Pelaksanaan Program Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan (LKB) di Puskesmas Bestari Medan Tahun 2016

PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN PROGRAM LAYANAN
KOMPREHENSIF HIV-IMS BERKESINAMBUNGAN (LKB) DI
PUSKESMAS BESTARI MEDAN TAHUN 2016
I. Identitas Informan
1. Nama

:

2. Umur

:

3. Jenis Kelamin

:

4. Pendidikan Terakhir

:

5. Tanggal Wawancara


:

II. Daftar Pertanyaan
A. Pertanyaan untuk Penanggung Jawab Program LKB di Dinas Kesehatan
Kota Medan
I.

INPUT
1. Tenaga Kesehatan
a. Kapan dimulai pelaksanaan program LKB?
b. Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan
program Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan
(LKB) di Puskesmas ? Bagaimana dengan kompetensi masingmasing tenaga kesehatan? Apakah ada pelatihan yang dilakukan?
c. Bagaimana pengorganisasian yang dilakukan dalam pelaksanaan
program LKB?
2. Sarana dan Prasarana
a. Bagaimana kecukupan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
program LKB dan darimana sumbernya?
b. Dalam satu puskesmas atau klinik, adakah ketentuan bahwa harus

ada ruangan khusus untuk program LKB?

II. PROSES
4. Pilar 1 : Koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku
kepentingan

Universitas Sumatera Utara

a. Apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan
program

LKB di masyarakat?

Siapa-siapa saja pemangku

kepentingan yang terlibat dan apa peran nya masing masing?
b. Apakah ada dilaksanakan forum koordinasi LKB secara berkala?
Jika ada, kapan jadwal forum koordinasi dilaksanakan? Apa saja
yang menjadi pembahasan diskusi?
c. Sejauh ini, apakah ada kendala dalam mewujudkan koordinasi dan

kemitraan dengan semua pemangku kepentingan?
5. Pilar 2 : Peran aktif komunitas termasuk ODHA
a. Khusus pada ODHA, apa bentuk keterlibatan dalam terlaksananya
program LKB? Apakah ada kemitraan ODHA dalam perencanaan,
penyelenggaraan layanan dan evaluasi?
6. Pilar 4 : Paket layanan HIV komprehensif yang berkesinambungan
a. Apa

saja

isi

paket

layanan

HIV

komprehensif


yang

berkesinambungan ?
7. Pilar 5 : Sistem rujukan dan jejaring kerja
a. Bagaimana mekanisme sistem rujukan dan jejaring kerja dalam
program LKB pada setiap puskesmas?
8. Pilar 6 : Akses layanan terjamin
a. Apakah dilakukan sosialisasi pada tokoh/pemimpin setempat terkait
bahaya pelecehan, pengucilan, dan diskriminasi populasi kunci?
9. Bagaimana hasil pelaksanaan program LKB dalam tahun terakhir ini?
apa saja hambatan yang dirasakan selama ini?

III. OUTPUT
a. Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program
LKB?
b. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan
pelaksanaan program LKB ke depannya?

Universitas Sumatera Utara


I. Identitas Informan
1. Nama

:

2. Umur

:

3. Jenis Kelamin

:

4. Pendidikan Terakhir

:

5. Tanggal Wawancara

:


II. Daftar Pertanyaan
B. Pertanyaan untuk Kepala Puskesmas Bestari Medan
I.

INPUT
1. Tenaga Kesehatan
a. Kapan dimulai pelaksanaan program LKB di Puskesmas Bestari
Medan?
d. Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan
program Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan
(LKB) di Puskesmas Bestari? Bagaimana dengan kompetensi
masing-masing tenaga kesehatan? Apakah ada pelatihan yang
dilakukan?
b. Bagaimana pengorganisasian yang dilakukan dalam pelaksanaan
program LKB di Puskesmas Bestari?
2. Sarana dan Prasarana
a. Bagaimana kecukupan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
program LKB di Puskesmas Bestari dan darimana sumbernya?
b. Apakah ada area untuk pasien rawat jalan, tempat khusus untuk

konseling, perawatan, konseling dukungan dan ruang pertemuan/
ruang kerja tim LKB?

II. PROSES
1. Pilar 1 : Koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku
kepentingan

Universitas Sumatera Utara

a. Siapa-siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dan apa peran
nya masing masing dalam mendukung program LKB di Puskesmas
Bestari?
b. Apakah ada dilaksanakan forum koordinasi LKB secara berkala?
Jika ada, kapan jadwal forum koordinasi dilaksanakan? Apa saja
yang menjadi pembahasan diskusi?
c. Sejauh ini, apakah ada kendala dalam mewujudkan koordinasi dan
kemitraan dengan semua pemangku kepentingan?
2. Pilar 2 : Peran aktif komunitas termasuk ODHA dan keluarga
a. Khusus pada ODHA, apa bentuk keterlibatan dalam terlaksananya
program LKB?

3. Pilar 3 : Layanan terintegrasi dan terdesentralisasi sesuai kondisi
setempat
a. Bagaimana pelaksanaan skrining TB di puskesmas Bestari?
b. Bagaimana pelaksanaan terapi ARV di puskesmas Bestari?
c. Bagaimana pelaksanaan konseling dan tes HIV di puskesmas
Bestari?
4. Pilar 4 : Paket layanan HIV komprehensif yang berkesinambungan
a. Apa

saja

isi

paket

layanan

HIV

komprehensif


yang

berkesinambungan di Puskesmas Bestari ?
5. Pilar 5 : Sistem rujukan dan jejaring kerja
a. Bagaimana mekanisme sistem rujukan dan jejaring kerja dalam
program LKB di Puskesmas Bestari?
6. Pilar 6 : Akses layanan terjamin
a. Apakah dilakukan sosialisasi pada tokoh/pemimpin setempat
terkait bahaya pelecehan, pengucilan, dan diskriminasi populasi
kunci di Wilayah kecamatan Petisah?
7.

Bagaimana hasil pelaksanaan program LKB dalam tahun terakhir ini?
apa saja hambatan yang dirasakan selama ini?

Universitas Sumatera Utara

III. OUTPUT
a. Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program

LKB?
b. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan
pelaksanaan program LKB ke depannya?

I. Identitas Informan
1. Nama

:

2. Umur

:

3. Jenis Kelamin

:

4. Pendidikan Terakhir

:


5. Tanggal Wawancara

:

II. Daftar Pertanyaan
C. Pertanyaan untuk Dokter Koordinator LKB Puskesmas Bestari Medan
I.

INPUT
1. Tenaga Kesehatan
a. Kapan dimulai pelaksanaan program LKB di Puskesmas Bestari
Medan?
b. Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan
program Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan
(LKB) di Puskesmas Bestari? Bagaimana dengan kompetensi
masing-masing tenaga kesehatan? Apakah sudah mengikuti
pelatihan yang dilakukan?
c. Bagaimana pengorganisasian yang dilakukan dalam pelaksanaan
program LKB di Puskesmas Bestari?
2. Sarana dan Prasarana
a. Bagaimana kecukupan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
program LKB di Puskesmas Bestari dan darimana sumbernya?
b. Dalam satu puskesmas atau klinik, adakah ketentuan bahwa harus
ada ruangan khusus untuk program LKB?

Universitas Sumatera Utara

II. PROSES
1. Pilar 1 : Koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku
kepentingan
a. Siapa-siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dan apa peran
nya masing masing dalam mendukung program LKB di Puskesmas
Bestari?
b. Apakah ada dilaksanakan forum koordinasi LKB secara berkala?
Jika ada, kapan jadwal forum koordinasi dilaksanakan? Apa saja
yang menjadi pembahasan diskusi?
2. Pilar 2 : Peran aktif komunitas termasuk ODHA dan keluarga
a. Khusus pada ODHA, apa bentuk keterlibatan dalam terlaksananya
program LKB?
3. Pilar 3 : Layanan terintegrasi dan terdesentralisasi sesuai kondisi
setempat
a. Bagaimana pelaksanaan skrining TB di puskesmas Bestari?
b. Bagaimana pelaksanaan terapi ARV di puskesmas Bestari?
c. Bagaimana pelaksanaan konseling dan tes HIV di puskesmas
Bestari?
4. Pilar 4 : Paket layanan HIV komprehensif yang berkesinambungan
a. Apa

saja

isi

paket

layanan

HIV

komprehensif

yang

berkesinambungan di Puskesmas Bestari ?
5. Pilar 5 : Sistem rujukan dan jejaring kerja
a. Bagaimana mekanisme sistem rujukan dan jejaring kerja dalam
program LKB di Puskesmas Bestari?
6. Pilar 6 : Akses layanan terjamin
a. Apakah dilakukan sosialisasi pada tokoh/pemimpin setempat terkait
bahaya pelecehan, pengucilan, dan diskriminasi populasi kunci di
Wilayah kecamatan Petisah?
7. Bagaimana hasil pelaksanaan program LKB dalam tahun terakhir ini?
apa saja hambatan yang dirasakan selama ini?
III. OUTPUT

Universitas Sumatera Utara

a. Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program
LKB?
b. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan
pelaksanaan program LKB ke depannya?

I. Identitas Informan
1. Nama

:

2. Umur

:

3. Jenis Kelamin

:

4. Pendidikan Terakhir

:

5. Tanggal Wawancara

:

II. Daftar Pertanyaan
D. Pertanyaan untuk Tenaga Administrasi
I.

INPUT
1. Tenaga Kesehatan
a. Kapan dimulai pelaksanaan program LKB di Puskesmas Bestari
Medan?
b. Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan
program Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan
(LKB) di Puskesmas Bestari? Bagaimana dengan kompetensi
masing-masing tenaga kesehatan? Apakah sudah mengikuti
pelatihan yang dilakukan?
c. Bagaimana pengorganisasian yang dilakukan dalam pelaksanaan
program LKB di Puskesmas Bestari?
2. Sarana dan Prasarana
a. Bagaimana kecukupan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
program LKB di Puskesmas Bestari dan darimana sumbernya?
b. Karena sarana dan prasarana, apakah ada pengaruh kepada
kunjungan pasien kasus HIV-IMS dalam hal VCT atau pengobatan
pada saat renovasi puskesmas dilakukan?

Universitas Sumatera Utara

II. PROSES
1. Pilar 1 : Koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku
kepentingan
a. Siapa-siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dan apa peran
nya masing masing dalam mendukung program LKB di Puskesmas
Bestari?
b. Apakah ada dilaksanakan forum koordinasi LKB secara berkala?
Jika ada, kapan jadwal forum koordinasi dilaksanakan? Apa saja
yang menjadi pembahasan diskusi?
2. Pilar 2 : Peran aktif komunitas termasuk ODHA dan keluarga
a. Khusus pada ODHA, apa bentuk keterlibatan dalam terlaksananya
program LKB?
3. Pilar 3 : Layanan terintegrasi dan terdesentralisasi sesuai kondisi
setempat
a. Bagaimana pelaksanaan skrining TB di puskesmas Bestari?
b. Bagaimana pelaksanaan terapi ARV di puskesmas Bestari?
c. Bagaimana pelaksanaan konseling dan tes HIV di puskesmas
Bestari?
4. Pilar 4 : Paket layanan HIV komprehensif yang berkesinambungan
a. Apa

saja

isi

paket

layanan

HIV

komprehensif

yang

berkesinambungan di Puskesmas Bestari ?
5. Pilar 5 : Sistem rujukan dan jejaring kerja
a. Bagaimana mekanisme sistem rujukan dan jejaring kerja dalam
program LKB di Puskesmas Bestari?
6. Pilar 6 : Akses layanan terjamin
a. Apakah dilakukan sosialisasi pada tokoh/pemimpin setempat terkait
bahaya pelecehan, pengucilan, dan diskriminasi populasi kunci di
Wilayah kecamatan Petisah?
7. Bagaimana hasil pelaksanaan program LKB dalam tahun terakhir ini?
apa saja hambatan yang dirasakan selama ini?

Universitas Sumatera Utara

III.

OUTPUT
a. Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program
LKB?
b. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan
pelaksanaan program LKB ke depannya?

I. Identitas Informan
1. Nama

:

2. Umur

:

3. Jenis Kelamin

:

4. Pendidikan Terakhir

:

5. Tanggal Wawancara

:

II. Daftar Pertanyaan
E. Pertanyaan untuk Perawat
I.

INPUT
1. Tenaga Kesehatan
a. Kapan dimulai pelaksanaan program LKB di Puskesmas Bestari
Medan?
b. Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan
program Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan
(LKB) di Puskesmas Bestari? Bagaimana dengan kompetensi
masing-masing tenaga kesehatan? Apakah sudah mengikuti
pelatihan yang dilakukan?
c. Bagaimana pengorganisasian yang dilakukan dalam pelaksanaan
program LKB di Puskesmas Bestari?
2. Sarana dan Prasarana
a. Bagaimana kecukupan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
program LKB di Puskesmas Bestari dan darimana sumbernya?
b. Dalam satu puskesmas atau klinik, adakah ketentuan bahwa harus
ada ruangan khusus untuk program LKB?

Universitas Sumatera Utara

II. PROSES
1. Pilar 1 : Koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku
kepentingan
a. Siapa-siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dan apa peran
nya masing masing dalam mendukung program LKB di Puskesmas
Bestari?
b. Apakah ada dilaksanakan forum koordinasi LKB secara berkala?
Jika ada, kapan jadwal forum koordinasi dilaksanakan? Apa saja
yang menjadi pembahasan diskusi?
2. Pilar 2 : Peran aktif komunitas termasuk ODHA dan keluarga
a. Khusus pada ODHA, apa bentuk keterlibatan dalam terlaksananya
program LKB?
3. Pilar 3 : Layanan terintegrasi dan terdesentralisasi sesuai kondisi
setempat
a. Bagaimana pelaksanaan skrining TB di puskesmas Bestari?
b. Bagaimana pelaksanaan terapi ARV di puskesmas Bestari?
c. Bagaimana pelaksanaan konseling dan tes HIV di puskesmas
Bestari?
4. Pilar 4 : Paket layanan HIV komprehensif yang berkesinambungan
a. Apa

saja

isi

paket

layanan

HIV

komprehensif

yang

berkesinambungan di Puskesmas Bestari ?
5. Pilar 5 : Sistem rujukan dan jejaring kerja
a. Bagaimana mekanisme sistem rujukan dan jejaring kerja dalam
program LKB di Puskesmas Bestari?
6. Pilar 6 : Akses layanan terjamin
a. Apakah dilakukan sosialisasi pada tokoh/pemimpin setempat terkait
bahaya pelecehan, pengucilan, dan diskriminasi populasi kunci di
Wilayah kecamatan Petisah?
7. Bagaimana hasil pelaksanaan program LKB dalam tahun terakhir ini?
apa saja hambatan yang dirasakan selama ini?

Universitas Sumatera Utara

III. OUTPUT
a. Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program
LKB?
b. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan
pelaksanaan program LKB ke depannya?

I. Identitas Informan
1.

Nama

:

2.

Umur

:

3.

Jenis Kelamin

:

4.

Pendidikan Terakhir :

5.

Tanggal Wawancara :

II. Daftar Pertanyaan
F. Pertanyaan untuk Bidan
I.

INPUT
1. Tenaga Kesehatan
a. Kapan dimulai pelaksanaan program LKB di Puskesmas Bestari
Medan?
b. Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan
program Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan
(LKB) di Puskesmas Bestari? Bagaimana dengan kompetensi
masing-masing tenaga kesehatan? Apakah sudah mengikuti
pelatihan yang dilakukan?
c. Bagaimana pengorganisasian yang dilakukan dalam pelaksanaan
program LKB di Puskesmas Bestari?
2. Sarana dan Prasarana
a. Bagaimana kecukupan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
program LKB di Puskesmas Bestari dan darimana sumbernya?
b. Dalam satu puskesmas atau klinik, adakah ketentuan bahwa harus
ada ruangan khusus untuk program LKB?

Universitas Sumatera Utara

II. PROSES
1. Pilar 1 : Koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku
kepentingan
a. Siapa-siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dan apa peran
nya masing masing dalam mendukung program LKB di Puskesmas
Bestari?
b. Apakah ada dilaksanakan forum koordinasi LKB secara berkala?
Jika ada, kapan jadwal forum koordinasi dilaksanakan? Apa saja
yang menjadi pembahasan diskusi?
2. Pilar 2 : Peran aktif komunitas termasuk ODHA dan keluarga
a. Khusus pada ODHA, apa bentuk keterlibatan dalam terlaksananya
program LKB?
3. Pilar 3 : Layanan terintegrasi dan terdesentralisasi sesuai kondisi
setempat
a. Bagaimana pelaksanaan skrining TB di puskesmas Bestari?
b. Bagaimana pelaksanaan terapi ARV di puskesmas Bestari?
c. Bagaimana pelaksanaan konseling dan tes HIV di puskesmas
Bestari?
4. Pilar 4 : Paket layanan HIV komprehensif yang berkesinambungan
a.

Apa

saja

isi

paket

layanan

HIV

komprehensif

yang

berkesinambungan di Puskesmas Bestari ?
5. Pilar 5 : Sistem rujukan dan jejaring kerja
a. Bagaimana mekanisme sistem rujukan dan jejaring kerja dalam
program LKB di Puskesmas Bestari?
6. Pilar 6 : Akses layanan terjamin
a. Apakah dilakukan sosialisasi pada tokoh/pemimpin setempat terkait
bahaya pelecehan, pengucilan, dan diskriminasi populasi kunci di
Wilayah kecamatan Petisah?
7. Bagaimana hasil pelaksanaan program LKB dalam tahun terakhir ini?
apa saja hambatan yang dirasakan selama ini?

Universitas Sumatera Utara

III. OUTPUT
a. Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program
LKB?
b. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan
pelaksanaan program LKB ke depannya?

I. Identitas Informan
1.

Nama

:

2.

Umur

:

3.

Jenis Kelamin

:

4.

Pendidikan Terakhir :

5.

Tanggal Wawancara :

II. Daftar Pertanyaan
G. Pertanyaan untuk Analis Puskesmas Bestari Medan
I.

INPUT
1. Tenaga Kesehatan
a. Kapan dimulai pelaksanaan program LKB di Puskesmas Bestari
Medan?
b. Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan
program Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan
(LKB) di Puskesmas Bestari? Bagaimana dengan kompetensi
masing-masing tenaga kesehatan? Apakah sudah mengikuti
pelatihan yang dilakukan?
c. Bagaimana pengorganisasian yang dilakukan dalam pelaksanaan
program LKB di Puskesmas Bestari?
2. Sarana dan Prasarana
a. Bagaimana kecukupan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
program LKB di Puskesmas Bestari dan darimana sumbernya?
b. Dalam satu puskesmas atau klinik, adakah ketentuan bahwa harus
ada ruangan khusus untuk program LKB?

Universitas Sumatera Utara

II. PROSES
1. Pilar 1 : Koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku
kepentingan
a. Siapa-siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dan apa peran
nya masing masing dalam mendukung program LKB di Puskesmas
Bestari?
b. Apakah ada dilaksanakan forum koordinasi LKB secara berkala?
Jika ada, kapan jadwal forum koordinasi dilaksanakan? Apa saja
yang menjadi pembahasan diskusi?
c. Sejauh ini, apakah ada kendala dalam mewujudkan koordinasi dan
kemitraan dengan semua pemangku kepentingan?
2. Pilar 2 : Peran aktif komunitas termasuk ODHA dan keluarga
a. Khusus pada ODHA, apa bentuk keterlibatan dalam terlaksananya
program LKB?
3. Pilar 3 : Layanan terintegrasi dan terdesentralisasi sesuai kondisi
setempat
a. Bagaimana pelaksanaan skrining TB di puskesmas Bestari?
b. Bagaimana pelaksanaan terapi ARV di puskesmas Bestari?
c. Bagaimana pelaksanaan konseling dan tes HIV di puskesmas
Bestari?
4. Pilar 4 : Paket layanan HIV komprehensif yang berkesinambungan
a. Apa

saja

isi

paket

layanan

HIV

komprehensif

yang

berkesinambungan di Puskesmas Bestari ?
5. Pilar 5 : Sistem rujukan dan jejaring kerja
a. Bagaimana mekanisme sistem rujukan dan jejaring kerja dalam
program LKB di Puskesmas Bestari?
6. Pilar 6 : Akses layanan terjamin
a. Apakah dilakukan sosialisasi pada tokoh/pemimpin setempat terkait
bahaya pelecehan, pengucilan, dan diskriminasi populasi kunci di
Wilayah kecamatan Petisah?

Universitas Sumatera Utara

7. Bagaimana hasil pelaksanaan program LKB dalam tahun terakhir ini?
apa saja hambatan yang dirasakan selama ini?
III.

OUTPUT
a. Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program
LKB?
b. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan
pelaksanaan program LKB ke depannya?

I. Identitas Informan
1.

Nama

:

2.

Umur

:

3.

Jenis Kelamin

:

4.

Pendidikan Terakhir :

5.

Tanggal Wawancara :

II. Daftar Pertanyaan
H. Pertanyaan untuk Kader Masyarakat
1.

Apakah ibu mengikuti pelatihan? Berapa kali pelatihan dilakukan?

2.

Upaya apa yang dilakukan agar masyarakat memanfaatkan program
LKB?

3.

Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung
pelaksanaan program LKB?

4.

Apa saja hambatan dalam pelaksanaan program LKB?

I. Identitas Informan
1.

Nama

:

2.

Umur

:

3.

Jenis Kelamin

:

4.

Pendidikan Terakhir :

5.

Tanggal Wawancara :

Universitas Sumatera Utara

II. Daftar Pertanyaan
I. Pertanyaan untuk Tenaga Sukarela LSM
1.

Apakah pernah mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan Kota
Medan?

2.

Upaya apa yang dilakukan agar masyarakat memanfaatkan program
LKB?

3.

Apakah bapak mengetahui tentang pertemuan koordinasi? Jika ya,
apakah dari pihak LSM mengikutinya?

4.

Bagaimana

tingkat

partisipasi

masyarakat

dalam

mendukung

pelaksanaan program LKB?
5.

I.

Apa saja hambatan dalam pelaksanaan program LKB?

Identitas Informan
1. Nama

:

2. Umur

:

3. Jenis Kelamin

:

4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
J. Pertanyaan untuk Pasien Puskesmas Bestari yang menderita HIV/AIDS
1. Ibu tahu tentang program LKB? Ibu datang untuk berobat atau konseling?
2. Sejak direnovasi, apakah ibu datang secara rutin untuk berobat atau
konseling?
3. Bagaiman persepsi ibu terhadap pelayanan Puskesmas Bestari?
4. Adakah keterlibatan ibu dalam program LKB?

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH INTERVIEW)
PELAKSANAAN PROGRAM LAYANAN KOMPREHENSIF HIV-IMS
BERKESINAMBUNGAN (LKB) DI PUSKESMAS BESTARI MEDAN
TAHUN 2016

1.

Input

1.1

Tenaga Kesehatan

Matriks 1. Pernyataan Informan Tentang Kuantitas SDM dalam
Pelaksanaan Program LKB di Puskesmas Bestari
Informan
Pernyataan
Jadi di kota Medan ada 5 Puskesmas yang punya program
Informan 1
LKB, yaitu puskesmas Padang Bulan, Puskesmas Bestari,
Puskesmas Helvetia, Puskesmas Teladan, dan Puskesmas
Medan Deli. Jadi itu ada namanya tim ya. Tim HIV. Kalo untuk
tim ya kita sesuaikan lah dengan jenis pelayanannya. Kalo ada
konseling gizinya ya ditambah lagi tenaga kesehatannya. Itu
tergantung ya, itu tadi. Jenis pelayanan yang ada di
puskesmasnya. Kalau tenaga kesehatannya ya paling ada
dokter, perawat, bidan, administrasi,analis dan farmasi atau
apoteker. Untuk standarnya ya.
Informan 2

Informan 3

Informan 4

Untuk tingkat puskesmas ada TIM, terdiri dari tim LKB. Ada
dokter, ada bidan, perawat, analis laboratorium, konselor ,
administrasi ditambah dengan kader yang terdiri dari
masyarakat. Kader LKB diluar tim VCT tadi, itu yang dari
masyarakatnya. Dan sudah dilakukan pelatihan. Di SK kan dia.
Sampai saat ini di Puskesmas Bestari ada 2 kader LKB nya.
LSM untuk pendampingan pasien juga ada. Kondisi tenaga
kesehatan saat ini udah cukup lah, sesuai dengan apa yang udah
di tetapkan.
Untuk tenaga kesehatan di puskesmas disebut Tim LKB ya.
Terdiri dari dokter, bidan, perawat, analis ya kan. 4 dan admin
jadi ada 5 dengan pimpinan tetap kepala puskesmas sebagai
penanggung jawab di Bestari ini.
Tenaga kesehatan udah cukup. Penanggung jawabnya adalah

Universitas Sumatera Utara

Informan 5

Informan 6

Informan 7

kepala puskesmas kemudian di bawahnya dokter koordinator,
kemudian itu tadi ada tenaga administrasi,bidan, perawat dan
analisnya. Kita ada 2 kader, tapi yang aktif itu cuma 1 ditambah
1 lagi dari LSM.
Kalau tenaga kita ada tim VCT yang dulu yang sekarang bisa
dibilang tim LKB lah. Ada bidan, perawat, dokter, tenaga
laboratorium.
Tenaga udah cukup. Rata-rata petugas untuk LKB ya dari klinik
Bestari yang dulu, tapi kan sekarang udah di gabung. Jadi
petugas untuk LKB dari klinik semua. Ada dokter, bidan, analis,
tenaga administrasinya, perawat.
Jadi tenaganya ada berupa tim. Bidan, perawat, ada dokter yang
jadi koordinator, konselor kalau konselor itu bisa siapa aja ya
karena konselor kan ngasih konseling ke pasien tapi biasanya
dr.Indra yang jadi konselornya, kalau saya di bagian analisnya
ya meriksa di laboratorium si pasien terkena HIV atau nggak,
kalau ternyata hasilnya positif baru kita tindak lanjuti lagi. Jadi
ada 5 orang lah kalau untuk tim aja ya. Oh iya, ada kader juga.
Kalau kecukupan, udah cukup lah.

Matriks 2. Pernyataan Informan Tentang Kompetensi Tenaga Kesehatan
dalam Pelaksanaan Program LKB di Puskesmas Bestari
Informan
Pernyataan
Untuk kompetensi tiap puskesmas ini sama ya, kita kan butuh
Informan 1
tim untuk pelayanannya, sehingga tim itu tadi kita beri
pelatihan khusus.Iya, termasuk puskesmas Bestari. Kita punya
tim pelatihannya sekitar kurang lebih 5 orang. Itu dari dinas
kesehatan, karena kita yang jadi pengelola programnya kan.
Sekali dilakukan pas program dikeluarkan tahun 2012.
Informan 2

Informan 3

Untuk di Puskesmas Bestari, kalau saya nggak silap
pelaksanaan program LKB sejak 2012. Kompetensinya sudah
baik ya untuk tim VCT nya tadi. Pelatihan? Udah. Sekali, iya
sekali. Tahun 2012 lah itu. Untuk kader, emmm.. kita yang
milih dari masyarakatnya ya. Dan untuk pelatihan kadernya, itu
udah serentak semua. Istilahnya, dari tim LKB nya, dari luar
LKB juga ada ya itu, kader. Iya, LSM juga ada. Yang mengatur
itu pasti dari Dinas Kesehatan Kota Medannya.
LKB? 2012 dilaksanakan. Kompetensinya...emm, udah baik.
Udah mampu lah, karena kan sebelum LKB juga sudah ada

Universitas Sumatera Utara

Informan 4

Informan 5

Informan 6
Informan 7

Informan 8

Informan 9

VCT, kita yang dari tim VCT tadi merangkap jadi LKB. Jadi
krna udah ada pelatihan juga, jadi ya nggak kagok ato
kewalahan.
Pelaksanaan LKB dari tahun 2012. Kompetensinya kita ada
bidan, perawat,analis sama dokter tadi, mereka kan udah
berpendidikan lah pasti kan, tapi meskipun begitu, ada
dilakukan pelatihan untuk kita sebagai tim itu tadi.
Pelaksanaannya? Mungkin tahun 2012 atau 2013 lah. Sebelum
melaksanakan program LKB semua petugas udah ada pelatihan,
artinya kemampuannya yang berdasarkan pendidikan itu tadi,
pengetahuannya, dan tujuan utamanya pun sudah seragam atau
sama rata lah. Dalam hal program nya ya.
LKB? Sudah dari tahun 2012. Kompetensi? Udah bagus lah itu.
Hm, sejak 2012 kalau nggak salah. Kalau kompetensinya, kami
kan ada pelatihan tentang LKB itu sendiri. Sekali saja, pas
waktu kita nerima program LKB itu untuk dilaksanakan di
puskesmas ini sekitar tahun 2012 kalau ngga salah. Ada, ada
tim pelatihannya.
Ada,saya ikut pelatihan itu. Jadi kita ada dua kader yang dipilih
puskesmas ya, waktu pelatihan yang di Dinas itu, ya saya ikut.
Sekali.
Pelatihan? ada ya. Tapi dulu saya ngga ikut karena ada urusan,
tapi di LSM kita kan dikhususkan dalam hal pendampingan ya,
dan di LKB ini juga pendampingannya yang perlu. Itu udah
cukuplah.

Matriks 3. Pernyataan Informan Tentang Pengorganisasian dalam
Pelaksanaan Program LKB di Puskesmas Bestari
Informan
Pernyataan
Untuk pengorganisasiannya yang pasti penanggung jawab
Informan 1
program LKB akan berkoneksi dengan masing-masing
penanggung jawab program LKB di setiap puskesmas. Jadi di
setiap puskesmas itu kepala puskesmas menjadi penanggung
jawabnya. Setelah itu ada pembagian kerja masing-masing.
Artinya yang menghandle pasien ada pada bidan perawat atau
dokter nya, untuk administrasi ada tenaga administrasinya,
bagian pemeriksa ada tenaga laboratorium atau analisnya. Jadi
semua udah terstruktur dengan baik. Nantinya bentuk laporan
mereka akan saya terima per tahunnya dari 5 puskesmas tadi.
Informan 2

Untuk pengorganisasiannya, kalo di tim LKB yang terdiri dari

Universitas Sumatera Utara

Informan 3

Informan 4

Informan 7

petugas klinik, itu sudah ada SOP serta pembagian kerjanya,
yang dokter tadi apa kerjanya, bidan apa, analis, administrasi,
konselor, ada masing-masing tugasnya. Contohnya kalau dokter
mengobati kasus-kasus IMS, konselor melakukan konseling.
Analis itu yang melakukan testingnya, bidan itu yang
melakukan pemeriksaan seputar kesehatan organ reproduksi,
administrasi dia yang membuat pelaporan, pencatatan dan
pendataan. Kalo yang kader ini tugas mereka merekrut calon
klien/pasien kemudian mendampingi si pasien apabila dia HIV
dan membantu petugas puskesmas untuk penyebarluasan
informasi tentang HIV. Kader ini tadi mendampingi pasien
hingga kembali ke masyarakat tadi. Itu secara ringkas
tupoksinya. Nah, hasilnya nanti akan di laporkan pada
penanggung jawab program yang di Dinas Kesehatan Kota
Medan. Itu secara ringkas tupoksinya.
Semua ada tupoksi masing-masing sesuai dengan itu tadi.
Konselor sebagai konselor. Koordinator sebagai koordinator,
dokter obat. Konselor itu contohnya dokter, dokter Indra
langsung. Kepala puskesmas langsung.
Kalau di puskesmas pengorganisasiannya itu, penanggung
jawabnya adalah kepala puskesmas kemudian di bawahnya
dokter koordinator, kemudian itu tadi ada tenaga
administrasi,bidan, perawat dan analisnya. Perawat dan bidan
itu hampir bersamaan tugas pokoknya. Kemudian analis. Analis
itu adalah untuk pemeriksaan laboratorium. Kemudian karna
kita ada faktor resikonya yang berhubungan dengan
lingkungan, kita dibantu dengan kader dan LSM. Nah, kader
tadi melaporkan kepada kita apabila ada di lingkungan tersebut
yang benar-benar memang punya faktor resiko. Jadi dia
melaporkan ke kita, secara lintas sektoral berjalan dengan baik.
Kita ada 2 kader, tapi yang aktif itu cuma 1 ditambah 1 lagi dari
LSM.
Yang jelas kepala puskesmas menjadi atasan kita ya. Trus
tugasnya ada dokter ya menangani kasus HIV, bidan dan
perawat juga di bagian reproduksi lah ya, kehamilan, KIA, KB,
kalau saya di bagian laboratoriumnya. Trus siapa lagi ya..
emmm ada admin di bagian pendaftaran atau registrasi.
Konselor? Kalau konselor itu bisa siapa aja ya karena konselor
kan ngasih konseling ke pasien tapi biasanya dr.Indra yang jadi
konselornya.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Sarana dan Prasarana
Matriks 4. Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana Kesehatan
dalam Pelaksanaan Program LKB di Puskesmas Bestari
Informan
Pernyataan
Informan 1n prasarana setiap puskesmas cukup dengan sumber dana dari
APBD. Kalau untuk setiap puskesmas itu ya paling ada ruang
untuk pasien rawat jalan, tempat konselingnya ya, ketersediaan
obat dan ada ruang pertemuan/ ruang kerja tim HIV, dan lainlan. Itu aja udah mencukupi lah untuk satu puskesmas.
Saya kira udah cukup. itu sarananya berupa ada gedung
Informan 2
tersendiri berupa ruangan yang terdiri dari ruang pendaftaran
ya, ruangan konseling, ruangan testing laboratorium, ruangan
kebidanan, kemudian ada peralatan-peralatan kedokteran,
kebidanan, untuk test laboratorium ada ya. Kemudian
kendaraan untuk transport petugas juga ada.
Kalau sekarang kondisinya lain ya, konseling bisa kita lakukan
di dalam ruangan, tetapi untuk skrining TB nya kita kasih ke
puskesmas yang kita kerja sama ya. Kaya padang bulan, teladan
juga ya. Sumbernya dari pemerintah kota dan pemerintah
provinsi serta dibantu oleh Global Fund (GF) untuk pendanaan
dari luar.
Lumayan cukup. Ada ruangan HIV. Kalo disini tidak ada la ya,
Informan 3
sekarang lagi renov. Puskesmas yang lama dulu ada dan yang
baru juga bakal ada. Sumbernya dari APBD pastinya sama
dibantu apa itu namanya hmm, Global Fund.
Untuk sarana prasarana sudah cukup, semua sudah sesuai
Informan 4
dengan standar. Standar dalam artian untuk pengobatan, untuk
konselingnya, untuk test laboratoriumnya, semua sudah
tersedia. Dan satu lagi, ruangan klinik IMS plus VCT juga ada.
Itu sebelum puskesmas direnovasi, pastinya sarana prasarana
setelah selesai renovasi mungkin akan lebih memadai lah
daripada yang dulu. Sumber nya dari Global Fund dan APBD.
Untuk saat ini, kunjungan VCT masih. Tapi, ngga sebanyak
bulan bulan yang lalu. Mungkin karna situasi nya kaya gini.
Kalau dulu sebelum direnovasi, semua udah mencukupi lah.
Informan 5
Ada ruangan untuk test, konseling, untuk pengobatan, ruang
VCT/IMS semua udah mencukupi. Kalau sekarang kondisinya
lain ya, konseling bisa kita lakukan di dalam ruangan, tetapi

Universitas Sumatera Utara

Informan 6
Informan 7

Informan 10

untuk skrining TB nya kita kasih ke puskesmas yang kita kerja
sama ya. Kaya padang bulan, teladan juga ya. Untuk peralatan
semua menunjang kok. Sumbernya dari pemerintah dan GF
(Global Fund)
Udah kayanya. Kalau sumber pasti dari pemerintah lah ya kan.
Kalau sebelum direnovasi, sarana nya udah ada gedung
tersendiri beserta ruangannya, udah cukup lengkap lah.
Ruangan untuk program LKB juga udah ada namanya VCTIMS. Peralatan untuk skrining TB ya, untuk konseling lah, udah
mencukupi. Kalau sekarang, kita kan numpang di Dinas,
pastinya sarana dan prasarana seadanya saja. Udah pasti nggak
mencukupi. Kalau untuk sumbernya dari APBD dan Global
Fund.
Ngga rutin lagi mbak. Karena kan kondisinya ini puskesmas
lagi renov ya mbak. Satu ruangan. Ngga nyaman aja jadinya.
Memang antrian sih, tapi ya tetep aja. Kalau buat konseling ato
berobat gitu ya, saya ke puskesmas lain.

2.

Proses

2.1

Koordinasi dan Kemitraan dengan Semua Pemangku Kepentingan

Matriks 5. Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Forum Koordinasi
LKB
Informan
Pernyataan
Informan 1 Forum koordinasi itu ada. Di tingkat provinsi, tingkat
nasional,dan tingkat kabupaten/ kota. Nah, kita di tingkat
kabupaten/kotanya yang mimpin itu kepala dinas kesehatan
kota Medan. Itu dilaksanakan emmm beda triwulan di tiap tiap
tahun nya. Tahun ini dilaksanakan di triwulan ke III.
Pembahasannya seperti memastikan saja apa program itu jalan
atau engga. Kita liat dari sumber daya, udah mencukupi ngga di
setiap puskesmas dan apa kendala bisa disharing di forum.
Yang hadir banyak, ada dari KPA, kepala RS, puskesmas, LSM
dan lainnya.
Informan 2 Forum koordinasi LKB, itu kayanya di tingkat kota ada, untuk
di puskesmas ngga ada. Sekitar akhir bulan lah ada di tingkat
kotanya. Biasanya saya yang ikut forum itu dan satu dari tim
kita ya. yang dibahas pasti tentang pelaksanaan LKB itu, apa
kendala, bagaimana kita bekerja, terus ya.. itu seperti laporan

Universitas Sumatera Utara

Informan 3

Informan 4

Informan 5

Informan 6

Informan 7
Informan 9

kita pada pimpinan secara lisan. Dalam artian begitulah.
Forum koordinasi ada. Dilaksanakan waktu waktu tertentu tapi
tidak rutin. Waktu-waktu tertentu bisa sebulan sekali dua bulan
sekali. Biasanya saya atau bu Evy ikut di forum itu, tapi lebih
rutin dr Indra sendiri ya.
Forum koordinasi di tingkat kota sudah terlaksana, sekitar
bulan Juni atau Juli ya, itu membahas tentang bagaimana
koordinasi layanan LKB terhadap lintas sektoral dan lintas
program dalam bekerja sama.
Forum koordinasi? Kurang tau juga ya, tapi kalau saya tidak
ikut dalam forum itu, mungkin tanyakan ke kepala puskesmas
atau, dokter koordinator atau ibu tenaga admin aja. Karena kan
kita di bagian pelayanan saja.
Forum kooordinasi? Mungkin ada ya. Penanggung jawab
program di puskesmas mungkin yang ikut seperti dr. Indra.
Kalau saya ngga ada ikut.
Forum koordinasi itu kurang tau juga dek.
Ada. Tapi biasanya bukan saya yang ikut, nggg.. itu pimpinan
yang menghadiri nya, kalau saya ngga pernah ikut. Nggg..
kalau pimpinan ngga bisa menghadirinya, ada yang diutus
kesana, tapi saya ngga pernah.

Matriks 6. Pernyataan Informan Tentang Kendala dalam Mewujudkan
Koordinasi dan Kemitraan dengan Semua Pemangku
Kepentingan
Informan
Pernyataan
Informan 1 Kalau kendala, sepertinya belum begitu mencuat. Namanya
juga kita sedang proses, ya masing-masing bekerja sama.
Informan 2 Kendala mewujudkan koordinasi ini, hmm. Mungkin belum
sama persepsinya gitu. Artinya pejabat-pejabat terkait masih
belum menganggap HIV/AIDS ini skala prioritas utama. Itu
wajarlah kenapa seperti itu, mungkinkan itu salah satu bagian
dari kesehatan, yang mereka pikirkan kan banyak. Dan
kebetulan kasus HIV/AIDS di kecamatan Petisah ini belum
masuk dalam tatanan epidemi.
Informan 3 Kendalanya pada masing masing pemangku kepentingan itu
tadi, masih belum nyatu aja tujuannya. Belum terlalu penting
gitu masalah HIV ini.
Informan 4 Kendalanya dari izin mereka itu. Kita udah kerja sama nih
dengan polisi. Tapi tetep juga masih terkendala dalam izin

Universitas Sumatera Utara

mereka praktek gitu. Misalnya kaya di Nibung itu, sebenarnya
izin mereka belum ada, sehingga kita sulit untuk masuk dan
berkoordinasi langsung. Karena terbatas pada izin praktek
mereka. Tapi berjalan lah. Ada yang bisa kita masuki ada yang
tidak.

2.2

Pernyataan Informan Tentang Peran Aktif Komunitas Termasuk
ODHA dan Keluarga

Matriks 7. Pernyataan Informan Tentang Peran Aktif Komunitas termasuk
ODHA dan Keluarga
Informan
Pernyataan
Kalau ODHA juga ikut terlibat. Dia mengajak kelompok
Informan 1
beresiko untuk datang ke layanan. Kalau untuk apa tadi?
Kemitraan perencanaan programnya? Belum ya, karena kader
untuk puskesmas LKB itu sampe sekarang masih sekedar
mendukung di masing-masing puskesmas, biasanya itu cuma
sebagai pendamping atau jadi contoh bagi ODHA-ODHA yang
lain. Evaluasi juga ngga.
Biasanya orang dengan HIV/AIDS ini ya nanti ada kelompok
Informan 2
dampingan. Ini LSM yang bekerja sama dengan puskesmas
kemudian biasanya mereka ini tergabung dalam satu grup. Jadi
grup ini kan dia bisa sharing antar sesama di ruang tertutup.
Pernah ya sekali, dari LSM nya aktif. Jadi kita kumpulin orangorang yang udah terinfeksi tadi,dilakukan sharing tertutup. Dan
ODHA tadi yang berperan. “Oh saya udah lama kena HIV,
ternyata begini-begini...” Istilahnya yang baru ini tidak merasa
tersendiri, tidak merasa terkucilkan. “Oh ternyata, HIV itu
bukan akhir dari segalanya.
ODHA? Ada. Dia jadi...sebagai kader kita. Jadi dia
Informan 3
pendamping. Manajer kasus diatas dia. Dia di bawah MK,
pendampingnya untuk berikutnya, calon-calon ODHA
berikutnya.
ODHA? Sepertinya kalau ODHA khusus ke tim kesehatan yang
Informan 4
tadi itu yang secara struktur yang dari bawah hingga ke 4 itu.
Kalo ODHA, sebagai contoh buat calon ODHA ODHA yang
Informan 5
baru. Itu bisa menunjukkan bahwa menjadi pasien ODHA
bukan akhir dari segalanya.
Kalo ODHA, lebih ke persuasif aja. Lebih kaya mengajak yang
Informan 6

Universitas Sumatera Utara

Informan 10

2.3

misalnya udah positif dikatakan ODHA, biar nggak takut lagi
untuk terus memeriksakan atau berobat secara rutin. Karena ada
loh, yang udah dibilang ODHA, tapi bisa perlahan-lahan
sembuh. Kita punya pasien kaya gitu.
Keterlibatan? Saya maksudnya mbak? Saya sering dipanggil
sama dr. Indra tapi ya sekali waktu katanya ada grup sharing
untuk sesama ODHA. Iya mbak, saya rutin datang kesini tapi
semenjak renovasi ya saya ngga gitu sering.

Layanan Terintegrasi dan Terdesentralisasi Sesuai Kondisi Setempat

Matriks 8. Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Layanan Skrining
TB-HIV
Informan
Pernyataan
Skrining TB ada. Terlaksana dengan baik. Jadi semua penderita
Informan 2
HIV kita test TB, semua penderita TB kita test HIV. Itu
kolaborasi. Itu ada, selalu kita lakukan. Berjalan dengan baik.
Itu pas abis konseling pasca tadi ya, langsung dilakukan
skrining itu tadi.
Ada. Kita ada skrining TB.
Informan 3
Ada. Petugas TB kita secara langsung. Jadi kan apabila pasien
Informan 4
TB langsung memeriksakan TBnya. Apabila positif dan juga
positif HIV, HIV nya dulu yang diobatin kemudian TBnya.
Tapi kalau dia positif TB saja, ya TB nya kita obati secara
tuntas.
Skrining TB sama apa tadi itu konseling tes HIV ya ada. Jadi
Informan 5
pelaksanaannya kita test apa dia positif TB atau tidak. Kalau
misalnya ada kasus dia juga ternyata HIV, maka kita lakukan
tindakan untuk pengobatan HIV yang diselingi nantinya untuk
TB nya. Pastinya lah kalo konseling itu ada. Karena setelah
seseorang yang sudah postif TB atau HIV ya, biasanya dia akan
ketakutan mau ngambil langkah apa selanjutnya.
Skrining TB ada, pelaksanaannya udah cukup bagus.
Informan 6
Skrining TB ada. Kita memakai alat skrining ya pake kuesioner
Informan 7
yang sederhana untuk tanda dan gejalanya.

Matriks 9. Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Terapi ARV
Informan
Pernyataan
Terapi ARV kita belum ada
Informan 2
ARV kita belum izin dilaksanakan. Tapi ada kerja sama dengan
Informan 3

Universitas Sumatera Utara

Informan 4

Informan 5
Informan 6
Informan 7

yang di padang bulan. Kita saling roker juga. mereka pun gitu,
kalo ada kesulitan dia lempar ke kita juga. Tapi bukan ARV,
mungkin yang lain.
ARV itu didapat di pelayanan tingkat lanjut contohnya
puskesmas yang sudah membuka layanan HIV, kalau kita
belum. Jadi kita biasanya merujuk ke RS, ke salah satu RS yang
bekerja sama dengan kita contohnya RS Pirngadi, RS
Bhayangkara, RS Haji dan RS Adam Malik.
ARV kita ngga ada ya, karena biasanya kita merujuk ke rumah
sakit.
Kalo pemberian ARV kita belum ada. Paling nanti kita rujuk ke
RS yang kita udah kerja sama buat dikasi ARV.
ARV disini ngga ada dek. Paling nanti dari sini buat surat
rujukan terus ditindak lanjuti di fasyankes tingkat lanjutan.

Matriks 10. Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Konseling dan Tes
HIV
Informan
Pernyataan
Konseling dan tes HIV itu pasti ada lah. Itu salah satu program
Informan 2
ya, namanya VCT. Itu VCT suatu kegiatan dimana seorang
pasien atau klien atau pelanggan itu mendapatkan proses
konseling pre test dulu. Diberikan pemahaman apa itu penyakit
HIV, bagaimana penanganannya, gejalanya dan tanda serta
bagaimana mengetahui seseorang itu terinfeksi HIV, kalau dia
sudah paham terus dilakukan test, sesudah test hasilnya itu pun
sebelum diberitahukan dilakukan lagi konseling pasca test
untuk mempersiapkan secara psikis si pasien siap menerima
hasilnya apakah itu positif ataupun negatif termasuk tindak
lanjutnya kalau hasilnya positif atau negatif seperti apa. Untuk
yang inisiatif petugas juga ada, artinya saat pasien berobat
misalnya di layanan KIA atau KB itu ya termasuk ibu hamil,
kita inisiatif buat tes HIV. Ada. Kasus yang ketika dia periksa
ternyata HIV.Kemudian di layanan IMS juga ada, pasien IMS
juga disarankan untuk tes HIV. Itu sudah dilakukan lah.
Konseling dan Tes HIV juga ada. Ada dua tipe pasien yang
Informan 3
datang berobat kesini, satu dia datang sendiri satunya emang
berobat disini ya. Yang datang sendiri tadi untuk memeriksakan
HIV nah ini kita langsung tempatkan dia di KTS ya atau VCT
untuk konseling sebelum tes namanya konseling pra tes oleh

Universitas Sumatera Utara

Informan 4

Informan 5
Informan 6

Informan 7

2.4

konselor ya bisa dari tim bisa saya atau biasanya dr.Indra yang
emm menghandle. Nah kalau pasien setuju, ambil darah, tes
darahnya, baru kasih hasilnya dilakukan lagi konseling pasca
test tergantung hasil nya tadi, positif apa ngga. Kalau yang
memang berobat disini dan kita curiga kayanya ini ada risiko
tinggi kena HIV, nah kita kasih informasi buat dites. Terutama
untuk ibu hamil juga kita sarankan biar tes HIV
Konseling dan Tes HIV ada, lancar dengan baik, ruangannya
ada. Kebetulan saat ini kan enggak karena lagi renov tu.
Biasanya ada. Kalau pasien yang disini, kalau kita temukan dia
ada resiko terkena HIV ya, kita langsung kasih pilihan buat
dites. Kalau VCT itu tadi kan, pasien yang direkomendasikan
sama kader datang sendiri. Dia mau tes berdasarkan keinginan
dia ya.
Konseling ini dilakukan sama konselornya ya. Saya di bagian
perawatan atau pengobatannya jadi.
Kalo konseling ama test HIV disini udah tersedia. Ruangan
laboratoriumnya juga ada buat test, ruang konseling juga ada.
Alurnya kurang tau juga.
Konseling dan test HIV ada. Ya saya memang di bagian
pemeriksaan. Jadi yang datang ke saya itu ya pasien yang udah
melalui tahap tahap itu tadi yang akhirnya mengambil
keputusan mau diperiksa. Kita ambil darah, kita tes darahnya,
kita beri hasilnya. Itu aja.

Paket Layanan HIV Komprehensif yang Berkesinambungan

Matriks 11. Pernyataan Informan Tentang Isi Paket Layanan HIV
Komprehensif
Informan
Pernyataan
Ada LASS layanan alat suntik steril, PDP,PTRM program
Informan 1
terapi rumatan metadone, PPIA, KT HIV itu sama ya dengan
VCT bisa melalui TIPK juga. TIPK itu Tes inisiatif Petugas
Kesehatan , ada preventif kaya PMTS, perawatan, pengobatan
juga. Tapi jenis layanan tadi ngga setiap puskesmas punya.
Kaya LASS tadi ngga semua puskesmas yang menerapkan
program LKB punya itu tadi. PPIA misalnya itu adanya di RS
haji sama di RS Adam Malik. Jadi yang belum ada layanannya
tadi bekerja sama, artinya ada integrasi untuk itu. Semacam
rujukan, jadi ada kerja sama lah. Kalau sejauh ini berjalan

Universitas Sumatera Utara

Informan 2
Informan 3

Informan 4

Informan 5
Informan 6

Informan 7

2.5

dengan baik.
Paketnya kalau contohnya di puskesmas untuk TB itu, kita ada
program kolaborasi TB dan HIV tadi.
Paket layanan ya seperti itu tadi, ada skrining TB nya,
konselingnya, tes HIV nya, layanan IMS, pengobatannya lah
ya. Banyak ya sebenarnya jenis layanannya cuma kan di
kitanya hanya itu ya.
Pelaksanaannya baik. Cukup baik.
Kalo isi paket dibilang paket sebenarnya kalo kita disini sudah
dinyatakan diperiksa sama analis HIV positif, kita hanya
memberikan pengobatan cotrimoxazole untuk sementara karena
kita tidak punya layanan ARV kemudian kita merujuk pasien
tersebut dengan didampingi oleh manajer kasus (LSM tadi).
Kita calling mereka supaya mereka membawa pasien tadi
sesuai keinginan mereka untuk nyaman atau tidak, mereka
kemana. Kita anjurkan kemana supaya dia aman. Ya ke rumah
sakit yang tadi, Pirngadi atau ke Bhayangkara. Setelah
mendapat ARV, mereka lanjutan sama LSM tadi. Dan itu sudah
terlaksana dengan baik.
Kalau di puskesmas ini, ada skrining TB tadi, test HIV, ada
konseling juga. ya semua berjalan dengan baik.
Paketnya ya, masudnya jenis layanannya? Hm, itu ada banyak
ya, salah satunya ya VCT, kita promosi KT (Konseling-Tes)
HIV, terus ada juga layanan TB kaya skrining TB tadi ada
pencatatan dan pelaporan oleh tenaga admin.
Layanan konseling nya kaya VCT, layanan TB nya, tes HIV
nya ada, layanan IMS ya
Sudah berjalan dengan baik.

Sistem Rujukan

Matriks 12. Pernyataan Informan Tentang Mekanisme Sistem Rujukan
Informan
Pernyataan
Kader LKB  PKM (Jika HIV +)  RS jejaring  Mulai
Informan 1
ARV  kembali ke PKM (Berobat Seumur Hidup)
Pertama, kader LKB bawa klien/pasien Diperiksa oleh pihak
Informan 2
puskesmas  kalau dia positif kita merujuk ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjut. Ada banyak pilihan. RS Pirngadi, RS
Bhayangkara, RS Haji, RS Adam Malik.
Saya mendapatkan kasus itu misalnya dia udah positif trus saya
Informan 3

Universitas Sumatera Utara

Informan 4

Informan 5

Informan 6
Informan 7

2.6

akan menyuratkan sistem rujukan di atas kita yaitu RS
Bhayangkara, RS Pirngadi, RS ya masuk juga ke Adam Malik,
RS Haji. Itu sebagai tempat rujukan kita. Trus dibantu pasien
itu pemeriksaan foto toraks, sampel darah untuk ginjal dan
hepatitis. Karena dia bakal dah dapat positif ni kan, dia bakal
diperiksa mau dikasi obat ARV. Mau diperiksa CD4. Tapi
sekarang CD4 itu nggak begitu penting karena begitu positif
kita langsung mengasihkan ARV. Jadi sistem rujukan itu masih
berlanjut lah.
Kalo sistem rujukan itu, apabila pasien yang positif kita
periksakan disini, kita akan merujuk ke RS yang dimintai
pasien sesuai permintaan pasien. tidak ada pengurusan berkasberkas, kita hanya mengeluarkan selembar surat rujukan apabila
dia memang sekarang ni lagi trennya BPJS ya. Apabila ada
BPJS nya itu biasanya digratiskan untuk pemeriksaan faal hati,
faal ginjal dan toraks. Gitu aja.
Kader bawa pasien kan, nah pasiennya itu ada dua macam. Satu
dia sudah positif HIV satu nya lagi dia punya faktor resiko yang
tinggi. Kalau pasien yang sudah positif kita langsung kirim
rujukan ke RS untuk dikasi ARV kemudian si pasien balik lagi
ke kita untuk berobat rutin yang didampingi sama kader atau
pihak LSM tadi. Kalau untuk pasien yang punya faktor resiko
tinggi, kita masukkan ke layanan VCT, berikan pengetahuan
atau informasi lah biar dia mau tes HIV dengan kesadaran diri
sendiri.
Ada pasien positif  rujuk ke RS Pirngadi atau bhayangkara
atau RS haji  mulai terapi ARV disana.
Kalau rujukan, apabila udah jumpa pasien yang positif ya,
kalau selagi kita masih mampu menangani pasien kita tangani
tanpa harus ada rujukan. Tapi biasanya kita merujuk pasien
agar dapat ARV nya. Kita kan ngga ada ARV disini. Belum ada
izinnya lah.

Pernyataan Informan Tentang Akses Layanan Terjamin

Matriks 13. Pernyataan Informan Tentang Sosialisasi pada Tokoh/Pemimpin
Setempat
Informan
Pernyataan
Ada. Kita udah buat sosialisasi untuk tokoh tokoh setempat.
Informan 1

Universitas Sumatera Utara

Informan 2

Informan 3

Informan 4

Informan 5

Informan 6

Informan 7

Agar tujuannya nyatu dengan mereka, ngga mungkin kita buat
program tanpa melibatkan pemimpin setempat, pasti kita
perlukan lah.
Oh, ada. Jadi contohnya di Kecamatan ada namanya pokja
HIV-AIDS kecamatan. Untuk Petisah ini ada. Itu semua tokohtokoh masuk ke dalam tim. Jadi pokja itu ada divisinya. Ya,
divisi advokasi, divisi layanan, dan divisi sosialisasi. Ada 3 itu.
advokasi pendekatan untuk segi peraturan apa segala macam,
hukumnya layanan untuk melakukan testing dan konseling,
sosialisasi untuk itu menyebarluaskan informasi dari program
ini.
Sosialisasi ada. Tapi belum sepenuhnya berjalan dengan lancar.
Karena pemikirannya, atau bisa dibilang niat nya kita dengan
mereka belum nyatu. Gitu lah. Jadi susah memasukkan
pemikiran kalau tidak boleh ada diskriminasi atau pelecehan
pada mereka ya.
Sosialisasi? Ada. Sudah pernah. Sekali, kita kenalkan ke tokoh
masyarakatnya kalau HIV/AIDS itu bukan sesuatu yang harus
dipasrahkan gitu aja. Kita harus bekerja sama, tidak ada
diskriminasi atau pun pengucilan tadi. Ya kalau dari kitanya
sendiri sudah mendiskriminasikan bagaimana dengan
masyarakat lainnya. Kita tanamkan kalau HIV/AIDS itu harus
dihindari, mereka yang berpotensi terkena HIV juga kita
berikan pengetahuan sehingga semua ada dalam ruang lingkup
kita. Artinya dalam jangkauan kita. Tapi sepertinya dari pihak
tokoh masyarakatnya sendiri belum merasa itu penting. Disitu
kendalanya.
Kalau sosialisasi jarang ya, saya pun kurang tahu tentang itu.
Untuk aksesnya, ya masyarakat tidak ada keluhan soal akses.
Mereka datang kok, walaupun ngga rutin.
Sosialisasi? Ada. Karena kita untuk mengenalkan ke
masyarakat tentang LKB ini perlu kita tekankan pada tokoh
yang ada di sini dulu kan. Istilahnya untuk menyamakan
pendapat lah. Kalau untuk itu, memang kurang aktif,
maksudnya bukan dari kita, tapi dari tokohnya itu tadi belum
ada bentuk dukungan untuk tindakan pengucilan tadi.
Kalau untuk sosialisasi itu kurang tahu tapi kalau untuk
masyarakat udah kita informasikan kalau ada berbagai bentuk
layanan di puskesmas ini yang bisa menangani itu.

Universitas Sumatera Utara

2.7

Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Program LKB pada
Tahun Terakhir

Matriks 14. Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Program LKB pada
Tahun Terakhir
Informan
Pernyataan
Yang menjadi masalah itu, yang kita terima waktu di forum itu
Informan 1
masalah kurangnya SDM terkait kader LKB ya dan kurang
terbukanya masyarakat.
Hasil pelaksanaan tahun ini berjalan di tempat lah. Belum ada
Informan 2
kemajuan. Sepertinya. Saya belum puas.
Hambatannya dari segi kadernya inilah. Kadernya perlu
motivasi, diperkuat lagi motivasi kadernya. Kadang-kadang
kader ini kan motivasinya ntah honor ya kan, ya wajar sih
walaupun ada peminatan sukarela tapi kan mesti kita dampingi
juga dengan honor, biaya transport dia.
Kalau tahun ini ya, hasilnya masih gitu-gitu aja. Dibilang jalan,
Informan 3
ya jalan tapi nggak ada perubahan yang positif.
Hambatan melaksanakannya saya rasa ehm..bestari ini, belum
gitu nampak, cuma kadang ya itu tadi, kita turun ke lapangan,
kan agak susah ya untuk mencapai daerah hotspot itu tadi.
Terus, kan kadernya aktif. Tapi karena berasal dari masyarakat,
masyarakat juga agak-agak mengapai dia, dia pun nggak berani
ngomong kan. Dia tahu, itu sasarannya. Tapi orang itu marah
ama dia. Kan rahasia, pasti ngga mau terbuka lah.
Masyarakat belum terlibat. Masih ada diskriminasi, masih ada
stigma di masyarakat, bukan di masyarakat itu saja di kesehatan
juga masih ada stigma/diskriminasi. Misalnya ada pemeriksaan
gigi nih, saya diam diam aja nih. Ini pasien saya, pasien HIV.
Per