PENERAPAN TERAPI RELIGIUS ZIKIR PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI DI WILAYAH PUSKESMAS GOMBONG II

PENERAPAN TERAPI RELIGIUS ZIKIR PADA KLIEN SKIZOFRENIA
DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
DI WILAYAH PUSKESMAS GOMBONG II

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Jenjang Pendidikan
Diploma III Keperawatan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Disusun oleh :
Rokhim Ari Nugroho
(A01401961)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2017

PENERAPAN TERAPI RELIGIUS ZIKIR PADA KLIEN SKIZOFRENIA
DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
DI WILAYAH PUSKESMAS GOMBONG II

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Jenjang Pendidikan
Diploma III Keperawatan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan


Disusun oleh :
Rokhim Ari Nugroho
A01401961

Disusun Oleh :
Rokhim Ari Nugroho
A01401961

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2017

i

Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, 2017
Rokhim Ari Nugroho1, Tri Sumarsih2


ABSTRAK
PENERAPAN TERAPI RELIGIUS ZIKIR PADA KLIEN SKIZOFRENIA
DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
DI WILAYAH PUSKESMAS GOMBONG II

Latar Belakang: Halusinasi merupakan salah satu tanda gejala dari skizofrenia, halusinasi
adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal dan
rangsangan eksternal. Pasien yang mengalami halusinasi disebabkan karena
ketidakmampuan pasien dalam menghadapi stressor dan kurangnya kemampuan dalam
mengontrol halusinasi. Dampak yang terjadi apabila pasien halusinasi tidak segera
ditangani yaitu munculnya histeria, rasa lemah, dan tidak mampu mencapai tujuan,
ketakutan yang berlebihan, pikiran yang buruk, dan tindak kekerasan. Pasien skizofrenia
yang mengalami halusinasi pendengaran, penghidu dan peraba prevalensi secara
bersamaan sebesar 70 % di indonesia pada tahun 2013.
Tujuan: Untuk memberikan gambaran tentang penerapan terapi religius zikir pada klien
skizofrenia dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran, penghidu dan
peraba.
Asuhan keperawatan: Saat pengkajian didapatkan data pada subjek studi kasus dengan
klien terlihat gelisah, berbicara sendiri, sering menghidu dan menggaruk-garuk
permukaaan kulitnya. Penulis mendapatkan masalah keperawatan dengan gangguan

persepsi sensori halusinasi pendengaran, penghidu dan peraba, penulis menyusun rencana
keperawatan, melakukan strategi pelaksanaan, dan melakukan evaluasi kegiatan. Tindakan
yang direncanakan telah dilakukan oleh penulis yaitu pemberian terapi religius zikir
selama 6 kali pertemuan dengan hasil evaluasi masalah halusinasi teratasi, klien sudah
mampu mengontrol halusinasinya secara mandiri.
Kesimpulan: Tindakan menggunakan terapi religius zikir dapat meningkatkan kemampuan
mengontrol halusinasi.
Kata kunci: halusinasi, terapi religius zikir.

v

DIII Study Program of Nursing
Muhammadiyah Gombong Health Sciences Colleg
KTI, 2017
Rokhim Ari Nugroho1, Tri Sumarsih2
ABSTRACT
APPLICATION OF RELIGIUS ZIKIR THERAPY IN SKIZOFRENIACLIENTS
WITH CHANGE PERCEPTION OF HALUSINATION SENSOR
IN THE PUSKESMAS GOMBONG II AREA
Background: Hallucinations are one of the signs of schizophrenia, hallucinations

Is the loss of human ability to distinguish internal stimuli and external stimuli.
Patients with hallucinations are due to the inability of the patient to face stressors
and lack of ability to control hallucinations. The impact that occurs when the
patient is not immediately addressed hallucinations are the emergence of hysteria,
weakness, and unable to achieve goals, excessive fear, bad thoughts, and acts of
violence. Patients with schizophrenia who have auditory hallucinations,
prevention and simultaneous prevalence of 70% in Indonesia by 2013.
Objective: To provide an overview of the application of religious therapy of zikr
on schizophrenic clients with changes in sensory perception of auditory
hallucinations, smell and touch.
Nursing care: When the assessment is obtained the data on the subject of case
studies with clients appear nervous, talking to themselves, often scratching and
scratching the skin surface. The authors get nursing problems with sensory
perception of sensory hallucinations of hearing, smell and touch, the authors draw
up a nursing plan, execute the implementation strategy, and evaluate the activities.
The planned action has been done by the writer that is giving religious therapy
dhikr for 6 times meeting with result of evaluation of problem of hallucination
resolved, client have been able to control its hallucination independently.
Conclusions: of action using religious therapy of zikr can improve the ability to
control hallucinations.

Keywords: hallucinations, religious therapy dhikr.

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...........................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iv
ABSTRAK...............................................................................................................v
ABSTRACT............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.............................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................3
C. Manfaat..................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

A. Skizofrenia............................................................................................5
B. Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran, Penghidu
C. dan Peraba Pada Skizofrenia................................................................6
D. Penerapan Terapi Riligius Zikir Pada Pasien Halusinasi....................13
BAB III METODE STUDI KASUS......................................................................19
A. Jenis Penelitian ....................................................................................19
B. Subjek Studi Kasus..............................................................................19
C. Fokus Studi...........................................................................................19
D. Definisi Operasional.............................................................................20
E. Instrumen Penelitian.............................................................................20
F. Metode Pengumpulan Data..................................................................21
G. Lokasi Pengumpulan Data...................................................................21
H. Analisa Data.........................................................................................21
I. Etika Studi Kasus.................................................................................22
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN.....................................24
A. Hasil studi kasus................................................................................ ....24
B. Hembahasan ..........................................................................................31
BAB V PENUTUP.................................................................................................33
A. Kesimpulan..........................................................................................33
B. Saran ...................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam
pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak
salaing berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru afek yang datar atau
tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktifitas motorik (Davidson, 2010).
Individu yang tidak dapat menghadapi stressor yang ada pada diri sendiri maupun
pada lingkungan sekitarnya dan tidak mampu mengendalikan diri termasuk dalam individu
yang mengalami gangguan jiwa, beberapa jenis gangguan jiwa yang sering kita temukan di
masyarakat salah satunya adalah skizofrenia. Menurut Michard dan Chaterina (2008)
kecenderungan angka penderita gangguan jiwa di berbagai dunia di prediksi akan semakin
meningkat, masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan of desease”.
World Health Organization (WHO, 2015) memperkirakan bahwa 516 juta orang

menderita gangguan jiwa dan 40 juta orang menderita skizofrenia.
Menurut Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 di Indonesia prevalensi gangguan
jiwa mencapai 17,1% dari 1000 orang sedangkan prevalensi untuk gangguan jiwa di atas
usia 15 tahun yang berkisar rata-rata 6%. Prevalensi skizofrenia yang ada di Indonesia rata rata 1-2 % dari jumlah penduduk dan usia paling banyak penderita skizofrenia di alami
sekitar 15-35 tahun, lebih dari 90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi dengan
diagnosis medis skizofrenia sebanyak 20% mengalamai halusinasi pendengaran dan
penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami halusinasi pendengaran, penghidu dan
peraba secara bersamaan, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10% mengalami
halusinasi lainnya (Riskesdas, 2013).
Angka gangguan jiwa di Jawa Tengah tahun 2014 menyebutkan dari setiap 1.000
warga Jawa Tengah terdapat 50 orang yang mengalami ganguan jiwa. Sementara 69 orang
dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah mengalami stress (Profil Kesehatan kab/ kota Jawa
TengahTahun 2014). Kabupaten Kebumen menduduki peringkat kedua sebagai wilayah
dengan penderita gangguan jiwa terbanyak di Jawa Tengah setelah Semarang. Jumlah
penduduk Kebumen yang menderita gangguan jiwa sekitar 6.293.Sementara itu untuk
penanganan pasien yang dipasung se-Jawa Tengah mencapai 615 orang, dan 49 jiwa di
antaranya di Kabupaten Kebumen. Tahun 2015 Hasil pendataan yang dilakukan oleh 35
1

2


Puskesmas di 26 kecamatan tercatat 6.293 warga di Kebumen mengalami gangguan
kejiwaan, puskesmas merupakan pelayanan pertama atau pelayanan primer pada masyarkat
untuk meningkatkan angka pasien skizofrenia, pelayanan puskesmas sangat minimum
sehingga di perlukan .Sedangkan penyebarannya adalah sekitar 60% karena faktor sosial
ekonomi dan kemiskinan. Penyebab lain seperti keturunan atau pembawaan genetik sejak
lahir cukup sedikit (Riskesdas, 2015).
Halusinasi merupakan salah satu tanda gejala dari skizofrenia . Halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar) (Kusumawati & Hartono, 2010). Beberapa jenis halusinasi
yang banyak kita dengar seperti halusinasi pendengaran adalah, pasien mendengar suarasuara yang memanggilnya untuk menyuruh melakukan sesuatu yang berupa dua suara atau
lebih yang mengomentari tingkah laku atau pikiran pasien dan suara – suara yang terdengar
dapat berupa perintah untuk bunuh diriatau membunuh orang lain (Yustinus, 2007). Pasien
yang mengalami halusinasi disebabkan karena ketidakmampuan pasien dalam menghadapi
stressor dan kurangnya kemampuan dalam mengontrol halusinasi. Dampak yang terjadi
apabila pasien halusinasi tidak segera ditangani yaitu munculnya histeria, rasa lemah, dan
tidak mampu mencapai tujuan, ketakutan yang berlebihan, pikiran yang buruk, dan tindak
kekerasan (Maramis, 2007).Sehingga untuk meminimalkan komplikasi atau dampak dari
halusinasi dibutuhkan pendekatan dan memberikan penatalaksanaan untuk mengatasi gejala
halusinasi. Penatalaksanaan yang diberikan meliputi terapi farmakologi, ECT dan non

farmakologi. Sedangkan terapi farmakologi lebih mengarah pada pengobatan antipsikotik
dan pada terapi non farmakologi lebih pada pendekatan terapi modalitas.
Terapi modalitas adalah terapi kombinasi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat
jiwa memberikan praktek lanjutan untuk menatalaksanaan terapi yang digunakan oleh
pasien gangguan jiwa. Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain: terapi individual,
terapi lingkungan (milliu therapi), terapi biologis atau terapi somatik, terapi kognitif, terapi
keluarga, terapi perilaku, terapi bermain, terapi spiritual. Terapi spiritual atau terapi religius
yang antara lain zikir, apabila dilafalkan secara baik dan benar dapat membuat hati menjadi
tenang dan rileks. Terapi zikir juga dapat diterapkan pada pasien halusinasi, karena ketika
pasien melakukan terapi zikir dengan tekun dan memusatkan perhatian yang sempurna
( khusu’ ) dapat memberikan dampak saat halusinasinya muncul pasien bisa menghilangkan

3

suara-suara yang tidak nyata dan lebih dapat menyibukkan diri dengan melakukan terapi
zikir (Yosep, 2007).
Penelitian Mery Fananda (2012) menunjukan tentang penerapan perawat dalam terapi
psikoreligius untuk menurunkan tingkat stres pada pasien halusinasi pendengaran di Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Palembang, dengan hasil pada tingkat stres pasien halusinasi didapatkan
bahwa setelah ketiga pasien diajak zikir berjamaah dengan pasien lain, mereka mampu

mengikuti zikir dengan baik dan benar serta khusyuk dan setelah sholat mereka dapat
mengemukakan tentang perasaannya yang lebih tenang, emosi lebih terkendali serta tidak
gelisah lagi sehingga mereka bisa bersosialisasi dengan pasien lain dan mulai bisa mengikuti
aktifitas sehari-hari.
Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2014)
tentang pengaruh terapi religius zikir terhadap peningkatan kemampuan mengontrol
halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
menyebutkan bahwa 75 responden setelah dilakukan terapi religius zikir kemampuan
responden mengontrol halusinasi pendengaran dengan kategori baik sebanyak 74 orang
(98,7%), sedangkan kategori buruk sebanyak 1 orang (1,3%).
Berdasarkan hal tersebut diatas pentingnya penulis untuk menerapkan tentang
“Terapi Religius Zikir Pada Klien Skizofrenia Dengan Perubahan persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran, Penghidu Dan Peraba Pada Di Wilayah Puskesmas Gombong II”.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan penerapan terapi religius zikir untuk meningkatan kemampuan
mengontrol halusinasi pendengaran, penghidu dan peraba pada pasien halusinasi di
wilayah puskesmas Gombong II.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tingkat kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran, penghidu dan
peraba sebelum dilakukan terapi religius zikir.
b. Mengetahui tingkat kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran, penghidu dan
peraba setelah dilakukan terapi religius zikir.

A. Manfaat penulisan
1. Manfaat Teoritis

4

a. Perawat
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat
dalam memberikan asuhan pada klien skizofrenia dengan gangguan persepsi
sensorik halusinasi pendengan, penghidu dan peraba dengan penerap terapi religius
zikir.
b. Institusi
Menambah literatur sebagai bahan pustaka bagi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong khususnya program studi DIII Keperawatan
tentang penerapan terapi religius zikir pada klien skizofrenia dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran, penghidu dan peraba.
2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Mampu memberikan penerapan terapi religius zikir untuk meningkatkan
kemampuan mengontrol halusinasi.
b. klien
Penerapan terapi religius zikir diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
mengontrol halusinasi.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional 2013, Badan
Peneliti & Pengembangan Depkes RI. Jakarta.
Davidson, G.C. ( 2010). psikologi abnormal. Jakarta : PT Rajagrafindo permai.
Dalami, Ernawati. (2009). Asuhan Keperawatan Kliendengan Gangguan Jiwa.Jakarta : EGC.
Depkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014, Kementrian kesehatan RI. Jakarta.
Dinkes Jawa Tengah. (2014). Profil Kesehatan Jawa Tengah. Jawa Tengah : Dinkes Jawa
Tengah.
Fananda, M. dkk.(2012). Penerapan perawat dalam terapi psikoreligius untuk menurunkan
tingkat stress pada pasien halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang. Hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam bentuk jurnal keperawatan
oleh Badan Diklat Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang.
Hawari, D. (2009). Psikometri; Alatukur (skala) kesehatanjiwa. Jakarta: FKUI.
Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010).Buku ajar keperawatanjiwa. Jakarta: Salem Medika
Keliat (2010). Keperawatan Kesehatan jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat, B.A, et.al. (2011). Keperawatankesehatanjiwakomunitas: CMHN (Intermediate Nurse).
Keliat, B.A. (2013). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Jakarta: EGC
Maramis, W.F. (2014). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University
Press, Surabaya
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha.
Medika Rasmun. (2009). KeperawatanKesehatan Mental PsikiatriTerintegrasidenganKeluarga.
Jakarta :SagungSeto.
Wahyu,C.dkk. (2014). Pengaruh terapi religius zikir terhadap peningkatan kemampuan
mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi di rsjd dr. amino
gondohutomo semarang.
WHO. (2015). Improving health systems and services for mental health (Mental health policy
and service guidance package). Geneva 27, Switzerland: WHO Press.
Yosep, I.FDG. (2007). Keperawatanjiwa. Bandung: PT RefikaAditama.
Yosep, Iyus dan Titin Sutini. (2014). BukuAjarKeperawatanJiwa. Bandung : PT. RafikaAditama.

PENGARUH TERAPI RELIGIUS ZIKIR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN
MENGONTROL HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIEN HALUSINASI DI
RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
Wahyu Catur Hidayati*)
Dwi Heppy Rochmawati**), Targunawan***)
*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**) Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sultan Agung Semarang
***) Dosen Universitas PGRI Semarang
ABSTRAK
Terapi religius yang dilakukan dengan tepat dapat berdampak pada peningkatan kemampuan mengontrol
halusinasi pendengaran. kemampuan mengontrol merupakan tindakan keperawatan yang sangat
bermanfaat untuk pasien halusinasi karena untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi.
Intervensi yang dilakukan 1kali dalam sehari selama 6 hari. Intervensi yang di berikan adalah terapi zikir
juga dapat diterapkan pada pasien halusinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh terapi
religius zikir terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien
halusinasi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Desain penelitian ini adalah Quasy
Experimental Design dengan pendekatan one group pre and postest , jumlah sampel 75 pasien halusinasi
pendengaran dengan teknik purposive sampling. Hasil analisis bivariat dengan uji wilcoxon menunjukkan
ada pengaruh terapi religius zikir terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran
diperoleh nilai p-value = 0,000, karena nilai p