PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ANATOMI TUMBUHAN UNTUK MENUNJANG LITERASI KUANTITATIF MAHASISWA BIOLOGI.

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ANATOMI TUMBUHAN UNTUK MENUNJANG LITERASI KUANTITATIF MAHASISWA BIOLOGI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

RYAN ARDIANSYAH 1200884

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi

Tumbuhan Untuk Menunjang

Literasi Kuantitatif Mahasiswa

Biologi

Oleh Ryan Ardiansyah

S.Pd UPI Bandung, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Jurusan Pendidikan Biologi Sekolah Pascasarjana UPI

© Ryan Ardiansyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

RYAN ARDIANSYAH

“ PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ANATOMI TUMBUHAN UNTUK

MENUNJANG LITERASI KUANTITATIF MAHASISWA BIOLOGI “

disetujui dan disahkan oleh pembimbing

Pembimbing I

Dr. Rer. Nat. Adi Rahmat, M.Si NIP. 196512301992021001

Pembimbing II

Dr. Bambang Supriatno, M.Si NIP. 196305211088031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Biologi

Dr. H. Riandi, M.Si NIP. 196305011988031002


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ANATOMI TUMBUHAN UNTUK MENUNJANG LITERASI KUANTITATIF MAHASISWA BIOLOGI” ini dan seluruh isinya adalah benar -benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,

Ryan Ardiansyah NIM. 1200884


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi, karena atas segala nikmat dan karuania-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis

Pengembangan Bahan Ajar Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi”. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada suri tauladan seluruh umat manusia Rosulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, shahabat-shahabatnya, para thabi’in dan juga para pengemban dakwah yang selalu berjuang menegakan kebenaran hakiki dimuka bumi.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik sehingga dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam tesis ini. Dalam penyusunan tesis ini pula penulis sangat terbantu oleh berbagai pihak yang telah dengan tulus membantu dan mendorong selalu penulis. Oleh karenanya, pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. rer nat. Adi Rahmat, M.Si selaku pembimbing pertama yang dengan segala perhatian dan kesabran senantiasa membimbing da mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswa program studi pendidikan biologi serta dalam penyusunan tesis ini.

2. Bapak Dr. Bambang Supriatno, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah memberikan lebih dari hanya sekedar perhatian, masukan dan dorongan


(6)

kepada penulis, yang juga telah menjadi sosok seorang bapak yang senantiasa selalu dapat penulis panut.

3. Dr. Topik Hidayat, S.Pd., M.Si. selaku penguji I yang turut memberikan motivasi, kritik, dan saran dalam penelitian ini

4. Dr. Hj. Sri Anggraeni, M.Si selaku penguji II yang turut memberikan motivasi, kritik, dan saran dalam penelitian ini

5. Semua pihak yang tidak disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan andil baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyeelesaian tesis ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama pada bagi para pengembang pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaan biologi di perkuliahan.

Bandung, Agustus 2014


(7)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Batasan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Literasi kuantitatif ... 8

1. Pengertian Literasi Kuantitatif ... 8

2. Dimensi Literasi Kuantitatif ... 11

3. Rubrik dan Indikator Penilaian Literasi Kuantitatif ... 14

4. Literasi Kuantitatif dalam Biologi ... 19

B. Analisis Potensi Materi ... 23

C. Bahan Ajar ... 25

1. Pengertian Bahan Ajar ... 25

2. Prinsip – Prinsip Bahan Ajar ... 26

3. Penentuan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar ... 27

4. Buku Ajar (Buku Teks Pelajaran) ... 29

a. Definisi Buku Teks Pelajaran ... 29

b. Fungsi Buku Teks Pelajaran ... 29

c. Kriteria Buku Teks Pelajaran ... 30

D. Penelitian yang Terkait Literasi Kuantitatif ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian ... 32

B. Definisi Operasional ... 35

C. Prosedur Penelitian ... 35

D. Objek Penelitian ... 38

E. Subyek Penelitian ………38

F. Instrumen Penelitian ... 39


(8)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H. Teknik Pengolahan Data ... 48

a) Korelasi Literasi Kuantitatif Pada Materi Anatomi Tumbuhan dengan Literasi Kuantitatif Terapan Mahasiswa Biologi ... 49

1) Uji Normalitas Data ... 49

2) Uji Linieritas Regresi ... 50

3) Uji Korelasi ... 52

b) Uji Signifikansi Nilai Koefisien Korelasi ... 53

c) Kontribusi Literasi Kuantitatif pada Materi Anatomi Tumbuhan dengan Literasi Kuantitatif Terapan Mahasiswa Biologi ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Penelitian ...56

1. Hasil Analisis Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan ...56

a. Hasil Analisis Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan (Kondisi Awal) ...56

b. Hasil Analisis Uji Coba Bahan Ajar Tahap 1 ...56

c. Karakteristik Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Hasil Pengembangan ...60

d. Hasil Analisis Keterbacaan Menggunakan Formula Grafik Fry ...67

e. Hasil Analisis Kelayakan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan ...67

f. Hasil Uji Coba Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Hasil Pengembangan ...70

1) Hasil Tes Literasi Kuantitatif Terapan ...70

2) Hasil Pencapaian Indikator Literasi Kuantitatif ...72

g. Hubungan Antara Nilai Literasi Kuantitatif pada Materi Anatomi Tumbuhan dengan Nilai Literasi Kuantitatif Terapan ... . 79

B. Pembahasan ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 94

A. Lampiran A ... 94

A.01. Format analisis bahan ajar yang sudah ada ... 94


(9)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A.03. Format validasi bahan ajar dari berbagai aspek kelayakan ... 96

A.04. Format uji keterbacaan grafik Fry ... 102

A.05. Instrumen soal parenkim ... 103

A.06. Instrumen soal batang ... 110

A.07. Instrumen soal materi terkait perkuliahan anatomi tumbuhan .... 116

A.08. Instrumen soal materi umum ... 121

B. Lampiran B ... 127

B.01. Hasil analisis uji coba soal parenkim ... 127

B.02. Hasil analisis uji coba soal batang ... 129

B.03. Hasil analisis uji coba soal terkait anatomi tumbuhan ... 131

B.04. Hasil analisis uji coba soal materi umum ... 133

B.05. Hasil uji keterbacaan bahan ajar ... 135

C. Lampiran C ... 136

C.01. Hasil angket observasi awal ... 136

C.02. Hasil analisis bahan ajar yang sudah ada ... 143

C.03. Hasil validasi representasi bahan ajar anatomi tumbuhan hasil pengembanagan ... 149

C.04. Hasil validasi representasi bahan ajar anatomi tumbuhan hasil pengembangan pada konsep parenkim ... 172

C.05. Hasil validasi representasi bahan ajar anatomi tumbuhan hasil pengembangan pada konsep batang ... 182

C.06. Format validasi buku teks dari berbagai aspek kelayakan ... 189

C.07. Format uji keterbacaan grafik Fry ... 191

C.08. Hasil analisis pretest dan posttest parenkim ... 193

C.09. Hasil analisis pretest dan posttest batang ... 195

C.10. Grafik persentasi N-gain konsep parenkim dan batang ... 197

C.11. Hasil analisis tes materi terkait perkuliahan anatomi tumbuhan .. 198

C.12. Hasil analisis tes materi umum ... 199

C.13. Grafik persentase pencapaian indikator literasi kuantitatif mahasiswa biologi ... 200

C.14. Uji normalitas ... 201

C.15. Uji linearitas regresi ... 204

C.16. Uji korelasi, signifikansi, dan determinasi ... 210

D. Lampiran D ... 216

D.01. Dokumentasi penelitian ... 216


(10)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

2.1. Kerangka Dimensi Kompetensi Kuantitatif ... 11

2.2. Indikator Penilaian Literasi Kuantitatif ……… 15

3.1. Hasil Uji validitas Item Soal Parenkim ……… 41

3.2. Hasil Uji validitas Item Soal Batang ……… 41

3.3. Hasil Uji validitas Item Soal Terkait Perkuliahan Anatomi Tumbuhan .. 41

3.4. Hasil Uji validitas Item Soal Materi Umum ………. 42

3.5. Klasifikasi Reliabilitas ……….. 43

3.6. Hasil Uji Reliabilitas Item Soal ………. 43

3.7. Klasifikasi Daya Pembeda ………. 44

3.8. Nilai Daya Pembeda Item Tes Parenkim ……… 45

3.9. Nilai Daya Pembeda Item Tes Batang ……….. 45

3.10. Nilai Daya Pembeda Item Tes Terkait Perkuliahan Anatomi Tumbuhan. 45 3.11. Nilai Daya Pembeda Item Tes Materi Umum ………. 45

3.12. Tingkat Kesukaran Item Tes Parenkim ……… 46

3.13. Tingkat Kesukaran Item Tes Batang ……… 46

3.14. Tingkat Kesukaran Item Tes Terkait Perkuliahan Anatomi Tumbuhan .. 47

3.15. Tingkat Kesukaran Item Tes Materi Umum………. 47

3.16. Interpretasi Nilai Korelsi ………. 53

4.1. Hasil Analisis Kondisi Awal Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan ………… 57

4.2. Hasil Analisis Uji Coba Bahan Ajar Tahap 1 ………... 59


(11)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.3. Karakteristik Materi Pada Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan ……… 62

4.4. Contoh Tabel Hasil Pengamatan yang Dapat Dicantumkan Pada LKM .. 66

4.5. Hasil Analsisi Kelayakan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan ……….. 67

4.6. Rekapitulasi Nilai Literasi Kuantitatif pada Materi Anatomi Tumbuhan dan Nilai Literasi Kuantitatif Terapan ……… 70 4.7. Hasil Pencapaian Indikator pada Keseluruhan Tes ………... 70 4.8. Dimensi yang Terpenuhi pada Tiap Indikator Literasi Kuantitatif ……….. 76 4.9. Hasil Uji Linearitas, Korelasi, Signifikansi, dan Determinasi ………….... 80


(12)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

3.1. Bagan Alur Penelitian ……… 46


(13)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ANATOMI TUMBUHAN UNTUK MENUNJANG LITERASI KUANTITATIF MAHASISWA BIOLOGI

Ryan Ardiansyah NIM. 1200884

Pembimbing I : Dr. Rer. Nat. Adi Rahmat, M.Si Pembimbing II: Dr. Bambang Supriatno, M.Si Prodi Pendidikan Biologi, Sekolah Pasca Sarjana UPI.

ABSTRAK

Biologi abad 21 diharapkan berkembang ke arah sains kuantitatif. Namun, literasi kuantitatif pada mata kuliah anatomi tumbuhan belum menonjol. Sebagai upaya memenuhi kebutuhan tersebut dilakukanlah pengembangan bahan ajar anatomi tumbuhan untuk menunjang literasi kuantitatif mahasiswa biologi dengan mengacu kepada indikator literasi kuantitatif. Metode penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan objek penelitiannya adalah buku petunjuk praktikum yang berisi teori dan LKM terintegrasi pada konsep parenkim dan batang. Uji coba dilakukan kepada 30 mahasiswa S1 yang sedang mengontrak anatomi tumbuhan. Hasil penelitian menyatakan bahan ajar ini dapat meningkatkan nilai literasi kuantitatif N-gain 0,60 (sedang) dengan kontribusi 24,21% yang diduga berasal dari bahan ajar hasil pengembangan.

Kata kunci: bahan ajar anatomi tumbuhan, literasi kuantitatif ABSTRACT

Biology in the 21st century is expected to evolve into a quantitative science. However, plant anatomy course material is still not support the development of quantitative literacy. In an effort to meet the need of quantitative literacy, this research has been conducted on plant anatomy teaching materials to improve the quantitative content. Quantitative content in the teaching material refers to the indicators of quantitative literacy. This method is a research and development with the object of research is teaching material that contains theory and practical guide. The material selected is parenchymal tissue and stem organ. The trial was conducted to 30 undergraduate students who are taking plant anatomy class. The results showed that the developed teaching materials can increase the score of quantitative literacy that can be seen from N-gain of 0.6 (medium category). Score of plant anatomy quantitative literacy was contributed about 24.21% to value of general quantitative literacy.


(14)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(15)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampai saat ini biologi masih terkesan sebagai mata kuliah hafalan oleh beberapa mahasiswa biologi. Hal ini dikarenakan pada umumnya biologi hanya menuntut mahasiswa untuk mengingat ciri, bentuk, persamaan dan perbedaan, atau karakteristik objek pengamatan lainnya (Lufri, 2007). Kemampuan mahasiswa biologi masih terbatas dari kemampuan menghafal dan mendeskripsikan konsep yang diajarkan, tidak pada kemampuan memahami literasi kuantitatif. Di lapangan ditemukan masih banyak mahasiswa yang tidak bisa membaca tabel, menginterpretasikan data melalui grafik, dan melakukan konversi satuan (Harrell, 1999). Speth et al (2010) juga melakukan penelitian mengenai literasi kuantitatif dalam mata kuliah biologi, di mana hasil penelitiannya menginformasikan bahwa sebagian besar mahasiswa biologi mengalami kesulitan dalam melakukan perhitungan sederhana, mempresentasikan data dalam grafik, dan mengartikulasikan data menjadi argumen. Di samping itu mayoritas mahasiswa di Amerika Serikat lulus dengan keterampilan kuantitatif yang rendah, padahal tuntutan ilmu biologi pada abad 21 diharapkan berkembang menjadi sains kuantitatif (Speth, et al., 2010).

Pada abad ke 21 ini, literasi dan numerasi akan menjadi aspek yang tidak dapat dipisahkan pada orang berpendidikan terutama mahasiswa (Hustings, 2002). Agar menjadi efektif, keterampilan numerasi harus diajarkan dan dipelajari dalam situasi nyata dan pada konsep apapun di dalam sains (Steen, 2001). Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa mahasiswa biologi harus memiliki kemampuan pengoperasian matematika, pengukuran, dan pemodelan ketika dihadapkan pada persoalan-persoalan di situasi nyata ketika belajar biologi. Selain itu, terdapat beberapa elemen yang harus dimiliki oleh mahasiswa biologi, diantaranya adalah keterampilan dalam berhitung,


(16)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memecahkan masalah, dan kemampuan berkomunikasi dan terampil dalam mengolah data kuantitatif (Hamzah, 2009).

Berdasarkan hasil angket pada observasi awal (lampiran C.01) sebanyak 43,7% mahasiswa sepakat ada konsep biologi, yaitu genetika, yang digunakan sebagai contoh untuk menjelaskan matematika, dan lainnya sebanyak 21,1%, 19,7%, dan 11,3% mahasiswa biologi juga masing-masing sepakat bahwa ada beberapa konsep lainnya, yaitu ekosistem, keanekaragaman dan klasifikasi makhluk hidup, dan bioteknologi juga dapat digunakan sebagai contoh untuk menjelaskan matematika. Namun, hanya 1,4% mahasiswa biologi yang berpendapat bahwa anatomi tumbuhan juga dapat digunakan sebagai contoh untuk menjelaskan matematika. Hal ini bisa diakibatkan karena hasil angket lain menyatakan sebanyak 93% mahasiswa biologi berpendapat bahwa konsep kualitatif adalah salah satu aspek yang paling sering dinilai dalam perkuliahan anatomi tumbuhan. Mahasiswa biologi terbiasa dilatih hanya untuk mengidentifikasi beberapa karakteristik tertentu ketika melakukan praktikum anatomi tumbuhan, beberapa diantaranya adalah : 95,8% bentuk sel, 90,1% letaknya di dalam jaringan/organ, 78,9% bentuk penebalan, 63,4% fungsi, 62% komponen penyusun, dll. Sedangkan, aspek lainnya yang mengharuskan mahasiswa memiliki keterampilan literasi kuantitatif pada perkuliahan anatomi tumbuhan tidak pernah terukur, misalnya distribusi sel per satuan luas pengamatan, frekuensi sel, diameter dan jumlah sel sebenarnya, dll. Bahkan, untuk menyelesaikan soal-soal ujian praktikum anatomi tumbuhan pun, mahasiswa lebih banyak menggunakan strategi sebagai berikut : a) 88,7% mengenali karakteristik utamanya, 83,1% menghapal gambar atau foto dari hasil praktikum, dan b) 69% menghapal ciri khas suatu spesies. Dari uraian-uraian tersebut, maka sudah dipastikan bahwa mahasiswa biologi memiliki kemampuan literasi kuantitatif yang rendah. Sehingga mahasiswa akan banyak mengalami kesulitan/kendala ketika dihadapkan pada beberapa tugas/persoalan yang diberikan pada perkuliahan anatomi tumbuhan berupa


(17)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data numerik. Hal ini terlihat dari angket, di mana sebanyak 59,2% siswa mengalami kesulitan ketika menggambar secara proposional, 54,9% kesulitan untuk menentukan ukuran sel dan jaringan sebenarnya, dll.

Hasil observasi menunjukkan bahwa meskipun objek biologi sangat luas, namun literasi kuantitatif mahasiswa masih terfokus hanya pada beberapa konsep saja, misalnya genetika. Sedangkan anatomi tumbuhan dianggap tidak dapat dikembangkan ke arah keterampilan kuantitatif. Padahal tuntutan mahasiswa biologi sebagai seorang calon saintis adalah terampil dalam menggunakan mikroskop, mengukur ukuran sel, membuat model sel dengan ukuran yang sebenarnya sesuai dengan perbandingan. Hal ini sejalan dengan penelitian Harrell (1999) yang menyatakan bahwa pemahaman kuantitatif mahasiswa biologi masih lemah. Oleh karena itu, mahasiswa biologi harus mulai diperkenalkan tentang literasi kuantitatif sejak awal perkuliahan baik pada mata kuliah anatomi tumbuhan ataupun pada mata kuliah biologi lainnya.

Biologi memiliki hubungan yang sinergis dengan matematika, biologi menghasilkan masalah yang menarik, dan matematika menyediakan jalan untuk memahami masalah di dalam biologi (Shonkwiler dan Herod, 2009). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ranganath (2003) yang menegaskan bahwa fenomena biologi itu kompleks dan dapat dipecahkan dengan bantuan matematika seperti peluang dan statistika. Lebih lanjut ditegaskan di dalam penelitian yang dilakukan oleh Sanz et al (2012) yang menunjukkan bahwa matematika merupakan alat yang sangat esensial dalam beberapa subjek sains dan pendekatan kuantitatif sangat krusial untuk memahami permasalahan dalam sains. Oleh karena itu, pengajaran biologi terutama pada konsep anatomi tumbuhan untuk mahasiswa sarjana perlu untuk memberikan kesempatan terutama dalam mengembangkan keterampilannya dalam menggunakan alat matematika dan bahasa dari disiplin kuantitatif, tidak hanya berupa hafalan konsep. Untuk mengatasi kebutuhan Literasi kuantitatif, dalam pengajaran biologi,


(18)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maka perlu dimasukkan konsep-konsep kuantitatif pada seluruh mata kuliah biologi dan salah satunya pada konsep anatomi tumbuhan.

Penerapan literasi kuantitatif dalam konsep anatomi tumbuhan dapat dilakukan secara efektif melalui penyusunan bahan ajar berbasis literasi kuantitatif yang terintegrasi dengan kegiatan praktikum. Bahan ajar merupakan komponen pendidikan yang sangat penting di dalam proses pembelajaran (Adisendjaja, 2007). Bahan ajar yang dikembangkan diharapkan menggalakkan kepada siswa untuk menggunakan numerasi dalam situasi apapun yang mereka lakukan, seperti : pengukuran dalam sains, memberikan penalaran yang logis dan rasional, dan juga dalam skoring. Agar menjadi efektif, keterampilan literasi kuantitatif harus diajarkan dan dipelajari dalam sebuah media yang bermakna dan mudah diingat (Steen, et al, 2001). Oleh karena itu, penerapan literasi kuantitatif ini sangat cocok untuk dimasukkan ke dalam bahan ajar.

Bahan ajar juga merupakan salah satu yang sering digunakan oleh dosen maupun mahasiswa dalam proses pembelajaran serta memiliki peranan penting dalam upaya merealisasikan pembelajaran yang optimal. Hal ini dikarenakan seorang penulis dapat menuangkan informasi secara terperinci dalam bahan ajar. Selain itu, bahan ajar juga dapat dibaca berulang kali, direnungkan, dibedah, dan didiskusikan. Oleh karena itu, bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi kuantitatif mahasiswa biologi dalam konsep anatomi tumbuhan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pada umumnya, di lapangan isi bahan ajar konsep anatomi tumbuhan berorientasi kepada bahan pelajaran yang formal yang menjejali mahasiswa dengan konsep-konsep yang harus dihafal, dan mayoritas bahan ajar anatomi tumbuhan belum mengarah kepada pengembangan literasi kuantitatif dan perolehan data kuantitatif, sehingga perlu adanya pengembangan dan penyusunan bahan ajar berbasis literasi kuantitatif pada konsep anatomi tumbuhan untuk meningkatkan kemampuan literasi kuantitatif mahasiswa biologi


(19)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pemaparan tentang konten bahan ajar yang seharusnya, fakta, dan realita pengajaran biologi di lapangan serta hasil penelitian terkait, telah dilakukan penelitian pengembangan berupa penyusunan bahan ajar anatomi tumbuhan untuk menunjang literasi kuantitatif pada mahasiswa biologi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan sebagai

berikut: “Bahan ajar anatomi tumbuhan seperti apakah yang sesuai diterapkan untuk

menunjang literasi kuantitatif mahasiswa biologi?”

Selanjutnya rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bahan ajar pada konsep anatomi tumbuhan untuk mahasiswa biologi yang berlaku di jurusan pendidikan Biologi FPMIPA UPI saat ini? 2. Bahan ajar anatomi tumbuhan seperti apakah yang sesuai untuk menunjang

literasi kuantitatif mahasiswa biologi?

3. Bagaimana ketercapaian indikator literasi kuantitatif pada mahasiswa biologi? 4. Bagaimanakah hubungan antara nilai literasi kuantitatif pada materi anatomi

tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu bahan ajar anatomi tumbuhan untuk menunjang literasi kuantitatif mahasiswa.


(20)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Untuk mengetahui bahan ajar pada konsep anatomi tumbuhan untuk mahasiswa biologi yang berlaku di jurusan pendidikan Biologi FPMIPA UPI saat ini sebagai acuan pengembangan bahan ajar yang baru

2. Untuk mengembangkan bahan ajar anatomi tumbuhan yang sesuai untuk menunjang literasi kuantitatif mahasiswa biologi

3. Untuk mengetahui ketercapaian indikator literasi kuantitatif pada mahasiswa biologi.

4. Untuk mengetahui hubungan antara nilai pada literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi.

D. Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka pokok permasalahan yang akan diteliti dibatasi ruang lingkupnya sebagai berikut :

1.Bahan ajar yang sudah ada dan dianalisis keterkaitannya dengan kuantitatif literasi adalah bahan ajar anatomi tumbuhan yang digunakan di jurusan pendidikan biologi FPMIPA UPI.

2.Produk bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa buku petunjuk praktikum yang berisi teori dan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) anatomi tumbuhan yang terintegrasi untuk menunjang literasi kuantitatif mahasiswa.

3.Materi literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi parenkim dan batang dengan konten yang bersifat literasi kuantitatif.

4.Materi literasi kuantitatif terapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi yang terkait dengan perkuliahan anatomi tumbuhan dan materi umum yang bersifat aplikasi (penerapan dalam kehidupan sehari-hari)


(21)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5.Hubungan yang dimaksud adalah bagaimana nilai literasi kuantitatif terapan jika seorang mahasiswa tersebut memiliki nilai anatomi tumbuhan yang baik atau sebaliknya.

6.Literasi kuantitatif yang diteliti menyangkut indikator dan kompetensi kuantitatif yang diadopsi dari Association of American Colleges and Universities (AACU, 2010).

7.Penelitian pengembangan ini dilakukan pada mahasiswa biologi S1 yang sedang mengontrak mata kuliah anatomi tumbuhan.

8.Penelitian pengembangan ini hanya sampai uji coba bahan ajar secara terbatas.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi mahasiswa, pengajar, maupun institusi pendidikan lainnya.

1. Bagi mahasiswa, melalui penelitian ini diharapkan bahan ajar yang dikembangkan dapat digunakan untuk menunjang kemampuan literasi kuantitatif pada mata kuliah anatomi tumbuhan

2. Bagi pengajar, diharapkan penelitian ini dapat :

a) Memberikan suatu alternatif bentuk bahan ajar anatomi tumbuhan yang dapat menunjang literasi kuantitatif mahasiswa biologi

b) Memotivasi pengajar untuk mengembangkan bahan ajar literasi kuantitatif untuk materi perkuliahan biologi lainnya

3. Bagi peneliti pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya hasil penelitian sejenis untuk menjadi rujukan dan masukan bahan pertimbangan.


(22)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk berupa bahan ajar berbasis literasi kuantitatif. Penelitian ini merupakan bagian dari Research and Development (penelitian dan pengembangan). Metode penelitian ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu berdasarkan pada hasil analisis kekurangan produk sebelumnya, dan kemudian menguji keefektifan produk baru tersebut (Sugiyono, 2012). Borg dan Gall (1989) Memberikan batasan tentang penelitian dan pengembangan sebagai usaha untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Untuk menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian (research) yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut dengan melalui berbagai pengembangan ke arah perbaikan produk (development).

Pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini menggunakan model Dick dan Carey (1990), dengan kriteria-kriteria: (1) menarik, (2) isi sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran, (3) urutannya tepat, (4) ada petunjuk penggunaan bahan ajar, (5) ada soal latihan, (6) ada jawaban latihan, (7) ada tes, (8) ada petunjuk kemajuan siswa, dan (9) ada petunjuk bagi siswa menuju kegiatan berikutnya.

Selain penelitian ini merupakan bagian dari penelitian pengembangan tapi juga di dalamnya melihat ada tidaknya korelasi untuk mendeteksi sejauh mana suatu faktor berkaitan dengan faktor lainnya berdasarkan koefisien korelasi. Dalam penelitian ini korelasi yang dimaksud adalah sejauh mana korelasi atau kontribusi antara literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan


(23)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(materi terkait perkuliahan anatomi tumbuhan dan materi umum) yang dimiliki oleh mahasiswa Biologi.

Langkah-langkah Pengembangan Bahan Ajar Dick dan Carey

Langkah-langkah pengembangan bahan ajar menurut model Dick dan Carey (1990) adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran, (2) melakukan analisis pembelajaran, (3) mengidentifikasi perilaku awal/garis entry behavior, (4) merumuskan tujuan pembelajaran, (5) mengembangkan butir tes, (6) mengembangkan strategi pembelajaran, (7) mengembangkan isi program pembelajaran, (8) merancang dan melaksanakan evaluasi, dan (9) merevisi paket pembelajaran. Kesembilan langkah pengembangan bahan ajar model Dick & Carey tersebut digambarkan sebagai berikut:

(1) Identifikasi tujuan pembelajaran, dilakukan dengan memperhatikan dan

mengadakan penilaian terhadap kebutuhan siswa, melalui analisis kebutuhan (need assesment) mahasiswa biologi sesuai dengan tuntutan kurikulum. (2) Analisis pembelajaran, dilakukan dengan cara: (1) mengklasifikasikan

rumusan tujuan menurut jenis ranah belajar (keterampilan psikomotor, keterampilan intelektual, informasi verbal, sikap), dan (2) mengenali teknik analisis pembelajaran yang cocok untuk memeriksa secara tepat perbuatan belajar yang sebaiknya dilakukan dalam mencapai tujuan sesuai dengan karakteristik matakuliah yang menjadi objek penelitian, tujuan difokuskan pada pencapaian keterampilan intelektual.

(3) Identifikasi perilaku awal, dilakukan dengan memberikan pretest kepada

sampel penelitian.

(4) Perumusan TIK, dilakukan dengan menjabarkan setiap tujuan umum

matakuliah dalam bentuk perilaku atau kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa setelah selesai mengikuti setiap unit pembelajaran.


(24)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(5) Menyusun butir-butir tes untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam

mencapai apa yang telah dicantumkan dalam tujuan, sebagai proses dalam pengumpulan data dan informasi yang dapat dipergunakan untuk merevisi pembelajaran. Dalam pengembangan ini, pengukuran dilakukan melalui tes teori tertulis, mengingat tujuan khusus pembelajaran yang ingin dicapai sebagian besar termasuk ranah kognitif dan bernalar.

(6) Mengembangkan strategi pembelajaran, mendeskripsikan

komponen-komponen umum dari suatu perangkat isi pelajaran yang akan dipergunakan untuk memperjelas isi pelajaran. Pengembangan strategi pembelajaran mencakup: (a) kegiatan pengajaran, (b) penyajian informasi, (c) partisipasi mahasiswa, (d) pertanyaan mahasiswa.

(7) Mengembangkan bahan ajar, mengacu pada tujuan khusus pembelajaran,

dan strategi pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan berbentuk: (a) buku panduan dosen sebagai penuntun penggunaan bahan ajar, dan (b) bahan ajar mahasiswa, sebagai sumber dalam proses belajar mandiri mahasiswa dan dalam tutorial. Dalam pengembangan bahan ajar ini, dilakukan evaluasi oleh ahli bidang studi, ahli perancang, dan ahli media.

(8) Evaluasi untuk mengukur tingkat keefektifan, efisiensi, dan daya tarik

strategi pembelajaran berdasarkan masukan, tanggapan, saran, komentar dan penilaian ahli. Hasil evaluasi para ahli ini kemudian diguna untuk keperluan revisi atau penyempurnaan kualitas produk bahan ajar hasil pengembangan. Dalam pengembang an ini, evaluasi yang dilakukan adalah: (a) evaluasi oleh para ahli, dan teman sejawat, (b) evaluasi perorangan, evaluasi kelompok kecil, dan (c) uji coba lapangan terbatas.

(9) Revisi produk berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan evaluasi.

Selanjutnya data tersebut diikhtisarkan dan ditafsirkan sebagai usaha untuk mengenali kesulitankesulitan dan kekurang-an yang terdapat pada bahan


(25)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ajar. Pada dasarnya ada dua jenis revisi pembelajaran yang perlu diperhitungkan: (a) revisi terhadap substansi seluruh komponen, dan (b) revisi terhadap cara-cara atau prosedur dalam menggunakan bahan ajar (Dick dan Carey, 1990). Dalam pengembangan ini, revisi produk pengembang-an paket pembelajaran dilakukan pada setiap komponen bahan ajar, yaitu: (a) petunjuk, (b) tujuan khusus pembelajaran, (c) isi bahan pembelajaran, (d) gambar, (e) rangkuman, (f) evaluasi formatif, dan (g) daftar bacaan. Hasil revisi produk berbentuk bahan ajar yang siap pakai.

B. Definisi Operasional

1. Pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini adalah proses menganalisis kekurangan bahan ajar yang sudah ada, mengevaluasi, dan merevisi bahan ajar tersebut menjadi suatu bahan ajar yang baru dan diharapkan dapat lebih baik dari bahan ajar sebelumnya untuk kemudian diuji keefektifitasannya terhadap peningkatan N-gain mahasiswa melalui proses uji coba dan perbaikan yang berulang.

2. Literasi kuantitatif dalam penelitian ini adalah score atau nilai yang dicapai mahasiswa selama perkuliahan melalui tes uraian yang mengacu kepada indikator literasi kuantitatif.

3. Hubungan antara nilai literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan. Hubungan yang dimaksudkan adalah apakah adanya keterkaitan (korelasi dan kontribusi) antara materi parenkim dan batang dengan nilai literasi kuantitatif terapan (materi terkait perkuliahan anatomi tumbuhan dan materi umum). Jika ternyata rata-rata mahasiswa memiliki nilai literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dan nilai literasi kuantitatif terapan yang tinggi maka dapat dinyatakan antara kedua variabel tersebut memiliki hubungan positif, dan sebaliknya.


(26)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Prosedur Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang terdapat pada latar belakang masalah, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar berbasis literasi kuantitatif untuk meningkatkan kemampuan literasi kuantitatif mahasiswa biologi pada konsep anatomi tumbuhan. Untuk memperjelas pengembangan bahan ajar yang dilakukan, disajikan langkah-langkah utama yang ditempuh dalam bentuk alur penelitian yang dapat dilihat pada gambar 3.1

Analisis bahan ajar yang sudah ada

Kajian indikator literasi kuantitatif Kajian penelitian terkait Panduan pengembangan indikator kuantitatif Pengembangan indikator konsep validasi revisi Pengembangan representasi konsep anatomi tumbuhan Kajian penelitian terkait

validasi

revisi

Penyusunan bahan ajar anatomi tumbuhan untuk menunjang literasi

kuantitatif Panduan pengembangan bahan

ajar

Kajian teori belajar

Validasi kualitatif dan kuantitatif

Uji keterbacaan

revisi

Analisis data temuan Uji grafik Fry (dilakukan oleh


(27)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian

Berdasarkan alur penelitian pada gambar di atas, penelitian ini diawali dengan menganalisis bahan ajar anatomi tumbuhan yang sudah ada dan biasa digunakan dalam perkuliahan. Data yang diperoleh dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan bahan ajar agar diperoleh bahan ajar yang lebih baik. Bahan ajar yang sudah ada ini dianalisis terkait dengan indikator literasi kuantitatif, salah satunya adalah apakah bahan ajar yang biasa digunakan sudah dapat memenuhi indikator literasi kuantitatif atau tidak. Jika bahan ajar yang sudah ada masih belum memenuhi dan belum dapat meng-cover seluruh indikator literasi kuantitatif, maka akan dilanjutkan dengan pengembangan bahan ajar yang baru melalui tahap awal yaitu mengembangkan indikator literasi kuantitatif dan kemudian mengembangkan konsep anatomi tumbuhan (parenkim dan batang) dengan cara mengkaji keterkaitan antara indikator pada penelitian-penelitan yang terkait dengan literasi kuantitatif. Indikator ini diturunkan berdasarkan kebutuhan dari konsep anatomi tumbuhan, sedangkan konsep diturunkan berdasarkan indikator. Indikator dan konsep yang telah disusun selanjutnya divalidasi kesesuaiannya oleh dosen ahli. Indikator dikaji kesesuaiannya dengan kemampuan literasi kuantitatif, dan konsep dikaji kesesuaiannya dengan indikator.

Uji coba 2

(perkuliahan anatomi tumbuhan) Uji coba 1 : uji keterbacaan

dengan soal evaluasi (dilakukan oleh mahasiswa)


(28)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam pengembangan bahan ajar dilakukan pula pengembangan representasi konsep anatomi tumbuhan terutama pada materi jaringan parenkim dan organ batang sebagai sampel konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dalam pengembangan representasi konsep anatomi tumbuhan, dilakukan pengkajian terhadap level representasi anatomi tumbuhan materi jaringan parenkim dan organ batang dan analisis terhadap penelitian terkait sebagai dasar dalam mengembangkan representasi materi terkait. Representasi materi yang dikembangkan ini selanjutnya divalidasi kesesuaiannya oleh dosen ahli.

Langkah selanjutnya adalah melakukan penyusunan bahan ajar. Penyusunannya mengacu pada indikator kemampuan literasi kuantitatif, dan teori belajar. Bahan ajar yang telah disusun selanjutnya divalidasi oleh validator. Validasi yang dilakukan mencakup aspek kelayakan isi, penyajian materi, aspek keterbacaan, aspek grafika dan aspek representasi anatomi tumbuhan materi jaringan parenkim dan organ batang. Saran dan komentar hasil validasi dijadikan revisi untuk memperbaiki bahan ajar yang sebelumnya.

Bahan ajar yang telah direvisi selanjutnya diuji keterbacaaannya. Uji keterbacaan dilakukan dua kali. Pertama, dilakukan di luar kelas penelitian yang terdiri dari 15 mahasiswa biologi dari dua angakatan (2008 dan 2009). Mahasiswa tersebut diminta membaca bahan ajar anatomi tumbuhan hasil pengembangan dan mengerjakan soal-soal evaluasi yang disajikan di dalam bahan ajar dengan bahasanya sendiri, sehingga dapat dilihat sejauh mana bahan ajar mudah dipahami oleh pembaca (mahasiswa) (lampiran B.05). Kedua, dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan grafik Fry (lampiran C.07). Uji grafik Fry sangat efektif digunakan ketika peneliti ingin melihat tingkat pendidikan pembaca yang tepat dalam menggunakan bahan ajar tersebut (dalam penelitian ini diharapkan bahan ajar tepat untuk jenjang pendidikan tingkat tinggi/mahasiswa). Langkah-langkah yang telah dilakukan akan


(29)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menghasilkan data, yang selanjutnya dianalisis untuk dilakukan pembahasan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan penelitian.

D. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah bahan ajar berupa buku petunjuk praktikum yang berisi teori dan LKM anatomi tumbuhan terintegrasi yang dikembangkan khususnya pada konsep jaringan parenkim dan organ batang.

E. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah satu kelas non-pendidikan yang terdiri dari 30 mahasiswa biologi S1 tingkat 2 yang sedang mengontrak mata kuliah anatomi tumbuhan pada semester genap tahun 2014/2015.

F. Instrumen Penelitian

Arikunto (2006) menyebutkan bahwa instrumen berfungsi memperoleh data tentang sesuatu dibandingkan dengan standar satu ukuran yang telah ditentukan. Instrumen penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah :

1. Format kesuaian indikator dan konsep anatomi tumbuhan dengan literasi kuantitatif.

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui apakah antara indikator dan konsep yang digunakan telah sesuai atau belum dengan literasi kuantitatif. Indkator dan konsep yang dikembangkan selanjutnya divalidasi agar lebih sesuai dengan konsep anatomi tumbuhan pada materi jaringan parenkim dan organ batang untuk mahasiswa biologi.


(30)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Format validasi representatasi konsep anatomi tumbuhan materi jaringan parenkim dan organ batang.

Format validasi representasi ini digunakan untuk menghimpun data mengenai validitas level representasi pada konsep anatomi tumbuhan materi jaringan parenkim dan organ batang (lampiran A.02).

3. Format analisis bahan ajar yang sudah ada

Format ini merupakan instrumen yang berfungsi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan bahan ajar yang ada, khususnya pada aspek representasi anatomi tumbuhannya terhadap kemampuan literasi kuantitatif (lampiran A.01).

4. Lembar validasi bahan ajar yang dikembangkan

Lembar validasi ini merupakan lembar aspek kelayakan isi, penyajian materi, grafika, bahasa, dan representasi anatomi tumbuhan pada bahan ajar yang dikembangkan, di isi oleh validator dalam rangka mengevaluasi bahan ajar yang telah dikembangkan (lampiran A.03).

5. Format uji keterbacaan

Format ini merupakan instrumen untuk mengetahui tingkat keterbacaan bahan ajar menggunakan grafik Fry. Tabel berisi kolom rata-rata jumlah kalimat dan rata-rata jumlah kata dari seratus kata Edward Fry memperkenalkan formula keterbacaan yang disebut dengan grafik fry. Grafik Fry pertama kali dipublikasikan di majalah “journal of reading” pada tahun 1977, dan grafik yang asli dibuat pada tahun 1968. Formula keterbacaan dalam grafik ini berdasarkan dua faktor, yaitu panjang pendek kata dan tingkat kesulitan kata yang ditandai oleh jumlah (banyak-sedikitnya) suku kata yang membentuk setiap kata dalam wacana tersebut (Muchlisoh, 1996:170) (lampiran C.07).


(31)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tes yang digunakan merupakan tes literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dan tes literasi kuantitatif terapan. Tes literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan terdiri dari konsep parenkim (7 butir soal uraian) dan konsep batang (6 butir soal uraian), sedangkan tes literasi kuantitatif terapan terdiri dari materi terkait perkuliahan anatomi tumbuhan (6 soal uraian) dan konsep materi umum (5 soal uraian). Tes yang diinginkan adalah tes yang dapat mengukur indikator literasi kuantitatif dari Association of American College and Universities (2010). (lampirann A.05, A.06, A.07, dan A.08).

Layak atau tidaknya instrumen yang digunakan dalam penelitian, diukur dengan melakukan pengujian terhadap instrumen tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Validitas item

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2011). Pengujian validitas item tes pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:

� = �Σ −(Σ )(Σ )

�Σ 2− Σ 2 {�Σ 2− Σ 2}…………01)

(Arikunto, 2011) Dengan:

rXY: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N: jumlah siswa

X: skor tiap item tes

Y: skor total semua item tes

Menurut Arikunto (2011), nilai validitas butir soal hasil dari perhitungan, dapat di interpretasikan sebagai berikut.

Antara 0,800 sampai dengan 1,000: sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800: tinggi


(32)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Antara 0,400 sampai dengan 0,600: cukup

Antara 0,200 sampai dengan 0,400: rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat rendah

Hasil pengolahan uji validitas, setiap item yang digunakan memiliki validitas sebagai berikut (lampiran B)

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas Item Soal Parenkim Validitas Nomor item

Sangat tinggi 1, 5 Tinggi 2, 3, 4, 6, 7

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Item Soal Batang

Validitas Nomor item

Sangat tinggi 1, 2, 5, 6

Tinggi 3, 4

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Item Soal Terkait Anatomi Tumbuhan Validitas Nomor item

Sangat tinggi 1, 5

Tinggi 2, 3

Cukup 4

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Item Soal Materi Umum Validitas Nomor item

Tinggi 2, 3, 4, 5

Cukup 1


(33)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Reliabilitas tes menunjukan seberapa besar suatu instrumen tersebut dapat dipercaya dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Lebih lanjut Arikunto menjelaskan bahwa reliabilitas instrumen yang semakin tinggi menunjukan hasil ukur yang didapatkan semakin terpercaya (reliabel). Semakin reliabel suatu instrumen, membuat instrumen tersebut akan mendapatkan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali mengukur pada obyek yang sama.

Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas instrumen tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Alpha Cronbach (α). Menurut Azwar (Arikunto, 2011) koefisien Alpha Cronbach menunjukan sejauh mana kekonsistenan responden dalam menjawab instrumen yang dinilai. Persamaan Alpha Cronbach dapat dituliskan sebagai berikut.

�� ≥ �= �

� −1 1−

12+ 22 �2

12=

Σ12−(Σ 1) 2

� �−1 , 2

2=Σ 2

2

−(Σ 2 )2

� �−1

2=Σx

2(Σx )2

�−1 ………02) (Arikunto, 2011)

Dengan rxx' = koefisien reliabilitas S12 = varians skor belahan ganjil S22 = varians skor belahan genap Sx2 = varians skor total

Yi = jumlah skor pada tiap kelompok

X = jumlah skor masing-masing pengisian item N = jumlah sampel atau responden


(34)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengukuran reliabilitas menggunakan metode ini akan menghasilkan nilai alpha dalam skala 0-1 yang dapat dikelompokkan kedalam lima kelas dengan tingkat reliabilitas berbeda yang masing-masing disajikan pada tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5. Klasifikasi Reliabilitas Alpha Tingkat Reliabilitas 0,00 – 0,20 Kurang reliabel 0,201 – 0,40 Agak reliabel 0,401 – 0,60 Cukup reliabel 0,601 – 0,80 Reliabel 0,801 – 1,00 Sangat reliabel

(Arikunto, 2011)

Hasil pengolahan uji reliabilitas, setiap item yang digunakan memiliki reliabilitas sebagai berikut (data perhitungan terlampir pada lampiran B)

Tabel 3.6. Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Parenkim Jenis Tes Tingkat reliabilitas Soal parenkim 0.92 (sangat tinggi) Soal batang 0.91 (sangat tinggi) Soal pengembangan 0.71 (tinggi) Soal materi umum 0.72tinggi)

3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2011). Daya pembeda atau indeks diskriminasi berkisar antara nilai 0,00 sampai dengan 1,00. Menurut


(35)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Arikunto (2011), butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0.7. Daya pembeda diklasifikasikan menjadi kelas-kelas berikut.

Tabel 3.7. Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai D Klasifikasi 0,00 – 0,20 Jelek (poor) 0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory) 0,40 – 0,70 Baik (good) 0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

Negatif Tidak baik/ harus dibuang

(Arikunto, 2011)

Untuk menentuan nilai daya pembeda, persamaan yang digunakan adalah persamaan berikut.

= − = � − � …….03)

Dengan

D = Daya pembeda J = jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar


(36)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil pengolahan uji coba instrumen, daya pembeda yang dimiliki setiap item disajikan dalam Tabel 3.8 (perhitungan pada lampiran B).

Tabel 3.8. Nilai Daya Pembeda Item Tes Parenkim Kriteria DP No. item

Cukup 3, 6, 7 Baik 1, 2, 4, 5

Tabel 3.9. Nilai Daya Pembeda Item Tes Batang Kriteria DP No. item

Cukup 5

Baik 1, 2, 3, 4, 6

Tabel 3.10. Nilai Daya Pembeda Item Tes Materi Terkait Perkuliahan Antum Kriteria DP No. item

Sangat baik 1 Baik 2, 3, 4

Jelek 5

Tabel 3.11. Nilai Daya Pembeda Item Tes Materi Umum Kriteria DP No. item

Sangat baik 5 Baik 2, 3, 4

Cukup 1

4. Tingkat Kesukaran

Arikunto (2011) menyatakan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran dan kemudahan suatu soal ditentukan oleh suatu bilangan yang disebut dengna indeks kesukaran.


(37)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0 (Arikunto, 2011). Untuk menentukan indeks kesukaran suatu item, digunakan rumus berikut.

�= …………..04)

P = indeks kesukaran

B = banyak siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar JS= jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut.

Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

(Arikunto, 2011) Dari pengolahan data uji coba pada lampiran B, tingkat kesukaran instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.12. Tingkat Kesukaran Item Tes Parenkim Tingkat kesukaran Nomor item

Sedang 1, 2, 3, 4, 5,

Sukar 6, 7

Tabel 3.13. Tingkat Kesukaran Item Tes Batang Tingkat kesukaran Nomor item

Sedang 1, 2, 3, 4, 5

Sukar 6

Tabel 3.14. Tingkat Kesukaran Item Tes Pengembangan Tingkat kesukaran Nomor item


(38)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sangat Sukar 5

Tabel 3.15. Tingkat Kesukaran Item Tes Materi umum Tingkat kesukaran Nomor item

Sedang 1, 2, ,4, 5

Mudah 3

Setelah melakukan pengolahan dan analisis data hasil uji coba instrumen dengan uji validitas item, uji reliabilitas, uji daya pembeda, dan uji tingkat kesukaran item, maka semua item soal dalam instrumen penelitian ini digunakan seluruhnya dengan beberapa revisi sesuai dengan hasil uji coba instrument.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:

1. Melakukan validasi indikator dan konsep anatomi tumbuhan materi jaringan parenkim dan organ batang yang telah dikembangkan untuk melihat kesesuaiannya. Indikator harus sesuai dengan kemampuan literasi kuantitatif sedangkan konsep harus sesuai dengan indikator. Validasi tersebut dilakukan oleh dosen ahli dengan mengisi instrumen lembar validasi kesesuaian indikator terhadap kemampuan literasi sains dan konsep terhadap indikator literasi kuantitatif.

2. Melakukan validasi level representasi konsep anatomi tumbuhan materi jaringan parenkim dan organ batang yang telah dikembangkan untuk melihat kesesuaian antara konsep dengan representasi anatomi tumbuhan materi jaringan parenkim dan organ batang. Validasi tersebut dilakukan oleh dosen ahli dengan mengisi instrumen lembar validasi representasi konsep anatomi tumbuhan materi jaringan parenkim dan organ batang.


(39)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Menganalisis bahan ajar yang ada, berdasarkan aspek representasi anatomi tumbuhan dan literasi kuantitatifnya. Analisis tersebut dilakukan oleh peneliti yang dibuat dalam bentuk tabel.

4. Melakukan validitas bahan ajar hasil pengembangan. Validitas dilakukan oleh tim dosen ahli dengan mengisi lembar validasi bahan ajar yang dikembangkan. Validasi bahan ajar mencakup aspek kelayakan isi, penyajian materi, grafika, kebahasaan, serta representasi anatomi tumbuhannya dengan literasi kuantitatif.

5. Melakukan uji keterbacaan menggunakan grafik Fry. Uji ini dilakukan dengan cara mengambil uraian bagian awal, tengah, dan akhir. Banyaknya kata pada setiap uraian adalah 100 kata. Setiap uraian dihitung rata-rata jumlah kalimatnya. Selanjutnya dilakukan penghitungan rata-rata jumlah suku kata dari 100 kata tersebut dan dikalikan 0.6. Hasil perhitungan kemudian dimasukkan kedalam grafik Fry.

H. Teknik Pengolahan Data

Berdasarkan instrumen yang digunakan, maka akan dilakukan pengolahan data melalui analisis deskriptif pada :

1. Format kesesuaian antara indikator literasi kuantitatif dan konsep anatomi tumbuhan (lampiran C.03)

2. Format validasi representasi konsep anatomi tumbuhan materi jaringan parenkim dan organ batang (lampiran C.04 dan C.05)

3. Format analisis bahan ajar yang ada (lampiran C.02)

4. Lembar validasi aspek kelayakan isi, penyusunan materi, grafika, kebahasaan, dan reprsentasi konsep anatomi tumbuhan berbasis literasi kuantitatif pada bahan ajar yang dikembangkan. (lampiran C.06)


(40)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Hasil tes untuk melihat keberhasilan bahan ajar yang dikembangkan untuk menunjang literasi kuantitatif (lampiran C.08, C.09, C.11, dan C.12)

7. Hasil uji linearitas, uji korelasi, signifikansi, dan determinasi untuk melihat hubungan dan kontribusi nilai kedua tes, yaitu tes literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan tes literasi kuantitatif terapan (lampiran

C.15 dan C.16).

a) Korelasi Literasi Kuantitatif Pada Materi Anatomi Tumbuhan Dengan Nilai Literasi Kuantitatif Terapan Mahasiswa Biologi.

Korelasi menunjukan keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa memperhatikan ada atau tidaknya hubungan kausal antara variabel tersebut (Arikunto, 2011). Korelasi ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya derajat hubungan literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi. Panggabean (1989) menjelaskan bahwa pemilihan teknik untuk menghitung koefisien korelasi disesuaikan dengan data dari variabel-variabel yang akan dikorelasikan.

Sebelum menentukan koefisien korelasi pada penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap data yang telah didapat, yaitu uji normalitas data dan uji linearitas regresi. Berikut adalah langkah-langkah untuk menentukan koefisien korelasi menurut Arikunto (2011).

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normalitas distribusi data yang didapatkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas dengan cara tes distribusi normal dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a) Menghitung nilai rata-rata (Mean = M) b) Menghitung nilai standar deviasi (sd)


(41)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c) Membuat daftar Frekuensi Observasi (Fo) dan Frekuensi Harapan (Fh) dengan menentukan:

(1) Rentang skor: r = skor tertinggi – skor terendah (2) Banyak kelas: k= 1+3,3log n

(3) Panjang kelas: p= � � (4) Tabel distribusi

d) Menentukan derajat kebebasan: υ= k-3 e) Menentukan nilai χ2 pada tabel chi kuadrat f) Penentuan normalitas

(Panggabean, 2001) Jika nilai χ2 yang didapat dari pengolahan data lebih kecil dari nilai χ2 pada tabel, maka data tersebut dikatakan terdistribusi normal. Jika sebaliknya, χ2 hitung lebih besar dibandingkan nilai χ2 pada tabel, maka data tersebut tidak terdistribusi normal.

Uji normalitas ini digunakan untuk mengolah data yang didapatkan yaitu literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi. Jika kedua data terdistribusi normal, maka pengolahan dilanjutkan dengan uji linieritas regresi kedua data tersebut. Tetapi, jika salah satu dari data tersebut tidak terdistribusi normal pengolahan tidak dilanjutkan dengan uji linearitas regresi tetapi langsung menghitung koefisien korelasi dengan teknik Phi Coeficient (ϕ). Hasil dari perhitungan uji normalitas dapat di lihat pada lampiran C.10.

2) Uji Linieritas Regresi

Pengujian linieritas regresi dilakukan jika kedua data penelitian diketahui terdistribusi normal. Untuk menguji linieritas regresi, ditentukan terlebih dahulu persamaan garis regresinya, menurut panggabean (2001) yaitu sebagai berikut.


(42)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dengan nilai a dan b adalah seperti berikut ini.

= Σ 2 Σ − Σ Σ

� Σ 2 − Σ 2 ……….06)

=� Σ −(Σ )(Σ )

� Σ 2 −(Σ )2 ………07)

Dengan X adalah nilai konsep anatomi tumbuhan dan Y adalah nilai pengembangan materi umum literasi kuantitatif

Setelah ditentukan persamaan garis regresinya, selanjutnya adalah menguji linearitas regresi data-data tersebut dengan langkah-langkah seperti berikut ini.

(a) Menghitung jumlah kuadrat regresi a dengan persamaan =(ΣY)2

…08)

(b) Menghitung jumlah kuadrat regresi b terhadap a dengan persamaan

| = Σ −

(Σ )(Σ )

� ………09)

(c) Menghitung jumlah kuadrat residu dengan persamaan

� = 2 − − | ……10)

(d) Menghitung jumlah kuadrat kekeliruan dengan persamaan �� = Σ −(Σ )(Σ ) …….11)

(e) Menghitung jumlah kuadrat ketidakcocokan dengan persamaan JKtc=JKr– JKkk…….12)

(f) Menghitung derajat kebebasan kekeliruan dengan dkkk= n-k (g) Menghitung derajat kebebasan ketidakcocokan dengan persamaan

dktc =k-2 …….13)

(h) Menghitung rata-rata kuadrat kekeliruan dengan persamaan RKkk = �����

(i) Menghitung rata-rata kuadrat ketidakcocokan dengan persamaan � = ……14)


(43)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu (j) Menghitung nilai F ketidakcocokan dengan persamaan

Ftc = �

��

(k) Menentukan nilai F tabel dengan tingkat kepercayaan tertentu pada dktc/dkkk yang telah ditentukan.

(l) Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel: apabila nilai Fhitung < Ftabel berarti persamaan garis regresi tersebut linear. Apabila nilai Fhitung>Ftabel, berarti persamaan garis regresi tersebut tidak linear.

(Panggabean,2001) Jika setelah melakukan uji linieritas regresi menunjukan persamaan garis regresi linear, maka teknik yang digunakan untuk menentukan koefisien korelasi adalah teknik korelasi product moment. Namun, jika hasil uji regresi tidak menunjukan persamaan garis regresi yang linear, maka teknik penentuan koefisien korelasi menggunakan teknik Phi Coeficient. Hasil perhitungan uji linearitas regresi dapat dilihat di lampiran C.15.

Jika perhitungan koefisien korelasi menggunakan korelasi Product moment, maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

……..15)

(Panggabean, 2001: 170) dengan :

= korelasi antara literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi

= deviasi dari skor nilai literasi kuantitatif terapan

= deviasi dari skor tes literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan

Jika teknik penentuan koefisien korelasi yang digunakan adalah teknik Phi Coeficient, data-data yang didapatkan terlebih dahulu harus diubah kedalam


(44)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bentuk variabel diskrit. Salah satu teknik untuk mengubah bentuk variabel kedalam variabel diskrit adalah dengan menggunakan teknik mean (rata-rata). Siswa dikatakan termasuk kedalam kelompok positif apabila nilai yang diperolehnya lebih besar dari rata-rata nilai seluruh siswa, sedangkan siswa termasuk kedalam kelompok negatif adalah siswa dengan perolehan nilai lebih kecil dari nilai rata-rata.

Setelah dibuatkan tabel kontingensi, perhitungan koefisien korelasi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan uji korelasi Phi Coeficient berikut ini.

�� = ( + )( + )( + )( + )− …….16)

Dari pengolahan data korelasi antara literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi, akan didapatkan nilai rhitung baik dengan menggunakan persamaan product moment atau dengan Phi Coficient. Setelah mendapatkan berapa besar nilai rhitung bandingkan nilainya dengan nilai rtabel dengn taraf signifikansi tertentu. Jika rhitung > rtabel maka terdapat hubungan positif (searah) antara literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi. Sebaliknya, jika rhitung < rtabel maka hubungan antara literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi adalah negatif atau terbalik. Hasil perhitungan korelasi dapat dilihat pada lampiran C.12.

Untuk mengetahui tingkatan korelasi yang didapatkan, bandingkan dengan interpretasi yang disajikan dalam Tabel 3.16 berikut.

Tabel 3.16. Interpretasi Nilai Korelasi


(45)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,81 – 1,00

0,61 – 0,80 0,41 – 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah (Panggabean, 2001: 162)

b) Menguji Signifikansi Nilai Koefisien Korelasi

Menurut Panggabean (1996), tingkat signifikansi merupakan derajat yang menyatakan keberartian sesuatu. Pada penelitian ini diuji berapa besar tingkat keberartian hubungan literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi.

Uji signifikansi yang dilakukan disesuaikan dengan penggunaan persamaan dalam penentuan koefisien korelasi. Untuk uji signifikansi dari korelasi dengan menggunakan product moment, persamaan yang digunakan adalah seperti berikut.

�= �2(�−1)

(1−�2) ……17)

(Arikunto, 2006) Jika nilai thitung > ttabel maka dapat dikatakan bahwa terdapat signifikansi hubungan antara literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi. Sedangkan jika nilai thitung < ttabel maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat signifikansi hubungan antara literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi.

Untuk uji signifikansi dari korelasi yang dihitung dengan teknik Phi Coeficient, digunakan uji signifikansi dengan persamaan berikut.

�2 =


(46)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Arikunto, 2006) Dengan χ2 = Nilai Chi kuadrat

rϕ = Nilai korelasi Phi coefficient N = Jumlah sampel

Dari hasil perhitungan, jika nilai χ2 hitung > χ2 tabel maka dapat dikatakan bahwa terdapat signifikansi hubungan korelasional antara literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi. Sebaliknya, jika nilai χ2hitung < χ2tabel maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat signifikansi hubungan antara literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi.

c) Kontribusi Literasi Kuantitatif Pada Materi Anatomi Tumbuhan Dengan Nilai Literasi Kuantitatif Terapan Mahasiswa Biologi

Untuk mengetahui berapa besar pengaruh literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi maka dapat diketahui dengan mencari koefisien determinasi. Menurut Panggabean (2001) koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi. Koefisien determinasi dapat ditentukan dengan menggunakan r2x100% yang menunjukan persentase kontribusi dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.


(47)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar anatomi tumbuhan yang sudah ada dan biasa digunakan oleh mahasiswa biologi masih belum memenuhi indikator literasi kuantitatif yaitu pada indikator kalkulasi, aplikasi/analisis, asumsi, dan komunikasi, sisanya sebagian memenuhi indikator interpretasi dan representasi.

Bahan ajar yang dikembangkan adalah berupa buku petunjuk praktikum dengan teori dan LKM terintegrasi pada konsep parenkim dan batang. Bahan ajar anatomi tumbuhan hasil pengembangan untuk menunjang literasi kuantitatif mahasiswa biologi, maka bahan ajar harus memiliki komponen sebagai berikut : 1) teori/konsep, 2) kegiatan praktikum, 3) instruksi LKM, 4) soal/pertanyaan LKM, dan 5) tabel hasil pengamatan. Keseluruhan komponen tersebut harus memenuhi keenam indikator literasi kuantitaif, yaitu indikator interpretasi, kalkulasi, representasi, analisis, asumsi, dan komunikasi. Apabila bahan ajar sudah memenuhi kriteria tersebut, maka diharapkan selain bahan ajar dapat meningkatkan nilai materi parenkim dan batang, tapi juga dapat meningkatan nilai literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi.

Berdasarkan hasil analisis rata-rata persentase ketercapaian dan indikator literasi kuantitatif dari tertinggi sampai terendah secara berurutan adalah representasi (75,25%), interpretasi (73,75%), kalkulasi (705%), komunikasi (69%), analisis (65,25%), dan asumsi (35,75%). Salah satu faktor yang diduga memberikan kontribusi terhadap peningkatan ketercapaian indikator literasi kuantitaif tersebut adalah karakter bahan ajar anatomi tumbuhan hasil pengembangan.

Berdasarkan hasil uji korelasi dan signifikansi terdapat hubungan positif yang signifikan antara nilai literasi kuantitatif pada materi anatomi tumbuhan dengan nilai


(48)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

literasi kuantittatif sebesar 0,49 (kategori sedang) dan berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan kontribusi sebesar 24,21%.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka bahan ajar anatomi tumbuhan hasil pengembangan sudah baik dan sesuai untuk diterapkan kepada mahasiswa biologi guna menunjang literasi kuantitatif terapan mahasiswa biologi.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dari penelitian dan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang ingin disampaikan oleh peneliti diantaranya :

1. Bagi peneliti lain

a. Peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis mengenai pengembangan bahan ajar anatomi tumbuhan untuk menunjang literasi kuantitatif dapat melakukan beberapa perbaikan pada bagian komponen bahan ajar, diantaranya adalah :

1) Cantumkan teori, instruksi, kegiatan, dan pertanyaan pada bahan ajar yang terkait dengan materi umum literasi kuantitatif pada kehidupan sehari-hari agar mahasiswa tidak mengalami kesulitan ketika dihadapkan dengan soal materi umum literasi kuantitatif

2) Tekankan teori, instruksi, kegiatan, dan pertanyaan pada indikator asumsi agar mahasiswa terbiasa untuk bernalar tingkat tinggi terutama ketika menganalisis, memprediksi, dan membuat asumsi dengan melibatkan informasi kuantitatif.

3) Berdasarkan hasil analisis ketercapaian tiap indikator, terlihat bahwa indikator asumsi memiliki persentase pencapaian yang rendah. Hal ini bisa diakibatkan oleh beberapa factor, diantaranya adalah : a) mahasiswa tidak terbiasa bernalar tingkat tinggi, b) bahan ajar belum mengakomodasi kemampuan bernalar mahasiswa, dan c) pertanyaan –


(49)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertanyaan LKM tidak melatih dan membiasakan mahasiswa untuk bernalar tingkat tinggi. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka sebaiknya bahan ajar ke depan dapat lebih memfasilitasi mahasiswa baik dalam teori, tugas, atau pertanyaan dapat lebih melatih kemampuan asumsi (bernalar) mahasiswa biologi.

4) Berdasarkan tabel 4.8 bahan ajar masih belum dapat memenuhi dimensi deriving meaning khusus pada kata kerja operasional sebagai berikut : a) menurunkan arti dari gambaran grafik suatu hubungan dan, b) menurunkan arti dari gambaran diagram kesatuan ruang, sehingga ke depannya diharapkan bahan ajar dapat memenuhi kedua kata kerja operasional tersebut.

5) Pertimbangkan alokasi pembelajaran yang tersedia. Misalnya alokasi waktu cukup untuk menyampaikan ke enam indikator kuantitatif yang ada dalam satu pertemuan, jika tidak memenuhi maka modifikasi bahan ajar dalam penelitian ini perlu dilakukan.

6) Penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana literasi kuantitatif pada anatomi tumbuhan dapat menunjang literasi kuantitatif umum mahasiswa biologi, tapi tidak berarti konsep anatomi tumbuhan diganti sepenuhnya menjadi konsep kuantitatif. Pada dasarnya konsep esensial kualitatif anatomi tumbuhan tetap harus tersampaikan, hanya konsep kuantitatif dijadikan sebagai kombinasi dalam pembelajaran agar mahasiswa bisa lebih memaknai dan memahami konsep yang didapatkannya selama perkuliahan.

7) Bahan ajar hasil pengembangan baik dalam teori, instruksi LKM, kegiatan praktikum, dan pertanyaan pada LKM belum sepenuhnya memasukkan konsep esensial anatomi tumbuhan, sehingga diharapkan ke depannya bahan ajar dapat lebih memilih dan memasukkan konsep


(1)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertanyaan LKM tidak melatih dan membiasakan mahasiswa untuk bernalar tingkat tinggi. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka sebaiknya bahan ajar ke depan dapat lebih memfasilitasi mahasiswa baik dalam teori, tugas, atau pertanyaan dapat lebih melatih kemampuan asumsi (bernalar) mahasiswa biologi.

4) Berdasarkan tabel 4.8 bahan ajar masih belum dapat memenuhi dimensi deriving meaning khusus pada kata kerja operasional sebagai berikut : a) menurunkan arti dari gambaran grafik suatu hubungan dan, b) menurunkan arti dari gambaran diagram kesatuan ruang, sehingga ke depannya diharapkan bahan ajar dapat memenuhi kedua kata kerja operasional tersebut.

5) Pertimbangkan alokasi pembelajaran yang tersedia. Misalnya alokasi waktu cukup untuk menyampaikan ke enam indikator kuantitatif yang ada dalam satu pertemuan, jika tidak memenuhi maka modifikasi bahan ajar dalam penelitian ini perlu dilakukan.

6) Penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana literasi kuantitatif pada anatomi tumbuhan dapat menunjang literasi kuantitatif umum mahasiswa biologi, tapi tidak berarti konsep anatomi tumbuhan diganti sepenuhnya menjadi konsep kuantitatif. Pada dasarnya konsep esensial kualitatif anatomi tumbuhan tetap harus tersampaikan, hanya konsep kuantitatif dijadikan sebagai kombinasi dalam pembelajaran agar mahasiswa bisa lebih memaknai dan memahami konsep yang didapatkannya selama perkuliahan.

7) Bahan ajar hasil pengembangan baik dalam teori, instruksi LKM, kegiatan praktikum, dan pertanyaan pada LKM belum sepenuhnya memasukkan konsep esensial anatomi tumbuhan, sehingga diharapkan ke depannya bahan ajar dapat lebih memilih dan memasukkan konsep


(2)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

esensial anatomi tumbuhan yang dapat diarahkan ke dalam literasi kuantitatif baik pada teori, instruksi, dan pertanyaan.

8) Pertanyaan-pertanyaan pada bahan ajar hasil pengembangan belum menghubungkan antara kegiatan pengamatan kuantitatif yang dilakukan mahasiswa dengan makna esensial dari kegiatan pengamatan kuantitatif yang telah dilakukan tersebut, sehingga diharapkan bahan ajar ke depan memiliki sejumlah pertanyaan yang dapat mengarahkan dan menghubungkan antara kegiatan pengamatan kuantitatif yang dilakukan mahasiswa dengan makna esensial apa yang dapat diambil dari kegiatan pengamatan kuantitatif tersebut.

b. Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui kontribusi bahan ajar terhadap terhadap literasi kuantitatif terapan adalah sebesar 24,21%, artinya sisa kontribusi sebesar 75,79% adalah berasal dari aspek lain, misalnya strategi pembelajaran, prior knowledge, dan lain-lain, sehingga perlu adanya penelitian yang dapat mengukur secara nyata kontribusi pada aspek tersebut.


(3)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Association of American College and Universities (AACU). (2010). Quantitative Literacy Value Rubrick. [online] tersedia [email protected]

Boger, P. (2002). Building the Numeracy Skills of Undergraduate and Elementary

Students”. ICOTS6. 1-3.

Borg R Walter; Gall Meredith D. (1989). Educational Research; An Introduction, Fifth Edition; Longman.

Brodie. (2010). Teaching Mathematical Reasoning in Secondary School Classroom. New York: Springer.

Darhim. (2011). Pendidikan Matematika 2. Jakarta: Depdikbud.

De Lange, J. (2003) Mathematic for Literacy. Mathematical Sciences Education Board (MSEB). 75-89.

Depdiknas. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41. Tahun 2009 tentang Standar Proses Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah [online]. Tersedia : http:///www.ranking-ptai.info/regulasi/permendiknas_41_07.pdf [10 juli 2012]

Dick, W. dan Carey, L.. 1990. The Systematic Design of Instruction: Third Edition. USA: Harper Collins Publishers.


(4)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Frith, V. Gunston, G. (2011). Towards Understanding the Quantitative Literacy Demands of a First-Year Medical Curriculum. AJHPE. Vol. 3, No. 1.

Hamzah, M. Sahandri, G. Saifuddin, K.A. (2009). Generic Skills Need to Produce

Human Capital with “First Class Mentality”. European Journal of Social Sciences. 10, (1), 102-110.

Harrell. (1999). Improving the Quantitative Skills of Life Science Students Through General Biology Reform (Supported by NSF Award DUE – 9752339 to the University of Tennesee). (online). Tersedia: www.tiem.utk.edu/-gross/bioed/poster.html. (16 November 2011).

Hustings, A. (2002). Quantitative Biology for the 21st Century. Quantitative Environmental and Integrative Biology.

Hutchinson, M. K., & Montgomery, A. J. (2007). Parent Communication and Sexual Risk Among African Americans. Western Journal of Nursing Research, 29, pg. 691.

Lufri. (2007). Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP Press. Muchlisoh. 1996. Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud.

Muslich. (2010). Textbook Writing: Dasar-dasar Pemahaman Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks. Malang:Ar-ruzzmedia

Panggabean, L.P. (2001). Statistika Dasar. Jurusan Pendidikan Fisika, PMIPA UPI. Quinnel, R and Eunice, W. (2007). Using intervention strategies to engage tertiary


(5)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

presentation UniServe Science Teaching and Learning Research Proceedings. 70-74.

Rustaman, N. (2002). Perencanaan dan Penilaian Praktikum di Perguruan Tinggi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sanz, A. et al. (2012). Mathematical Skills in Undergraduate Students. A Ten – Year Survey of a Plant Physiology Course. Bioscience Education. Vol 19.

Shonkwiler, R. W. dan Herod, J. (2009). Mathematical Biologi: an Introduvitos with Maple and Matlab (second ed.) New YorkL Spriner Science + Bussiness Media, LLC.

Slameto, (2003) Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.

Steen, L.A. (2001) MATHEMATICS and DEMOCRACY the Case for Quantitative Literacy. The National Council on Education and the Disciplines. http://www.goodreads.com/book/show/1689868.

Mathematics_and_Democracy.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta

Sukmadinata, N. S, (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke 7. Bandung : Remaja Rosdakarya

Tarigan, H.G dan Tarigan Dj. (1986). Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa


(6)

Ryan Ardiansyah, 2014

Pengembangan Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan Untuk Menunjang Literasi Kuantitatif Mahasiswa Biologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Unsworth, L (1993). Literecy, Learning and Teaching. Melbourne : MacMillan Educational Australia

Wagner, DA (1987). The Futures of Literacy in Changing World, NY: Pergamon Press

Walter & Meredith (1989). Educational Research; An Introduction, Fifth Edition; Longman.