IDENTIFIKASI BEBERAPA SENYAWA ANALGETIK DALAM JAMU PEGAL LINU YANG BEREDAR DI KOTA PADANG.

IDENTIFIKASI BEBERAPA SENYAWA
ANALGETIK DALAM JAMU PEGAL LINU
YANG BEREDAR DI KOTA PADANG

SKRIPSI SARJANA FARMASI

Oleh

AULIANDO SYADAWI
No. BP : 07931019

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian identifikasi beberapa senyawa obat dalam
jamu pegal linu yang beredar di kota Padang. Metoda identifikasi menggunakan
pereaksi warna, kromatografi lapis tipis, dan spektrofotometri UV. Senyawa

analgetik yang diperiksa meliputi parasetamol, metampiron, dan fenilbutazon.
Proses ekstraksi parasetamol dan metampiron dalam sampel menggunakan pelarut
etanol, sedangkan ekstraksi fenilbutazon menggunakan pelarut kloroform.
Analisis dengan kromatografi lapis tipis menggunakan silika gel GF254 sebagai
fase diam, metanol : kloroform (90 : 10) sebagai fase gerak parasetamol, metanol :
kloroform : asam asetat 20 % (3:7:0,5) sebagai fase gerak metampiron, dan aseton
: kloroform : eter (40 : 35 : 25) sebagai fase gerak fenilbutazon. Analisis
menggunakan spektrofotometri UV, parasetamol diukur pada panjang gelombang
serapan maksimum yaitu 243,5 nm, metampiron 233,6 nm, dan fenilbutazon 242
nm. Hasil penelitian menujukkan bahwa dari 5 sampel jamu, 2 sampel yang
mengandung parasetamol, 4 sampel yang mengandung metampiron, dan 3 sampel
yang mengandung fenilbutazon.

iii

ABSTRACT

A study on identification of some drugs compound in “jamu pegal linu”
where distributed in Kota Padang has been done. Identification method was using
color reagent, thin layer chromatography, and spectrophotometric UV. Drugs

compound that have been checked include of paracetamol, methampyrone, and
fenilbutazon. Extraction of paracetamol and methampyron from samples were
using ethanol, whereas extraction of phenylbutazon from samples were using
chloroform. Analysis of thin layer chromatography was using silica gel GF254 as
the stationary phase, methanol : chloroform (90 : 10) as the mobile phase for
paracetamol, methanol : chloroform : acetic acid 20 % (3:7:0,5) as the mobile
phase for methampyrone, and acetone : chloroform : ether (40 : 35 : 25) as the
mobile phase for phenylbutazone. Analyzed by spectrophotometric UV,
paracetamol was measured at maximum absorption wavelength in 243,5 nm,
methampyron was in 233,6 nm, and phenylbutazon was in 242 nm. The results
shown that from 5 samples of “jamu pegal linu”, 2 samples contained
paracetamol, 4 samples contained methampyron, and 3 samples contained
phenylbutazone.

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR


i

ABSTRAK

iii

ABSTRACT

iv

DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR


ix
xi

DAFTAR LAMPIRAN
I.

1

PENDAHULUAN

4

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Jamu
2.1.1

4
Tumbuhan-tumbuhan Obat yang Biasa digunakan


4

Dalam Jamu Pegal Linu
2.1.2

Obat-obat Yang Biasa Ditambahkan ke dalam

5

Jamu Pegal Linu
2.1.2.1

Parasetamol

5

2.1.2.1.1.

Tinjauan Kimia dan Fisika Parasetamol


5

2.1.2.1.2.

Analisa Parasetamol

6

2.1.2.1.3.

Tinjauan Farmakologi Parasetamol

8

2.1.2.2

Metampiron

9


v

2.1.2.2.1.

Tinjauan Kimia dan Fisika Metampiron

9

2.1.2.2.2.

Analisa Metampiron

10

2.1.2.2.3.

Tinjauan Farmakologi Metampiron

10


2.1.2.3

Fenilbutazon

11

2.1.2.3.1.

Tinjauan Kimia dan Fisika Fenilbutazon

11

2.1.2.3.2.

Analisa Fenilbutazon

11

2.1.2.3.3.


Tinjauan Farmakologi Fenilbutazon

12

2.2

Kromatografi

13

2.3

Spektrofotometri Ultraviolet

17
20

III. PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1


Waktu dan Tempat Penelitian

20

3.2

Alat dan Bahan

20

3.3

3.2.1 Alat

20

3.2.2 Bahan

20


Cara kerja

21

3.3.1 Pengambilan sampel

21

3.3.2 Pemeriksaan bahan baku pembanding

21

3.3.3 Pembuatan reagen

21

3.3.4 Ekstraksi bahan kimia obat pada jamu

23

3.3.5 Ekstraksi jamu pegal linu yang telah

24

ditambahkan baku pembanding
3.3.6 Analisa kandungan senyawa analgetik dalam sampel

vi

25

3.3.7 Analisis data

29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

30

4.1 Hasil

30

4.2 Pembahasan

32
37

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

37

5.2. Saran

37

DAFTAR PUSTAKA

38

LAMPIRAN

41

vii

BAB I
PENDAHULUAN

Kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam (”Back to Nature”) dalam memelihara
kesehatan tubuh dengan memanfaatkan obat bahan alam yang tersedia melimpah di tanah air,
membuat industri di bidang obat tradisional berusaha meningkatkan kapasitas produksinya.
Kecenderungan kembali ke alam, didasari alasan umum bahwa obat bahan alam merupakan
bahan yang aman digunakan dan mudah didapat (Badan POM RI, 2010).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Salah satu contoh
obat tradisional adalah jamu (Badan POM RI, 2010).
Jamu pegal linu banyak digunakan masyarakat dan dikonsumsi dengan tujuan untuk
menghilangkan rasa pegal-pegal pada tubuh. Berdasarkan informasi yang didapat, baik dari
media cetak, media elektronik maupun informasi dari BPOM, sering terjadi penambahan bahan
kimia obat (BKO) terhadap berbagai macam jamu. Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan
POM nomor HK.00.05.41.1384 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 246/Menkes/Per/V/1990 tentang izin usaha Industri Obat Tradisional dan
pendaftaran obat tradisional, obat tradisional dilarang menggunakan bahan kimia hasil isolasi
atau sintetik berkhasiat obat, narkotika atau psikotropika, dan hewan atau tumbuhan yang
dilindungi (Badan POM RI, 2010).
Penambahan bahan kimia obat (BKO) di dalam obat tradisional inilah yang menjadi nilai
jual bagi produsen, yaitu untuk mempercepat khasiat dari jamu tersebut. Tindakan produsen yang

mengedarkan produk obat tradisional dengan menambah BKO ini telah melanggar UU No.23
tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. (Badan POM RI, 2010).
Beberapa bahan kimia obat (BKO) yang sering ditambahkan ke dalam jamu pegal linu
adalah parasetamol, metampiron, dan fenilbutazon. Parasetamol atau asetaminofen merupakan
metabolit fenasetin dengan khasiat antipiretik dan analgetik lemah. Parasetamol memiliki efek
toksis yaitu nekrosis hati, kadang-kadang juga terjadi nekrosis tubulis renali, mual, muntah serta
sakit perut (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007).
Metampiron merupakan golongan metamizol yang merupakan derivat-sulfonat dari
aminofenazon yang larut dalam air. Senyawa ini dapat secara mendadak dan tak terduga
menimbulkan kelainan darah yang fatal, seperti agranulositosis (Tjay & Rahardja, 2002).
Fenilbutazon memiliki khasiat antiradang lebih kuat daripada analgetiknya, sehingga obat ini
khusus digunakan untuk jenis artritis tertentu. Senyawa ini memiliki efek samping terhadap
darah dan lambung (Tjay & Rahardja, 2002).
Dalam penelitian ini, dilakukan analisa senyawa parasetamol , metampiron, dan
fenilbutazon menggunakan reaksi warna, kromatografi lapis tipis (KLT), dan spektrofotometri
UV. Penggunaan spektrofotometri UV adalah untuk dapat menentukan kandungan kimiawi dari
suatu bahan yang menyerap sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200 – 400 nm
(Dachriyanus, 2004).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terkandung parasetamol, metampiron,
atau fenilbutazon dalam jamu pegal linu yang beredar di kota Padang, sehingga
menginformasikan kepada masyarakat untuk dapat berhati-hati dalam mengkonsumsi produk
jamu pegal linu.

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Air Dalam Jamu Pegal Linu Secara Destilasi Toluen

0 9 34

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DALAM JAMU PEGAL LINU YANG DI JUAL DI SURAKARTA MENGGUNAKAN Analisis Bahan Kimia Obat Dalam Jamu Pegal Linu Yang Di Jual Di Surakarta Menggunakan Metode Spektrofotometri UV.

0 2 12

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DALAM JAMU PEGAL LINU YANG DI JUAL DI SURAKARTA MENGGUNAKAN Analisis Bahan Kimia Obat Dalam Jamu Pegal Linu Yang Di Jual Di Surakarta Menggunakan Metode Spektrofotometri UV.

0 3 15

Analisis Parasetamol pada Jamu Pegal Linu yang Beredar di Surakarta dengan Metode KLT-Densitometri.

0 0 16

Analisis fenilbutazon pada jamu pegal linu yang beredar di kota surakarta dengan metode kromatografi lapis tipis - densitometri.

0 1 17

Analisis Parasetamol Pada Jamu Pegal Linu Yang Beredar Di Surakarta Dengan Metode KLT-Densitometri Doc241

0 0 1

Penentuan Bercak Identitas Simplisia Jahe (Zingiber Officinale Rosc) Dalam Beberapa Merek jamu Pegal Linu yang Beredar Di Pasaran Surabaya - Ubaya Repository

0 0 2

View of IDENTIFIKASI DEKSAMETASON DALAM JAMU PEGAL LINU SEDIAAN SERBUK YANG BEREDAR DI PASAR-PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

0 1 8

Analisis Adulterasi Jamu Pegal Linu yang Diperoleh dari Pasar di Jakarta dan Sekitarnya (Analysis of Adulterated Jamu Pegal Linu Obtained from the Market in Jakarta)

0 3 6

IDENTIFIKASI DAN PENENTUAN KADAR PARASETAMOL DAN FENILBUTAZON DALAM JAMU PEGAL LINU YANG BEREDAR DI SURABAYA SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS - DENSITOMETRI

0 0 14