Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksplorasi Kualitas Tempe Kedelai Masa Frementasi Tiga Hari dan Empat Hari di Salatiga

EKSPLORASI KUALITAS TEMPE KEDELAI MASA
FERMENTASI TIGA HARI DAN EMPAT HARI DI SALATIGA
EXPLORATION OF SOYBEAN TEMPE ON THREE AND FOUR
DAYS FERMENTATION IN SALATIGA
Oleh,

Aditya Krisnha Permana
NIM : 652010706

TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains
(Kimia)

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2015


komponen
dalam
kedelai
dapat
menyebabkan terbentuknya rasa spesifik
setelah fermentasi (Kasmidjo, 1990).
Pada proses fermentasi , protein akan
dihidrolisis oleh enzim protease menjadi
peptida dan asam amino bebas (Astawan,
2008). Pada umumnya proses fermentasi
tempe adalah tiga hari, tetapi ada juga
yang masih berlangsung selama empat
hari. Dari studi lapangan pada perajin
tempe, di Salatiga. Fermentasi tempe ada

yang berlangsung tiga hari dan empat hari.
Oleh sebab itu maka pada penelitian ini,
sampel yang dipilih adalah tempe dengan
masa fermentasi tiga hari dan empat hari
Menurut Standar Nasional Indonesia

01-3144-1992, tempe kedelai adalah
produk makanan hasil fermentasi biji
kedelai oleh kapang tertentu, berbentuk
padatan kompak dan berbau khas serta
berwarna putih atau sedikit keabu-abuan.

Tabel 1. syarat mutu tempe kedelai menurut standar nasional Indonesia 01-3144-2009

No

Kriteriauji

Keadaan
1.1 Bau
1.2 Warna
1.3 Rasa
2
Kadar air (b/b)
3
Kadar abu (b/b)

4
Kadar lemak (b/b)
5
Kadar protein (Nx6,25) (b/b)
6
Kadar serat kasar (b/b)
7
Cemaranlogam
7.1 Kadnium (Cd)
7.2 Timbale (Pb)
7.3 Timah (Sn)
7.4 Merkuri (Hg)
8
Cemaran arsen (Sn)
9
Cemaran mikroba
9.1 Bakteri coliform
9.2 Salmonella sp
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (1992).


Satuan

Persyaratan

%
%
%
%
%

normal, khas
normal
normal
maks. 65
maks. 1,5
min. 10
min. 16
maks. 2,5

mg/kg

mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg

maks. 0,2
maks. 0,25
maks. 40
maks. 0,03
maks. 0,25

APM/g
-

maks. 10
negatif/25 g

1

Adapun tahap-tahap pembuatan tempe dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini.

Penyortiran
Pencucian
Perebusan I
Pengupasan Kulit
Perendaman
Perebusan II
Penirisan dan Pendinginan
Penginokulasian (Peragian)
Pembungkusan dan
Pemeraman (Fermentasi)

Proses penyortiran bertujuan untuk
memperoleh
produk
tempe
yang
berkualitas, yaitu memilih biji kedelai yang
bagus dan padat berisi. Biasanya di dalam
biji kedelai tercampur kotoran seperti pasir
atau biji yang keriput dan keropos.

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan
kotoran yang melekat maupun tercampur
di antara biji kedelai (Ali, 2008).
Perebusan
bertujuan
untuk
melunakkan biji kedelai dan memudahkan
dalam pengupasan kulit serta bertujuan
untuk menonaktifkan tripsin inhibitor yang
ada dalam biji kedelai. Selain itu perebusan
I ini bertujuan untuk mengurangi bau langu
dari kedelai dan dengan perebusan akan
membunuh
bakteri
yang
yang
kemungkinan
tumbuh
selama
perendaman. Perebusan dilakukan selama

30 menit atau ditandai dengan mudah
terkelupasnya kulit kedelai jika ditekan
dengan jari tangan (Ali, 2008).
Perendaman
bertujuan
untuk
melunakkan
biji
dan
mencegah
pertumbuhan bakteri pembusuk selama
fermentasi. Ketika perendaman, pada kulit

biji kedelai telah berlangsung proses
fermentasi oleh bakteri yang terdapat di air
terutama oleh bakteri asam laktat.
Perendaman juga bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada kepingkeping kedelai menyerap air sehingga
menjamin pertumbuhan kapang menjadi
optimum. Keadaan ini tidak mempengaruhi

pertumbuhan kapang tetapi mencegah
berkembangnya bakteri yang tidak
diinginkan.
Perendaman
ini
dapat
menggunakan air biasa yang dilakukan
selama 12-16 jam pada suhu kamar (250˚C Ali, 008 .
Karena adanya enzim pencernaan
yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka
protein, lemak, dan karbohidrat pada
tempe menjadi lebih mudah dicerna di
dalam tubuh dibandingkan yang terdapat
dalam kedelai. Proses fermentasi yang
terjadi pada tempe berfungsi untuk
mengubah
senyawa
makromolekul
komplek yang terdapat pada kedelai
(seperti protein, lemak, dan karbohidrat)

menjadi senyawa yang lebih sederhana

seperti peptida, asam amino, asam lemak
dan monosakarida (Sutomo, 2008).
Tujuan penelitian ini yaitu untuk
memperoleh data kadar protein, kadar
lemak, kadar air, kadar serat, kadar abu,
kadar karbohidrat tempe yang diolah di
Salatiga dengan masa fermentasi tiga hari
dan empat hari.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
di
Laboratorium Kimia Pangan Program Studi
Kimia Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
pada bulan Februari – Juli 2014.

Sampel
Bahan baku yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tempe-tempe hasil
industri rumah tangga di Salatiga.
Bahan Kimia
NaOH - Na2S2O3 ( 400 gram NaOH
ditambah 25 gram Na2S2O3 dan encerkan
sampai 1000 ml) , Boric Acid 4 % , N
Hexana , HgO , H2SO4 pekat , K2SO4 , HCl 0,1
N , Methyl red – methyl blue , Aquadest.
Piranti
Alat yang digunakan adalah oven ,
cawan, desikator, analitical balance, Muffle
Furnace, Soxhlet extractions apparatus,
rotary evaporator, kertas saring, labu
kjeldahl, alat destilasi, buret , philius.
PENGUJIAN KADAR AIR METODE OVEN (
AOAC, 1984)
Sampel dihaluskan
dan timbang
sebanyak 3 – 4 gram dan masukkan ke
dalam cawan. Masukkan ke dalam oven
dan lakukan pengeringan selama 16 – 18
jam pada suhu 102 – 108o C. Setelah
waktunya cukup pindahkan sample ke

dalam desikator, diamkan di dalam
desikator selama 15 menit dan lakukan
penimbangan. Perhitungan Kadar Air di
lakukan dengan rumus :

.
PENGUJIAN KADAR ABU ( AOAC, 1984)
Sampel dihaluskan
dan timbang
sebanyak 3 – 4 gram dan masukkan ke
dalam cawan. Masukkan ke dalam oven
dan lakukan pengeringan selama 3 -4 jam
pada suhu 100o C. Selanjutnya pindahkan
cawan ke dalam muffle furnace dan
panaskan pada suhu 550 o C selama 3 jam
dan pengabuan telah selesai ditandai
dengan warna abu putih atau abu – abu
Setelah suhu tanur turun (+ 100o C),
pindahkan cawan ke dalam desikator dan
biarkan selama kurang lebih 15 menit dan
selanjutnya lakukan penimbangan.
Kadar abu dihitung dengan menggunakan
rumus
.
PENGUJIAN KADAR LEMAK ( AOAC, 1984)
Sampel yang telah dihaluskan dan
kering ditimbang sebanyak 1 gram dan
masukkan ke dalam kertas saring.
Masukkan sampel ke dalam soxhlet
apparatus dan tambahkan N-hexane ke
dalam soxhlet tersebut dan lakukan
ekstraksi selama kurang lebih 4 jam.
Setelah ekstraksi selesai pindahkan ekstrak
minyak yang terkumpul ke dalam cawan
yang telah diketahui beratnya dan bilas
minyak yang tersisa di dalam labu dengan
hexane beberapa kali. Masukkan cawan ke
dalam oven suhu 100o C dan keringkan
selama kurang lebih 3 jam, lalu masukkan
ke dalam desikator dan lakukan
penimbangan. Kadar lemak dihitung
dengan menggunakan rumus :

.
PENGUJIAN KADAR PROTEIN ( AOAC,
1984)
Timbang sampel sebanyak + 1 gram,
HgO 0,35 gr, K2SO4 7 gram dan masukkan
ke dalam tabung distruksi dan selanjutnya
tambahkan H2SO4 pekat sebanyak 15 ml.
Lakukan distruksi dalam ruang asam pada
suhu 420o C selama 20 menit. Setelah hasil
distruksi dingin, lakukan distilasi dengan
cara tambahkan sampel hasil distruksi
dengan 50 ml aquadest, 70 ml NaOH Na2S2O3, dan pada erlemeyer diisi dengan
boric acid 4% sebanyak 25 ml. Lakukan
distilasi sampai distilat yang tertampung
sebanyak 75 ml titrasi larutan hasil distilasi
tersebut dengan HCl 0,1 N dan sebelumnya
tambahkan 3 tetes indicator Methyl red –
methyl blue. Kadar protein dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :

Keterangan: Besarnya f adalah 5,75.
KADAR KARBODIDRAT (Metode different
Andarwulan ,2011)
Perhitungan kadar karbohidrat pada
tempe
dapat
dihitung
dengan
menggunakan rumus dibawah ini:

larutan H2SO4 mendidih ( 1,25 gr H2SO4
pekat/100 ml = 0,255 N H2SO4) dan
tutuplah dengan pendingin balik, didihkan
selama 30 menit dengan kadangkala
digoyang-goyangkan.
Saring
suspensi
melalui kertas saring dan residu dari kertas
saring yang tertinggal dalam erlenmeyer
dicuci dengan aquades mendidih. Cucilah
residu dalam kertas saring sampai air
cucian tidak bersifat asam lagi (uji dengan
kertas
lakmus).
Pindahkan
secara
kuantitatif residu dari kertas saring ke
dalam erlenmeyer kembali dengan spatula,
dan sisanya dicuci dengan larutan NaOH
mendidih (1,25 g NaOH/100 ml = 0,313N
NaOH) sebanyak 200 ml sampai semua
residu masuk kedalam erlenmeyer.
Didihkan dengan pendingin balik sambil
kadangkala digoyang – goyangkan selama
30 menit. Saringlah melalui kertassaring
kering yang diketahui beratnya atau Krus
Gooch yang telah dipijarkan dan diketahui
beratnya, sambil dicuci dengan larutan
K2SO4 10%. Cuci lagi residu dengan aquades
mendidih dan kemudian dengan lebih
kurang 15 ml alkohol 95%. Keringkan
kertas saring atau krus dengan isinya pada
110 oC sampai berat konstan (1 – 2 jam),
dinginkan dalam desikator dan timbang.
Jangan lupa mengurangkan berat asbes,
kalau digunakan.

abu + % air +% lemak + % Protein)

Berat residu = berat serat kasar
KADAR SERAT KASAR (Sudarmadji, 1997)
Haluskan bahan sehingga dapat
melalui ayakan diameter 1mm dan
campurlah baik-baik. Kalau bahan tak
dapat dihaluskan, hancurkan sebaik
mungkin. Timbang 2 gr bahan kering dan
ekstraksi lemaknya dengan soxhlet.
Pindahkan bahan ke dalam Erlenmeyer 600
ml. Jika ada tambahankan 0,5 gr abses
yang telah dipijarkan dan 3 tetes zat anti
buih (antifoam agent). Tambahkan 200 ml

ANALISA DATA
Data yang diperoleh dari 5 perajin
tempe dengan 3 kali ulangan yang terdiri
dari kadar protein, kadar lemak, kadar air,
kadar abu, kadar karbohidrat dan kadar
serat. Data yang diperoleh di analisa
dengan statistika sederhana (diskriptif)

karbohidrat, kadar serat Dapat dilihat pada
tabel 2. dan tabel 3. dibawah ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian kadar air, kadar
abu, kadar protein, kadar lemak, kadar

Tabel 2. Data kadar air, kadar serat, kadar abu pada sampel tempe dengan masa inkubasi 3 hari dan 4
hari.

Sampel

Kadar Air (% ± SE)

Kadar Abu (% ± SE)

Kadar Serat (% ± SE)

3 hari

4 hari

3 hari

4 hari

3 hari

4 hari

1

67.81±0.31

67.68±0.41

0.84±0.03

0.78±0.03

2.42±0.02

2.38±0.00

2

68.90±0.32

68.82±0.35

0.78±0.01

0.76±0.01

2.38±0.01

2.31±0.05

3

65.45±0.32

65,14±0.42

0.92±0.02

0.88±0.01

2.39±0.03

2.34±0.06

4

65.55±0.31

65,11±0.47

0.88±0.02

0.83±0.04

2.47±0.02

2.39±0.05

5

67.05±0.32

66.85±0.37

0.74±0.05

0.69±0.03

2.41±0.08

2.40±0.08

Tabel 3. Data kadar karbohidrat, kadar protein, kadar lemak pada sampel tempe dengan masa inkubasi
3 hari dan 4 hari.

Sampel

Kadar Karbohidrat (% ± SE)

Kadar Protein (% ± SE)

Kadar Lemak (% ± SE)

3 hari

4 hari

3 hari

4 hari

3 hari

4 hari

1

14.73±0.22

15.40±0.09

13.91± 0.42

13.55±0.28

2.62±0.05

2.58±0.05

2

10.63±0.44

11.29±0.29

14.88± 0.41

14.43±0.24

4.81±0.10

4.71±0.19

3

12.44±0.32

13.36±0.52

16.17± 0.45

15.72±0.35

5.02±0.31

4.90±0.34

4

12.42±0.07

13.03±0.41

16.03± 0.40

15.69±0.34

5.12±0.29

5.34±0.10

5

11.54±0.61

12.33±089

15.26± 0.42

14.90±0.29

5.41±0.85

5.23±0.89

Dari hasil penelitian diatas akan dibandingkan dengan syarat mutu standar nasional
Indonesia 01-3144-2009 seperti dalam tabel 4. di bawah ini.

Tabel 4. Syarat mutu tempe kedelai menurut standar nasional Indonesia 01-3144-2009

No
1
1.1
1.2
1.3
2
3
4
5
6
7
7.1
7.2
7.3
7.4
8
9
9.1
9.2

Kriteriauji
Keadaan
Bau
Warna
Rasa
Kadar air (b/b)
Kadar abu (b/b)
Kadar lemak (b/b)
Kadar protein (Nx6,25) (b/b)
Kadar serat kasar (b/b)
Cemaranlogam
Kadnium (Cd)
Timbale (Pb)
Timah (Sn)
Merkuri (Hg)
Cemaran arsen (Sn)
Cemaran mikroba
Bakteri coliform
Salmonella sp

Kadar air sangat berpengaruh
terhadap mutu
suatu bahan pangan
karena dapat mempengaruhi citarasa,
tekstur dan aroma. Dalam pengolahan
bahan pangan air sering dikeluarkan atau
dikurangi dengan cara penguapan dan
pengentalan atau pengeringan dengan
tujuan agar bahan pangan lebih awet dan
tahan lama. Uji kadar air dilakukan dengan
metode pengeringan dalam oven dengan
suhu 100 oC, tempe dengan lama
fermentasi 3 hari dan 4 hari diperoleh hasil
yang tidak jauh beda. Jika dibandingkan
dengan standar nasional Indonesia 013144-2009 pada tabel 2 diatas hanya
sampel no. 3 dan 4 tempe masa inkubasi 3
hari dan 4 hari yang mendekati yaitu untuk
tempe masa inkubasi 3 hari 65.45±0.32%,
65.55 ± 0.31% dan 65,14 ± 0.42%,
65,11±0.47% untuk tempe masa inkubasi 4
hari dengan syarat maksimal 65 %.
Kadar abu adalah material yang
tertinggal bila bahan makanan dipijarkan
dan dibakar pada suhu sekitar 500o-800oC.
kadar abu yang terdapat dalam suatu
bahan menunjukkan adanya kandungan
mineral pada bahan tersebut, seperti
kandugan besi, kalsium dan tembaga.

Satuan

Persyaratan

%
%
%
%
%

normal, khas
normal
normal
maks. 65
maks. 1,5
min. 10
min. 16
maks. 2,5

mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg

maks. 0,2
maks. 0,25
maks. 40
maks. 0,03
maks. 0,25

APM/g
-

maks. 10
negatif/25 g

Kadar abu yang merupakan mineral secara
umum tidak akan terjadi perubahan
selama proses penyimpanan tempe,
namun dengan naiknya kadar air
menyebabkan terjadinya kenaikan berat
basah pada tempe, sehingga persentase
abu menurun (Mudambi dan Radjagopal,
1980). Kadar abu tempe dengan masa
inkubasi 3 hari dan 4 hari pada tabel 2
sudah sesuai dengan SNI 01-3144-2009.
Kadar protein pada proses fermentasi
kapang Rhizopus ologosporus mempunyai
peran penting dalam aspek gizi tempe
karena kapang ini lebih banak mensintesa
enzim protease daripada spesies kapang
yang lain (Purwaningsih, 2008). Dengan
adanya aktivitas enzim protease maka
protein dapat terurai menjadi komponen
penyusunnya berupa asam amino - asam
amino sehingga lebih mudah diserap oleh
tubuh. Suatu protein dapat dicerna
ditunjukkan oleh tingginya jumlah asamasam amino yang dapat diserap dan
digunakan oleh tubuh, sebaliknya suatu
protein sukar dicerna dapat ditunjukkan
oleh rendahnya jumlah asam-asam amino
yang dapat diserap tubuh kerena sebagian

besar dibuang oleh tubuh bersama tinja
(Muchtadi,
1992
dalam
Wardhani
dkk,2008). Dari hasil uji kadar protein
hanya sampel no.3 dan no.4 pada tabel 3
masa inkubasi 3 hari yang memenuhi SNI
01-3144-2009 yaitu 16.17±0.45% dan
16.03±0.45%.
Lemak merupakan sumber energi
yang efisien dan disimpan di dalam tubuh
secara langsung. Lemak selalu tercampur
dengan komponen-komponen lain didalam
makanan misalnya vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak yaitu A, D, E, K, sterol
misalnya zoosterol didalam lemak hewan
dan fitosterol didalam lemak sayuran,
forfolipid
yang
berperan
sebagai
pengemulsi,
dengan
protein
yaitu
lipoprotein atau dengan karbohidrat yaitu
glikolid (winarno, 1980). Kapang lebih
mudah menggunakan lemak sebagai
sumber energi daripada karbohidrat
sehingga
menyebabkan
penurunan
kandungan lemak tempe selama proses
fermentasi (Wang et al. 1968). Dari hasil uji
kadar lemak lama fermentasi 3 hari dan 4
hari, pada tabel 3 jika dibandingkan dengan
SNI 01-3144-2009 kelima sampel tidak
memenuhi standar yaitu minimum 10%.
Karbohidrat merupakan senyawa hasil
fiksasi CO2 oleh tanaman dan tersimpan
dalam
berbagai
bentuk
yaitu
monosakarida, disakarida dan polisakarida.
Pada kedelai, karbohidrat terdiri dari gula
terlarut dan polisakarida tak larut (Liu,
1997). Karbohidrat yang dikelompokkan
dalam gula adalah monosakarida dan
disakarida, sedangkan polisakarida adalah
karbohidrat non gula (Gaman dan
Sherrington, 1992). Kadar karbohidrat
untuk kelima sampel dengan masa inkubasi
3 hari dan 4 hari diperoleh data yang tidak
menunjukkan perbedaan yagn begitu jauh.
Kadar karbohidrat tidak bisa dibandingkan
dengan SNI 01-3144-2009 karena tidak
adanya standar mutu yang ditetapkan.
Serat kasar adalah bagian dari pangan
yang tidak dapat dihidrolisis oleh asam

atau basa kuat, serat kasar adalah serat
tumbuhan yang tidak larut dalam air. Serat
adalah zat non gizi yang berperan mengikat
air, selulosa dan pectin. Istilah dari serat
makanan (dietary fiber) harus dibedakan
dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang
biasa digunakan dalam analisa proksimat
bahan makanan. Kadar serat untuk kelima
sampel lama fermentasi 3 hari dan 4 hari
pada tabel 3 tidak ada perbedaan yang
signifikan dan sesuai dengan SNI 01-31442009 yaitu maksimal 2,5%.
Kesimpulan
1. Kadungan gizi tempe lama fermentasi
3 hari dan 4 hari pada tabel 2 untuk
kadar air melebihi SNI 01-3144-2009
yaitu maksimal 65%, kadar abu pada
tabel 2 sudah sesuai dengan SNI 013144-2009 yaitu maks. 1,5%, dan pada
tabel 3 kadar lemak tidak sesuai
dengan SNI 01-3144-2009 yaitu min.
10%, kadar protein pada tabel 3 hanya
sampel no.3 dan no.4 lama fermentasi
3 hari yang sesuai dengan SNI 01-31442009 yaitu min.16%, sedangkan untuk
kadar karbohidrat tidak ada standar
mutu dari SNI, untuk kadar serat pada
tabel 2 sudah sesai dengan SNI 013144-2009 yaitu maks. 2,5%.
Saran
1. Menentukan acuan atau standart
kadar karbohidrat untuk berbagai
macam lama fermentasi (2 hari, 3 hari,
4 hari dst) sampai terjadinya tempe
busuk (yang masih dipakai untuk bahan
pangan)
DAFTAR PUSTAKA
AOAC, 1984. Official Methods of Analysis.
Association of Official. Agricultural
Chemists. Washington DC. 1141 hal.
Ali, I., 2008. Buat Tempe Yuuuuk.
http://iqbalali.com/2008/05/07/bu
at-tempe-yuuuuk/.
Andarwulan, N.F. Kusnandar, D. Herawati,
2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat,
Jakarta

Astawan, M., 2008. Sehat Dengan
Tempe.Panduan Lengkap Menjaga
Kesehatan dengan Tempe. PT Dian
Rakyat, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Standar
Mutu Tempe Kedelai SNI 01-3144-1992.
Gaman, P.M. and K.B. Sherrington. 1992.
Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan
Nutrisi dan Mikrobiologi Penerjemah:
Murdijati G., S. Naruki, Agnes M. dan
Sarjono. Yogyakarta: UGM Press.
Kasmidjo, R.B., 1990. TEMPE : Mikrobiologi
dan
Kimia
Pengolahan
serta
Pemanfaatannya. PAU Pangan dan
Gizi UGM, Yogyakarta.
Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan. UI
Press, Jakarta.
Liu, K.S. 1997. Soybean: Chemistry,
Technologi and Utilization. New York:
Chapman and Hall.
Mudambi,S.R. and M.V Rajagopal. 1980.
Fundamental of food and nutrition.
New Delhi: Wiley Eastrn Limited

Purwaningsih, N. E. 2008. Pengaruh
Komposisi Bahan Baku dan Bahan
Pembungkus Terhadap mutu Tempe
Kacang. Teknologi dan Kejuruan, Vol.
31, No. 1, februari 2008: 87-97
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi.
1997. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian, Edisi
Keempat. Yogyakarta : Liberty.
Sutomo, B., 2008. Cegah Anemia dengan
Tempe.
http://myhobbyblogs.
com/food/files/2008/06/.
Wang, Hwa L., Doris I. Ruttle, and C. W.
Haselltine. 1968. Protein Quality of
Wheat and Soybeans After Rhizopus
oligosporus
Fermentation.
The
Journal of Nutririon, 96: 109-114
Wardhani, Agustin K., Pratidina Andayani,
dan Erni Sofia Murtini. 2008. Isolasi
dan Identifikasi Mikrob dari Tempe
Sorgum coklat (Sorghum bicolar)
serta
Potensinya
dalam
Mendegradasi Pati dan Protein.
Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 9,
No.2 (Agustus 2008) 95-105.