Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Kelurahan Bagan Deli Kec. Medan Belawan

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.Pajak Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
2.1.1. Pengertian pajak
Pajak merupakan iuran wajib rakyat untuk negaranya yang bersifat memaksa
menurut undang-undang dan tidak mendapat timbal balik secara langsung
melainkan digunakan untuk pembayaran pengeluaran kepentingan umum.Pajak
memliki peranan yang sangat penting untuk kehidupan bernegara guna membiayai
semua pengeluaran termasuk pengeluaran pelaksanaan pembangunan (Mimmy
Sari Syahputri, 2013).

2.1.2. Jenis pajak
Penerimaan negara dalam bentuk pajak hampir dipastikan setiap tahunnya
meningkat sesuai dengan perkembangan perekonomian yang tertuang dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya.Di Indonesia
terdapat beberapa jenis pajak, berdasarkan pengelolahannya dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat dan pajak yang
dikelolah oleh pemerintah daerah.
1. Pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat yaitu berupa Pajak Penghasilan

(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPn BM), Bea Materai (BM), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
2. Pajak yang dikelola pemerintah daerah yaitu berupa Pajak Pembangunan 1
(PP1), Pajak Hotel, Pajak Kenderaan Bermotor (PKB), Pajak Restoran dan
pajak-pajak lainnya yang sesuai dengan kepentingan daerah masingmasing (Mimmy, 2013).

11

Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Wajib pajak
Wajib pajak merupakan badan atau pribadi (subjek pajak) yang dikenakan
kewajiban membayar pajak yang meliputi pembayaran pajak, pemungutan pajak
dan pemotongan pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan yang
sesuai dengan perundang-undangan perpajakan.

2.2.

Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau
penguasaan kendaraan bermotor. Sesuai Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan jenis pajak yang
kewenangannya ada pada Provinsi. Yang menjadi objek dari Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) adalah kepemilikan dan/atau penguasaan
Kendaraan Bermotor.

2.2.1. Objek Pajak Kendaraan Bermotor
Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan
Kendaraan Bermotor.
1. Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud
kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan
di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan
di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai
dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).
2. Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud pada ayat adalah:
i.


kereta api

ii.

Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk
keperluan pertahanan dan keamanan negara

Universitas Sumatera Utara

iii.

Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan,
konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan
lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas
pembebasan pajak dari Pemerintah

2.2.2. Subjec Pajak Kendaraan Bermotor
1. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang
memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor.

2. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang
memiliki Kendaraan Bermotor.
3. Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh
pengurus atau kuasa Badan tersebut.

2.2.3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut:
2. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar
1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen)
3. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif
dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen)
dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
4. Kepemilikan Kendaraan Bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat
yang sama.
5. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam
kebakaran,

sosial

keagamaan,


lembaga

sosial

dan

keagamaan,

Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang
ditetapkan

dengan

Peraturan

Daerah,

ditetapkan


paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi
sebesar 1% (satu persen).
6. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling
tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
7. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan Peraturan Daerah

13

Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Masa Pajak Kendaraan Bermotor
1. Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk Masa Pajak 12 (dua belas)
bulan berturut turut terhitung mulai saat pendaftaran Kendaraan
Bermotor.
2. Pajak Kendaraan Bermotor dibayar sekaligus di muka.
3. Untuk Pajak Kendaraan Bermotor yang karena keadaan kahar (force
majeure) Masa Pajaknya tidak sampai 12 (dua belas) bulan, dapat
dilakukan restitusi atas pajak yang sudah dibayar untuk porsi Masa Pajak
yang belum dilalui.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan restitusi diatur
dengan Peraturan Gubernur.
5. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit 10%
(sepuluh persen), termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota,
dialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta
peningkatan moda dan saranatransportasi umum.

2.3. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak adalah kerelaan wajib pajak dalam memberikan kontribusi
dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan dengan cara membayar kewajiban
pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlahnya.
Kesadaran membayar pajak sangat perlu ditingkatkan sejalan dengan
besarnya pendapatan mereka.Kesadaran dalam membayar pajak tercermin dari
kebijaksanaan yang diambil oleh seorang wajib pajak seperti pembayaran pajak
tepat waktu, menghindari denda karena keterlambatan, memahami pentingnya
pajak tersebut untuk pembangunan negara (Mimmy, 2013).

2.4. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga
Pendapatan adalah penghasilan/perolehan seseorang baik berupa uang maupun
barang sebagai batas jasa atau kontraprestasi yang diterima untuk suatu jangka

waktu tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Pendapatan berupa uang tersebut yaitu hasil dari upah dan gaji seperti:
kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang. Untuk gaji
dan upah dari hasil sendiri seperti: komisi dan hasil bersih dari usaha yang
dijalankannya sendiri. Untuk pendapatan berupa barang yaitu dimana pembayaran
gajinya dapat dalam bentuk: beras, pengobatan, transportasi, rekreasi, dan lain
sebagainya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati (Mimmy, 2013).

2.5. Pendidikan Wajib Pajak
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Mimmy, 2013). Setiap warga negara
wajib memperoleh pendidikan formal untuk bekal dimasa depan, tetapi ada juga
masyarakat yang tidak menamatkan pendidikan wajib mereka bahkan ada juga
dari mereka yang tidak bersekolah, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti: biaya yang pas-pasan, tidak adanya kemauan dari orang tersebut,
tidak adanya dukungan dari orang terdekat dan lain sebagainya. Maka dari itu
terdapat di masyarakat tingkat pendidikan seseorang itu menjadi berbeda-beda.
Berikut adaah tingkatan pendidikan yang ada:
a. Pendidikan dasar: TK (Taman Kanak-Kanak) dan SD (Sekolah Dasar)
b. Pendidikan lanjutan: SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah
Menengah Atas) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)
c. Pendidikan tinggi: Diploma, Sarjana, Pasca Sarjana, Doktor.

2.6. Sanksi Denda
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU
Perpajakan. Terkait besarannya, denda dapat ditetapkan sebesar jumlah
tertentu, presentasi dari jumlah tertentu, atau suatu angka perkalian dari

15

Universitas Sumatera Utara

jumlah tertentu.Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan
ditambahkan dengan sanksi pidana.

Dengan kata lain, sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif)
agar Wajib Pajak tidak melanggar norma. Itulah sebabnya, penting bagi
Wajib pajak memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui
konsekuensi hukum dari apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan.

2.7. Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan perpajakan masyarakat masih minim, terdapat beberapa masyarakat
masyarakat kurang paham apa yang dimaksud dengan pajak, kontribusi pajak dan
hal-hal tentang perpajakan. Kebanyakan dari mereka hanya ikut membayarpajak
mereka tanpa mengetahui lebih lanjut mengenai perpajakan sehingga mengurangi
tingkat kesadaran wajib pajak (Mimmy, 2013).
Maka dari itu diharapkan melalui pendidikan perpajakan dapat mendorong
individu kearah yang positif dan mampu menghasilkan pola pikir yang positif
yang selanjutnya akan dapat memberikan pengaruh positif sebagai pendorong
untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak.

2.8. Kepercayaan Terhadap Petugas Pajak
Dalam kenyataannya pendapatan dalam sektor perpajakan masih sangat
rendah tidak seperti yang di harapkan salah satu penyebabnya adalah
menurunnya minat masyarakat dalam membayar pajak karena ketidak

sesuaian antara yang mereka bayar dengan yang mereka dapatkan di tambah
lagi dengan beredarnya kasus oknum perpajakan yang tidak menjalankan
amanahnya dengan baik sehingga masyarakat tidak menaruh kepercayaan
pada pegawai pajak dan kecewa, sehingga bayar pajak menjadi traumatis
tersendiri.

Universitas Sumatera Utara

2.9. Penyuluhan
Ban (1999) menyatakan bahwa penyuluhan merupakan sebuah intervensi
sosial yang melibatkan penggunaan komunikasi informasi secara sadar
untuk membantu masyarakat membentuk pendapat mereka sendiri dan
mengambil keputusan dengan baik.Margono Slamet (2000) menegaskan
bahwa inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdayakan
masyarakat.
Aktivitas penyuluhan adalah suatu sarana untuk dapat menggugah kesadaran
Wajib Pajak dalam menunaikan haknya dengan informasi tentang
kemudahan membayar pajak dan berbagai kebijakan lainnya yang menarik.

2.10. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB), kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
PENDAPATAN PERBULAN (X1)
PENDIDIKAN (X2)
SANKSI DENDA (X3)
PENGETAHUAN
MASYARAKAT
(PKB) (X4)

TERHADAP

KEPERCAYAAN

PETUGAS

KESADARAN WAJIB
PAJAK PKB (Y)

PAJAK (X5)

PENYULUHAN(X6)

Gambar 2.1. Skema Pemikiran

17

Universitas Sumatera Utara

2.10.1. Hipotesis
Hipotesis merupakan pengujian statistik yang didasari oleh suatu asumsi
alternatif lain (Siagi dan Sugiato, 2000). Berdasarkan teori dan kerangka
pemikiran yang telah dibuat maka hipotesis dari penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Pendapatan Perbulan
H0 = Pendapatan perbulan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PKB
H1 = Pendapatan perbulan berpengaruh signifikan terhadap kesadaran
wajib pajak dalam pembayaran PKB.
2. Pendidikan
H0 = Pendidikan wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap
kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PKB.
H1 = Pendidikan wajib

pajak

berpengaruh

signifikan

terhadap

kesadaran wajib pajak dalam membayar PKB.
3. Sanksi Denda
H0 = Sanksi denda tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran
wajib pajak dalam pembayaran PKB.
H1 = Sanksi denda berpengaruh signifikan terhadap

kesadaran

wajib pajak dalam membayar PKB.
4. Pengetahuan Perhitungan PKB
H0 = Pengetahuan Perhitungan PKB wajib pajak tidak berpengaruh
signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran
PKB.
H1 = Pengetahuan perhitungan PKB wajib pajak
signifikan terhadap

berpengaruh

kesadaran wajib pajak dalam membayar

PKB.
5. Kepercayaan Wajib Pajak Terhadap Petugas Pajak
H0 = Kepercayaan Wajib Pajak Terhadap Petugas Pajak
tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak
dalam pembayaran PKB.

Universitas Sumatera Utara

H1 = Kepercayaan Wajib Pajak Terhadap Petugas Pajak berpengaruh
signifikan terhadap

kesadaran wajib pajak dalam membayar

PKB.
6. Penyuluhan
H0 = Penyuluhan tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran
wajib pajak dalam pembayaran PKB.
H1 = Penyuluhan berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib
pajak dalam pembayaran PKB.

2.11. Data
Data merupakan bentuk jamak dari datum yang merupakan informasi yang
diperoleh dari satu satuan amatan.Pada umumnya informasi ini diperoleh melalui
observasi (pengamatan) yang dilakukan terhadap sekumpulan individu. Informasi
yang diperoleh memberikan gambaran, keterangan, atau fakta mengenai suatu
persoalan dalam bentuk kategorik, huruf atau bilangan (Sugiarto,dkk,2001).

2.11.1. Jenis Data
Data dapat golongan menurut jenisnya berdasarkan kriteria, yaitu :
Data kualitatif dan kuantitatif
a. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang sifatnya hanya menggolongkan saja.
Termasuk dalam klasifikasi data tipe ini adalah data yang berskala ukur
nominal dan ordinal. Sebagai contoh adalah data kepuasan pelanggan
(tinggi, sedang, rendah).
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Termasuk dalam
klasifikasi data tipe ini adalah data yang berskala ukur interval dan rasio.
Sebagai contoh data kuantitatif adalah data tinggi badan siswa, misalnya :
130 cm, 135 cm, 140 cm, dan sebagainya.

19

Universitas Sumatera Utara

Data internal dan eksternal
a. Data Internal merupakan data yang didapat dari dalam perusahaan atau
organisasi yang melakukan riset. Data ini menggambarkan keadaan
dalam organisasi tersebut.
b. Data Eksternal merupakan data mengenai keadaan diluar organisasi,
pada umumnya didapat dari pihak lain yang digunakan sebagai
pembanding. Data eksternal itu sendiri terbagi atas dua bagian, yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang
yang berkepentingan atau yang memakai data tersebut. Data ini
diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data primer yang diperoleh dari pihak lain
atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan.
Sebagai contoh adalah data jumlah produksi suatu produk.
Data time series dan cross section
a. Data Time Series merupakan data yang dikumpulkan dari beberapa
tahapan waktu secara kronologis, misalnya mingguan, bulanan, atau
tahunan.
b. Data Cross Section merupakan data yang dikumpulkan pada waktu dan
tempat tertentu saja, misalnya data hasil pengisian kuesioner tentang
prilaku pembelian suatu produk shampo oleh responden pada bulan Juni
2011.

2.11.2. Skala Pengukuran
Skala merupakan suatu prosedur pemberian angka atau simbol lain kepada
sejumlah ciri tersebut. Diantara bermacam-macam pengukuran untuk responrespon yang diamati terhadap obyek-obyek, yang sering dipergunakan ialah
ukuran-ukuran

cacah,

peringkat,

panjang,

volume,

waktu,

bobot

dan

Universitas Sumatera Utara

lainnya.Dalam statistik dibedakan empat macam skala pengukuran yang mungkin
menghasilkan yaitu:
a. Skala Nominal
Skala ini menggolongkan obyek-obyek atau kejadian-kejadian kedalam
berbagai kategori untuk menunjukkan kesamaan atau perbedaan ciri-ciri
objek. Kategori-kategori tersebut dilambangkan dengan kata-kata, huruf
simbol, atau angka.
Contoh :

1. Pria
2. Wanita

b. Skala Ordinal
Seperti halnya dalam skala nominal, kelompok-kelompok yang sudah
didefinisikan sebelumnya juga menggunakan lambang angka atau huruf.
Ukuran pada skala ordinal tidak memberikan nilai absolut pada obyek,
tetapi hanya urutan (ranking) relatif saja.
Contoh: ingin diketahui status sosial seseorang yaitu A rendah, B sedang,
dan C tinggi.
c. Skala Interval
Skala interval memberikan ciri angka kepada kelompok obyek yang
mempunyai skala nominal dan ordinal, ditambah dengan jarak yang sama
pada urutan obyeknya. Skala interval diberikan apabila kategori yang
digunakan bisa dibedakan, diurutkan, mempunyai jarak tertentu, tetapi
tidak bisa dibandingkan.
d. Skala Rasio
Skala rasio menggunakan titik baku mutlak (titik nol mutlak). Angka pada
skala rasio menunjukan nilai sebenarmya dari obyek yang diukur
sedangkan satuan ukurnya ditetapkan dengan perjanjian tertentu.

2.11.3. Skala Instrumen (Model Skala Sikap)
Bentuk-bentuk skala instrumen (model skala sikap) yang sering digunakan dalam
penelitian ada 5 macam, yaitu:

21

Universitas Sumatera Utara

a. Skala Likert
Skala likert diguankan untuk mengatur sikap, pendapatan, dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang kejadian atau gajala sosial. Pada skala
likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi subvariabel. Kemudian
subvariabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang terukur yang
mana menjadi titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa
pertanyaan yang perlu dijawab responden. Setiap jawaban diungkapkan
dengan kata-kata, misalnya: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,
sangat tidak setuju.
b. Skala Gutman Skala gutman mengukur suatu dimensi saja dari suatu variabel
multidimensi. Skala Gutman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang
bersifat jelas (tegas) dan konsisten.
c. Skala diferensial semantik
Skala diferensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan
serangkaian bipolar (dua kutub). Responden diminta untuk menilai suatu
obyek atau konsep pada suatu skala yang mempunyai dua adjektif yang
bertentangan. Misalkan: panas-dingin, popular-tidak popular, bagus-buruk,
dan sebagainya.
d. Rating Scale
Rating scale yaitu data mentah yang didapat berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Misalnya: ketat-longgar, lemah-kuat,
positif-negatif.
e. Skala Thurstone
Skala thurstone meminta responden untuk memilih jawaban pertanyaan yang
ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan-pandangan
yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai
antara 1 sampai 10 tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden.

Instrumen untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
berupa kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala Likert. Setiap

Universitas Sumatera Utara

pertanyaan mempunyai lima alternatif jawaban. Untuk mengukur faktor yang
berpengaruh digunakan skala likert dengan skor yang berbeda-beda yaitu:
a.

Sangat setuju (SS) diberi skor 5

b.

Setuju (S) diberi skor 4

c.

Ragu-ragu 3

d.

Tidak setuju (TS) diberi skor 2

e.

Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1
Sedangkan untuk mengukur kesadaran digunakan skala dikotomi

dengan dua alternative jawaban dengan skor yang berbeda, yaitu: diberi skor
1 untuk keputusan sadar, dan diberi skor 0 untuk keputusan tidak sadar.
Pengkategorian variabel-variabel independent dilakukan dengan
metode median instrument. Menurut Azwar (dalam Jefrio, 2010:44) median
instrument didapat dari nilai tengah skor dikalikan dengan jumlah item
pertanyaan pada masing-masing blok yang mewakili tiap variable.

2.11.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menunjukan cara-cara yang dapat ditempuh untuk
memperoleh data yang dibutuhkan (Sugiarto dkk, 2001).Seperti yang telah
dipelajari metode pengumpulan data terdiri dari metode pengumpulan data primer
dan metode pengumpulan data sekunder.
a. Metode Pengumpulan Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari
individu atau perorangan seperti hasil wawancara atau hasil dari pengisian
kuesioner yang biasa dilakukan peneliti. Pelaksanaanya dapat dilakukan
dengan melakukan survei atau percobaan.

23

Universitas Sumatera Utara

1. Survei
Survei dilakukan apabila data yang dicari sebenarnya sudah ada di
lapangan. Teknik pengumpulan data dengan cara survei bisa dilakukan
dengan:


Wawancara dengan responden. Wawancara atau interview
adalah suatu cara pengumpulan data dengan menanyakan
langsung kepada responden dalam suatu permasalahan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut telah disiapkan terlebih dahulu
sebagai kuesioner.



Angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah jawaban
tertulis dari responden atas kuesioner yang diberikan. Dengan
kuesioner, informasi yang dikumpulkan dapat lebih banyak dan
tersebar merata dalam satu wilayah walaupun kenyataannya
tidak semua kuesioner dikembalikan kepada peneliti.



Pooling (menggunakan telepon) atau melakukan observasi
langsung.

2. Percobaan (experiment)
Cara percobaan dilakukan apabila data yang ingin diperoleh belum
tersedia dan dengan demikian variabel yang akan diukur harus
dibangkitkan melalui suatu percobaan.
b. Metode Pengumpulan Data Sekunder
Metode ini sering disebut dengan metode menggunakan bahan dokumen,
karena dalam hal ini peneliti tidak secara langsung mengambil data
sendiri, tetapi meneliti dan memanfaatkan data atau dokumen yang
dihasilkan dari pihak-pihak lain. Data sekunder pada umumnya digunakan
oleh

peneliti

untuk

memberikan

gambaran

tambahan,

gambaran

perlengkapan ataupun untuk diperoses lebih lanjut.

2.11.5. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang
ingin diteliti sedangkan sampel adalah sebagian anggota populasi yang dipilih

Universitas Sumatera Utara

dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili
populasinya (Sugiarto dkk, 2001).
Suatu sampel yang baik atau benar akan dapat memberikan gambaran
yang sebenarnya tentang populasi sehingga jika suatu penelitian sampelnya tidak
diambil secara benar, maka hasilnya tidak akan dapat digeneralisasikan dan tidak
dapat memberikan hasil yang tepat dalam menggambarkan keadaan sebenarnya
dari populasi yang diteliti.
Pengambilan sampel (sampling) adalah suatu proses yang dilakukan untuk
memilih dan mengambil sampel secara benar dari suatu populasi sehingga dapat
mewakili populasi tersebut.

2.11.6. Teknik Sampling
Secara garis besar metode penarikan sampel dapat dibagi menjadi dua yaitu
pemilihan sampel dari populasi secara acak (random atau probability sampling)
dan pemilihan sampel dari populasi secara tidak acak (nonrandom atau
nonprobability sampling). Pembagian dari kedua sampling tersebut dapat dilihat
pada bagan berikut (Mimmy, 2013):

Teknik Sampling

Probability

Acak
Sederhan

Sistematik

Non Probability

Berstrata

Berkelompok

(Statified)

(Cluster)

Convenience

Judgment

Quota

Snow
Ball

Gambar 2.2. Bagan Pembagian Teknik Sampling
25

Universitas Sumatera Utara

2.12. Analisis Data
2.12.1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu mengukur
apa yang ingin diukur (Singarimbun, 2006). Metode pengujian validitas yang
digunakan adalah validitas konstruk. Langkah pengujian validitas, yaitu :
a. Mendefenisikan secara operasional konsep yang akan diukur
b. Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden
c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
d. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total
dengan menggunakan rumus teknik korelasi “product moment”, yang
rumusnya seperti berikut:

N ( XY )  ( X  Y )

r

N  X

2



 ( X ) 2 N  Y 2  ( Y ) 2

 .....................................(2.1)

dimana :
r

= koefisien korelasi

x

= nilai isian x

y

= nilai isian y

x

= jumlah isian x

y

= jumlah isian y

 xy

= jumlah perkalian x dan y

e. Item Instrumen dianggap Valid jika angka korelasi lebih besardari
atau bisa juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r
hitung

r tabel maka instrument menjadi valid model.

Universitas Sumatera Utara

2.12.2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat di percaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat di
gunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran
yang di peroleh relatif konsisten, maka alat pengukuran tersebut reliabel (
Helmi Syafrizal, dkk 2008). Suatu variabel dinyatakan reliabel apabila nilai
dari Cronbach Alpha

0,60 untuk menghitung uji realibilitas Cronbach

Alpha setiap variabel.
=





(2.2)

Dimana :
X

= nilai variabel

k

= 1,2, ... ,m

n

= jumlah responden

Untuk menghitung uji reliabitas Cronbach Alpha secara keseluruhan :
̅=[

][





]

(2.3)

Dimana :
k

= jumlah pertanyaan

1

= nilai peluang
= jumlah dari setiap pertanyaan


= total jumlah pertanyaan

2.13. Regresi
2.13.1. Pengertian Regresi
Suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan
antara dua variabel atau lebih, dengan tujuan untuk membuat prediksi nilai suatu
variabel dependen melalui variabel independen.

27

Universitas Sumatera Utara

Analisis regresi adalah teknik statistik untuk memeriksa dan memodelkan
hubungan diantara variabel-varibel. Analisis regresi dapat digunakan untuk dua
hal pokok, yaitu:
a. Untuk memperoleh suatu persamaan dari garis yang menunjukkan persamaan
hubungan antara dua variabel. Persamaan dan garis yang dihasilkan bisa
berupa persamaan garis bentuk linier maupun nonlinear.
b. Untuk menaksir suatu variabel yang disebut variabel tak bebas (terikat)
dengan variabel lain yang disebut variabel bebas berdasarkan hubungan yang
ditunjukkan persamaan regresi tersebut.
Berdasarkan amatan dan analisis data, penyelesaian regresi ini dapat berupa
persamaan linier maupun nonlinier.Oleh karena itu analisis regresi ini terbagi atas
regresi linier dan regresi nonlinear.Yang termasuk kedalam regresi linear adalah
regresi linier sederhana, regresi linear berganda, dan sebagainya.Sedangkan yang
termasuk kedalam regresi nonlinear adalah regresi model parabola kuadratik,
model parabola kubik, model eksponen, model geometrik, regresi logistik, dan
sebagainya (Mimmy, 2013).

2.13.2. Regresi Logistik
Metode regresi merupakan analisis data yang mendeskripsikan antara sebuah
variabel respon dan satu atau lebih variabel penjelas atau prediktor (Hosmer dan
Lemeshow, 2000). Perbedaan regresi sederhana dan regresi logistik adalah
variabel respon. Regresi logistik merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mencari hubungan variabel respon yang bersifat dichotomous
(berskala nominal atau ordinal dengan dua kategori) atau polychotomous
(mempunyai skala nominal atau ordinal dengan lebih dari kategori) dengan satu
atau lebih variabel prediktor. Sedangkan variabel respon bersifat kontinyu atau
kategorik (Agresti, 1990).
Regresi logistik berdasarkan jenis skala data variabel respon yang
digunakan dibagi menjadi 3 macam, yaitu regresi logistik biner, multinomial, dan
regresi logistik ordinal.

Universitas Sumatera Utara

1. Regresi Logistik Biner (Binary Logistic Regression)
Sebelum melakukan pengolahan dengan menggunakan program paket
SPSS 17.0 maka data yang akan digunakan haruslah disesuaikan terlebih
dahulu. Pada regresi logistik biner, data variabel respon yang digunakan
adalah data dengan skala nominal dengan hanya berupa 2 kategori yaitu
“sukses” atau “gagal” misalnya: ya-tidak, benar-salah, hidup-mati, hadirabsen, laki-perempuan, dst. Sedangkan data variabel prediktor dapat
berupa data dengan skala ordinal (seringkali digunakan pada kasuskasus/penelitian sosial kemasyarakatan) ataupun data dengan skala rasio
(seringkali dijumpai pada penelitian industri).
2. Regresi Logistik Multinomial (Multinomial Logistic Regression)
Pada regresi logistik multinomial, data variabel respon yang digunakan
adalah data berskala nominal dengan lebih dari 2 kategori, misalnya:
agama, warna lampu lalu lintas, dst. Sedangkan data variabel prediktor
dapat berupa data dengan skala ordinal ataupun rasio.
3. Regresi Logistik Ordinal (Ordinal Logistic Regression)
Pada regresi logistik ordinal, data variabel respon yang digunakan adalah
data berskala ordinal dengan 2 atau lebih kategori, misalnya: setuju-tidak
setuju, setuju-biasa-tidak setuju, sangat setuju-setuju-biasa-tidak setujusangat tidak setuju, dst. Sedangkan data variabel prediktor dapat berupa
data ordinal ataupun rasio.
Analisis regresi logistik merupakan salah satu pendekatan model matematis yang
digunakan untuk menganilisis hubungan satu atau dua variabel independen
dengan sebuah variabel dependen kategorik yang bersifat dikotom/binary.
Variabel kategorik yang dikotom merupakan variabel yang mempunyai dua nilai
variasi yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang diberi
skor 0 atau 1 yaitu dalam hal ini mengenai kesadaran wajib pajak yaitu sadar atau
tidak sadar (Sri Pingit Wulandari dkk, 2009).

29

Universitas Sumatera Utara

2.13.3. Persamaan Regresi Logistik
Regresi

logistik

adalah

suatu

analisis

regresi

yang

digunakan

untuk

menggambarkan hubungan antara variabel respon dengan sekumpulan variabel
prediktor dimana variabel respon bersifat biner atau dikotomus.Variabel
dikotomus adalah variabel yang hanya mempunyai dua kemungkinan nilai,
misalnya sukses dan gagal, sedang variabel prediktor sering disebut juga
covariate. Dengan demikian dihasikan persamaan sebagai berikut:
Model regresi logistik univariat yaitu (Hosmer, 2000):

π(x) =

(2.2)

di mana:
π(x) = probabilitas sukses dari variabel x (variabel dependen)
= konstanta
= koefisien regresi
x

= variabel independen

e

= bilangan natural (2,7182818...)

Model regresi logistik multivariat

π(x) =

(2.3)

di mana:
π(x)

= probabilitas sukses dari variabel x (variabel dependen)
= konstanta
= koefisien regresi

xi

= variabel independen

i

= 1,2,3,..,k

e

= bilangan natural (2,7182818...)

Statistik Wald untuk uji signifikansi parameter regresi logistik digunakan
untuk melihat apakah suatu variabel independen (prediktor) mempunyai

Universitas Sumatera Utara

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (respon). Hipotesis
pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0

:

= 0( Variabel dinyatakan tidak berpengaruh signifikan)

H1

:

≠0

( Variabel dinyatakan berpengaruh signifikan)

=

(2.4)

Statistik uji wald tersebut mengikuti distribusi normal sehingga H0 ditolak
jika lwl> Zα/2 (nilai wald

dari Ztabel ).

di mana:
= uji wald ke-i
= nilai koefisien regresi logistik untuk variable ke-i
= nilai standart eror untuk variable ke-i

Odds Ratio (ψ) yaitu nilai yang menunjukan besarnya pengaruh kategori
satu kategori dua (kategori dua terhadap respon dengan kategori
pembanding) dalam satu variabel tersebut.

ψ=

(2.5)

di mana:
Ψ

= Odds Ratio

π(1)

= adalah peluang kejadian kelompok pertama

π(0)

= adalah peluang kejadian kelompok kedua

31

Universitas Sumatera Utara