PERAN KEPALA MADRASAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs AL-HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep tentang Kepala Madrasah sebagai supervisor
1. Pengertian Kepala Madrasah
Diantara pemimpin pendidikan yang bermacam-macam jenis dan
tingkatnya, kepala Madrasah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat
penting karena kepala madrasah berhubungan langsung dengan pelaksanaan
program pendidikan di Madrasah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat
bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala madrasah sebagai
salah satu pemimpin pendidikan. hal ini karena kepala madrasah merupakan
seorang pejabat yang professional dalam organisasi madrasah yang bertugas
mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru
dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kegiatan lembaga pendidikan madrasah disamping diatur oleh
pemerintah, sesungguhnya sebagian besar ditentukan oleh aktivitas kepala
madrasahnya. Menurut Wahjosumijo, kepala madrasah mempunyai dua kata
yaitu kepala dan madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau
pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan
madrasah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima atau
member pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala madrasah

dapat didefinikan sebagai “ Guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu

14

15

madrasah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat
dimana terjadi interaksi antara guru dan murid yang menerima pelajaran”.10
Kepala madrasah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. erat hubunganya
antara mutu kepala madrasah dengan berbagai aspek kehidupan madrasah
seperti disiplin madrasah, iklim budaya madrasah dan menurunnya perilaku
nakal peserta didik. Karenanya kepala madrasah bertanggu jawab atas
manajemen pendidikan secara micro, yang secara langsung berkaitan
dengan proses pembelajaran dimadrasah. Sebagaimana dikemukakan dalam
pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa:
“kepala madrasah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi madrasah, tenaga kependidikan lainnya, dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.”11
Kepala madrasah merupakan personel madrasah yang bertangung

jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan madrasah. Kepala madrasah
mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan
seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan madrasah yang dipimpinnya
dengan dasar pancasila yang bertujuan untuk:
a. Meningkatkan ketakwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa
b. Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan
c. Mempertinggi budi pekerti
d. Memperkuat kepribadian

10

Wahjosumidjo, kepemimpinan kepala madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1999), hal. 83
11
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2011), hal. 98-99

16

e. Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.12

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa kepala madrasah tidak hanya
bertanggung jawab atas kelancaran jalannya madrasah secara akademis
saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan madrasah dengan
kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya
merupakan merupakan tanggung jawabnya pula. Inisiatif dan kreatifitas
yang mengarah kepada perkembangan dan kemajuan madrasah adalah
merupakan tugas dan tanggung jawab kepala madrasah baik berupa
material seperti perbaikan gedung, penambahan ruang, penambahan
perlengkapan, dan sebagainya maupun yang bersangkutan pendidikan
anak-anak. Kepala madrasah tidak dapat bekerja sendiri, beliau juga
harus bekerjasam dengan para guru, orang tua murid serta pihak
pemerintah setempat.
2. Peran Kepala Madrasah
Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan dituntut untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang berkaitan dengan
kepemimpinan pendidikan dengan sebaik mungkin, termasuk di dalamnya
sebagai pemimpin pengajar.13 Harapan yang segera muncul dari para guru,
siswa, staf administrasi, pemerintah dan masyarakat adalah agar kepala
madrasah dapat melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan selektif
mungkin untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang diemban dalam


12
13

M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta:Renika Cipta, 2010), hal. 80
Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya: Elkaf, 2006), hal. 133

17

mengoptimalkan madrasah. Selain itu juga memberikan perhatian kepada
pengembangan individu dan organisasi.
Peran seorang pemimpin akan sangat menentukan kemana dan akan
menjadi apa organisasi yang dipimpinnya. Sehingga dengan kehadiran
seorang pemimpin akan membuat organisasi menjadi satu kesatuan yang
memiliki kekuatan untuk berkembang dan tumbuh lebih besar. Begitu juga
kepala madrasah sebagai pemimpin lembaga pendidikan formal mempunyai
peran yang sangat penting dalam pemberdayaan tenaga pendidikan.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin formal atau
lembaga pendidikan, kepala madrasah atau madrasah setidaknya berfungsi
sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, mediator,

innovator dan motivator.
a. Kepala Madrasah sebagai Educator (pendidik)
Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala madrasah
harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga kependidikan dimadrasahnya.14 Dalam berperan sebagai pendidik
kepala madrasah harus berusaha menanamkan, memajukan dan
meningkatkan sedikitnya empat macam nilai yakni pembinaan mental,
moral, fisik dan artistik.15
a) Pembinaan mental, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan sikap, batin dan watak. Untuk itu
kepala madrasah harus melengkapi sarana prasarana dan sumber
14
15

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional..., hal. 49
Ibid…, hal. 99-100

18

belajar agar dapat memberi kemudahan kepada para guru dalam

melaksanakan tugas utamanya, mengajar. Mengajar dalam arti
memberikan kemudahan belajar peserta didik (facilitate of learning).16
b) Pembinaan moral, yaitu pembinaan para tenaga kependidikan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruknya mengenai suatu
perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing
tenaga kependidikan. Kepala madrasah harus berusaha memberikan
nasehat kepada seluruh warga madrasah, misalnya pada setiap upacara
bendera atau pertemuan rutin.
c) Pembinaan fisik, yaitu pembinaan tenaga kependidikan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan. Kesehatan dan
penampilan mereka secara lahiriah. Kepala madrasah harus mampu
memberikan dorongan agar tenaga kependidikan terlibat secara aktif
dan kreatif dalam berbagai kegiatan olahraga, baik yang diprogramkan
di madrasah maupun diselenggarakan oleh masyarakat sekitar.
d) Pembinaan artistic, yaitu pembinaan tenaga kependidikan tentang halhal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan
keindahan. Hal ini biasanya dilakukan melalui karya wisata yang bisa
dilaksanakan setiap akhir tahun ajaran.17
b. Kepala Madasah Sebagai Manager
Manajemen


pada

hakekatnya

merupakan

suatu

proses

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan
16

Wahjosumidjo, kepemimpinan kepala madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), hal. 66
17
Ibid…, hal. 82

19


mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspek agar tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan efesien.18 Kepala madrasah sebagai
manager mempunyai peran yang menentukan dalam pengelolaan
manajemen madrasah, berhasil tidaknya tujuan madrasah dapat
dipengaruhi bagaimana kepala madrasah dapat menjalankan fungsifungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan),
dan controlling (pengontrol).19
c. Kepala Madrasah sebagai Administrator
Peran kepala madrasah sebagai administrator pendidikan pada
hakekatnya, kepala madrasah mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang kebutuhan nyata masyarakat serta kesediaan dan keterampilan
untuk mempelajari secara continue perubahan yang sedang terjadi di
masyarakat madrasah melalui program-program pendidikan yang
disajikan senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru dan
kondisi baru.20
Kepala madrasah sebagai administrator, harus memiliki berbagai
ketrampilan sebagai bekal untuk dapat melaksanakan manajemen
pendidikan secara lebih baik, diantaranya ketrampilan teknis (technical

18


Nana Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),

19

Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, (Jogjakarta: Aruzz Media, 2008),

hal. 1
hal. 16
20

Akhmad Sanusi, dkk, Produktivitas Pendidikan Nasional, (Bandung: IKIP Bandung,
1986), hal. 17

20

skill), ketrampilan hubungan manusia (human relation skill), dan
ketrampilan konseptual (conceptual skill).21
a) Technical skill yakni Menguasai pengetahuan tentang metode, proses,
prosedur dan teknik melaksanakan kegiatan khusus. Dan Kemampuan

untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang
diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus.
b) Human relation skill yakni kemampuan untuk memahami perilaku
manusia dan proses kerjasama, memahami isi hati, sikap dan motif
orang lain berbuat sesuatu.
c) Conceptual skill yakni Kemampuan analisis, kemampuan berpikir
rasional, cakap dalam berbagi konsepsi, mampu menganalisis
berbagai kejadian, mampu mengantisipasi perintah, mampu mengenali
berbagai macam kesempatan dan problem-problem sosial.22
d. Kepala Madrasah sebagai Supervisor
Pelaksanaam supervisi merupakan tugas dari kepala madrasah
untuk mensupervisi para guru dan para stafnya. Sebagai supervisor beliau
harus mampu untuk melaksanakan pengawasan untuk meningkatkan
kinerja pendidikan.
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan
pembelajaran, secara berkala kepala madrasah perlu melaksanakan
kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan
kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama
21
22


Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif…, hal.16
Wahjosumidjo, kepemimpinan kepala madrasah…, hal. 101

21

dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus
keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan
kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi,
pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki
kekurangan yang ada dan sekaligus mempertahankan keunggulannya
dalam melaksanakan pembelajaran.
Jons dkk, sebagaimana disampaikan oleh sudarwan denim
mengemukakan bahwa, Menghadapi kurikulum yang berisi perubahanperubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi
pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran
dan bimbingan dari kepala madrasah mereka.23
Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala madrasah
harus betul-betul menguasai tentang kurikulum madrasah. Mustahil
kepala madrasah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru,
sementara dirinya sendiri tidak menguasainya dengan baik.
Dalam bidang supervisi kepala madrasah mempunyai peran dan
tanggung jawab memajukan pendidikan melalui peningkatan profesi guru
secara terus menerus. Adapun peran kepala madrasah tersebut adalah:
a) Membantu guru memahami tujuan pendidikan

23

Sudarwan denim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan (Bandung: Pustaka Sejati, 2002).

22

b) Membantu guru melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan
dan kebutuhan siswanya
c) Membantu guru dalam memperkaya pengalaman belajar sehingga
suasana pembelajaran sangat menggembirakan peserta didik.
d) Memberikan leader yang efektif dan demokratis.24
Supervisi yang dilakukan Kepala Madrasah tentu memiliki alasan
dan tujuan yang jelas. Menurut Purwanto Alasan dan tujuan dari Kepala
Madrasah sebagai supervisor adalah sebagai berikut:
a) Perubahan lingkungan madrasah sebagai akibat munculnya inovasi
dan teknologi baru, perubahan peraturan pemerintah dan lain
sebaginya.
b) Peningkatan kompleksitas lembaga (madrasah), semakin besar
lembaga maka semakin memerlukan pengawasan dan pembinaan yang
lebih hati-hati.
c) Adanya kesalahan-kesalahan, timbulnya kesalahan akibat kurang
bertanggung jawabnya bawahan dalam melaksanakan tugas.
d) Pendelegasian wewenang supervisi dilakukan apakah bawahan telah
melakukan tugas yang diberikan.25
Supervisor harus mempunyai pegangan dalam melaksanakan
perannya. Oleh sebab itu perlu dijabarkan lagi secara operasional dengan
24

Mulyasa, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, (Jakarta: Departemen Agama
Republik Indonesia, 2005), hal. 37
25
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:Rosda Karya,
2002, hal., 115

23

memperhatikan faktor-faktor yang khusus agar dapat membantu jalannya
supervisi yang lebih efektif. Dalam hal ini sebagaimana dijabarkan dalam
tujuan supervisi pendidikan sebagai berikut :
a) Membantu guru agar dapat lebih mengerti / memahami dan mengerti
tujuan-tujuan pendidikan di madrasah dan fungsi madrasah dalam
usaha mencapai tujuan pendidikan.
b) Membantu guru agar mereka dapat lebih menyadari dan mengerti
kebutuhan masalah-masalah yang dihadapi siswanya, supaya dapat
membantu siswanya itu lebih baik lagi.
c) Untuk melaksanakan kepemimpinan efektif dengan cara yang
demokratis dalam rangka meningkatkan kegiatan-kegiatan profesional
di madrasah dan hubungan antara kegiatan staf yang kooperatif untuk
bersama-sama meningkatkan kemampuan masing-masing.
d) Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan memanfa-atkan
serta mengembangkan kemampuan itu dengan memberikan tugas dan
tanggungjawab yang sesuai dengan kemampuannya.
e) Membantu guru meningkatkan kemampuan penampilannya di depan
kelas.
f) Membantu guru baru dalam masa orientasinya supaya cepat dapat
menyesuaikan diri dengan tugasnya dan dapat menggunakan
kemampuannya secara maksimal.
g) Membantu guru menemukan kesulitan belajar murid-muridnya dan
merencanakan tindakan-tindakan perbaikannya.

24

h) Menghindari tuntutan-tuntutan terhadap guru yang diluar batas atau
tidak wajar, baik tuntutan itu datangnya dari dalam (madrasah)
maupun dari luar (masyarakat).26
Selain itu, tugas kepala madrasah sebagai supervisor adalah
memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan dan penilaian pada
masalah-masalah yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan
pengembangan pendidikan pembelajaran yang berupa perbaikan program
dan kegiatan pembelajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar
mengajar yang lebih baik. Disamping sebagai supervisor madrasah juga
mempunyai tugas yang lebih penting yakni membangkitkan semangat
kerja guru untuk mencapai tujuan pendidikan.
e. Kepala Madrasah Sebagai Leader
Kepala madrasah sebagai leader harus mampu memberikan
petunjuk

dan

pengawasan,

meningkatkan

kemampuan

tenaga

kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas.
Kepala madrasah sebagai leader harus memiliki karakter husus yang
mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan
professional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.27
Kepala madrasah sebagai pemimpin harus bisa memberikan
semangat kepada bawahannya (guru). Dilihat dari sudut administrasi
pendidikan “semangat” ialah suatu disposisi pada orang-orang, pada

26

Luk-luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan, (Jember: Center for Society Studies,
2008), hal. 17-18
27
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 115

25

suatu usaha bersama untuk bertindak, bertingkahlaku dan berbuat dengan
cara-cara yang produktif, bagi maksud-maksud dan tujuan-tujuan dari
pada organisasi atau usaha pendidikan.28
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala madrasah sebagai
leader dapat dianalisis dari kepribadiannya, dan mengetahui terhadap
tenaga kependidikan, visi dan misi madrasah, kemampuan mengambil
keputusan,

dan

kemampuan

berkomunikasi.

Kepribadian

kepala

madrasah sebagai leader akan tercermin dalam sifat jujur, percaya diri,
tanggungjawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar,
emosi yang stabil dan teladan.
Pengetahuan kepala madrasah terhadap tenaga kependidikan akan
tercermin dalam kemampuan memahami kondisi tenaga kependidikan
(guru dan non guru), memahami kondisi dan karakteristik peserta didik,
menyusun program pengembangan tenaga kependidikan, menerima
masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk meningatkan
kepemimpinan.29
f. Kepala Madrasah sebagai Innovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator,
kepala madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin
hubungan harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan-gagasan baru,
mengintregasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh

28
29

M. Ngalimun Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta mutiara, 1979), hal. 60
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional …, hal. 90

26

tenaga kependidikan dimadrasah, dan mengembangkan model-model
pembelajaran yang inovatif.30
Kepala madrasah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia
melakukan pekerjaannya secara konstruktif, delegatif, kreatif, rasional,
keteladanan, disiplin dan fleksibel.
Konstruktif dimaksudkan bahwasannya usaha untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di madrasah, kepala madrasah
harus berusaha mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar
dapat berkembang secara optimal dalam melakukan setiap tugas-tugas
yang diembannya kepada masing-maisng tenaga kependidikan.
Kreatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme
kepada tenaga kependidikan di madrasah, kepala madrasah harus
berusaha mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan
tugasnya.
Deligasi, dimaksudkan bahwasannya dalam upaya meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di madrasah, kepala madrasah
harus berupaya mendelegasikan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai
dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuan masing-masing.
Keteladanan, dimaksudkan bahwasannya dalam meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di madrasah, kepala madrasah
harus berusaha memberikan teladan dan contoh yang baik.

30

Wahjosumido, Kepemimpinan Kepala Sekolah…, hal.110

27

Kepala madrasah sebagai inovator harus mampu mencari,
menemukan dan melaksanakan berbagai pembaharuan di madrasah.
Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class adalah
mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas
bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang
dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini bisa
dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu
labolatorium bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru
(fasilitator), yang bertugas memberikan kemudahan pada peserta didik
dalam belajar.31
g. Kepala Madrasah sebagai Motivator
Sebagai motivator kepala madrasah harus memiliki strategi yang
tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan
dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivator ini dapat
ditumbuhkan melalui pengaturan dibawah ini:
a) Pengaturan lingkungan fisik, lingkungan yang kondusif akan
menumbuhkan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan
tugasnya. Oleh karena itu kepala madrasah harus membangkitkan
motivasi tenaga kependidikan agar dapat melaksanakan tugas secara
optimal.
b) Pengaturan suasana kerja, seperti halnya iklim fisik, suasana kerja
yang nyaman dan menyenangkan juga akan membangkitkan kinerja

31

Ibid…, hal. 115

28

tenaga kependidikan. Untuk itu, kepala madrasah harus mampu
menciptakan hubungan kerja yang harmons dengan para tenaga
kependidikan, serta menciptakan lingkungan madrasah yang aman dan
menyenangkan.32
c) Disiplin, disiplin bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan

di

madrasah

kepala

madrasah

harus

berusaha

menanamkan disiplin kepada semua bawahannya. Melalui disiplin ini
diharapkan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efesien, serta
dapat meningkatkan produktifitas madrasah.33
d) Dorongan, keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun
faktor yang datang dari lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut,
motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan dan dapat
menggerakkan faktor-faktor lain kearah efektifitas kerja, bahkan
motivasi sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobil, yang
berfungsi sebagai penggerak dan pengarah.
Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan kepala
madrasah untuk mendorong tenaga kependidikan agar mau dan
mampu maningkatkan profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut
adalah:
1. Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan
yan dilakukan menarik dan menyenangkan.
32
33

Ibid…, hal. 119
Ibid…, hal. 124

29

2. Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan
kepada para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui
tujuan dia bekerja, para tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan
dalam menyususun tujuan tersebut.
3. Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari
setiap pekerjaannya.
4. Pemberian hadiah lebih baik dari pada hukuman namun sewaktuwaktu hukuman juga diperlukan.34
e) Penghargaan, penghargaan (reewads) ini sangat penting untuk
meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, dan untuk
mengurangi kegiatan yang kurang produktif.
Jika kita simpulkan apa yang telah diurakan di atas, maka syarat
kepala madrasah adalah sebagai berikut:
1. Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.
2. Mempunyai pengalaman kerja yang cukup, terutama di madrasah
yang sejenis dengan madrasah yang dipimpinnya.
3. Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifatsifat kepribadian yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan.
4. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas, terutama
mengenai bidang-bidang pengetahuan pekerjaan yang diperlukan
bagi madrasah yang dipimpinnya.

34

Ibid…, hal.129

30

5. Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan
pengembangan madrasah.35

B. Konsep Tentang Supervisi
1. Pengertian supervisi
Pada dasarnya supervisi berarti sebuah pengawasan. Dalam hal ini
penulis menjelaskan bahwa supervisi merupakan suatu pengawasan yang
dilakukan atasan terhadap bawahan (seluruh anggota yang dipimpin) yang
menuju kearah perbaikan.
Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision.
Super yang berarti di atas dan vision yang berarti melihat, masih serumpun
dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti
kegiatan yang dilakukan oleh atasan (orang yang berposisi di atas, yaitu
pimpinan) terhadap hal-hal yang ada di bawahnya, yaitu yang menjadi
bawahannya. Di dalam supervisi, pelaksanaan bukan mencari-cari kesalahan
tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan
yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata
kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.36
Menurut P Adam dan Frank G dickey seperti yang dikutip oleh
hendiyat soetopo, “supervisi adalah program yang berencana untuk
memperbaiki pelajaran. program ini dapat berhasil apabila supervisor

35
36

hal.2

Daryanto, Administrasi Pendidikan…, hal. 91-92
Suharsimi Arikuntoro, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet.1: 2006),

31

memiliki keterampilan dan kerja sama dengan guru dan petugas pendidikan
lainnya”.37
Negley mengemukakan bahwa “setiap layanan kepada guru-guru yang
bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dan kurikulum
dikatakan supervisi”38
Dari pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian dari supervisi pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dalam hal ini adalah kepala madrasah untuk meningkatkan
kompetensi guru.
Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar - Dasar Supervisi
mengungkapkan ada tiga macam supervisi yaitu:
a. Supervisi akademik yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada
masalah-masalah akademik.
b. Supervisi administrasi yang menitik beratkan pengamatan supervisor
pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan
pelancar terlaksananya pembelajaran.
c. Supervisi lembaga yang menitik beratkan supervisor pada aspek-aspek
keseluruhan yang ada di madrasah39
2. Tujuan Supervisi

37

Soetopo, Hendiyat Dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan,
(Jakarta Bina Aksara, 1984), hal. 41-42
38
Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam Teori Dan Praktik, ( Teras Komplek Polri
Gowok, Yogyakarta, 2009), Hal. 22
39
Ibid…, Hal. 15

32

Tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar yang lebih
baik. Secara nasional tujuan kongkrit dari supervisi pendidikan adalah:
a. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan.
b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
c. Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern, metodemetode dan sumber-sumber pengalaman belajar.
d. Membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil belajar
murid itu sendiri.
e. Membantu guru-guru baru di madrasah sehingga mereka merasa gembira
dengan tugas yang diperolehnya.
f. Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya
dalam pembinaan madrasah.40
3. Fungsi dan prinsip supervisi
Fungsi supervisi sebagaimana W.H Burton dan J. Bruckner
menjelaskan bahwa fungsi utama dari supervisi modern ialah menilai dan
memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar.41
Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor
hendaknya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Ilmiah, yang mencakup unsur sistematika, obyektif, menggunakan
instrumen yang dapat digunakan sebagai informasi umpan balik.
b. Demokrasi, menghargai pendapat orang lain dan menjunjung tinggi
musyawarah.
40
41

Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam Teori Dan Praktik..., hal. 27
Ibid..., hal. 29

33

c. Kooperatif, seluruh anggota dapat bekerjasama
d. Konstruktif dan kreatif, membina dan memotifasi guru agar mampu
menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran kondusif.42
4. Teknik supervisi
Apabila supervisi dipahami sebagai bentuk pembinaan dan bimbingan
dari pihak atasan kepada pengembangan para guru, maka teknik supervisi
yang dapat digunakan kepala madrasah adalah:
Teknik yang bersifat individual (perseorangan)
a. Teknik individual merupakan suatu teknik supervisi yang dilakukan
secara perseorangan.43 Biasanya teknik individual digunakan untuk
menghadapi masalah yang bersifat pribadi dan khusus membutuhkan
jaminan kerahasiaan.44
Adapun contoh dari teknik supervisi adalah: kunjungan kelas,
observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas dan
Menilai diri sendriri. 45
b. Teknik kelompok
Teknik

merupakan

teknik

supervisi

yang

dijalankan

secara

kelompok.46
Adapun contoh teknik supervisi yang bersifat kelompok adalah
sebagai berikut : (a) rapat guru, yaitu suatu kegiatan pertemuan untuk

42

Soetopo, Hendiyat Dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan...,

hal. 41
43

M. Ngalimun Purwanto, Administrasi Pendidikan..., hal. 120
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta, PT. Renika Cipta, 1996), Hal 2003
45
M. Ngalimun Purwanto, Administrasi Pendidikan..., hal. 120-121
46
Ibid..., hal 122

44

34

menyusun suatu program atau rencana kegiatan tertentu seperti hal-hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum,
pembinaan administrasi dan lain sebagainya, (b) loka karya atau
mengadakan pelatihan yaitu suatu teknik supervisi yang dilakukan
melalui pelatihan-pelatihan guru dibidang studi, pelatihan tentang
metodologi pembelajaran, dan lain sebagainya, (c) diskusi kelompok, (d)
tukar menukar pengalaman, (e) mengikuti kursus, (f) organisasi jabatan47
5. Model supervisi kepala madrasah
a. Konvensional (Tradisional)
Model ini tidak lain dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada
saat kekuasaan yang otoriter dan feudal, akan berpengaruh pada sikap
pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk
mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisi ialah mengadakan inspeksi
untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan.48
b. Supervisi ilmiah
Supervisi

yang

bersifat

ilmiah

memiliki

ciri-ciri

sebagaimana

dikemukakan oleh Mufidah sebagai berikut: Dilaksanakan secara berencana dan
kontinu, Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu,
Menggunakan instrument pengumpulan data, ada data yang obyektif yang
diperoleh dari kesalahan yang riil.49
c. Supervisi klinis

47

Ibid
Luk-luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan...,hal. 29
49
Ibid…, hal. 30

48

35

Supervisi klinis merupakan bagian dari supervisi pengajaran karena
pelaksanaannya ditekankan pada sebab-sebab kelemahan dalam proses
pembelajaran. Supervisi klinis menurut John J. Bolla adalah suatu proses
bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional
guru atau calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar
berdasarkan obervasi dan analisis data secara teliti dan obyektif sebagai
pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.50
6. Peran kepala madrasah sebagai supervisor
Peran kepala madrasah sebagai supervisor sangat berperan penting
dalam mewujudkan sistem manajemen madrasah yang unggul dan efektif
kepala madrasah yang profesional dan memenuhi standar kualifikasi kepala
madrasah, serta mampu melihat dan memanfaatkan potensi sumber daya
madrasah dapat menjamin terselenggaranya madrasah efektif. Oleh karena
itu, kepala madrasah harus memahami tuganya selaku manajer maupun
supervisor. Sebagai supervisor kepala madrasah mempunyai beberapa peran
penting yaitu:
a. Mengadakan obeservasi disetiap kelas (dilakukan secara mendadak)
b. Pelaksanaan pertemuan individual dengan guru untuk menggali potensi
masing-masing guru
c. Menyediakan waktu dan pelayanan bagi guru dalam upaya pemecahan
masalah akademik dan administratif

50

Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam Teori Dan Praktik..., hal. 74

36

d. Menyediakan dukungan dan suasana kondusif bagi guru dalam perbaikan
dan peningkatan kinerja guru
e. Melaksanakan pengembangan staf secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan
f. Bekerja sama dengan guru untuk mengefaluasi hasil belajar secara
komprehensif
g. Melaksanakan penelitian sederhana untuk perbaikan situasi dan kondisi
proses pembelajaran.
h. Melaksanakan pengembangan staf secara terencana, terarah dan
berkelanjutan.51
Observasi yang dilakukan kepala madrasah disetiap kelas harus
dilaksanakan sebagai bagian dari supervisi. Dan hal ini sebaiknya dilakukan
secara mendadak, tetapi terencana. Kepela madrasah tidak perlu
memberitahukan kepada guru bahwa akan dilaksanakannya observasi kelas.
Observasi kelas lebih ditujukan pada proses pembelajaran yang meliputi
pemilihan metode, strategi, dan media pembelajaran yang digunakan oleh
guru. Selain itu, juga melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Hasil observasi atau supervisi ini dapat digunakan untuk
melihat kelebihan dan kelemahan guru dalam mengelola kelas, termasuk
kecakapannya dalam mengelolah materi.
Agar dapat menjalankan tugas sebagai supervisor dengan baik kepala
madrasah perlu membekali diri dengan kemampuan dan keterampilan
51

Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi Dan
Kompetensi Guru, (Yogyakarta, PT. Ar-Ruzz Media, 2014), Hal. 299-300

37

mengenai kurikulum. Kepala madrasah berhak mengatur kurikulum sesuai
dengan tujuan yang telah direncanakan bersama dalam madrasah tersebut.
Aspek kurikulum yang harus dikuasai oleh kepala madrasah adalah materi
pelajaran, proses pembelajaran, evaluasi kurikulum, dan pengembangan
kurikulum.52
Jadi, kepala madrasah sebagai supervisor bertugas untuk menyusun,
melaksanakan dan menggunakan hasil supervisi untuk memperbaiki
kegiatan pembelajaran dan pendidikan. Supervisi dilakukan pada semua
aspek manajemen di madrasah tersebut, tidak terbatas pada guru tetapi juga
staf/karyawan dan tenaga pendidikan. Dengan demikian kegiatan supervisi
diharapkan dapat mengidentifikasi guru dan tenaga kependidikan yang
bermasalah (kurang profesional) dalam menjalankan tugas dan kinerjanya
sehingga diketahui kelemahan yang menghambat pencapaian tujuan
pendidikan.

C. Konsep tentang Kompetensi Guru
1. Pengertian Kompetensi guru
Kata kompetensi secara harfiah dapat diartikan sebagai kemampuan.
Kata ini sekarang menjadi kunci dalam dunia pendidikan. Dengan memiliki
kompetensi yang memadai, seseorang, khususnya seorang guru dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Dapat dibayangkan bagaimana jadinya

52

Ibid..., hal. 301

38

dunia pendidikan jika para gurunya tidak memiliki kompetensi yang
memadai.53
Kompetensi menurut Usman adalah “suatu hal yang menggambarkan
kualifikasi atau kemampuan seorang, baik yang kualitatif maupun
kuantitatif”. Pengertian ini mengandung makna kompetensi itu dapat
digunakan dalam dua konteks, yakni pertama, sebagai indikator
kemampuan yang menunjukkan kepada perbuatan yang diamati. Kedua,
sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik atau perbuatan serta tahap-tahap pelaksanaannya secara
utuh.54
Kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai
dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Seseorang yang memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya
mengetahui akan tetapi juga dapat memahami dan menghayati dalam bidang
tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.55
Kompetensi

Guru

dapat

diartikan

sebagai

kemampuan

dan

kewenangan guru dalam menjalankan persfektif keguruan, artinya guru
yang piawai dalam melaksanakan profesinya disebut guru yang kompeten
dan professional.
Guru agama berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya. Guru
agama di samping melaksanakan tugas pengajaran, yaitu memberitahukan
53

Ngainun Na’im, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 56.
Kunanadar, Guru Profesional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 49
55
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2008), hal. 133.
54

39

pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pengajaran dan
pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian,
pembinaan akhlak serta menumbuh kembangkan keimanan dan ketakwaan
para peserta didik.56
Kemampuan guru khususnya guru agama tidak hanya memiliki
keunggulan pribadi yang dijiwai oleh keutamaan hidup dan nilai-nilai luhur
yang dihayati serta diamalkan. Namun seorang guru agama hendaknya
memiliki

kemampuan

pedagogis

atau

hal-hal

mengenai

tugas-tugas

kependidikan seorang guru agama tersebut. Pendidikan merupakan sesuatu
yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hal
ini dapat terlihat dari tujuan nasional bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa yang menempati posisi yang strategis dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Macam-Macam Kompetensi guru
a. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan pendidik dalam
mengelola pembelajaran bagi peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar dan pengembangan potensi yang dimiliki peserta
didik.57 Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam

Kunanadar, Guru Profesional…, hal. 99.
Departemen Agama RI, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas
serta Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen , (Jakarta: ditjen Depag,
2007), hal. 92
56

57

40

pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pemahaman terhadap peserta didik, merupakan salah satu kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru. Setidaknya ada
empat hal yang harus dipahami seorang guru dari peserta didik, yaitu
tingkat kecerdasan, kreatifitas, kondisi fisik, dan perkembangan
kognitif.
a) Kecerdasan yaitu berhasil mengembangkan teks kemampuan
mental sadar yang meliputi kemampuan: pemahaman kata yaitu
untuk memahami ide-ide yang diekspresikan dengan kata-kata,
bilangan yakni kemampuan untuk menalar dan memanipulasi
secara

matematis,

ruang

yaitu

kemampuan

untuk

memvisualisasikan masalah, kecepatan persepsi yakni kemampuan
menemukan persamaan-persamaan dan ketidaksamaan diantara
objek-objek secara cepat, dan penalaran yakni kemampuan untuk
memecahkan masalah.
b) kreativitas, kreativitas bisa berkembang dengan penciptaan proses
pembelajran

yang

memungkinkan

peserta

didik

dapat

mengembangkan kreativitasnya.
c) Kondisi

fisik

antara

lain

berkaitan

dengan

penglihatan,

pendengaran, kemampuan bicara, pincang kaki, dan lumpuh karena
kerusakan otak.

41

d) Perkembangan kognitif, pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan

dengan

perubahan

struktur

dan

fungsi

karakteristik manusia. Perubahan tersebut terjadi dalam
kemajuan yang mantap, dan merupakan suatu proses
kematangan.58
2. Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru, yang akan
bermuara

pada

pelaksanaan

pembelajaran

perancangan

pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan , yaitu identifikasi
kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program
pembelajaran.
a) Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan
dan memotifasi peserta didikm agar kegiatan belajar dirasakan
sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya.
b) Identifikasi kompetensi, kompetensi merupakan suatu yang
dimiliki oleh peserta didik dan merupakan komponen utama
yang harus dirumuskan dalam pembelajaran.
c) Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagi produk program
pembelajaran jangka pendek.59

58
59

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional …, hal. 81-90
Ibid..., hal. 100

42

3. Pemanfaatan tegnologi pembelajaran, penggunaan teknologi dalam
pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan
atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran.
4. Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan
perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat
dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian
akhir suatu pendidikan dan sertifikasi serta penilaian program.
5. Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, untuk mengaktualisasi
berbagai potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Pengembangan
ini dapat dilakukan melalui kegiatan ekstra kurikuler, pengayaan
dan remidial, serta bimbingan dan konseling.60
Upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru, secara umum
kegiatan atau usaha yang dilakukan kepala madrasah sebagai supervisor
pendidikan dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru adalah
sebagai berikut:
1. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan karyawan dalam
menjalankan tugasnya.
2. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan
madrasah

60

Ibid..., hal. 106-111

43

3. Bersama

guru-guru

berusaha

mengembangkan,

mencari

dan

menggunakan metode-metode pedagogik yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum yang sedang berlaku.
4. Menjalin kerjasama yang baik antara guru-guru dengan pegawai
madrasah lainnya.
5. Berusaha meningkatkan mutu dan pengetahuan guru serta karyawan.
6. Membina hubungan kerjasama antara madrasah dengan BPS (badan
pengelola madrasah).61
b. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.62
Jadi kompetensi kepribadian guru didefinikan sebagai kemampuan
seorang guru yang berkaitan langsung dengan pribadi masing-masing
guru terhadap guru yang unik yang berbeda dengan guru lainnya.
Menyangkut sifat serta sikap baik terhadap diri sendiri, peserta didik
yang terlihat dari cara memperlakukan, menyampaikan materi, juga
terhadap orang lain terutama lingkungan madrasah.
Adapun ciri-ciri bagian yang dibahas yang berkaitan dengan
kompetensi kepribadian adalah:
1. Kepribadian

yang

mantap,

stabil

dan

dewasa.

Agar

dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik guru mempunyai kepribadian
61
62

M. Ngalimun Purwanto, Administrasi Pendidikan..., hal. 119
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional …, hal. 118

44

seperti: berkepribadian yang mantap, tidak melakukan tindakantindakan yang tidak sesuai dengan profesionalitas guru, stabilitas dan
kematangan emosi serta kemampuan memecahkan masalah.
2. Disiplin, arif dan berwibawa. Dalam kompetensi ini kepribadian
guru

seperti:

dapat

memberikan

contoh

disiplin,

mampu

menggunakan alat pendidikan secara tepat waktu dan tepat sasaran.
Arif, dapat menciptakan situasi yang menyenangkan dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga bermanfaat bagi siswa,
berwibawa dapat menunjukkan perilaku yang berpengaruh positif
terhadap siswanya dan disegani.
3. Menjadi teladan bagi peserta diidik seperti halnya cara berpakaian,
gaya bicara, hubungan antar manusia, kebiasaan bekerja,
menunjukkan sikap yang baik dan tegas, keputusan rasional, sikap
yang selalu menunjukkan semangat hidup, dan dapat dipercaya
dalam aspek kehidupan.
4. Berakhlaq mulia. Seorang guru berakhlaq mulia karena menjadi
penasehat bagi peserta didik dan lingkungan disekitarnya. Seperti
halnya dapat memberikan konseling atau penasehat yang baik,
memiliki rasa percaya diri dan istiqomah, berusaha yang sungguhsungguh tanpa mengenal lelah, dengan niat beribadah.63
c. Kompetensi profesional

63

Ibid..., hal. 121-130

45

kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membeimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.64
Adapun dalam kompetensi ini hendknya seorang guru hendaknya
mampu untuk:
1. Menguasai materi, struktur konsep dan pola piker keilmuan yang
mendukung dan mata pelajaran yang ditempuh.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
atau bidang pengembangan yang ditempuh.
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang ditempuh secara kreatif.
4. Mengembangkan professional serta berkelanjutan dengan melakukan
tindakan kreatif.
5. Memanfaatkan

tegnologi

informasi

dan

komunikasi

untuk

berkomunikasi dengan pengembangan diri.65
d. Kompetensi sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
64
65

Ibid..., hal. 135
Imam Wahyudi, Administrasi Mengajar Guru…,hal. 17

46

1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat.
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik.
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. 66
Berdasarkan pengertian kompetensi sosial diatas, maka kompetensi
sosial guru berarti kemampuan dan kecakapan seorang guru dengan
kecerdasan sosial yang dimiliki dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan orang lain yakni siswa secara efektif dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
Dalam kamus ilmiah populer, Kompetensi adalah kecakapan,
kewenanyan kekuasaan, kemampuan. Sosial adalah segala sesuatu yang
mengenai masyarakat; peduli terhadap kepentingan umum.67
Guru merupakan makhluk sosial, kehidupan sehari-harinya tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan bersosial baik dirumah ataupun
dimasyarakat. Amaka dari itu guru dituntut memiliki kompetensi sosial
yang memadai. Berikut adalah hal-hal yang dimiliki guru sebagai
makhluk sosial: berkomunikasi dan bergaul secara efektif, manajemen

66

E. Mulyasa, Standar Kompetensi & Sertifikasi Guru..., hal. 173.
Pius A Partanto & M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994), hal. 353
67

47

hubungan antara madrasah dan masyarakat, ikut berperan aktif
dimasyarakat, dan menjadi agen perubahan sosial.68

D. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum penulis memaparkan tentang pengertian Pendidikan Agama
Islam (PAI) terlebih dahulu penulis awali dengan menguraikan pendidikan
secara umum. Hal tesebut dimaksudkan sebagai titik tolak untuk
memberikan pengertian pendidikan agama islam. Adapun pengertian
pendidikan secara umum adalah suatu usaha manusia dewasa untuk
membina kepribadian siswa sesuai dengan nilai-nilai did dalam masyarakat
dan kebudayaan yang ada.69 Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
siswa menuju terbentuknya kepribadian yang utama.70 Pendidikan adalah
bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang
deawasa agar seseorang (anank didik) menjadi dewasa.71
Dari rumusan pendapat-pendapat tersebut diatas, maka pengertian
pendidikan ialah merupakan tuntunan dan bimbingan secara sadar dari
orang yang telah dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk

68

Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi Dan
Kompetensi Guru..., hal. 110-111
69
Juwariyah, Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: teras, 2010),
hal. 46.
70
M. Djumbransjah, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Malang:Bayumedia, 2004), hal. 22.
71
Zulbad Nurul Yaqin, Al-Quran Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia, (UI
Malang Press: Malang, 2009), hal. 1.

48

bertanggung jawab di dalam hidupnya, untuk menuju kehidupan sejahtera
lahir maupun batin.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya peserta
didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang
luhur (berakhlak mulia), memilki pengetahuan tentang pokok ajaran agama
Islam dan mengamalkannya dalam kihidupan sehari-hari, serta memiliki
pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam sehingga memadai baik
untuk kehidupan bermasyarakt maupun untuk melanjutkan belajar ke
jenjang yang lebih tinggi.72
Hal ini semakna dengan tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu untuk
mengarahkan manusia menjadi orang yang mutaqien dan berakhlak mulia
serta dapat membangkitkan seluruh potensi yang dimilkinya, baik sacara
fisik, fikiran, intelektual, kepribadian dan social sesuai dengan tuntunan
ajaran Agama Islam dan tuntunan kehidupan agar tercapai kemakmuran
hidup didunia dan kebahagiaan akhirat, baik kehidupan pribadi, keluarga
maupun dalam kehidupan bermasyarakat.73
3. Sumber pendidikan Agama Islam
Sumber pendidikan agama islam adalah semua acuan atau rujukan
yang dirinya memancar ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan

72

Nazarudin, Menejemen Pembelajaran..., hal. 14.
Yasin Mustofa, EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Agama Islam,
(Bandung:Sketsa,20017), hal. 84.
73

49

disentralisasikan dalam pendidikan Islam.74semua acuan yang menjadi
sumber atau rujukan pendidikan islam telah diyakini kebenaran dan
kekuatan dalam mengantarkan aktivitas pendidikan. Sumber pendidikan
terkadang disebut sebagai dasar ideal pendidikan islam.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Sebagaimana diketahui, inti ajaran agama Islam ruang lingkupnya
meliputi maslah keimanan, (aqidah), masalah keislaman (syariah), dan
maslah ikhsan (akhlak). 75
a. Aqidah adalah bersifat I’tiqad batin, mengajaran keesaan Alloh, Esa
sebahgai Tuhan yang menciptakan, mengatur, dan meniadakan ala mini.
b. Syari’ah adalah berhubungan dengan amallahir dalam rangka mentaati
peraturan dan hokum Tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia
dengan Tuhan dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.
c. Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi
kedua amal di atas dan mengajarkan tentang tat cara pergaulan hidup
manusia.
Dari tiga inti ajaran pokok ini, lahirlah beberapa keilmuan agama
yaitu: ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu akhlak. Dan ketiga pokok agama ini
kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hokum islam yaitu: Al
Qur’an dan Al hHadits serta ditambah lagi Sejarah Islam (Tarikh) sehingga
secara Berurutan sebagai berikut:

74

Abdul Mujib dan Yusuf Muzdakir, Ilmu Pendidikan Islam, (jakarta: Kencana Prenada
Media, 2006), hal. 31
75
Zuhairini, Abdul Ghofir dan Slamet As. Yusuf, metodikKhusus Pendidikan Agama,
(Usaha Nasioanl:Surabaya, 1981), hal. 60.

50

a. Ilmu Tauhid, Ilmu ini banyak membicarakan tentang kalamullah dan
banyak berbicara tentang dalil dan bukti kebenaran wujud dan keesaan
Alloh. Beriman kepada Alloh Tuhan yang maha esa, berarti percaya dan
yakin wujud-Nya yang esa, yakin akan sifat-sifat Ketuhanan-Nya yang
maha sempurna : yakin bahwa dia maha kuasa dan berkuasa mutlak pada
alam semesta dan seluruh makhluk ciptaan-Nya.76
b. Ilmu Fiqih, Ilmu pengetahuan yang membicarakan atau membahas dan
memuat hokum-hukum Islam yang bersumber pada Al-Quran, Sunnah,
dan dalil-dalil Syar’i.
c. Al Qur’an, Al Qur’an itu menempati suatu ilmu tersendiri yang dipelajari
secara khusus. Membaca Al Qur’an adalah suatu ilmu yang mengandung
seni, seni baca Al Qur’an. Al Quran Itu Ialah wahyu Alloh yang
dibukukan, yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, sebagai uatu
mukjizat, membacanya dianggap suatu ibadat, sumber utama ajaran
Islam.
d. Al Hadits ialah segala sesuatu yang bersumber dari nabi Muhammad
SAW, baik merupakan perkataan, perbuatan, ketetapan, ataupun sifat
fisik/kepribadian
e. Akhlak, Ialah suatu istilah tentang bentuk batin yang tertanam dalam jiwa
seseorang yang mendorong ia berbuat (bertingkah laku). Demikian pula
ilmu akhlak yang dipelajarai orang hanyalah gejalanya. Gejala itu

76

Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (PT Bumi Aksara:Jakarta,
1995), hal. 66.

51

merupakan tingkah laku yang berhulu dari keadaan jiwa (bentuk batin
seseorang).
f. Tarikh Islam, Disebut juga ilmu Sejarah Islam yaitu ilmu yang
mempelajari sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan umat islam.

E. Penelitian Terdahulu
Berbagai studi telah dilakukan oleh para ahli dalam merumuskan dan
menindaklanjuti hasil penelitian dari berbagai aspek, namun tidak sedikit halhal atau permasalahan yang belum t

Dokumen yang terkait

PERAN KEPALA MADRASAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs AL-HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

PERAN KEPALA MADRASAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs AL-HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

PERAN KEPALA MADRASAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs AL-HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PERAN KEPALA MADRASAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs AL-HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 13

PERAN KEPALA MADRASAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs AL-HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 23

PERAN KEPALA MADRASAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs AL-HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 51

PERAN KEPALA MADRASAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs AL-HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 9

PERAN KEPALA MADRASAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs AL-HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PERAN KEPALA MADRASAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs AL-HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

KREATIVITAS GURU AL-QUR’AN HADITS DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN DI MTs AL-HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 16