PENERAPAN SISTEM ONGKOS PRODUKSI BERBASI

PENERAPAN SISTEM ONGKOS PRODUKSI BERBASIS AKTIVITAS DI INDUSTRI
MANUFAKTUR

Tuti Sarma Sinaga
Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Abstrak : Perhitungan ongkos produksi berdasarkan aktivitas penting dilakukan di perusahaan manufaktur
karena dapat membantu manajemen perusahaan untuk mengetahui besar ongkos per unit produk yang
sebenarnya, karena dengan perhitungan ongkos secara tradisional tidak dapat memberikan informasi
tersebut dengan tepat, terutama apabila perusahaan memiliki lebih dari satu tipe produk. Penelitian ini
menunjukkan cara penerapan metode Activity Based Costing dengan langkah-langkah yang jelas dan
bertahap sehingga menunjukkan ongkos produksi yang mendekati benar. Penerapan ABC system untuk
kasus perusahaan yang menghasilkan 3 tipe produk ini menunjukkan bahwa terjadi overcosting pada
perhitungan biaya produksi untuk dua produknya yang dapat merugikan perusahaan
Abstract :
Production cost calculation refer to a ctivity based costing is important performed by manufacturing
company to know the real unit cost, due to in traditional calculation can not exactly gives the information,
especially if the company has more the product types. This research shown how to implement activity based
costing method in stages and clear to approach the real production cost. ABC system implementation for
the company that produces 3 types of product resulting overcosting in production cost calculation for 2
products that can gives financial loss.


Kata kunci: Activity based costing, komponen biaya produksi, cost driver, .

I.

Pendahuluan

Setiap
perusahaan
harus
mampu
mengoptimalkan
aktifitas
operasi
yang
dilakukannya dalam menghasilkan produk
sehingga dapat menekan biaya produksi.
Penekanan pada ongkos produksi akan
meningkatkan penjualan dan keuntungan karena
harga jual yang ditawarkan semakin kompetitif.

Oleh sebab itu pengetahuan mengenai ongkos
produksi diperlukan sebagai pendukung untuk
mengambil keputusan dalam menentukan harga
jual produk yang dihasilkan.
Perusahaan umumnya menghitung harga
pokok produksi dengan menggunakan sistem
ongkos tradisional dimana pembagian ongkos
overhead merata untuk semua jenis produk
meskipun prosesnya berbeda. Sistem ini
dianggap belum efektif untuk memberikan
gambaran kepada perusahaan mengenai ongkos
produksi yang sebenarnya. Teknik perhitungan
ongkos
tradisional
cenderung
membuat
terjadinya kesalahan dalam penentuan harga jual.
Activity Based Costing adalah satu teknik
perhitungan ongkos yang sedang berkembang
pada dekade terakhir ini. Metode ini

mengalokasikan
ongkos-ongkos
yang

dikeluarkan perusahaan dalam berproduksi
berdasarkan aktifitas yang terjadi dalam proses
produksi setiap jenis produk, terutama
perhitungan biaya overheadnya. Dengan metode
ini diharapkan dapat dieliminir kemungkinan
alokasi biaya yang tidak sesuai dan juga dapat
memberikan analisis ongkos yang lebih detail
dan terspesifikasi.
Penerapan metode Activity Based Costing
pada penelitian ini dilakukan pada kasus pabrik
pengolahan kopi dengan tiga tipe produk yakni
Grade A, B dan C. Pengetahuan mengenai biaya
produksi dengan metode ini akan sangat
diperlukan sebagai pendukung pengambil
keputusan dalam menentukan harga jual produk
bubuk kopi di pasaran.

II.

Rumusan Masalah

Permasalahan yang dihadapi dalam
penelitian ini adalah bagaimana penerapan
metode Activity Based Costing yang tepat dalam
menghitung ongkos produksi, terutama dalam
penentuan beban biaya overhead pada setiap tipe
produk sehingga dapat menjadi acuan yang benar
dalam penetapan harga jual produk

III.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah agar
diketahui berapa ongkos produksi yang
dikeluarkan perusahaan dalam melaksanakan
aktifitas produksinya berdasarkan metode

Activity Based Costing , sehingga penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dan masukan pada proses kerja pengawasan dan
pengambilan keputusan mengenai harga jual di
perusahaan.
IV.

5.2.1. Penggolongan
Objek Biaya

Ditinjau dari objek biaya maka biaya dapat
digolongkan sebagai berikut:
1.

Manfaat Penelitian
2

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini
adalah:
1. Aplikasi ilmu Analisis Biaya dapat dipakai

perusahaan sebagai acuan menghitung biaya
produksi yang tepat
2. Penetapan ongkos yang tepat pada bagian
produksi dapat membantu penempatan dana
modal yang lebih efektif dan efisien
3. Membantu
peningkatan
keuntungan
perusahaan
V.

Tinjuan Pustaka

5.1.

Biaya
Biaya adalah harga yang digunakan atau
dikorbankan
dalam
rangka

memperoleh
penghasilan (revenue) dan akan dipakai sebagai
pengurang penghasilan. Pada awal timbulnya
akuntansi biaya mula-mula hanya ditujukan
untuk penentuan harga pokok produk atau jasa
yang dihasilkan, akan tetapi dengan semakin
pentingnya biaya non produksi, yaitu biaya
pemasaran dan administrasi umum, akuntansi
biaya saat ini ditujukan untuk menyajikan
informasi biaya bagi manjemen baik biaya
produksi maupun biaya non produksi.
5.2 Penggolongan Biaya
Menurut Firdaus (2009) penggolongan
biaya diperlukan untuk menyampaikan dan
menyajikan data biaya agar berguna bagi
manajemen dalam mencapai berbagai tujuannya.
Sebelum memutuskan bagaimana menghimpun
dan mengalokasikan biaya dengan baik,
manajemen dapat melakukan penggolongan
biaya atas dasar:

1. Objek biaya
2. Perilaku biaya
3. Periode akuntansi
4. Fungsi manajemen atau jenis kegiatan
fungsional

Biaya Berdasarkan

Biaya langsung (Direct cost)
Biaya langsung yaitu biaya terjadinya atau
manfaatnya dapat diidentifikasikan secara
langsung pada objek atau pusat biaya
tertentu. Contoh biaya ini adalah biaya
bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung.
Biaya Tidak Langsung (Overhead cost)
Pengertian biaya produksi tidak langsung
(factory overhead cost) atau singkatnya
biaya overhead produksi menurut Matz dan
Usry (2002) dapat didefenisikan sebagai

biaya dari bahan atau material tidak
langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan
semua biaya produksi yang tidak dapat
dibebankan langsung kepada produk. Jadi
dengan kata lain biaya overhead produksi ini
meliputi seluruh biaya produksi kecuali
biaya material langsung dan biaya tenaga
kerja langsung. Biaya overhead produksi
merupakan biaya yang tidak dapat
diidentifikasikan secara langsung kepada
produk yang menggunakannya atau yang
mengkonsumsinya. Hal ini berbeda dengan
biaya produksi langsung yang dapat
diidentifikasi secara langsung kepada
produk yang mengkonsumsinya. Biaya
overhead yang timbul umumnya dikonsumsi
oleh lebih dari satu departemen produksi.

Secara garis besar, biaya overhead produksi
digolongkan sebagai berikut:

a. Biaya Bahan Pembantu (Indirect Material),
merupakan biaya bahan yang diperlukan
dalam proses pembuatan produksi, tetapi
bukan biaya bahan baku (bahan langsung).
Bahan pembantu ini akhirnya juga menjadi
bagian produk, tetapi memiliki nilai yang
kecil.
b. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
(Indirect Labor ), merupakan biaya tenaga
kerja yang tidak dapat diidentifikasikan
secara langsung kepada produk. Contoh
biaya ini adalah biaya gaji supervisor ,
quality control, tenaga kerja administrasi
dan pekerja yang bertugas dalam kerja
pemeliharaan yang secara tidak langsung
berkaitan dengan produksi.
c. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan (Repair
and Maintenance), yaitu biaya yang

d.


e.

dikeluarkan untuk aktivitas reparasi dan
pemeliharaan
mesin/peralatan,
serta
pemakaian suku cadang. Terkadang biaya
suku cadang dipisahkan dari biaya reparasi
dan pemeliharaan.
Biaya Penyusutan dan Depresiasi, misalnya
biaya penyusutan mesin, peralatan dan
kendaraan.
Biaya Utilitas, misalnya biaya penggunaan
air, gas dan listrik. Sejalan dengan
perkembangan teknologi pada proses
produksi, biaya overhead produksi juga
semakin meningkat.

5.2.3.

Penggolongan Biaya
Perilaku Biaya

Berdasarkan

Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan
dalam tingkat kegiatan atau volume maka biayabiaya dapat dikategorikan dalam tiga jenis biaya,
yaitu :
1.

2.

3.

Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya-biaya yang
dalam total berubah secara langsung dengan
adanya perubahan tingkat kegiatan atau
volume, baik volume produksi ataupun
volume penjualan. Di samping itu, biaya
variabel mempunyai karakteristik umum
yang lain dimana biaya per unitnya tidak
berubah.
Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya-biaya yang secara
total tetap tidak berubah dengan adanya
perubahan tingkat kegiatan atau volume
dalam batas-batas dari tingkat kegiatan yang
relevan atau dalam periode waktu tertentu
Biaya tetap per unit akan berubah dengan
adanya perubahan volume produksi. Dalam
jangka panjang biaya tetap juga akan
menjadi biaya variabel.
Biaya semi variabel
Biaya semi variabel adalah biaya-biaya yang
mempunyai atau mengandung unsur tetap
dan unsur variabel. Untuk tujuan
perencanaan dan pengendalian, biaya ini
harus dipisah menjadi elemen biaya tetap
dan elemen biaya variabel. Unsur tetap ini
biasanya merupakan biaya minimum yang
harus dikeluarkan untuk jasa yang
digunakan.

Berdasarkan

Dalam penggolongan biaya sehubungan
dengan periode akuntansi, biaya-biaya dibedakan
berdasarkan waktu atau kapan biaya-biaya
tersebut dibebankan terhadap pendapatan.
Penggolongan ini berguna bagi manajemen
dalam membandingkan beban-beban dengan
pendapatan secara layak dalam rangka
penyusunan laporan keuangan. Sehubungan
dengan periode akuntansi ada dua kategori
kelompok biaya yaitu :
1.

5.2.2.

Penggolongan Biaya
Periode Akuntansi

2.

Biaya produk
Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini
sama dengan biaya produksi yaitu bahan
langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead pabrik. Biaya-biaya ini pada saat
terjadinya dicata dan dialokasikan sebagai
persediaan, tetapi apabila terjadi penjualan
atas persedian atau produk, maka biaya dari
persediaan akan menjadi harga atau beban
pokok penjualan yang akan dibandingkan
dengan pendapatan yang telah teralisir dari
penjualan tersebut.
Biaya periode
Biaya-biaya yang tidak berkaitan dengan
persediaan atau produk tetapi berhubungan
dengan periode waktu atau periode
akuntansi. Biaya periode ini bisa bermanfaat
untuk memperoleh pendapatan dalam
beberapa periode akuntansi dan ada juga
yang memberi manfaat hanya untuk periode
akuntansi yang berjalan. Contoh biaya ini
adalah biaya pemasaran dan biaya
administrasi.

5.2.4. Penggolongan
Biaya
Fungsi Manajemen

Berdasarkan

Penggolongan biaya menurut jenis dari
kegiatan fungsional bertujuan untuk membantu
manajemen dalam perencanaan, analisis, dan
pengendalian biaya atas dasar fungsi-fungsi yang
ada dalam suatu organisasi perusahaan.
Berdasarkan pada jenis kegiatan fungsional maka
biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Biaya produksi, yaitu semua biaya yang
berhubungan dengan fungsi produksi atau
kegiatan pengolahan bahan baku menjadi
produk jadi. Yang termasuk dalam biaya
produksi adalah biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik
2. Biaya administrasi dan umum, yaitu semua
biaya yang berhubungan dengan fungsi

3.

administrasi dan umum, yang terjadi dalam
rangka
penentuan
kebijaksanaan,
pengarahan, dan pengawasan kegiatan
perusahaan secara keseluruhan.
Biaya pemasaran, yaitu biaya dalam rangka
penjualan produk jadi sampai dengan
pengumpulan piutang menjadi kas. Biaya ini
meliputi fungsi penjualan, penggudangan
produk jadi, dan pengiriman.

5.3.

Sistem Perhitungan Biaya

5.3.1.

Sistem Biaya Tradisional

Dahulu sistem biaya yang digunakan
sangatlah sederhana dan biasanya biaya-biaya
yang terlibat di dalamnya hanyalah biaya
langsung, yakni meliputi biaya tenaga kerja
langsung dan biaya material langsung. Namun
seiring dengan perkembangan zaman, biayabiaya lainnya bermunculan, seperti biaya
maintenance (perawatan), utilitas, dan biayabiaya lainnya yang tergolong sebagai biaya
overhead. Sistem biaya tradisional akan
membebankan biaya-biaya tidak langsung tadi
kepada basis alokasi yang tidak representatif.
Sistem ini mengutamakan satu atau dua
pemacu biaya yang berbasis unit sebagai
pembebanan biaya sehingga menciptakan biaya
produk yang terdistorsi. Distorsi yang terjadi
berupa subsidi silang (cross subsidy) antar
produk, satu produk mengalami kelebihan biaya
(overcosting) dan produk lainnya mengalami
kekurangan biaya (undercosting ). Tingkat
distorsi yang terjadi tergantung pada proporsi
biaya overhead terhadap biaya produksi total.
Semakin besar proporsinya, semakin besar
distorsi yang terjadi demikian juga sebaliknya
Dalam sistem biaya secara tradisional dapat
dilihat bahwa biaya-biaya yang terlibat biasanya
hanya biaya langsung saja, yaitu biaya tenaga
kerja dan biaya material. Namun seiring dengan
berjalannya waktu muncul biaya-biaya yang bisa
digolongkan kedalam biaya langsung. Biayabiaya tersebut seperti biaya perawatan, dan lain
sebagainya. Sistem biaya tradisional akan
membebankan biaya tidak langsung kepada basis
alokasi yang tidak representatif. Pada sistem
biaya tradisional, dalam mengalokasikan biaya
pabrik tidak langsung ke unit produksi, tetapi
ditempuh dengan cara sebagai berikut :
1.

Dilakukan alokasi biaya ke seluruh unit
organisasi yang ada.

2.

Biaya unit organisasi dialokasikan lagi ke
setiap unit produksi. Unsur- unsur biaya
bersama dialokasikan secara proporsional
dengan
menggunakan
suatu
basis
pembebanan atau faktor pembanding yang
sesuai, sedangkan unsur-unsur biaya lainnya
dialokasikan secara langsung sesuai dengan
perhitungan langsungnya masing-masing.

Basis pembebanan atau faktor pembanding
yang digunakan diantaranya :
a. Jumlah unit produksi
b. Jam tenaga kerja langsung
c. Biaya tenaga kerja langsung
d. Biaya material langsung
Pada perusahaan industri yang menghasilkan
beberapa jenis produk, biasanya terjadi berbagai
jenis unsur biaya gabungan yang harus
dialokasikan ke setiap produk gabungan yang
bersangkutan pada titik pisahnya masing-masing.
Ada beberapa metode alokasi biaya secara
tradisional yang biasa digunakan diantaranya:
1. Metode nilai jual
Biaya produksi gabungan dialokasikan ke
setiap produk gabungan yang bersangkutan
secara
proporsional,
sesuai
dengan
persentase (kontribusi) nilai jualnya
masing-masing.
2. Metode jumlah fisik
Biaya produksi gabungan dialokasikan ke
setiap produk gabungan yang bersangkutan
sesuai dengan persentase jumlah fisiknya
masing-masing.
5.3.2.

Activity Based Costing

Menurut Firdaus (2009) Activity Based
Costing adalah suatu metode yang menghitung
biaya dan kinerja dari suatu proses yang
berhubungan dengan aktivitas dan objek-objek
biaya.
Pembebanan
biaya
berdasarkan
penggunaan
sumber-sumber
daya
dan
pembebanan biaya kepada objek-objek seperti:
produk, pelanggan, berdasarkan aktivitasaktivitas yang dilakukan, pengakuan hubungan
timbal balik antara cost driver dan aktivitas.
Hongren (2007) menyatakan bahwa
Activity Based Costing adalah suatu sistem
pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan
berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di
perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar
pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya
adalah aktivitas yang dilakukan dalam
perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian
biaya-biaya
tidak
langsung
dilakukan
berdasarkan aktivitas tersebut.

Menurut Cooper dan Kaplan (1998) Activity
Based Costing ini berfokus pada proses
penentuan product costing (biaya produk), yaitu
dengan cara menentukan aktivitas-aktivitas yang
diserap produk tersebut selama proses produksi.
Activity Based Costing menghasilkan informasi
yang dapat membatasi distorsi dan subsidi silang
yang disebabkan oleh pengalokasian sistem
akuntansi biaya tradisional. Penghematan biaya
dapat dilakukan dengan membatasi aktivitasaktivitas yang tidak menambah nilai. Dengan
demikian dapat digunakan sebagai dasar untuk
perbaikan profitabilitas perusahaan secara
continue, sehingga keunggulan perusahaan dapat
diraih.
Fokus utama Activity Based Costing adalah
aktivitas, karena pada dasarnya pengelolaan
manajemen merupakan perencanaan dan
pengendalian aktivitas untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam perusahaan semua aktivitas
ditujukan untuk menghasilkan produk dengan
biaya memadai. Dengan demikian, fokus utama
manajemen adalah pada pengelolaan aktivitas,
yaitu merencanakan dan mengendalikan seluruh
aktivitas perusahaan dalam menghasilkan produk
dengan tingkat biaya semestinya.
Penerapan sistem ABC dirancang
sehingga setiap biaya yang tidak dapat
dialokasikan secara langsung kepada objek
biaya, dibebankan kepada objek biaya
berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas
tersebut. Yang dimaksud aktivitas adalah
kejadian, tugas, atau sebuah pekerjaan yang
dilakukan dengan tujuan tertentu. Yang
dimaksud dengan objek biaya (cost object)
adalah sesuatu yang menyebabkan biaya tersebut
akan diukur, contoh objek biaya adalah
berdasarkan produk, berdasarkan pelanggan,
berdasarkan departemen, dan lain-lain.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
ABC
menghitung
biaya
produk
dan
membebankan biaya produk sesuai dengan objek
biayanya, berdasarkan aktivitas yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh
sebab itu, penerapan ABC akan mendukung
proses
pengambilan
keputusan-keputusan
strategis dalam perusahaan, seperti: keputusan
tentang harga, dan proses efisiensi yang
dilakukan perusahaan karena penerapan ABC
mengharuskan perusahaan untuk melakukan
identifikasi dan perbaikan atas seluruh kegiatan
yang dilakukan pada sebuah perusahaan.
5.4. Perbedaan
Traditional Costing

antara ABC dengan

Beberapa perbandingan antara sistem biaya
tradisional dan sistem biaya Activity Based
Costing yang dikemukakan oleh Widjaja (2001)
adalah sebagai berikut:
1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitasaktivitas sebagai pemacu biaya (cost driver )
untuk menentukan seberapa besar konsumsi
overhead dari setiap produk. Sedangkan
sistem biaya tradisional mengalokasikan
biaya overhead berdasarkan satu atau dua
basis alokasi yang non reprersentatif.
2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada
biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya
tradisional terfokus pada performansi
keuangan jangka pendek seperti laba.
Apabila sistem biaya tradisional digunakan
untuk penentuan harga dan profitabilitas
produk, angka-angkanya tidak dapat
diandalkan.
3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan
dari seluruh departemen persyaratan ini
mengarah ke integrasi organisasi yang lebih
baik dan memberikan suatu pandangan
fungsional silang mengenai organisasi.
4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan
yang jauh lebih kecil untuk analisis varian
dari pada sistem tradisional, karena
kelompok biaya (cost pools) dan pemacu
biaya (cost driver ) jauh lebih akurat dan
jelas, selain itu ABC dapat menggunakan
data biaya historis pada akhir periode untuk
menghilang biaya aktual apabila kebutuhan
muncul.
5.5. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead
dengan Sistem ABC
Menurut Hansen dan Mowen (2000)
pembebanan biaya overhead pada Activity Based
Costing juga menggunakan dua tahap seperti
pada sistem biaya tradisional, tetapi pusat biaya
yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya
pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari
pusat biaya kepada produk pada tahap kedua
sangat berbeda dengan akuntansi biaya
tradisional.
5.5.1.Tahap Pertama
Prosedur pembebanan biaya overhead
dengan sistem ABC pada tahap ini dimulai
dengan pengumpulan biaya dalam cost pool yang
memiliki aktivitas yang sejenis atau homogen
yang terdiri dari 4 langkah, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya
kedalam berbagai aktivitas

2.

3.

4.

Mengklasifikasikan aktivitas biaya kedalam
berbagai aktivitas, pada langkah ini biaya
digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri
dari 4 kategori yaitu: Unit level activity
costing, Batch related activity costing,
product sustaining activity costing, facility
sustaining activity costing.
Mengidentifikasikan Cost Driver
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam
penentuan tarif perunit cost pool.
Menentukan biaya per unit Cost Pool
Adalah biaya perunit cost pool yang
dihitung untuk suatu aktivitas. Menurut
Hansen dan Mowen (1999) biaya per unit
cost
pool
dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

Biaya /unit Cost Pool =

Biaya Aktivitas (cost pool)
Cost Driver

5.5.2.

Tahap Kedua

Pada tahap ini, dilakukan penelusuran dan
pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing
produk yang menggunakan cost driver .
Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas
dihitung dengan menggunakan rumus:
BOP yang dibebankan = Biaya per unit Cost
Pool x Cost Driver yang dipilih
5.5.3. Klasifikasi Aktivitas Biaya
Klasifikasi aktivitas biaya merupakan
pengelompokan biaya dalam berbagai kelompok
biaya (cost pool). Pengelompokan ini didasarkan
atas tingkat kesulitan untuk menentukan
hubungan sebab akibat serta untuk dasar
pengalokasian (cost allocation based ).
Menurut Firdaus (2009) ada 4 kategori
dalam pengelompokan biaya pada ABC, adalah
sebagai berikut:
1. Biaya untuk setiap unit (unit level) adalah
sumber daya yang digunakan untuk aktivitas
yang akan meningkat pada setiap unit
produksi atau jasa yang dihasilkan.
Pengelompokan untuk level ini berdasarkan
hubungan sebab akibat dengan setiap unit
yang dihasilkan. Contoh: biaya perbaikan
mesin, biaya listrik, dan biaya penyusutan
mesin.
2. Biaya untuk setiap kelompok unit tertentu
(batch level) adalah sumber daya yang
digunakan untuk aktivitas yang akan terkait
dengan sekelompok unit (batch) produk atau

3.

4.

jasa yang dihasilkan. Pengelompokan untuk
level ini adalah biaya hubungan sebab akibat
untuk setiap kelompok unit yang dihasilkan.
Contoh : biaya setup mesin.
Biaya untuk setiap produk tertentu (product
level) adalah sumber daya yang digunakan
untuk mendukung produksi suatu produk.
Biaya ini tidak dipengaruhi oleh produksi
atau penjualan satu atau beberapa unit batch.
Contoh: biaya desain produk, biaya
pengembangan prototype, dan rekayasa
produksi.
Biaya untuk setiap fasilitas tertentu (facility
level) adalah sumber daya yang digunakan
untuk aktivitas yang tidak dapat
dihubungkan secara langsung dengan
produk atau jasa yang dihasilkan tetapi
untuk mendukung organisasi secara
keseluruhan. Pengelompokan untuk level
ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya
dengan produk atau jasa yang dihasilkan
tetapi dibutuhkan untuk kelancaran
kegiatan perusahaan yang berhubungan
dengan proses produksi barang atau jasa.
Contoh: biaya keamanan, biaya kebersihan,
dan asuransi biaya pabrik.

5.6. Keunggulan Activity Based Costing
Beberapa keunggulan dari penerapan
metode Activity Based Costing dalam penentuan
biaya produk menurut Lucey (2002) antara lain :
1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan
manajemen bahwa mereka harus mengambil
sejumlah langkah untuk menjadi lebih
kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat
berusaha untuk meningkatkan mutu sambil
secara simultan memfokus pada mengurangi
biaya. Analisis biaya dapat menyoroti
bagaimana benar-benar mahalnya proses
manufakturing, yang pada akhirnya dapat
memicu aktivitas untuk mereorganisasi
proses, memperbaiki mutu dan mengurangi
biaya.
2. Activity Based Costing dapat membantu
dalam pengambilan keputusan.
3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi
untuk melakukan penawaran kompetitif
yang lebih wajar.
4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki,
manajemen dapat melakukan analisis yang
lebih akurat mengenai volume, yang
dilakukan untuk mencari break even atas
produk yang bervolume rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola
konsumsi sumber daya, manajemen dapat
mulai
merekayasa
kembali
proses

manufakturing untuk mencapai pola
keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih
tinggi.
Metodologi Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
kuatitatif, dilakukan pada suatu perusahaan yang
menghasilkan 3 tipe produk, X, XX dan XXX.
Produk ini berasal dari bahan baku yang sama
namun berbeda dalam hal kualitasnya. Objek
penelitian yang diamati yaitu aktivitas-aktivitas
produksi yang berpengaruh pada biaya, baik
biaya langsung maupun biaya tidak langsung
(overhead cost).
Variabel yang akan digunakan pada penelitian
ini yaitu:
a. Biaya langsung : yaitu biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung
yang langsung berhubungan dengan volume
produksi.
b. Biaya overhead : yaitu biaya yang
dibutuhkan sebagai biaya tambahan untuk
menunjang proses produksi.
c. Aktivitas : yaitu suatu kelompok kegiatan
yang dilakukan dalam sebuah organisasi
atau suatu proses kerja.
d. Cost driver : yaitu suatu faktor yang
digunakan untuk mengukur bagaimana biaya
terjadi atau cara untuk membebankan biaya
pada aktivitas.
Data primer yang digunakan yaitu aktivitasaktivitas yang terjadi di lantai produksi.
Sedangkan untuk data sekunder yang digunakan
yaitu biaya produksi seperti biaya langsung,biaya
overhead, dan data produksi berdasarkan data
arsip perusahaan dan wawancara. Data kemudian
diolah secara dua tahap, yaitu :
1. Tahap pertama
a. Mengidentifikasi
Aktivitas
dan
Menggolongkan Biaya ke Berbagai
Aktivitas.
b. Klasifikasi Biaya
c. Mengidentifikasi Cost Driver (Pemicu
Biaya).
d. Menentukan biaya per unit Cost Center.
2. Tahap kedua
Melakukan penelusuran dan pembebanan
biaya dari aktivitas ke produk.

2.

6.

7.

Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam melakukan
penelitian ini dengan menggunakan metode
Activity Based Costing yaitu:
1. Data volume produksi, penjualan dan
persediaan selama masa pengamatan. Dalam

3.

penelitian ini, pengamatan dilakukan selama
3 bulan.
Data aktivitas yang dilakukan di lantai
produksi. Tahapan prosesnya antara lain
adalah :
a. Pengeringan (1)
Aktivitas
pengeringan
adalah
penjemuran bahan baku agar kadar air
mencapai spesifikasi yang diinginkan
(10%-12%). Setiap siklus pengeringan
menggunakan waktu sekitar 2 jam.
b. Penggilingan (2)
Aktivitas
penggilingan
adalah
pengolahan bahan baku dengan
menggunakan mesin giling. Setiap
siklus
penggilingan
menggunakan
waktu sekitar 1 jam.
c. Pengayakan (3)
Aktivitas pengayakan adalah pemisahan
antara bahan baku dengan pengotor
seperti debu, kulit ari dan lain-lain
dengan menggunakan mesin ayak.
Setiap siklus pengayakan menggunakan
waktu sekitar 2 jam.
d. Penyortiran (4)
Aktivitas penyortiran adalah pembagian
bahan baku berdasarkan ukuran dan
kualitas
secara
manual
dengan
menggunakan tenaga kerja wanita. Pada
bagian ini dipisahkan produk tipe X,
XX dan XXX
e. Pengemasan (5)
Aktivitas
pengemasan
adalah
penyimpanan produk yang telah selesai
diproses.
f. Pengawasan (6)
Aktivitas pengawasan dilakukan oleh
staf pengawas. Tugasnya yaitu inspeksi
terhadap setiap proses produksi,
pengecekan kualitas terhadap bahan
yang dibeli dan produk yang dihasilkan
dan pengaturan tenaga kerja.
Data biaya yang muncul karena aktivitas
produksi
Biaya tenaga kerja tidak langsung, yang
terdiri dari:
Gaji Pengawas Pabrik
GajiPengawas pabrik adalah Rp.22.000.000
per bulan
Gaji tenaga kerja pria
Jumlah tenaga kerja ada 14 orang, dengan
gaji Rp.1.221.000/bln/org. Total jam kerja
selama bulan ke 1 adalah 167 jam,

sehingga upah berdasarkan proses sebagai
berikut:

Biaya
langsung
bulan
ke2
Rp.336.882.903 dan bulan ke3
Rp.370.222.800

adalah
adalah

Tabel 1. Perhitungan Upah Bulan ke 1
Proses
Pengeringan
Penggilingan
Pengayakan
Pengemasan

Frek
Aktivitas
(Kali)
34
16
24
TOTAL

Waktu/
aktivitas
(Jam)
2
1
2
-

Total
Wkt
(Jam)
68
16
48
35
167

Biaya/Aktiv
itas (Rp)
6.960.431
1.637.749
4.913.245
3.582.575
17.094.000

Dengan cara yang sama dihitung untuk
bulan ke2 dan ke3, hasilnya pada tabel
berikut :

Biaya bahan tambahan
Bahan tambahan yang digunakan adalah karung
goni untuk makanan, benang jahit karung dan cat
sablon. Rincian biaya tambahan untuk tiap bulan
dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 4. Perhitungan Biaya Tambahan
Bulan

Ke 1

Tabel 2. Rekapitulasi Upah bulan ke 2 dan 3
Bulan ke 2
Total Wkt (Jam)

Proses

Pengeringan
Penggilingan
Pengayakan
Pengemasan
Total

Total
Wkt
(Jam)
60
14
42
30
146

Biaya/Akti
vitas (Rp)
7.024.931
1.639.151
4.917.452
3.512.466
17.094.000

Total
Wkt
(Jam)
72
15
52
37
176

Biaya/Aktiv
itas (Rp)
6.993.000
1.456.875
5.050.500
3.593.625
17.094.000

Gaji tenaga kerja wanita
Tenaga kerja wanita bertanggung jawab
terhadap proses penyortiran di lantai
produksi. Jumlah tenaga kerja adalah 28
orang dengan nilai upah sama dengan
pekerja pria, total jumlah biaya tenaga kerja
wanita adalah Rp. 34.188.000. Biaya tenaga
kerja wanita untuk bulan Januari, Februari,
dan Maret adalah tetap.

Perhitungan Biaya Langsung
Biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku
langsung dan juga biaya tenaga kerja langsung.
Bahan baku yang digunakan berasal dari
Sidikalang dan Takengon yang diantarkan
langsung oleh petani. Harga beli biasanya
mengikuti harga pasar. Biaya tenaga kerja
langsung yang ada adalah biaya upah harian dan
uang makan. Perhitungannya pada tabel berikut :

Ke 2

Ke 3

Jlh
Karya
wan

Biaya
(Rp)

Untuk
memproduksi
X = 3625 kg
XX= 5330 kg
XXX= 6173 kg
Upah harian (25
hari x Rp
42
41.895.000
39.900/hari) =
Tenaga
Rp. 997.500
Kerja
Uang makan (25
Langsung
hari x Rp
42
22.050.000
21.000/hari) =
Rp. 525.000
Total Biaya Langsung Bulan ke ! (Rp)
Bahan
Baku
Langsung

Total Biaya
(Rp)

Aktivitas

Penyortiran

Pengemasan

Lain-Lain

Aktivitas

Penyortiran

Lain-Lain

Aktivitas
289.421.635

Penyortiran

63.945.000
Pengemasan

353.366.635

702.689

677.587

722.178

Tabel 5. Biaya Penggunaan Listrik

Pengemasan

Rincian

Karung Goni
Benang Jahit Karung
Cat Sablon
Karung Goni
Benang Jahit Karung
Cat Sablon
Karung Goni
Benang Jahit Karung
Cat Sablon

Total Biaya
Tambahan (Rp)

Biaya listrik
Listrik digunakan untuk menyalakan peralatan
elektronik dan penerangan untuk mendukung
kegiatan produksi dan nilainya berdasarkan
tagihan rekening listrik dari PLN

Tabel 3. Perhitungan Biaya Langsung Bulan ke 1
Jenis
Biaya

Biaya
Tambahan
(Rp)
630.000
18.900
53.789
607500
18.225
51.862
647.500
19.425
55.253

Bahan Tambahan

Lain-Lain

Penggunaan
Listrik
Bulan ke 1
28 buah
lampu x 8 W
x 167 jam =
37,408 kWH
1 buah
mesin jahit x
143 W x 35
jam = 5.005
kWH
Total (Rp)
Penggunaan
Listrik
Bulan ke 2
28 buah
lampu x 8 W
x 146 jam =
32,704 kWH
1 buah
mesin jahit x
143 W x 30
jam = 4,290
kWH
Total (Rp)
Penggunaan
Listrik
Bulan le 3
28 buah
lampu x 8 W
x 176 jam =
39,424 kWH
1 buah
mesin jahit x
143 W x 37
jam = 5,291
kWH
Total (Rp)

Biaya
Pemakaian/
kWH(Rp)

Total
Biaya
Pemakaian
(Rp)

Abdmn

Total
Biaya
(Rp)

790

29.553

4.774

34.327

790

3.954

639

4.593

-

220.793
254.300
Total
Biaya
Pemakaian
(Rp)

35.667
41.080

256.460
295.380

Abdmn

Total
Biaya
(Rp)

Biaya
Pemakaian
/kWH(Rp)

790

25.837

4.583

30.420

790

3390

601

3.991

-

202.323
231.550
Total
Biaya
Pemakaian
(Rp)

35.896
41.080

238.219
272.630

Abdmn

Total
Biaya
(Rp)

Biaya
Pemakaian
/kWHb(Rp)

790

31.145

4.806

35.951

790

4.180

645

4.825

-

230.845
266.170

35629
41.080

266.474
307.250

Biaya air
Air digunakan untuk membersihkan peralatan
kerja dan keperluan khusus karyawan dan
tagihan air dari perusahaan air minum daerah
adalah bulan ke1 adalah Rp. 126.424, untuk
bulan ke2 adalah Rp. 119.875 sedangkan untuk
bulan ke3 adalah Rp. 130.641.
Biaya bahan bakar
Bahan
bakar
solar
digunakan
untuk
menghidupkan mesin genset yang energi
listriknya dibutuhkan mesin giling dan mesin
ayak. Hasilnya seperti ditunjukkan tabel berikut :
Tabel 6. Biaya Penggunaan Bahan Bakar
Bulan

Aktivitas

Ke1

Penggilingan
Pengayakan
Penggilingan
Pengayakan
Penggilingan
Pengayakan

Ke2
Ke 3

Total
Penggunaan
Bahan
Bakar
(L)
420
368
440

Tabel 8. Hubungan Biaya dengan Aktifitas
Biaya
Penggunaan
Bahan Bakar
(Rp)

No

Biaya

1

420 x 5100 =
2.142.000
368 x 5100 =
1.876.800
440 x 5100 =
2.244.000

535.500
1.606.500
469.200
1.407.600
502.388
1.741.612

3

Langsung
Bahan
Tambahan
Kepala Pabrik
Tenaga Kerja
Pria
Tenaga Kerja
Wanita
Listrik
Air
Bahan Bakar
Maintenance
Penyimpanan

Kegiatan maintenance adalah pemeliharaan
untuk mesin ayak, mesin giling dan mesin
genset, seperti pelumasan, ganti oli dan inspeksi
rutin. Maintenance dilakukan oleh teknisi yang
dipanggil perusahaan. Berdasarkan data dari
perusahaan maka biaya maintenance untuk
mesin gilling dan mesin ayak adalah Rp. 700.000
sedangkan biaya maintenance untuk mesin jahit
adalah Rp. 50.000. Biaya maintenance sama
untuk bulan ke1, ke2, dan ke 3.
Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan adalah biaya yang terjadi
karena produk tidak terjual pada periode
produksi dan tersisa hingga periode berikutnya
yang dianggap perusahaan sebagai suatu biaya
atau kerugian. Perusahaan mengasumsikan biaya
penyimpanan sebesar 2 % dari harga jual produk
yang disimpan. Rincian biaya penyimpanan
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 7. Perincian Biaya Simpan

Ke 1

Ke2

Ke3

Jenis
Biji
Kopi

JlhPerse
diaan
(Kg)

X
XX
XXX
X
XX
XXX
X
XX
XXX

300
240
300
625
830
173
459
1012
890

Harga
Jual /
kg
(Rp)
253.700
156.500
125.600
255.800
157.300
126.100
256.500
160.100
129.300

Hasil analisis hubungan biaya aktifitas dengan
aktifitas dapat dilihat pada tabel 8.

Total Biaya
Penggunaan
Bahan Bakar
(Rp)

Biaya maintenance

Bulan

8. Pengolahan Data
8.1. Prosedur Tahap I
Pada tahap pertama dalam sistem ABC,
ada beberapa langkah yang harus dilakukannya,
yaitu:
1. Mengidentifikasi
Aktivitas
dan
Menggolongkan Biaya ke Berbagai Aktivitas.
2. Klasifikasi Biaya
3. Mengidentifikasi Cost Driver .
4. Menentukan Biaya perunit Cost Center .

Biaya
Penyimpa
nan
(Rp)
1.522.200
751.200
753.600
3.197.500
2.611.180
436.306
2.354.670
3.240.424
2.301.540

Total Biaya
Penyimpan
an
(Rp)
3.027.000

6.244.986

7.896.634

2

4
5
6
7
8
9
10

Inp
ut


1

2

3

Aktivitas
4
5

6

7


























Keg7: kegiatan pemeliharaan fasilitas

Pada langkah ini biaya digolongkan ke berbagai
aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit
level activity, Batch level activity, product level
activity, facility level activity. Klasifikasi
aktivitas biaya ke berbagai aktivitas dapat dilihat
pada Tabel berikut :
Tabel 9. Klasifikasi biaya terhadap aktifitas
Aktivitas
Input
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah

Tahun ke1
353.366.635
6.960.431
2.523.249
6.869.745
34.222.327
4.339.857
22.000.000
3.409.884
433.692.128

Tahun ke2
336.882.903
7.024.931
2.458.351
6.675.052
34.218.420
4.244.044
22.000.000
6.603.080
420.106.781

Tahun ke3
370.222.800
6.993.000
2.309.263
7.142.112
34.223.951
4.370.628
22.000.000
8.293.749
8.293.749

Hasil identifikasi cost driver selama tiga bulan
dapat dilihat pada tabel berikut :

No
1.

Tabel 10. hasil identifikasi cost driver
CD Bulan ke1

CD Bulan ke2

CD Bulan ke3

Deskripsi
Cost Driver

XX
X

X

Volume
Produksi
(Kg)

Penggilingan
Pengayakan

5.
6.

Penyortiran
Pengemasan

7.

Pengawasan

8.

Pemeliharaan
Fasilitas

XX

36

533

617

348

498

61

35

498

25

0

3

7

2

17

40

0

8

12

14

7

10

XXX

7020

16

-

-

14

-

6

8

10

5

7

60

89

103

58

83

13

8

12

16

15

-

-

6

8

12

59

83

117

(Kali)
Frekuensi
Penggilingan
(Kali)
Frekuensi
Pengayakan

9

(Kali)
Jumlah
Pengemasan
(Pack)
Jam Kerja
(Jam)

10
2

53

52

62

46

44

56

53

50

73

30

20

24

26

17

22

29

20

28

Jumlah
Aktivitas

Pengeringan

4

X

Frekuensi
Pengeringan

2.
3.

XX

X

Biaya
Langsung

X

XX

XX

Biaya per Unit bulan
ke2

Aktivitas

Biaya per Unit bulan
ke3

Rp. 23.097/ kg

Rp. 23.824/ kg

Rp. 234.165/
pengeringan
Rp. 175.597/
penggilingan
Rp. 317.860/
pengayakan
Rp. 2.346/ kg
Rp. 17.466/ pack
Rp. 150.685/ jam
kerja

Rp. 194.250/
pengeringan
Rp. 153.951/
penggilingan
Rp. 274.697/
pengayakan
Rp. 2.203/ kg
Rp. 16.875/ pack

Rp. 101.586/ aktivitas

Rp. 107.711/ aktivitas

Rp. 125.000/ jam kerja

8.2. Prosedur Tahap II
Pada
tahap
kedua,
dilakukan
penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas ke
masing-masing produk yang menggunakan cost
driver . Pembebanan biaya overhead produk
(BOP) dari setiap aktivitas dihitung dengan
menggunakan rumus:
BOP yang dibebankan = Biaya per unit Cost Center x Cost
Driver yang dipilih

Perhitungan biaya biji kopi Golden untuk bulan
Januari dapat dilihat pada Tabel berikut

(Kali)

Tabel 13. Perhitungan Biaya untuk Produk X Bulan ke1

Setelah mengidentifikasi cost driver ,
langkah selanjutnya adalah menentukan biaya
per unit cost driver dengan cara membagi jumlah
biaya aktivitas (cost center) dengan cost driver .
Menurut Hansen dan Mowen (1999)
biaya per unit cost center dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Biaya per Unit Cost Center

=

Biaya Aktivitas(costcenter)
Cost Driver

Hasilnya untuk bulan ke1 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 11. Biaya per Unit Cost Center pada bulan ke1
No

Aktivitas

Cost Center

Cost
Driver

1.

Biaya
Langsung

Rp. 353.366.635

2.

Pengeringan

Rp. 6.960.431

34

3.

Penggilingan

Rp. 2.523.249

16

4

Pengayakan

Rp. 6.869.745

24

5.
6.

Penyortiran
Pengemasan

Rp. 34.222.327
Rp. 4.339.857

15128
252

7.

Pengawasan

Rp. 22.000.000

167

8.

Pemeliharaan
Fasilitas

Rp. 3.409.884

74

15128

Biaya per Unit
Rp. 23.359/ kg
Rp. 204.719/
pengeringan
Rp. 157.704/
penggilingan
Rp. 286.240/
pengayakan
Rp. 2.263/ kg
Rp. 17.222/ pack
Rp. 131.737/ jam
kerja
Rp. 46.080/
aktivitas

Dengan cara yang sama dilakukan pula untuk
bulan ke2 dan ke3.
Tabel 12. Biaya per Unit Cost Center pada bulan ke2
dan ke3

No

Cost
Driver

Aktivitas

1

Biaya
Langsung
Pengeringan
Penggilingan
Pengayakan
Penyortiran
Pengemasan
Pengawasan
Pemeliharaan
Fasilitas
Total Biaya
Volume Produksi
Biaya /kg
2
3
4
5
6
7
8

Biaya
perunit Cost
Center

BOP yang
dibebankan

3625

Rp. 23.359

Rp. 84.676.375

8
16
6
3625
60
53

Rp. 204.719
Rp. 157.704
Rp. 286.240
Rp. 2.263
Rp. 17.222
Rp. 131.737

Rp. 1.637.752
Rp. 2.523.264
Rp. 1.717.440
Rp. 8.203.375
Rp. 1.033.320
Rp. 6.982.061

30

Rp. 46.080

Rp. 1.382.400
Rp. 108.155.987
3625
Rp. 29.837

Dengan cara yang sama dihitung pula untuk
produk tipe XX dan XXX dalam 3 bulan periode
pengamatan. Hasil rekapitulasinya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 14. Rekapitulasi Biaya produksi untuk 3 tipe
produk
Tipe Produk
X
XX
XXX

Bulan ke1

Bulan ke2

Rp. 29.837
Rp. 28.259
Rp. 28.340

Rp. 30.110
Rp. 28.328
Rp. 28.445

Bulan ke3
Rp. 30.619
Rp. 28.906
Rp. 28.950

Untuk bulan ke1 harga pokok produksi untuk
setiap produk adalah sesuai dengan harga pokok
produksi pada Tabel 5.40 karena perhitungan
biaya untuk bulan ke1 tidak dipengaruhi
overhead dari biaya bulan sebelumnya. Untuk
bulan bulan ke2 dan bulan ke3 perhitungan biaya
pokok produksi dengan mempertimbangkan
persediaan. Hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 15. Harga Pokok Produksi Rata-rata Metode ABC
Jenis Biji
Kopi

HPP / kg
Bulan ke1
(Rp)

HPP / kg
Bulan ke2
(Rp)

HPP / kg
Bulan ke3
(Rp)

X
XX
XXX

29.837
28.259
28.340

30.058
28.316
28.442

30.554
28.791
28.888

HPP / kg
Bulanan
Rata-rata
(Rp)
30.150
28.456
28.557

9. Kesimpulan
Harga pokok produksi rata-rata yang diperoleh
dengan metode Activity Based Costing untuk
produk X adalah Rp. 30.150/ kg, untuk produk
XX didapatkan harga pokok produksi Rp.
28.456/ kg dan untuk produk XXX didapatkan
harga pokok produksi Rp. 28.557/ kg. Jika
dibandingkan dengan perhitungan biaya secara
tradisional ternyata produk X dan XX
mengalami overcosting.
Daftar Pustaka
Ben-Arich, David dan Li Qian. 2003.Activitybased Cost Management for Design and
Development
Stage.
International
Journal Of Production Economics.
Cooper Robin, dan Kaplan. 1998. The Design of
Cost Management Systems. Edisi 2.
Prentice-Hall.
Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah. 2009.
Akuntansi Biaya . Jakarta: Salemba
Empat.
Hansen dan Mowen. 2000. Manajemen Biaya .
Jakarta: Salemba Empat.
Hongren, Charles T. 2007. Cost Accounting a
Managerial Emphasis. Edisi 13.
Prentice-Hall.
Krishnan, Anbalagan. 2006. An Application of
Activity Based Costing in Higher
Learning Institution : A Local Case
Study. Contemporary Management
Research.
Matz dan Usry. 2002. Cost Accounting Planning
and Control. Edisi 13. Ohio: South
Western Publishing Cincinati.
Roztocki, Narcyz. 2000. An Integrated ActivityBased Costing and Economic Value
Added System as an Engineering
Management Tool For Manufacturers .
Journal of Cost Management.
Widjaja, Amin. 1992. Activity Based Costing :
Suatu Pengantar . Jakarta: Rineka Cipta.