PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

  649 PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR Purniaty Kamahi

  1 , Sudirman

  2 , H. Muhammad Nur

  3

  1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar

  2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar

  3 Poltekkes Kemenkes Makassar ABSTRAK

  Halusinasi merupakan persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata dimana klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus atau rangsangan dari luar. Perubahan sikap dan peningkatan keterampilan akan membantu klien dalam meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi. Pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit dapat membantu klien dalam mengontrol halusinasi dan hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan asuhan keperawatan pada klien halusinasi terhadap kemampuan klien mengontrol halusinasi. Penelitian ini menggunakan rancangan

  one-group pra-post test design. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 orang dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Data yang

  terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer di program microsoft excel dan progream statistik (SPSS) versi 16.00. Analisis data mencakup analisis karakteristik umum responden berdasarkan umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, penerapan askep, sikap dan keterampilan. Sedangkan pada analisis bivariat dilakukan denga uji chi square (p<α 0,05) untuk mengetahui pengaruh antara kedua variabel. Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa ada pengaruh penerapan asuhan keperawatan terhadap sikap dalam mengontrol halusinasi (p=0,028) dan ada pengaruh penerapan asuhan keperawatan terhadap keterampilan dalam mengontrol halusinasi (p=0,018). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh penerapan asuhan keperawatan terhadap sikap dan keterampilan dalam mengontrol halusinasi pada klien di RSKD Dadi Makassar.

  Kata Kunci : Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa, Kemampuan Mengontrol Halusinasi.

  PENDAHULUAN

  Perawat jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa didasarkan pada suatu model konsep. Model merupakan suatu cara untuk mengorganisasi kumpulan pengetahuan yang kompleks. Penggunaan model merupakan dasar juga untuk perawat (terapis) dalam praktek keperawatan. Perawat sebagai terapis perlu mengetahui model konsep dan dapat memilih untuk menggunakan model yang sesuai dengan pandangan pengetahuan perawat terhadap situasi dan kondisi klien (perkembangan kesehatan klien) (Erlinafsiah, 2010). Perawat pskiatri harus belajar mengenai struktur dan fungsi dari otak, mencakup proses neurotransmisi untuk lebih memahami etiologi, mempelajarinya agar lebih cepat efektif dalam strategi intervensi gangguan psikiatri (Direja, A.H.S, 2011).

  Penerapan asuhan keperawatan secara sistematis salah satunya dilakukan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi. Halusinasi adalah gangguan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Menurut May Durant Thomas (1991) dalam Andre (2009) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: skhizofrenia, depresi, delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Dan berdasarkan hasil pengkajian pada pasien di beberapa rumah sakit jiwa di pulau Jawa ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi.

  Berdasarkan hasil rekapitulasi data di RSKD Dadi Makassar, terhitung jumlah pasien dengan gangguan halusinasi pada tahun 2010 sebanyak 12.914 orang pasien dan pada tahun 2011 jumlah pasien menurun menjadi 11.410 orang sedangkan pada tahun 2012 jumlahnya meningkat menjadi 14.008 orang.

  Menurut Irmansyah, salah seorang psikiater dari Universitas Indonesia, gejala seseorang yang menderita masalah kejiwaan

  650

  3. Peneliti dibantu oleh mahasiswa profesi dalam memberikan perlakuan berupa penerapan asuhan keperawatan halusinasi

  square.

  Menguraikan dengan cara memberikan interpretasi terhadap data yang terkumpul, menggunakan kode statistik komputer SPSS versi 16.00 dengan menggunakan uji chi

  Analisis Data

  3. Tabulasi Pengelompokan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki dengan menggunakan skala Guttman kemudian data dianalisis secara statistik.

  2. Koding Untuk memudahkan pengolahan data, semua jawaban atau data disederhanakan yaitu dengan memberi simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban.

  1. Editing Setelah lembar observasi diisi kemudian dikumpulkan dalam bentuk data data dilakukan pengecekan dengan memeriksa kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data.

  Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah:

  Langkah Pengolahan data

  5. Lembar observasi yang telah diisi, diperiksa kembali kelengkapannya.

  4. Peneliti melakukan post-tes untuk mengevaluasi kemampuan klien mengontrol halusinasi dengan menggunakan lembar observasi.

  2. Dilakukan pre-tes bersama kepala ruangan untuk mengetahui kemampuan klien mengontrol halusinasi dengan menggunakan lembar observasi

  sebenarnya bisa diketahui sejak dini. Dengan demikian, pengobatannya juga dapat diupayakan dengan segera. Pada tahun 2008 data sepuluh besar angka kesakitan rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Lampung bulan Juli tahun 2008 terhadap 351 pasien dan untuk rawat inap terdapat 189 (53,84%) pasien yang mengalami skizofrenia. Sedangkan di ruang Kutilang pada bulan Juli tahun 2008 terdapat 32 pasien rawat inap diantaranya halusinasi 22 (68,75%), isolasi sosial 6 (18,75%), harga diri rendah 2 (6,25%), resiko bunuh diri 1 (3,125%), dan waham 1 (3,125%) (Arief, 2009).

  1. Peneliti mencari sampel berdasarkan kriteria inklusi

  Dilakukan dengan observasi dan wawancara terhadap klien halusinasi diruang Kenanga dan Kenari di RSKD Dadi Makassar dengan prosedur:

  Dalam pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Lembar observasi penelitian dikembangkan menjadi 5 item pengamatan dan setiap pengamatan diperlukan pilihan alternatif jawaban (ya) dan (tidak), cara mengukur kemampuan klien mengontrol halusinasi ini dengan memberi skor pada jawaban responden. Adapun skor jawaban (ya) = 2 dan (tidak) = 1, kemudian dijumlahkan dan jumlah merupakan petunjuk bagaimana kemampuan klien mengontrol halusinasi.

  Pengumpulan Data

  sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam,2011). Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Perawatan Kenanga dan Nyiur RSKD Dadi Makassar. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 april sampai tanggal 2 Juni 2013. Populasi terjangkau dalam penelitian ini yaitu semua klien dengan gangguan jiwa halusinasi di RSKD Dadi Makassar. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita gangguan halusinasi di RSKD Dadi Makassar adalah 32 responden.

  test design) yaitu mengungkapkan hubungan

  Bentuk penelitian yang digunakan penulis adalah dengan rancangan pra-pasca test dalam satu kelompok (one-group pra-post

  Lokasi, populasi, dan sampel

  Berdasarkan uraian di atas dan hasil penelitian sebelumnya, peneliti merasa tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Halusinasi Terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi di RSKD Dadi Makassa r.

  Proses keperawatan di rumah sakit jiwa memiliki masalah yang hampir sama dengan rumah sakit umum. Ditemukan beberapa kesulitan dalam penerapan asuhan keperawatan yaitu belum ada formulir pengkajian yang seragam, kemampuan melaksanakan proses keperawatan yang belum memadai, pelaksanaan proses keperawatan masih dirasakan sebagai beban (Keliat &Akemat, 2012). Masalah inipun terjadi di RSKD Dadi Makassar khususnya di ruang rawat intermediated, dari hasil wawancara dengan beberapa perawat dijelaskan bahwa pelaksanaan penerapan asuhan keperawatan belum terlaksana dengan maksimal dikarenakan tenaga perawat yang tidak seimbang dengan jumlah pasien.

BAHAN DAN METODE

HASIL PENELITIAN

  (87,5%) yang beragama Islam sedangkan 4 orang (12,5%) lainnya beragama Kristen. Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di RSKD Dadi Makassar Tahun 2013

  Berdasarkan tabel 7, maka diketahui bahwa sikap responden dalam mengontrol halusinasi pada saat pre test yang dalam

  Cukup 18 56,2 Total 32 100

  Sikap n % Baik 14 43,8

  Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dalam Mengontrol Halusinasi pada Pre Test di RSKD Dadi Makassar Tahun 2013

  Berdasarkan tabel 6, maka diketahui bahwa responden dengan penerapan askep yang baik sebanyak 20 orang (62,5%) sedangkan responden dengan penerapan askep yang cukup baik sebanyak 12 orang (37,5%) responden.

  Cukup 12 37,5 Total 32 100

  Penerapan Askep n % Baik 20 62,5,

  25 Total 32 100 Berdasarkan tabel 5, maka diketahui bahwa kelompok pendidikan responden yang terbanyak adalah SMP dengan jumlah responden sebanyak 13 orang (40,6%) sedangkan pendidikan responden yang paling sedikit adalah SD dengan jumlah responden sebanyak 8 orang (25 %). Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Penerapan Asuhan Keperawatan di RSKD Dadi Makassar Tahun 2013

  8

  SD

  Pendidikan n % SMA 11 34,4 SMP 13 40,6

  651

  1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di RSKD Dadi Makassar Tahun 2013

  Agama n % Islam 28 87,5

  Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama di RSKD Dadi Makassar Tahun 2013

  Total 32 100 Dari tabel 3 maka diketahui bahwa suku responden yang paling banyak adalah yang bersuku Bugis dengan responden 26 orang (81,2%) sedangkan suku responden yang paling sedikit adalah yang bersuku Makassar dengan responden 2 orang (6.2%).

  Toraja 4 12,5 Bugis 26 81,2

  Suku n % Makassar 2 6,2

  Berdasarkan tabel 2, maka diketahui bahwa dari total 32 responden 25 orang (78,1%) responden berjenis kelamin laki-laki sedangkan 7 orang (21,9%) lainnya berjenis kelamin perempuan. Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku di RSKD Dadi Makassar Tahun 2013

  Perempuan 7 21,9 Total 32 100

  Jenis Kelamin n % Laki-laki 25 78,1

  Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSKD Dadi Makassar Tahun 2013

  Total 32 100 Dari tabel 1, maka diketahui bahwa umur responden yang paling banyak adalah kelompok 26 s/d 40 tahun dengan jumlah responden sebanyak 21 orang (65,6%) sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah 10 s/d 25 tahun dengan jumlah responden sebanyak 5 orang (15,6%).

  21 65,6 41 s/d 55 Tahun 6 18,8

  Umur Responden n % 10 s/d 25 Tahun 5 15,6 26 s/d 40 Tahun

  Kristen 4 12,5 Total 32 100 Berdasarkan tabel 4, maka diketahui bahwa dari total 32 responden 28 orang

  652

  2. Analisis Bivariat Tabel 11 Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan terhadap Sikap dalam Mengontrol Halusinasi di RSKD Dadi Makassar Tahun 2013

  Berdasarkan tabel 12, maka diketahui bahwa pada penerapan asuhan keperawatan yang baik terdapat 8 responden (25%) yang memiliki keterampilan baik dan 12 responden (37,5%) yang memiliki keterampilan cukup sedangkan pada penerapan asuhan keperawatan yang cukup terdapat 10 responden (31,2%) yang memiliki keterampilan baik dan 2 responden (6,2%) yang memiliki keterampilan cukup.

  Cukup 10 31,2 2 6,2 12 37,5 Total 18 56,2 14 43,8 32 100 p = 0,018

  Total Baik Cukup n % n % n % Baik 8 25 12 37,5 20 62,5

  Penerapan Asuhan Keperawatan Keterampilan

  Tabel 12 Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan terhadap Keterampilan dalam Mengontrol Halusinasi di RSKD Dadi Makassar Tahun 2013

  Setelah dilakukan analisis uji statistic didapatkan nilai p = 0.028 dimana p<α 0.05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatan terhadap sikap dalam mengontrol halusinasi.

  Berdasarkan tabel 11, maka diketahui bahwa pada penerapan asuhan keperawatan yang baik terdapat 13 responden (40,6%) yang memiliki sikap baik dan 7 responden (21,8%) yang memiliki sikap cukup sedangkan pada penerapan asuhan keperawatan yang cukup terdapat 3 responden (9,4%) yang memiliki sikap baik dan 9 responden (28,1%) yang memiliki sikap cukup.

  Cukup 3 9,4 9 28,1 12 37,5 Total 16 50 16 50 32 100 p = 0,028

  Total Baik Cukup n % n % n % Baik 13 40,6 7 21,9 20 62,5

  Penerapan Asuhan Keperawatan Sikap

  Berdasarkan tabel 10, maka diketahui bahwa keterampilan responden dalam mengontrol halusinasi pada saat post test yang dalam kategori baik sebanyak 18 responden (56,2%) sedangkan yang dalam ketegori cukup sebanyak 14 respoden (48,3%).

  kategori baik sebanyak 14 responden (43,8%) sedangkan yang dalam ketegori cukup sebanyak 18 respoden (56,2%).

  Cukup 14 48,3 Total 32 100

  Keterampilan n % Baik 18 56,2

  50 Total 32 100 Berdasarkan tabel 9, maka diketahui bahwa sikap responden dalam mengontrol halusinasi pada saat post test yang dalam kategori baik sebanyak 16 responden (50%) sedangkan yang dalam ketegori cukup sebanyak 16 respoden (50%). Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan dalam Mengontrol Halusinasi pada Post Test di RSKD Dadi Makassar Tahun 2013

  16

  50 Cukup

  16

  Sikap n % Baik

  Pada tabel 8, maka bahwa keterampilan responden dalam mengontrol halusinasi pada saat pre test yang dalam kategori baik sebanyak 13 responden (40,6%) sedangkan yang dalam ketegori cukup sebanyak 19 respoden (59,4%) Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dalam Mengontrol Halusinasi pada Post Test di RSKD Dadi Makassar Tahun 2013

  Cukup 19 59,4 Total 32 100

  Keterampilan n % Baik 13 40,6

  Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan dalam Mengontrol Halusinasi pada Pre Test di RSKD Dadi Makassar Tahun 2013

  Setelah dilakukan analisis uji statistik didapatkan nilai p = 0.018 dimana p<α 0.05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

  653

  Dengan mengacu pada hasil penelitian dan teori-teori diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatan terhadap sikap dalam mengontrol halusinasi.

  KESIMPULAN

  Dengan mengacu pada hasil penelitian dan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatan terhadap keterampilan dalam mengontrol halusinasi.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iis Tri Rusniati di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang (2010) mengatakan bahwa setelah perawat mengajarkan teknik-teknik yang dilakukan untuk menghindari halusinasi, keterampilan pasien meningkat dan mampu mengontrol atau mengatasi halusinasi.

  Keterampilan (skill) adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental. Kompetensi keterampilan mental meliputi pemikiran analitis (memproses pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh serta mengorganisasi data dan rencana) juga pemikiran konseptual (pengenalan pola data yang kompleks (Nursalam, Ferry Efendi, 2008).

  Pada analisis uji statistik didapatkan nilai p = 0.018 dimana p<α 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatan terhadap keterampilan dalam mengontrol halusinasi.

  Berdasarkan tabel 8 dan 9 dapat disimpulkan bahwa keterampilan responden dalam mengontrol halusinasi pada saat pre test yang dalam kategori baik sebanyak 13 responden(40,6%) meningkat menjadi 18 responden (56,2%) pada post test setelah diberikan asuhan keperawatan. Sedangkan keterampilan responden dalam mengontrol halusinasi pada pre test yang dalam ketegori cukup sebanyak 19 respoden (59,4%) menurun pada post test yaitu sebanyak 14 respoden (48,3%) setelah dilakukan asuhan keperawatan.

  2. Pengaruh Penerapan Asuhan Kepertawatan Terhadap Keterampilan Dalam Mengontrol Halusinasi.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iis Tri Rusniati di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang (2010) mengatakan bahwa setelah perawat mengkaji dan menentukkan masalah, mengajarkan strategi dan cara–cara untuk menghindari halusinasi, mendorong dan memberikan motivasi serta penguatan, pasien berkeinginan atau berniat untuk menghindari terjadinya halusinasi.

  pemberian asuhan keperawatan terhadap keterampilan dalam mengontrol halusinasi.

  Menurut Newkom seorang ahli dari psikologis, yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2012) menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan presdiposisi tindakan suatu perilaku.

  Menurut Stuart Sunden asuhan keperawatan adalah proses dinamik yang melibatkan perubahan dalam status kesehatan klien sepanjang waktu, pemicu kebutuhan terhadap data baru, berbagai diagnosa dan modifikasi rencana asuhan (Y. Iyus 2011).

  Pada analisis uji statistic didapatkan nilai p = 0.028 dimana p<α 0.05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatan terhadap sikap dalam mengontrol halusinasi.

  Berdasarkan tabel 7 dan 8 maka dapat disimpulkan bahwa sikap responden dalam mengontrol halusinasi pada saat pre test yang dalam kategori baik sebanyak 14 responden (43,8%) mengalami peningkatan setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan dimana bertambah menjadi 16 orang (50%) sedangkan yang dalam ketegori cukup pada pre test sebanyak 18 respoden (56,2%) berkurang menjadi16 respoden (50%).

  Pada tabel 11 dijelaskan bahwa pada penerapan asuhan keperawatan yang baik terdapat 13 responden (40,6%) yang memiliki sikap baik dan 7 responden (21,8%) yang memiliki sikap cukup sedangkan pada penerapan asuhan keperawatan yang cukup terdapat 3 responden (9,4%) yang memiliki sikap baik dan 9 responden (28,1%) yang memiliki sikap cukup.

  1. Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Terhadap Sikap Dalam Mengontrol Halusinasi.

  PEMBAHASAN

  1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari pemberian asuhan keperawatan terhadap sikap dalam mengontrol halusinasi pada klien di RSKD Dadi Makassar. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis uji statistic didapatkan nilai p = 0.028 dimana p<α 0.05,

  2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari intervensi protap keperawatan pada pemberian asuhan keperawatan terhadap masalah keperawatan dengan gangguan keterampilan dalam mengontrol halusinasi persepsi sensori: halusinasi karena hal ini pada klien di RSKD Dadi Makassar dengan telah terbukti pada penelitian yang telah hasil analisis uji statistic didapatkan nilaip = dilakukan oleh peneliti di RSKD. Dadi 0.018 dimana p<α 0.05. Makassar.

  2. Untuk penelitian selanjutnya agar mengkaji

  SARAN

  lebih mendalam tentang penerapan asuhan Berdasarkan hasil yang dicapai dalam keperawatan pada pasien halusinasi penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu terhadap kemampuan klien mengontrol disarankan oleh penulis yakni : halusinasi agar ditemukan ide atau pikiran-

  1. Untuk perawat sebaiknya melakukan pikiran baru dalam pengembangan ilmu penerapan asuhan keperawatan sesuai keperawatan khususnya departemen jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

  Direja, A.H.S, 2011. “Asuhan Keperawatan jiwa”. Nuha medika: Yogyakarta

Erlinafsiah. 2010. “Modal Perawat dalam Praktik keperawatan Jiwa”. Tran Info Media: Jakarta Timur

Keliat, B, A. & Akemat. 2012. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Penerbit: EGC. Jakarta.

Notoatmodjo. Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan,Penerbit: PT. RINEKA CIPTA,Jakarta. Notoatmodjo. Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehehatan,Penerbit: PT. RINEKA CIPTA,Jakarta. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, ed. 2. Salemba Medika.

  Jakarta. Stuart & Sundeen. 2007. Buku Saku Keperwatan Jiwa, Edisi 3. EGC: Jakarta. S,Trimelia. 2011. “Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi”. Penerbit: Trans Info Media: Jakarta Timur. Sumber data laporan RSKD Dadi Makassar 2012. jiwa Edisi revisi Yosep, I. 2011. Keperawatan .Penerbit: PT. Refika Aditama. Bandung.

  654