S SMS 1001782 Chapter2

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris learning
disability.

Terjemahan dalam bahasa indonesia learning artinya belajar dan

disability artinya ketidakmampuan; sehingga memiliki arti dalam bahasa
indonesia adalah ketidakmampuan belajar. Menurut Dalyono (1997, hlm, 229),
“kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang menyebabkan siswa tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya”, definisi lain terkait dengan hal itu, menurut Sabri
(1995, hlm. 88), “kesulitan belajar yaitu kesukaran siswa dalam menerima atau
menyerap pelajaran disekolah”. Mahasiswa

yang tidak mampu mengikuti

perkuliahan dalam waktu empat sampai tujuh tahun maupun mengalami
kegagalan dalam matakuliah tertentu juga dapat dikategorikan kedalam
mahasiswa yang memiliki kesulitan belajar. Sesuai dengan apa yang dikemukakan

oleg Burton (dalam Makmun, 1996, 207), “siswa diduga mengalami kesulitan
belajar, apabila siswa tidak dapat mencapai ukuran tingkat keberhasilan belajar
dalam waktu tertentu, siswa tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan
dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan materi”. Sedangkan Menurut
Abdurahman dalam buku Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
mengemukakan bahwa “di negara Indonesia sendiri belum ada definisi yang baku
tentang kesulitan belajar. Pengajar umumnya memandang semua mahasiswa yang
memperoleh prestasi belajar rendah disebut dengan mahasiswa yang berkesulitan
belajar”.
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa yang memiliki kesulitan belajar, akan sukar dalam menyerap materi
yang disampaikan oleh dosen. Dalam kegiatan belajar, mahasiswa akan merasa
malas dalam belajar dan mengikuti perkuliahan karena mereka merasa tidak
mampu menguasai materi. Dengan begitu, mahasiswa akan menghindari

Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


7

8

perkuliahan, mengabaikan tugas-tugas, bahkan penurunan IPK dan prestasi
belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut menurut
Slameto (1988, hlm. 56), “dibagi atas dua faktor utama, yaitu faktor yang
bersumber dari dalam peserta didik (faktor intern) dan faktor yang bersumber dari
luar peserta didik (faktor ekstern)”.
1. Faktor internal
Kutipan Slameto dalam buku Psikologi dalam Pendidikan (Hadis, 2008,
hlm.63) mengemukakan bahwa
Yang termasuk ke dalam faktor intern, misalnya faktor jasmaniah, faktor
kelelahan dan faktor psikologis. Yang termasuk ke dalam faktor jasmaniah,
misalnya faktor kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan yang termasuk faktor
psikologi, misalnya faktor intelegensi, minat, perhatian, bakat, motivasi,
kematangan, dan kesiapan.
a. Faktor jasmaniah
1) Faktor kesehatan

Seorang anak yang sakit atau kurang sehat akan mengalami kelemahan fisik,
sehingga saraf sensorik dan motoriknya lemah akibatnya ransangan yang diterima
melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Anak yang kurang sehat akan
mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah lelah, pusing, mengantuk, daya
konsentrasinya berkurang dan kurang bersemangat dalam belajar. Beberapa studi
tentang faktor kesulitan belajar intern berkaitan dengan faktor jasmaniah
membuktikan bahwa orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat.
Karena orang yang sakit tentu akan sulit belajar dengan efektif dan
mengakibatkan sering meninggalkan sekolah dan frekuensi belajar akan menurun
(Thonthowi, 1991; Soemanto, 1990).
2) Cacat tubuh
Soemanto (1990, hlm. 121) menyatakan “... tidak akan dapat belajar dengan
efektif. Cacat fisik juga mengganggu dalam hal belajar”. Cacat tubuh adalah
sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/
badan. Cacat itu berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan
patah tangan, lumpuh dan lain-lain. keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi

Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

belajar, mahasiswa yang cacat belajarnya juga terganggu sehingga dalm
belajarnya memerlukan alat bantu.

b. Faktor psikologis
Belajar memerlukan kesiapan rohani dan kesiapan mental yang baik, dan yang
termasuk dalam faktor psikologi adalah:
1) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk
menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan
efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat. Menurut Wechsler (dalam
Sarwono, 1991, hlm. 71), “Intelegensi adalah kemampuan individu untuk berfikir
dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara
efektif”.
Intelegensi sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, mahasiswa
yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang

mempunyai tingkat intelegensi rendah, tetapi intelegensi yang tinggi tidak
menjamin ia akan berhasil dalam belajar. Hal ini dapat disebabkan karena belajar
adalah sesuatu yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.
2) Minat
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus
yang disertai dengan rasa senang, jadi minat ini sangat berbeda dengan perhatian
karena perhatian lebih bersifat sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan
senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang karena dari situ
akan diperoleh kepuasan. Dalam belajar tentunya mahasiswa perlu memiliki minat
dalam belajar. Sesuai dengan pendapat Surya (2003, hlm. 6), “ada tiga komponen
yang harus dimiliki anak, agar dirinya dapat melakukan kegiatan proses belajar
yaitu: Minat, Perhatian, Motivasi)”.
3) Perhatian

Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


10

Perhatian menurut Slameto adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun
tertuju semata-mata kepada suatu obyek (benda/ hal) atau sekumpulan obyek.
Agar menjamin hasil belajaryang baik, maka mahasiswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajari.

4) Bakat
Menurut Ahmadi (1991, hlm. 78), “Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar
yang dibawa sejak lahir”. Tetapi potensi tersebut haruslah dibarengi dengan
belajar dan berlatih agar terealisasi menjadi kenyataan yang nyata. Mempelajari
musik tentunya harus memiliki bakat yang diimbangi dengan belajar dan berlatih.
Sebagai salah satu contoh. Seseorang yang memiliki suara bagus dari sejak kecil
karena bakatnya, tidak akan berkembang jika tidak dibarengi dengan belajar dan
berlatih. Begitu pula dengan orang yang selalu berlatih bernyanyi akan kalah
dengan orang yang berlatih bernyanyi dengan bakat yang telah dimiliki.
5) Motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam proses belajar. Menurut Ahmadi
(1991, hlm. 79), “motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan
perbuatan belajar”. Dalam proses belajar mengajar harus diperhatikan apa yang

dapat mendorong mahasiswa agar dapat belajar dengan baik atau harus dilihat
mahasiswa tersebut mempunyai motivasi untuk berfikir dan memusatkan
perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/
menunjang belajar, pada umumnya motivasi dapat ditanamkan pada diri
mahasiswa dengan cara memberikan latihan-latihan/ kebiasaan-kebiasaan yang
kadang dipengaruhi oleh lingkungan.
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang. Dimana
alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Sebagai salah
satu contoh adalah ketika seorang mahasiswa mencoba mainkan instrumen Drum,
maka mahasiswa tersebut dengan kakinya siat memainkan hi-hat dan bass drum,
kedua tangannya sudah siap memainkan snare dan symbal menggunakan stick
drum, dengan otaknya mahasiswa tersebut telah siap untuk berfikir mengenai
tempo, tekstur lagu yang dimainkan, dan lain-lain. Kematangan belum berarti
Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11


seorang mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan dengan baik dan benar, untuk
itu diperlukan latihan dan pembelajaran.

7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk merespon atau bereaksi, kesiapan sangat
perlu untuk diperhatikan dalam proses belajar, karena jika mahasiswa telah
memiliki kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

c. Faktor kelelahan
Faktor kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan kedalam dua macam yaitu:
1) Kelelahan jasmani
Kelelahan jasmani akan tampak dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecendrungan untuk membaringkan tubuh.
2) Kelelahan rohani
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

2. Faktor eksternal

Hadis (2008) dalam buku Psikologi dalam Pendidikan menyatakan bahwa
Faktor-faktor ekstern yang bersumber dari luar diri peserta didik yang
berpengaruh terhadap proses pembelajaran di kelas, ialah faktor keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Peserta didik yang hidup di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat yang mendukung aktivitas belajar anak akan
cenderung memiliki prestasi belajar yang baik jika dibandingkan dengan
peserta didik yang hidup di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang
tidak mendukung aktivitas belajar anak. (hlm. 65)
a. Faktor keluarga
Hasbullah (1996) mengemukakan bahwa,
Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi
pendidikan akhlak dan pendangan hidup keagamaan. Sifat dan tabi’at anak
sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga lain.
(hlm. 89)
Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12


1) Cara orang tua mendidik dan Relasi antar anggota keluarga.
Bimbingan dan penyuluhan yang diberikan di dalam lingkungan keluarga
memegang peranan penting dalam perkembangan belajar seorang mahasiswa,
karena keluarga merupakan tempat pertama bagi mahasiswa itu untuk belajar.
Tempat dimana ia tinggal yang akan mempengaruhi gaya hidup, gaya belajar
mahasiswa tersebut. Orang tua yang kurang/ tidak memperhatikan pendidikan
anaknya misalnya tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan alat
belajarnya, tidak mau tahu kemajuan dan kesulitan belajar anaknya dapat
menyebabkan anak tidak/ kurang berhasil, mungkin anak sendiri mempunyai
kepandaian tetapi karena kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga menyebabkan
anak tersebut banyak mengalami ketinggalan dalam belajar yang pada akhirnya
dapat menyebabkan anak menjadi malas. Relasi yang terpenting dalam kehidupan
keluarga adalah relasi orang tua dengan anaknya. Dalam proses kegiatan belajar
dirumah, seorang anak akan membutuhkan bimbingan orang tua. Ketika anak
sukar untuk belajar maka sangat dibutuhkan saling tukar pikiran. Dengan bertukar
pikiran, anak akan mengutarakan pendapatnya tentang kesukaran yang dialami
dan orang tua dapat memberikan motivasi sesuai yang dibutuhkan.
2) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering

terjadi di dalam keluarga dimana seorang anak tinggal dan belajar, dalam belajar
seorang anak sangat memerlukan ketenangan dan ketentraman untuk belajar.
3) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga akan sangat mempengaruhi konsentrasi seorang
anak untuk belajar, jika seorang anak hidup dalam keluarga yang kurang mampu
akan mengakibatkan beberapa kebutuhan seorang anak tidak terpenuhi, dan akan
mengakibatkan anak tersebut terganggu konsentrasinya dalam belajar.
4) Pengertian orang tua
Dalam belajar seorang anak sangat memerlukan dorongan dari orang tua,
apabila ketika sedang belajar anak diganggu dengan pekerjaan rumah maka akan
menimbulkan gangguan untuk belajar.
5) Latar belakang kebudayaan
Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13

Tingkat kebudayaan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap
seorang anak dalam belajar, agar anak memiliki semangat dalam belajar harus
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik.

b. Faktor Perguruan Tinggi
1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/ jalan yang harus dilalui di dalam
mengajar, metode mengajar dosen yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
mahasiswa yang kurang baik pula. Agar mahasiswa dapat belajar dengan baik
maka metode mengajar harus diusahakan dengan tepat, efisien dan efektif sesuai
dengan kebutuhan mahasiswa.
2) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai jumlah kegiatan yang diberikan kepada
mahasiswa, kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar
mahasiswa menerima, menguasai dan mengambangkan bahan pelajaran itu.
Seperti yang diungkapkan Slameto (2003, hlm. 93),
Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah yang memenuhi
tuntutan masyarakat dikatakan kurikulum itu baik dan seimbang. Kurikulum ini
juga harus mampu mengembangkan segala segi kepribadian siswa. Disamping
kebutuhan siswa sebagai anggota masyarakat.
Maka jelas, bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar mahasiswa. Bahan
pelajaran haruslah sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Apabila kurikulum
tersebut kurang baik maka akan berpengaruh tidak baik terhadap belajar.
3) Relasi dosen dan mahasiswa
Menurut Ladjid (2005, hlm. 114), “Dalam komponen-komponen yang
berpengaruh terhadap hasil belajar, komponen guru lebih menentukan karena ia
akan mengelola komponen lainnya sehingga dapat meningkatkan hasil proses
belajar mengajar”. Guru di perguruan tinggi dikenal dengan sebutan dosen,
dimana proses belajar mengajar terjadi antara dosen dan mahasiswa. Relasi antara
dosen dan mahasiswa haruslah terjalin dengan baik, dengan tidak adanya konflik
Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

14

dan kesenjangan agar materi yang disampaikan dapat terserap dengan baik dan
cara belajar mahasiswa sangat dipengaruhi oleh relasi tersebut.
4) Relasi mahasiswa dengan mahasiswa
Kebanyakan mahasiswa akan tidak nyaman berada didalam kelas dikarenakan
kurangnya interaksi sosial antar mahasiswa lain. Sosialisasi dalam belajar
khususnya saat memasuki lingkungan sosial baru di bangku pendidikan amatlah
penting. Jika dalam proses belajar mahasiswa kurang dapat bersosialisasi dengan
baik akan menyebabkan mahasiswa tersebut diasingkan dalam kelompok tersebut
dan hal ini dapat menyebabkan timbulnya keadaan yang kurang harmonis dalam
kegiatan belajar mengajar.
5) Disiplin kampus
Kedisiplinan kampus erat hubungannya dengan kerajinan mahasiswa dalam
kampus dan dalam belajar, kedisiplinan kampus mencakup kedisiplinan seorang
dosen dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib sesuai pedoman akademik
UPI.
6) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar, karena alat pelajaran
yang dipakai oleh seorang dosen pada waktu mengajar dipakai pula oleh seorang
mahasiswa untuk menerima bahan yang diajarka. Alat pelajaran yang lengkap dan
tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada
mahasiswa,

jika

seorang

mahasiswa

mudah

menerima

pelajaran

dan

menguasainya, maka belajarnya akan menajadi lebih giat dan lebih maju kearah
yang lebih baik.
7) Keadaan kelas dan gedung
Keadaan tempat belajar termasuk hal yang menentukan kenyamanan dalam
belajar. Jumlah mahasiswa sudah sepatutnya disesuaikan dengan bentuk dan luas
ruangan juga jumlah pengajar. Apabila hanya ada satu dosen dengan jumlah
mahasiswa lebih dari 50, atau ada dua dosen dengan jumlah mahasiswa lebih dari
50 tetapi ruang belajar sempit maka dosen sulit menyampaikan materi pelajaran
dan tentunya mahasiswa sulit menyerap pelajaran tersebut. Selain itu, ruang kelas/
ruang belajar perlu dijaga kebersihannya, karna ruang belajar yang kotor akan

Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

15

mempengaruhi konsentrasi belajar mahasiswa, sesuai dengan pendapat Thontowi
(1991) yang menyatakan bahwa
Ruang kelas yang kotor, berdebu, dan kurang ventilasi dapat mengganggu
kesehatan, terutama pernapasan sehingga proses belajar mengajar dapat
mengalami gangguan. Demikian juga situasi dalam kelas yang bising, ribut,
tidak memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang diinginkan. (hlm. 1005)
8) Tugas rumah
Waktu belajar utama adalah di kampus, tetapi apabila dilihat dari alokasi waktu
yang dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar hanya sebentar maka
pemberian tugas rumah merupakan alternatif yang cukup baik bagi seorang dosen
dalam pemberian materi. Khususnya dalam belajar musik tentunya latihan rutin
harus lebih banyak dilakukan di luar jam kuliah. Hal itu bertujuan agar materi dan
praktik sesuai tersampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses
belajar mengajar.

c. Faktor masyarakat
1) Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat
Kegiatan mahasiswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya, tetapi jika mahasiswa terlalu banyak mengikuti
kegiatan berorganisasi dalam masyarakat, maka kegiatan belajarnya akan
terganggu terlebih bila mahasiswa tersebut sulit dalam membagi waktu.
2) Media masa
Menurut Ahmadi (1991) menyatakan bahwa faktor media masa meliputi,
bioskop, surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Hal-hal tersebut dapat
menjadi peenghambat dalam belajar apabila terlalu banyak waktu yang
digunakan untuk hal-hal tersebut, sehingga melupakan belajar. (hlm. 87)
Oleh sebab itu, perlu kiranya kontrol yang cukup bijaksana dari orang tua
maupun dari dalam diri sendiri. Karena terlalu sering menonton bioskop,
mendengar radio, menonton televisi, membaca yang bukan termasuk buku
pelajaran adalah mengganggu aktivitas belajar.
3) Teman bergaul
Pengaruh dari teman di lingkungan masyarakat akan lebih cepat masuk
kedalam jiwa seorang mahasiswa. Akan sangat baik bila teman sepergaulan
Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

16

tersebut berkecimpung dibidang yang sama atau berkuliah di tempat yang sama.
Namun apabila teman sepergaulan tersebut tidak mengenyam pendidikan atau
pergaulannya tidak baik maka akan mempengaruhi perilaku mahasiswa. Perilaku
yang tidak baik tentunya akan mengakibatkan proses belajar yang tidak baik pula.
4) Bentuk kehidupan masyarakat
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, dan mempunyai
kebiasaan buruk akan sangat berpengaruh terhadap kebiasaan mahasiswa yang
berada dilingkungan tersebut. Karena biasanya mahasiswa akan lebih tertarik
dengan apa yang dilakukan dan diperbuat di lingkungan tempat ia tinggal.

Dari penjelasan yang telah disampaikan diatas mengenai faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar secara umum, peneliti ingin menggambarkan kondisi
internal maupun eksternal kesulitan belajar yang dihadapi mahasiswa musik UPI
2010 sebagai fokus penelitian dari mengapa mahasiswa musik UPI 2010 memiliki
kesulitan belajar. Faktor-faktor diatas sangat memperngaruhi kesulitan belajar
yang dialami mahasiswa musik UPI 2010. Oleh karena itu peneliti ingin
menggambarkan kondisi internal maupun eksternal dari sebagian mahasiswa yang
dianggap mengalami kesulitan belajar.

B. Proses Perkembangan Manusia
Setiap

makhluk

hidup

yang

diciptakan

pasti

mengalami

peristiwa

perkembangan. Manusia merupakan makhluk hidup yang mengalami pristiwa
perkembangan. Perkembangan manusia meliputi dimensi (cakupan dan ukuran)
rohaniah dan jasmaniah yang tidak hanya tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi
juga aspek biologis.
Mc Leod (1989) dalam buku Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru
(Syah, 2004) mengemukakan bahwa
Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah
yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan
sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya, pertumbuhan juga dapat
berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development). (Hlm. 41)
Dalam kutipan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan ialah
sebuah perubahan kearah yang lebih baik maupun lebih sempurna dalam
Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

17

kehidupan. Perubahan tersebut dapat terlihat dari peningkatan jumlah dan ukuran
maupun dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan lain lain. Setiap
perkembangan manusia tentunya mengalami proses dari mulai fase bayi hingga
fase setengah baya. Namun saat memasuki perguruan tinggi, mahasiswa
umumnya berada pada fase remaja menuju fase dewasa awal. Dalam
pembentukannya tentunya mengalami fase-fase yang mempengaruhi.
a. Fase bayi dan kanak-kanak
Secara kronologis (menurut urutan waktu), masa bayi (infancy atau babyhood)
berlangsung sejak seorang individu manusia dilahirkan dari rahim ibunya sampai
berusia sekitar setahun. Sedangkan masa kanak-kanak (early childhood) adalah
masa perkembangan berikutnya, yakni dari usia setahun hingga usia antara lima
atau enam tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat,
tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan keluarganya.
b. Fase anak-anak
Masa anak-anak (late childhood) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun
dengan ciri-ciri utama sebagai berikut: 1) memiliki dorongan untuk keluar dari
rumah dan memasuki kelompok sebaya (peer group); 2) keadaan fisik yang
memungkinkan/ mendorong anak memasuki dunia permainan dan pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan jasmani; 3) memiliki dorongan mental untuk
memasuki dunia konsep, logika, simbol, dan komunikasi yang luas.
c. Fase remaja
Masa remaja (adolescence) menurut sebagian ahli psikologi terdiri atas sub-sub
masa perkembangan sebagai berikut: 1) subperkembangan prepuber selama
kurang lebih dua setengah sampai tiga setengah tahun; 2) subperkembangan puber
selama dua setengah sampai tiga setengah tahun; 3) subperkembangan post-puber,
yakni saat perkembangan biologis sudah lambat tapi masih terus berlangsung pada
bagian-bagian organ tertentu. Saat ini merupakan akhir masa puber yang mulai
menampakkan tanda-tanda kedewasaan.
Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama kurang
lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 tahun pada wanita dan 13-22 tahun pada pria.
Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa yang penuh
kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja sendiri melainkan juga bagi
Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

18

para orangtua, guru, dan masyarakat sekitar. Bahkan tak jarang para penegak
hukum pun turut direpotkan oleh ulah dan tindak tanduknya yang dipandang
menyimpang.
d. Fase dewasa
Masa dewasa awal (early adulthood) ialah fase perkembangan saat seorang
remaja mulai memasuki masa dewasa, yakni usia 21-40 tahun. Sebelum
memasuki masa ini seorang remaja terlebih dahulu berada pada tahap ambang
dewasa (late adolescence) atau masa remaja akhir yang lazimnya berlangsung 21
atau 22 tahun. Namun, menurut pengamatan para ahli pada masa post-puber
proses perkembangan organ-organ jasmaniah tertentu, meskipun sudah sangat
lamban, masih terus berlangsung hingga kira-kira usia 24 tahun.
Sesuai dengan pendapat Mangunhardjana (1986)
“kaum muda adalah para muda-mudi yang berumur 15-21 tahun. Kaum muda
adalah mereka yang oleh ilmu psikologi disebut remaja, adolescens, yang
mencakup para muda-mudi dalam usia Sekolah Menengah Tingkat Atas
(SMTA), serta dalam umur studi di Perguruan Tinggi (PT) semester I-IV”.
(hlm. 12)
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan mahasiswa
angkatan 2010 yang memasuki jenjang perkuliahan dimulai pada usia 18-20 tahun
dan menjalani perkuliahan hingga usia maksimal 25-27 tahun. Menunjukan bahwa
mahasiswa berada di fase remaja menuju fase dewasa awal atau tergolong kaum
muda. Dimana masa remaja atau kaum muda dikenal sebagai masa yang penuh
kesukaran dan persoalan, baik bagi dirinya maupun orang lain. Syah (2004)
mengemukakan bahwa
... individu remaja sedang berada dipersimpangan jalan antara dunia anak-anak
dan dunia dewasa. Sehubungan dengan ini, hampir dapat dipastikan bahwa
segala sesuatu yang sedang mengalami atau dalam keadaan transisi (masa
peralihan) dari suatu keadaan ke keadaan lainnya selalu menimbulkan gejolak,
goncangan, dan benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk bahkan
fatal (mematikan). (hlm. 52)
Dari kutipan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswa
angkatan 2010 berada dalam keadaan transisi (masa peralihan) dari fase remaja
menuju dewasa awal. Dimana pada fase tersebut apabila tidak berjalan dengan
Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

19

baik akan mengalami keadaan yang buruk. Hal itu dapat terjadi pada mahasiswa
yang memiliki kesulitan belajar dengan fase perkembangan yang tidak berjalan
dengan baik maupun memiliki latar belakang yang tidak baik.

C. Kondisi Fase Remaja Menuju Fase Dewasa Awal
Pada mahasiswa angkatan 2010 yang baru memasuki jenjang perkuliahan
tentunya akan menuju fase dewasa awal, dimana pada masa itu mahasiswa
mengalami proses pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, emosional,
sosial, moral, dan religius dengan segala permasalahannya. Proses perkembangan
pada remaja atau kaum muda menurut Mangunhardjana (1986) ialah sebagai
berikut:
1. Perkembangan Mental
Perkembangan

mental

nampak

pada

gejala-gejala

perubahan

dalam

perkembangan intelektual, dalam cara berpikir. Dengan meninggalkan masa
kanak-kanak, kaum muda juga meninggalkan cara berpikir seperti kanak-kanak
dan mulai berpikir sebagai orang dewasa.
2. Perkembangan Emosional
Perkembangan emosional kaum muda ada hubungannya dengan perkembangan
fisik. Perkembangan nampak pada semangat mereka yang meletup-letup,
perpindahan gejolak hati yang cepat, munculnya sikap-sikap masa bodoh, keras
kepala dan tingkah laku yang tidak jarang hingar-bingar.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial kaum muda menyangkut perluasan jalinan hubungan
dengan orang lain. Dengan lewatnya umur kanak-kanak dan berkat pertumbuhan
fisik mereka, pergaulan kaum muda tidak terbatas lagi dengan orang-orang dalam
lingkungan keluarga, tetapi meluas ke teman-teman sebaya, orang-orang di
lingkungan tempat tinggal dan masyarakat luas.
4. Perkembangan Moral
Perkembangan moral membawa kaum muda ke dalam tingkat hidup yang lain
daripada masa sebelumnya. Pada masa kanak-kanak, bagi mereka hidup ini terasa
sederhana. Ada hal yang jelas-jelas baik dan buruk. Ada tindakan yang jelas-jelas
benar dan salah.
Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

20

5. Perkembangan Religius
Pada masa kanak-kanak kegiatan keagamaan dilakukan karena meneladan atau
diperintah orang tua atau tokoh-tokoh yang mempunyai pengaruh atas diri
mereka. Pada umur-umur menjelang dewasa, praktek ajaran bahkan yang Mutlak
sendiri dipertanyakan.

D. Belajar Mengajar di Departemen Pendidikan Seni Musik
Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang
paling utama. Merupakan interaksi semua komponen atau unsur dalam kegiatan
mengajar yang satu sama lain saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan untuk mencapai tujuan. Sesuai pendapat Usman (2001, hlm.
4) yang mengemukakan bahwa “Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang
mengandung serangkaian aktivitas guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”.
Dalam kegiatan belajar mengajar di Departemen Pendidikan Seni Musik UPI,
tentunya berbeda dengan proses belajar saat masih duduk di bangku SMA dan
berbeda pula dengan jurusan lain. Karena proses belajar mengajar di Departemen
Pendidikan Seni Musik UPI harus seimbang antara teori dan praktik, juga antara
musik tradisional dan modern, selain itu di UPI perlu menjalani perkuliahan untuk
pendidikan guru. Mata kuliah yang harus di kontrak dan dijalani ialah sebanyak
146 sks, dengan komponen sebagai berikut:
1. MKU dengan jumlah sks sebanyak 14 sks yang terdiri dari pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, pendidikan bahasa indonesia, Pendidikan
Lingkungan Sosial, Budaya, dan Teknologi (PLSBT), seminar pendidikan
agama, pendidikan jasmani dan olahraga, dan Kuliah Kerja Nyata (KKN).
2. MKP dengan jumlah sks sebanyak 18 sks yang terdiri dari:
a. MKDP untuk pendidikan guru yang meliputi landasan pendidikan,
perkembangan peserta didika, bimbingan dan konseling, kurikulum dan
pembelajaran, dan pengelolaan pendidikan.
b. MKKP Seni Musik (Teoritik) untuk kependidikan guru yang meliputi
belajar dan pembelajaran musik, evaliasi pembelajaran musik, perencanaan

Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

21

pembelajaran musik, media pembelajaran musik, dan metode penelitian
pendidikan musik.
c. MKLP yaitu Program Latihan Profesi (PLP)
3. MKK Seni Musik yang meliputi TDM I, TDM II, vokal I, vokal II, piano I,
piano II, kewirausahaan, kawih, paduan suara, tembang, akustik, sejarah dan
analisis musik indonesia I, sejarah dan analisis musik indonesia II, sejarah dan
analisis musik barat I, sejarah dan analisis musik barat II, ensambel I,
angklung, komposisi I, komposisi II, direksi I, direksi II, gamelan jawa,
gamelan bali, gamelan pelog salendro I-IV, gamelan degung I, gamelan degung
II, harmoni I, harmoni II, aransemen, manajemen pertunjukan, apresiasi musik,
apresiasi bahasa dan seni, pengantar statistika, dan instrumen pilihan wajib I-V.
Agar kegiatan belajar mengajar musik dapat berlangsung sesuai karakteristik
yang diharapkan, haruslah memperhatikan dan menerapkan prinsip khusus dalam
kegiatan belajar mengajar musik.
Jamalus dan Busroh (1992, hlm. 112-120) mengemukakan, “dalam proses
belajar mengajar seni musik pada pendidikan dasar ada beberapa komponen yang
harus diperhatikan, yaitu: tujuan pengajaran, materi dan bahan pengajaran, dan
metode pengajaran”.
Terkait dengan apa yg telah disampaikan, tujuan pengajaran musik pada
pendidikan dasar hendaknya dirumuskan sesuai dengan tujuan yang tertera dalam
kurikulum yang berlaku dan tujuan umum pendidikan yang di cita-citakan, yaitu
pembentukan pribadi mahasiswa dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya.
Program studi Departemen Pendidikan Seni Musik FPSD yang dulunya jurusan
Sendratasik FPBS UPI merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia
yang berorientasi pada dua budaya, yaitu budaya musik Barat dan musik
Indonesia. Didalam kurikulum tercermin beberapa kompetensi yang diharapkan:
1. Penguasaan budaya musik Barat baik teori maupun praktek alat musik
termasuk konsep pelaksanaan dalam proses belajar mengajar.
2. Peran budaya musik Indonesia baik dari daerah setempat maupun dari daerah
lain lebih ditingkatkan.
3. Pengembangan konsep proses belajar mengajar baik dalam pendekatan kausal,

Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

22

aplikasi bahan pelajaran serta peningkatan simulasi mengajar. Konsep ini pula
disampaikan diluar Program Studi Pendidikan Seni Musik seperti pada Mata
Kuliah Umum (MKU).

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam pelaksanaan pembelajarannya
dosen dapat melakukan interprestasi terhadap kurikulum dan GBPP Pendidikan
Seni Musik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mahasiswa.

E. Karakteristik Mahasiswa dalam Proses Belajar Mengajar
Di dunia pendidikan, peserta didik atau mahasiswa adalah subjek yang akan
menerima dan mewarisi misi dan tujuan pendidikan melalui kegiatan belajar
mengajar. Di jenjang perkuliaahan, mahasiswa mengalami masa transisi. Berbeda
dengan saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
sederajat, Mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri, kreatif dan memiliki wawasan
yang jauh lebih luas. Dalam mengikuti semua perkuliahan tersebut dan dengan
latar belakang mahasiswa yang beraneka ragam tentu proses dan hasil belajar pun
berbeda-beda. Pada awal masuk perkuliahan, setiap mahasiswa memiliki latar
belakang yang berbeda-beda, baik latar belakang intrinsik maupun dikarenakan
penerimaan mahasiswa baru UPI yang dilaksanakan melalui 2 (dua) jalur, yaitu
Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang bersifat
nasional dan jalur Non SNMPTN yang dilaksanakan langsung oleh UPI.
Perbedaan latar belakang pada mahasiswa pula dipengaruhi oleh banyak hal.
Seperti mahasiswa yang bersekolah di Sekolah Menengah yang berbasis musik
berbeda dengan mahasiswa yang sebelumnya bersekolah di SMA biasa dan
mahasiswa yang mempelajari musik secara otodidak dengan mahasiswa yang
sebelumnya mengikuti les musik juga memiliki perbedaan. Dari latar belakang
yang berbeda tersebut akan terlihat pula perbedaan bakat dan potensi yang
dimiliki masing masing mahasiswa. Tapi tentunya hampir semua mahasiswa
memiliki minat yang sama untuk mengembangkan bakat dan potensi di bidang
seni khususnya seni musik. Meskipun begitu, seluruh mahasiswa dituntut dapat
Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

23

mengikuti semua perkuliahan dengan baik tanpa melihat perbedaan latar belakang
tersebut, tentunya sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Mahasiswa pada tentunya mengalami transisi (masa peralihan), berawal dari
siswa kemudian menuju kearah kedewasaan dengan status mahassiswa, sudah
seharusnya dapat beradaptasi dijenjang Perguruan Tinggi sesuai dengan peran dan
jabatan yang disandang sebagai mahasiswa. Sudjana (1995, hlm. 28)
mengemukakan, “Apabila kita berbicara tentang belajar, maka kita berbicara
bagaimana mengubah tingkah laku seseorang”. Sejalan dengan itu, Usman (2001,
hlm. 5) belajar diartikan sebagai “proses perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan
lingkungannya”.
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa selaku peserta
didik diharapkan mengubah tingkah laku dan kebiasaan menjadi lebih baik,
karena dunia pendidikan dijenjang perkuliahan adalah transisi masa remaja ke
arah kedewasaan. Selain perubahan tingkah laku dan kebiasaan pada mahasiswa,
perubahan ke arah positif lainnya pun sangat diharapkan dalam kegiatan belajar
mengajar. Berkaitan dengan hal itu, Sardiman (2001) mengemukakan bahwa
... Usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membentuk suatu
perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi membentuk
kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,
penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah
laku pribadi seseorang”. (hlm. 21)
Berdasarkan peendapat Sadirman, maka seseorang atau individu yang telah
mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik
perubahan dalam bertambahnya ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap maupun
perubahan lain yang ada pada diri individu yang belajar haruslah bersifat positif.

F. Kedudukan Dosen dalam Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan. Dijenjang perkuliahan pengajar atau biasa disebut dosen, ialah
sebagai pemegang peranan utama. Sebagai pemegang peran utama, maka
efektifitas dan efisiensi keberlangsungan dari kegiatan belajar mengajar
Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

24

ditentukan oleh dosen yang aka n mengajar. Dosen berperan penting dalam
keberlangsungannya kegiatan belajar mengajar yang efisien dan efektif. Salah satu
tanda bahwa kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan efisien dan efektif,
jika dalam kegiatan belajar mengajar itu terjadi suatu interaksi. Menurut pendapat
Usman (2001, hlm. 4). “Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan
siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar”.
Dalam perkuliahan, interaksi belajar mengajar dilakukan oleh dosen sebagai
pengajar dan mahasiswa sebagai peserta didik. Interaksi dalam kegiatan belajar
mengajar yang diharapkan dapat terwujud adalah interaksi yang bersifat dan
mengandung makna edukatif. Menurut Djamarah dan Zain (2002, hlm. 10),
“Secara khusus dalam proses belajar mengajar dosen berperan sebagai pengajar,
pembimbing, administrator dan lain-lain”. Untuk itu wajar bila seorang pengajar
harus memahami sepenuhnya segenap aspek pribadi anak didik, terutama dosen
pembimbing akademik yang berperan sebagai orang terdekat di lingkungan
perkuliahan atau kampus. Selaku dosen pembimbing akademik, sangat diperlukan
memiliki kedekatan dan interaksi sosial yang baik agar dosen pembimbing
akademik mengetahui aspek pribadi dari mahasiswanya. Aspek pribadi dari anak
didik yang perlu diperhatikan oleh pengajar ialah:
a. Kecerdasan dan bakat khusus;
b. Prestasi sejak permulaan kuliah;
c. Perkembangan jasmani dan kesehatannya;
d. Kecendrungan emosi dan karakternya;
e. Sikap dan minat belajar;
f. Cita-cita;
g. Kebiasaan belajar dan bekerja;
h. Hobi dan penggunaan waktu senggang;
i. Hubungan sosial di kampus dan dirumah;
j. Latar belakang keluarga;
k. Lingkungan tempat tinggal;
l. Sifat-sifat khusus dan kesulitan anak didik.

Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25

Sesuai dengan isi dalam buku Pedoman Akademik UPI 2010 terkait tugas
dosen pembimbing akademik terhadap mahasiswa:
1) Bimbingan Studi
Bimbingan studi adalah segala kegiatan yang berfungsi membantu mahasiswa
dalam penyelesaian studinya, antara lain:
a) Perencanaan studi secara efektif dan efisien dari awal sampai selesai;
b) Bimbingan dalam pengambilan rencana studi semester (kontrak kredit) pada
setiap awal semester;
c) Bimbingan dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi mahasiswa;
d) Bimbingan dalam kegiatan-kegiatan lain yang dipandang perlu.
2) Monitoring dan Evaluasi Studi Mahasiswa
Monitoring dan evaluasi studi mahasiswa dilakukan oleh Dosen Pembimbing
akademik, Ketua Jurusan dan atau Ketua Prodi kepada mahasiswa terutama pada
semester pertama.
Dosen Pembimbing Akademik

wajib melaporkan dan memberikan

rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi studi mahasiswa tersebut.
Dosen Pembimbing Akademik dapat merekomendasikan mahasiswa tersebut
melanjutkan perkuliahan di Jurusan/Prodi yang sama, pindah Jurusan/Prodi atau
rekomendasi lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dosen pembimbing akademik
perlu mengetahui latar belakang setiap mahasiswa yang dibimbingnya. Antara
dosen pembimbing akademik dan mahasiswanya perlu dijalin komunikasi yang
baik pula. Karena dosen pembimbing akademik seharusnya lebih peka terhadap
permasalahan yang di hadapi mahasiswanya. Apabila sudah terjalin komunikasi
yang baik antara dosen pembimbing akademik dengan mahasiswa, maka apabila
teridentifikasi mahasiswa tersebut memiliki kesulitan belajar, sedini mungkin
dapat diminimalisir bahkan di cegah dengan pencarian solusi yang tepat.

Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

26

Linia Primanita Riyanti, 2015
STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2010 DI DEPARTEMEN PENDIDIKAN
SENI MUSIK FPSD UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu