BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hajar Rinowati BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah sebuah sistem yang saling terintregasi. Menurut WHO

  sistem kesehatan adalah sebuah proses kumpulan berbagai faktor kompleks yang berhubungan dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat pada setiap saat dibutuhkan.

  Secara nasional Indonesia telah menerapkan sistem kesehatan yang disesuaikan dengan budaya dan kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk dan tersebar di ribuan pulau di Nusantara sejak tahun 1982. Sistem tersebut dinamai Sistem Kesehatan Nasional yang selanjutnya disingkat dengan SKN.

  Didalam dokumen SKN dikatakan bahwa SKN didefinisikan sebagai suatu tatanan yang menghimpun upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam batas-batas yang telah disepakati, tujuan sistem kesehatan adalah: 1.

  Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Indikatornya banyak, antara lain Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka kejadian penyakit dan berbagai indikator lainnya.

  1

2. Meningkatkan responsiveness terhadap harapan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat puas terhadap pelayanan kesehatan.

  3. Menjamin keadilan dalam kontribusi pembiayaan. Sistem kesehatan diharapkan memberikan proteksi dalam bentuk jaminan pembiayaan kesehatan bagi yang membutuhkan.

  Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 374/MENKES/SK/2009 Tanggal 13 Mei 2009 tentang SKN mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan hak asasi manusia, memperjelas penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) Tahun 2005-2025, menetapkan kemitraan dan kepemimpinan yang transformatif, melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu, serta meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional yang diwujudkan antara lain melalui Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat dengan Puskesmas. Puskesmas mempunyai peranan tersendiri bagi masyarakat terutama dalam hal pelayanan kesehatan dan membantu masyarakat agar lebih dekat dengan tempat pelayanan kesehatan.

  Saat ini banyak Puskesmas telah dapat meningkatkan pelayanan yaitu tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan tetapi juga dapat memberikan pelayanan kesehatan rawat inap. Puskesmas juga memiliki sub unit pelayanan seperti Puskesmas II/ Puskesmas Pembantu, Pusat Kesehatan Desa (PKD) dan Posyandu.

  Puskemas sebagaimana tercatat dalam Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diterangkan sebagai organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.

  Menurut Dermawan (2012), visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Visi untuk masing-masing Puskesmas berbeda-beda akan tetapi harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas di atas.

  Misi Puskesmas adalah menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya; mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya; memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan; serta memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

  Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan. Keberhasilan upaya kesehatan tergantung pada ketersediaan sumber daya kesehatan berupa tenaga, sarana dan prasarana yang memadai.

  Sumber Daya Manusia yang selanjutnya disingkat dengan SDM yang berkualitas, dengan sikap dan keterampilan yang baik sesuai standar kompetensinya, dapat menciptakan kepuasan bagi para pengguna jasa dimana menjadi bagian penting dalam pencapaian visi dan misi kesehatan.

  SDM tersebut terdiri dari tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, farmasi/apoteker) dan staf lain seperti bagian administrasi dan cleaning service.

  SDM tersebut harus dikelola dengan sebaik-baiknya, maka pelayanan kesehatan seperti halnya Puskesmas menempatkan perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling dekat hubungannya dengan pasien.

  Menurut data kepegawaian Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2011, jumlah perawat di Kabupaten Banyumas adalah 192 orang yang tersebar di

  39 Puskesmas, dengan latar belakang pendidikan yang beragam yaitu dari Pendidikan Sekolah Perawat (SPK), Diploma III, Sarjana keperawatan S1 dan S2.

  Untuk eks-Kotip yang terdiri dari 10 Puskesmas yaitu Puskesmas Purwokerto Barat, Puskesmas I Purwokerto Utara, Puskesmas II Purwokerto Utara, Puskesmas Purwokerto Selatan, Puskesmas I Purwokerto Timur, Puskesmas II Purwokerto Timur, Puskesmas I Baturaden, Puskesmas II Baturaden, Puskesmas Kedungbanteng dan Puskesmas Karanglewas yang memiliki tenaga perawat sejumlah 36 orang, terdiri dari 6 orang dengan pendidikan SPK, 28 orang dengan pendidikan Diploma III, 1 orang dengan pendidikan S1 serta 1 orang dengan pendidikan S2.

  Perawat sebagai salah satu SDM yang ada di Puskesmas dengan tindakan yang dominan dituntut untuk selalu dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien. Permintaan pasien yang beragam dengan selalu menuntut tuntutan yang bermacam-macam dan dengan latar belakang pasien yang rata-rata dari desa menjadi beban tersendiri bagi perawat di Puskesmas sehari-hari. Ditambah dengan tugas ganda di luar tugas pokok perawat, misalnya sebagai petugas di tempat pendaftaran atau ruang obat membuat beban kerja perawat bertambah.

  Hubungan yang tidak sehat antar rekan kerja juga sangat berpengaruh terhadap pekerjaan seseorang. Hubungan tersebut antara lain, adanya persaingan untuk mendapatkan nilai lebih (cari perhatian) di depan orang lain terutama atasan, sering terlambat datang, malas-malasan, pilih-pilih pekerjaan, sebenarnya sudah tahu tugasnya tapi menghindar, bila merasa kerjaannya sudah selesai tidak mau membantu pekerjaan temannya.

  Selain itu dengan insentif yang rendah yang di dapat oleh perawat dari Puskesmas menjadi permasalahan tersendiri sehingga mendorong mereka untuk membuka praktek atau ikut praktek di luar Puskesmas untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga. Dengan aktivitas yang padat setiap hari, di mana perawat memenuhi tugas pokok di Puskesmas dan selanjutnya menambah jam kerja di luar setelah pulang dari Puskesmas membuat mereka kelelahan karena berkurangnya jam untuk istirahat, sehingga saat pagi menjelang di hari berikutnya mereka belum fit untuk kembali bekerja padahal mereka dituntut selalu prima. Untuk menunjang hal tersebut maka kepuasan kerja perawat juga perlu diperhatikan. Kepuasan kerja perawat dapat menunjang produktivitas dan mutu pelayanan mereka. Dengan produktivitas dan mutu pelayanan yang baik, akan menunjang perawat untuk memiliki kinerja yang baik pula.

  Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Insentif, Rekan Kerja Dan Beban Kerja Dengan Kepuasan Kerja Tenaga Perawat Puskesmas Wilayah Eks-Kotip Purwokerto”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Adakah hubungan antara insentif, rekan kerja dan beban kerja dengan kepuasan kerja tenaga perawat Puskesmas wilayah eks-Kotip Purwokerto?” C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan umum Mengetahui bagaimanakah hubungan antara insentif, rekan kerja dan beban kerja dengan kepuasan kerja tenaga perawat Puskesmas wilayah eks-

  Kotip Purwokerto.

2. Tujuan khusus a.

  Untuk mengetahui hubungan insentif dengan kepuasan tenaga perawat Puskesmas wilayah eks-Kotip Purwokerto. b.

  Untuk mengetahui hubungan rekan kerja dengan kepuasan tenaga perawat Puskesmas wilayah eks-Kotip Purwokerto.

  c.

  Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan kepuasan tenaga perawat Puskesmas wilayah eks-Kotip Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi peneliti a.

  Untuk mengetahui hubungan antara insentif, rekan kerja dan beban kerja dengan kepuasan kerja tenaga perawat Puskesmas wilayah eks-Kotip Purwokerto.

  b.

  Menambah ilmu pengetahuan tentang hubungan antara insentif, rekan kerja dan beban kerja dengan kepuasan kerja tenaga perawat Puskesmas wilayah eks-Kotip Purwokerto bagi peneliti.

  2. Bagi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Sebagai tambahan literatur yang berisi informasi mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja tenaga perawat.

  3. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang dan menambah wacana keilmuan di kampus yang dapat diuji kembali.

E. Keaslian Penelitian

  Guna membuktikan keaslian penelitian ini, maka di bawah ini ditampilkan beberapa penelitian sebelumnya sebagai berikut : 1.

  Agustina Mayasari (2009) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Persepsi Faktor Manajemen Keperawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Semarang”. Dimana persamaan dengan penelitian ini adalah terdapat pada variabel bebas yaitu insentif dan variabel terikat yaitu kepuasan kerja, metodologi penelitian ini bersifat deskriptif korelasi. Perbedaannya adalah sampel yang digunakan berjumlah 37, serta perbedaan pada fakultas, waktu dan tempat penelitian.

2. Medical Shocker (2008) dengan judul penelitian “Hubungan Otonomi dan

  Beban Kerja Perawat Dengan Kepuasan Kerja Di Ruang Dahlia 1 dan Paviliun Rumah Sakit Ngudi W a l u y o W l i n g i ”. Dimana persamaan dengan penelitian ini adalah desain penelitian yang digunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan Cross Sectional, selain itu juga terdapat pada variabel bebas yaitu beban kerja dan variable terikat yaitu kepuasan kerja dan instrument penelitiannya menggunakan kuisioner. Sedangkan untuk perbedaannya adalah terdapat pada salah satu variabel bebas yang berupa hubungan otonomi serta perbedaan fakultas, waktu dan tempat penelitian.