Kebersamaan Idulfitri Berat di Ongkos.
Pikiran Rakyat
o Selasa
4
5
20
o Mar
Kebersamaan
EUSAI salat Idulfitri,
apalagi yang dinantikan
oleh umat Muslim selain bersilaturahmi clan berkumpul bersama keluarga.
Idulfitri menjadi momen bagi
semua anggota keluarga untuk
berkumpul berbagi cerita clan
melepas rindu, terutama bagi
anggota keluarga yang selama
inimerantaujauh dari kampung halaman.
Namun, rupanya tidak semua perantau bisa menikmati
indahnya Idulfitri bersama keluarga. Di antaranya, sejumlah
mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Kota Bandung.
Melambungnya biaya transportasi menuju kampung halaman membuat mereka memilih menghabiskan waktu Lebaran di tempat koso
Sebagian lainnya beralasan
tidak mau repot dan pusing
dengan kemacetan yang biasa
teIjadi seti'2 musim mudik
S
0
6
21
OApr
0
Rabu
7
22
8
9
23
OMei
0
Kamis
10
24
OJun
OJul
.
Jumat
11
Sabtu
12
13
14
15
16
27
28
29
30
31
8Sep
OOkt ONov ODes
OAgs
Idulfitri Berat di Ongl{os
Lebaran.
Muhammad Mizan misalnya. Mahasiswa asal Bukittinggi Sumatra Barat ini
mengaku tidak berlebaran bersama kedua orang tuanya ka':
rena tidak mempunyai cukup
uang untuk menuju tanah kelahirannya itu. "Biarlah berlebaran di Bandung saja," ujar
pria yang akrab disapa Mizan
itu pasrah'
Meskipun demikian, mahasiswa Universitas Komputer
Indonesia Bandung itu masih
beruntung karena kakak dan
kerabatnya yang berdomisili di
Jakarta mengunjunginya saat
Lebaran. 'Ya paling tidak itu
yang membuat saya tidak begitu sedih karena tidak bisa
pulang kampung. Saya bisa
bertemu dengan keluarga
meskipun tidak selengkap saat
pulang kampung," ujarnya.
Selama Lebaran ia pun m~
milih menghabiskan waktu di
.
tempat kosnya, di JIn. Surapati Bandung. Mizan pun tak
akan sendiri di tempat kosnya
karena ada dua rekannya yang
juga tak pulang kampung.
Agar tetap semangat, Mizan
sudah punya trik tersendiri.
"Saya mau main game dan jalan-jalan di tempat favorit saya," tutumya.
Tidak merayakan Lebaran
bersama keluarga juga dialami
oleh Andhika. Mahasiswa Universitas Padjadjaran Bandung
asal Surabaya ini mengaku, selain terkendala biaya transportasi, dia juga tidak mau dipusingkan oleh kemacetan selama mudik. "Pasti nanti macet,
jadi boon saya malas. Saya tidak mau pusing," ungkap Andhika.
Untuk melepas rindu dengan keluarga, dia memilih
memanfaatkan telefon selulernya. "Bagaimana lagi, yang
penting saya bisa berkomuni..~
~
DUOI SUGANDIj"PW
-,
~
Mlnggu
€I>
25
SEJUMLAH mahasiswa perantau menunggu bus yang akan memberangkatkan mereka untuk
mudik ke Bangka di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Tidak semua
perantau bisa menikmati indahnya ldulfitri bersama keluarga karena mahalnya biaya transportasi
untukmudik.
*
"'"'
0
~
-
Kliping
Humos
Unpod
-----
~~
.. .
~ __
2009
-
- ---
kasi dengan keluarga meskipun tidak bertatap muka," katanya.
Jika punya cukup uang, Mizan dan Andhika mengaku
akan pulang kampung. Namun, apa daya tangan tak
sampai. Mau tak mau mereka
harns mencari trik agar tetap
betah dan bersemangat selama perkuliahan belum dimulai.
Melihat mahasiswa lain
yang pulang kampung dengan
fasilitas transportasi yang disediakan oleh pemerintah daerah setempat, sebenarnya
membuat Mizan dan Andhika
iri. "Kami berharap agar pemerintah daerah kami punya
program yang sarna. Jadi mahasiswa yang bemasib sama
seperti kami ini tetap bisa pulang kampung dengan fasilitas
pemerintah daerah kami,"
ujarnya. (Amaliyaf"PR" f
Made Nuryani)***
o Selasa
4
5
20
o Mar
Kebersamaan
EUSAI salat Idulfitri,
apalagi yang dinantikan
oleh umat Muslim selain bersilaturahmi clan berkumpul bersama keluarga.
Idulfitri menjadi momen bagi
semua anggota keluarga untuk
berkumpul berbagi cerita clan
melepas rindu, terutama bagi
anggota keluarga yang selama
inimerantaujauh dari kampung halaman.
Namun, rupanya tidak semua perantau bisa menikmati
indahnya Idulfitri bersama keluarga. Di antaranya, sejumlah
mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Kota Bandung.
Melambungnya biaya transportasi menuju kampung halaman membuat mereka memilih menghabiskan waktu Lebaran di tempat koso
Sebagian lainnya beralasan
tidak mau repot dan pusing
dengan kemacetan yang biasa
teIjadi seti'2 musim mudik
S
0
6
21
OApr
0
Rabu
7
22
8
9
23
OMei
0
Kamis
10
24
OJun
OJul
.
Jumat
11
Sabtu
12
13
14
15
16
27
28
29
30
31
8Sep
OOkt ONov ODes
OAgs
Idulfitri Berat di Ongl{os
Lebaran.
Muhammad Mizan misalnya. Mahasiswa asal Bukittinggi Sumatra Barat ini
mengaku tidak berlebaran bersama kedua orang tuanya ka':
rena tidak mempunyai cukup
uang untuk menuju tanah kelahirannya itu. "Biarlah berlebaran di Bandung saja," ujar
pria yang akrab disapa Mizan
itu pasrah'
Meskipun demikian, mahasiswa Universitas Komputer
Indonesia Bandung itu masih
beruntung karena kakak dan
kerabatnya yang berdomisili di
Jakarta mengunjunginya saat
Lebaran. 'Ya paling tidak itu
yang membuat saya tidak begitu sedih karena tidak bisa
pulang kampung. Saya bisa
bertemu dengan keluarga
meskipun tidak selengkap saat
pulang kampung," ujarnya.
Selama Lebaran ia pun m~
milih menghabiskan waktu di
.
tempat kosnya, di JIn. Surapati Bandung. Mizan pun tak
akan sendiri di tempat kosnya
karena ada dua rekannya yang
juga tak pulang kampung.
Agar tetap semangat, Mizan
sudah punya trik tersendiri.
"Saya mau main game dan jalan-jalan di tempat favorit saya," tutumya.
Tidak merayakan Lebaran
bersama keluarga juga dialami
oleh Andhika. Mahasiswa Universitas Padjadjaran Bandung
asal Surabaya ini mengaku, selain terkendala biaya transportasi, dia juga tidak mau dipusingkan oleh kemacetan selama mudik. "Pasti nanti macet,
jadi boon saya malas. Saya tidak mau pusing," ungkap Andhika.
Untuk melepas rindu dengan keluarga, dia memilih
memanfaatkan telefon selulernya. "Bagaimana lagi, yang
penting saya bisa berkomuni..~
~
DUOI SUGANDIj"PW
-,
~
Mlnggu
€I>
25
SEJUMLAH mahasiswa perantau menunggu bus yang akan memberangkatkan mereka untuk
mudik ke Bangka di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Tidak semua
perantau bisa menikmati indahnya ldulfitri bersama keluarga karena mahalnya biaya transportasi
untukmudik.
*
"'"'
0
~
-
Kliping
Humos
Unpod
-----
~~
.. .
~ __
2009
-
- ---
kasi dengan keluarga meskipun tidak bertatap muka," katanya.
Jika punya cukup uang, Mizan dan Andhika mengaku
akan pulang kampung. Namun, apa daya tangan tak
sampai. Mau tak mau mereka
harns mencari trik agar tetap
betah dan bersemangat selama perkuliahan belum dimulai.
Melihat mahasiswa lain
yang pulang kampung dengan
fasilitas transportasi yang disediakan oleh pemerintah daerah setempat, sebenarnya
membuat Mizan dan Andhika
iri. "Kami berharap agar pemerintah daerah kami punya
program yang sarna. Jadi mahasiswa yang bemasib sama
seperti kami ini tetap bisa pulang kampung dengan fasilitas
pemerintah daerah kami,"
ujarnya. (Amaliyaf"PR" f
Made Nuryani)***