduanya.

16
Universitas Sumatera Utara

e. Antisipasi masa depan. Karena relasi orangtua-anak bersifat kekal,
masing-masing membangun pengharapan yang dikembangkan dalam
hubungan keduanya.
3. Relasi antar saudara
Kesadaran tentang keluaga berencana telah memunculkan norma keluarga
kecil, namun sebagian besar orang tua masih menginginkan setidaktidaknya memiliki dua orang anak.
2.1.2.4 Fungsi Keluarga
Menurut Berns dalam Lestari (2012:22) keluarga memiliki lima fungsi
dasar, yaitu:
1. Reproduksi. Keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan populasi
yang ada di masyarakat.
2. Sosialisasi/edukasi. Keluarga menjadi sarana untuk tranmisi nilai,
keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan dan teknik dari generasi
sebelumnya ke generasi yang lebih muda.
3. Penugasan peran sosial. Keluarga memberikan identitas pada para
anggotanya seperti ras, etnik, religi, sosial ekonomi dan peran gender.
4. Dukungan ekonomi. Keluarga menyediakan tempat berlindung, makanan
dan jaminan kehidupan.
5. Dukungan

emosi/pemeliharaan.

Keluarga

memberikan

pengalaman

interaksi sosial yang pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi bersifat
mendalam, mengasuh dan berdaya tahan sehingga memberikan rasa aman
pada anak.

17
Universitas Sumatera Utara

2.1.2.5 Teori Sistem Keluarga
Menurut Day dalam Lestari (2012:27) keluarga sebagai sebuah sistem
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Keseluruhan (the family as a whole) memahami keluarga tidak dapat
dilakukan tanpa memahami sebagai sebuah keseluruhan. Dalam
pendekatan keluarga sebagai sistem perhatian utamanya justru diberikan
pada bagaimana kehidupan keluarga, baru kemudian memberikan fokus
pada individu.
2. Struktur

(underlying

structure).

Kehidupan

keluarga

berlangsung

berdasarkan suatu struktur, misalnya pola interaksi antar anggota keluarga
yang menentukan apa yang terjadi di dalam keluarga dengan melihat
bagaimana keluarga memecahkan masalah, bagaimana anggota keluarga
berkomunikasi satu sama lain, dan bagaimana keluarga mengalokasikan
sumber dananya.
3. Tujuan (family have goals). Setiap keluarga memiliki tujuan yang ingin
mereka raih, tetapi mengungkap tujuan keluarga. Tujuan keluarga ini
memiliki rentang yang luas dan bervariasi dari satu keluarga denagn
keluarga lainnya. Selain itu efektivitas pencapaian tujuan satu keluarga
tergantung seberapa besar sumbangan masing-masing anggota keluarga
terhadap upaya pencapaian tujuan.
4. Keseimbangan (equilibrium). Dalam rangka mencapai tujuannya, keluarga
akan menghadapi situasi dan kondisi di luar dirinya yang berubah dan
berkembang. Keluarga akan senantiasa melakukan adaptasi, menyesuaikan

18
Universitas Sumatera Utara

dengan perubahan dan menanggapi situasi dan kondisi yang dihadapi.
Keluarga

akan

berusaha

mencapai

tujuannya

dengan

menjaga

kehidupannya agar tetap seimbang.
5. Kelembaman (morphostatis). Selain berusaha mencapai keseimbangan
dengan

berbagai

perubahan

situasi

dan

kondisi,

keluarga

juga

mempertahankan aturan dan menjaga kelangsungan kehidupan sehari-hari
agar berlangsung dengan baik. Ada rutinitas dan kebiasaan yang sudah
menetap yang selalu dijaga untuk tetap berlangsung secara sama dari hari
ke hari.
6. Batas-batas (boundaries). Batas-batas dari suatu keluarga dapat dilihat
dari aturan-aturan yang dibangun di dalam keluarga, misalnya apa saja
yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota keluarga, siapa saja
yang boleh datang dan pergi tanpa batas. Apabila batas-batasnya mudah
tembus berarti keluarga memiliki batas-batas yang tidak rapat.
7. Subsistem. Salah satu tugas utama dari subsistem keluarga adalah menjaga
batas-batas keluarga. Konsep tentang subsistem membantu untuk
memahami bahwa keluarga bukan hanya terdiri dari individu-individu
yang menjadi anggota keluarga, melainkan terdapat berbagai interaksi
yang membentuk subsistem keluaraga. Proses saling mempengaruhi
terjadi antar-individu, subsistem, atau antara subsistem dan individu.
8. Equifinality dan equipotentiality. Gagasan tentang equinality berarti
bahwa berbagai permulaan dapat membawa hasil akhir yang sama,
sementara suatu permulaan yang sama dapat pula membawa pada hasil

19
Universitas Sumatera Utara

akhir yang berbeda. Adapun equipotentiality berarti bahwa suatu sebab
dapat menghasilkan suatu akibat sangat terkait dengan proses apa yang
berjalan mengikuti sebab tersebut.
2.1.2.6 Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Wirausaha
Menurut Wang dan Wong dalam Al-Harrasi (2014:2468) ada dua model
yang menjelaskan pengaruh keluarga terhadap minat berwirausaha. Pertama
adalah Parental Model. Model ini menyatakan orang tua yang berwirausaha akan
secara langsung mempengaruhi minat berwirausaha anak untuk memulai usaha.
Artinya, orang tua yang berlatarbelakang wirausahawan secara tidak langsung
akan memengaruhi anaknya untuk berwirausaha. Kedua adalah Family Support
Model. Model ini menyatakan bahwa keluarga akan memberikan dukungan, baik
secara moril, maupun secara materil, misalnya pemberian bantuan modal usaha.
Orang tua dalam model ini akan memberikan motivasi kepada anak untuk terus
berwirausaha dengan memberikan ilmu, modal usaha ataupun pengetahuan
tentang manfaat berwirausaha.

2.1.3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usaha
Menurut Ebert dalam Sunardi, (2012:50) terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu usaha:
1. Faktor –faktor penyebab kegagalan
Banyak perusahaan baru tidak mengalami kesuksesan dalam jangka
panjang. Meskipun tidak ada satu pola prediktor yang dapat dipercaya,
namun ada empat faktor umum yang dapat berkontribusi terhadap
kegagalan, yaitu:

20
Universitas Sumatera Utara

a. Manajerial tidak kompeten atau tidak berpengalaman
Beberapa pengusaha mempunyai kesadaran umum yang terlalu tinggi,
menilai terlalu tinggi kemampuan manajerialnya, atau keyakinan
bahwa dengan bekerja keras sendiri menjamin akan berhasil.
Kesuksesan akan menjauh dari manajer yang tidak tahu bagaimana
cara untuk membuat keputusan bisnis dasar atau untuk memahami
prinsip-prinsip manajemen dasar.
b. Kelalaian
Untuk memulai bisnis kecil dibutuhkan komitmen atas waktu dan
usaha yang sangat kuat. Pemilik perusahaan tidak akan mencapai
keberhasilan

jika

mereka

memulai

usahanya

hanya

dengan

menggunakan sebagian waktunya atau hanya memberi waktu yang
terbatas untuk memperhatikan bisnis barunya tersebut.
c. Sistem kontrol yang lemah
Sistem pengendalian yang efektif akan menjaga bisnis untuk tetap
berada pada jalurnya (track) dan manajer selalu siap untuk
menghadapi masalah-masalah yang potensial sebelum masalah
tersebut menjadi serius.
d. Modal yang tidak mencukupi
Beberapa pengusaha terlalu optimis mengenai seberapa cepat mereka
akan mulai memperoleh keuntungan (profit). Dalam banyak kasus, hal
ini membutuhkan waktu beberapa bulan, bahkan mungkin beberapa
tahun.

21
Universitas Sumatera Utara

2. Faktor-faktor yang mendorong keberhasilan
Empat faktor dasar secara tipikal dapat dipergunakan untuk menjelaskan
kesuksesan bisnis kecil, antara lain:
a. Kerja keras, kemampuan dan dedikasi
Pemilik bisnis kecil harus berkomitmen untuk menyukseskan dan
mencurahkan waktu dan usahanya untuk mencapai keberhasilan
tersebut.
b. Permintaan pasar terhadap produk atau jasa yang dihasilkan
Analisis mengenai kondisi pasar yang dilakukan dengan hati-hati dapat
membantu pemilik bisnis kecil dalam mengukur kemungkinan
diterimanya produk mereka di pasar.
c. Kompetensi manajerial
Pemilik bisnis kecil yang sukses mungkin memperoleh kompetensi
melalui pelatihan dan pengalaman atau memperoleh keahlian khusus
dari orang lain. Sebagian besar orang menghabiskan waktunya di
perusahaan yang sukses atau untuk bekerjasama dengan orang lain
dengan tujuan agar memperoleh keahlian khusus supaya untuk
membuka bisnis baru.
d. Keberuntungan
Usaha rumah makan dan pemondokan mahasiswa yang usahanya tibatiba berkembang pesat karena berkembangnya perguruan tinggi di
sekitar daerah tersebut.

22
Universitas Sumatera Utara

2.1.4

Ciri-ciri Usaha Kecil Menengah
Menurut Sunardi (2012:45) terdapat beberapa ciri usaha kecil menengah

yang berkembang di Indonesia antara lain:
1. Bahan baku mentah mudah dicari
2. Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih
teknologi
3. Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun temurun.
4. Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak
5. Peluang pasar cukup luas, sebagian produknya terserap di pasar lokal/
domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk diekspor
6. Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat, secara ekonomis
menguntungkan
Menurut Daryanto, (2013:2) terdapat beberapa ciri-ciri usaha kecil, antara
lain:
1. Manajemen tergantung pemilik
2. Modal disediakan oleh pemilik sendiri
3. Skala usaha dan jumlah modal relatif kecil
4. Daerah operasi usaha bersifat lokal
5.

Sumber daya manusia yang terlibat terbatas

6.

Biasanya berhubungan dengan kebutuhan hidup sehari-hari

7.

Karyawan ada hubungan kekerabatan emosional

8.

Mayoritas karyawan berasal dari kalangan yang tidak mampu secara
ekonomis

23
Universitas Sumatera Utara

2.1.5

Bidang-Bidang dalam Usaha
Kasmir, (2011: 44) bisnis kecil atau usaha kecil memainkan peran penting

dalam beberapa bidang, antara lain:
1. Sektor Kecantikan
Usaha di sektor kecantikan contohnya usaha membuka usaha salon dan
spa atau kecantikan lainnya.
2. Sektor Keterampilan
Contoh usaha di sektor keterampilan antara lain sektor jasa perbaikan
(service), seperti elektronik, motor atau mesin-mesin.
3. Sektor Konsultan
Usaha di bidang konsultan maksudnya adalah menjadi penasehat untuk
berbagai bidang usaha. Misalnya, konsultan manajemen, konsultan
hukum, konsultan psikiater, konsultan teknik, dan konsultan lainnya.
4. Sektor Industri
Sektor industri sangatlah luas dan beragam. Sektor ini akan menghasilkan
suatu produk olahan. Untuk usaha kecil dan menengah misalnya membuka
pabrik makanan.
5. Sektor Tambang
Sektor tambang juga dapat dilakukan untuk usaha kecil dan menengah,
seperti usaha penambangan pasir, kaolin, timah, emas atau batubara.
6. Sektor Kelautan
Usaha penangkapan ikan dengan menyediakan kapal-kapal penangkapan
ikan bagi para nelayan, baik untuk skala kecil maupun menengah.

24
Universitas Sumatera Utara

7. Sektor Perikanan
Usaha sektor perikanan antara lain membuka usaha tambak ikan atau
udang, baik air tawar maupun air laut.
8. Sektor Agribisnis
Usaha sektor agribisnis dapat dilakukan dengan membuka pertanian
jangka pendek, menengah atau panjang.
9. Sektor Perdagangan
Usaha sektor perdagangan dapat dilakukan dengan membuka toko atau
kios, membuka usaha seperti bakso, mie ayam, es teler, martabak dan lain
sebagainya.
10. Sektor Pendidikan
Usaha sektor pendidikan yang dapat dilakukan adalah membuka lembaga
pelatihan atau kursus-kursus, mendirikan sekolah, dan lain-lain.
11. Sektor Percetakan
Sektor percetakan dapat dilakukan dengan membuka usaha fotokopi,
sablon, percetakan buku, majalah, koran dan percetakan lainnya.
12. Sektor Seni
Bagi mereka yang memiliki bakat seni, usaha yang dapat dilakukan antara
lain mengerjakan seni lukis, musik, ukir atau menjadi penulis cerita.
13. Sektor Kesehatan
Meskipun sektor ini sebaiknya dilakukan oleh mereka yang memiliki latar
belakang kesehatan, orang umum juga bisa melakukannya, misalnya

25
Universitas Sumatera Utara

membuka klinik-klinik kesehatan, praktek dokter bersama, rumah sakit
dan apotek.
14. Sektor Pariwisata
Usaha di sektor pariwisata yang dapat dijalankan antara lain membuka
biro perjalanan, usaha wisata, membuka tempat penginapan, motel atau
hotel.
15. Sektor Lainnya

2.1.6

Pengertian Minat Berwirausaha
Tarmudji (2006:87) menyatakan bahwa minat adalah perasaan tertarik atau

berkaitan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang meminta/menyuruh.
Lebih lanjut Tarmudji menyatakan bahwa minat seseorang dapat diekspresikan
melalui pernyataan yang menunjukkan seorang lebih tertarik pada suatu obyek
lain dan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
Riyanti (2003:21) menjelaskan bahwa minat adalah sumber motivasi yang
mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan bila seseorang
bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka
akan terbentuk minat yang kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan.
Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun sehingga minat
tidak bersifat permanen, tetapi bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.
Yuwono dan Partini (2008:78) menyebutkan ada tiga aspek minat pada
diri seseorang, yaitu:
1. Dorongan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan diri sebagai sumber
penggerak untuk melakukan sesuatu

26
Universitas Sumatera Utara

2. Kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang akan
menentukan posisi individu dalam lingkungannya
3. Perasaan individu terhadap suatu pekerjaan yang dilakukannya
Kartono dalam Yuwono (2008:80) menyatakan bahwa minat merupakan
momen kecenderungan yang terarah secara intensif kepada sesuatu obyek yang
dianggap penting. Fryer dalam Yuwono (2008:88) menyatakan bahwa minat
adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir
perasaan senang pada individu.
Kewirausahaan atau entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis
ìentreprendeî yang artinya to undertake yakni menjalankan, melakukan dan
berusaha. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Cantillon dan semakin
populer ketika dipakai oleh ahli ekonomi Say dalam Riyanti (2003:23) untuk
menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber-sumber
daya ekonomi dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat produktivitas yang
lebih tinggi dan menghasilkan lebih banyak lagi atau lebih produktif.
Dalam Bahasa Indonesia kata entrepreneur diartikan sebagai wirausaha
yang merupakan gabungan dari dua kata yakni kata wira yang artinya gagah
berani, perkasa dan usaha. Jadi wirausaha berarti orang yang gagah berani atau
perkasa dalam usaha.
Banyak ahli yang mendefinisikan tentang kewirausahaan dan wirausaha,
beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Hisrich dan Peters (2008:1) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah proses
membuat sesuatu yang baru dengan mempertimbangkan resiko dan balas jasa.

27
Universitas Sumatera Utara

2. Drucker dalam Suryana (2003:18) menyatakan bahwa kewirausahaan
adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
3. Prawirokusumo dalam Suryana (2003:16) menyatakan bahwa wirausaha
adalah mereka yang melakukan usaha-usaha kreatif dan inovatif dengan
jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan
peluang dan perbaikan hidup.
4. Scarborough dan Zimmerer (2008:2) menyatakan wirausaha sebagai orang
yang melakukan reformasi atau merevolusioner pola produksi dengan
menggunakan penemuan atau teknologi yang belum dicoba untuk
memproduksi komoditas baru atau memproduksi produk lama dengan cara
baru.
5. Drucker

(2008:2)

menyatakan

wirausaha

sebagai

orang

yang

memindahkan sumber-sumber ekonomi yang produktivitasnya rendah
menjadi sumber-sumber ekonomi berproduktivitas tinggi.
Yuwono (2008:34) menyatakan bahwa minat kewirausahaan adalah rasa
ketertarikan seseorang untuk melakukan kegiatan usaha yang mandiri dengan
keberanian mengambil resiko. Steinhoff dan Burgess dalam Suryana (2006:55)
menyatakan bahwa ada tujuh alasan mengapa seseorang berminat terhadap
kegiatan kewirausahaan, yakni:
1. Ingin memiliki penghasilan yang tinggi
2. Ingin memiliki karier yang memuaskan
3. Ingin bisa mengarahkan diri sendiri/tidak diatur oleh orang lain
4. Ingin meningkatkan prestise diri sebagai pemilik bisnis

28
Universitas Sumatera Utara

5. Ingin menjalankan ide atau konsep yang dimiliki secara bebas
6. Ingin memiliki kesejahteraan hidup dalam jangka panjang
7. Ingin menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan
Wirasasmita dalam Suryana (2006:55) dikemukakan beberapa alasan yang
menumbuhkan minat seseorang menjadi wirausaha yakni:
1. Alasan keuangan
Untuk mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan tambahan dan
sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2. Alasan sosial
Memperoleh gengsi/status agar dikenal dan dihormati banyak orang, menjadi
teladan untuk ditiru orang lain dan agar dapat bertemu banyak orang.
3. Alasan pelayanan
Agar bisa membuka lapangan pekerjaan dan membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat.
4. Alasan pemenuhan diri
Untuk bisa menjadi seorang atasan, mencapai sesuatu yang diinginkan,
menghindari ketergantungan kepada orang lain, menjadi lebih produktif
dan menggunakan potensi pribadi secara maksimum.
2.1.6.1 Dimensi Minat Berwirausaha
Pada literatur kewirausahaan, faktor terpenting yang membentuk minat
berwirausaha adalah faktor psikologis. Beberapa faktor psikologis menjelaskan
pola bertindak melalui minat seseorang dalam memilih untuk berwirausaha
(Sagiri danAppolloni, 2009:77). Faktor-faktor psikologis ini terdiri atas penentuan

29
Universitas Sumatera Utara

nasib sendiri(self-determination), kemampuan menghadapi resiko (risk-bearing
ability) serta kepercayaan dan sikap (belief and attitude) dan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Penentuan Nasib Sendiri (Self-determination), Menurut Spitzer dan
Kroenke (1997) penentuan nasib sendiri merupakan keyakinan seseorang
bahwa orang tersebut mempunyai kebebasan atau otonomi dan kendali
tentang bagaimana mengerjakan pekerjaannya. Self determination
merupakan anggapan bahwa suatu pekerjaan tidak membutuhkan satu
perasaan seseorang yang memiliki peluang untuk menggunakan inisiatif
dan mengatur tingkah laku dalam mengerjakan pekerjaan mereka. Dalam
pandangan humanistik, self determination (penentuan diri) merupakan
sesuatu yang aktif yang mana terdapat self aware ego dan memiliki
kesadaran diri (self consciousness).
2. Kemampuan Menghadapi Resiko(Risk bearing ability), resiko adalah
sesuatu yang selalu dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya keadaan
yang merugikan dan tidak diduga sebelumnya bahkan bagi kebanyakan
orang

tidak

menginginkannya.

Kemampuan

menghadapi

resiko

merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan usaha baru.
Resiko yang dihadapi oleh wirausaha dapat berbentuk resiko psikologis,
finansial, maupun sosial. Seorang wirausaha harus mampu mengatasi
berbagai risiko yang dihadapi agar dapat memperoleh imbalan atas usahausaha yang telah dilakukannya, terutama imbalan finansial yang sering
diidentifikasikan sebagai wujud kesuksesan seorang wirausaha. Dengan

30
Universitas Sumatera Utara

kata lain, risk bearing ability merupakan kemampuan seorang wirausaha
untuk mengatasi berbagai risiko yang akan dihadapi dalam upaya
mencapai kesuksesan suatu usahanya.
3. Kepercayaan dan Sikap(Belief and attitude), perilaku seseorang sangat
dipengaruhi oleh kepercayaan dan sikap yang dimiliki seseorang.
Kepercayaan dan sikap individu terhadap keinginan pribadi untuk
melakukan tindakan-tindakan. Terkait dengan minat berwirausaha, belief
and attitude berperan penting dalam diri seseorang saat mengambil pilihan
berwirausaha sebagai karir yang akan ditekuni. Faktor ini juga dapat
diterjemahkan sebagai persepsi seseorang atas keinginan pribadi untuk
melakukan tindakan-tindakan berwirausaha seperti menciptakan usaha
baru (Krueger et. al, 2000).
Pada penelitian ini yang dimaksudkan dengan minat berwirausaha adalah
suatu keinginan, keingintahuan, ketertarikan serta ketersediaan seseorang untuk
bekerja keras, mandiri, berani mengambil resiko maupun menghadapi tantangan
dalam keterbatasan, dengan bertindak kreatif untuk memenuhi kebutuhan hidup
serta kemajuan suatu usaha.

2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi referensi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

31
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Penulis
Fredy
Hutasoit
(2016)

Aulia
Rachman
(2016)

Defani
Sembiring
(2015)

Francisco
Jose
de
Costa,
Alexandre
Araujo
Cavalcante
Sooares,
and Diego
Guilherme
(2009)
Clement K.
Wang dan
Poh Kam
Wong
(2004)

Judul penelitian

Variabel penelitian

Pengaruh
Efikasi
Diri
Dan
Pengetahuan
Kewirausahaan
Terhadap
Minat
Berwirausaha Pada
Mahasiswa Program
Studi
Manajemen
Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis USU
Pengaruh
Pendidikan
Kewirausahaan Dan
Latar
Belakang
Keluarga Terhadap
MinatBerwirausaha
Siswa
SMKIT
Marinah Al-Hidayah
Medan
Pengaruh
Konsep
Diri Pembelajaran
Kewirausahaan dan
Lingkungan
Keluarga Terhadap
Minat Berwirausaha
Pada
Mahasiswa
Prodi
Manajemen
Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis USU
Tahun 2011
Factors of influence
on
the
interest
entrepreneurial
interest: an analysis
with students of
information
technology related
course

Efikasi
Diri,
Pengetahuan
Kewirausahaan,
dan
Minat Berwirausaha

Entrepreneural
interest of university
students
in
Singapore

Metode
penelitian
Regresi
linier
berganda

Hasil Penelitian
Menunjukkan
bahwa
terdapat hubungan positif
yang
signifikan
antara
variabel bebas efikasi diri
dan
pengetahuan
kewirausahaan
terhadap
variable
terikat
(minat
berwirausaha)

Pendidikan
kewirausahaan,
Latar
belakang
keluarga,
dan
Minat
berwirausaha

Regresi
linier
berganda

Menunjukkan
bahwa
terdapat hubungan positif
yang
signifikan
antara
variabel bebas pendidikan
kewirausahaan dan latar
belakang keluarga
terhadap variable terikat
(minat berwirausaha)

Konsep
Diri,
Pembelajaran
kewirausahaan,
Lingkungan Keluarga ,
dan
Minat
Berwirausaha

Regresi
linier
berganda

Menunjukkan
bahwa
terdapat hubungan positif
yang
signifikan
antara
variabel bebas konsep diri,
pembelajaran kewirausahaan
dan lingkungan keluarga
terhadap variable terikat
(Minat Berwirausaha).

Kelembagaan,
Dukungan sosial,
Personality, dan
Kewirausahaan

Regresi
linier
berganda

Ketertarikan ,
Pengetahuan
wirausaha,
Gender,
Lingkungan keluarga,
Etnis
dan
kewarganegaraan, dan
Kewirausahaan

Regresi
linier
berganda

Menujukkan bahwa terdapat
hubungan
positif
yang
signifikan antara variabel
bebas
Kelembagaan,
Dukungan sosial,
Personality, kewirausahaan
serta
kewarganegaraan
berpengaruh kewirausahaan
terhadap variable terikat
(minat berwirausaha)
Menujukkan bahwa terdapat
hubungan
positif
yang
signifikan antara variabel
bebas
ketertarikan,
pengetahuan
wirausaha,
gender lingkungan keluarga
dan
etnis
serta
kewarganegaraan
berpengaruh kewirausahaan
terhadap variable terikat
(minat berwirausaha)

32
Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual
Konsep diri memiliki peranan besar dalam membentuk minat berwirausaha.
Hal ini dikarenakan konsep diri menyangkut tentang deskriptif tentang diri dan
penilaian tentang diri. Konsep diri berkembang seiring dengan perjalanan hidup
seseorang dan pengaruh dari luar terhadap seseorang. Konsep diri membentuk
karakter yang berasal dari dalam dan luar diri seseorang dan akhirnya
mempengaruhi keputusan seseorang tentang masa depannya.
Menurut Sembiring (2015) seorang wirausaha yang berpikir positif dan siap
menerima segala resiko atas sesuatu yang telah dicoba nya diperlukan di dalam
dunia usaha. Dunia usaha merupakan sebuah dunia persaingan. Seorang
wirausaha menentukan bidang usaha yang dijalankannya, maka ia harus bersaing
dengan wirausaha lain yang memiliki bidang yang sama. Dan di dalam
menjalankan usaha yang sama itu diperlukan suatu ciri yang khas, dan sesuatu
yang berbeda yang lebih unggul dalam persaingan dan menempatkan usaha
tersebut di pilihan teratas.
Faktor lain yang menentukan minat berwirausaha adalah lingkungan
keluarga. Lingkungan keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
membentuk minat seseorang karena lingkungan keluarga menjadi tempat pertama
seseorang mulai belajar.
Keluarga adalah habitat pertama di mana anak manusia mengenal dunia,
dunia sekitarnya, dunia manusia, dunia kehidupan sosial (Tilaar, 2005:113).
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia tempat
ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan

33
Universitas Sumatera Utara

interaksi dengan kelompoknya. Di dalam keluarga seorang anak mengalami
proses sosialisasi untuk pertama kalinya, di mana dalam proses ini seorang anak
diajarkan dan dikenalkan berbagai nilai kehidupan yang sangat berguna dan
menentukan bagi perkembangan anak di masa depan. Suasana keluarga yang
harmonis dan menyenangkan akan mendorong anak untuk tumbuh dan
berkembang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2015) lingkungan
keluarga berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha. Dukungan keluarga
sebagai pendorong anak dalam berwirausaha dan ajaran keluarga tentang norma
dan nilai dalam berinteraksi dengan orang lain sangat berperan penting untuk
membantu keberhasilan di dalam suatu usaha.
Untuk memperjelas variabel-variabel diatas, maka penulis membuat
kerangka penelitian pada gambar berikut ini.

Konsep Diri
X1
Minat Berwirausaha
Y
Lingkungan keluarga
X2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

34
Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2008:93) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap perumusan masalah penelitian. Berdasarkan perumusan masalah dan
kerangka konseptual yang telah diberikan, maka peneliti merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
“Konsep Diri, dan Lingkungan Keluarga berpengaruh Signifikan terhadap
Minat Berwirausaha pada Mahasiswa-Mahasiswi S1 Manajemen Stambuk 2013
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis USU”

35
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsep Diri, Pembelajaran Kewirausahaan dan Lingkungan Keluarga terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU tahun 2011

0 69 113

Pengaruh Prinsip Entrepreneurship Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa/I Manajemen Stambuk 2012 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis USU

0 8 120

Pengaruh Konsep Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa S1 Manajemen Stambuk 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

1 14 103

Pengaruh Prinsip Entrepreneurship Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa I Manajemen Stambuk 2012 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis USU

0 0 12

Pengaruh Prinsip Entrepreneurship Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa I Manajemen Stambuk 2012 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis USU

0 0 2

Pengaruh Konsep Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa S1 Manajemen Stambuk 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 10

Pengaruh Konsep Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa S1 Manajemen Stambuk 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 2

Pengaruh Konsep Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa S1 Manajemen Stambuk 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 6

Pengaruh Konsep Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa S1 Manajemen Stambuk 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 3

Pengaruh Konsep Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa S1 Manajemen Stambuk 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 10