Reformasi Intelijen.

Pikiran Rakyat

.

4

5

6

20

o Mar

o Rabu

Selasa

21
OAor


Reformasi

o Jumat o Sabtu o

(> Kamis
9

2

10

24

OMei

OJun

11
25


OJul

12
26

OAgs

27

28

8Sep

OOkt

R

15
29


16
30

ONov

ODes

31
;."

Intelijen

melakukan langkah-Iangkah
preemtifterhadap sesuatuyang
mengancam eksistensi negara.
Keberadaanagen-agenintelijen
dalam suatu negara, menjadi
ujung tombak eksistensi internal dan ekstemal negara itu.
Aparat intelijen bertugas merencanakan, pengumpulan informasi,mengolahnyasehingga
bisa disajikansebagaiinformasi yang valid dan aktual bagi

sang pengguna.Namun, terkadang pengguna tidak bisa
mengimplementasikandengan
baik semua temuan intelijen
itu, menjadikebijakanyangcukup mengakomodasiupaya dalam mengatasi permasalahan.
Banyak faktor yang memengaruhinya, seperti miskomunipengolahan, dan penilaian in- kasi, intervensi kepentingan,
formasi terhadap ancaman nadan pilihan prioritas kebijakan.
sional seringbersifat subjektif.
BIN sebagai badan intelijen
Kewajibannegara untuk me- nasional yang berkedudukan
nanggulangi terorisme, me~ secara langsung di bawah prenempatkan pada posisi yang siden, memilikiwewenangmediametral. Di satu sisi negara
ngoordinasikan kegiatan komembutuhkan intelijen yang munitas intelijen. Baintelkam
kuat, efektif,dapat bekerja se- Palriyangbertugas menyelengcara rahasia, tertutup untuk
garakan fungsiintelijen bidang
mengantisipasi,mendeteksise- keamanan dan berkompeten
cara dini ancaman terorisme,
secaralangsungdalam penumdan keamanan nasional lain- pasan terorisme.BAISTNI menya. Di sisi lain, masyarakat rupakan badan intelijenmiliter
yang dernokratis menuntut
di bawah MabesTNI,yangberadanyatransparansi, akuntabi- tugas menyediakan analisis"
litas, dan penghormatan terhaanalisis strategis aktual di bidap kebebasan sipil.
dang pertahanan. Depdagri

Intelijen adalah informasi pun memilikiunsur-UDSurinteyang dihargai atas ketepatan
lijen yang bemaung di bawah
waktu dan relevansinya.Kega- Rakominda,yangbertugas mengumpulkaninformasitentang
galan fungsi intelijenjuga pernah terjadi di negara maju se- seluk-beluk permasalahan di
perti AmerikaSerikat.Yangpa- masyarakatmaupun organisasi
ling aktual, serangan teroris lainnya di bawah Dirjen Kesterhadap wrc pada 11Septem- bangpol.
Keterlibatan TN! dalam peber 2001. Hampir setiap negara mempunyai intelijen, untuk
nanganan TindakTerorisme di

Oleh DINI DEW! HENIARTI
APAT Kerja Komisi I
DPR beberapa waktu
lalu diwamai kritikan
dari anggota dewan, yang ditujukan kepada Menko Polhukam dan Kapolri seputar penanganan teroris di Temanggung.
Operasi itu memakan waktu
hampir delapan belas jam, untuk melumpuhkan seorang Ibrohim dengan jumlah personel
ratusan, menggunakan born
daya ledak rendah, dan puluhan bahkan mungkin ratusan
muntahan peluru. Argumentasi dari kepolisian, tindakan tersebut dilakukan sangat hati-hati untuk mencegah korban lebih banyak. Namun, pertanyaannya, apakah tindakan itu tidak overcapacity dan menyalahi prinsip proporsionalitas,
bahkan tampak keraguan pada

target sasaran. Bandingkan dengan operasi penumpasan ternris pada peristiwa pembajakan
pesawat Woyla di Don Muang,
Thailand. Seluruh pintu pesawat didobrak tiga puluh prajurit Kopassandha. Mereka dapat
melumpuhkan tiga pembajak
dan dua luka parah, tetapi seluruh penumpang berhasil dibebaskan tanpa luka.
Penanganan terorisme sangat terkait pada informasi intelijen. Kelemahan strategi penanganan aksi teror di Indonesia, salah satunya diakibatkan
lemahnya kerja lembaga-Iembaga intelijen yang dimiliki
oleh negara. Tidak adanya sinergi yang kuat antara aktoraktor intelijen negara (BIN,
Polri, dan TNI). Pengumpulan,

Minggu
14

13

~

Indonesia, diatur berdasarkan
UU Nomor 34 Tahun 12004
tentang Tentara Nasionalyang

menjelaskan, tugas pokok TNI
dalam operasi militer, selain
perang salah satunya mengatasi aksi terorisme. N~~un,
diperlukan juga paket re~lasi
berupa UU dan peraturan pemerintah lainnya yang mengatur secara tegas danjel1Jsmengenaihakikat dan tujuanintelijen negara, ruang lingkup intelijen negara, tugas dan1!ingsi
serta wewenangintelijen negara, organisasidan prinsiplkerja
intelijen negara, pembiayaan
dan mekanisme pengawasan
terhadap kegiatan intelijen.
Untuk itu, TNI perlu !11engefektitkan kerja-kerja Hadan
Intelijen Strategisnya, 'untuk
melakukan tugas-tugas Kontra
intelijendan melakukantlperasi kontra terorisme dengan
menjalankan prinsip-prinsip
i1iformationoperation.lStruktur TNIyanglengkapdaJ;l.,
terIatih serta memiliki jaringan
hinggatingkat desa merupakan
potensi yang bisa diharapkan
untuk menanggulangi aksi teror di Indonesia. Selaln itu,
perlu dilakukan refung~onalisasi Badan Intelijen Stt,ategis

(BAIS) berkoordinasi d~ngan
badan-badan intelijen lainnya.
BAJSdan intelijen temnur sebaiknya digelar di daerah-daerah perbatasan guna mencegah
masuknya jaringan teroris intemasional ke dalam ne~eri.
Hallainnya adalah perlunya
segeramembuat UU Perbantuan, untuk memperjelasItapasitas dan tugas antara ~I dan
POLRI.Pertanyaanyang,paling
tepat bukanlah apakah.sudah

saatnyaTNIdilibatkandalam
- penanganan

terorisme (karena

TNI punya potensi untuk itu),
tetapi siapkah kita meldIrnkan
reformulasi norma-nOnDa substansial intelijen, melakukan
restrukturisasi badan-badan intelijen sehingga tercipta mekanisme koordinasi dan tata kerja organisasi masing-rnasing
institusi, serta melakukan reformasi kultur di mana semua
institusi intelijen mempunyai

sikap, pandangan, dan visi
yang sarna dalam keran~ negara demokrasi. ***

Penulis, kandidat j)oktor
[lmu Hukum Unpad, dosen
Fakultas Hukum dan Pascasaryana. Unisba.

Kliping

Humos

Unpod

2009