Efektivitas Infusa Herba Beluntas (Pluchea Indica L.) Sebagai Larvisida Terhadap Larva Nyamuk Aedes sp.

(1)

iv

ABSTRAK

EFEKTIVITAS INFUSA HERBA BELUNTAS (Plucea indica.L) SEBAGAI LARVISIDA TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes sp

Nugroho Adi Saputro, 2010

Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS., AFK Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., MSc

Nyamuk merupakan vektor yang membahayakan di dunia, karena dapat menularkan berbagai jenis penyakit. Pengontrolan populasi nyamuk dengan menggunakan larvisida dan insektisida alami maupun buatan dinilai sangat penting. Penelitian mengenai larvisida alami semakin marak dikarenakan efeknya yang lebih ramah terhadap lingkungan dan efektif dalam membasmi nyamuk. Larvisida adalah suatu insektisida yang penggunaannya ditujukan langsung untuk membunuh larva. Insektisida sintentis yang digunakan saat ini memiliki banyak efek samping yang merugikan lingkungan, oleh karena itu perlu dikembangkan Larvisida alami salah satunya adalah herba beluntas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Infusa herba beluntas (Pluchea indica L) sebagai larvisida terhadap larva nyamuk Aedes sp, sehinggga masyarakat mempunyai pilihan yang luas dalam menggunakan larvisida untuk membasmi nyamuk.

Metode penelitian bersifat studi laboratorium eksperimental komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan hewan coba larva nyamuk Aedes sp sebanyak 1080 ekor. Larva dibagi dalam 12 kelompok yang masing-masing kelompok diberi 3 perlakuan, yaitu diberikan infusa herba beluntas 0.3%, 0.6%, 1.2%, 2.4%, 5%, 10%, 20%, 25%, 30%, 40%, kontrol positif, dan kontrol negatif yang dimasukkan ke dalam wadah tempat percobaan. Data yang diamati adalah jumlah larva yang hidup yang dihitung setelah 24 jam. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil penelitian infusa herba beluntas konsentrasi 25%, 30%, dan 40% berbeda sangat bermakna (p<0.01), bila dibandingkan kontrol negatif (akuades).

Kesimpulan adalah infusa herba beluntas berefek sebagai Larvisida terhadap Aedes sp.


(2)

v ABSTRACT

THE EFFECTIVITY OF INFUSA OF BELUNTAS HERB (Pluchea indica L) AS A LARVICIDE TO Aedes sp MOSQUITO

Nugroho Adi Saputro, 2010

Tutor I : Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS., AFK Tutor II : Rita Tjokropranoto, dr., MSc

Mosquito is one of the dangerous insects in the world, because it can be the vector of many disease. Controlling mosquito population by using larvicide and insecticide is quite importance. The study of natural larvicide more popular because of the saver effect to environtment, also effective in eradicating the mosquito.

Larvacide is a insecticide which acts as to kill larvae. A insecticide sintetic have to side-effect to environtment, because of that necessary to develop biolarvacide like beluntas herb (Pluchea indica L).

The objective of this research to know the effectivity of beluntas herb ( Pluchea indica L) as a larvicide to Aedes sp mosquito larvae, so it can be used as an larvicide in society to eradicate the mosquito.

The method of this research is a comparative experimental laboratory study using Randomize Trial Design (RAL), using 1080 Aedes sp mosquito larvae. Larvae were divided into 3 groups. Each group was treated with 0.3%, 0.6%, 1.2%, 2.4%, 5%, 10%, 20%, 25%, 30%, 40% dose of Infusa beluntas herb, positive and negative control which is filled into the bottle. Observed data is the number of life larvae which is counted after 24 hours. The data was analysed using variant analysis (one way ANAVA) then continued with different test mean of LSD.

The result of this research were that the 25%, 30%, and 40% beluntas herb infusion had a larvacide effect. If equal to control negative (aquades) p<0,01. The conclusion is beluntas herb infusion had a larvacide effect.


(3)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Permasalahan ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.3.1 Maksud ... 3

1.3.2 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 4

1.6 Metodologi Penelitian ... 5

1.7 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Tanaman Beluntas (Pluchea indica L) ... 6

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Beluntas (Pluchea indica L) ... 6

2.1.2 Nama Lain Tanaman ... 7

2.1.3 Morfologi Tanaman ... 7


(4)

ix

2.2 Kajian Tentang Infusa ... 9

2.3 Kajian Tentang Nyamuk (Aedes sp) ... 9

2.3.1 Klasifikasi Aedes sp ... 9

2.3.2 Morfologi dan Siklus Hidup Aedes sp ... 10

2.3.3 Ekologi dan Bionomi ... 15

2.3.4 Pengendalian Vektor ... 16

2.4 Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ... 17

2.4.1 Definisi ... 17

2.4.2 Insidensi dan Epidemologi ... 18

2.4.3 Etiologi ... 19

2.4.4 Gejala ... 19

2.4.5 Diagnosis ... 21

2.4.6 Pengobatan ... 22

2.4.7 Prognosis ... 23

2.5 Chikungunya ... 23

2.6 Demam Kuning (Yellow fever) ... 24

2.7 Upaya Preventif ... 25

2.8 Larvasida sintetik ... 25

BAB III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN... 26

3.1 Bahan dan Alat ... 26

3.2 Metode Penelitian ... 27

3.2.1 Desain Penelitian ... 27

3.2.2 Variabel Penelitian ... 27

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 27

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 27

3.2.3 Besar Sampel Penelitian ... 28

3.2.4 Pembuatan Infusa Herba Beluntas (Pluchea indica L) ... 28

3.2.5 Prosedur Kerja ... 29


(5)

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Hasil dan Pembahasan ... 31

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 35

4.2.1 Hal-hal yang mendukung ... 35

4.2.2 Hal-hal yang Tidak Mendukung ... 35

4.3 Kesimpulan ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 40


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tabel Pengenceran Herba Beluntas ... 30 Tabel 4.1 Jumlah larva yang hidup pada pemberian akuades, temephos 1 g dan infusa herba beluntas pada konsentrasi 0.3% - 5% ... 31 Tabel 4.2 Jumlah larva yang hidup pada pemberian akuades, temephos 1 g dan

infusa herba beluntas pada konsentrasi 10% - 40%...31 Tabel 4.3 Uji LSD jumlah larva yang hidup antar kelompok perlakuan ... 34


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tanaman Beluntas ... 6

Gambar 2.2 Struktur Kimia Flavonoid ... 8

Gambar 2.3 Nyamuk Aedes sp ... 9

Gambar 2.4 Siklus Hidup Nyamuk Aedes sp ... 10

Gambar 2.5 Telur Nyamuk Aedes sp ... 11

Gambar 2.6 Larva Nyamuk Aedes sp ... 12

Gambar 2.7 Pupa Nyamuk Aedes sp ... 13

Gambar 2.8 Nyamuk Betina Aedes sp ... 14

Gambar 2.9 Nyamuk Jantan Aedes sp ... 14

Gambar 2.10 Endemik DHF di Dunia ... 15

Gambar 2.11 Karakteristik Demam Berdarah Dengue ... 20

Gambar 2.12 The Spectrum of DHF ... 21

Gambar 4.1 Grafik Rerata jumlah larva yang hidup setelah perlakuan ... 32


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Perhitungan dosis ... 40 Lampiran 2 Tabel Hasil ANAVA ... 42 Lampiran 3 Tabel Post Hoc Test ... 43


(9)

40

Lampiran 1 :

Perhitungan dosis :

Infusa herba beluntas

Kelompok VII 5%

Kelompok VI 2.4%

Kelompok V 1.2%

Kelompok IV 0.6%

Kelompok III 0.3% Herba

Beluntas 5%

100ml 50ml 25ml 12.5ml 6.25ml

Akuades - 50ml 75ml 87.5ml 93.75ml

Total 100ml 100ml 100ml 100ml 100ml

Dosis 10% = Infusa herba beluntas 5% yang dipekatkan dua kali (10%). Dosis 20% = 20 g herba beluntas kering dilarutkan dalam 100 ml akuades. Dosis 25% = 25 g herba beluntas kering dilarutkan dalam 100 ml akuades. Dosis 30% = 30 g herba beluntas kering dilarutkan dalam 100 ml akuades. Dosis 40% = 40 g herba beluntas kering dilarutkan dalam 100 ml akuades.


(10)

41

Dosis Temephos 1 g :

Dosis efektif Temephos 1 g adalah sebesar 1 ppm dimana biasanya digunakan 10 g bubuk temephos dalam 100 liter air.

1 ppm = 1 g temephos 1 g di dalam 1.000.000 ml air.

Sedangkan didalam kemasan bubuk temephos 1 g 10 g kandungan temephosnya hanya 1 %, jadi didalam 10 g hanya ada 0,1 g temephos.

Berarti didalam 100 liter dilarutkan 0,1 g temephos = 1 g temephos didalam 1.000 liter air = 1 g temephos 1g didalam 1.000.000 ml air. = 1 ppm.

Dan didalam percobaan yang dilakukan disini dosis 1 ppm Temephos didapat dari: = 10 mg temephos 1 g didalam 100 ml akuades.


(11)

42

Lampiran 2 :

Oneway

ANOVA

loghidup

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Goups 15.430 11 1.403 521.759 .000

Within Goups .065 24 .003


(12)

43

Lampiran 3 :

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: loghidup LSD

(I) beluntas (J) beluntas Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound kontrol ( - ) kontrol ( + ) 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 beluntas 0.3% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 0.6% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 1.2% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 2.4% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 5% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 10% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 20% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 25% .13930(*) .04234 .003 .0519 .2267 beluntas 30% .35533(*) .04234 .000 .2679 .4427 beluntas 40% 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 kontrol ( + ) kontrol ( - ) -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 0.3% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 0.6% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 1.2% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 2.4% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 5% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 10% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 20% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 25% -1.64603(*) .04234 .000 -1.7334 -1.5587 beluntas 30% -1.43000(*) .04234 .000 -1.5174 -1.3426 beluntas 40% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 0.3% kontrol ( - ) .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 kontrol ( + ) 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 beluntas 0.6% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 1.2% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 2.4% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 5% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 10% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 20% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 25% .13930(*) .04234 .003 .0519 .2267 beluntas 30% .35533(*) .04234 .000 .2679 .4427 beluntas 40% 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727


(13)

44

beluntas 0.6% kontrol ( - ) .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 kontrol ( + ) 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 beluntas 0.3% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 1.2% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 2.4% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 5% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 10% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 20% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 25% .13930(*) .04234 .003 .0519 .2267 beluntas 30% .35533(*) .04234 .000 .2679 .4427 beluntas 40% 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 beluntas 1.2% kontrol ( - ) .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 kontrol ( + ) 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 beluntas 0.3% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 0.6% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 2.4% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 5% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 10% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 20% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 25% .13930(*) .04234 .003 .0519 .2267 beluntas 30% .35533(*) .04234 .000 .2679 .4427 beluntas 40% 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 beluntas 2.4% kontrol ( - ) .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 kontrol ( + ) 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 beluntas 0.3% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 0.6% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 1.2% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 5% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 10% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 20% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 25% .13930(*) .04234 .003 .0519 .2267 beluntas 30% .35533(*) .04234 .000 .2679 .4427 beluntas 40% 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 beluntas 5% kontrol ( - ) .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 kontrol ( + ) 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 beluntas 0.3% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 0.6% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 1.2% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 2.4% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 10% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 20% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 25% .13930(*) .04234 .003 .0519 .2267 beluntas 30% .35533(*) .04234 .000 .2679 .4427 beluntas 40% 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727


(14)

45

beluntas 10% kontrol ( - ) .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 kontrol ( + ) 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 beluntas 0.3% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 0.6% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 1.2% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 2.4% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 5% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 20% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 25% .13930(*) .04234 .003 .0519 .2267 beluntas 30% .35533(*) .04234 .000 .2679 .4427 beluntas 40% 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 beluntas 20% kontrol ( - ) .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 kontrol ( + ) 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 beluntas 0.3% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 0.6% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 1.2% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 2.4% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 5% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 10% .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 25% .13930(*) .04234 .003 .0519 .2267 beluntas 30% .35533(*) .04234 .000 .2679 .4427 beluntas 40% 1.78533(*) .04234 .000 1.6980 1.8727 beluntas 25% kontrol ( - ) -.13930(*) .04234 .003 -.2267 -.0519 kontrol ( + ) 1.64603(*) .04234 .000 1.5587 1.7334 beluntas 0.3% -.13930(*) .04234 .003 -.2267 -.0519 beluntas 0.6% -.13930(*) .04234 .003 -.2267 -.0519 beluntas 1.2% -.13930(*) .04234 .003 -.2267 -.0519 beluntas 2.4% -.13930(*) .04234 .003 -.2267 -.0519 beluntas 5% -.13930(*) .04234 .003 -.2267 -.0519 beluntas 10% -.13930(*) .04234 .003 -.2267 -.0519 beluntas 20% -.13930(*) .04234 .003 -.2267 -.0519 beluntas 30% .21603(*) .04234 .000 .1287 .3034 beluntas 40% 1.64603(*) .04234 .000 1.5587 1.7334 beluntas 30% kontrol ( - ) -.35533(*) .04234 .000 -.4427 -.2679 kontrol ( + ) 1.43000(*) .04234 .000 1.3426 1.5174 beluntas 0.3% -.35533(*) .04234 .000 -.4427 -.2679 beluntas 0.6% -.35533(*) .04234 .000 -.4427 -.2679 beluntas 1.2% -.35533(*) .04234 .000 -.4427 -.2679 beluntas 2.4% -.35533(*) .04234 .000 -.4427 -.2679 beluntas 5% -.35533(*) .04234 .000 -.4427 -.2679 beluntas 10% -.35533(*) .04234 .000 -.4427 -.2679 beluntas 20% -.35533(*) .04234 .000 -.4427 -.2679 beluntas 25% -.21603(*) .04234 .000 -.3034 -.1287 beluntas 40% 1.43000(*) .04234 .000 1.3426 1.5174


(15)

46

beluntas 40% kontrol ( - ) -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 kontrol ( + ) .00000 .04234 1.000 -.0874 .0874 beluntas 0.3% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 0.6% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 1.2% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 2.4% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 5% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 10% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 20% -1.78533(*) .04234 .000 -1.8727 -1.6980 beluntas 25% -1.64603(*) .04234 .000 -1.7334 -1.5587 beluntas 30% -1.43000(*) .04234 .000 -1.5174 -1.3426


(16)

47

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nugroho Adi Saputro

NRP : 0310026

Alamat : Jl. Terusan Babakan Jeruk 1 no.115

Tempat/ Tanggal Lahir : Magelang/ 28 Juni 1985 Riwayat Pendidikan :

1991, Lulus TK Tarakanita Magelang 1997, Lulus SD Tarakanita Magelang 2000, Lulus SLTP Tarakanita Magelang 2003, Lulus SMUN 4 Magelang


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di negara kita, khususnya di kota-kota besar. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui tusukan nyamuk Aedes sp. (Suroso, 1999).

Di Indonesia, nyamuk Aedes sp. umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan yang terdapat banyak genangan air bersih yang tidak berhubungan langsung dengan tanah, seperti bak mandi atau wc, minuman burung, air tempayan/gentong, dan kaleng untuk meletakkan telurnya. Nyamuk ini hanya mampu terbang dengan jangkauan 40-100 meter, bersifat aktif pada pagi hingga siang hari. Dan pada malam harinya bersembunyi di sela-sela pakaian yang tergantung, gorden, kelambu, terutama di ruang gelap atau lembap (Infoibu, 2006).

Tidak semua Nyamuk Aedes sp. merupakan vektor penyebab penyakit DBD. Hanya nyamuk Aedes sp. betina yang berbahaya karena menyebarkan penyakit dan mengganggu manusia dengan cara mengisap darah untuk memperoleh asupan protein yang diperlukan untuk proses pematangan telurnya. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari mengisap sari bunga atau nektar (Womack, M. 1993).

Nyamuk Aedes sp. yang terinfeksi virus dengue mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah. Nyamuk harus berulang kali menusukkan proboscis-nya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar (Womack, 1993).


(18)

2

Belum ada vaksin untuk pencegahan penyakit DBD dan belum ada obat-obatan khusus untuk penyembuhannya, dengan demikian pengendalian DBD bergantung pada pemberantasan nyamuk Aedes sp. Program pemberantasan penyakit DBD di berbagai negara umumya belum berhasil, karena masih tergantung pada penyemprotan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa. Penyemprotan membutuhkan pengoperasian yang khusus dan membutuhkan biaya yang tinggi. Tindakan pencegahan dan pemberantasan akan lebih efektif bila dilakukan dengan pemberantasan larva atau larva nyamuk, karena nyamuk hanya perlu siklus yang sangat singkat untuk menjadi dewasa (UMS Library, 2006).

Pemutusan mata rantai penularan nyamuk itu biasanya menggunakan zat kimia, namun cara tersebut memiliki efek samping yang cukup berbahaya. Pemberantasan melalui zat kimia bisa mengakibatkan resistensi terhadap keturunannya akibat seleksi genetika dan mengganggu keseimbangan lingkungan hidup. Bahkan, pada tahun 80-an terjadi ketah80-an80-an nyamuk Aedes sp. terhadap malation d80-an temephos. Didasark80-an atas kekhawatiran bahwa nyamuk Aedes sp. tahan terhadap insektisida kimiawi sintesis, perlu penggunaan insektisida yang alami dan ramah lingkungan (Cut Irsanya N.S, 2005). Insektisida nabati adalah suatu insektisida dengan bahan dasar yang berasal dari tumbuhan, yang mempunyai senyawa kimia yang toksik terhadap serangga tetapi mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan tidak mengganggu keseimbangan di dalamnya serta relatif aman bagi manusia. Bagian tumbuhan seperti bunga, daun, batang, atau akar dihancurkan dan kemudian langsung digunakan sebagai insektisida atau bahan beracunnya diekstraksi terlebih dahulu kemudian digunakan. Beberapa contoh tanaman yang sudah lama digunakan sebagai insektisida nabati antara lain: tembakau, deris, helebor, kasia, kamper, dan terpentin (Sastroutomo, 1992).


(19)

3

Herba beluntas (Pluchea indica L.) yang mengandung flavonoida, tanin, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, dan fosfor, merupakan salah satu tanaman dari suku Asteraceae. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah infusa herba beluntas (Pluchea indica L.) mempunyai keaktifan sebagai larvasida dengan bioindikator larva nyamuk Aedes sp.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah infusa dari herba beluntas (Pluchea indica L.) memiliki efek larvisida terhadap Aedes sp.

1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud

Mengetahui adanya efek larvasida infusa herba beluntas (Pluchea indica L.) terhadap Aedes sp.

1.3.2 Tujuan

Untuk memberantas larva nyamuk Aedes sp dengan infusa herba beluntas (Pluchea indica L.) sebagai larvisida alami.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat Akademis : Menambah pengetahuan mengenai efek herba beluntas

(Pluchea indica L) sabagai larvisida alami.

Manfaat Praktis :Menurunkan populasi jumlah nyamuk Aedes sp sehingga angka kejadian penyakit DBD yang disebarkan oleh nyamuk Aedea sp dapat berkurang.


(20)

4

1.5 Kerangka Pemikiran

Nyamuk Aedes sp. merupakan vektor penyebab penyakit DBD. Hanya nyamuk Aedes sp betina yang menyebarkan penyakit DBD (Womack, M. 1993). Penyakit ini sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah, sehingga dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak (Suroso, 1999).

Herba beluntas mengandung: flavonoida, tanin, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, dan fosfor. Senyawa flavonoid merupakan senyawa fenolik yang berfungsi sebagai repelen dan larvisida (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia , 2006).

Flavonoid sebagai toksin yang menyerang sistem saraf pernapasan. Flavonoid masuk ke dalam serangga melalui sistem pernapasan berupa spirakel yang terdapat di permukaan tubuh dan menimbulkan kelayuan pada saraf, serta kerusakan pada spirakel akibatnya serangga tidak bisa bernapas dan akhirnya mati (Arda Dinata, 2006).

Flavonoid sebagai larvisida yang memiliki cara kerja menghambat daya makan larva (antifedant). Cara kerja flavonoid adalah sebagai stomach poisoning atau racun perut. Karena itu, bila flavonoid masuk dalam tubuh larva maka organ pencernaan larva akan terganggu. Selain itu, flavonoid juga menghambat reseptor perasa pada daerah mulut larva yang akan mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa, sehingga larva tidak mampu mengenali makanan yang ada disekitarnya (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia , 2006) .

Hipotesis Penelitian

Infusa herba beluntas (Pluchea indica L) mempunyai efek larvisida terhadap larva


(21)

5

1.6 Metodologi Penelitian

Desain penelitian : menggunakan metode Rancang Acak Lengkap (RAL) dengan ruang lingkup penelitian laboratorium eksperimental, bersifat komparatif. Penelitian ini menggunakan herba beluntas (Pluchea indica L) dengan 10 konsentrasi, akuades (kontrol -), dan temephos (kontrol +). Subjek penelitian adalah larva nyamuk Aedes sp instar III yaitu larva berukuran 4-5 milimeter atau 3-4 hari setelah telur menetas. Metode Statistik : data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANAVA satu arah pada taraf kepercayaan 95% dilanjutkan dengan uji LSD dengan α = 0.05.

1.7 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitain dilakukan di laboratorium Farmakologi Universitas Kristen Maranatha Bandung mulai bulan Februari sampai Desember 2009.


(22)

36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Infusa herba beluntas (Pluchea indica L) memiliki efek larvisida, dosis 40% memiliki potensi yang sebanding dengan Temephos 1 g.

5.2 Saran

Perlu penelitian mengenai bentuk sediaan lain yang paling cocok untuk larvisida ini.


(23)

37

DAFTAR PUSTAKA

Ajcann. 2007. Dengue Virus Infection Activates the Unfolded Protein Response. www.microbiologybytes.wordpress.com, 23 Juni 2009.

Arda Dinata. 2006. Basmi Lalat dengan Jeruk Manis. www.litbang.depkes.go.id, 7 September 2009.

Borror D. J.; Triplehorn C. A.; Johnson N. F., 1992, Pengenalan Pelajaran Serangga, Edisi ke-6, Terjemahan oleh Partosoedjono S., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 30; 671 -673; 963.

Brown H. W., 1983, Dasar Parasitologi Klinis, Cetakan ke-3, Gramedia Indonesia, hal 419 – 431.

Cut Irsanya N.S, 2005, PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT MALARIA DAN DEMAM BERDARAH DENGUE.

www.rudyct.com/PPS702-ipb, 23 Juni 2009.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta, hal 7.

Entomology and Plant Pathology. 2008. General Mosquito Biology. www.ento.okstate.edu, 23 Juni 2009.

Fradin M.S. 1998. Mosquitoes and Mosquito Repellents: A Clinician’s Guide. Annals of Internal Medicine, 128 :931-940.

www.annals.org, 15 Maret 2009.

Franziah, 2001, Uji Kepekaan Larva Nyamuk Aedes aegypti L. terhadap Bioinsektisida Ekstrak Daun Ganda Rusa (Justicia gendarusa), Skripsi Sarjana Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.

Gandhi, 2008, Dengue Update and Prevention.

www.dwarkaparichay.blogspot.com, 17 Maret 2009.

Hazardous Substances Databank (HSDB). 2003. Temephos. National Library of Medicine, National Toxicology Program.


(24)

38

Hudson County Mosquito Control. 2007. Mosquito Biology. www.hudsonregional.org, 6 Maret 2009.

Hutapea, J. R. dan Syamsuhidayat S. S., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, hal 174 – 175.

Infoibu, 2006, Musim Hujan, Hati-Hati Nyamuk Demam Berdarah. www.infoibu.com/mod.php, 21 September 2009.

Kardinan A., 1999, Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi, P.T Penebar Swadaya, Bogor, hal 1 – 16.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. hal. 12.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2006. Nyamuk pun Tak Tahan Pahitnya Pare. www.lipi.go.id/www.cgi, 7 September 2009.

Mortimer R. 1998. Aedes aegypti and Dengue fever. www.microscopyuk.org.uk, 13 April 2009. Penapisan. 2008. Dengue_Haemorrhagic_Fever

www.flutrackers.com /forum/showthread.php, 2 Desember 2009. Sastroutomo S. S., 1992, Pestisida Dasar-dasar dan Dampak Penggunaannya,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 14 – 51.

Soedarto, 1980, Kekebalan Nyamuk Aedes aegypti dan Culex fatigans terhadap insektisida, Surabaya, Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, Surabaya, hal 103.

Soedarto, 1995, Entomologi Kedokteran, Cetakan III, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 109.

Suhendro, Leonard Nainggolan, Khie Chen, dan Herdiman T. Pohan. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed-4. Jakarta : EGC. hal. 1709-1713.

Suroso T. dan Umar A. I., 1999, Epidemilogi dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia Saat Ini, Naskah Lengkap Bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tata Laksana Kasus Demam Berdarah Dengue, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal 16 – 19.


(25)

39

T.H. Rampengan. 2006. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC. hal. 122 – 147.

Traditional medicine, 2009. Tanaman Beluntas.

www.traditional-medicine-rarazabreax.blogspot.com, 2 Januari 2010. UMS Library, Muhlisin, Abi, Pratiwi, dan Arum (2006), PENANGGULANGAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN SINGOPURAN KARTASURA SUKOHARJO. WARTA LPM, Vol.9

www.eprints.ums.ac.id, 10 Oktober 2009.

Warren K.S., Mahmod A.A.F. 2007. Tropical and Geographical Medicine. www.indo-friendster.com, 9 Oktober 2009.

WHO, 2009. Dengue/DHF.

www.searo.who.int, 10 Januari 2010.

Womack, M. 1993. The yellow fever mosquito, Aedes aegypti. Wing Beats,Vol. 5 www.id.wikipedia.org, 26 September 2009.


(1)

4 1.5 Kerangka Pemikiran

Nyamuk Aedes sp. merupakan vektor penyebab penyakit DBD. Hanya nyamuk Aedes sp betina yang menyebarkan penyakit DBD (Womack, M. 1993). Penyakit ini sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah, sehingga dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak (Suroso, 1999).

Herba beluntas mengandung: flavonoida, tanin, minyak atsiri, asam chlorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, dan fosfor. Senyawa flavonoid merupakan senyawa fenolik yang berfungsi sebagai repelen dan larvisida (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia , 2006).

Flavonoid sebagai toksin yang menyerang sistem saraf pernapasan. Flavonoid masuk ke dalam serangga melalui sistem pernapasan berupa spirakel yang terdapat di permukaan tubuh dan menimbulkan kelayuan pada saraf, serta kerusakan pada spirakel akibatnya serangga tidak bisa bernapas dan akhirnya mati (Arda Dinata, 2006).

Flavonoid sebagai larvisida yang memiliki cara kerja menghambat daya makan larva (antifedant). Cara kerja flavonoid adalah sebagai stomach poisoning atau racun perut. Karena itu, bila flavonoid masuk dalam tubuh larva maka organ pencernaan larva akan terganggu. Selain itu, flavonoid juga menghambat reseptor perasa pada daerah mulut larva yang akan mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa, sehingga larva tidak mampu mengenali makanan yang ada disekitarnya (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia , 2006) .

Hipotesis Penelitian

Infusa herba beluntas (Pluchea indica L) mempunyai efek larvisida terhadap larva nyamuk Aedes sp.


(2)

5 1.6 Metodologi Penelitian

Desain penelitian : menggunakan metode Rancang Acak Lengkap (RAL) dengan ruang lingkup penelitian laboratorium eksperimental, bersifat komparatif. Penelitian ini menggunakan herba beluntas (Pluchea indica L) dengan 10 konsentrasi, akuades (kontrol -), dan temephos (kontrol +). Subjek penelitian adalah larva nyamuk Aedes sp instar III yaitu larva berukuran 4-5 milimeter atau 3-4 hari setelah telur menetas. Metode Statistik : data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANAVA satu arah pada taraf kepercayaan 95% dilanjutkan dengan uji LSD dengan α = 0.05.

1.7 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitain dilakukan di laboratorium Farmakologi Universitas Kristen Maranatha Bandung mulai bulan Februari sampai Desember 2009.


(3)

36 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Infusa herba beluntas (Pluchea indica L) memiliki efek larvisida, dosis 40% memiliki potensi yang sebanding dengan Temephos 1 g.

5.2 Saran

Perlu penelitian mengenai bentuk sediaan lain yang paling cocok untuk larvisida ini.


(4)

37

DAFTAR PUSTAKA

Ajcann. 2007. Dengue Virus Infection Activates the Unfolded Protein Response. www.microbiologybytes.wordpress.com, 23 Juni 2009.

Arda Dinata. 2006. Basmi Lalat dengan Jeruk Manis. www.litbang.depkes.go.id, 7 September 2009.

Borror D. J.; Triplehorn C. A.; Johnson N. F., 1992, Pengenalan Pelajaran Serangga, Edisi ke-6, Terjemahan oleh Partosoedjono S., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 30; 671 -673; 963.

Brown H. W., 1983, Dasar Parasitologi Klinis, Cetakan ke-3, Gramedia Indonesia, hal 419 – 431.

Cut Irsanya N.S, 2005, PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT MALARIA DAN DEMAM BERDARAH DENGUE.

www.rudyct.com/PPS702-ipb, 23 Juni 2009.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta, hal 7.

Entomology and Plant Pathology. 2008. General Mosquito Biology. www.ento.okstate.edu, 23 Juni 2009.

Fradin M.S. 1998. Mosquitoes and Mosquito Repellents: A Clinician’s Guide. Annals of Internal Medicine, 128 :931-940.

www.annals.org, 15 Maret 2009.

Franziah, 2001, Uji Kepekaan Larva Nyamuk Aedes aegypti L. terhadap Bioinsektisida Ekstrak Daun Ganda Rusa (Justicia gendarusa), Skripsi Sarjana Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.

Gandhi, 2008, Dengue Update and Prevention.

www.dwarkaparichay.blogspot.com, 17 Maret 2009.

Hazardous Substances Databank (HSDB). 2003. Temephos. National Library of Medicine, National Toxicology Program.


(5)

38

Hudson County Mosquito Control. 2007. Mosquito Biology. www.hudsonregional.org, 6 Maret 2009.

Hutapea, J. R. dan Syamsuhidayat S. S., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, hal 174 – 175.

Infoibu, 2006, Musim Hujan, Hati-Hati Nyamuk Demam Berdarah. www.infoibu.com/mod.php, 21 September 2009.

Kardinan A., 1999, Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi, P.T Penebar Swadaya, Bogor, hal 1 – 16.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. hal. 12.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2006. Nyamuk pun Tak Tahan Pahitnya Pare. www.lipi.go.id/www.cgi, 7 September 2009.

Mortimer R. 1998. Aedes aegypti and Dengue fever. www.microscopyuk.org.uk, 13 April 2009. Penapisan. 2008. Dengue_Haemorrhagic_Fever

www.flutrackers.com /forum/showthread.php, 2 Desember 2009. Sastroutomo S. S., 1992, Pestisida Dasar-dasar dan Dampak Penggunaannya,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 14 – 51.

Soedarto, 1980, Kekebalan Nyamuk Aedes aegypti dan Culex fatigans terhadap insektisida, Surabaya, Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, Surabaya, hal 103.

Soedarto, 1995, Entomologi Kedokteran, Cetakan III, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 109.

Suhendro, Leonard Nainggolan, Khie Chen, dan Herdiman T. Pohan. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed-4. Jakarta : EGC. hal. 1709-1713.

Suroso T. dan Umar A. I., 1999, Epidemilogi dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia Saat Ini, Naskah Lengkap Bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tata Laksana Kasus Demam Berdarah Dengue, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal 16 – 19.


(6)

39

T.H. Rampengan. 2006. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC. hal. 122 – 147.

Traditional medicine, 2009. Tanaman Beluntas.

www.traditional-medicine-rarazabreax.blogspot.com, 2 Januari 2010. UMS Library, Muhlisin, Abi, Pratiwi, dan Arum (2006), PENANGGULANGAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN SINGOPURAN KARTASURA SUKOHARJO. WARTA LPM, Vol.9

www.eprints.ums.ac.id, 10 Oktober 2009.

Warren K.S., Mahmod A.A.F. 2007. Tropical and Geographical Medicine. www.indo-friendster.com, 9 Oktober 2009.

WHO, 2009. Dengue/DHF.

www.searo.who.int, 10 Januari 2010.

Womack, M. 1993. The yellow fever mosquito, Aedes aegypti. Wing Beats,Vol. 5 www.id.wikipedia.org, 26 September 2009.