Pengaruh Komite Audit, Profitabilitas, Dewan Komisaris, dan Ukuran Klien dalam Penentuan Fee Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Tinjauan Teoritis

2.1.1

Komite Audit
Konsep komite audit mulai diperkenalkan kepada dunia usaha di
Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Kemudian pada tahun 1970-an, New
York Stock Exchange (NYSE) mulai mewajibkan keberadaan komite audit
sebagai persyaratan pencatatan, sejak itu banyak negara yang membuat
ketentuan mengenai komite audit. Sejalan dengan kecenderungan
internasional tersebut, persyaratan semacam ini juga telah ditetapkan di
Indonesia melalui Pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan
pada bulan Mei 2002 (Toha, 2004).
Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam
Nomor SE- 03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri
BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite Audit terdiri
dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan

dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan
memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Menurut KNKG (2006),
jumlah komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan
dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan.
Dalam pelakasanaan tugasnya, komite audit mempunyai fungsi
membantu dewan komisaris untuk (1) meningkatkan kualitas laporan
keuangan, (2) menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat

9

Universitas Sumatera Utara

mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan
perusahaan, (3) meningkatkan efektifitas fungsi internal audit (SPI)
maupun eksternal audit, serta (4) mengidentifikasi hal-hal yang
memerlukan perhatian dewan komisaris atau pengawasan.

Tujuan dibentuknya komite audit meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a. Penyusunan Laporan Keuangan
Meskipun direksi dan dewan komisaris bertanggung jawab terutama

atas penyusunan laporan keuangan dan auditor eksternal bertanggung
jawab atau audit eksternal laporan keuangan, komite audit
melaksanakan pengawasan independen atas proses penyusunan
laporan keuangan dan pelaksanaan audit eksternal.
b. Manajemen Risiko dan Kontrol
Meskipun direksi dan dewan komisaris terutama bertanggung jawab
atas manajemen risiko dan kontrol, komite audit memberikan
pengawasan independen atas proses pengelolaan risiko dan kontrol.
c. Corporate Governance
Meskipun direksi dan dewan komisaris yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan

corporate

governance,

namun

komite


audit

melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan
corporate governance.

10

Universitas Sumatera Utara

2.1.2

Profitabilitas
Profitabilitas klien terkait dengan efisiensi penggunaan asset dan
sumber daya lain oleh perusahaan dalam operasinya. Joshi dan Al-Bastaki
(2000) mengemukakan bahwa penggunaan sumber daya yang efisiem
menghasilkan pengembalian asset yang tinggi.
Pada dasarnya perusahaan dengan tingkat keuntungan yang tinggi
cenderung akan membayar biaya audit yang lebih tinggi pula, hal ini
disebabkan karena perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi
memerlukan pengujian validitas dan pengakuan pendapatan dan biaya,

oleh karena itu akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
pelaksanaan auditnya. Karena itu akan mengakibtkan peningkatan besar
audit fee. Dan tergambar di dalam Professional Fee.
Profitabilitas auditee merupakan variabel yang penting dalam
menentukan audit fees dan dianggap sebagai cerminan dari kinerja
manajemen (Kikhia, 2014 : 44). Profitabilitas auditee dapat diidentifikasi
melalui informasi laporan keuangan.
Pengujian audit memerlukan waktu yang lebih lama. Joshi dan AlBastaki (2000 : 132) menyatakan bahwa penggunaan sumber daya yang
efisien menghasilkan pengembalian yang tinggi dari aset tersebut. Dalam
penelitian ini, profitabilitas diproksikan dengan tingkat pengembalian atas
aktiva (ROA) yang dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan
total aset auditee.

11

Universitas Sumatera Utara

2.1.3

Dewan Komisaris

Berkenaan dengan bentuk dewan dalam sebuah perusahaan, terdapat
dua sistem yang berbeda yang berasal dari dua sistem hukum yang
berbeda, yaitu Anglo Saxon dan Kontinental Eropa. Sistem Hukum Anglo
Saxon mempunyai Sistem Satu Tingkat atau One Tier System. Di sini
perusahaan hanya mempunyai satu dewan direksi yang pada umumnya
merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior (direktur
eksekutif) dan direktur independen yang bekerja dangan prinsip paruh
waktu (non direktur eksekutif). Pada dasarnya yang disebut belakangan ini
diangkat karena kebijakannya, pengalamannya dan relasinya. Negaranegara dengan One Tier System misalnya Amerika Serikat dan Inggris.
Sistem Hukum Kontinental Eropa mempunyai Sistem Dua Tingkat
atau Two Tiers System. Di sini perusahaan mempunyai dua badan terpisah,
yaitu dewan pengawas (dewan komisaris) dan dewan manajemen (dewan
direksi). Dewan direksi bertugas untuk mengelola dan mewakili
perusahaan di bawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris.
Dalam sistem ini, anggota dewan direksi diangkat dan setiap waktu dapat
diganti oleh badan pengawas (dewan komisaris). Dewan komisaris tidak
boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh
mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksi dengan pihak ketiga.
Anggota dewan komisaris diangkat dan diganti dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Negara-negara dengan Two Tiers System

adalah Denmark, Jerman, Belanda, dan Jepang. Karena sistem hukum

12

Universitas Sumatera Utara

Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda, maka hukum perusahaan
Indonesia menganut Two Tiers System untuk struktur dewan dalam
perusahaan.
Dewan komisaris dan dewan direksi yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing
sebagaimana yang dituang dalam anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan (fiduciary responsibility). Fungsi pengambilan
kebijakan dijalankan oleh dewan direksi, sedangkan fungsi pengawasan
dijalankan oleh dewan komisaris. Keduanya memiliki tanggung jawab
untuk memelihara kesinambungan usaha bagi perusahaan dalam jangka
panjang. Oleh karena itu, dewan komisaris dan direksi harus memiliki
kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan.
Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar

serta memberi nasihat kepada direksi. Disebutkan juga dalam Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-117/M-Mbu/2002
Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) pasal 9 menyebutkan bahwa dewan
komisaris mempunyai fungsi, antara lain:
1. Dalam melaksanakan tugasnya, Komisaris/Dewan Pengawas harus
mematuhi anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

13

Universitas Sumatera Utara

2. Komisaris/Dewan Pengawas bertanggung jawab dan berwenang
mengawasi tindakan Direksi dan memberikan nasehat kepada
Direksi jika dipandang perlu oleh Komisaris/Dewan Pengawas.
3. Komisaris/Dewan Pengawas harus memantau efektifitas praktek
good corporate governance yang diterapkan BUMN.
Komposisi dewan komisaris ditetapkan paling sedikit 20% merupakan
anggota dewan komisaris/dewan pengawas indepanden yang ditetapkan dalam

keputusan pengangkatannya. Dewan komisaris merupakam majelis dan setiap
anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan
berdasarkan keputusan dewan komisaris.
Chandra (2006) menyebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya, Dewan
Komisaris dapat membentuk berbagai komite yang membantu fungsi Dewan
Komisaris agar berjalan secara lebih efektif. Selanjutnya, Chandra (2006)
menyebutkan komite yang dapat dibentuk, antara lain:
1. Komite audit memastikan terselenggaranya efektifitas dari
pengendalian intern, pelaksanaan tugas eksternal auditor dan
internal auditor.
2. Komite Nominasi yang menyusun kriteria seleksi dan prosedur
nominasi anggota Komisaris dan Direksi dan eksektutif lainnya,
merancang sistem penilaian, dan memberikan rekomendasi tentang
jumlah direksi dan komisaris.
3. Komite Remunerasi yang menetapkan arahan dalam penyusunan
sistem penggajian dan pemberian tunjangan serta rekomendasi atas

14

Universitas Sumatera Utara


penilaian sistem remunerasi, pemberian saham, sistem pensiun dan
kompensasi dalam kasus pengurangan pegawai.
4. Komite Asuransi dan Resiko Usaha yang melakukan penilaian
berkala dan pemberian rekomendasi resiko usaha dan jenis serta
jumlah asuransi. Mengenai komposisi atau jumlah dewan direksi,
dalam pedoman Good Corporate Governance tidak dinyatakan
secara kuantitatif, jumlah anggota direksi harus disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas
dalam pengambilan keputusan. UUPT menyebutkan Dewan direksi
diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat kembali.

Keberadaan komisaris independen telah diatur melalui peraturan BEI
tanggal 1 Juli 2000. Dinyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar di bursa
harus mempunyai komisaris independen yang secara proporsional sama
dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minoritas. Dalam
peraturan ini, persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah
tiga puluh persen dari seluruh anggota dewan komisaris.
Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan
fungsi pengawasan agar tercipta perusahaan yang memiliki good

corporate governance. Komisaris independen merupakan bagian dari
dewan komisaris selain komisaris yang terafiliasi. Yang dimaksud
terafiliasi

adalah

pihak

yang

mempunyai

hubungan

bisnis

dan

kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan


15

Universitas Sumatera Utara

dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan anggota
direksi dan dewan komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan,
untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori 26 terafiliasi
(KNKG, 2006). Kriteria komisaris independen menurut Forum For
Corporate Governance in Indonesia (2000) antara lain :
1. Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen.
2. Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham
mayoritas, atau

seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang

berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan
pemegang saham mayoritas perusahaan.
3. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak
dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan
atau perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula
dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak
lagi menempati posisi seperti itu.
4. Komisaris independen bukan merupakan penasehat profesional
perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan
perusahaan tersebut.
5. Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok atau
pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau
perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain
berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok
atau pelanggan tersebut.

16

Universitas Sumatera Utara

6. Komisaris independen tidak memiliki kontrak kontraktual dengan
perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok selain
sebagai komisaris perusahaan tersebut.
7. Komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan
bisnis apapun atau hubungan yang dapat atau secara wajar dapat
dianggap sebagai campur tangan secara material dengan
kemampuannya sebagai seorang komisaris untuk bertindak demi
kepentingan yang menguntungkan perusahaan.

2.1.4

Ukuran Klien
Ukuran perusahaan dapat menunjukkan besar kecilnya suatu
perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diklasifikasikan menurut berbagai
cara antara lain dengan natural log total aktiva, nilai pasar saham, jumlah
pendapatan dan lain-lain. (Machfoedz dalam Septianingrum, 2014).
Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan LK No Kep. 11/PM/1997
menyatakan bahwa ukuran perusahaan kecil atau menengah diukur dengan
cara melihat total asset tidak lebih dari Rp. 100.000.000.000,- (seratus
miliar rupiah). Syarat ukuran perusahaan besar memiliki total asset lebih
dari Rp. 100.000.000.000,-.
Menurut Nugrahani (2013) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai
determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi dan untuk
sejumlah alasan berbeda :

17

Universitas Sumatera Utara

1. Ukuran

perusahaan

dapat

menentukan

tingkat

kemudahan

perusahaan memperoleh dana dari pasar modal.
2. Ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam
kontrak keuangan.
3. Ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba.
Penentuan ukuran perusahaan pada penelitian ini didasarkan kepada total
asset perusahaan. Menurut Ahmad dan Kamarudin (2003) menyatakan
perusahaan yang besar memiliki sumber daya yang lebih besar untuk
membayar biaya audit dan memiliki kemampuan untuk membayarnya
secepat mungkin setelah tutup tahun perusahaan.
Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan arus kas
perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam
jangka waktu relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa
perusahaan yang memiliki total aktiva yang besar relatif lebih stabil dan
lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aktiva
yang kecil (Nugrahani, 2013).

18

Universitas Sumatera Utara

2.1.5

Auditor Eksternal
Auditor eksternal adalah profesi audit yang melakukan audit atas
laporan keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau organisasi
lainnya sesuai dengan standar audit yang berlaku umum. Selain standar
audit, akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan
tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi baik dengan sesama
anggota maupun dengan masyarakat umum. Prinsip-prinsip ini mengatur
tentang

tanggung

jawab

profesi,

kepentingan

publik,

integritas,

objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan,
perilaku profesional, dan standar teknis (Rapina dkk, 2010).
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat
keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan. Peran utama auditor
eksternal adalah untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material (Mulyadi, 2002:12).
2.16

Fee Audit
Iskak (1999) dalam Suharli dan Nurlaelah (2008) mendefinisikan fee
audit adalah honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik kepada
perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan akuntan publik terhadap
laporan keuangan. Penetapan biaya audit yang dilakukan oleh KAP
berdasarkan perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari
biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya
tenaga yaitu manager, supervisor, auditor junior dan auditor senior.
Sedangkan biaya tidak langsung seperti biaya percetakan, biaya

19

Universitas Sumatera Utara

penyusutan komputer, gedung dan asuransi. Setelah dilakukan perhitungan
biaya pokok pemeriksaan maka akan dilakukan tawar menawar antar klien
yang bersangkutan dengan kantor akuntan publik.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat
Keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang
Kebijakan Penentuan Fee Audit. Dalam bagian Lampiran 1 dijelaskan
bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota
Institut Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik sebagai
akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa
profesional yang diberikannya.
Dijelaskan dalam Surat Keputusan mengenai penetapan fee audit,
yang harus dipertimbangkan oleh akuntan publik adalah:
1. Kebutuhan klien;
2. Tugas dan tanggungjawab menurut hukum.
3. Independensi.
4. Tingkat keahlian dan tanggungjawab yang melekat pada pekerjaan
yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan.
5. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh
akuntan publik dan sifatnya menyelesaikan pekerjaan.
6. Basis penetapan fee yang disepakati.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya fee audit
yaitu menurut Sankaraguruswamy et al. (2003), fee audit merupakan

20

Universitas Sumatera Utara

pendapatan yang besarnya bervariasi tergantung dari beberapa faktor dalam
penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien (client size), ukuran KAP,
keahlian auditor tentang industri (industry expertise), dan efisiensi yang
dimiliki oleh auditor (technological efficiency of auditors). Faktor-faktor ini
sangat berpengaruh terhadap penentuan fee audit yang dibebankan KAP
kepada kliennya. Faktor lain seperti berapa target profit yang akan
didapatkan pemilik jelas sangat besar pengaruhnya juga.
Penjelasan ini dibahas lebih lanjut oleh Surat Keputusan No.
KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit dimana
dalam menetapkan imbalan jasa harus sesuai dengan profesi akuntan publik
dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan
tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang
terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan
oleh auditor atau akuntan pendahulu atau dianjurkan oleh auditor atau
akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan
kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar
profesional yang berlaku.
2.2

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang sejenis yang sebelumnya telah dilakukan untuk
menentukan fee audit. Hasil – hasil penelitian ini digunakan untuk bahan
referensi peneliti. Di bawah ini dapat dilihat ringkasan penelitian terdahulu
adalah sebagai berikut

21

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
1.

Peneliti
Suharli dan Nurlaelah
(2008)

Judul
Konsentrasi Auditor
dan Penetapan Fee
Audit:
pada
Investigasi
BUMN

Variabel
Var. Independen: rasio
konsentrasi,
ukuran
KAP,
ukuran
perusahaan,
anak
perusahaan
Var.
Dependen:Audit
fees

2.

Pambudi (2012)

Pengaruh
Kepemilikan
Perusahaan
dan
Manajemen Laba
terhadap
Tipe
Auditor dan Audit
Fees
pada
Perusahaan
Manufaktur
di
Bursa
Efek
Indonesia

Var. Independen:
a. Tipe
kepemilikan
perusahaan (BUMN
dan swasta), dan
b. Manajemen
laba
(diukur
dengan
pendekatan
modifikasi Jones)
Var. Dependen:
a. Tipe auditor (KAP
domestik dan KAP
berafiliasi asing),
b. Fee Audit.

3.

Primasari (2013)

Pengaruh koneksi
politik dan
corporate
governance
terhadap
audit fee

agensi teori, koneksi
politik, CGPI, audit fee

Hasil
Penelitian
Rasio konsentrasi dan
ukuran
perusahaan
memiliki
pengaruh
signifikan. Sedangkan
ukuran KAP dan anak
perusahaan
tidak
memiliki
pengaruh
signifikan terhadap audit
fees.
Kepemilikan perusahaan
tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
probabilitas pemilihan
auditor dan fee audit.
Manajemen laba tidak
memiliki
pengaruh
terhadap
probabilitas
pemilihan auditor.
Manajemen
laba
berpengaruh
positif
terhadap fee audit.
koneksi politik dan good
corporate governance
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap audit
fee sehingga hipotesis
pertama dan hipotesis
kedua diterima. Hal ini
menunjukkan
bahwa
perusahaan
yang
mempunyai
koneksi
politik dapat
mempengaruhi
besar
audit fee yang diterima
auditor.
Di
dalam
penelitian
ini,
juga
ditemukan
bahwa perusahaan yang
mempunyai
koneksi
politik
merupakan
perusahaan risk taker.
Karena itu,
auditor
menanggung
resiko
yang
tinggi
sehingga
terjadi
peninggkatan pada audit
feenya. Good
corporate governance

22

Universitas Sumatera Utara

dapat
meningkatkan
audit fee.
4.

Immanuel (2014)

Analisis
Faktorfaktor
Yang
Mempengaruhi
Penetapan
Audit
Fees

Var. Independen :
Tipe
kepemilikan
perusahaan,
anak
perusahaan,
ukuran
KAP, dan manajemen
laba
Var. Dependen :
Fee Audit

Tipe
kepemilikan
perusahaan BUMN dan
swasta
dan
juga
Manajemen laba tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
penetapan audit fees.
Ukuran
perusahaan,
Keberadaan
anak
perusahaan,
Ukuran
kantor akuntan publik,
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
penetapan audit fees.

Sumber : Diolah oleh Peneliti
2.3

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan penjelasan mengenai gambaran
pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan
uraian teoritis dan penelitian terdahulu, faktor-faktor yang mempengaruhi
fee audit yang merupakan variabel independen adalah komite audit,
profitabilitas, dewan komisaris dan ukuran klien.

2.3.1

Pengaruh Komite Audit dalam Penentuan Fee Audit
Salah satu komponen dari good corporate governance (GCG) ini
adalah komite audit. Menurut penelitian Nugrahani (2013) bahwa ukuran
komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit eksternal.
Sedangkan Braoitta (2000) dalam Yatim et al. (2006) menyatakan bahwa
rekomendasi jumlah anggota komite audit konsisten dengan keinginan
untuk meningkatkan status organisasi komite audit.
Sesuai dengan rekomendasi dari The Blue Ribbon Company (1999),
penelitian ini berpendapat bahwa jumlah komite audit yang lebih besar

23

Universitas Sumatera Utara

akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan yang berakibat
pada rendahnya fee audit. Namun, menurut penelitian
2.3.2

Pengaruh Profitabilitas dalam Penentuan Fee Audit
Pada dasarnya perusahaan dengan tingkat keuntungan yang tinggi
cenderung akan membayar biaya audit yang lebih tinggi, hal ini
disebabkan karena perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi
memerlukan pengujian validitas dan pengakuan pendapatan dan biaya,
oleh karena itu akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
pelaksanaan auditnya. Karena itu akan mengakibtkan peningkatan besar
audit fee. Hassan & Naser (2013) menyatakan bahwa profitabilitas klien
berpengaruh positif terhadap besar audit fee. Begitu pula dengan hasil
penelitian Kharlinda (2015) yang juga menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap besar audit fee. Peningkatan pada Audit
Fee tentunya mengakibatkan peningkatan pula pada Professional Fee. Hal
ini dikarenakan Salah satu aspek dari Professional Fee adalah Audit Fee.

2.3.3

Pengaruh Dewan Komisaris dalam Penentuan Fee Audit
Salah satu bagian dari struktur corporate governance adalah jumlah
anggota dewan komisaris. Menurut Nugrahani (2013) Ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap fee audit eksternal.
Jumlah dewan komisaris akan memiliki pengaruh dalam proses pelaporan
keuangan. Apabila perusahaan memiliki jumlah dewan komisaris yang
semakin banyak maka akan menghasilkan pelaporan keuangan yang
semakin baik dan hal tersebut juga mempengaruhi proses audit. Laporan

24

Universitas Sumatera Utara

keuangan yang sudah baik membuat kerja dari auditor eksternal akan
berkurang dan mengakibatkan fee audit eksternal yang semakin kecil.
2.3.4

Pengaruh Ukuran Klien dalam Penentuan Fee Audit
Fee Audit merupakan hal yang penting dalam menentukan
pemeriksaan dan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan perbankan.
Banyak pertimbangan yang dilakukan untuk menentukan fee audit yang
sesuai. Salah satu pertimbangan yang dilakukan adalah melihat ukuran
perusahaan (client size). Client Size adalah variabel yang paling penting
dalam menentukan fee audit pada penelitian sebelumnya.
Auditor

yang

melakukan

audit

di

perusahaan

besar

akan

menghabiskan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk meninjau
operasi klien. karena perusahaan besar terlibat dalam sejumlah besar
transaksi yang tentu saja membutuhkan waktu berjam-jam bagi auditor
untuk memeriksa, Simunic (1980), dan Joshi dan Al-Bastaki (2000), dan
ukuran perusahaan yang lebih besar maka memerlukan agency cost yang
besar (Subramaniam, et al., 2009). Hasil penelitian yang menjelaskan
bahwa fee audit berpengaruh positif dengan ukuran klien (diukur dengan
total aset), misalnya, (Simunic, 1980) di Amerika Serikat. Hal tersebut
akan mengakibatkan jika ukuran klien yang diukur dengan total aset itu
tinggi membuat proses audit yang dilakukan oleh auditor akan semakin
rumit, maka penetapan fee audit akan semakin tinggi.

25

Universitas Sumatera Utara

2.3.5

Pengaruh Komite Audit, Profitabilitas , Dewan komisaris, dan
Ukuran Klien dalam penentuan Fee Audit
Fee Audit adalah biaya yang harus ditanggung klien karena telah
mendapatkan jasa audit dari sebuah KAP. Secara simultan, komite audit,
profitabilitas, dewan komisaris, dan ukuran klien berpengaruh terhadap
Fee Audit. Sedangkan Braoitta (2000) dalam Yatim et al. (2006)
menyatakan bahwa rekomendasi jumlah anggota komite audit konsisten
dengan keinginan untuk meningkatkan status organisasi komite audit.
Begitu juga dengan profitabilitas, Hassan & Naser (2013) menyatakan
bahwa profitabilitas klien berpengaruh positif terhadap besar audit fee.
Begitu pula dengan hasil penelitian Kharlinda (2015) yang juga
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap besar audit fee.
Dan juga Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani (2013)
menyatakan bahwa Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif
signifikan terhadap fee audit eksternal.
Sedangkan Simunic (1980), meneliti bahwa jika ukuran klien yang
diukur dengan total aset itu tinggi membuat proses audit yang dilakukan
oleh auditor akan semakin rumit, maka penetapan fee audit akan semakin
tinggi.

26

Universitas Sumatera Utara

Maka dibawah ini kerangka konseptualnya adalah :
Komite Audit (X1)

Profitabilitas (X2)

Dewan komisaris (X3)

H1
H2
Fee Audit
(Y)

H3
H4

Ukuran Klien (X4)
H5
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Sumber : Peneliti

2.4

Pengembangan Hipotesis
Pengembangan hipotesis merupakan hasil sementara berdasarkan
pemikiran dan teori yang belum teruji kebenarannya. Penelitian ini akan
menguji pengaruh komite audit, profitabilitas,dewan komisaris, dan
ukuran klien dalam penentuan fee audit, hipotesis yang dapat dijelaskan
berdasarkan landasan teori dan peneliti terdahulu sebagai berikut.
H1 : Komite Audit berpengaruh dalam penentuan fee audit.
H2 : Profitabilitas berpengaruh dalam penentuan fee audit.
H3 : Dewan komisaris berpengaruh dalam penentuan fee audit.
H4 : Ukuran Klien berpengaruh dalam penentuan fee audit.
H5 : Komite Audit, Profitabilitas, Dewan Komisaris, dan Ukuran Klien
berpengaruh dalam penentuan Fee Audit.

27

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013

21 91 114

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen, Komite Audit, Kualitas Audit, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2010-2013

1 34 125

Pengaruh Komite Audit, Profitabilitas, Dewan Komisaris, dan Ukuran Klien dalam Penentuan Fee Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

0 4 89

PENDAHULUAN Pengaruh Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit, dan Internal Audit Terhadap Fee Audit Eksternal (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2014).

0 3 11

Pengaruh Komite Audit, Profitabilitas, Dewan Komisaris, dan Ukuran Klien dalam Penentuan Fee Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

0 0 12

Pengaruh Komite Audit, Profitabilitas, Dewan Komisaris, dan Ukuran Klien dalam Penentuan Fee Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

0 0 2

Pengaruh Komite Audit, Profitabilitas, Dewan Komisaris, dan Ukuran Klien dalam Penentuan Fee Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

0 0 8

Pengaruh Komite Audit, Profitabilitas, Dewan Komisaris, dan Ukuran Klien dalam Penentuan Fee Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

0 0 3

Pengaruh Komite Audit, Profitabilitas, Dewan Komisaris, dan Ukuran Klien dalam Penentuan Fee Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

0 0 4

PENGARUH KOMITE AUDIT, DEWAN KOMISARIS DAN PROFITABILITAS TERHADAP AUDIT FEE (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2016)

0 0 13