STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT.

(1)

No. Daftar FPIPS : 5058/UN.40.2.4/PL/2015

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Geografi

Oleh

Aji Muhamad Soleh 1000931

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


(2)

No. Daftar FPIPS : 5058/UN.40.2.4/PL/2015

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Oleh

Aji Muhamad Soleh

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Aji Muhamad Soleh Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak Ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Aji Muhamad Soleh

1000931

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING I

Drs. Dadang Sungkawa, M.Pd NIP: 1955 210 198002 1 001

PEMBIMBING II

Bagja Waluya, M.Pd NIP: 1972 1024 200112 1 001

MENGETAHUI


(4)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DR. Ahmad Yani, M, Si


(5)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Oleh

Aji Muhamad Soleh (1000931)

Pembimbing I : Drs. H. Dadang Sungkawa, M.Pd Pembimbing II : Bagja Waluya, M.Pd

Di Kabupaten Garut terdapat dua pasar ternak yaitu Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja yang menjadi pusat distribusi ternak berskala regional dengan tujuan mempermudah produsen dan konsumen untuk bertransaksi. Berdasarkan data pemasaran Disnakkanla, kedua pasar ternak mengalami perkembangan yang berbeda dari tingkat keramaian dan tingkat pemasaran dimana Pasar Ternak Bayongbong lebih unggul. Tujuan penelitian ini adalah : 1) memperoleh gambaran tentang lokasi Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja; 2) mengetahui aksesibilitas Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja; 3) mengetahui komoditas ternak di Pasar Ternak Bayogbong dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja; 4) mengetahui fasilitas pasar di Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja. Metode yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Analisis data dengan persentase dan uji beda t-test. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan keruangan. Sampel penelitian terdiri dari 40 konsumen dan produsen pada sampel wilayah yang diambil secara insidental. Hasil penelitian menunjukan bahwa lokasi Pasar Ternak Bayongbong berdekatan dengan konsentrasi penduduk, jangkauan lebih luas, serta berdekatan dengan fasilitas umum lainnya. Dari segi aksesibilitas dimudahkan dengan adanya Terminal Andir dan jaringan jalan provinsi. Ketersediaan komoditas dalam hal jumlah, kualitas, varietas/spesifikasi, dan harga lebih unggul dengan skor rata-rata 140.00 dengan simpangan baku 13.292. Kelengkapan dan kondisi fasilitas pasar juga lebih unggul dengan nilai rata-rata 128.78 dengan simpangan baku 17.108. Rekomendasi berupa realisasi pembangunan Pasar Ternak Wanaraja, penyediaan zonasi khusus untuk ternak besar di Pasar Ternak Bayongbong dan penyediaan zonasi khusus ternak unggas dan ternak kuda di Pasar Ternak Wanaraja agar keberadaannya berkembang dan tetap terjaga.


(6)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

COMPARASION STUDY LIVESTOCK BAYONGBONG WITH LIVESTOCK WANARAJA DISTRICT GARUT

Oleh

Aji Muhamad Soleh (1000931)

Supervisor I : Drs. H. Dadang Sungkawa, M.Pd Supervisor II : Bagja Waluya, M.Pd

Garut district has a livestock market which become a livestock distribution centre of regional scale to facilitate the producer and livestock consumer in the transaction. Livestock market which become the primary node of livestock distribution in Garut district are Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market. Based on Disnakkanla marketing datas, from the level of the crowd and livestock marketing, Bayongbong Livestock Market tends to be superior. That phenomenon is interesting to be studied with comparative analysis. The aim of this study are: 1) to gain an overview of Bayongbong Liivestock Market place and Wanarja Livestock Market place; 2) to know the accessibility of Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market; 3) to know the livestock commodities of livestock in Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market; 4) to know the market facilities in Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market. The method used in this study is descriptive comparative method. The approach used for this study is spatial approach. The data analysis in this study is in the form of percentage analysis and t-test different test. The sample of this study are 40 consumers and producer in region sample which taken with incidental sampling. The result shows that the location of Bayongbong Livestock Market is adjacent to the population concentration, the range is wider, and also adjacent to another public facilities. In term of accessibility, it is facilitated by the presence of Andir Terminal and provincial road network, and making it easy to reach. The commodities availability in form of amount, quality, varieties/specification, and price are superior with average score 140.00 with standard deviation 13.292. The completeness and the condition of market facilities are also superior with average value 128.78 and standard deviation 17.108.


(7)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keywords: Livestock, Comparative, Location, Accessibility, Commodities, Facilities


(8)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK . . . i

KATA PENGANTAR . . . ii

UCAPAN TERIMAKASIH . . . v

DAFTAR ISI . . . vii

DAFTAR TABEL . . . x

DAFTAR GAMBAR . . . .xii

DAFTAR PETA . . . .xiii

BAB I PENDAHULUAN . . . 1

A. Latar Belakang . . . .1

B. Identifikasi Masalah . . . .4

C. Rumusan Masalah . . . 5

D. Tujuan Penelitian . . . .5

E. Manfaat Penelitian . . . .6

F. Penelitian Terdahulu . . . 7

G. Struktur Organisasi Skripsi . . . 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA . . . 10


(9)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Daya Tarik Pasar Terhadap Konsumen . . . 12

C. Lokasi . . . . . . .13

D. Teori Lokasi Tempat Sentral Walter Christaller . . . .14

E. Aksesibilitas . . . 17

F. Ketersediaan Komoditas . . . .18

G. Fasilitas Pasar . . . 19

BAB III METODE PENELITIAN . . . 21

A. Metode Penelitian . . . 21

B. Pendekatan Penelitian . . . .21

C. Populasi dan Sampel . . . .22

1. Populasi . . . .22

2. Sampel . . . .22

D. Variabel Penelitian . . . 24

E. Definisi Operasional . . . 24

F. Teknik Pengumpulan Data . . . 25

G. Teknik Analisis Data . . . .27

H. Bagan Alur Penelitian . . . .32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . . . .33


(10)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kondisi Lokasi Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak

Wanaraja . . . 33

2. Kondisi Aksessibilitas Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja . . . 40

3. Ketersediaan Komoditas Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja . . . 46

4. Kondisi Fasilitas Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja . . . 54

B. Pembahasan . . . 65

C. Implikasi Penelitian Terhadap Bidang Pendidikan Geografi . . . .74

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI . . . 76

A. Kesimpulan . . . 76

B. Rekomendasi . . . 77

DAFTAR PUSTAKA . . . .79

LAMPIRAN . . . 81


(11)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

1. 1 Pasar Ternak di Kabupaten Garut . . . . . . 2

1. 2 Pemasaran Ternak di Pasar Ternak Wanaraja Tahun 20014 . . . 3

1. 3 Pemasaran Ternak di Pasar Ternak Bayongbong Tahun 2014 . . . 3

1. 4 Matriks Penelitian Terdahulu . . . 6

2. 2 Fasilitas Pasar Ternak Berdasarkan Tipe . . . 18

3. 1 Variabel Penelitian . . . 23

3. 2 Kriteria Pemberian Skor Terhadap Jawaban Responden . . . 27

3. 3 Kriteria Persentase . . . 28

4. 1 Jarak Tempuh Konsumen Menuju Pasar Ternak . . . 32

4. 2 Jumlah Konsumen Berdasarkan Asal Daerah . . . .33

4. 3 Frekuensi Kunjungan Konsumen ke Pasar Ternak Per Bulan . . . 33

4. 4 Jumlah Penduduk Daerah Komplementer . . . 34

4. 5 Waktu Tempuh Konsumen Menuju Pasar . . . 37

4. 6 Cara yang Digunakan Konsumen Menuju Pasar . . . 38

4. 7 Jenis Kendaraan yang Digunakan Konsumen . . . 38

4. 8 Rata-rata Jumlah Komoditas yang Dibeli Konsumen . . . 39

4. 9 Jaringan Jalan dan Kondisinya . . . 41

4. 10 Sebaran Populasi Ternak Domba di Kabupaten Garut . . . .45

4. 11 Populasi Ternak Domba di Daerah Komplementer . . . 46

4. 12 Asal Daerah Produsen Komoditas Ternak Domba . . . .47

4. 13 Jumlah Rata-rata Komoditas Ternak yang Diperdagangkan Produsen . . 48


(12)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. 15 Perbandingan Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Komoditas Ternak . . . .50 4. 16 Sampel Independen Mengenai Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap

Ketersediaan Komoditas Ternak . . . 51 4. 17 Ketersediaan Fasilitas di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak

Wanaraja berdasarkan Standar Kementeriaan . . . 55 4. 18 Kelengkapan dan Ketersediaan Fasilitas di Pasar Ternak Bayongbong dan

Pasar Ternak Wanaraja berdasarkan Standar Disnakkanla Garut . . . .56 4. 19 Ketersediaan Fasilitas Pendukung di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar

Ternak Wanaraja . . . .58 4. 20 Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Fasilitas Pasar . . . 59 4. 21 Perbandingan Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Fasilitas Pasar . . 60 4. 22 Perbandingan Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Fasilitas Pasar . . 61 4. 23 Matriks Perbandingan di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak


(13)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2. 1 Kronologi Terjadinya Area Perdagangan Heksagonal . . . 15 3. 1 Bagan Alur Penelitian . . . .32


(14)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PETA

Halaman 4. 1 Peta Jangkauan Pemasaran . . . 37 4. 2 Peta Lokasi Pasar Ternak Bayongbong . . . .38 4. 3 Peta Lokasi Pasar Ternak Wanaraja . . . .


(15)

1

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Garut terkenal sebagai daerah usaha peternakan domba yang banyak dikelola oleh petani. Berdasarkan data Disnakkanla Tahun 2014, jenis ternak domba populasinya sudah mencapai 1,2 juta ekor dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 4% per tahun yang keberadaannya tersebar merata pada 42 kecamatan di Kabupaten Garut. Besarnya populasi domba tersebut didukung oleh kondisi alam Garut yang cocok untuk perkembangbiakan, juga terintegrasi oleh adanya budaya beternak domba di kalangan petani. Ternak domba bagi para petani merupakan simpanan harta yang sewaktu-waktu dapat diuangkan dengan mudah karena harganya yang relatif terjangkau. Sesuai dengan pendapat Atmadja (1979 : 61),

“Fungsi ternak domba dan kambing bagi petani, yang paling menonjol yaitu sebagai

usaha sambilan atau tambahan pendapatan dan sebagai tabungan yang

sewaktu-waktu dapat diuangkan”.

Aktivitas perniagaan ternak domba difasilitasi Pemda Garut dengan berlandaskan Perda Kabupaten Garut No. 12 Tahun 2002 tentang “retribusi pemakaian pasar hewan dan pemeriksaan kesehatan hewan/ternak di dalam dan di

luar pasar” yang kemudian diubah dengan Perda Kabupaten Garut No. 9 Tahun

2011 tentang “retribusi jasa usaha”. Adapun implementasi perda tersebut adalah

penyediaan lokasi pasar ternak yang dikelola oleh UPTD Pasar Ternak Disnakkanla dengan anggaran yang berasal dari APBD.

Terdapat enam pasar ternak di Kabupaten Garut pada lokasi yang berbeda. Dari sejumlah pasar ternak yang ada, menurut keterangan dari Bapak Dida Kardiana Endang, S.Pt, (Kepala Bagian Bina Usaha Disnakkanla Garut), tiga pasar ternak adalah milik pemerintah dan dikelola pemerintah, yaitu Pasar Ternak Bayongbong, Pasar Ternak Wanaraja, dan Pasar Ternak Limbangan. Dua pasar


(16)

2

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ternak milik desa dan dikelola swasta, yaitu Pasar Ternak Cibodas, dan Pasar Ternak Bungbulang. Kemudian satu pasar lagi milik swasta dan dikelola swasta,


(17)

3

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu Pasar Ternak Malangbong. Berikut disajikan tabel 1.1 berupa gambaran umum pasar ternak :

Tabel 1.1 Pasar Ternak di Kabupaten Garut

No Nama Pasar Jadwal/Hari

Pasar Jenis Ternak yang Dipasarkan Rata-rata Penjualan Ternak Per Hari / Jadwal

Pasar

Keterangan

1 Pasar Ternak

Bayongbong

Senin & Kamis  Domba

 Kambing 800

2 Pasar Ternak

Wanaraja

Rabu & Minggu  Domba

 Kambing 150

 Sapi Potong

5 Tahap

percobaan

3 Pasar Ternak

Cibodas

Rabu & Minggu  Domba

 Kambing 50

4 Pasar Ternak

Limbangan

Rabu & Minggu  Domba

 Kambing 40

5 Pasar Ternak

Bungbulang

Rabu & Minggu  Domba

 Kambing 40

Sumber: Disnakanla Garut, 2014

Dari enam pasar ternak yang ada di Kabupaten Garut, menurut Bapak Yoyo Karyono (Kepala UPTD Pasar Ternak Disnakkanla), Pasar Ternak Wanaraja dan Pasar Ternak Bayongbong dapat dianggap sebagai pasar induknya. Kedua pasar ternak tersebut memiliki jangkauan pemasaran berskala regional. Bila dilihat, kondisi kedua pasar ternak masih tergolong sederhana. Namun, perbedaan terlihat dari segi keramaian dan jumlah pemasaran. Pasar Ternak Bayongbong lebih tinggi jumlah pemasarannya bila dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja. Perbedaannya cukup tinggi walaupun jadwal pasar berbeda. Untuk mengetahui lebih jelas, berikut ini penulis sajikan data yang dikutip dari Laporan Pemasaran Ternak UPTD Pasar Ternak Disnakkanla Tahun 2014 pada tabel 1.2 dan tabel 1.3 :


(18)

4

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1. 2 Pemasaran Ternak di Pasar Ternak Wanaraja Tahun 2014

Sumber: UPTD Pasar Hewan Disnakkanla Garut, 2014

Tabel 1. 3 Pemasaran Ternak di Pasar Ternak BayongbongTahun 2014

Sumber: UPTD Pasar Hewan Disnakkanla Garut, 2014

Adanya perbedaan jumlah pemasaran tersebut, menunjukan bahwa Pasar Ternak Bayongbong memiliki daya tarik yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja sehingga pemasarannya lebih tinggi. Tentunya hal tersebut menunjukan Pasar Ternak Bayongbong lebih banyak dikunjungi produsen dan konsumen dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja. Fenomena tersebut


(19)

5

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi menarik karena bila dilihat secara historis, Pasar Ternak Wanaraja lebih dulu ada dibandingkan dengan Pasar Ternak Bayongbong. Pasar Ternak Wanaraja mulai diresmikan dan beroperasi tahun 2000, sedangkan Pasar Ternak Bayongbong diresmikan dan beroperasi tahun 2008. Namun seiring berjalannya waktu, kedua pasar ternak mengalami perkembangan yang berbeda dimana Pasar Ternak Bayongbong lebih unggul pemasarannya dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja. Sebenarnya Pasar Ternak Wanaraja memiliki sejumlah keunggulan diantaranya lokasi lebih dekat ke pusat kota, dan dekat dengan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan). Namun nampaknya hal tersebut tidak menjadi kemenarikan tersendiri bagi produsen dan konsumen untuk berpusat di Pasar Ternak Wanaraja.

Permasalahan tersebut perlu dianalisis untuk mengetahui kondisi terkini dan sebenarnya yang membedakan kedua pasar ternak. Dalam hal ini, penulis akan membatasi pengkajian pada variabel lokasi, aksesibilitas, komoditas, dan fasilitas di masing-masing pasar ternak. Hal ini penting untuk dilakukan agar dapat memberikan rekomendasi dalam perencanaan pembangunan pasar ternak di masa yang akan datang agar aktivitas tata niaga ternak di Kabupaten Garut tetap terjaga eksistensinya. Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis memberi judul penelitian ini, yaitu: “Studi Komparasi Pasar Ternak Bayongbong dengan Pasar Ternak Wanaraja Kabupaten Garut”.

B. Identifikasi Masalah

Pasar Ternak Bayongbong lebih ramai aktivitas perdagangannya bila dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja.

1. Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja mengalami perkembangan yang berbeda.

2. Pasar Ternak Bayongbong lebih tinggi jumlah pemasarannya dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja.

3. Pasar Ternak Wanaraja pembangunannya lebih awal dibandingkan dengan Pasar Ternak Bayongbong.


(20)

6

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Dari segi lokasi, Pasar Ternak Wanaraja lebih dekat ke pusat kota dibandingkan dengan Pasar Ternak Bayongbong.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik lokasi Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan karakteristik lokasi Pasar Ternak Wanaraja?

2. Bagaimana aksesibilitas Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan aksesibilitas Pasar Ternak Wanaraja?

3. Bagaimana ketersediaan komoditas Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan ketersediaan komoditas Pasar Ternak Wanaraja?

4. Bagaimana fasilitas pendukung Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan fasilitas pendukung Pasar Ternak Wanaraja

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam melakukan penelitian ini disesuaikan untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukakan di atas, yaitu :

1. Memperoleh gambaran tentang karakteristik lokasi Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan karakteristik lokasi Pasar Ternak Wanaraja.

2. Mengetahui aksesibilitas Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan aksesibilitas Pasar Ternak Wanaraja.

3. Mengetahui ketersediaan komoditas ternak di Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan ketersediaan komoditas Pasar Ternak Wanaraja.

4. Mengetahui fasilitas pendukung pasar Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan fasilitas pendukung Pasar Ternak Wanaraja.


(21)

7

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan muncul dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi geospasial dan informasi komparasi antara Pasar Hewan Bayongbong dan Pasar Hewan Wanaraja yang selanjutnya dapat berguna bagi masyarakat luas, pemerintah, pendidik, dan peneliti lain.

2. Secara Kebijakan

a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Garut maupun dinas terkait untuk menentukan arah pengembangan dan pembangunan pasar ternak di Kabupaten Garut dalam upaya memfasilitasi kegiatan ekonomi masyarakat.

3. Secara Praktis

b. Sebagai bahan masukan bagi pelaku pasar agar lebih meningkatkan produktivitas dalam hal tata niaga ternak di Kabupaten Garut serta memperbaiki kelemahan dalam sistem tata niaga komoditas ternak. c. Sebagai bahan masukan bagi pelaku tata niaga ternak baik produsen dan

konsumen dalam hal menentukan peluang pemasaran pada kedua pasar ternak.

d. Sebagai bahan masukan bagi pengelola pasar ternak dalam memperbaiki sistem dan pengelolaan pasar sehingga dapat lebih mengakomodasi kebutuhan pelaku tata niaga ternak dari kalangan konsumen dan produsen serta dapat lebih memperhatikan dalam aspek kesejahteraan hewan yang menjadi komoditas utama di pasar ternak.


(22)

8

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Penelitian Terdahulu

Adapun mengenai penelitian terdahulu yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan keaslian ide dan tema skripsi ini, penulis sajikan pada tabel 1.4 sebagai berikut :

Tabel 1. 4 Matriks Judul Penelitian Terdahulu

No Nama Tahun Judul Masalah Tujuan Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Silmi Fitri Aini

2014 Studi Komparasi Pasar Induk Gedebage dengan Pasar Induk Caringin Kota Bandung

1. Bagaimana kondisi fisik pasar induk gedebage dengan pasar induk caringin? 2. Bagaimana manajemen di pasar induk gedebage dengan pasar induk caringin? 3. Bagaimana karakteristik konsumen dan pedagang di pasar induk gedebage dengan pasar induk caringin?

1. Mengetahui perbedaan fisik pasar induk gedebage dengan pasar induk caringin. 2. Mengetahui perbedaan manajemen di pasar induk gedebage dengan pasar induk caringin. 3. Mengetahui perbedaan karakteristik konsumen dan pedagang di pasar induk gedebage dengan pasar induk caringin. Deskriptif, Studi Komparati f Pasar Induk Gedebage berhierarki K=3, sedangkan Pasar Induk Caringin berhierarki K=7, perbedaan lain dapat dilihat dari daya tampung pasar.

2 Chitra Adhit ya

2010 Analisis Geografis Konsentras i Industri Kulit di Kabupaten Garut

1. Bagaimana pola konsentrasi industri barang kerajinan kulit. 2. Bagaimana gambaran mengenai ketersediaan bahan baku dan pengaruhnya terhadap lokasi industri barang kerajinan kulit. 3. Bagaimana gambaran mengenai ketersediaan tenaga kerja dan pengaruhnya terhadap lokasi industri barang kerajinan kulit. 4. Bagaimana daerah-daerah pemasaran dan pengaruhnya terhadap lokasi industri barang kerajinan kulit di Kabupaten Garut. 1. Mendeskripsikan pola konsentrasi industri barang kerajinan kulit. 2. Memperoleh gambaran mengenai ketersediaan bahan baku dan pengaruhnya terhadap lokasi industri barang kerajinan kulit. 3. Memperoleh gambaran mengenai ketersediaan tenaga kerja dan pengaruhnya terhadap lokasi industri barang kerajinan kulit. 4. Mendeskripsikan daerah-daerah pemasaran dan pengaruhnya terhadap lokasi industri barang

Deskriptif, Korelasi Pola konsentrasi industri kerajinan kulit di Kabupaten Garut bersifat mengelompok dengan nilai indeks tetangga terdekat 0,69199842. Konsentrasi industri kulit dipengaruhi oleh faktor bahan baku yang tersedia dengan tingkat korelasi 0,473,. Lokasi industri idak terlalu berpengaruh terhadap ketersediaan tenaga kerja. Hubungan antar variabel tersebut


(23)

9

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kerajinan kulit di

Kabupaten Garut. sebesar 0,245 yang menunjukan pola hubungan yang lemah. Dalam pemasaran didapat nilai korelasi 0,226 antara daerah pemasaran dengan lokasi industri. 3 Aziza

h Pratiw i

2010 Analisis Faktor-faktor yang Mempenga ruhi Pemilihan Lokasi Terhadap Kesuksesa n Usaha Jasa (Studi Pada Usaha Jasa Mikro-Kecil di Sekiar Kampus Undip Pleburan)

Apa pengaruh faktor kedekatan dengan infrastruktur terhadap kesuksesan usaha? Apa pengaruh faktor kedekatan dengan lingkungan bisnis terhadap kesuksesan usaha?

Apa pengaruh faktor biaya lokasi terhadap kesuksesan usaha? Untuk menganalisis pengaruh faktor kedekatan dengan infrastruktur terhadap kesuksesan usaha. Untuk menganalisis pengaruh faktor kedekatan dengan lingkungan bisnis terhadap kesuksesan usaha. Untuk menganalisis pengaruh faktor biaya lokasi terhadap kesuksesan usaha. Deskriptif, Analisis Regresi Berganda Hasil penelitian menunjukan bahwa kedekatan dengan infrastruktur lingkungan bisnis, dan biaya lokasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesuksesan usaha.

4 Hasni Meila ni Hanif ah

2011 Profil Peternakan

Domba Garut di Kabupaten

Garut

1. Bagaimana persebaran Domba Garut di Kabupaten Garut? 2. Bagaimanakah kondisi sosial ekonomi peternakan Domba Garut di Kabupaten Garut? Bagaimanakah hasil usaha ternak Domba Garut dalam kondisi sosial ekonomi peternakan Domba Garut di Kabupaten Garut?

1. Mendeskripsikan persebaran Domba Garut di Kabupaten Garut.

2. Mendeskripsikan Bagaimanakah kondisi sosial ekonomi peternakan Domba Garut di Kabupaten Garut.

3. mendeskripsikan penggunaan hasil usaha ternak Domba Garut dalam kondisi sosial ekonomi peternak Domba Garut. Deskriptif dan Survey Persebaran Domba Garut yang terbesar berada pada zona agroklimat 5 C yaitu pada ketinggian > 1500 mdpl dan pada tipe iklim C sebanyak 543 ekor/km2 yang

paling sedikit pada zona 1 C yaitu pada ketinggian 0 – 200 mdpl dan iklim C sebanyak 71 ekor/km2.

5 Nurul Fajri

2012 Analisis Kesesuaia n Lokasi Minimarke t di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

1. Bagaimanakah pola sebaran minimarket di kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat?

2. Minimarket manakah yang menjadi pusat ekonomi sesuai dengan teori lokasi di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? 4. Bagaimanakah kesesuaian lokasi minimarket di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? 5. Di manakah lokasi yang sesuai untuk mendirikan minimarket di Kecamatan Lembang Bandung Barat? 1. Mengidentifikasi pola sebaran minimarket di kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. 2. Menganalisis manakah yang menjadi pusat ekonomi sesuai dengan teori lokasi di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

3. Menganalisis minimarket yang menjadi pusat ekonomi sesuai dengan teori lokasi di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. 4. Menganalisis kesesuaian lokasi Metode Survey Diperoleh kesimpulan bahwa di Kecamatan Lembang terdapat 13 minimarket. Minimarket yang menjadi pusat ekonomi berlokasi di plot 2. Dari 13 minimarket yang ada di Kecamatan Lembang, ternyata hanya 6 minimarket yang memiliki lokasi yang sesuai, dan 7 sisanya tidak sesuai. Lokasi yang sesuai untuk mendirikan


(24)

10

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu minimarket di

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

5. Menganalisis lokasi yang sesuai untuk mendirikan minimarket di Kecamatan Lembang Bandung Barat.

minimarket baru dapat disebar di tiga lokasi yakni Desa Gandakahuripan , Cikole, dan Sukajaya.

Sumber : Skripsi

Dengan membandingkan beberapa judul tersebut, penelitian mengenai

”Studi Komparasi Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja”,

memiliki perbedaan dasar dari segi rumusan masalah, lokasi dan tempat, serta waktu. Dari rumusan masalah penelitian membatasi pada pengkajian variabel lokasi, aksesibilitas, komoditas, dan fasilitas. Dari segi lokasi dan tempat, penelitian ini berlokasi di Kabupaten Garut bertempat di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja. Dari segi waktu, penelitian ini dilakukan pada tahun 2015.

G. Struktur Organisasi Skripsi

1. BAB I

Pedahuluan yaitu, memaparkan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 2. BAB II

Kajian Pustaka yaitu menguraikan teori-teori yang relevan berkaitan dengan pengertian pasar, teori lokasi, teori aksesibilitas, komoditas pasar, serta fasilitas. 3. BAB III

Metode Penelitian yaitu menjelaskan cara-cara yang ditempuh dalam penelitian metode penelitian, pendekatan, populasi, sampel, variabel, definisi operasional, teknik pegumpulan data, dan teknik analisis data.


(25)

11

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil dan Pembahasan yaitu mendeskripsikan hasil yang didapat dari penelitian di lapangan disesuaikan dengan rumusan masalah.

5. BAB V

Kesimpulan dan rekomendasi yaitu menyimpulkan dari jawaban rumusan masalah dan memberikan saran-saran atau rekomendasi berdasarkan temuan penelitian.


(26)

20

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Menurut Surakhmad (1994:143), metode atau studi komparatif adalah,

“Penelitian deskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisa tentang perhubungan-perhubungan sebab-akibat, yakni yang meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan yang lain, adalah penyelidikan yang bersifat

komparatif”.

Kemudian hasil akhir dari studi komparatif ini dijelaskan Sudjud dalam

Tika (2002:236), “Penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan

-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan pandangan orang terhadap ide-ide”. Dalam penelitian ini yang akan dikomparasikan adalah lokasi, aksesibilitas, kondisi fasilitas, dan ketersediaan komoditas dari masing-masing pasar ternak yakni Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang menjadi dasar pemikiran dalam penelitian ini adalah pendekatan keruangan (Spatial Approach). Menurut istilah Geografi umum bahwa yang dimaksud dengan ruang adalah seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfera tempat hidup tumbuhan, hewan, dan manusia (Pasya, 2006 : 90).

Mengenai pendekatan keruangan ini, menurut Yunus (2010 : 44), “suatu metode

untuk memahami gejala tertentu agar mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam melalui media ruang yang dalam hal ini variabel ruang mendapat posisi


(27)

21

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

utama dalam setiap analisis”. Hal ini diperkuat oleh Goodall (dalam Yunus, 2010 :

44) yang mengemukakan bahwa “pendekatan keruangan diartikan sebagai suatu metode analisis yang menekankan variabel ruang”. Analisis yang menekankan variabel ruang berkaitan dengan adanya interaksi antar ruang sebagaimana yang

dikemukakan Pasya (2006 : 98), “Konsep interaksi keruangan (Spatial Interaction

Concept) gejala-gejala yang terdapat di permukaan bumi selalu saling berhubungan dengan gejala lain di tempat yang berbeda”.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011:61), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Kemudian Surakhmad berpendapat (1994:93), “populasi yang dihadapi mungkin terbatas, mungkin pula tidak, bergantung pada perumusan penyelidikan”. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi wilayah adalah seluruh pasar hewan yang ada di Kabupaten Garut yakni Pasar Ternak Bayongbong, Pasar Ternak Wanaraja, Pasar Ternak Cibodas, Pasar Ternak Limbangan, dan Pasar Ternak Bungbulang. Sedangkan yang menjadi populasi manusia adalah seluruh pelaku pasar yang ada di pasar ternak yang ada di Kabupaten Garut meliputi produsen dan konsumen ternak.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2011:62), “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Alasan adanya penarikan sampel menurut Surakhmad (1994:93), “karena tidak mungkinnya penyelidikan selalu langsung menyelidiki segenap populasi, padahal tujuan penyelidikan ialah menemukan generalisasi yang berlaku secara umum, maka seringkali penyelidik


(28)

22

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terpaksa mempergunakan sebahagiaan saja dari populasi, yakni sebuah sampel, yang dapat dipandang representatif terhadap populasi itu”.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis dalam penelitian ini melakukan penarikan jumlah sampel dan kategori sampel, yaitu :

a. Sampel Wilayah:

Sampel wilayah yang dijadikan sumber penelitian terdiri dari dua pasar hewan yaitu Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja. Pemilihan sampel ini dikarenakan kedua pasar tersebut merupakan pasar ternak milik pemerintah dan merupakan pasar ternak utama di Kabupaten Garut.

b. Sampel Responden

Sampel responden pada penelitian ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu responden konsumen, dan sampel responden pedagang atau bandar yang berada di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja. Sampel Responden Konsumen

Sampel responden pada penelitian ini yaitu responden konsumen yang berada di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja. Penarikan sampel konsumen dilakukan dengan cara insidental sampling. Menurut Sugiyono

(2011:67),”Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang ditemui itu

cocok sebagai sumber data”. Sampel konsumen dalam penelitian ini adalah

konsumen yang mengunjungi daerah penelitian dalam waktu yang sama dengan peneliti. Jumlah sampel yag diambil yaitu 40 orang responden di masing-masing pasar.

Untuk menentukan besarnya sampel, Sumaatmadja (1988:113) mengatakan

bahwa, “Untuk menentukan besarnya sampel tidak ada ketentuan yang pasti, besar


(29)

23

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjelaskan bahwa, “Sampai saat ini belum ada ketentuan yang jelas tentang batas minimal besarnya sampel yang dapat diambil dan dapat mewakili suatu populasi yang akan diteliti. Kendati demikian, dalam teori sampling dikatakan bahwa sampel

yang terkecil dan dapat mewakili distribusi normal adalah 30”.

Karena studi komparasi ini ditujukan untuk menguji dua sisi, maka sampel disamakan jumlahnya menjadi 40. Sehingga untuk sampel responden di Pasar Ternak Bayongbong adalah 40, dan sampel responden di Pasar Ternak Wanaraja adalah 40. Dalam penelitian ini diambil 40 responden dari konsumen dan pedagang/bandar untuk menghindari kekurangan data.

D. Variabel Peneltian

Menurut Sugiyono (2011:2), “variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya”. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, dalam

variabel ini terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan penelitian ini yang dijelaskan pada tabel 3.1 :

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

 Lokasi

 Aksesibilitas

 Komoditas

 Fasilitas

Pasar Ternak Bayongbong dengan Pasar Ternak Wanaraja


(30)

24

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Definisi Operasional

Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Studi Komparasi Pasar Ternak Bayongbong dengan Pasar Ternak Wanaraja Kabupaten Garut”. Agar dapat menyamakan persepsi dan tidak terjadi kealahfahaman, berikut ini penulis uraiakan definisi operasional mengenai judul tersebut sebagai berikut :

1. Studi Komparasi

Menurut Surakhmad (1994:143), metode atau studi komparatif adalah,

“Penelitian deskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisa tentang perhubungan-perhubungan sebab-akibat, yakni yang meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan yang lain, adalah penyelidikan yang bersifat

komparatif”.

2. Pasar Ternak

Menurut definisi Disnakkanla (2014:4), “Pasar ternak merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari pancuh, galar dan dasaran terbuka yang dibuka oleh pengelola pasar. Kebanyakan menjual ternak besar, ternak kecil dan unggas. Pasar dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang responsif terhadap hal yang berbeda sepeti harga, spesifikasi/kualitas ternak, pengiklanan pengecer dan sebagainya”.

3. Lokasi

Menurut Tarigan (2007:122), “Dalam studi tentang wilayah, yang dimaksud dengan ruang adalah permukaan bumi baik yang ada di atasnya maupun yang ada di bawahnya sepanjang manusia awam masih bisa menjangkaunya. Lokasi menggembarkan posisi pada ruang tersebut (dapat ditentukan lintang dan bujurnya).


(31)

25

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Tarigan (2008:78), “Tingkat aksesibilitas adalah tingkat

kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya”.

Kesimpulannya, aksesibilitas adalah kemudahan untuk mencapai suatu lokasi baik karena dekat dengan pemukiman penduduk atau karena mudah diakses sebab adanya rute kendaraan umum.

5. Komoditas

Ketersediaan komoditas merupakan variabel lain yang akan menentukan ramainya aktivitas perdagangan pasar. Hal ini sebagaimana yang digariskan Alma

(2004:105), “Pasar yang menyediakan barang yang bervariasi dan lengkap tentunya

akan menarik banyak konsumen untuk berbelanja. Konsumen atau pembeli dapat membeli barang apapun yang dibutuhkannya dan merupakan keuntungan tersendiri

bagi pedagang”. Selain itu, menurut Tarigan (2007:131), “Adalah menjadi sifat

manusia untuk berusaha mendapatkan barang yang diinginkan dalam batas waktu

tertentu dengan harga yang semurah mungkin”.

6. Fasilitas

Fasilitas pasar merupakan variabel yang berpengaruh terhadap minat konsumen untuk datang ke lokasi pasar tersebut. Fasilitas pasar juga dapat mempermudah para pedagang untuk beroperasi dan melakukan aktivitas perdagangan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Alma (2004:105) :

“Agar pasar banyak dikunjungi oleh pengunjung, maka diperlukan fasilitas

pendukung seperti tempat parkir, WC/MCK, tempat sampah, mushola, telepon umum, dan bank. Lokasi fasilitas-fasilitas pendukung sebaiknya saling berdekatan agar dapat memudahkan pengunjung untuk menjangkau fasilitas tersebut sehingga

menimbulkan daya tarik tersendiri bagi pasar tersebut”.


(32)

26

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan dari penelitian adalah mengumpulkan data, maka teknik pengumpulan data merupakan langkah utama yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, teknik dan instrumen penelitian dalam proses pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Observasi Lapangan

Observasi lapangan merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Observasi lapangan ini berpedoman pada ceklist. Adapun yang diobservasi yaitu kondisi Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja termasuk di dalamnya fasilitas pasar.

2. Angket/Questioner

Menurut Surakhmad (1994:180), cara ini dipandang sebagai “interview

tetulis”, dengan beberapa perbedaan. Pada angket, yang disebut juga questioner ,

sampel dihubungi melalui daftar pertanyaan tertulis. Sebagai sebuah tekhnik, pemakaian yang wajar terbatas pada pengumpulan pendapat (sering disebut opinioner) atau pada pengumpulan diperoleh jalan lain. Angket bersifat kooperatif, dalam arti kata bahwa dari sampel, atau yang disebut responden, diharapkan kerjasama menyisihkan waktu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kita secara tertulis, sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kita berikan.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder tentang masalah penelitian yaitu monografi, serta untuk pengambilan bukti berupa gambar objek-objek penelitian dengan menggunakan kamera.

4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah referensi ataupun dari hasil penelitian orang lain yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.


(33)

27

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian komparasi, dijelaskan Sudjud dalam Tika (2002:236),

”Penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan

perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan pandangan-pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus, terhadap orang atau terhadap ide-ide”.

Sebelum menganalisa data, terlebih dahulu menganalisis persebaran penduduk yang berada di sekitar wilayah Pasar Ternak Bayongbong dengan Pasar Ternak Wanaraja berdasarkan asumsi yang dikemukakan Christaller mengenai lokasi sentral. Setelah melihat persebaran penduduk di kedua pasar ternak tersebut selanjutnya menganalisis data yang didapat dari proses penyebaran angket. Analisis data adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk data dalam hubungan dengan keperluan menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Dengan pengolahan data yang dimaksud untuk mengubah data kasar menjadi data yang lebih halus dan bermakna.

Perhitungan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tabulasi Data

Data yang terkumpul ditabulasikan dan dikelompokan berdasarkan butir pertanyaan pada angket dan wawancara. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan kode (coding) dari setiap jenis intrumen penumpulan data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam bentuk data grafik atau tabel.

2. Scoring (Pemberian Skor)

Pemberian nilai atau skor terhadap jawaban yang diberikan responden terutama dalam kaitannya dengan tingkat kepuasan responden terhadap ketersediaan serta kondisi komoditas dan fasilitas yang tersedia pada


(34)

masing-28

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masing pasar ternak. Pemberian skor ini diadaptasi dari Skala Likert. Menurut

Sugiyono (2011 : 93), “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Dengan

Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun butir-butir soal instrumen. Adapun mengenai pemberian skor atau nilai adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Kriteria Pemberian Skor Terhadap Jawaban Responden

No Keterangan Skor

1 Sangat Puas 5

2 Puas 4

3 Cukup Puas 3

4 Kurang Puas 2

5 Tidak Puas 1

Sumber : Diadaptasi dari Ridwan (2011:13)

Setelah penyekoran dilakukan, selanjutnya skor diakumulasikan untuk kemudian dioleh dengan menggunakan analisis statistik Uji Beda T-Test. Hal ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata (mean) skor yang diberikan responden terhadap ketersediaan komoditas serta kondisi dan kelengkapan fasilitas yang ada di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja.

3. Analisis Data

a. Perhitungan Persentase

Analisis persentase data digunakan untuk memperoleh persentase data, yaitu untuk menghitung ke dalam tabel kemudian mendeskripsikan dalam bentuk tulisan. Persentase data dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(35)

29

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

� =� � Keterangan:

F = frekuensi munculnya data N = jumlah data keseluruhan P = besarnya persentase

Jika perhitungan telah selesai dilakukan, maka hasil perhitungan berupa persentase tersebut digunakan untuk mempermudah dalam menafsirkan dan pengumpulan data sementara. Penulis memilih parameter yang digunakan oleh Arikunto (1990). Adapun kriteria persentase yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.2 :

Tabel 3.2 Kriteria Persentase

No Persentase (%) Kriteria

1 0 Tidak seorang pun

2 1 –24 Sebagian kecil

3 25 – 49 Kurang dari setengah

4 50 Setengah

5 51 – 74 Lebih dari setengahnya

6 75 – 99 Sebagian besar

7 100 Seluruhnya

Sumber: Diadaptasi dari Arikunto ( 1991:57) b. Uji Beda T-Test

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji Beda T-Test. Uji Beda T-Test dengan sampel independen digunakan untuk mengetahui signifikansi rata-rata antara sampel yang saling independen, yaitu melalui Independen-Sampel T-Test. Uji ini untuk menguji apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki rata-rata yang berbeda. Tujuannya adalah membandingkan rata-rata dua pasar ternak yang tidak berhubungan satu sama lainnya. Apakah kedua pasar ternak memiliki nilai rata-rata yang sama ataukah tidak sama secara signifikan. Hal pertama yang dianalisis dalam Uji Beda T-Test pada penenlitian ini adalah tentang perbedaan dari variabel komoditas dan fasilitas Pasar Ternak Bayongbong dan


(36)

30

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pasar Ternak Wanaraja. Ini dilakukan dengan cara perhitungan yang dikemukakan oleh Sudjana (2005 : 239 dan 241) yaitu sebagai berikut :

1. Jika kedua simpangan baku sama σ1 = σ2 = σ tetapi σ tidak diketahui, maka

statistik yang digunakan adalah :

Keterangan:

t = nilai t yang dihitung s = simpangan baku/standar deviasi

Ẍ1 = nilai rata-rata data ke 1

Ẍ2 = nilai rata-rata data ke 2

n 1 = jumah anggota sampel

ke 1

n 2 = jumah anggota sampel

ke

2. Jika kedua simpangan baku tidak sama tetapi kedua populasi berdistribusi

normal, σ1 ≠ σ2 dan kedua-duanya tidak diketahui, maka menggunakan

statistik t’ sebagai berikut :

Keterangan :

t ‘ = nilai t yang dihitung

Ẍ1 = nilai rata-rata data ke 1

Ẍ2 = nilai rata-rata data ke 2

s 12 = varian/sebaran data ke 1

s 22 = varian/sebaran data ke 2

n 1 = jumlah anggota sampel ke 1


(37)

31

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H. Bagan Alur Penelitian

Adapun mengenai bagan alur penelitian yang menjadi alur pemikiran penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3. 1 Bagan Alur Penelitian

Pasar Ternak

Wanaraja Bayongbong

Persamaan a. Pengelola Pasar Sama b. Dalam Satu Kabupaten c. Komoditas Sama

Ideal Jumlah Pemasaran

Sama

Kenyataan Jumlah Pemasaran

Berbeda

Analisis Komparasi Studi

Komparasi

Kesimpulasn &


(38)

32

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT


(39)

75

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Pasar Ternak Bayongbong memiliki lokasi yang strategis sebagai pasar ternak berskala regional. Karena lokasinya berada di tengah pusat penduduk dan dekat fasilitas umum pendukung lainnya yang dapat mendukung keberadaan pasar. Sedangkan Pasar Ternak Wanaraja lokasinya kurang strategis karena cukup jauh dari pusat penduduk dan tidak berdekatan dengan fasilitas umum pendukung.

Dari segi aksesibilitas, Pasar Ternak Bayongbong didukung dengan adanya ruas jalan provinsi yang melintasi wilayahnya. Pasar Ternak Bayongbong mudah diakses oleh para produsen dan konsumen yang berasal dari wilayah Garut Utara dan Selatan. Juga mudah diakses oleh konsumen dari luar kabupaten. Ditambah dengan lokasinya yang berdampingan dengan Terminal Andir membuat aktivitas transit kendaraan menjadi lebih ramai. Walaupun kondisi jalan yang kurang baik, namun masalah itu tidak menjadi kendala yang berarti. Sedangkan Pasar Ternak Wanaraja tidak dilalui oleh ruas jalan provinsi. Sehingga dari segi aksesibilitas Pasar Ternak Wanaraja kurang terjangkau. Selain itu, jaringan jalan yang terbatas membuat Pasar Ternak Wanaraja hanya diakses oleh para pedagang dan konsumen lokal yang sebagian besar tidak jauh dari lokasi pasar.

Dari segi komoditas, Pasar Ternak Bayongbong menyediakan komoditas domba dalam jumlah besar dengan varietas/spesifikasi dan kualitas yang beragam


(40)

76

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

serta harga yang bersaing dan transparan. Sehingga membuat konsumen dapat memilih sesuai dengan keinginan dan daya belinya. Sedangkan ketersediaan komoditas ternak di Pasar Ternak Wanaraja berjumlah kecil. Varietas dan kualitasnya pun terbatas. Kemudian dari segi harga tidak transparan.

Kemudian dari segi fasilitas, Pasar Ternak Bayogbong memiliki keunggulan karena kelengkapan dan kondisi yang baik. Hal tersebut dapat menarik minat konsumen dan produsen untuk berpusat di Pasar Ternak Bayongbong karena pengunjung menjadi lebih nyaman berada di lingkungan pasar. Selain itu, dengan adanya fasilitas pelayanan kesehatan ternak yang baik, kesejahteraan komoditas ternak domba lebih terjamin. Sedangakan ketersediaan fasilitas dan kondisi lingkungan di Pasar Ternak Wanaraja kurang baik. Hal tersebut dapat mengurangi kenyamanan pengunjung ketika berada di lingkungan pasar dan dapat menyebabkan komoditas ternak menjadi rentan terhadap gangguan cuaca.

B. Rekomendasi

Berdasarkan penarikan kesimpulan yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Pembangunan peneduh pasar di Ternak Wanaraja untuk mengakomodasi kebutuhan terhadap kelengkapan sarana dan prasarana pasar agar konsumen dan produsen dapat merasa nyaman berada di lingkungan pasar, serta dapat menghindarkan komoditas ternak dari gangguan luar berupa gangguan


(41)

77

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cuaca dan penyebaran penyakit akibat lingkungan yang terbuka dari sengatan matahari dan hujan.

2. Penambahan jumlah tambatan ternak berupa pancuh dan galar di Pasar Ternak Wanaraja agar dapat mengakomodasi kebutuhan terhadap tambatan ternak.

3. Pemadatan areal pasar serta perbaikan saluran drainase di Pasar Ternak Wanaraja agar lingkungan di areal pasar tidak tergenang air serta dapat meningkatkan kenyamanan dan menghindarkan ternak dari penyakit menular.

4. Perbaikan akses jalan yakni Jalan Simpang Bayongbong, Jalan Anyar Pasar Andir, Jalan Pasar Andir yang menuju Pasar Ternak Bayongbong agar lebih mempermudah pengunjung untuk mencapai pasar serta mengurangi resiko kerusakan terhadap kendaraan.

5. Khusus untuk Pasar Ternak Wanaraja, agar eksistensinya tetap terjaga dan dapat memenuhi kebutuhan penduduk, dapat dilakukan dengan memperkaya keberagaman jenis komoditas ternak yang diperdagangakan dengan menyediakan zonasi khusus untuk unggas kecil seperti ayam bangkok, itik, dan entok. Hal ini karena daerah Kecamatan Wanaraja dan sekitarnya terdapat usaha peternakan unggas kecil.

6. Untuk Pasar Ternak Bayongbong, dapat menambah keragaman komoditas yang dijual dengan menyediakan zonasi khusus untuk ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau. Karena lokasi Pasar Ternak Bayongbong berdekatan dengan daerah peterakan ruminansia besar.


(42)

78

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT


(43)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachmat, I. dan Maryani, E. 1997. Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung

Alma, Buchari. 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Cetakan Keenam, Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta : Rhineka Cipta

Atmadja, Jeff Mustopha dan Karwapi, E. 1979. Peternakan II. Jakarta: CV Kurnia Esa

Bappeda Kabupaten Garut. 2014. Profil Kebupaten Garut. Tidak diterbitkan Disnakkanla Kabupaten Garut. 2013. Profil Domba Garut. Tidak diterbitkan Disnakkanla Kabupaten Garut. 2014. Standar Operasional Pasar Ternak

Kabupaten Garut. Tidak diterbitkan

Ditjend Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian. 2012. Pedoman Umum Pasar Ternak. Tidak diterbitkan

Kartawidjaja, O., Maryani, E., dan Mulyadi, A. (2001). Pengantar Geografi Regional. Diktat Jurusan Pendidikan Geografi – FPIPS UPI Bandung. Pasya, Gurniwan Kamil. 2006. Geografi Pemahaman Konsep dan Metodologi.

Cetakan ke 3. Bandung: Buana Nusantara

Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 70 Tahun 2013 Pasal 1 Butir 2

Sariyun, Y. et al., (1994). Dampak Pembangunan Ekonomi (Pasar) Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Di Jawa Barat (Studi Kasus Masyarakat Pangalengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


(44)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Ke 19. Bandung: Alfabeta Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis

Keruangan. Bandung: Alumni

Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian ilmiah. Bandung: Tarsito Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional. Cetakan ke 4. Jakarta: Bumi Aksara Tika, Moh. Pambundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Cetakan ke 1. Jakarta:

Bumi Aksara

Yunus, Hadi Sabari. 2007. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


(1)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Pasar Ternak Bayongbong memiliki lokasi yang strategis sebagai pasar ternak berskala regional. Karena lokasinya berada di tengah pusat penduduk dan dekat fasilitas umum pendukung lainnya yang dapat mendukung keberadaan pasar. Sedangkan Pasar Ternak Wanaraja lokasinya kurang strategis karena cukup jauh dari pusat penduduk dan tidak berdekatan dengan fasilitas umum pendukung.

Dari segi aksesibilitas, Pasar Ternak Bayongbong didukung dengan adanya ruas jalan provinsi yang melintasi wilayahnya. Pasar Ternak Bayongbong mudah diakses oleh para produsen dan konsumen yang berasal dari wilayah Garut Utara dan Selatan. Juga mudah diakses oleh konsumen dari luar kabupaten. Ditambah dengan lokasinya yang berdampingan dengan Terminal Andir membuat aktivitas transit kendaraan menjadi lebih ramai. Walaupun kondisi jalan yang kurang baik, namun masalah itu tidak menjadi kendala yang berarti. Sedangkan Pasar Ternak Wanaraja tidak dilalui oleh ruas jalan provinsi. Sehingga dari segi aksesibilitas Pasar Ternak Wanaraja kurang terjangkau. Selain itu, jaringan jalan yang terbatas membuat Pasar Ternak Wanaraja hanya diakses oleh para pedagang dan konsumen lokal yang sebagian besar tidak jauh dari lokasi pasar.

Dari segi komoditas, Pasar Ternak Bayongbong menyediakan komoditas domba dalam jumlah besar dengan varietas/spesifikasi dan kualitas yang beragam


(2)

76

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

serta harga yang bersaing dan transparan. Sehingga membuat konsumen dapat memilih sesuai dengan keinginan dan daya belinya. Sedangkan ketersediaan komoditas ternak di Pasar Ternak Wanaraja berjumlah kecil. Varietas dan kualitasnya pun terbatas. Kemudian dari segi harga tidak transparan.

Kemudian dari segi fasilitas, Pasar Ternak Bayogbong memiliki keunggulan karena kelengkapan dan kondisi yang baik. Hal tersebut dapat menarik minat konsumen dan produsen untuk berpusat di Pasar Ternak Bayongbong karena pengunjung menjadi lebih nyaman berada di lingkungan pasar. Selain itu, dengan adanya fasilitas pelayanan kesehatan ternak yang baik, kesejahteraan komoditas ternak domba lebih terjamin. Sedangakan ketersediaan fasilitas dan kondisi lingkungan di Pasar Ternak Wanaraja kurang baik. Hal tersebut dapat mengurangi kenyamanan pengunjung ketika berada di lingkungan pasar dan dapat menyebabkan komoditas ternak menjadi rentan terhadap gangguan cuaca.

B. Rekomendasi

Berdasarkan penarikan kesimpulan yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Pembangunan peneduh pasar di Ternak Wanaraja untuk mengakomodasi kebutuhan terhadap kelengkapan sarana dan prasarana pasar agar konsumen dan produsen dapat merasa nyaman berada di lingkungan pasar, serta dapat menghindarkan komoditas ternak dari gangguan luar berupa gangguan


(3)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cuaca dan penyebaran penyakit akibat lingkungan yang terbuka dari sengatan matahari dan hujan.

2. Penambahan jumlah tambatan ternak berupa pancuh dan galar di Pasar Ternak Wanaraja agar dapat mengakomodasi kebutuhan terhadap tambatan ternak.

3. Pemadatan areal pasar serta perbaikan saluran drainase di Pasar Ternak Wanaraja agar lingkungan di areal pasar tidak tergenang air serta dapat meningkatkan kenyamanan dan menghindarkan ternak dari penyakit menular.

4. Perbaikan akses jalan yakni Jalan Simpang Bayongbong, Jalan Anyar Pasar Andir, Jalan Pasar Andir yang menuju Pasar Ternak Bayongbong agar lebih mempermudah pengunjung untuk mencapai pasar serta mengurangi resiko kerusakan terhadap kendaraan.

5. Khusus untuk Pasar Ternak Wanaraja, agar eksistensinya tetap terjaga dan dapat memenuhi kebutuhan penduduk, dapat dilakukan dengan memperkaya keberagaman jenis komoditas ternak yang diperdagangakan dengan menyediakan zonasi khusus untuk unggas kecil seperti ayam bangkok, itik, dan entok. Hal ini karena daerah Kecamatan Wanaraja dan sekitarnya terdapat usaha peternakan unggas kecil.

6. Untuk Pasar Ternak Bayongbong, dapat menambah keragaman komoditas yang dijual dengan menyediakan zonasi khusus untuk ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau. Karena lokasi Pasar Ternak Bayongbong berdekatan dengan daerah peterakan ruminansia besar.


(4)

78

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT


(5)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdurachmat, I. dan Maryani, E. 1997. Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung

Alma, Buchari. 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Cetakan Keenam, Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta : Rhineka Cipta

Atmadja, Jeff Mustopha dan Karwapi, E. 1979. Peternakan II. Jakarta: CV Kurnia Esa

Bappeda Kabupaten Garut. 2014. Profil Kebupaten Garut. Tidak diterbitkan Disnakkanla Kabupaten Garut. 2013. Profil Domba Garut. Tidak diterbitkan Disnakkanla Kabupaten Garut. 2014. Standar Operasional Pasar Ternak

Kabupaten Garut. Tidak diterbitkan

Ditjend Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian. 2012.

Pedoman Umum Pasar Ternak. Tidak diterbitkan

Kartawidjaja, O., Maryani, E., dan Mulyadi, A. (2001). Pengantar Geografi

Regional. Diktat Jurusan Pendidikan Geografi – FPIPS UPI Bandung. Pasya, Gurniwan Kamil. 2006. Geografi Pemahaman Konsep dan Metodologi.

Cetakan ke 3. Bandung: Buana Nusantara

Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 70 Tahun 2013 Pasal 1 Butir 2

Sariyun, Y. et al., (1994). Dampak Pembangunan Ekonomi (Pasar) Terhadap

Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Di Jawa Barat (Studi Kasus Masyarakat Pangalengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


(6)

Aji Muhamad Soleh, 2015

STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Ke 19. Bandung: Alfabeta Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis

Keruangan. Bandung: Alumni

Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian ilmiah. Bandung: Tarsito Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional. Cetakan ke 4. Jakarta: Bumi Aksara Tika, Moh. Pambundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Cetakan ke 1. Jakarta:

Bumi Aksara

Yunus, Hadi Sabari. 2007. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar