MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN MUTU PENDIDIKAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA : Studi Kasus di Lembaga Pendidikan Bahasa Asing, LIA, MMC, ELS dan Cinderella di Bandung Tahun 2002 - 2003.
HO 4£? - Zi26'
MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN MUTU
PENDIDIKAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA
(Studi Kasus di Lembaga Pendidikan Bahasa Asing,
LIA, MMC, ELS dan Cinderella di Bandung Tahun 2002 - 2003)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
pada Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh :
Rachman Firdau
019531
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2004
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
(Prof. Dr. Mohammad Fakry Gaffar, M.Ed)
Pembimbing II
(Prof. Dr. Mohammad Idochi Anwar, M.Pd)
Disetujui dan disahkan oleh
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
(Prof. Dr
Syamsuddin M, M.A)
ABSTRAK
Manajemen Pembiayaan Pendidikan dan mutu Pendidikan pada Lembaga
Pendidikan Swasta (Studi Kasus di Lembaga Pendidikan Bahasa Asing, LIA,
MMC, ELS dan Cinderella di Bandung Tahun 2002 - 2003) Oleh : Rachman
Firdaus, Tesis S2 PPS UPI Bandung, 2004.
Pendidikan
di
Indonesia
diselenggarakan
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagai investasi baik bagi individu
maupun masyarakat.
Pembiayaan pendidikan pada Lembaga Pendidikan Swasta, seluruhnya
bersumber dari dana masyarakat, sehingga permasalahan penelitian adalah bagaimana
Lembaga Pendidikan Swasta dapat dimenej secara tepat arah dalam hal
mengembangkan mutu, relevansi, efisiensi dan efektivitasnya sehingga dapat
menjadikan dirinya sebagai alternatif pendidikan bagi masyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang upaya-
upaya strategis Lembaga Pendidikan Swasta dalam menghimpun sumber-sumber
dana untuk membiayai pendidikan, dan informasi mengenai pengelolaan sumber
dana pada Lembaga Pendidikan Swasta, terfokus pada Empat Lembaga Pendidikan
Kursus Bahasa Asing di Bandung.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metoda
deskriptif dan
pendekatan kualitatif. Pengumpulkan data dilakukan melalui teknik observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Lokasi penelitian di Bandung, data diperoleh
dari Ketua, Pembantu Ketua dan Staf. Hasil temuan penelitian antara lain:
Pertama, proses penyusunan pembiayaan pendidikan secara
umum
mempertimbangkan komponen-komponen mandat lembaga, tuntutan stakeholders,
dan tuntutan pesaing. Kedua, upaya strategis dalam menggali sumber-sumber
dana
dari masyarakat ditempuh melalui dua pendekatan strategis yaitu
pendekatan eksternal dan pendekatan internal. Ketiga, proses pengawasan kinerja
Lembaga dilaksanakan berkaitan dengan akuntabilitas terhadap mutu pendidikan,
dengan cara evaluasi dan analisis. Keempat, mutu pendidikan menunjukkan
keterkaitan yang erat dengan ketersediaan dana. Sistem pembiayaan yang efektif
efisien dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu dan menjamin kelangsungan
hidup Lembaga Pendidikan.
Kesimpulan dan Rekomendasi penelitian ini adalah: Sistem pengelolaan dan
manajemen penggalian dana pembiayaan pendidikan supaya difokuskan pada
upaya diversifikasi pendapatan melalui strategi kemitraan, baik berupa kerjasama
kooperatif maupun joint ventures. Sistem pengawasan internal dan eksternal untuk
menghindari adanya over interest dari pihak luar. Peningkatan mutu pendidikan
diupayakan dengan mengutamakan pengalokasian dana pada komponen yang
langsuna menyentuh kebutuhan proses belajar mengajar. Fungsi manajer yang
berkaitan dengan Enabling, Fasilitating, Consulting, Collaborating, Mentoring, dan
supporting supaya ditingkatkan.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH
PERNYATAAN
ABSTRAK
Ill
KATA PENGANTAR
IV
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian
14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
13
D. Kerangka Berpikir Penelitian
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Biaya Pendidikan dalam Konteks Administrasi Pendidikan
20
1. Konsep Administrasi Pendidikan
20
2. Konsep Biaya Pendidikan
24
B. Konsep Manajemen Pembiayaan Pendidikan
1. Manajemen Strategis
33
33
2. Analisis SWOT
36
3. Proses Manajemen Biaya Pendidikan
39
C. Konsep Lembaga Pendidikan Swasta dan Mutu Pendidikan
1. Lembaga Pendidikan Swasta
2. Mutu Pendidikan
47
•
47
54
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
73
B. Tahap-tahap Penelitian
75
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
75
D. Teknik Pengumpulan Data
76
E. Teknik Analisis Data
79
F. Validasi Temuan Penelitian
81
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian
1. Proses Perencanaan Anggaran
85
94
1.1 Mandat Lembaga Pendidikan
96
1.2 Tuntutan Stakeholders Internal dan Eksternal
97
1.3 Tuntutan Pesaing dan Visi Lembaga
98
2. Sumber Biaya dan Cara Penarikannya
106
2.1 Sumber Dominan Biaya
106
2.2 Sumber Biaya
108
3. Jenis Kegiatan yang Dibiayai
110
3.1 Kegiatan Belajar Mengajar
110
3.2 Biaya Pembangunan
111
4. Pengawasan dan Evaluasi Pendayagunaan Biaya
113
4.1 Kegiatan Pemeriksaan
113
4.2 Kegiatan Pelaporan Keuangan
116
B. Analisis Temuan Penelitian
117
C. Mutu Pendidikan Lembaga
119
1. Layanan Administrasi
119
2. Layanan Proses Pembelajaran
122
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
129
B. Implikasi
131
C. Rekomendasi
132
DAFTAR KEPUSTAKAAN
134
LAMPIRAN
137
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan di Empat Lembaga Pendidikan
Tabel 4.1
Rata-rata Biaya Total Pendidikan di Empat Lembaga
Pendidikan (2001-2003)
Tabel 4.2
102
Rata-rata Biaya Per-peserta Pendidikan di Empat Lembaga
Pendidikan (2001-2003)
Tabel 4.3
12
102
Rata-rata Biaya Langsung dan Biaya Penunjang Pendidikan
di Empat Lembaga Pendidikan (2001-2003)
104
Tabel 4.4 Kategori Program dan Biaya Kursus Bahasa Inggris di LIA
106
Tabel 4.5 Kategori Program dan Biaya Kursus Bahasa Inggris di MMC
106
Tabel 4.6 Kategori Program dan Biaya Kursus Bahasa Inggris di ELS
107
Tabel 4.7 Kategori Program dan Biaya Kursus Bahasa Inggris di
CINDERELLA
107
Tabel 4.8 Pengorganisasian Pokok Bahasan oleh Tenaga Pengajar di
Empat Lembaga Pendidikan
Tabel 4.9 Komunikasi Efektif oleh Tenaga Pengajar Lembaga Pendidikan
122
123
Tabel 4.10 Sikap Positif pada Siswa oleh Tenaga Pengajar Lembaga
Pendidikan
124
Tabel 4.11 Keadilan dalam penilaian oleh Tenaga Pengajar Lembaga
Pendidikan
125
Tabel 4.12 Fleksibilitas Pendekatan Mengajar Tenaga pengajar Lembaga
Pendidikan
Tabel 4.13 Rata-rata Prosentase Kelulusan di Empat Lembaga Pendidikan
126
127
Tabel 4.14 Jumlah dan Penyebaran Lembaga Kursus di Kota Bandung
Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2002
128
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
19
Gambar 2. Keterkaitan antara Biaya Pendidikan dengan Visi, Misi
dan Strategi Pendidikan
Gambar 4.1 Tahap Penyusunan RPP dan RAPB Lembaga
32
96
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia memiliki tujuan sesuai dengan jenis dan
jenjangnya masing-masing. Pendidikan tersebut diselenggarakan sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia bangsa Indonesia.
Pendidikan merupakan sarana strategis dalam meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia baik dalam pembangunan suatu bangsa maupun dalam
tatanan global. Sumberdaya manusia, seperti diungkapkan oleh Harbison
(dalam Johns dkk, 1983), membangun dasar untuk kekayaan suatu bangsa,
sedangkan sumber-sumber modal dan materi merupakan faktor-faktor
produksi yang pasif yang hanya dapat diaktifkan oleh sumberdaya manusia.
Jadi, pada dasarnya pendidikan itu dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia di setiap bangsa, terutama memasuki era
perdagangan bebas mulai tahun 2003 (AFTA) dan tahun 2020 (APEC).
Tujuan pendidikan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan
keterampilan agar menghasilkan lulusan yang mampu menghadapi
kehidupan yang makin kompetitif. Pendidikan adalah investasi bukan hanya
bagi individu tetapi juga bagi masyarakat. Pendidikan memberikan kontribusi
yang substansial terhadap kehidupan yang lebih baik (Jones.(1985)).
Oieh karena itu, penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung
jawab semua pihak, dalam arti bahwa penyelenggaraan pendidikan
memerlukan dukungan berbagai pihak agar dapat berjalan sesuai yang
diharapkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan
pendidikan adalah pembiayaan. Pendidikan yang bernilai strategis itu tidak
akan berjalan tanpa dukungan biaya yang memadai.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi, tidak ada kegiatan pendidikan
tanpa biaya. Biaya itu diperlukan untuk memenuhi beragam kebutuhan yang
berkenaan dengan kelangsungan proses pendidikan. Bray and Thomas
(1998) mengungkapkan bahwa pembiayaan pendidikan menyangkut sumbersumber biaya baik dari pemerintah maupun dari masyarakat, dan alokasi
belanja untuk proses pengajaran, termasuk pengeluaran sekolah untuk gaji
dan berbagai pelayanan di setiap jenis sekolah. Dengan kata lain,
pembiayaan pendidikan menyangkut sumber-sumber dan alokasi dana untuk
penyelenggaraan pendidikan.
Bagi sekolah negeri di Indonesia sumber dana sekolah terbagi menjadi
dua, yaitu : (a) dari pemerintah yang terdiri atas dana rutin, yaitu gaji
serta biaya operasional sekolah dan perawatan fasilitas; dan (b) dana dari
masyarakat yang berasal dari orang tua siswa maupun sumbangan dari
masyarakat luas/dunia usaha. Penyelenggaraan pendidikan dalam
operasionalnya
tidak dapat dipisahkan dari berbagai aspek
yang
menunjang keberhasilan tujuan pendidikan, yakni pengelolaan sumber sumber daya yang ada baik di dalam maupun di luar lembaga. Salah satu
aspek tersebut, berkenaan dengan pembiayaan yang harus dipenuhi untuk
memenuhi kebutuhan.
Lembaga pendidikan wajib untuk menunjang penyediaan sarana dan
prasarana seperti tanah, bangunan, laboratorium, modal, alat perlengkapan
operasional
pengajaran,
pelayanan
administrasi
dan
beasiswa.
Penyelenggaraan pendidikan sangat dipengaruhi faktor-faktor internal dan
eksternal. (Bowen.(1981)).
Dalam hubungannya dengan pembiayaan pendidikan, Roel (1983)
memberikan penjelasan berikut ini. Investasi didefinisikan sebagai
pengadaan biaya untuk tujuan penambahan modal. Oleh karena itu belanja
untuk pendidikan merupakan investasi untuk tujuan menambah modal
manusia yang berpendidikan. Apabila orang menabung, berarti mereka
menahan diri dalam menggunakan pendapatan yang menambah modal.
Lebih lanjut Roel menguraikan bahwa pengukuran atas manfaat pendidikan
terkait dengan aspek-aspek : (a) peningkatan produksi melalui peningkatan
kapasitas kekuatan pekerja; (b) peningkatan efisiensi dengan cara
mengurangi biaya dalam menyediakan dan mengeluarkan sumber-sumber
untuk pencapaian produktif; dan (c) peningkatan kesadaran sosial
masyarakat supaya standar kehidupan meningkat.
Sejalan dengan pandangan Roel, terdapat empat pendekatan yang
dapat digunakan untuk mengukur manfaat pendidikan,
yaitu sebagai
berikut:
(1)
Pendekatan analisis hubungan. Membandingkan tingkat pencapaian
pendidikan dengan indikator sosioekonomi lain.
(2)
Pendekatan
Residu.
Porsi
pertumbuhan
ekonomi
diukur
oleh
peningkatan pendapatan nasional yang tidak dapat dijelaskan oleh
peningkatan produksi tanah, pekerja, dan modal.
(3)
Pendekatan Nilai Tunai {Cash
Value Approach). Menghubungkan
pendapatan dengan tingkat individu. Individu dengan pendidikan yang
lebih tinggi akan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi pula.
(4)
Pendekatan Biaya-Manfaat {Cost-BenefitApproach). Menghubungkan
biaya
pendidikan dengan
manfaat yang
diraih
dan
menghitung
nilai kembalian atau perbandingan antara biaya manfaat. Manfaat dari
pendidikan dapat yang bersifat moneter atau nonmoneter dan
individual atau sosial. Kembalian moneter dapat diukur dengan
kajian cost-benefit
Berbicara
mengenai
dinamika
pendidikan, seyogianya
memperhatikan beragam kecenderungan. Pertama, kecenderungan dalam
jumlah pembiayaan sekolah publik / negeri. Istilah jumlah pembiayaan
sekolah yang digunakan ini termasuk pembiayaan untuk belanja saat ini,
pengeluaran modal, dan bunga utang tetapi tidak termasuk pembayaran
untuk
melunasi
utang
pokok. Kedua,
kecenderungan
dalam
penggajian staf pengajar. Ketiga, kecenderungan dalam pembiayaan
dan penerimaan pendapatan. Jumlah pembiayaan yang cenderung
meningkat memerlukan upaya untuk mengimbangi dengan penerimaan
pendapatan. Keempat, kembalian dari pembiayaan pendidikan yang
meningkat. Program pendidikan khusus mencapai dua sampai lima kali lipat
biaya untuk siswa-siswa pendidikan umum.
Terdapat sejumlah faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhi
tuntutan pendidikan. Dari perspektif masa depan, faktor sosial dan ekonomi
yang dimaksud terkait dengan aspek-aspek berikut ini. Pertama, pengaruh
peningkatan jumlah GNP keseluruhan dan perkapita telah meningkat.
Pertumbuhan produk nasional ini meningkatkan tingkat kehidupan, yang
menciptakan permintaan konsumen untuk semua jenis barang dan
layanan yang
lebih
banyak dan lebih baik dari pemerintah maupun
swasta. Kedua, pengaruh dari perubahan dalam pola keahlian dan
kemampuan. Pola keahlian dan kemampuan dari penduduk yang bekerja
berubah sangat cepat. Perubahan dalam pola keahlian dari penekanan
pada pekerja biasa kepada penekanan model - model keahlian dan
kemampuan menuntut pendidikan yang lebih untuk memenuhi permintaan.
Ketiga, perubahan peran pemerintah dalam kehidupan kita menuntut
peningkatan tingkat pendidikan warga negara secara konstan. Banyak
keputusan
yang
dahulu
dibuat dalam
tuntutan
pasar
sekarang
ditentukan oleh tindakan politik. Negara-negara yang kurang mampu di
dunia ini dan kelompok-kelompok yang kurang mampu di semua bangsa
terus berjuang untuk meningkatkan mereka supaya dapat bertahan. Untuk
itu, persamaan kesempatan pendidikan pada semua bangsa harus menjadi
perhatian semua.
Faktor internal dan eksternal merupakan potensi sumber daya, yang
dijadikan kekuatan dari terselenggaranya pendidikan yang harus dikelola
secara optimal. Faktor internal berkaitan dengan, manajemen sumber daya
menusia, sumber dana, sarana dan prasarana. Adapun faktor eksternal
berkenaan
dengan
perekonomian,
masyarakat
sosial budaya,
konsumen,
politik
dan
kebijakan
pemerintah,
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kedua faktor tersebut, saling berinteraksi dan
saling mempengaruhi satu sama lain, teristimewa berkenaan dengan rasa
tanggung jawab penyelenggara pendidikan. Orang tua siswa sebagai
elemen masyarakat mempunyai tanggung jawab terhadap kelangsungan
pendidikan melalui kontribusinya.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan di suatu negara memiliki prioritas
yang berbeda sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan.
Sebagai contoh, pendidikan di Indonesia saat ini sedang memprioritaskan
pendidikan dasar. Setelah berhasil melaksanakan program wajib belajar
enam tahun, selanjutnya dilaksanakan pula program wajib belajar
sembilan tahun agar semua warga negara Indonesia berpendidikan
sekurang-kurangnya tingkat SLTP. Sementara di negara maju tekanan
mengutamakan pendidikan bisnis. Perbedaan ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan pendidikan di suatu negara sangat dipengaruhi oleh kondisi
politik, ekonomi dan sosial budayanya. Di Indonesia krisis ekonomi sangat
berpengaruh terhadap pendidikan. Oleh karena itu, strategi pokok
pembangunan pendidikan nasional jangka menengah (lima tahun
mendatang) seperti dikemukakan oleh Jalal dkk (2001) diorientasikan kepada
upaya-upaya :
(a) mengatasi dampak krisis ekonomi terhadap bidang pendidikan
dengan tujuan untuk mencegah peserta didik agar tidak putus sekolah,
mempertahankan
kelangsungan
layanan
pendidikan,
dan
mempertahankan mutu pendidikan agar tidak semakin menurun; (b)
melakukan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu dengan fokus wajib belajar pendidikan dasar
sembilan tahun; (c) meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan yang
mampu menghadapi tuntutan yang berkembang; (d) mengembangkan
sistem dan manajemen pendidikan yang mendukung pelaksanaan
otonomi daerah, manajemen berbasis sekolah, efesiensi, dan
akuntabilitas; dan (e) memberdayakan kelembagaan pendidikan yang
produktif dan kondusif sebagai pusat pembelajaran, pendidikan dan
pembudayaan.
Kondisi empirik menunjukkan bahwa penerimaan dana pendidikan
sesungguhnya belum dapat memenuhi tuntutan operasional secara ideal. Hal
itu disebabkan oleh berbagai hal yang mempengaruhi penyediaan dana
pendidikan seperti, terbatasnya dana pemerintah, kebijakan pajak
pendidikan belum ditetapkan, kemampuan masyarakat khususnya orang
tua masih
bervariasi
pendapatannya
dibandingkan pengeluaran yang
harus ditanggulanginya, demikian pula pihak swasta masih belum
mempunyai kepedulian terhadap sumbangan finansial penyelenggaraan
pendidikan.
Memperhatikan hal tersebut, dalam proses pendidikan dan peningkatan
keterampilan serta keahlian masyarakat, tidak hanya ditempuh melalui
pendidikan formal saja, tetapi juga melalui pendidikan non formal seperti
v^rtiXOft
Pendidikan luar sekolah bisa diikuti oleh siapapun baik pelajar,
mahasiswa, kar/awan ataupun masyarakat lain. Pendidikan luar sekolah
sangat dibutuhkan oleh masyarakat guna meningkatkan keahlian dan
keterampilan maupun sebagai pelengkap pengetahuan yang sudah didapat
dari pendidikan formal baik pendidikan dasar, menengah sampai perguruan
tinggi.
Pendidikan non formal seperti lembaga-lembaga kursus mempunyai
banyak variabel, misalnya bidang bahasa asing, komputer dan bermacammacam keterampilan praktis dengan bermacam manfaat yang bisa didapat,
diantaranya mendidik peserta untuk lebih memfokuskan keahlian dan
keterampilan pada bidang tertentu, biaya yang terjangkau, sistem
pembelajaran yang praktis, dalam arti lebih fokus dan tidak sekedar teori,
karena biasanya tenaga pengajar berasal dari praktisi yang sudah
berpengalaman.
Pendidikan non formal sangat membantu masyarakat peserta didik
untuk langsung mendapatkan pekerjaan bahkan untuk berwiraswasta,
tergantung inisiatif dari pihak manajemen lembaga, dalam mengelola
lembaganya yang berhubungan dengan materi, kurkulum, pengajar dan
kualitas lulusannya.
Di kota Bandung terdapat beragam lembaga pendidikan non formal
yang bertujuan menyediakan layanan pendidikan dengan bobot keterampilan
praktis yang lebih besar bagi masyarakat atau peserta didik yang
memerlukannya.
Diantara lembaga-lembaga kursus seperti Lembaga Indonesia Amerika
(LIA); Mulya Mitra College (MMC); ELS Language Centers; dan Cinderella
English School for Children.
Sedangkan secara garis besar profil keempat lembaga tersebut dapat
penulis uraikan sebagai berikut:
Lembaga-lembaga kursus di wilayah kota Bandung sampai dengan
tahun 2002 berjumlah 213 buah yang tersebar di 25 wilayah. Dari jumlah
tersebut, yang masih aktif sebanyak 128 lembaga. Atau, terdapat penurunan
sebesar 40%.
Surutnya jumlah Lembaga Kursus dalam kurun waktu dua tahun
tersebut, menurut penjelasan pihak penyelenggara antara lain disebabkan
oleh faktor-faktor seperti lokasi, fasilitas, manajemen, promosi, pendanaan,
dan sumberdaya manusia. Faktor-faktor itu saling terkait antara satu dengan
lainnya.
Selanjutnya, untuk keperluan penelitian ini penulis akan memusatkan
perhatian kepada empat lembaga kursus sebagai sampel, yaitu Lembaga
Indonesia Amerika (LIA); Mulya Mitra Colledge (MMC); ELS Language
Centers; dan CINDERELLA English School for Children. Lembaga Indonesia
10
(LIA) didirikan pada tahun 1990, beralamat di Jl. Guntursari Wetan
NcTl.2 Bandung. Lembaga ini dipimpin oleh Drs. Shofwan Azhar, M.Sc,
dengan pelayanan pendidikan berupa kursus Bahasa Inggris. Kategori kursus
yang disediakan terdiri atas English for Children, First Step to Communicating
in English, General English, dan program khusus berupa Conversation Class.
Rata-rata siswa LIA per-termin (lama belajar 3 bulan) berjumlah 1300
orang per-termin. General English memiliki siswa terbanyak. LIA
menyediakan sembilan kelas ber-AC yang digunakan secara bergilir selama
enam hari belajar, sejak pukul 07.30 sampai dengan pukul 21.00. Kegiatan
kursus tesebut dilayani oleh 23 orang pengajar dan 18 staf non-pengajar.
Selain memperoleh bahan-bahan belajar, siswa LIA juga mendapatkan
majalah berbahasa Inggris dan jaminan asuransi.
Mulya Mitra College (MMC) merupakan lembaga pendidikan kursus
bahasa Inggris yang beralamat di Jl. Buahbatu No. 189 Bandung. Lembaga
kursus yang dipimpin oleh Dra. Ella Rahmalia ini didirikan tahun 1998,
didukung oleh sepuluh tenaga pengajar dan lima staf non-pengajar. Program
yang disediakan berupa English for Children, Teenagers Class, Adult Class,
Conversation, Bussines Communication, Saturday Class {all levels), Super
IntensiveTOZFL, Intensive TOEFL, GMAT, IELT, dan Academic Study Skills.
Fasilitas kursus berupa laboratorium bahasa, laboratorium komputer,
perpustakaan, audio visual, bahan-bahan kursus, dan kelas ber-AC. Jumlah
11
siswa perbulan rata-rata 150 orang, kebanyakan memilih English for Children
dan General English.
ELS Language Centers dipimpin oleh Dra. Una Yulfauzia. Didirikan pada
tahun 1990, beralamat di Jl. Teuku Umar No. 5 Bandung. Bidang pendidikan
yang diberikan adalah bahasa Inggris, yang diasuh oleh 12 pengajar dan 10
tenaga non-pengajar. Lembaga ini menyediakan fasilitas berupa laboratorium
multimedia dan laboratorium komputer, di samping bahan-bahan tertulis
kursus. Program-program yang diberikan meliputi Smart TOEFL (reguler dan
intensif), Smart GMAT,
Professional Bussines, New Dynamic English,
Quick.Com, dan Junior. Rata-rata jumlah peserta perbulan 70 orang, dengan
jumlah terbanyak pada program Quick.Com.
CINDERELLA english school for children didirikan pada tahun 1984,
beralamat di Jl. Buah Batu No. 51 Bandung. Lembaga ini dipimpin oleh H.
Sudihardjo dengan pelayanan pendidikan berupa kursus Bahasa Inggris
untuk anak-anak. Kategori kursus yang disediakan terdiri atas Kelas Kanak-
Kanak (CINDERELLA Infant Group) khusus untuk anak-anak usia TK s/d
kelas II SD (usia 5 tahun s/d 7 tahun), Kelas CINDERELLA A (CAl sampai
CA6) dan Kelas CINDERELLA B (CB1 sampai CB6), CA dan CB untuk anakanak berusia 7 s/d 15 tahun setinggi-tingginya kelas IIISLTP.
Rata-rata siswa CINDERELLA per-bulan berjumlah 50 orang. Kelas CAl
dan Infant memiliki siswa terbanyak. CINDERELLA menyediakan delapan
kelas yang digunakan sebagai fasilitas kelas. Kegiatan kursus tesebut dilayani
12
oleh 11 orang pengajar dan 15 staf non-pengajar. Selain memperoleh
bahan-bahan belajar, fasilitas lainnya adalah laboratorium bahasa dan audio
video.
Adapun perkembangan kondisi finansial dan rata-rata jumlah siswa
pada keempat lembaga pendidikan tersebut, dapat penulis perinci dalam
tabel 1.1.
Tabel 1.1
Perkembangan Penerimaan Dana Pendidikan
di Empat Lembaga Pendidikan (2001-2003)
LIA
Lembaga
Rata-rata Biaya
Rata-rata
/ Tahun
Kursus
Jumlah Siswa/BI
Jumlah Penerimaan
Jumlah Penerimaan
per Bulan
per Tahun
2001
470,000
350
164,500,000
1,974,000,000
2002
480,000
400
192,000,000
2,304,000,000
2003
500,000
433
216,500,000
2,598,000,000
MMC
Lembaga
/ Tahun
Rata-rata Biaya
Rata-rata
Jumlah Penerimaan
Jumlah Penerimaan
Kursus
Jumlah Siswa/BI
per Bulan
per Tahun
2001
450,000
100
45,000,000
540,000,000
2002
520,000
120
62,400,000
748,800,-000
2003
540,000
150
81,000,000
972,000,000
ELS
Lembaga
Rata-rata Biaya
Rata-rata
/ Tahun
Kursus
Jumlah Siswa/BI
Jumlah Penerimaan
Jumlah Penerimaan
per Bulan
perTahun
2001
450,000
50
22,500,000
270,000,000
2002
480,000
60
28,800,000
345,600,000
2003
550,000
70
38,500,000
462,000,000
CINDERELLA
Lembaga /
Rata-rata Biaya
Rata-rata
Jumlah Penerimaan
Jumlah Penerimaan
Tahun
Kursus
Jumlah Siswa/BI
per Bulan
perTahun
168,000,000
2001
400,000
35
14,000,000
2002
450,000
40:
18,000,000
216,000,000
2003
550,000
50
27,500,000
330,000,000
Sumber: Dokumentasi Lembaga Pendidikan, diolah dengan asumsi-asumsi penulis.
13
Selain data sebagaimana tersaji dalam tabel tersebut, dapat pula penulis
jelaskan bahwa proses pembelajaran pada empat lembaga itu memiliki
tingkat kelebihan tesendiri. Dari segi fasilitas belajar mengajar diantaranya
penataan ruang belajar yang nyaman dengan ruangan ber-AC, adanya
perpustakaan bahasa, lab bahasa (video dan audio visual, lab. Multimedia
(komputer),
buku
panduan
belajar
(modul),
staf
pengajar
yang
berpengalaman, dan beberapa lembaga yang penulis teliti menggunakan
pengajar dari luar/native speaker untuk kelas yang sudah level tinggi,
penerapan
sistem
belajar
yang
menyenangkan,
misalnya
belajar
menggunakan komputer dengan CD interaktif, permaianan game untuk
bahasa dan Iain-Iain.
Output lulusan di setiap lembaga yang penulis teliti pada umumnya
dikelompokkan pada 3 tingkat yaitu tingkat dasar (elementary), tingkat
menengah (intermediate) dan tingkat lanjut (advance). Pada tingkat dasar
diharapkan peserta sudah menguasai percakapan sehari-hari, sedangkan
tingkat menengah diharapkan peserta bisa menguasai percakapan bidang
bisnis yang sederhana dan menguasai writing, adapun untuk tingkat lanjut
peserta
harus
sudah
bisa menguasai
percakapan
yang
lebih luas
wawasannya dan menguasai tenses.
Secara garis besarnya dari tingkatan level kursus bahasa inggris tersebut
memiliki silabus, yang penulis teliti sebagai berikut:
14
Tingkat Dasar (Elementary) : memperkenalkan bahasa Inggris dari dasar,
peserta akan memahami perintah dan pendapat-pendapat yang sederhana,
peserta dapat membedakan pertanyaan dan pernyataan, peserta mendengar
dan memahami dialog-dialog sederhana. Tingkat Menengah (Intermediate) :
peserta memahami penjelasan dan instruksi yang lebih rumit, peserta
memilih topik mengarang yang tepat dan menulis suatu karangan yang
terorganisir, peserta mempresentasikan suatu artikel koran misalnya, peserta
memberikan sebuah ide, nasehat dan sebagainya yang persuasive. Tingkat
Lanjut (Advance) : peserta memahami percakapan native speakers, peserta
dapat berkomunikasi dengan jelas dan lancar, peserta menulis suatu
proposal, argumen dan sebagainya, peserta dapat menggunakan ekspresi
idiomatic dalam percakapan.
Setiap peserta kursus di lembaga pendidikan luar sekolah, pada umumnya
bertujuan untuk melengkapi atau memperdalam keahlian yang dimilikinya,
sekaligus mendapatkan sertifikat, yang nantinya akan digunakan untuk
mendapatkan pekerjaan atau membuka lapangan kerja sesuai dengan latar
belakang dan keahlian pendidikan yang diambilnya.
B.
Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Bertolak dari kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka penyediaan
dana pendidikan maka diperlukan suatu strategi yang tepat dan cermat dari
pihak pengelola. Strategi yang dibutuhkan dalam menggali dana harus
15
dilandasi
oleh
kemampuan
manajerial,
komitmen
pihak terkait,
dan
kepercayaan yang tinggi dari semua masyarakat yang dilayani. Faktor-faktor
perhitungan anggaran pendidikan, sangat kompleks karena adanya harga
patokan dan pengaruh tingkat inflasi juga faktor ekonomi secara makro,
seperti sosial ekonomi masyarakat, krisis moneter, tingkat inflasi, dan
bencana alam, yang menimbulkan kelangkaan barang keperluan pendidikan,
sehingga anggaran berubah dengan tingkat ketidakpastian. Sedangkan
pemasukan dan pengeluaran dituntut seimbang, sesuai dengan acuan
pemerintah, oleh sebab itu diperlukan suatu perhitungan yang mengarah
kepada pendekatan kepastian anggaran. Latar belakang masalah di atas
selanjutnya penulis jadikan titik tolak untuk memfokuskan masalah penelitian
yang dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana manajemen pembiayaan
pendidikan yang ditempuh oleh Lembaga Pendidikan Swasta ? Fokus
masalah tersebut lebih lanjut penulis rinci ke dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses prencanaan anggaran pendidikan dan prosedur
penerimaan dan
pendayagunaan biaya pendidikan pada lembaga
pendidikan swasta?
2.
Bagaimana cara-cara yang ditempuh lembaga dalam menghimpun dan
menarik sumber-sumber pembiayaan pendidikannya?
3.
Jenis-jenis kegiatan apa saja yang dibiayai dalam penyelenggaraan
pendidikan di lembaga pendidikan swasta?
16
4.
Bagaimana proses pengawasan dan Evaluasi Pendayagunaan biaya
pendidikan sehubungan dengan pelaksanaan manajemen pembiayaan
dan mutu pendidikan lembaga pendidikan swasta?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi,
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena pokok permasalahan. Melalui
penelitian ini diharapkan diperoleh informasi objektif yang berkenaan dengan
strategi pembiayaan dan dampaknya terhadap kinerja Lembaga Pendidikan
Swasta.
Secara Khusus penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi,
mendeskripsikan dan menganalisis hal-hal sebagai berikut:
(a) proses perencanaan anggaran dan evaluasi
pendayagunaan dan
penerimaan biaya pendidikan pada lembaga pendidikan swasta;
(b) jenis-jenis sumber dan cara penarikan biaya pendidikan pada lembaga
pendidikan swasta;
(c) upaya Lembaga Pendidikan Swasta dalam membiayai berbagai jenis
kegiatan pendidikannya;
(d) sistem pengawasan pembiayaan yang efektif dan efisien untuk
mewujudkan pendidikan yang bermutu dan menjamin kelangsungan
hidup Lembaga Pendidikan Swasta.
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ditujukan
kepada pihak-pihak yang berkenaan dengan penyelenggaraan Lembaga
Pendidikan Swasta, yaitu sebagai berikut:
17
(a)
sebagai
masukan
dan
gambaran
bagi
guru
tentang
kondisi
lembaga di dalam mengembangkan keterampilan dan menerapkan
konsep perencanaan pembiayaan pendidikan yang diketahuinya;
(b)
menunjang
kesinambungan
proses
pembelajaran bagi siswa,
terutama dalam mengimplementasikan keahlian dan kemampuannya,
karena kelancaran proses belajar mengajar;
(c)
memberikan
altematif
atau
dasar teoretik — yang diangkat dari
kondisi empirik — bagi peneliti mengenai strategi pembiayaan yang
diterapkan
bagi
kesinambungan
(d)
upaya
meningkatkan
hidup Lembaga
kemampuan
dan
Pendidikan Swasta.
memberikan sumbangan pemikiran bagi organisasi penyelenggara
Lembaga Pendidikan Swasta dalam hal mengidentifikasi, mendeskripsi
dan
menganalisis
aspek-aspek
yang
menyangkut
manajemen
pembiayaan pendidikan, untuk kelangsungan visi dan misi Lembaga.
(e)
memberikan informasi kepada Pemerintah sebagai bahan kebijakan
pembinaan potensi Lembaga Pendidikan Swasta.
D.
Kerangka Berpikir Penelitian
Penelitian ini didasarkan atas asumsi bahwa dibandingkan dengan
lembaga-lembaga
Lembaga
pendidikan
Pendidikan
Swasta
yang
diselenggarakan
relatif
lebih
oleh
manageable
pemerintah,
dalam
hal
mengembangkan mutu, relevansi, efisiensi, dan efektivitas pendidikannya.
Karena itu, Lembaga Pendidikan Swasta yang dikelola secara tepat arah,
18
dapat menjadikan dirinya sebagai alternatif pendidikan bagi masyarakat.
Sementara itu, pembiayaan pendidikan pada Lembaga Pendidikan
Swasta, untuk sebagian besar bahkan hampir seluruhnya bersumber dari
dana masyarakat, dalam hal ini peserta didik. Akuntabilitas dan siasat
perolehan dana dari sumber lain, menjadi penting untuk memelihara
kelangsungan hidup dan meningkatkan kinerja Lembaga Pendidikan Swasta.
Dengan kata lain, Lembaga Pendidikan Swasta harus memiliki
strategi yang cerdas untuk membiayai penyelenggaraan pendidikannya.
Pada tataran operasionalnya, strategi yang dimaksud terkait dengan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan terhadap
sumber-sumber dan alokasi dana penyelenggaraan pendidikan sehingga
kinerja sistem pendidikannya senantiasa terjamin. Untuk lebih ringkasnya,
kerangka berpikir penelitian ini dapat penulis sajikan secara skematik melalui
gambar di bawah ini.
19
Visi dan Tujuan
Lembaga Pendidikan Swasta
Keterbatasan Sumber
Pembiayaan
Manajemen Pembiayaan Pendidikan
- Penarikan
- Perencanaan Anggaran
Mutu Lembaga Pendidikan
- Layanan Administrasi
- Layanan PBM
- Prioritas Kegiatan yang dibiayai
- Evaluasi Pendayagunaan Biaya
Temuan dan Rekomendasi
Penelitian :
Manajemen Biaya dan Mutu
Pendidikan yang Akuntabel
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik
dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini
berawal dari tujuan pokok penelitian, yaitu ingin mendeskripsikan dan
menganalisis data dan informasi sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh gambaran tentang
status gejala pada saat penelitian dilakukan {expose de facto). Hal ini
dipertegas oleh L.J. Moleong.(1990:7), bahwa penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif lebih mementingkan proses daripada hasil,
membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk
memeriksa keabsahan data dan hasil penelitian disepakati oleh kedua belah
pihak yaitu peneliti dan subjek penelitian.
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri yang membedakannya
dengan penelitian jenis iainnya. Moleong (2001:4) mempadukan pendapat
Bogdan dan Biklen yang mengajukan lima ciri penelitian kualitatif dengan
pendapat Lincoln dan Guba yang mengajukan sepuluh ciri penelitian
kualitatif sebagai berikut:
(1) Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau
pada kotak dari suatu keutuhan.
(2) Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan
orang lain merupakan alat pengumpul data utama sehingga setiap
saat dapat menyesuaikan dengan kenyataan-kenyataan di
lapangan.
(3) Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif dengan
beberapa pertimbangan. Pertama menyesuaikan metode kualitatif
lebih mudah bila berhadapan dengan kenyataan lain. Kedua,
metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan
73
74
penelitian dengan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri.
(4) Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif,
karena induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan
ganda sebagai yang terdapat dalam data, dapat membuat
hubungan peneliti-responden menjadi lebih eksplisit, dapat dikenal
dan accountable serta dapat menguraikan latar secara penuh,
dapat
menentukan
pengaruh
bersama
dan
dapat
memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari
struktur analitik.
(5) Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan
penyusunan teori substantif yang bermasalah dari data, karena
tidak ada teori a priori yang mencakup kenyataan ganda,
mempercayai apa yang dilihat secara netral dan teori dasar lebih
responsive terhadap nilai-nilai kontekstual.
(6) Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan
bukan angka-angka sehingga menghasilkan analisis berupa
uraian.
(7) Penelitian ini lebih mementingkan proses daripada hasil.
(8) Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam
penelitian atas dasar fokus yang menjadi maslah penelitian.
(9) Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data. Penelitian ini
meredefinisikan validitas dan objektivitas dalam versi lain.
(10) Penelitian kualitatif menyusun desain terus menerus
menyesuaikan dengan lapangan, desainnya tidak ketat, dan tidak
kaku.
'Penelitian
kuantitatif
dalam pendidikan sering disebut inkuiri
naturalistik atau naturalistic inquiry' (Bogdan dan Biklen, 1982:3). Inkuiri
naturalistik
berarti
proses
pengkajian
yang dilakukan pada situasi
lapangan yang alami, menggunakan metode-metode alami (observasi,
75
wawancara dan Iain-Iain), dan peneliti berinteraksi secara alami dengan
subjek penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti berfungsi
sebagai instrumen penelitian dan peneliti mengkonsentrasikan perhatian
dalam memahami perilaku, sikap, pendapat, persepsi dan sebagainya
berdasarkan pandangan subjek yang diteliti tersebut.
B.
Tahap-tahap Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan secara bertahap. Pertama, tahap
persiapan dengan kegiatan-kegiatan : (a) Membuat proposal penelitian; (b)
seminar proposal penelitian; (c) Perbaikan proposal penelitian; (d) Menyusun
instrumen
penelitian;
(e)
Perbaikan
instrumen
penelitian;
dan
(f)
Menyelesaikan surat ijin penelitian.
Kedua, tahap pelaksanaan yang meliputi kegiatan pengumpulan data
dilakukan lembaga pendidikan yang menjadi subjek penelitian. Ketiga, tahap
pengelolaan data. Setelah data terkumpul dilanjutkan dengan menganalisis
data dengan pendekatan kualitatif. Keempat, tahap pembahasan hasil
penelitian dan kesimpulan. Kelima, tahap penyusunan laporan.
C.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini memilih lokasi di Kota Bandung, dengan objek penelitian
berupa
Lembaga
Pendidikan Pelatihan
(LPP)
yang
sudah
dianggap
established , yaitu MMC, LIA, ELS dan CINDERELLA. Aspek-aspek yang
menjadi fokus kajian dalam penilitian ini ialah manajemen pembiayaan
76
pendidikan, pengelolaan, dan kinerja keempat LPP tersebut. Lebih lanjut
akan dicari keterkaitan di antara aspek-aspek kajian tersebut.
Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan mulai bulan Juli sampai
September 2003 mulai dari tahap orientasi, tahap pengumpulan data, tahap
pengolahan data sampai pada tingkat penyimpulan hasil penelitian, serta
sidang tahap I dan tahap II.
Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel adalah sumber yang
dapat memberikan informasi kepada peneliti. Penentuan sampel penelitian
dilakukan secara purposive. Berdasarkan uraian diatas, maka sampel
penelitian ini terdiri dari : (1) Ketua Lembaga, (2) Pembantu Ketua Lembaga,
(3) Kepala Bagian Administrasi Lembaga. Sampel Iainnya yang didasarkan
kebutuhan pada saat pengumpulan data di lapangan. Penentuan sampel
penelitian dilakukan secara purposif, yaitu akta-akta, statuta, brosur,
fasilitas, siswa, lingkungan dan para lulusan (alumni) disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai. Jumlah sampel tidak dibatasi, tetapi tergantung
pada pertimbangan kelengkapan data dan informasi yang dikumpulkan.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Di dalam pelaksanaan penelitian, peneliti sebagai instrumen utama,
sehingga memiliki peran yang sangat penting dan menyatu dengan kegiatan
penelitian. Peneliti sebagai instrumen utama penelitian sangat menentukan
kelancaran,
keberhasilan,hambatan
atau
kegagalan
di
dalam
77
pengumpulan data yang diperlukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan langsung oleh peneliti melalui penggunaan teknik pengumpulan
data berupa wawancara dan observasi.
Untuk mengumpulkan data secara cermat dan lengkap digunakan
instrumen atau alat pengumpul data sebagai berikut: (a) catatan wawancara
dan observasi, (b) alat perekam wawancara, (c) dokumentasi berupa foto-
foto dan dokumen tertulis Iainnya. Agar proses pengumpulan data dapat
dilakukan secara terfokus, maka peneliti menyusun pedoman pengumpulan
data. Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan. Selain itu, dengan observasi dimaksudkan untuk melakukan
recheck
atau triangulasi. Observasi dilakukan dengan cara mendatangi
subjek dan diteliti secara
langsung. Berdasarkan observasi, diharapkan
diperoleh data penelitian secara lebih objektif, dengan observasi diperoleh
data dan infomasi yang akurat karena peneliti datang langsung ke lembaga
yang diteliti, dengan cara ini juga didapat dokumen - dokumen yang
diperlukan misalnya brosur yang berisi tentang profil lembaga, biaya kursus
dan program-program yang diadakan oleh lembaga tersebut. Selain itu
peneliti bisa melihat langsung mengenai keberadaan lembaga, fasilitas dan
data-data yang diperlukan.
78
2.
Wawancara
Teknik Wawancara digunakan untuk melengkapi data dan informasi
pada observasi. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara yang dibuat berdasarkan kisi-kisi pengumpulan data. Pedoman
ini dibuat dan dirumuskan dalam bentuk terbuka. Dengan wawancara ini
diharapkan dapat diperoleh data mengenai : (1) Kegiatan promosi,
pelayanan akademik, penyediaan sarana fisik dan sarana non fisik yang
dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam pembiayaan pendidikan
tinggi; (2) Pelaksanaan pengelolaan keuangan yang berasal dari dana
masyarakat dengan mengetahui jumlah alokasi penerimaan dan pengeluaran
dari tiap kegiatan; (3) Pelaksanaan riset yang berkaitan
dengan
pemberdayaan masyarakat; dan (4) Pelaksanaan kegiatan pengabdian
masyarakat.
3.
Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi data dan informasi
yang diperoleh dari dua teknik terdahulu, yaitu dengan mempelajari
berbagai dokumen yang berhubungan dengan : (1) kegiatan-kegiatan
promosi dan
kegiatan - kegiatan Iainnya yang bertujuan untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan pendidikan luar
sekolah; (2) bukti-bukti fisik pengelolaan dana, baik berupa pembukuan,
bukti pembelanjaan dan hal-hal lain yang bersifat kegiatan keuangan; dan
(3) dokumen-dokumen lain yang bersifat permanen dan tercatat. Dengan
79
teknik ini diharapkan dapat diperoleh
dokumen,
data - data tertulis, baik berupa
foto - foto, rekaman pembicaraan selama rapat-rapat, notula
rapat dan Iain-Iain.
E.
Teknik Analisis Data
Sebelum dianalisis, data dan informasi diklasifikasikan sesuai dengan
pertanyaan penelitian. Catatan wawancara dan observasi yang belum
tersusun secara terstruktur ditata sedemikian rupa sehingga menjadi suatu
catatan yang sistematis. Dengan cara ini proses analisis data dapat dilakukan
secara cepat dan tepat. Apabila ada kekurangan data dan informasi akan
segera dapat diketahui untuk dilengkapi. Analisis data dimulai sejak proses
pengumpulan data. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu sebagai
berikut:
1.
Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang bertujuan
untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak diperlukan dan mengorganisasikan data dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan dan dapat
diverifikasi. Selama proses pengumpulan data dilakukan reduksi
terhadap
data
melalui
proses
pemilihan,
pemusatan,
penyederhanaan, abstraksi dan transparansi data kasar yang
diperoleh dari catatan lapangan. Hasil wawancara dan observasi
80
segera disusun dalam bentuk yang terpola sesuai dengan
pertanyaan penelitian.
Dalam mereduksi data tersebut peneliti akan menyusun dan
merangkum secara sistematis permasalahan pokok yang berkaitan
dengan fokus masalah sehingga akan terlihat lebih jelas polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan
gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan
mempermudah peneliti untuk mencari jawaban jika sewaktuwaktu diperlukan.
2.
Display (Penyajian) Data
Penyajian data merupakan tahapan yang bertujuan untuk
memahami apa yang sedang terjadi, dan apa yang harus
dilakukan selanjutnya, kemudian menganalisis kembali atau
mengambil tindakan yang dianggap perlu. Rangkuman mengenai
pokok-pokok penelitian disajikan dalam bentuk catatan lengkap
sebagai deskripsi data atau temuan penelitian.
3.
Kesimpulan dan Verifikasi
Hasil display data selanjutnya dibahas dengan bertitik tolak pada
teori dan diperkuat dengan data dan informasi dari hasil analisis
dokumentasi. Setelah itu dibuat kesimpulan tentang hasil
penelitian.
F.
Validasi Temuan Penelitian
Menurut Moleong.(2001 : 173 ) bahwa untuk menetapkan keabsahan
diperlukan
teknik
pemeriksaan atau pengujian dan bahwa tingkat
kepercayaan hasil penelitian kualitatif ditentukan oleh criteria - kriteria :
(1)
kredibilitas atau derajat
kepercayaan
(validitas Internal), (2)
transferabilitas atau keteralihan (validitas eksternal), (3) dependabilitas atau
ketergantungan
(reabilitas) dan
(4)
konfirmabilitas,
objektivitas atau
kepastian (Nasution 1988:144-124; Muhadjin, 2000: 171-177; dan Usman
dan Akbar 2001:88-89). Dengan mempedomani kriteria tersebut penelitian
ini akan
dilaksanakan
mengikuti
kriteria
di atas.
Selanjutnya
akan
dijelaswkan kriteria dimaksud seperti di bawah ini.
1.
Kredibilitas
Kredibilitas
merupakan
ukuran
tentang
kebenaran
data
yang
dikumpulkan, dan dalam penelitian kuantitatif validitas internal. Kredibilitas
dalam penelitian kuantitatif menggambarkan kecocokan atau kesesuaian
konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau nara sumber.
Untuk memperoleh hal tersebut dalam penelitian ini dilakukan beberapa
kegiatan antara lain trianggulasi dan member check yang bertujuan
mengecek kebenaran data yang diperoleh dengan cara membandingkan data
dari sumber lain.
Dengan demikian yang satu dengan Iainnya saling terkait dan saling
berhubungan
baik secara
paralel
maupun
vertikal.
Sementara
cara
82
pengumpulan data dilakukan malalui
observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Dalam lintas kerja seperti ini, setiap data/informasi yang
disampaikan seorang nara sumber Iainnya, sekaligus dilakukan pengecekan
kebenaran data/informasi yang ada. Proses triangulasi dan membercheck
tidak hanya sekedar mengetahui kebenaran data tertentu, tetapi juga
sekaligus menyelidiki validitas tafsiran mengenai data serta melengkapi
kekurangan di sana-sini. Semuanya ini dimaksudkan untuk menjaga
kredibilitas data.
2.
Transferabilitas
Transferabilitas ialah apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat
digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi lain. Artinya sejauh
manakah hasil penelitian ini bisa diaplikasikan atau atau digunakan dalam
objek lain. Dengan kata lain transferabilitas dalam penelitian kualittaif
menurut
Nasution
(1988:188)
adalah
:
'bagi
peneliti
kualitatif,
transferabilitas tergantung pada si pemakai yakni hingga manakah hasil
penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan sutuasi tertentu''
Oleh karena transferabilitas hasil penelitian ini diserahkan kepada kalangan
penggunanya.
3.
Dependabilitas
Dalam penelitian kuantitatif dependabilitas dapat diartikan sejajar
dengan reliabilitas yang dimaksudkan dengan pembahasan masalah
konsistensi suatu penelitian. Dependabilitas dalam penelitian ini dimaksudkan
berupa pengujian, artinya apakah penelitian ini dapat diulangi atau
direplikasikan dengan menemukan hasil yang sama. Hal ini berkaitan dengan
pemikiran, bahwa situasi sosial/manusia pada hekekatnya bersifat unik dan
tidak dapat dikonstruksi sepenuhnya seperti semula.
Oleh karena itu sangat sulit mengukur konsistensi hasil penelitian
manusia. Untuk menjaga kebenaran dan konsistensi hasil penelitian ini
melakukan audit trail, yang dengan
melakukan
pemeriksaan guna
meyakinkan hal-hal yang dilaporkan memang demikian adanya. Hal ini
ditempuh dengan jalan : (1) mencatat selengkap mungkin hasil wawancara,
observasi,
maupun studi dokumentasi
sebagai
data
mentah
guna
kepentingan analisis selanjutnya; (2) menyusun hasil-hasil dengan cara
menyeleksi data mentah tersebut, kemudian merangkum atau menyusunnya
dalam bentuk deskripsi sebagai display data; (3) kemudian melaporkan
keseluruhan proses penelitian dari sejak studi orientasi dan menyusun disain
sampai pengolahan data sebagaimana disampaikan dalam penelitian ini.
Dengan demikian
kebermaknaan data yang
dikumpulkan dalam
penelitian ini sudah sewajarnya pula terbatas, tetapi tetap bergantung
kepada kesamaan situasi atau kondisi yang ada. Kebermaknaan hasil
penelitian akan bermuara pada kebermaknaan data yang terkumpul yang
dalam hal ini pelaksanaan pengelolaan Lembaga Pendidikan.
4.
Konfirmabilitas
Konfirmabilitas yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hal yang
84
berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian. Mengingat penelitian
kualitatif ini dilakukan langsung oleh peneliti dalam menjaring data, maka
objektivitas data yang dijaring sangat bergantung pada peneliti sendiri,
sehingga wajar saja bila muncul kata tanya apa, bagaimana, dan mengapa
penjaringan itu ? Berbeda dengan kuantitatif yang instrumen penjaringan
datanya berupa angket yang bisa siapa saja menyebarkannya. Dalam
pelaksanaan penelitian ini, peneliti selalu menjaga objektivitas semaksimal
mungkin melalui metode dan tata cara yang sudah dijelaskan sebelumnya.
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Proses penyusunan pembiayaan pendidikan pada Lembaga Pendidikan
Swasta. Berdasarkan hasil pengamatan dan kajian dokumen di
keempat lembaga yang penulis teliti, secara umum proses penyusunan
RPP-nya mempertimbangkan komponen-komponen mandat lembaga
pendidikan, tuntutan stakeholders, dan tuntutan pesaing.
2. Upaya strategis Lembaga Pendidikan Swasta dalam menggali sumbersumber dana untuk membiayai pendidikannya. Sumber dominan biaya
pendidikan pada keempat lembaga tersebut berasal dari biaya kursus
yang dibayarkan oleh peserta sesuai dengan program yang mereka
pilih.
Untuk menghimpun sumber biaya tersebut, keempat lembaga
pendidikan itu menempuh strategi yang hampir sama. Pertama,
menganalisis kebutuhan biaya periode sebelumnya, untuk kemudian
diperkirakan kemungkinan-kemungkinan peningkatan atau tambahan
kebutuhan biaya pada periode yang akan datang. Kedua, melakukan
penyesuaian-penyesuaian besarnya biaya dengan kemungkinankemungkinan perubahan harga, termasuk juga gaji staf dan pengajar.
10Q
Karena sumber pembiayaan pendidikan pada keempat lembaga
tersebut hampir seluruhnya berasal dari peserta, maka dengan
sendirinya penyelenggara harus berusaha meyakinkan layanan terbaik
bagi para peserta. Secara ideal, sumber-sumber pemasukan biaya
pendidikan bisa saja berasal dari uang pembangunan, uang pembinaan
peserta, uang pendaftaran, uang ujian, uang praktikum, dan
sebagainya.
Namun demikian, karena sifat dan durasi program pendidikan
yang diselenggarakan berbeda dengan sekolah, akademi, dan
universitas, maka sumber pembiayaan yang paling mungkin dipungut
agak besar adalah dari biaya kegiatan. Sumber pembiayaan pada
umumnya terdiri atas biaya kursus, biaya administrasi, biaya ujian, dan
biaya bahan-bahan kursus.
3. Sistem pembiayaan yang efektif dan efisien agar dapat mewujudkan
pendidikan yang bermutu dan menjamin kelangsungan hidup Lembaga
Pendidikan Swasta. Kebermutuan pendidikan di lembaga-lembaga
pendidikan yang penulis teliti menunjukkan keterkaitan yang erat
dengan ketersediaan biaya. Satu hal yang merupakan gejala um
MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN MUTU
PENDIDIKAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA
(Studi Kasus di Lembaga Pendidikan Bahasa Asing,
LIA, MMC, ELS dan Cinderella di Bandung Tahun 2002 - 2003)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
pada Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh :
Rachman Firdau
019531
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2004
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
(Prof. Dr. Mohammad Fakry Gaffar, M.Ed)
Pembimbing II
(Prof. Dr. Mohammad Idochi Anwar, M.Pd)
Disetujui dan disahkan oleh
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
(Prof. Dr
Syamsuddin M, M.A)
ABSTRAK
Manajemen Pembiayaan Pendidikan dan mutu Pendidikan pada Lembaga
Pendidikan Swasta (Studi Kasus di Lembaga Pendidikan Bahasa Asing, LIA,
MMC, ELS dan Cinderella di Bandung Tahun 2002 - 2003) Oleh : Rachman
Firdaus, Tesis S2 PPS UPI Bandung, 2004.
Pendidikan
di
Indonesia
diselenggarakan
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagai investasi baik bagi individu
maupun masyarakat.
Pembiayaan pendidikan pada Lembaga Pendidikan Swasta, seluruhnya
bersumber dari dana masyarakat, sehingga permasalahan penelitian adalah bagaimana
Lembaga Pendidikan Swasta dapat dimenej secara tepat arah dalam hal
mengembangkan mutu, relevansi, efisiensi dan efektivitasnya sehingga dapat
menjadikan dirinya sebagai alternatif pendidikan bagi masyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang upaya-
upaya strategis Lembaga Pendidikan Swasta dalam menghimpun sumber-sumber
dana untuk membiayai pendidikan, dan informasi mengenai pengelolaan sumber
dana pada Lembaga Pendidikan Swasta, terfokus pada Empat Lembaga Pendidikan
Kursus Bahasa Asing di Bandung.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metoda
deskriptif dan
pendekatan kualitatif. Pengumpulkan data dilakukan melalui teknik observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Lokasi penelitian di Bandung, data diperoleh
dari Ketua, Pembantu Ketua dan Staf. Hasil temuan penelitian antara lain:
Pertama, proses penyusunan pembiayaan pendidikan secara
umum
mempertimbangkan komponen-komponen mandat lembaga, tuntutan stakeholders,
dan tuntutan pesaing. Kedua, upaya strategis dalam menggali sumber-sumber
dana
dari masyarakat ditempuh melalui dua pendekatan strategis yaitu
pendekatan eksternal dan pendekatan internal. Ketiga, proses pengawasan kinerja
Lembaga dilaksanakan berkaitan dengan akuntabilitas terhadap mutu pendidikan,
dengan cara evaluasi dan analisis. Keempat, mutu pendidikan menunjukkan
keterkaitan yang erat dengan ketersediaan dana. Sistem pembiayaan yang efektif
efisien dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu dan menjamin kelangsungan
hidup Lembaga Pendidikan.
Kesimpulan dan Rekomendasi penelitian ini adalah: Sistem pengelolaan dan
manajemen penggalian dana pembiayaan pendidikan supaya difokuskan pada
upaya diversifikasi pendapatan melalui strategi kemitraan, baik berupa kerjasama
kooperatif maupun joint ventures. Sistem pengawasan internal dan eksternal untuk
menghindari adanya over interest dari pihak luar. Peningkatan mutu pendidikan
diupayakan dengan mengutamakan pengalokasian dana pada komponen yang
langsuna menyentuh kebutuhan proses belajar mengajar. Fungsi manajer yang
berkaitan dengan Enabling, Fasilitating, Consulting, Collaborating, Mentoring, dan
supporting supaya ditingkatkan.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH
PERNYATAAN
ABSTRAK
Ill
KATA PENGANTAR
IV
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian
14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
13
D. Kerangka Berpikir Penelitian
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Biaya Pendidikan dalam Konteks Administrasi Pendidikan
20
1. Konsep Administrasi Pendidikan
20
2. Konsep Biaya Pendidikan
24
B. Konsep Manajemen Pembiayaan Pendidikan
1. Manajemen Strategis
33
33
2. Analisis SWOT
36
3. Proses Manajemen Biaya Pendidikan
39
C. Konsep Lembaga Pendidikan Swasta dan Mutu Pendidikan
1. Lembaga Pendidikan Swasta
2. Mutu Pendidikan
47
•
47
54
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
73
B. Tahap-tahap Penelitian
75
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
75
D. Teknik Pengumpulan Data
76
E. Teknik Analisis Data
79
F. Validasi Temuan Penelitian
81
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian
1. Proses Perencanaan Anggaran
85
94
1.1 Mandat Lembaga Pendidikan
96
1.2 Tuntutan Stakeholders Internal dan Eksternal
97
1.3 Tuntutan Pesaing dan Visi Lembaga
98
2. Sumber Biaya dan Cara Penarikannya
106
2.1 Sumber Dominan Biaya
106
2.2 Sumber Biaya
108
3. Jenis Kegiatan yang Dibiayai
110
3.1 Kegiatan Belajar Mengajar
110
3.2 Biaya Pembangunan
111
4. Pengawasan dan Evaluasi Pendayagunaan Biaya
113
4.1 Kegiatan Pemeriksaan
113
4.2 Kegiatan Pelaporan Keuangan
116
B. Analisis Temuan Penelitian
117
C. Mutu Pendidikan Lembaga
119
1. Layanan Administrasi
119
2. Layanan Proses Pembelajaran
122
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
129
B. Implikasi
131
C. Rekomendasi
132
DAFTAR KEPUSTAKAAN
134
LAMPIRAN
137
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan di Empat Lembaga Pendidikan
Tabel 4.1
Rata-rata Biaya Total Pendidikan di Empat Lembaga
Pendidikan (2001-2003)
Tabel 4.2
102
Rata-rata Biaya Per-peserta Pendidikan di Empat Lembaga
Pendidikan (2001-2003)
Tabel 4.3
12
102
Rata-rata Biaya Langsung dan Biaya Penunjang Pendidikan
di Empat Lembaga Pendidikan (2001-2003)
104
Tabel 4.4 Kategori Program dan Biaya Kursus Bahasa Inggris di LIA
106
Tabel 4.5 Kategori Program dan Biaya Kursus Bahasa Inggris di MMC
106
Tabel 4.6 Kategori Program dan Biaya Kursus Bahasa Inggris di ELS
107
Tabel 4.7 Kategori Program dan Biaya Kursus Bahasa Inggris di
CINDERELLA
107
Tabel 4.8 Pengorganisasian Pokok Bahasan oleh Tenaga Pengajar di
Empat Lembaga Pendidikan
Tabel 4.9 Komunikasi Efektif oleh Tenaga Pengajar Lembaga Pendidikan
122
123
Tabel 4.10 Sikap Positif pada Siswa oleh Tenaga Pengajar Lembaga
Pendidikan
124
Tabel 4.11 Keadilan dalam penilaian oleh Tenaga Pengajar Lembaga
Pendidikan
125
Tabel 4.12 Fleksibilitas Pendekatan Mengajar Tenaga pengajar Lembaga
Pendidikan
Tabel 4.13 Rata-rata Prosentase Kelulusan di Empat Lembaga Pendidikan
126
127
Tabel 4.14 Jumlah dan Penyebaran Lembaga Kursus di Kota Bandung
Tahun 2000 sampai dengan Tahun 2002
128
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
19
Gambar 2. Keterkaitan antara Biaya Pendidikan dengan Visi, Misi
dan Strategi Pendidikan
Gambar 4.1 Tahap Penyusunan RPP dan RAPB Lembaga
32
96
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia memiliki tujuan sesuai dengan jenis dan
jenjangnya masing-masing. Pendidikan tersebut diselenggarakan sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia bangsa Indonesia.
Pendidikan merupakan sarana strategis dalam meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia baik dalam pembangunan suatu bangsa maupun dalam
tatanan global. Sumberdaya manusia, seperti diungkapkan oleh Harbison
(dalam Johns dkk, 1983), membangun dasar untuk kekayaan suatu bangsa,
sedangkan sumber-sumber modal dan materi merupakan faktor-faktor
produksi yang pasif yang hanya dapat diaktifkan oleh sumberdaya manusia.
Jadi, pada dasarnya pendidikan itu dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia di setiap bangsa, terutama memasuki era
perdagangan bebas mulai tahun 2003 (AFTA) dan tahun 2020 (APEC).
Tujuan pendidikan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan
keterampilan agar menghasilkan lulusan yang mampu menghadapi
kehidupan yang makin kompetitif. Pendidikan adalah investasi bukan hanya
bagi individu tetapi juga bagi masyarakat. Pendidikan memberikan kontribusi
yang substansial terhadap kehidupan yang lebih baik (Jones.(1985)).
Oieh karena itu, penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung
jawab semua pihak, dalam arti bahwa penyelenggaraan pendidikan
memerlukan dukungan berbagai pihak agar dapat berjalan sesuai yang
diharapkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan
pendidikan adalah pembiayaan. Pendidikan yang bernilai strategis itu tidak
akan berjalan tanpa dukungan biaya yang memadai.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi, tidak ada kegiatan pendidikan
tanpa biaya. Biaya itu diperlukan untuk memenuhi beragam kebutuhan yang
berkenaan dengan kelangsungan proses pendidikan. Bray and Thomas
(1998) mengungkapkan bahwa pembiayaan pendidikan menyangkut sumbersumber biaya baik dari pemerintah maupun dari masyarakat, dan alokasi
belanja untuk proses pengajaran, termasuk pengeluaran sekolah untuk gaji
dan berbagai pelayanan di setiap jenis sekolah. Dengan kata lain,
pembiayaan pendidikan menyangkut sumber-sumber dan alokasi dana untuk
penyelenggaraan pendidikan.
Bagi sekolah negeri di Indonesia sumber dana sekolah terbagi menjadi
dua, yaitu : (a) dari pemerintah yang terdiri atas dana rutin, yaitu gaji
serta biaya operasional sekolah dan perawatan fasilitas; dan (b) dana dari
masyarakat yang berasal dari orang tua siswa maupun sumbangan dari
masyarakat luas/dunia usaha. Penyelenggaraan pendidikan dalam
operasionalnya
tidak dapat dipisahkan dari berbagai aspek
yang
menunjang keberhasilan tujuan pendidikan, yakni pengelolaan sumber sumber daya yang ada baik di dalam maupun di luar lembaga. Salah satu
aspek tersebut, berkenaan dengan pembiayaan yang harus dipenuhi untuk
memenuhi kebutuhan.
Lembaga pendidikan wajib untuk menunjang penyediaan sarana dan
prasarana seperti tanah, bangunan, laboratorium, modal, alat perlengkapan
operasional
pengajaran,
pelayanan
administrasi
dan
beasiswa.
Penyelenggaraan pendidikan sangat dipengaruhi faktor-faktor internal dan
eksternal. (Bowen.(1981)).
Dalam hubungannya dengan pembiayaan pendidikan, Roel (1983)
memberikan penjelasan berikut ini. Investasi didefinisikan sebagai
pengadaan biaya untuk tujuan penambahan modal. Oleh karena itu belanja
untuk pendidikan merupakan investasi untuk tujuan menambah modal
manusia yang berpendidikan. Apabila orang menabung, berarti mereka
menahan diri dalam menggunakan pendapatan yang menambah modal.
Lebih lanjut Roel menguraikan bahwa pengukuran atas manfaat pendidikan
terkait dengan aspek-aspek : (a) peningkatan produksi melalui peningkatan
kapasitas kekuatan pekerja; (b) peningkatan efisiensi dengan cara
mengurangi biaya dalam menyediakan dan mengeluarkan sumber-sumber
untuk pencapaian produktif; dan (c) peningkatan kesadaran sosial
masyarakat supaya standar kehidupan meningkat.
Sejalan dengan pandangan Roel, terdapat empat pendekatan yang
dapat digunakan untuk mengukur manfaat pendidikan,
yaitu sebagai
berikut:
(1)
Pendekatan analisis hubungan. Membandingkan tingkat pencapaian
pendidikan dengan indikator sosioekonomi lain.
(2)
Pendekatan
Residu.
Porsi
pertumbuhan
ekonomi
diukur
oleh
peningkatan pendapatan nasional yang tidak dapat dijelaskan oleh
peningkatan produksi tanah, pekerja, dan modal.
(3)
Pendekatan Nilai Tunai {Cash
Value Approach). Menghubungkan
pendapatan dengan tingkat individu. Individu dengan pendidikan yang
lebih tinggi akan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi pula.
(4)
Pendekatan Biaya-Manfaat {Cost-BenefitApproach). Menghubungkan
biaya
pendidikan dengan
manfaat yang
diraih
dan
menghitung
nilai kembalian atau perbandingan antara biaya manfaat. Manfaat dari
pendidikan dapat yang bersifat moneter atau nonmoneter dan
individual atau sosial. Kembalian moneter dapat diukur dengan
kajian cost-benefit
Berbicara
mengenai
dinamika
pendidikan, seyogianya
memperhatikan beragam kecenderungan. Pertama, kecenderungan dalam
jumlah pembiayaan sekolah publik / negeri. Istilah jumlah pembiayaan
sekolah yang digunakan ini termasuk pembiayaan untuk belanja saat ini,
pengeluaran modal, dan bunga utang tetapi tidak termasuk pembayaran
untuk
melunasi
utang
pokok. Kedua,
kecenderungan
dalam
penggajian staf pengajar. Ketiga, kecenderungan dalam pembiayaan
dan penerimaan pendapatan. Jumlah pembiayaan yang cenderung
meningkat memerlukan upaya untuk mengimbangi dengan penerimaan
pendapatan. Keempat, kembalian dari pembiayaan pendidikan yang
meningkat. Program pendidikan khusus mencapai dua sampai lima kali lipat
biaya untuk siswa-siswa pendidikan umum.
Terdapat sejumlah faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhi
tuntutan pendidikan. Dari perspektif masa depan, faktor sosial dan ekonomi
yang dimaksud terkait dengan aspek-aspek berikut ini. Pertama, pengaruh
peningkatan jumlah GNP keseluruhan dan perkapita telah meningkat.
Pertumbuhan produk nasional ini meningkatkan tingkat kehidupan, yang
menciptakan permintaan konsumen untuk semua jenis barang dan
layanan yang
lebih
banyak dan lebih baik dari pemerintah maupun
swasta. Kedua, pengaruh dari perubahan dalam pola keahlian dan
kemampuan. Pola keahlian dan kemampuan dari penduduk yang bekerja
berubah sangat cepat. Perubahan dalam pola keahlian dari penekanan
pada pekerja biasa kepada penekanan model - model keahlian dan
kemampuan menuntut pendidikan yang lebih untuk memenuhi permintaan.
Ketiga, perubahan peran pemerintah dalam kehidupan kita menuntut
peningkatan tingkat pendidikan warga negara secara konstan. Banyak
keputusan
yang
dahulu
dibuat dalam
tuntutan
pasar
sekarang
ditentukan oleh tindakan politik. Negara-negara yang kurang mampu di
dunia ini dan kelompok-kelompok yang kurang mampu di semua bangsa
terus berjuang untuk meningkatkan mereka supaya dapat bertahan. Untuk
itu, persamaan kesempatan pendidikan pada semua bangsa harus menjadi
perhatian semua.
Faktor internal dan eksternal merupakan potensi sumber daya, yang
dijadikan kekuatan dari terselenggaranya pendidikan yang harus dikelola
secara optimal. Faktor internal berkaitan dengan, manajemen sumber daya
menusia, sumber dana, sarana dan prasarana. Adapun faktor eksternal
berkenaan
dengan
perekonomian,
masyarakat
sosial budaya,
konsumen,
politik
dan
kebijakan
pemerintah,
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kedua faktor tersebut, saling berinteraksi dan
saling mempengaruhi satu sama lain, teristimewa berkenaan dengan rasa
tanggung jawab penyelenggara pendidikan. Orang tua siswa sebagai
elemen masyarakat mempunyai tanggung jawab terhadap kelangsungan
pendidikan melalui kontribusinya.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan di suatu negara memiliki prioritas
yang berbeda sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan.
Sebagai contoh, pendidikan di Indonesia saat ini sedang memprioritaskan
pendidikan dasar. Setelah berhasil melaksanakan program wajib belajar
enam tahun, selanjutnya dilaksanakan pula program wajib belajar
sembilan tahun agar semua warga negara Indonesia berpendidikan
sekurang-kurangnya tingkat SLTP. Sementara di negara maju tekanan
mengutamakan pendidikan bisnis. Perbedaan ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan pendidikan di suatu negara sangat dipengaruhi oleh kondisi
politik, ekonomi dan sosial budayanya. Di Indonesia krisis ekonomi sangat
berpengaruh terhadap pendidikan. Oleh karena itu, strategi pokok
pembangunan pendidikan nasional jangka menengah (lima tahun
mendatang) seperti dikemukakan oleh Jalal dkk (2001) diorientasikan kepada
upaya-upaya :
(a) mengatasi dampak krisis ekonomi terhadap bidang pendidikan
dengan tujuan untuk mencegah peserta didik agar tidak putus sekolah,
mempertahankan
kelangsungan
layanan
pendidikan,
dan
mempertahankan mutu pendidikan agar tidak semakin menurun; (b)
melakukan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu dengan fokus wajib belajar pendidikan dasar
sembilan tahun; (c) meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan yang
mampu menghadapi tuntutan yang berkembang; (d) mengembangkan
sistem dan manajemen pendidikan yang mendukung pelaksanaan
otonomi daerah, manajemen berbasis sekolah, efesiensi, dan
akuntabilitas; dan (e) memberdayakan kelembagaan pendidikan yang
produktif dan kondusif sebagai pusat pembelajaran, pendidikan dan
pembudayaan.
Kondisi empirik menunjukkan bahwa penerimaan dana pendidikan
sesungguhnya belum dapat memenuhi tuntutan operasional secara ideal. Hal
itu disebabkan oleh berbagai hal yang mempengaruhi penyediaan dana
pendidikan seperti, terbatasnya dana pemerintah, kebijakan pajak
pendidikan belum ditetapkan, kemampuan masyarakat khususnya orang
tua masih
bervariasi
pendapatannya
dibandingkan pengeluaran yang
harus ditanggulanginya, demikian pula pihak swasta masih belum
mempunyai kepedulian terhadap sumbangan finansial penyelenggaraan
pendidikan.
Memperhatikan hal tersebut, dalam proses pendidikan dan peningkatan
keterampilan serta keahlian masyarakat, tidak hanya ditempuh melalui
pendidikan formal saja, tetapi juga melalui pendidikan non formal seperti
v^rtiXOft
Pendidikan luar sekolah bisa diikuti oleh siapapun baik pelajar,
mahasiswa, kar/awan ataupun masyarakat lain. Pendidikan luar sekolah
sangat dibutuhkan oleh masyarakat guna meningkatkan keahlian dan
keterampilan maupun sebagai pelengkap pengetahuan yang sudah didapat
dari pendidikan formal baik pendidikan dasar, menengah sampai perguruan
tinggi.
Pendidikan non formal seperti lembaga-lembaga kursus mempunyai
banyak variabel, misalnya bidang bahasa asing, komputer dan bermacammacam keterampilan praktis dengan bermacam manfaat yang bisa didapat,
diantaranya mendidik peserta untuk lebih memfokuskan keahlian dan
keterampilan pada bidang tertentu, biaya yang terjangkau, sistem
pembelajaran yang praktis, dalam arti lebih fokus dan tidak sekedar teori,
karena biasanya tenaga pengajar berasal dari praktisi yang sudah
berpengalaman.
Pendidikan non formal sangat membantu masyarakat peserta didik
untuk langsung mendapatkan pekerjaan bahkan untuk berwiraswasta,
tergantung inisiatif dari pihak manajemen lembaga, dalam mengelola
lembaganya yang berhubungan dengan materi, kurkulum, pengajar dan
kualitas lulusannya.
Di kota Bandung terdapat beragam lembaga pendidikan non formal
yang bertujuan menyediakan layanan pendidikan dengan bobot keterampilan
praktis yang lebih besar bagi masyarakat atau peserta didik yang
memerlukannya.
Diantara lembaga-lembaga kursus seperti Lembaga Indonesia Amerika
(LIA); Mulya Mitra College (MMC); ELS Language Centers; dan Cinderella
English School for Children.
Sedangkan secara garis besar profil keempat lembaga tersebut dapat
penulis uraikan sebagai berikut:
Lembaga-lembaga kursus di wilayah kota Bandung sampai dengan
tahun 2002 berjumlah 213 buah yang tersebar di 25 wilayah. Dari jumlah
tersebut, yang masih aktif sebanyak 128 lembaga. Atau, terdapat penurunan
sebesar 40%.
Surutnya jumlah Lembaga Kursus dalam kurun waktu dua tahun
tersebut, menurut penjelasan pihak penyelenggara antara lain disebabkan
oleh faktor-faktor seperti lokasi, fasilitas, manajemen, promosi, pendanaan,
dan sumberdaya manusia. Faktor-faktor itu saling terkait antara satu dengan
lainnya.
Selanjutnya, untuk keperluan penelitian ini penulis akan memusatkan
perhatian kepada empat lembaga kursus sebagai sampel, yaitu Lembaga
Indonesia Amerika (LIA); Mulya Mitra Colledge (MMC); ELS Language
Centers; dan CINDERELLA English School for Children. Lembaga Indonesia
10
(LIA) didirikan pada tahun 1990, beralamat di Jl. Guntursari Wetan
NcTl.2 Bandung. Lembaga ini dipimpin oleh Drs. Shofwan Azhar, M.Sc,
dengan pelayanan pendidikan berupa kursus Bahasa Inggris. Kategori kursus
yang disediakan terdiri atas English for Children, First Step to Communicating
in English, General English, dan program khusus berupa Conversation Class.
Rata-rata siswa LIA per-termin (lama belajar 3 bulan) berjumlah 1300
orang per-termin. General English memiliki siswa terbanyak. LIA
menyediakan sembilan kelas ber-AC yang digunakan secara bergilir selama
enam hari belajar, sejak pukul 07.30 sampai dengan pukul 21.00. Kegiatan
kursus tesebut dilayani oleh 23 orang pengajar dan 18 staf non-pengajar.
Selain memperoleh bahan-bahan belajar, siswa LIA juga mendapatkan
majalah berbahasa Inggris dan jaminan asuransi.
Mulya Mitra College (MMC) merupakan lembaga pendidikan kursus
bahasa Inggris yang beralamat di Jl. Buahbatu No. 189 Bandung. Lembaga
kursus yang dipimpin oleh Dra. Ella Rahmalia ini didirikan tahun 1998,
didukung oleh sepuluh tenaga pengajar dan lima staf non-pengajar. Program
yang disediakan berupa English for Children, Teenagers Class, Adult Class,
Conversation, Bussines Communication, Saturday Class {all levels), Super
IntensiveTOZFL, Intensive TOEFL, GMAT, IELT, dan Academic Study Skills.
Fasilitas kursus berupa laboratorium bahasa, laboratorium komputer,
perpustakaan, audio visual, bahan-bahan kursus, dan kelas ber-AC. Jumlah
11
siswa perbulan rata-rata 150 orang, kebanyakan memilih English for Children
dan General English.
ELS Language Centers dipimpin oleh Dra. Una Yulfauzia. Didirikan pada
tahun 1990, beralamat di Jl. Teuku Umar No. 5 Bandung. Bidang pendidikan
yang diberikan adalah bahasa Inggris, yang diasuh oleh 12 pengajar dan 10
tenaga non-pengajar. Lembaga ini menyediakan fasilitas berupa laboratorium
multimedia dan laboratorium komputer, di samping bahan-bahan tertulis
kursus. Program-program yang diberikan meliputi Smart TOEFL (reguler dan
intensif), Smart GMAT,
Professional Bussines, New Dynamic English,
Quick.Com, dan Junior. Rata-rata jumlah peserta perbulan 70 orang, dengan
jumlah terbanyak pada program Quick.Com.
CINDERELLA english school for children didirikan pada tahun 1984,
beralamat di Jl. Buah Batu No. 51 Bandung. Lembaga ini dipimpin oleh H.
Sudihardjo dengan pelayanan pendidikan berupa kursus Bahasa Inggris
untuk anak-anak. Kategori kursus yang disediakan terdiri atas Kelas Kanak-
Kanak (CINDERELLA Infant Group) khusus untuk anak-anak usia TK s/d
kelas II SD (usia 5 tahun s/d 7 tahun), Kelas CINDERELLA A (CAl sampai
CA6) dan Kelas CINDERELLA B (CB1 sampai CB6), CA dan CB untuk anakanak berusia 7 s/d 15 tahun setinggi-tingginya kelas IIISLTP.
Rata-rata siswa CINDERELLA per-bulan berjumlah 50 orang. Kelas CAl
dan Infant memiliki siswa terbanyak. CINDERELLA menyediakan delapan
kelas yang digunakan sebagai fasilitas kelas. Kegiatan kursus tesebut dilayani
12
oleh 11 orang pengajar dan 15 staf non-pengajar. Selain memperoleh
bahan-bahan belajar, fasilitas lainnya adalah laboratorium bahasa dan audio
video.
Adapun perkembangan kondisi finansial dan rata-rata jumlah siswa
pada keempat lembaga pendidikan tersebut, dapat penulis perinci dalam
tabel 1.1.
Tabel 1.1
Perkembangan Penerimaan Dana Pendidikan
di Empat Lembaga Pendidikan (2001-2003)
LIA
Lembaga
Rata-rata Biaya
Rata-rata
/ Tahun
Kursus
Jumlah Siswa/BI
Jumlah Penerimaan
Jumlah Penerimaan
per Bulan
per Tahun
2001
470,000
350
164,500,000
1,974,000,000
2002
480,000
400
192,000,000
2,304,000,000
2003
500,000
433
216,500,000
2,598,000,000
MMC
Lembaga
/ Tahun
Rata-rata Biaya
Rata-rata
Jumlah Penerimaan
Jumlah Penerimaan
Kursus
Jumlah Siswa/BI
per Bulan
per Tahun
2001
450,000
100
45,000,000
540,000,000
2002
520,000
120
62,400,000
748,800,-000
2003
540,000
150
81,000,000
972,000,000
ELS
Lembaga
Rata-rata Biaya
Rata-rata
/ Tahun
Kursus
Jumlah Siswa/BI
Jumlah Penerimaan
Jumlah Penerimaan
per Bulan
perTahun
2001
450,000
50
22,500,000
270,000,000
2002
480,000
60
28,800,000
345,600,000
2003
550,000
70
38,500,000
462,000,000
CINDERELLA
Lembaga /
Rata-rata Biaya
Rata-rata
Jumlah Penerimaan
Jumlah Penerimaan
Tahun
Kursus
Jumlah Siswa/BI
per Bulan
perTahun
168,000,000
2001
400,000
35
14,000,000
2002
450,000
40:
18,000,000
216,000,000
2003
550,000
50
27,500,000
330,000,000
Sumber: Dokumentasi Lembaga Pendidikan, diolah dengan asumsi-asumsi penulis.
13
Selain data sebagaimana tersaji dalam tabel tersebut, dapat pula penulis
jelaskan bahwa proses pembelajaran pada empat lembaga itu memiliki
tingkat kelebihan tesendiri. Dari segi fasilitas belajar mengajar diantaranya
penataan ruang belajar yang nyaman dengan ruangan ber-AC, adanya
perpustakaan bahasa, lab bahasa (video dan audio visual, lab. Multimedia
(komputer),
buku
panduan
belajar
(modul),
staf
pengajar
yang
berpengalaman, dan beberapa lembaga yang penulis teliti menggunakan
pengajar dari luar/native speaker untuk kelas yang sudah level tinggi,
penerapan
sistem
belajar
yang
menyenangkan,
misalnya
belajar
menggunakan komputer dengan CD interaktif, permaianan game untuk
bahasa dan Iain-Iain.
Output lulusan di setiap lembaga yang penulis teliti pada umumnya
dikelompokkan pada 3 tingkat yaitu tingkat dasar (elementary), tingkat
menengah (intermediate) dan tingkat lanjut (advance). Pada tingkat dasar
diharapkan peserta sudah menguasai percakapan sehari-hari, sedangkan
tingkat menengah diharapkan peserta bisa menguasai percakapan bidang
bisnis yang sederhana dan menguasai writing, adapun untuk tingkat lanjut
peserta
harus
sudah
bisa menguasai
percakapan
yang
lebih luas
wawasannya dan menguasai tenses.
Secara garis besarnya dari tingkatan level kursus bahasa inggris tersebut
memiliki silabus, yang penulis teliti sebagai berikut:
14
Tingkat Dasar (Elementary) : memperkenalkan bahasa Inggris dari dasar,
peserta akan memahami perintah dan pendapat-pendapat yang sederhana,
peserta dapat membedakan pertanyaan dan pernyataan, peserta mendengar
dan memahami dialog-dialog sederhana. Tingkat Menengah (Intermediate) :
peserta memahami penjelasan dan instruksi yang lebih rumit, peserta
memilih topik mengarang yang tepat dan menulis suatu karangan yang
terorganisir, peserta mempresentasikan suatu artikel koran misalnya, peserta
memberikan sebuah ide, nasehat dan sebagainya yang persuasive. Tingkat
Lanjut (Advance) : peserta memahami percakapan native speakers, peserta
dapat berkomunikasi dengan jelas dan lancar, peserta menulis suatu
proposal, argumen dan sebagainya, peserta dapat menggunakan ekspresi
idiomatic dalam percakapan.
Setiap peserta kursus di lembaga pendidikan luar sekolah, pada umumnya
bertujuan untuk melengkapi atau memperdalam keahlian yang dimilikinya,
sekaligus mendapatkan sertifikat, yang nantinya akan digunakan untuk
mendapatkan pekerjaan atau membuka lapangan kerja sesuai dengan latar
belakang dan keahlian pendidikan yang diambilnya.
B.
Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Bertolak dari kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka penyediaan
dana pendidikan maka diperlukan suatu strategi yang tepat dan cermat dari
pihak pengelola. Strategi yang dibutuhkan dalam menggali dana harus
15
dilandasi
oleh
kemampuan
manajerial,
komitmen
pihak terkait,
dan
kepercayaan yang tinggi dari semua masyarakat yang dilayani. Faktor-faktor
perhitungan anggaran pendidikan, sangat kompleks karena adanya harga
patokan dan pengaruh tingkat inflasi juga faktor ekonomi secara makro,
seperti sosial ekonomi masyarakat, krisis moneter, tingkat inflasi, dan
bencana alam, yang menimbulkan kelangkaan barang keperluan pendidikan,
sehingga anggaran berubah dengan tingkat ketidakpastian. Sedangkan
pemasukan dan pengeluaran dituntut seimbang, sesuai dengan acuan
pemerintah, oleh sebab itu diperlukan suatu perhitungan yang mengarah
kepada pendekatan kepastian anggaran. Latar belakang masalah di atas
selanjutnya penulis jadikan titik tolak untuk memfokuskan masalah penelitian
yang dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana manajemen pembiayaan
pendidikan yang ditempuh oleh Lembaga Pendidikan Swasta ? Fokus
masalah tersebut lebih lanjut penulis rinci ke dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses prencanaan anggaran pendidikan dan prosedur
penerimaan dan
pendayagunaan biaya pendidikan pada lembaga
pendidikan swasta?
2.
Bagaimana cara-cara yang ditempuh lembaga dalam menghimpun dan
menarik sumber-sumber pembiayaan pendidikannya?
3.
Jenis-jenis kegiatan apa saja yang dibiayai dalam penyelenggaraan
pendidikan di lembaga pendidikan swasta?
16
4.
Bagaimana proses pengawasan dan Evaluasi Pendayagunaan biaya
pendidikan sehubungan dengan pelaksanaan manajemen pembiayaan
dan mutu pendidikan lembaga pendidikan swasta?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi,
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena pokok permasalahan. Melalui
penelitian ini diharapkan diperoleh informasi objektif yang berkenaan dengan
strategi pembiayaan dan dampaknya terhadap kinerja Lembaga Pendidikan
Swasta.
Secara Khusus penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi,
mendeskripsikan dan menganalisis hal-hal sebagai berikut:
(a) proses perencanaan anggaran dan evaluasi
pendayagunaan dan
penerimaan biaya pendidikan pada lembaga pendidikan swasta;
(b) jenis-jenis sumber dan cara penarikan biaya pendidikan pada lembaga
pendidikan swasta;
(c) upaya Lembaga Pendidikan Swasta dalam membiayai berbagai jenis
kegiatan pendidikannya;
(d) sistem pengawasan pembiayaan yang efektif dan efisien untuk
mewujudkan pendidikan yang bermutu dan menjamin kelangsungan
hidup Lembaga Pendidikan Swasta.
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ditujukan
kepada pihak-pihak yang berkenaan dengan penyelenggaraan Lembaga
Pendidikan Swasta, yaitu sebagai berikut:
17
(a)
sebagai
masukan
dan
gambaran
bagi
guru
tentang
kondisi
lembaga di dalam mengembangkan keterampilan dan menerapkan
konsep perencanaan pembiayaan pendidikan yang diketahuinya;
(b)
menunjang
kesinambungan
proses
pembelajaran bagi siswa,
terutama dalam mengimplementasikan keahlian dan kemampuannya,
karena kelancaran proses belajar mengajar;
(c)
memberikan
altematif
atau
dasar teoretik — yang diangkat dari
kondisi empirik — bagi peneliti mengenai strategi pembiayaan yang
diterapkan
bagi
kesinambungan
(d)
upaya
meningkatkan
hidup Lembaga
kemampuan
dan
Pendidikan Swasta.
memberikan sumbangan pemikiran bagi organisasi penyelenggara
Lembaga Pendidikan Swasta dalam hal mengidentifikasi, mendeskripsi
dan
menganalisis
aspek-aspek
yang
menyangkut
manajemen
pembiayaan pendidikan, untuk kelangsungan visi dan misi Lembaga.
(e)
memberikan informasi kepada Pemerintah sebagai bahan kebijakan
pembinaan potensi Lembaga Pendidikan Swasta.
D.
Kerangka Berpikir Penelitian
Penelitian ini didasarkan atas asumsi bahwa dibandingkan dengan
lembaga-lembaga
Lembaga
pendidikan
Pendidikan
Swasta
yang
diselenggarakan
relatif
lebih
oleh
manageable
pemerintah,
dalam
hal
mengembangkan mutu, relevansi, efisiensi, dan efektivitas pendidikannya.
Karena itu, Lembaga Pendidikan Swasta yang dikelola secara tepat arah,
18
dapat menjadikan dirinya sebagai alternatif pendidikan bagi masyarakat.
Sementara itu, pembiayaan pendidikan pada Lembaga Pendidikan
Swasta, untuk sebagian besar bahkan hampir seluruhnya bersumber dari
dana masyarakat, dalam hal ini peserta didik. Akuntabilitas dan siasat
perolehan dana dari sumber lain, menjadi penting untuk memelihara
kelangsungan hidup dan meningkatkan kinerja Lembaga Pendidikan Swasta.
Dengan kata lain, Lembaga Pendidikan Swasta harus memiliki
strategi yang cerdas untuk membiayai penyelenggaraan pendidikannya.
Pada tataran operasionalnya, strategi yang dimaksud terkait dengan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan terhadap
sumber-sumber dan alokasi dana penyelenggaraan pendidikan sehingga
kinerja sistem pendidikannya senantiasa terjamin. Untuk lebih ringkasnya,
kerangka berpikir penelitian ini dapat penulis sajikan secara skematik melalui
gambar di bawah ini.
19
Visi dan Tujuan
Lembaga Pendidikan Swasta
Keterbatasan Sumber
Pembiayaan
Manajemen Pembiayaan Pendidikan
- Penarikan
- Perencanaan Anggaran
Mutu Lembaga Pendidikan
- Layanan Administrasi
- Layanan PBM
- Prioritas Kegiatan yang dibiayai
- Evaluasi Pendayagunaan Biaya
Temuan dan Rekomendasi
Penelitian :
Manajemen Biaya dan Mutu
Pendidikan yang Akuntabel
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik
dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini
berawal dari tujuan pokok penelitian, yaitu ingin mendeskripsikan dan
menganalisis data dan informasi sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh gambaran tentang
status gejala pada saat penelitian dilakukan {expose de facto). Hal ini
dipertegas oleh L.J. Moleong.(1990:7), bahwa penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif lebih mementingkan proses daripada hasil,
membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk
memeriksa keabsahan data dan hasil penelitian disepakati oleh kedua belah
pihak yaitu peneliti dan subjek penelitian.
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri yang membedakannya
dengan penelitian jenis iainnya. Moleong (2001:4) mempadukan pendapat
Bogdan dan Biklen yang mengajukan lima ciri penelitian kualitatif dengan
pendapat Lincoln dan Guba yang mengajukan sepuluh ciri penelitian
kualitatif sebagai berikut:
(1) Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau
pada kotak dari suatu keutuhan.
(2) Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan
orang lain merupakan alat pengumpul data utama sehingga setiap
saat dapat menyesuaikan dengan kenyataan-kenyataan di
lapangan.
(3) Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif dengan
beberapa pertimbangan. Pertama menyesuaikan metode kualitatif
lebih mudah bila berhadapan dengan kenyataan lain. Kedua,
metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan
73
74
penelitian dengan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri.
(4) Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif,
karena induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan
ganda sebagai yang terdapat dalam data, dapat membuat
hubungan peneliti-responden menjadi lebih eksplisit, dapat dikenal
dan accountable serta dapat menguraikan latar secara penuh,
dapat
menentukan
pengaruh
bersama
dan
dapat
memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari
struktur analitik.
(5) Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan
penyusunan teori substantif yang bermasalah dari data, karena
tidak ada teori a priori yang mencakup kenyataan ganda,
mempercayai apa yang dilihat secara netral dan teori dasar lebih
responsive terhadap nilai-nilai kontekstual.
(6) Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan
bukan angka-angka sehingga menghasilkan analisis berupa
uraian.
(7) Penelitian ini lebih mementingkan proses daripada hasil.
(8) Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam
penelitian atas dasar fokus yang menjadi maslah penelitian.
(9) Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data. Penelitian ini
meredefinisikan validitas dan objektivitas dalam versi lain.
(10) Penelitian kualitatif menyusun desain terus menerus
menyesuaikan dengan lapangan, desainnya tidak ketat, dan tidak
kaku.
'Penelitian
kuantitatif
dalam pendidikan sering disebut inkuiri
naturalistik atau naturalistic inquiry' (Bogdan dan Biklen, 1982:3). Inkuiri
naturalistik
berarti
proses
pengkajian
yang dilakukan pada situasi
lapangan yang alami, menggunakan metode-metode alami (observasi,
75
wawancara dan Iain-Iain), dan peneliti berinteraksi secara alami dengan
subjek penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti berfungsi
sebagai instrumen penelitian dan peneliti mengkonsentrasikan perhatian
dalam memahami perilaku, sikap, pendapat, persepsi dan sebagainya
berdasarkan pandangan subjek yang diteliti tersebut.
B.
Tahap-tahap Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan secara bertahap. Pertama, tahap
persiapan dengan kegiatan-kegiatan : (a) Membuat proposal penelitian; (b)
seminar proposal penelitian; (c) Perbaikan proposal penelitian; (d) Menyusun
instrumen
penelitian;
(e)
Perbaikan
instrumen
penelitian;
dan
(f)
Menyelesaikan surat ijin penelitian.
Kedua, tahap pelaksanaan yang meliputi kegiatan pengumpulan data
dilakukan lembaga pendidikan yang menjadi subjek penelitian. Ketiga, tahap
pengelolaan data. Setelah data terkumpul dilanjutkan dengan menganalisis
data dengan pendekatan kualitatif. Keempat, tahap pembahasan hasil
penelitian dan kesimpulan. Kelima, tahap penyusunan laporan.
C.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini memilih lokasi di Kota Bandung, dengan objek penelitian
berupa
Lembaga
Pendidikan Pelatihan
(LPP)
yang
sudah
dianggap
established , yaitu MMC, LIA, ELS dan CINDERELLA. Aspek-aspek yang
menjadi fokus kajian dalam penilitian ini ialah manajemen pembiayaan
76
pendidikan, pengelolaan, dan kinerja keempat LPP tersebut. Lebih lanjut
akan dicari keterkaitan di antara aspek-aspek kajian tersebut.
Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan mulai bulan Juli sampai
September 2003 mulai dari tahap orientasi, tahap pengumpulan data, tahap
pengolahan data sampai pada tingkat penyimpulan hasil penelitian, serta
sidang tahap I dan tahap II.
Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel adalah sumber yang
dapat memberikan informasi kepada peneliti. Penentuan sampel penelitian
dilakukan secara purposive. Berdasarkan uraian diatas, maka sampel
penelitian ini terdiri dari : (1) Ketua Lembaga, (2) Pembantu Ketua Lembaga,
(3) Kepala Bagian Administrasi Lembaga. Sampel Iainnya yang didasarkan
kebutuhan pada saat pengumpulan data di lapangan. Penentuan sampel
penelitian dilakukan secara purposif, yaitu akta-akta, statuta, brosur,
fasilitas, siswa, lingkungan dan para lulusan (alumni) disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai. Jumlah sampel tidak dibatasi, tetapi tergantung
pada pertimbangan kelengkapan data dan informasi yang dikumpulkan.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Di dalam pelaksanaan penelitian, peneliti sebagai instrumen utama,
sehingga memiliki peran yang sangat penting dan menyatu dengan kegiatan
penelitian. Peneliti sebagai instrumen utama penelitian sangat menentukan
kelancaran,
keberhasilan,hambatan
atau
kegagalan
di
dalam
77
pengumpulan data yang diperlukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan langsung oleh peneliti melalui penggunaan teknik pengumpulan
data berupa wawancara dan observasi.
Untuk mengumpulkan data secara cermat dan lengkap digunakan
instrumen atau alat pengumpul data sebagai berikut: (a) catatan wawancara
dan observasi, (b) alat perekam wawancara, (c) dokumentasi berupa foto-
foto dan dokumen tertulis Iainnya. Agar proses pengumpulan data dapat
dilakukan secara terfokus, maka peneliti menyusun pedoman pengumpulan
data. Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan. Selain itu, dengan observasi dimaksudkan untuk melakukan
recheck
atau triangulasi. Observasi dilakukan dengan cara mendatangi
subjek dan diteliti secara
langsung. Berdasarkan observasi, diharapkan
diperoleh data penelitian secara lebih objektif, dengan observasi diperoleh
data dan infomasi yang akurat karena peneliti datang langsung ke lembaga
yang diteliti, dengan cara ini juga didapat dokumen - dokumen yang
diperlukan misalnya brosur yang berisi tentang profil lembaga, biaya kursus
dan program-program yang diadakan oleh lembaga tersebut. Selain itu
peneliti bisa melihat langsung mengenai keberadaan lembaga, fasilitas dan
data-data yang diperlukan.
78
2.
Wawancara
Teknik Wawancara digunakan untuk melengkapi data dan informasi
pada observasi. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara yang dibuat berdasarkan kisi-kisi pengumpulan data. Pedoman
ini dibuat dan dirumuskan dalam bentuk terbuka. Dengan wawancara ini
diharapkan dapat diperoleh data mengenai : (1) Kegiatan promosi,
pelayanan akademik, penyediaan sarana fisik dan sarana non fisik yang
dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam pembiayaan pendidikan
tinggi; (2) Pelaksanaan pengelolaan keuangan yang berasal dari dana
masyarakat dengan mengetahui jumlah alokasi penerimaan dan pengeluaran
dari tiap kegiatan; (3) Pelaksanaan riset yang berkaitan
dengan
pemberdayaan masyarakat; dan (4) Pelaksanaan kegiatan pengabdian
masyarakat.
3.
Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi data dan informasi
yang diperoleh dari dua teknik terdahulu, yaitu dengan mempelajari
berbagai dokumen yang berhubungan dengan : (1) kegiatan-kegiatan
promosi dan
kegiatan - kegiatan Iainnya yang bertujuan untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan pendidikan luar
sekolah; (2) bukti-bukti fisik pengelolaan dana, baik berupa pembukuan,
bukti pembelanjaan dan hal-hal lain yang bersifat kegiatan keuangan; dan
(3) dokumen-dokumen lain yang bersifat permanen dan tercatat. Dengan
79
teknik ini diharapkan dapat diperoleh
dokumen,
data - data tertulis, baik berupa
foto - foto, rekaman pembicaraan selama rapat-rapat, notula
rapat dan Iain-Iain.
E.
Teknik Analisis Data
Sebelum dianalisis, data dan informasi diklasifikasikan sesuai dengan
pertanyaan penelitian. Catatan wawancara dan observasi yang belum
tersusun secara terstruktur ditata sedemikian rupa sehingga menjadi suatu
catatan yang sistematis. Dengan cara ini proses analisis data dapat dilakukan
secara cepat dan tepat. Apabila ada kekurangan data dan informasi akan
segera dapat diketahui untuk dilengkapi. Analisis data dimulai sejak proses
pengumpulan data. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu sebagai
berikut:
1.
Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang bertujuan
untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak diperlukan dan mengorganisasikan data dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan dan dapat
diverifikasi. Selama proses pengumpulan data dilakukan reduksi
terhadap
data
melalui
proses
pemilihan,
pemusatan,
penyederhanaan, abstraksi dan transparansi data kasar yang
diperoleh dari catatan lapangan. Hasil wawancara dan observasi
80
segera disusun dalam bentuk yang terpola sesuai dengan
pertanyaan penelitian.
Dalam mereduksi data tersebut peneliti akan menyusun dan
merangkum secara sistematis permasalahan pokok yang berkaitan
dengan fokus masalah sehingga akan terlihat lebih jelas polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan
gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan
mempermudah peneliti untuk mencari jawaban jika sewaktuwaktu diperlukan.
2.
Display (Penyajian) Data
Penyajian data merupakan tahapan yang bertujuan untuk
memahami apa yang sedang terjadi, dan apa yang harus
dilakukan selanjutnya, kemudian menganalisis kembali atau
mengambil tindakan yang dianggap perlu. Rangkuman mengenai
pokok-pokok penelitian disajikan dalam bentuk catatan lengkap
sebagai deskripsi data atau temuan penelitian.
3.
Kesimpulan dan Verifikasi
Hasil display data selanjutnya dibahas dengan bertitik tolak pada
teori dan diperkuat dengan data dan informasi dari hasil analisis
dokumentasi. Setelah itu dibuat kesimpulan tentang hasil
penelitian.
F.
Validasi Temuan Penelitian
Menurut Moleong.(2001 : 173 ) bahwa untuk menetapkan keabsahan
diperlukan
teknik
pemeriksaan atau pengujian dan bahwa tingkat
kepercayaan hasil penelitian kualitatif ditentukan oleh criteria - kriteria :
(1)
kredibilitas atau derajat
kepercayaan
(validitas Internal), (2)
transferabilitas atau keteralihan (validitas eksternal), (3) dependabilitas atau
ketergantungan
(reabilitas) dan
(4)
konfirmabilitas,
objektivitas atau
kepastian (Nasution 1988:144-124; Muhadjin, 2000: 171-177; dan Usman
dan Akbar 2001:88-89). Dengan mempedomani kriteria tersebut penelitian
ini akan
dilaksanakan
mengikuti
kriteria
di atas.
Selanjutnya
akan
dijelaswkan kriteria dimaksud seperti di bawah ini.
1.
Kredibilitas
Kredibilitas
merupakan
ukuran
tentang
kebenaran
data
yang
dikumpulkan, dan dalam penelitian kuantitatif validitas internal. Kredibilitas
dalam penelitian kuantitatif menggambarkan kecocokan atau kesesuaian
konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau nara sumber.
Untuk memperoleh hal tersebut dalam penelitian ini dilakukan beberapa
kegiatan antara lain trianggulasi dan member check yang bertujuan
mengecek kebenaran data yang diperoleh dengan cara membandingkan data
dari sumber lain.
Dengan demikian yang satu dengan Iainnya saling terkait dan saling
berhubungan
baik secara
paralel
maupun
vertikal.
Sementara
cara
82
pengumpulan data dilakukan malalui
observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Dalam lintas kerja seperti ini, setiap data/informasi yang
disampaikan seorang nara sumber Iainnya, sekaligus dilakukan pengecekan
kebenaran data/informasi yang ada. Proses triangulasi dan membercheck
tidak hanya sekedar mengetahui kebenaran data tertentu, tetapi juga
sekaligus menyelidiki validitas tafsiran mengenai data serta melengkapi
kekurangan di sana-sini. Semuanya ini dimaksudkan untuk menjaga
kredibilitas data.
2.
Transferabilitas
Transferabilitas ialah apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat
digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi lain. Artinya sejauh
manakah hasil penelitian ini bisa diaplikasikan atau atau digunakan dalam
objek lain. Dengan kata lain transferabilitas dalam penelitian kualittaif
menurut
Nasution
(1988:188)
adalah
:
'bagi
peneliti
kualitatif,
transferabilitas tergantung pada si pemakai yakni hingga manakah hasil
penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan sutuasi tertentu''
Oleh karena transferabilitas hasil penelitian ini diserahkan kepada kalangan
penggunanya.
3.
Dependabilitas
Dalam penelitian kuantitatif dependabilitas dapat diartikan sejajar
dengan reliabilitas yang dimaksudkan dengan pembahasan masalah
konsistensi suatu penelitian. Dependabilitas dalam penelitian ini dimaksudkan
berupa pengujian, artinya apakah penelitian ini dapat diulangi atau
direplikasikan dengan menemukan hasil yang sama. Hal ini berkaitan dengan
pemikiran, bahwa situasi sosial/manusia pada hekekatnya bersifat unik dan
tidak dapat dikonstruksi sepenuhnya seperti semula.
Oleh karena itu sangat sulit mengukur konsistensi hasil penelitian
manusia. Untuk menjaga kebenaran dan konsistensi hasil penelitian ini
melakukan audit trail, yang dengan
melakukan
pemeriksaan guna
meyakinkan hal-hal yang dilaporkan memang demikian adanya. Hal ini
ditempuh dengan jalan : (1) mencatat selengkap mungkin hasil wawancara,
observasi,
maupun studi dokumentasi
sebagai
data
mentah
guna
kepentingan analisis selanjutnya; (2) menyusun hasil-hasil dengan cara
menyeleksi data mentah tersebut, kemudian merangkum atau menyusunnya
dalam bentuk deskripsi sebagai display data; (3) kemudian melaporkan
keseluruhan proses penelitian dari sejak studi orientasi dan menyusun disain
sampai pengolahan data sebagaimana disampaikan dalam penelitian ini.
Dengan demikian
kebermaknaan data yang
dikumpulkan dalam
penelitian ini sudah sewajarnya pula terbatas, tetapi tetap bergantung
kepada kesamaan situasi atau kondisi yang ada. Kebermaknaan hasil
penelitian akan bermuara pada kebermaknaan data yang terkumpul yang
dalam hal ini pelaksanaan pengelolaan Lembaga Pendidikan.
4.
Konfirmabilitas
Konfirmabilitas yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hal yang
84
berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian. Mengingat penelitian
kualitatif ini dilakukan langsung oleh peneliti dalam menjaring data, maka
objektivitas data yang dijaring sangat bergantung pada peneliti sendiri,
sehingga wajar saja bila muncul kata tanya apa, bagaimana, dan mengapa
penjaringan itu ? Berbeda dengan kuantitatif yang instrumen penjaringan
datanya berupa angket yang bisa siapa saja menyebarkannya. Dalam
pelaksanaan penelitian ini, peneliti selalu menjaga objektivitas semaksimal
mungkin melalui metode dan tata cara yang sudah dijelaskan sebelumnya.
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Proses penyusunan pembiayaan pendidikan pada Lembaga Pendidikan
Swasta. Berdasarkan hasil pengamatan dan kajian dokumen di
keempat lembaga yang penulis teliti, secara umum proses penyusunan
RPP-nya mempertimbangkan komponen-komponen mandat lembaga
pendidikan, tuntutan stakeholders, dan tuntutan pesaing.
2. Upaya strategis Lembaga Pendidikan Swasta dalam menggali sumbersumber dana untuk membiayai pendidikannya. Sumber dominan biaya
pendidikan pada keempat lembaga tersebut berasal dari biaya kursus
yang dibayarkan oleh peserta sesuai dengan program yang mereka
pilih.
Untuk menghimpun sumber biaya tersebut, keempat lembaga
pendidikan itu menempuh strategi yang hampir sama. Pertama,
menganalisis kebutuhan biaya periode sebelumnya, untuk kemudian
diperkirakan kemungkinan-kemungkinan peningkatan atau tambahan
kebutuhan biaya pada periode yang akan datang. Kedua, melakukan
penyesuaian-penyesuaian besarnya biaya dengan kemungkinankemungkinan perubahan harga, termasuk juga gaji staf dan pengajar.
10Q
Karena sumber pembiayaan pendidikan pada keempat lembaga
tersebut hampir seluruhnya berasal dari peserta, maka dengan
sendirinya penyelenggara harus berusaha meyakinkan layanan terbaik
bagi para peserta. Secara ideal, sumber-sumber pemasukan biaya
pendidikan bisa saja berasal dari uang pembangunan, uang pembinaan
peserta, uang pendaftaran, uang ujian, uang praktikum, dan
sebagainya.
Namun demikian, karena sifat dan durasi program pendidikan
yang diselenggarakan berbeda dengan sekolah, akademi, dan
universitas, maka sumber pembiayaan yang paling mungkin dipungut
agak besar adalah dari biaya kegiatan. Sumber pembiayaan pada
umumnya terdiri atas biaya kursus, biaya administrasi, biaya ujian, dan
biaya bahan-bahan kursus.
3. Sistem pembiayaan yang efektif dan efisien agar dapat mewujudkan
pendidikan yang bermutu dan menjamin kelangsungan hidup Lembaga
Pendidikan Swasta. Kebermutuan pendidikan di lembaga-lembaga
pendidikan yang penulis teliti menunjukkan keterkaitan yang erat
dengan ketersediaan biaya. Satu hal yang merupakan gejala um