KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP KOPERASI YANG DIDUGA MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN DALAM KEGIATAN MENGHIMPUN MODAL PENYERTAAN DARI MASYARAKAT.

ABSTRAK
KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP KOPERASI YANG DIDUGA MELAKUKAN
PENYALAHGUNAAN DALAM KEGIATAN MENGHIMPUN MODAL PENYERTAAN DARI
MASYARAKAT
Ajeng Gandini Kamilah
110110100304
Koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional berperan mewujudkan masyarakat
Indonesia yang maju, adil dan makmur. Dalam rangka memperkuat permodalan koperasi,
koperasi diperkenankan menghimpun modal penyertaan dari masyarakat berdasarkan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Timbul permasalahan ketika
pelaksanaan modal penyertaan yang melibatkan banyak kepentingan masyarakat, justru
disalahgunakan oleh koperasi itu sendiri. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui
penerapan bentuk pertanggungjawaban pidana dan Kebijakan Hukum Pidana yang
seharusnya diterapkan terhadap koperasi yang diduga melakukan penyalahgunaan dalam
kegiatan menghimpun modal penyertaan dari masyarakat.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan
yuridis normatif, yaitu yang menitikberatkan penelitian pada data sekunder. Penelitian ini
bersifat deskriptif analitis, yaitu dengan menggambarkan fakta-fakta, situasi dan kondisi objek
penelitian yang diteliti dan kemudian dilakukan analisis data berdasarkan data kepustakaan
yang merupakan data sekunder untuk mendapatkan kesimpulan yang selanjutnya akan
disampaikan secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa, pertama, bentuk
pertanggungjawaban pidana yang dapat diterapkan terhadap koperasi yang diduga melakukan
penyalahgunaan dalam kegiatan menghimpun modal penyertaan dari masyarakat adalah
dengan cara menerapkan pidana pokok berupa denda pada koperasi dan pidana tambahan
berupa pembekuan sebagian atau seluruh aset koperasi untuk pelunasan utang koperasi
kepada para mitra penyerta modal berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Jo. Pasal 7 ayat (2) UndangUndang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang dengan menggunakan Teori Identifikasi Pertanggungjawaban Pidana
Korporasi. Kedua, Kebijakan Hukum Pidana yang seharusnya dilakukan terhadap koperasi
yang diduga melakukan tindak pidana dalam menghimpun modal penyertaan dari masyarakat
dapat dilakukan melalui Kebijakan Penal, yaitu diterapkannya Pasal 3 Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
dengan pidana asal berupa Penipuan (Pasal 378 KUHP), Penggelapan (Pasal 372, 374
KUHP) dan/atau Pasal 46 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Disamping itu, Kebijakan Hukum Pidana dapat ditempuh
pula melalui Kebijakan Non Penal, yaitu upaya pencegahan terjadinya kejahatan dalam tubuh
perkoperasian dengan menguatkan kembali nilai penting koperasi pada setiap elemen
stakeholder koperasi serta menguatkan fungsi manajemen dan pengawasan terhadap
koperasi.