Efek Infusa Limbah Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Sebagai Larvisida terhadap Larva Nyamuk Aedes sp.

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

EFEK INFUSA LIMBAH DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) SEBAGAI LARVISIDA

TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes sp.

Priskila Dewi Anggraeni, 2015 Pembimbing I : Rosnaeni, dra., Apt.

Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Demam berdarah dengue ditularkan melalui cucukan nyamuk Aedes sp. yang dapat dikendalikan salah satunya pada stadium larva. Larvisida sintetik mengandung bahan yang sulit terdegradasi oleh alam dan menimbulkan efek samping bagi manusia. Sebagai alternatif dapat digunakan larvisida alami seperti daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.). Tujuan penelitian untuk menilai efek infusa limbah daun cengkeh (IDC) sebagai larvisida terhadap larva nyamuk Aedes

sp. dan membandingkan potensinya dengan temefos.

Desain penelitian bersifat eksperimental laboratorik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Larva nyamuk Aedes sp. dibagi atas 6 kelompok perlakuan I (IDC 800 ppm), II (IDC 1600 ppm), III (IDC 3200 ppm), IV (IDC 6400 ppm), V (Akuades), dan VI (temefos 1 ppm). Data yang diukur adalah jumlah larva mati setelah diberi perlakuan selama 24 jam. Analisis data persentase larva mati menggunakan ANAVA, dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan nilai kemaknaan p<0,05, menggunakan perangkat lunak komputer.

Hasil penelitian rerata larva mati dari kelompok I (21,67%), II (47,50%), III (68,33%), IV (97,50%), menunjukkan perbedaan sangat bermakna (p<0,01) terhadap kelompok V (3,33%). Potensi larvisida kelompok IV memiliki perbedaan tidak bermakna (p>0,05) terhadap kelompok VI (96,67%).

Simpulan adalah limbah daun cengkeh memiliki efek larvisida terhadap larva nyamuk Aedes sp. dan IDC 6400 ppm memiliki potensi yang setara dengan temefos.


(2)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

THE EFFECT OF CLOVE LEAF WASTE INFUSION (Syzygium aromaticum L.) AS LARVICIDE OF

Aedes sp. MOSQUITO LARVAE

Priskila Dewi Anggraeni, 2015 Supervisor I : Rosnaeni, dra., Apt.

Supervisor II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc.

Dengue hemorrhagic fever is transmitted by the bites of Aedes sp mosquito which could be controlled by the stage of larvae. Synthetic larvicides's contents are difficult to be degraded in nature and may cause side effects to humans. Natural larvicides, such as clove leaves (Syzygium aromaticum L.), can be used as an alternative. The purpose of the research was to asses potential effects of Clove Leaf Infusion (IDC) againts Aedes sp. larvae compared to temephos.

Design of the research is a true experimental design in laboratory with complete randomized design. The Aedes sp larvae was divided into 6 group and each group has concentration I (IDC 800 ppm), II (IDC 1600 ppm), III (IDC 3200 ppm), IV (IDC 6400 ppm), V (Akuades), dan VI (temephos 1 ppm). Observed data was the amount of the dead larvae after 24 hours exposed. The percentage of dead larvae were analyzed using ANOVA, continued with Tukey HSD test with p<0,05 as the significance value, using computer software.

The results are the percentage of dead larvae from group I (21,67%), II (47,50%), III (68,33%), IV (97,50%) shows a highly significant differences

(p<0,01) compared to group V (3,33%). Larvicidal potential of group IV has no

significant differences (p>0,05) compared to group VI (96,67%)

Research concludes that leaves infusion has larvicidal effect against Aedes sp larvae and IDC 6400 has the equivalent potential to temephos.

Keywords : clove leaves waste, larvae, Aedes sp.


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 4

1.5.1 Kerangka pemikiran ... 4

1.5.2 Hipotesis ... 5

1.6 Metodologi Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aedes sp ... 6

2.1.1 Taksonomi Aedes sp ... 7

2.1.2 Siklus Hidup Aedes sp. ... 7


(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.1.3.1 Telur ... 9

2.1.3.2 Larva ... 10

2.1.3.3 Pupa ... 12

2.1.3.4 Dewasa ... 12

2.1.4 Habitat Aedes sp. ... 13

2.1.5 Perilaku Aedes sp. ... 14

2.1.6 Penyakit yang Ditularkan Aedes sp. ... 15

2.1.6.1 Demam Berdarah Dengue ... 15

2.1.6.2 Yellow Fever... 16

2.1.6.3 Chikungunya ... 17

2.1.6.4 Filiriasis ... 17

2.2 Cengkeh ( Syzygium aromaticum L.) ... 18

2.2.1 Taksonomi Cengkeh ( Syzygium aromaticum L.) ... 19

2.2.2 Morfologi Cengkeh ( Syzygium aromaticum L.) ... 20

2.2.3 Kandungan Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) ... 21

2.2.3.1 Eugenol ... 21

2.2.3.2 Saponin ... 23

2.2.3.3 Flavonoid ... 23

2.2.3.4 Tanin ... 23

2.2.4 Manfaat Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat, dan Subjek Penelitian ... 25

3.1.1 Bahan Penelitian ... 25

3.1.2 Alat Penelitian ... 25

3.1.3 Subjek Penelitian ... 25

3.2 Metode Penelitian... 26

3.2.1 Desain Penelitian ... 26

3.2.2 Besar Pengulangan/Replikasi ... 26

3.2.3 Variabel Penelitian ... 26


(5)

x Universitas Kristen Maranatha

3.2.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 27

3.3 Prosedur Kerja ... 28

3.3.1 Persiapan Bahan Uji ... 28

3.3.1.1 Pembuatan Simplisia ... 28

3.3.1.2 Pembuatan infusa ... 28

3.3.2 Cara Pemeriksaan ... 28

3.4 Metode Analisis ... 29

3.4.1 Hipotesis Statistik ... 29

3.4.2 Kriteria Uji ... 30

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 31

4.2 Pembahasan ... 35

4.3 Pengujian Hipotesis ... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 38

5.2 Simpulan Tambahan ... 38

5.3 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 42


(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komposisi Kimia yang terdapat pada Cengkeh ... 21

Tabel 4.1 Rerata dan Persentase Jumlah Larva Mati setelah Diberi Perlakuan selama 24 Jam ... 31

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk... 32

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Levene Statistic ... 32

Tabel 4.4 Hasil ANAVA Rerata Larva Mati ... 33


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Aedes aegypti dan Aedes albopictus... 6

Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk ... 8

Gambar 2.3 Corak Aedes aegypti dan Aedes albopictus ... 9

Gambar 2.4 Telur Nyamuk Aedes aegypti ... 10

Gambar 2.5 Larva Nyamuk Aedes aegypti ... 10

Gambar 2.6 Larva Nyamuk Aedes aegypti Instar I – IV ... 11

Gambar 2.7 Pupa Nyamuk Aedes aegypti ... 12

Gambar 2.8 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti Dewasa ... 13

Gambar 2.9 Perbedaan Corak pada Thorax Aedes aegypti dan Aedes albopictus ... 13

Gambar 2.10 Aedes aegypti dan Aedes albopictus... 13

Gambar 2.11 Pohon Cengkeh ... 18

Gambar 2.12 Bunga Cengkeh Kering ... 19

Gambar 2.13a Daun Cengkeh ... 20

Gambar 2.13b Bunga Cengkeh ... 20


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Perhitungan Dosis Infusa Limbah Daun Cengkeh (IDC) ... 42 Lampiran 2 Analisis Data (SPSS) ... 43 Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian ... 46


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai dengan demam bifasik, myalgia, arthralgia, bintik merah, leukopenia, dan limfadenopati. Penyakit ini sering kali sangat hebat dan fatal karena ketidaknormalan pada hemostasis dan permeabilitas kapiler yang berakhir dengan dengue shock syndrome (Hendarwanto, 1996). DBD penyebarannya paling cepat di dunia, yang menginfeksi 50 juta orang di dunia setiap tahunnya (WHO, 2009). DBD pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1954 kemudian menyebar ke berbagai negara di dunia. Di Indonesia, penyakit ini pertama kali dilaporkan di Surabaya pada tahun 1968 yang kemudian secara drastis menyebar ke seluruh Indonesia (Suroso & Umar, 1999).

Demam berdarah dengue ditularkan melalui cucukan nyamuk Aedes aegypti

sebagai vektor utama, dan Aedes albopictus sebagai vektor potensialnya (Djakaria, 1988). Sampai saat ini, vaksin untuk DBD belum ditemukan. Oleh karena itu, dengan memberantas nyamuk penularnya, diharapkan penularan DBD dapat dikendalikan (Hasyimi, 1993).

Pengendalian dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, baik secara fisik maupun kimiawi. Untuk mengendalikan nyamuk dewasa secara kimiawi, dapat dilakukan fogging dengan menggunakan malathion. Cara ini sangat efektif karena dapat menurunkan kepadatan nyamuk dewasa di lingkungan masyarakat. Namun, cara ini memiliki dampak negatif, antara lain dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia dan resistensi (Hasyimi, 1993). Selain itu, jika hanya dilakukan pembasmian pada nyamuk dewasa namun tidak pada jentiknya, maka pertumbuhan dan perkembangan nyamuk penular tidak akan terhenti (Soedarto, 1990). Oleh karena itu upaya lain yang dapat dilakukan adalah pembasmian jentik nyamuk penular di tempat perindukan dengan melakukan 3M Plus, yaitu : 1) Menguras dan 2) Menutup tempat penampungan air serta 3) Memanfaatkan


(10)

2 Universitas Kristen Maranatha

kembali atau mendaur ulang barang bekas. Adapun yang dimaksud dengan Plus

adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti menggunakan obat anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pada kolam, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, menghindari menggantung pakaian, dan menaburkan bubuk larvisida pada tempat penampungan air (Depkes, 2014). Larvisida yang banyak digunakan oleh masyarakat luas adalah temefos (Soedarto, 1990).

Penggunaan temefos sebagai larvisida sintetik sangat efektif dalam mengendalikan vektor terutama larva nyamuk, namun pada penggunaan berulang, larvisida sintetik dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti gangguan pernapasan dan gangguan pencernaan pada manusia (Soedarto, 1990). Selain itu, laporan tentang kejadian resistensi terhadap temefos sebagai larvisida sintetik sudah banyak dilaporkan. Larvisida sintetik juga mengandung bahan kimia yang sulit diuraikan oleh alam sehingga residunya dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu usaha lain untuk mendapatkan larvisida alternatif, misalnya dengan menggunakan larvisida alami yang memiliki efek yang sama baik dengan temefos (Nugroho, 2011). Larvisida alami umumnya mengandung senyawa aromatik seperti batang serai, pandan wangi, tembakau, dan cengkeh. Selain itu, larvisida alami juga aman dan mudah di dapatkan (Novizan, 2002).

Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) banyak tumbuh di Indonesia dan berpotensi sebagai larvisida alami. Ekstrak bunga cengkeh mengandung minyak atsiri dengan eugenol sebagai komponen terbesar, selain itu daun cengkeh juga mengandung saponin, flavonoid, dan tanin yang dapat membunuh larva nyamuk.

Selain bunga cengkeh, daun cengkeh yang lebih ekonomis juga memiliki kandungan senyawa kimia yang berpotensi sebagai larvisida (Haditomo, 2010). Penelitian tentang efek daun cengkeh sebagai larvisida sudah dilakukan dengan menggunakan sediaan minyak, ekstrak, serbuk, dan infusa. Penelitian oleh Fayemiwo et al. (2014) dengan menggunakan sediaan minyak atsiri menunjukkan bahwa cengkeh memiliki efek sebagai larvisida terhadap larva Aedes aegypti. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap efek infusa


(11)

3 Universitas Kristen Maranatha

sebagai larvisida terhadap larva nyamuk Aedes sp. dengan pertimbangan sediaan infusa lebih mudah digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari serta tidak membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, penulis juga menggunakan limbah daun cengkeh, dengan pertimbangan untuk membantu dalam pemanfaatan kembali limbah daun yang sudah tidak dapat digunakan kembali.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

1. Apakah infusa limbah daun cengkeh berefek larvisida terhadap Aedes sp. 2. Apakah potensi larvisida infusa limbah daun cengkeh terhadap larva nyamuk

Aedes sp. setara dengan temefos

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek infusa limbah daun cengkeh sebagai larvisida terhadap larva nyamuk Aedes sp. dan membandingkan potensinya dengan temefos.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat akademis

Menambah pengetahuan tentang parasitologi insekta dan farmakologi tanaman obat, khususnya yang memiliki efek larvisida


(12)

4 Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Manfaat praktis

Infusa limbah daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dapat diaplikasikan untuk menekan perkembangbiakan larva yang pada akhirnya dapat mengontrol populasi nyamuk dewasa dan mengontrol penyebaran virus dengue serta membantu dalam upaya untuk melestarikan lingkungan

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka pemikiran

Temefos adalah larvisida golongan organofosfat yang dapat membunuh larva dengan menghambat enzim kolinesterase dan menimbulkan gangguan pada aktivitas saraf (Haditomo, 2010).

Daun cengkeh mengandung minyak atsiri dengan persentase terbesar eugenol, serta memiliki kandungan lain serperti saponin, flavonoid, dan tanin yang bersifat larvisida (Haditomo, 2010). Eugenol memengaruhi sistem saraf pusat sehingga dapat menyebabkan paralisis dan kematian serangga. Saponin bekerja dengan menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan pada larva. Flavonoid menghambat makan serangga dan bersifat toksik. Tanin menyebabkan kematian serangga dengan menurunkan aktivitas enzim pencernaan seperti protease dan amilase sehingga laju pertumbuhan dan nutrisi larva terganggu (Haditomo, 2010).

Minyak atsiri tanaman cengkeh memiliki aktivitas larvisida yang lebih baik dibandingkan dengan temefos (Taher et al., 2015).


(13)

5 Universitas Kristen Maranatha 1.5.2 Hipotesis

1. Infusa limbah daun cengkeh berefek larvisida terhadap Aedes sp.

2. Potensi larvisida infusa limbah daun cengkeh terhadap larva nyamuk Aedes sp. setara dengan temefos

1.6 Metodologi Penelitian

Desain penelitian eksperimental laboratorik dengan Rancangan Acak Lengkap

(RAL). Efek larvisida infusa limbah daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) diuji terhadap larva nyamuk Aedes sp.


(14)

38 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Infusa limbah daun cengkeh berefek larvisida terhadap Aedes sp.

2. Potensi larvisida infusa limbah daun cengkeh terhadap larva nyamuk Aedes sp. setara dengan temefos

5.2 Simpulan Tambahan

1. Infusa limbah daun cengkeh berefek larvisida terhadap larva nyamuk Aedes sp. pada dosis 800 ppm, 1600 pm, 3200 ppm dan 6400 ppm

2. Potensi infusa limbah daun cengkeh setara dengan temefos 1 ppm pada dosis 6400 ppm

5.3 Saran

Penelitian tentang efek larvisida infusa limbah daun cengkeh (Syzygium

aromaticum L.) terhadap larva nyamuk Aedes sp. perlu dilanjutkan dengan:

1. Bahan uji ekstrak etanol limbah daun cengkeh sebab kandungan pada sediaan etanol lebih terkonsentrasi

2. Perlakuan dilakukan di tempat terbuka atau dibawah sinar matahari untuk membedakan efek daun cengkeh di luar dan di dalam ruangan


(15)

39 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Bhowmik, D., Kumar, S., Yadav, A., Srivastava, S., Paswan, S., & Dutta, A. S. 2012. Recent Trends in Indian Traditional Herbs Syzygium aromaticum

and its Health Benefits. Phytojournal, 1 (1): 13-21.

Brown, H. W. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta:PT Gramedia. p. 419-431. CDC. 2010. Entomology & Ecology.,

http://www.cdc.gov/dengue/entomologyecology/., September 12, 2015. CDC. 2013. Parasites - Lymphatic Filiriasis.,

http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/., November 21, 2015. Christophers, S. S. 1960. Aedes aegypti (L.) The Yellow Fever Mosquito.

London:Cambridge at The University Press. p. 131-133; 138-139; 251; 194-195; 227-238.

Cortes-Rojas, D. F., Fernandes de Souza, C. R., & Oliveira, W. P. 2014. Clove

(Syzygium aromaticum); a precious spice. Asian Pasific Journal of

Tropical Biomedicine, 4(2): 90-96.

Depkes. 1995. Farmakope Indonesia. Jakarta:Departemen Kesehatan. 4th Ed. p. 9.

Depkes. 2014. Waspada DBD di Musim Pancaroba.,

http://www.depkes.go.id/article/print/15010200002/waspada-dbd-di-musim-pancaroba.html., September 12, 2015.

Djakaria, S. 1988. Vektor Penyakit Virus, Riketsia, dan Bakteri. Dalam S. Gandahusada, H. D. Ilahude, & W. Pribadi, Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 198-201.

Faust, E. C., Russell, P. F., & Jung, R. C. 1937. Clinical Parasitology (Eighth ed.). Great Britain: Henry Kimpton. p.660-694.

Fayemiwo, K. A., Adeleke, M. A., Okoro, O. P., Awojide, S. H., & Awoniyi, I. O. 2014. Larvacidal efficacies and chemical composition of essential oils of Pinus sylvestris and Syzygium aromaticum against mosquitos. Asian

Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 4(1): 30-34.

Foster, W., & Walker, E. 2002. Mosquitos (Culicidae). Dalam G. Mullen, & L. Durden, Medical and Veterinary Entemology. San Diego: Academic Press. p. 203-262.

Haditomo, I. 2010. Efek Larvasida Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum

L. Terhadap Aedes aegypti L. Universitas Sebelas Maret Institutional


(16)

40 Universitas Kristen Maranatha

Hargono, D., Sirait, M., & Farouq. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. p. 7; 11; 13; 15.

Hastutiningrum, N. O. 2010. Efek Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium

aromaticum L.) Terhadap Mortalitas Larva Anopheles aconitus. p. 15-21.

Hasyimi, M. 1993. Aedes aegypti sebagai Vektor Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Pengamatan di Alam. Media Litbangkes,2(III): 16-18.

Hendarwanto. 1996. Dengue. Dalam Hendarwanto, Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 417-426.

Kardinan, A. 2007. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agro Media Pustaka. p. 22-23.

Kemas, A. H. 2005. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Maricopa. 2006. Lifecycle and Information on Aedes aegypti Mosquitos., http://www.maricopa.gov/EnvSvc/VectorControl/Mosquitos/MosqInfo.asp x., November 13, 2015.

Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.

Jakarta: Agro Media Pustaka.

Nugroho, A. 2011. Kematian Larva Aedes aegypti Setelah Pemberian Temefos Dibandingkan dengan Pemberian Serbuk Serai. KEMAS, 91-96.

Soedarto. 1990. Entomologi Kedokteran. Jakarta: EGC. p. 63-66.

Soedarto. 1990. Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta: Widya Medika. p. 36-42.

Soenardi. 1981. Petunjuk Bercocok Tanam Cengkeh. Yogyakarta: Kanisius. p. 4-9.

Suroso, T., & Umar, A. I. 1999. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia saat ini. Dalam S. R. Hadinegoro, & H. I. Satari, Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 14-15.

Taher, D. M., Nurhassanah, & Papuangan, N. (2015). Potensi cengkeh (Syzygium aromaticum) varietas Afo sebagai Larvisida Alami Nyamuk Anopheles subpictus dan Aedes aegypti. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 1, 1478-1482.

Towaha, J. 2012. Manfaat Eugenol Cengkeh pada Berbagai Industri di Indonesia.


(17)

41 Universitas Kristen Maranatha

Wayangankar, S. 2013 Filiriasis., http://emedicine.medscape.com/article/217776-overview., November 21, 2015.

WHO. 2009. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. WHO Library Cataloguing-in Publication Data, 3.

WHO. 2015. Chikungunya.,

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs327/en/., November 21, 2015.

WHO. 2015. Dengue and Severe Dengue., http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/., November 21, 2015.

Zettel, C., & Kaufman, P. 2008. Yellow Fever Mosquito., http://entnemdept.ufl.edu/creatures/aquatic/Aedes_aegypti.html.,


(1)

4 Universitas Kristen Maranatha

1.4.2 Manfaat praktis

Infusa limbah daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dapat diaplikasikan untuk menekan perkembangbiakan larva yang pada akhirnya dapat mengontrol populasi nyamuk dewasa dan mengontrol penyebaran virus dengue serta membantu dalam upaya untuk melestarikan lingkungan

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka pemikiran

Temefos adalah larvisida golongan organofosfat yang dapat membunuh larva dengan menghambat enzim kolinesterase dan menimbulkan gangguan pada aktivitas saraf (Haditomo, 2010).

Daun cengkeh mengandung minyak atsiri dengan persentase terbesar eugenol, serta memiliki kandungan lain serperti saponin, flavonoid, dan tanin yang bersifat larvisida (Haditomo, 2010). Eugenol memengaruhi sistem saraf pusat sehingga dapat menyebabkan paralisis dan kematian serangga. Saponin bekerja dengan menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan pada larva. Flavonoid menghambat makan serangga dan bersifat toksik. Tanin menyebabkan kematian serangga dengan menurunkan aktivitas enzim pencernaan seperti protease dan amilase sehingga laju pertumbuhan dan nutrisi larva terganggu (Haditomo, 2010).

Minyak atsiri tanaman cengkeh memiliki aktivitas larvisida yang lebih baik dibandingkan dengan temefos (Taher et al., 2015).


(2)

5 Universitas Kristen Maranatha

1.5.2 Hipotesis

1. Infusa limbah daun cengkeh berefek larvisida terhadap Aedes sp.

2. Potensi larvisida infusa limbah daun cengkeh terhadap larva nyamuk Aedes sp.

setara dengan temefos

1.6 Metodologi Penelitian

Desain penelitian eksperimental laboratorik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Efek larvisida infusa limbah daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) diuji terhadap larva nyamuk Aedes sp.


(3)

38 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Infusa limbah daun cengkeh berefek larvisida terhadap Aedes sp.

2. Potensi larvisida infusa limbah daun cengkeh terhadap larva nyamuk Aedes sp.

setara dengan temefos

5.2 Simpulan Tambahan

1. Infusa limbah daun cengkeh berefek larvisida terhadap larva nyamuk Aedes sp.

pada dosis 800 ppm, 1600 pm, 3200 ppm dan 6400 ppm

2. Potensi infusa limbah daun cengkeh setara dengan temefos 1 ppm pada dosis 6400 ppm

5.3 Saran

Penelitian tentang efek larvisida infusa limbah daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap larva nyamuk Aedes sp. perlu dilanjutkan dengan:

1. Bahan uji ekstrak etanol limbah daun cengkeh sebab kandungan pada sediaan

etanol lebih terkonsentrasi

2. Perlakuan dilakukan di tempat terbuka atau dibawah sinar matahari untuk


(4)

39 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Bhowmik, D., Kumar, S., Yadav, A., Srivastava, S., Paswan, S., & Dutta, A. S.

2012. Recent Trends in Indian Traditional Herbs Syzygium aromaticum

and its Health Benefits. Phytojournal, 1 (1): 13-21.

Brown, H. W. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta:PT Gramedia. p. 419-431.

CDC. 2010. Entomology & Ecology.,

http://www.cdc.gov/dengue/entomologyecology/., September 12, 2015.

CDC. 2013. Parasites - Lymphatic Filiriasis.,

http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/., November 21, 2015.

Christophers, S. S. 1960. Aedes aegypti (L.) The Yellow Fever Mosquito.

London:Cambridge at The University Press. p. 131-133; 138-139; 251; 194-195; 227-238.

Cortes-Rojas, D. F., Fernandes de Souza, C. R., & Oliveira, W. P. 2014. Clove (Syzygium aromaticum); a precious spice. Asian Pasific Journal of Tropical Biomedicine, 4(2): 90-96.

Depkes. 1995. Farmakope Indonesia. Jakarta:Departemen Kesehatan. 4th Ed. p. 9.

Depkes. 2014. Waspada DBD di Musim Pancaroba.,

http://www.depkes.go.id/article/print/15010200002/waspada-dbd-di-musim-pancaroba.html., September 12, 2015.

Djakaria, S. 1988. Vektor Penyakit Virus, Riketsia, dan Bakteri. Dalam S. Gandahusada, H. D. Ilahude, & W. Pribadi, Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 198-201.

Faust, E. C., Russell, P. F., & Jung, R. C. 1937. Clinical Parasitology (Eighth

ed.). Great Britain: Henry Kimpton. p.660-694.

Fayemiwo, K. A., Adeleke, M. A., Okoro, O. P., Awojide, S. H., & Awoniyi, I. O. 2014. Larvacidal efficacies and chemical composition of essential oils of

Pinus sylvestris and Syzygium aromaticum against mosquitos. Asian

Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 4(1): 30-34.

Foster, W., & Walker, E. 2002. Mosquitos (Culicidae). Dalam G. Mullen, & L.

Durden, Medical and Veterinary Entemology. San Diego: Academic Press.

p. 203-262.

Haditomo, I. 2010. Efek Larvasida Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum

L. Terhadap Aedes aegypti L. Universitas Sebelas Maret Institutional Repository.


(5)

40 Universitas Kristen Maranatha Hargono, D., Sirait, M., & Farouq. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI. p. 7; 11; 13; 15.

Hastutiningrum, N. O. 2010. Efek Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium

aromaticum L.) Terhadap Mortalitas Larva Anopheles aconitus. p. 15-21.

Hasyimi, M. 1993. Aedes aegypti sebagai Vektor Demam Berdarah Dengue

Berdasarkan Pengamatan di Alam. Media Litbangkes,2(III): 16-18.

Hendarwanto. 1996. Dengue. Dalam Hendarwanto, Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 417-426.

Kardinan, A. 2007. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agro

Media Pustaka. p. 22-23.

Kemas, A. H. 2005. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali

Pers.

Maricopa. 2006. Lifecycle and Information on Aedes aegypti Mosquitos.,

http://www.maricopa.gov/EnvSvc/VectorControl/Mosquitos/MosqInfo.asp x., November 13, 2015.

Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.

Jakarta: Agro Media Pustaka.

Nugroho, A. 2011. Kematian Larva Aedes aegypti Setelah Pemberian Temefos

Dibandingkan dengan Pemberian Serbuk Serai. KEMAS, 91-96.

Soedarto. 1990. Entomologi Kedokteran. Jakarta: EGC. p. 63-66.

Soedarto. 1990. Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta: Widya Medika. p.

36-42.

Soenardi. 1981. Petunjuk Bercocok Tanam Cengkeh. Yogyakarta: Kanisius. p.

4-9.

Suroso, T., & Umar, A. I. 1999. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia saat ini. Dalam S. R. Hadinegoro, & H. I. Satari, Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 14-15.

Taher, D. M., Nurhassanah, & Papuangan, N. (2015). Potensi cengkeh (Syzygium aromaticum) varietas Afo sebagai Larvisida Alami Nyamuk Anopheles

subpictus dan Aedes aegypti. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 1,

1478-1482.

Towaha, J. 2012. Manfaat Eugenol Cengkeh pada Berbagai Industri di Indonesia.


(6)

41 Universitas Kristen Maranatha

Wayangankar, S. 2013 Filiriasis.,

http://emedicine.medscape.com/article/217776-overview., November 21, 2015.

WHO. 2009. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and

Control. WHO Library Cataloguing-in Publication Data, 3.

WHO. 2015. Chikungunya.,

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs327/en/., November 21,

2015.

WHO. 2015. Dengue and Severe Dengue.,

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/., November 21,

2015.

Zettel, C., & Kaufman, P. 2008. Yellow Fever Mosquito.,

http://entnemdept.ufl.edu/creatures/aquatic/Aedes_aegypti.html., November 21, 2015.