PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUIPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW VARIATIF PADA Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Variatif Pada Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Kedungwinong 02 Ke

PENINGKATAN K
KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIK
IKA MELALUI
PENERAPAN MO
ODEL PEMBELAJARAN JIGSAW VARIA
RIATIF PADA
SISWA KELAS
S IV SEMESTER I SD NEGERI KEDUNGWIN
GWINONG 02
KECA
AMATAN SUKOLILO KABUPATEN PAT
ATI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :
SUDARYANI
NIM : A54E090110

FAKULT

IKAN
LTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIK
UNIVER
RTA
ERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKART
2012

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW VARIATIF PADA
SISWA KELAS IV SEMESTER I SD NEGERI KEDUNGWINONG 02
KECAMATAN SUKOLILO KABUPATEN PATI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Sudaryani, A54E090110, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2012, 96 Halaman.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika
melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw Variatif pada siswa kelas IV
Semester I SD Negeri Kedungwinong 02 Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati

Tahun Pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan 2 siklus. . Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV
SD N Kedungwinong 02. Sumber data dari penelitian ini adalah guru dan siswa.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik
pengumpulan data yang digunakan melalui wawancara, observasi, dokumentasi,
dan tes. Prosedur penelitian meliputi tahap identifikasi masalah, persiapan,
penyusunan, rencana tindakan, implementasi tindakan, pengamatan, dan
penyusunan rencana. Proses penelitian sendiri dilaksanakan dalam dua siklus,
yang masing-masing terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
kemandirian belajar siswa Analisis data dalam penelitian ini dengan komparatif
kritis yang dilengkapi dengan analisis rata-rata hasil belajar dikelas IV semester I
SD Negeri Kedungwinong 02 Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati Tahun
Pelajaran 2012/2013. Sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh rata-rata hasil
belajar kognitif produk siswa 55. Dan rata-rata pada siklus I meningkat menjadi
66. Dan rata-rata pada siklus II meningkat menjadi 72. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Jigsaw Variatif dapat
meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa kelas IV semester I SD
Negeri Kedungwinong 02 Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati Tahun ajaran
2012/2013 pada materi perkalian dan pembagian.

Kata Kunci: Kemandirian Belajar Matematika, Jigsaw Variatif

PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang banyak digunakan
pada mata pelajaran lainnya, misalnya fisika, kimia, biologi, ekonomi, dan ilmu
pengetahuan lainnya. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
matematika. Mereka beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit
dan memerlukan suatu pemikiran yang keras dan otak yang cerdas. Anggapan ini
menyebabkan mereka patah semangat dalam belajar. Mereka enggan mencoba
dan lebih suka mengatakan tidak bisa sebelum mencoba mengerjakan soal yang
diberikan guru sehingga cenderung pasif. Salah satu penyebabnya mungkin
adalah sifat objek matematika yang abstrak. Sifat tersebut dapat menyebabkan
matematika sulit dipahami.
Kemandirian merupakan salah satu unsur kepribadian penting, karena
diperlukan manusia untuk menyesuaikan diri secara aktif dalam lingkungannya.
Kemandirian merupakan kesanggupan untuk berdiri sendiri, tidak saja secara
ekonomi sosial, tetapi terutama secara moral dalam artian bertanggung jawab atas
keputusan-keputusannya dalam perkara yang bersifat rasional maupun emosional
(Cony Semiawan,1991:42). Pribadi yang mandiri berarti mampu memiliki
pandangan yang jelas tanpa mengabaikan saran dan nasehat, mampu mengambil

keputusan sendiri, bebas dari pengaruh berlebihan dari orang lain, mampu
bertindak sesuai dengan nilai baik yang dihayati dalam lubuk hatinya dan
bilamana perlu melawan arus.
Kemandirian dalam belajar sangat diperlukan bukan hanya dalam mata
pelajaran matematika tetapi pada semua jenis mata pelajaran karena dengan
memiliki kemandirian yang baik maka siswa mampu menemukan konsep mereka
sendiri dalam memahami sebuah persoalan dan mampu menemukan jalan keluar
untuk menyelesaikan persoalan itu dengan pemahaman mereka masing-masing.
Siswa yang mandiri tidak akan berhenti pada satu titik ketika ia tidak mampu
menyelesaikan sebuah permasalahan, namun ia akan berusaha mencari jalan lain
dengan bertanya pada teman yang lebih mengerti atau dengan mencari referensi
sendiri.
Upaya meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa tidak mudah
untuk dicapai secara maksimal, karena banyaknya faktor yang berpengaruh

terhadap kemauan siswa untuk belajar, antara lain inisiatif, kepercayaan diri,
tanggungjawab, dan evaluasi diri sendiri. Untuk itu, perlu adanya perbaikan dan
penyempurnaan ke arah sistem pendidikan ataupun dalam hal yang langsung
berkaitan dengan praktek pembelajaran, misalkan dalam menggunakan metode
pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran merupakan

hal penting dan berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Penggunaan metode
pembelajaran yang tepat memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya
serta kegiatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk bertanya dan berdiskusi
yang berarti adanya interaksi timbal balik, baik antar sesama siswa maupun antara
siswa dengan guru.
Guru perlu memilih metode pembelajaran yang tepat dan dapat lebih
mengaktifkan siswa. Apabila seorang guru dalam memilih metode pembelajaran
kurang tepat, kemungkinan akan mempengaruhi kemandirian belajar matematika
dan hasil belajar matematika siswa. Metode mengajar banyak sekali macamnya,
sehingga dalam menggunakan metode mengajar tersebut harus memperhatikan
tujuan yang akan dicapai.
Penerapan

pembelajaran

tipe

jigsaw


adalah

suatu

model

cooperativelearning yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok
yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Penerapan model tipe
Jigsaw merupakan model cooperative learning, dengan siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4 ± 6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi
pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak
hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang
lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja samas
ecara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan´ (Krismanto, 2003).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu


untuk diskusi dalam tim ahli (ekspert ) saling membantu satu sama lain tentang
topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu
kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok
yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim
ahli. Pada model tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.
Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan
kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal
merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli,yaitu kelompok siswa
yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk
mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota
kelompok asal.
Perumusan Masalah
Apakah melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw Variatif dapat
meningkatkan kemandirian belajar matematika pada siswa kelas IV semester I
SDN Kedungwinong 02 Kec. Sukolilo Kab. Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.
Tujuan Penelitian
1. Secara Umum
Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika melalui

Sekolah Dasar Negeri Kedungwinong 02 Kec. Sukolilo..
2. Secara Khusus
Untuk mengetahui peningkatkan kemandirian belajar matematika melalui
penerapan model pembelajaran Jigsaw Variatif pada kelas IV semester I SDN
Kedungwinong 02 Kec. Sukolilo Kab. Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberi pengetahuan baru pada guru dalam perbendaharaan
pendekatan pembelajaran sehingga guru dapat menggunakan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin
dicapai setelah pembelajaran.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, sebagai upaya menumbuhkan motivasi dan semangat belajar
sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran matematika
serta melatih siswa untuk saling bekerja sama dengan siswa lain.
b. Bagi guru, guru memperoleh pengalaman langsung dalam pengunaan
model pembelajaran Jigsaw Variatif dalam meningkatkan kemandirian
belajar siswa dalam pembelajaran matematika kelas IV semester I sekolah
dasar.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sabagai
bahan acuan dalam menyusun program pembelajaran khususnya
pembelajaran pada mata pelajaran matematika.

LANDASAN TEORI
1. Kemandirian Belajar Matematika
Dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola
dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien
dan tepat dalam pemecahan masalah.
Hampir semua kegiatan manusia yang meliputi kecakapan, keterampilan,
kegemaran, kebiasaan, pengetahuan dan sikap manusia terbentuk dan berkembang
karena adanya belajar. Belajar bisa terjadi di mana-mana, baik itu dirumah,

masyarakat, kantor, pabrik bahkan bisa terjadi di jalan dan tentu saja di lembaga
pendidikan formal dan non formal.
Kriteria keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Seperti yang

dikemukakan oleh Nana Sudjana (2002:5) dalam Uswatun Khasanah (2007:8)
bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah
laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang
ada pada individu yang belajar.
Slameto (2003:2) dalam Uswatun Khasanah (2007:9) mengemukakan
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Kemandirian merupakan salah satu unsur kepribadian penting, karena
diperlukan manusia untuk menyesuaikan diri secara aktif dalam lingkungannya.
Kemandirian merupakan kesanggupan untuk berdiri sendiri, tidak saja secara
ekonomi sosial, tetapi terutama secara moral dalam artian bertanggung jawab atas
keputusan-keputusannya dalam perkara yang bersifat rasional maupun emosional

(Cony Semiawan,1991:42). Corno dan Mandinach yang dikutip oleh Kerlin
menyatakan kemandirian belajar sebagai suatu kemampuan untuk mengolah dan
memanipulasi suatu pengetahuan dalam proses belajar dan untuk memonitor
dalam rangka meningkatkan proses belajar.
Kemandirian belajar menurut Haris Mudjiman (2007) adalah kegiatan
belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu
kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal
pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Jerold E.Kemp (1994:155)
menyatakan bahwa siswa yang ikut dalam program belajar mandiri akan lebih
rajin, lebih banyak dan mampu lebih lama mengingat hal yang dipelajarinya
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kelas konvensional.
Pribadi yang mandiri berarti mampu memiliki pandangan yang jelas tanpa
mengabaikan saran dan nasehat, mampu mengambil keputusan sendiri, bebas dari
pengaruh berlebihan dari orang lain, mampu bertindak sesuai dengan nilai baik
yang dihayati dalam lubuk hatinya dan bilamana perlu melawan arus.
http://ml.scribd.com/doc/51019466/SKRIPSI. Hal ini sesuai dengan

yang

dikatakan oleh Joan Freeman dan Utami Munandar (1996 :142) yang menjelaskan

bahwa tipe anak yang mandiri, mempunyai keberanian untuk bertindak berbeda
dari teman-temannya. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh rasa percaya diri dan
keinginan untuk sesekali berjalan di luar garis, sebagai pewujudan dari sikap
kreatif. Istilah kemandirian belajar berhubungan dengan beberapa istilah lain
diantaranya self regulated learning, self regulated thinking, self directed learning,
self efficacy , dan self –esteem. Pengertian kelima istilah terakhir di atas tidak
tepat sama, namun mereka memiliki beberapa kesamaan karakteristik (Utari
Sumarmo, 2004 : 1). Utari Sumarmo (2004:4) memberikan tiga karakteristik
kemandirian belajar, yaitu bahwa individu :
1) Merancang belajar sendiri sesuai dengan tujuannya.
2) Memilih strategi kemudian melaksanakan rancangan belajarnya.
3) Memantau kemajuan belajarnya, mengevaluasi hasilnya dan dibandingkan
dengan standar tertentu.
2. Penerapan Model Pembelajaran
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot
Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju
mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan
model pembelajaran Jigsaw dalam matematika, yaitu:
1) Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang.
2) Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk
membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli.
3) Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling
membantu untuk menguasai topik tersebut.
4) Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok
masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.
5) Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang
telah didiskusikan.

Kunci pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadap anggota
kelompok untuk memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat
mengerjakan tes dengan baik. Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran
tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok
ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar
memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota
kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian
baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli
secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi,
agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas
yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti
jalannya diskusi.
4) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Untuk meningkatkan Kemandirian Belajar
Model pembelajaran untuk meningkatkan kemandirian belajar dengan
menggunakan model pembelajaran jigsaw yaitu terdiri dari beberapa langkah
yaitu sebagai berikut :
a. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok. Jumlah anggota
kelompok menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan

dipelajari siswa yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya.
Kelompok ini disebut kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut
kelompok Jigsaw (gigi gergaji).
b. Setiap siswa anggota kelompok asal diberi tugas mempelajari salah satu
bagian materi pembelajaran tersebut.
c. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam
kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).
d. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang
sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya
jika kembali ke kelompok asal.
e. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi untuk menyajikan hasil diskusi kelompok
yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah didiskusikan.
f. Guru memberikan evaluasi

METODE PENELITIAN
Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang dipergunakan untuk memperoleh
data. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kedung Winong 02, Kecamatan
Sukolilo, Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dibagi menjadi dua, sebagai berikut :
1. Subjek pelaku tindakan yaitu guru peneliti
2. Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas IV SD Negeri Pakem 02,
Sukolilo, Pati.
Prosedur Penelitian
Menurut Arikunto (2006 : 16), model penelitian tindakan kelas adalah
“secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu
(1) perencanaan (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi”.

Jenis Penelitian
Menurut Arikunto (2006a:118), “data adalah hasil pencatatan peneliti, baik
yang berupa fakta maupun angka”. Disebutkan pula bahwa data adalah segala
fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi,
sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu
keperluan. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dilihat dari
jenisnya, data kualitatif dapat dibedakan sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas, meliputi
observasi dan wawancara, yang masing-masing secara singkat diuraikan berikut
ini :
1. Metode Observasi
Menurut Arikunto (2006 : 230), "Observasi adalah menatap kejadian,
gerak atau proses". Dengan observasi peneliti dapat mengetahui kegiatan
peserta didik dalam mempersiapkan, memperhatikan, presentasi dan
kemandirian dalam bertanya serta menjawab pertanyaan selama proses
pembelajaran berkaitan dengan penggunaan model Jigsaw Variatif sebagai
upaya peningkatan

kemandirian

siswa kelas

IV Semester

I SDN

Kedungwinong 02 Kec. Sukolilo Kab. Pati.
2. Metode Wawancara atau Interview ,
Esterberg,

sebagaimana

dikutip

oieh

Sugiyono

(2006:231),

mendefinisikan “wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar

informasi

dan

ide

melalui

tanya

jawab,

sehingga

dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu". Wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Menurut
Patilima (2005:75), "wawancara semi terstruktur artinya peneliti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara lebih besar dan luas, tanpa terikat oleh suatu
susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya". Dalam metode
wawancara ini digunakan untuk memperkuat dan memperjelas data yang
diperoleh melalui metode observasi yaitu data mengenai kemandirian siswa
kelas IV Semester I SDN Kedungwinong 02 Kec. Sukolilo Kab. Pati.
Sehingga dari data yang telah dikumpulkan tersebut, ada beberapa teknik yang

dapat digunakan untuk mengetahui validitas data (kestabilan data). Menurut
Sugiyono (2006:267), validitas merupakan "derajat ketetapan antara data yang
terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh
peneliti".
Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yang pertama
triangulasi sumber data yang berupa informasi dari guru dan siswa tentang
tindakan yang diterapkan. Kedua triangulasi teknik atau metode pengumpulan
data dari hasil observasi dan wawancara. Setelah data valid selanjutnya data
perlu dianalisis. Penelitian ini menggunakan model analisis alir.

Instrument Penelitian
Instrumen penelitian dikembangkan peneliti bersama mitra guru
Pendidikan Matematika dengan menjaga validitas isi. Menurut Arikunto (2006
; l49) "lnstrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan metode".
Berdasarkan cara pelaksanaan dan tujuan, peneliti menggunakan pedoman
catatan observasi. lnstrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa
catatan observasi yang berupa check- list.
Indikator Kinerja
Adapun yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah diharapkan siswa dapat meningkat minimal 80 % dari 18 siswa. Penerapan
metode dengan model pembelajaran Jigsaw Variatif dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa apabila 75% dari jumlah siswa antusias dalam belajar
dengan model pembelajaran Jigsaw Variatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Sekolah
Berikut ini adalah profil SD Negeri Kedungwinong 02 :
a. Nama Sekolah

: SD Negeri Kedungwinong 02

b. Alamat Sekolah

:

1) Jalan

: Sunan Prawoto Kedungwinong 1/1

2) Kelurahan

: Sukolilo

3) Kecamatan

: Sukolilo

4) Kabupaten/Kota

: Pati

5) Provinsi

: Jawa tengah

6) Kode Pos

: 59172

7) Telepon/HP

:-

c. Tahun Operasional

: 1975

d. Status Tanah

: Hak Milik

e. Daya Listrik

: 450 W

f. Nama Bank

: Bank Jateng

Visi dan Misi Sekolah
a.

Visi Sekolah

: Unggul dalam Prestasi, mantap dalam Iman dan
Taqwa, Berbudi pekerti luhur dan berwawasan luas.

b.

Misi Sekolah

: - Meningkatkan system pembelajaranaktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan untuk menumbuhkembangkan prestasi bakat dan minat anak.
- Untuk mempersiapkan pendidikan yang lebih
tinggi dengan mengutamakan rasa kebangsaan.

Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan saat pembelajaran
matematika, siswa terlihat kurang bersemangat dan kurang aktif. Hasil observasi
awal ini, maka diperoleh informasi mengenai masalah yang terjadi yaitu :
1. Siswa sebagian besar kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
2. Metode yang digunakan guru masih menggunakan model pembelajaran
ceramah sehingga membuat siswa cepat bosan.
Siklus I dilakukan pada tanggal 16 Juli 2012, pembelajaran dilaksanakan
dengan pedoman Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan awal ini
dimulai dengan guru membuka pembelajaran dengan berdoa bersama, dilanjutkan
absensi dan apersepsi. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Hasil dari observasi yang telah dilakukan pada tindakan kelas siklus
I, ditemukan bahwa 29% siswa kurang aktif dalam pembelajaran Matematika. Itu
berarti siswa yang aktif dalam pembelajaran Matematika adalah 71%. Ini berarti
dibandingkan dengan sebelum diadakannya siklus I ada peningkatan kemandirian
siswa.
Deskripsi Siklus II

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus II dilakukan pada tanggal 23
Juli 2012. Pada siklus II ini guru meningkatkan kinerja dan bimbingan serta
pengarahannya terhadap siswa, agar siswa dapat lebih fokus pada pelajaran.
Langkah-langkah dalam pembelajaran siklus II tidak jauh berbeda Dengan siklus
I. Pelaksanaannya tetap mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah dibuat. Kemandirian siswa dalam pembelajaran terlihat dari kegiatan yang
dilakukan siswa dalam kelompoknya. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I di
atas diketahui bahwa 11% siswa kurang aktif yaitu 2 siswa, sedangkan 89% siswa
sudah aktif dalam pembelajaran Matematika yaitu 16 siswa. Data tersebut
menunjukkan bahwa ada peningkatan kemandirian siswa dalam pembelajaran
Matematika dan sudah memenuhi indikator pencapaian keberhasilan dalam
penelitian ini.
Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini didapatkan berdasarkan analisis data hasil
penelitian dan merupakan kerja kolaborasi antara guru kelas dengan kepala
sekolah yang terlibat dalam proses penelitian ini. Hasil diskusi ini dapat
memberikan dorongan kepada guru kelas untuk lebih meningkatkan kualitas
pembelajarannya di kelas terutama pada pembelajaran Matematika pada kelas IV
semester I.
Sebelum diadakan penelitian, guru menjelaskan materi dengan cara
konvensional dan sifatnya monoton. Oleh karenanya guru melakukan perubahan
pada sistem pembelajaran. Cara yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan
kemandirian belajar siswa pada pembelajaran

Matematika adalah dengan

menerapkan model pembelajaran Jigsaw variatif. Pembelajaran matematika
melalui model pembelajaran Jigsaw Variatif adalah suatu pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dengan bekerja sama antar
kelompok. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw Variatif
meliputi tiga tahap yaitu: eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Berdasarkan hasil tes siklus I dan siklus II menunjukkan adanya
peningkatan nilai rata-rata tes siklus I ke tes siklus II. Hal tersebut menunjukkan
terjadinya peningkatan skor individu. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi
kemandirian serta angket kemandirian pada siklus I dan II, kemandirian belajar

matematika siswa kelas IV SDN Kedungwinong 02 Kecamatan Sukolilo
mengalami peningkatan.
Adapun peningkatan Motivasi belajar belajar siswa dalam pembelajaran
IPA dapat dilihat dalam table dibawah ini :
Daftar Kriteria Prosentase Kemandirian Keseluruhan Tahap
No

Nama Siswa

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

Fitria Ismid Maimonah

50

70

70

2

Putri Tuslia Sari

70

70

70

3

Arya Budi Pratama

40

60

70

4

Ahmad Nauval Hilalludin

30

70

70

5

Ahmad Ikhfan Nugroho

50

70

70

6

Aditya Pranjana

90

80

80

7

40

60

70

8

Ela Roihanah
Fia Muna Ayu Anjana

80

90

90

9

Fiya Dwi Astuti

30

50

70

10

Kenang

70

70

80

11

Muhammad Azhib Khoironi

80

80

80

12

Novita Afif Azizah

50

50

50

13

Puji Febrianto

50

50

50

14

Renaldy Tirto Prabowo

70

70

70

15

Safitri

40

60

70

16

Siti Yasmin Harjo Winoto

50

70

80

17

Vinata Alfiatal Muniroh

50

70

70

18

Desi

30

50

80

6

11

16

55%

66%

72%

Jumlah Siswa yang memenuhi kriteria
Kemandirian
Rata-rata persentase kemandirian

Peningkatan Kemandirian

80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

1

2

3

Siklus

Grafik persentase peningkatan kemandirian seluruh tahap

Dari data di atas dapat diperoleh penjelasan bahwa telah terjadi peningkatan
kemandirian belajar pada mata pelajaran Matematika dari semua tahapan siklus
yang dimulai dari dari pra siklus, siklus I dan diakhiri pada siklus II. Pada tahap
pra siklus, tingkat kemandirian siswa masih rendah, yaitu hanya 55% dari jumlah
siswa yang telah memenuhi kriteria kemandirian. Tahapan dilanjutkan pada siklus
I, dimana pada silkus ini terjadi peningkatan persentase kemandirian belajar siswa
sebesar 11% menjadi 66% dari jumlah siswa telah memenuhi kriteria
kemandirian. Siklus II sebagai siklus terakhir dapat diperoleh data bahwa terjadi
peningkatan lagi pada persentase kemandirian belajar siswa menjadi 72%.
Sehingga dapat dikatan bahwa dengan menggunakan metode Jigsaw Variatif
dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
kelas IV SDN Kedungwinong 02.

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan siklus yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa "Penerapan model pembelajaran Jigsaw Variatif dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas IV
SD Negeri Kedungwinong 02 tahun pelajaran 2012/2013".
Peningkatan kemandirian siswa dalam pembelajaran matematika yang
ditunjukkan dengan adanya peningkatan prosentase kemandirian siswa yang
termasuk kriteria tinggi adalah :

1. Pada siklus I, siswa yang aktif ada 11 siswa dari 18 siswa seluruhnya (61%).
2. Pada siklus II, siswa yang aktif ada 16 siswa dari 18 siswa seluruhnya (89%).

Implikasi Hasil Penelitian
Kesimpulan di atas memberikan implikasi bahwa dengan pembenahan cara
mengajar dan penggunaan model pembelajaran yang tepat dari seorang guru akan
memberi pengaruh pada kegiatan belajar siswa yang berdampak pada penguasaan
materi yang diajarkan dan dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa.
Penerapan model pembelajaran Jigsaw Variatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang memiliki manfaat untuk meningkatkan kemandirian belajar
siswa dalam pembelajaran matematika di kelas.
Dengan model pembelajaran Jigsaw Variatif yang diterapkan dalam dua
siklus dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa sehingga pembelajaran pun
menjadi lebih hidup, tidak monoton mendengarkan penjelasan dari guru saja.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam
usaha untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa melalui model pembelajaran
Jigsaw Variatif dalam pembelajaran matematika, maka diajukan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Sebagai bahan masukan guru untuk memilih pendekatan dan model
pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika. Salah satunya
dengan

menerapkan

pembelajaran

model

matematika,

pembelajaran
karena

dengan

Jigsaw

Variatif

dalam

model

tersebut

dapat

meningkatkan kemandirian belajar siswa.
b. Jika dengan model pembelajaran jigsaw variatif kurang bisa meningkatkan
kemandirian belajar siswa, berilah tambahan media pembelajaran yang
menarik lainnya agar siswa lebih bersemangat dalam belajar.
2. Bagi Peneliti Berikutnya
Bagi peneliti berikutnya yang tertarik pada masalah yang serupa,
hendaknya mengembangkan penelitian ini dan melakukan perbandingan

dengan model pembelajaran yang jigsaw variatif, sehingga kemandirian
belajar siswa lebih meningkat lebih baik. Hal ini dilakukan agar pembelajaran
Matematika tidak menjadi momok lagi bagi siswa, sehingga Matematika
menjadi pelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. (2009). Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ariesandi Setyono. (2007). Mathemagics Cara Belajar Jenius Matematika.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1988). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka.
Depdikbud. 1996. Kurikulum Pendidikan Dasar (Berdasarkan Suplemen 1999).
Jakarta: Depdikbud.
Dhesiana. (2009). Kemandirian Dalam Belajar. http://dhesiana.wordpress.
com/2009/01/06/kemandirian-dalam-belajar/
Harliana. (1998). Faktor-Faktor Motivasi. http:www.umb.ac.id/journa l/faktorfaktor motivasi/belajar-journal.kopujadi.pdf/
Riduwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rochiati Wiriaatmaja. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Soedjadi. 1 995. Pendidikan, Penalaran, Konstruktivitas, Kreativitas, sajian
dalam Pembelajaran Matematika. Makalah seminar Nasional Pendidikan
Matematika. IKIP Surabaya.
Sudjatmiko dan Lili Nurlaili. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen
Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika Direktorat Jenderal
Pendidikan
Nasional.
http://www.duniaguru.com/doc/Matematika
/SD/Media Pembelajaran.pdf/

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Jigsaw (PTK Pada Siswa Kelas VIII F Semester Gasal SMP Negeri 1 Colomadu Tahun Ajaran

0 2 16

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN Peningkatan Kemandirian Dan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas IX Semester 1 MTs

0 1 18

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS V SD Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Purworejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Tahu

0 2 16

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS V SD Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Purworejo Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Tahu

0 0 15

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUIPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW VARIATIF PADA Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Variatif Pada Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Kedungwinong 02 Ke

0 2 15

PENDAHULUAN Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Variatif Pada Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Kedungwinong 02 Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 8

PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS V SEMESTER I SD NEGERI I Peningkatan Tanggungjawab Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas V Sem

0 1 16

PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUIPENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Kreatifitas Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Quantum Learning Pada Siswa Kelas Iv Semester I Sdn Sundoluhur 02 Kecamatan Kayen Kab

0 1 15

PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUIPENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Kreatifitas Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Quantum Learning Pada Siswa Kelas Iv Semester I Sdn Sundoluhur 02 Kecamatan Kayen Kab

0 0 12

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

0 0 8