PERILAKU SEKSUAL SISWA DAN SISWI KELAS I SMU DOMINIKUS WONOSARI TAHUN AJARAN 20052006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
PERILAKU SEKSUAL SISWA DAN SISWI KELAS I
SMU DOMINIKUS WONOSARI
TAHUN AJARAN 2005/2006
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Leo Agung Warih Wijaya
NIM: 97 111 4021
NIRM: 970051120303120020
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
JOGJAKARTA
2006
Hidup adalah proses dan . . .
Segala sesuatu akan indah pada waktunya
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
- Jesus dan Bunda Maria • Almarhum Bapak dan Ibu tercinta
- Mama nunik dan Kiki terc>Kakak-kakakku, Adikku dan keponakan-keponakanku
- Semua orang yang telah peduli dengan aku
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.Yogyakarta, 15 November 2006 Penulis Leo Agung Warih Wijaya
ABSTRAK
PERILAKU SEKSUAL SISWA DAN SISWI KELAS I
SMU DOMINIKUS WONOSARI TAHUN AJARAN 2005/2006
Leo Agung Warih Wijaya
971114021
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2006
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimanakah kecenderunganbentuk-bentuk perilaku seksual para siswa-siswi kelas 1 SMU Dominikus Wonosari tahun
ajaran 2005/2006. (2) Apakah ada perbedaan perilaku seksual dan siswi kelas 1 SMU
Dominikus Wonosari.Masalah penelitian adalah: (1) Bagaimanakah kecenderungan bentuk-bentuk
perilaku seksual para siswa dan siswi kelas I SMU Dominikus Wonosari tahun ajaran
2005/2006? (2) Apakah ada perbedaan perilaku seksual siswa dan siswi kelas I SMU
Dominikus Wonosari 2005/2006?Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi
penelitian adalah 55 orang dengan perincian 15 orang siswa dan 40 orang siswi. Instrumen
yang digunakan adalah kuesioner perilaku seksual yang disusun sendiri oleh peneliti
dengan menggunakan validitas konstruk sebesar 0,94 dan reliabilitas sebesar 0,88. Analisis
data menggunakan perhitungan frekuensi dan nilai t dengan taraf signifikansi 5%.Hasil penelitian ini memberikan gambaran umum bahwa (1) Perilaku membahas
mengenai seksualitas sering dilakukan siswa (45%) ; kadang-kadang dilakukan oleh siswi
(44,69%). (2) Perilaku merayu atau menggoda lawan jenis sering dilakukan siswa (46,67%)
; kadang-kadang dilakukan oleh siswi (46,25%). (3) Perilaku menjaga kesehatan reproduksi
sering dilakukan siswa (100%) begitu juga siswi (100%). (4) Perilaku mencari informasi
mengenai seksualitas dari berbagai sumber kadang-kadang dilakukan siswa (60%) begitu
juga siswi (70,50%). (5) Perilaku memandang tubuh lawan jenis sering dilakukan siswa
(60%); tidak pernah dilakukan oleh siswi (47,50%). (6) Perilaku berpacaran sering
dilakukan siswa (46,67%) begitu juga siswi (70%). (7) Perilaku berperan sebagai laki-laki
dan perempuan sering dilakukan siswa (100%) begitu juga siswi (100%). (8) perilaku
memegang tangan lawan jenis kadang-kadang dilakukan siswa (73,33%) begitu juga siswi
(57,50%). (9) perilaku memeluk lawan jenis tidak pernah dilakukan siswa (67%) begitu
juga siswi (60%). (10) Perilaku mencium lawan jenis kadang-kadang dilakukan siswa
(41,67%) begitu juga siswi (43,13%). (11) Perilaku mengakses media pornografi kadang-
kadang dilakukan siswa (48,89%) ; tidak pernah dilakukan oleh siswi (64,17%). (12)
Perilaku masturbasi tidak pernah dilakukan siswa (46,67%) begitu juga siswi (85%). (13)
Perilaku petting tidak pernah dilakukan siswa (66,67%) begitu juga siswi (95%). (14)
Perilaku oral seks tidak pernah dilakukan siswa (93,33%) begitu juga siswi (95%). (15)
perilaku sexual intercourse tidak pernah dilakukan siswa (80%) dan siswi (92,5%). (16)
perilaku keinginan melakukan aktivitas seksual sering dilakukan siswa (49,33%); kadang-
kadang dilakukan oleh siswi (50%). (17) perilaku merasa tertarik dengan lawan jenis
kadang-kadang dilakukan siswa (56,67%) ; siswi (66,25%). (18) perilaku mencintai lawan
jenis kadang-kadang dilakukan siswa (60%) ; tidak pernah dilakukan oleh siswi (82,50%).
(19) perilaku terangsang secara seksual dari teman lawan jenis kadang-kadang dilakukan
siswa (50%)dan siswi (55%). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara perilaku seksual siswa dan perilaku seksual siswi. Faktor yang
kiranya berpengaruh dalam perilaku seksual adalah mudahnya pornografi diakses oleh
siswa dan siswi serta kuatnya pengaruh teman sebaya.
ABSTRACT
THE FIRST GRADE STUDENTS’ SEXUAL BEHAVIOR
AT DOMINIKUS HIGH SCHOOL WONOSARI
ACADEMIC YEAR OF 2005/2006
This research was done to find out (1) What sexual behavior tendencies are among
the first grade students at Dominikus High School Wonosari academic year of 2005/2006;
and (2) Whether there are any differences on sexual behavior between the first grade male
and female students at Dominikus High School Wonosari academic year of 2005/2006.Therefore, the problems formulated in this research were: (1) What are the sexual
behavior tendencies among the first grade students at Dominikus High School Wonosari
academic year of 2005/2006? and (2) Are there any differences in sexual behavior between
the first grade male and female students at Dominikus High School Wonosari academic
year of 2005/2006? This research was a descriptive research implementing survey method. This study’spopulation was 55 students: 15 male students and 40 female. The questionnaire employed
here was the sexual behior questionnaire develop by the writer by implementing construct
validity of 0.94 and reliability of 0.88. furthermore, the data analysis was done by
employing the frequency distribution and t-score in its significant level of 5%.The result of this study provided a general picture that
(1) male students often had sexual discussions (45%) yet female students were only
sometimes (44.69%). (2) Male students often flirted and teased their opposite sex (46.67%)
yet female students only sometimes (46.25%). (3) All male and female students cared for
their reproduction health (100%). (4) (60%) male and (70.5%) female often try to find
information about sexuality from other sources. (5) Male students often stared at their
opposite sex’s body (60%) yet female students were never (47.50%). (6) (46.67%) male
and (70%) female students often made a date. (7) All (100%) male and (100%) female
students often acted as male and female. (8) (73.33%) male and (57.50%) female students
sometimes held their opposite sex’s hand. (9) (67%) male and (60%) female students never
hugged their opposite sex’s body. (10) (41.67%) male and (43.13%) female students
sometimes kissed their opposites sex. (11) Male students sometimes accessed pornography
medias (48.89%) yet female students were never (64.17%). (12) (46.67%) male and (85%)
female students never masturbated. (13) (66.67%) male and (95%) female never petted
their opposite sex. (14) (93.33%) male and (95%) female never had oral sex. (15) (80%)
male and (92.5%) female never had sexual intercourse. (16) Male students often had desire
to do sexual activities (49.33%) yet female students were sometimes (50%). (17) (56.67%)
male and (66.25%) female students were sometimes attracted to their opposite sex.(18) (60%) male students sometimes loved their opposite sex yet (82.50%) female students
were never. (19) (50%) male and (55%) female students were sometimes sexually arouse.The study’s hypothesis testing showed that there is no significant difference between male
and female student’s sexual behavior. The influencing factor on the sexual behavior was
they could easily accessed pornography and they were influenced strongly by their peers.KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatNya
sehingga skripsi berjudul “Perilaku Seksual Siswa dan Siswi Kelas I SMU Dominikus
Wonosari Tahun Ajaran 2005/2006” ini dapat terselesaikan.Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan
bantuan dari segala pihak. Oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si, dosen pembimbing pertama yang dengan tulus dan teliti
serta penuh kesabaran yang telah berkenan membimbing, memeriksa dan menyempurnakan skripsi ini.
2. Drs. Wens Tanlain, M.Pd, dosen pembimbing kedua yang telah membantu kelancaran
dan mendukung penulis untuk segera menyelesaikan pembuatan skripsi ini.
3. Dra. L. Dwi Haryati, kepala sekolah SMU Dominikus Wonosari yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian disekolah ini.
4. Drs. Jumakir, guru pembimbing SMU Dominikus Wonosari yang telah membantu
pelaksanaan dan kelancaran penelitian di sekolah.
5. Romo, Suster, Bapak, dan Ibu dosen program studi bimbingan dan konseling yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan dan bimbingan.
6. Pak Sugiarto, tenaga administrasi Program Bimbingan dan Konseling yang telah
banyak membantu dan melayani dengan penuh kesabaran.
7. Almarhum Bapak dan Ibu yang telah sabar memberikan waktu untuk terselesaikannya
pembuatan skripsi ini. I miss u dad… I’m proud of u8. Mama dan Kiki yang banyak menemani dan mendukung dengan sepenuh hati.
9. Kakak-kakakku dan adikku serta keponakan-keponakanku
10. Novi Nopek, Heru, Mitha (00) Boim (00) serta teman-teman yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang telah banyak menemani, memberikan penghiburan menjadi pendengar yang baik dan support untuk terselesaikannya skripsi ini.
11. Teman-teman angkatan 97, 98, 99, 00, 01, 02 yang telah banyak memberikan dorongan
dan keceriaan sehingga lebih memacu terselesaikannya skripsi ini.12. Teman-teman Lentera SAHAJA PKBI DIY.
13. Teman-teman Gayam 16 Community, Fresh + Production, BSP Organizer, Bacok SAS
Advertising, Nana, Meika, Cahyo, Wisnu, Firman, Dedi, Reza, Mas Abri dan keluarga.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan.segala kritik dan
saran untuk memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini akan saya terima dengan senang
hati. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan pendidikan di sekolah.Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................................viii
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 9 D. Manfaat Hasil Penelitian .............................................................................. 9 E. Batasan Operasional ...................................................................................... 9 F. Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keadaan Siswa Sekolah Menengah Umum................................................... 11
1. Rentang Usia Siswa Sekolah Menengah Umum ....................................... 11
2. Ciri-ciri Siswa Sekolah Menengah Umum................................................ 11
B. Perkembangan Perilaku Seksual dalam Tugas Perkembangan Siswa........... 20
1. Tugas Perkembangan yang Berkaitan dengan Perilaku Seksual ............... 20
2. Proses Perkembangan Perilaku Seksual .................................................... 23
3. Perilaku Seksual Remaja ........................................................................... 25
a. Pengertian Perilaku Seksual .................................................................. 25
b. Macam-macam Perilaku Seksual........................................................... 26
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja ................... 38
5. Perilaku Seksual dan Jenis Kelamin.......................................................... 40
C. Bimbingan dan Perilaku Seksual................................................................... 42
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ..................................................... 42
2. Ragam Bimbingan ................................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 46 B. Populasi Penelitian.......................................................................................... 46 C. Alat Pengumpul Data...................................................................................... 47
1. Kuesioner Perilaku Seksual Remaja.......................................................... 47
2. Skoring ...................................................................................................... 48
3. Reliabilitas dan Validitas........................................................................... 49
D. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................................... 51
1. Tahap Persiapan......................................................................................... 51
2. Tahap Pelaksanaan .................................................................................... 51
E. Teknik Analisis Data....................................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian............................................................................................... 54
1. Gambaran Umum Perilaku Seksual Siswa ................................................. 54
2. Uji Hipotesis ............................................................................................... 57
B. Pembahasan .................................................................................................... 58
1. Mudahnya Pornografi diakses oleh Siswa.................................................. 59
2. Pengaruh Teman Sebaya ............................................................................ 62
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................................... 65 B. Saran-saran...................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 68
LAMPIRAN .................................................................................................................... 70
DAFTAR TABEL TABEL 1.
Populasi penelitian para siswa dan siswi kelas 1 SMU Dominikus Wonosari................ 46
TABEL 2.
Isi Kuesioner Perilaku Seksual Remaja dan Sebaran item-item...................................... 47
TABEL 3.Koefisien Validitas dan Reliabilitas kuesioner perilaku seksual siswa dan
siswi SMU Dominikus Wonosari tahun ajaran 2005/2006 ............................................. 50
TABEL 4.Klasifikasi koefisien menurut Garret............................................................................... 50
TABEL 5.
Nilai Statistik untuk uji Hipotesis perilaku seksual kelompok siswa dan siswi............. 57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabulasi Data Skor Kuesioner .................................................................... 70
Lampiran 2. Data Skor tiap Perilaku Seksual.................................................................. 71
Lampiran 3. Skor Gasal (X) dan Genap (Y) Data Kuesioner.......................................... 72
Lampiran 4. Reliabilitas dan Validitas Data Kuesioner .................................................. 73
Lampiran 5. Perhitungan Kesalahan Perbedaan Mean dan Perhitungan nilai-t .............. 75
Lampiran 6. Penghitungan Perbedaan Mean................................................................... 76
Lampiran 7. Perhitungan nilai-t....................................................................................... 78
Lampiran 8. Kuesioner Perilaku Seksual ....................................................................... 79
Lampiran 9. Prosentase Bentuk Perilaku Seksual Siswa dan Siswi ............................... 83
Lampiran 10. Surat Keterangan Penelitian...................................................................... 87
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang kehidupan
manusia. Masa ini diawali ketika berakhirnya masa kanak -kanak dan diakhiri ketika memasuki masa dewasa. Sarwono (1989) berpendapat bahwa kisaran umur remaja antara 11-24 tahun dan belum menikah untuk ukuran di Indonesia. Masa remaja sering disebut juga sebagai masa peralihan, dari tahap perkembangan yang terjadi sebelumnya ke tahap berikutnya. Pada masa ini menurut Hurlock (1996) Remaja beralih meninggalka n masa kanak-kanaknya menuju masa dewasa dan untuk itu ia harus mempelajari banyak hal baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ada.
Masa remaja sering dirasakan sebagai masa yang lebih sulit dibandingkan dengan masa -masa sebelumnya , karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang dialaminya , ia juga harus menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lingkungannya. Perubahan- perubahan yang terjadi dalam diri adalah perubahan pada fisik yang diawali dengan mulai berfungsinya kelenjar -kelenjar kemudian diikuti dengan perubahan secara psikologis. Perubahan yang terjadi secara fisik diantaranya dengan mulai berkembangnya organ -organ seksual sebagai bentuk terjadinya perubahan pada tubuh yang diiringi oleh munculnya dorongan seksual yang kuat sehingga remaja ingin menyalurkannya.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara psikologis misal: meningginya
emosi, peran, minat, pola perilaku dan keinginan remaja untuk memiliki
kebebasan . Perubahan yang terjadi para minat adalah remaja mulai melihat
hal-hal yang baru dan menarik dibandingkan dengan apa yang ditemui
sebelumnya sementara itu perubahan peran yang terjadi adalah berubahnya
harapan dari kelompok sosial disekitarnya terhadap pola perilakunya yang
membuat individu menyesuaikan dengan harapan kelompo k sosialnya
tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi menimbulkan kesulitan -
kesulitan, diantaranya yang dihadapi remaja adalah keinginan untuk
melepaskan dorongan seksualnya sementara pelepasan dorongan tersebut
belum saatnya dilakukan bagi seorang remaja karena dengan melepaskan
dorongan seksualnya tersebut remaja belum siap untuk menerima
konsekuensinya (misal: kehamilan).Setiap remaja memiliki aspek -aspek perkembangan yang meliputi
perkembangan kepribadian, identitas diri, sosial, emosi, kognitif, mor al dan
perkembangan seksualitas. Aspek perkembangan seksualitas merupakan
salah satu hal yang menarik diantara aspek yang lain. Pada aspek ini,
remaja mulai memiliki kematangan secara seksual yakni matangnya
kelenjar pituitary yang berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh
sehingga remaja mendapat ciri -cirinya sebagai perempua n dewasa atau laki-
laki dewasa yakni dengan munculnya rambut -rambut disekitar
kemaluan,tumbuhnya kumis pada laki -laki, payudara yang membesar pada
perempuan, dan masih banyak lagi. Hal ini ditandai dengan mulai
berfungsinya hormon -hormon seksual seperti testosteron pada laki-laki dan
progesteron pada perempuan yang berpengaruh pada meningkatnya
dorongan seksual pada remaja. Melalui hormon inilah kemudian muncul
ketertarikan terhadap lawan jenis, keinginan untuk mendapatkan kepuasan
seksual dan sebagainya (Imran, Irawati. 2001). Masters dkk.(1992)
berpendapat bahwa dorongan seksual muncul karena hormon akan membuat
seseorang lebih sadar terhadap sensasi seksual, misalnya hormon
testosterone akan membuat seorang anak laki-laki mengalami ereksi,
akibatnya ia lebih sensitif terhadap stimulasi yang menimbulkan sensasi
seksual. Selain itu, kadar testosterone dalam darah juga akan membuat otak
mengaktifkan pikiran atau dorongan seks. Pengaruh hormon ini juga dapat
dilihat pada meningkatnya dorongan seks pada perempuan yang sedang
mengalami masa subur. Pada masa subur ini, hormon -hormon memang
meningkat kadarnya untuk mengatur ovulasi dan memerintahkan rahim
untuk menebalkan dinding luarnya (e ndometrium). Kondisi hormonal inilah
yang menyebabkan remaja menjadi semakin peka terhadap stimulant
seksual (visual, sentuhan, audio -visual, dsb) Seiring berfungsinya hormon testosteron dan progesteron , remajamulai merasakan dorongan seksual maka muncul perilaku-perilaku yang
dapat menimbulkan kesenangan pada organ seksual dengan berbagai cara.
Perilaku-perilaku yang muncul berupa berfantasi atau berimajinasi ,
masturbasi atau onani, berpegangan tangan, cium pipi, cium bibir,
berpelukan, necking , petting, oral seks sampai berhubungan intim atau
intercourse . Perilaku-perilaku tersebut dilakukan oleh remaja sebagai
bentuk pelepasan dorongan seksual yang meningkat. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh hasil penelitian Atmowiloto (1985) mengenai
Pengetahuan, Kelakuan dan Perasaan Remaja tentang Masturbasi pada
siswa SMA kelas 1-2, umur 16-18, jumlah 187 responden (72 orang laki -
laki dan 52 orang perempuan). Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa
4% L dan 79% P Tidak pernah Masturbasi ; 59% L dan 15% P Pernah
Masturbasi; 12% L dan 6% P Sering Masturbasi ; 25% L dan 0% P
Masturbasi lebih dari seminggu sekali. Diungkapkan oleh Atmowiloto
(1985) bahwa penelitian tersebut skalanya masih sangat kecil dan dengan
responden yang terbatas karena memang sulit mendapatkan pengakuan
remaja dalam jumlah besar mengenai hal yang sangat pribadi sifatnya ini,
khususnya bagi masyarakat Indonesia yang masih mentabukan pembicaraan
mengenai seks secara terbuka. Penelitian Zondervan tahun 1997
mengungkap 60% remaja di DIY telah melakukan hubungan seksual,
kemudian dari konsultasi Sahabat Remaja (SAHAJA) PKBI DIY tahun
1998-1999 ada 26% dari 359 remaja di Yogyakarta mengaku telah
berhubungan seksual ( Http://www.pkbi-jogja.org/bening/bening004 -
011/html) . Fakta lain yang juga memprihatinkan adalah hasil penelitian
PKBI DIY yang dilakukan oleh Zaki pada bulan September hingga Oktober
2003 menunjukkan bahwa dari 187 responden yang terdiri dari 87 laki -
laki dan 100 peremp uan siswa SMP yang tersebar di Yogyakarta, Bantul
dan Sleman 9 diantaranya mengaku pernah berhubungan seksual pranikah,
51% responden masih menganggap perilaku petting dan berhubungan seks
hanya sekali tidak mengakibatkan kehamilan, padahal anggapan ters ebut
tidak benar (Kompas, 13 Mei 2004). Selain itu penelitian perilaku seksual
kawula muda di 4 kota yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan pada
bulan September sampai Oktober 2004 yang dilakukan oleh Perusahaan
Riset Internasional Synovate mengungkap kan 16% remaja telah
berhubungan seksual dari 450 responden (Kedaulatan Rakyat , 30 Januari
2005).Secara singkat dari hasil-hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
secara sederhana bahwa penelitian yang terjadi beberapa tahun terakhir ini
lebih melihat jumlah atau prosentase remaja yang telah berhubungan seks
daripada pada penelitian tahun 1985 yang lebih melihat prosentase perilaku
masturbasi sehingga tersirat pertanyaan “Apakah masturbasi sudah
merupakan hal yang biasa sebagai sebuah perilaku seksual ?”. Kesimpulan
lain adalah terjadinya peningkatan jumlah remaja yang melakukan
hubungan seksual.Perilaku seksual remaja dilakukan dapat dengan orang lain atau
tanpa orang lain, misalnya yang dapat dilakukan sendiri adalah berfantasi
atau berimajinasi dan masturbasi sedangkan yang dilakukan dengan orang
lain atau pasangan adalah petting, kissing , dan berhubungan seksual ( sexual
intercourse). Pasangan atau partner dalam melakukan perilaku seksual pada
remaja beragam. Dalam sebuah penelitian di PKBI pada 22 7 orang
diungkap bahwa pasangan remaja dalam berperilaku seksual yaitu pacar
74,89%, Saudara 1,34%, teman 23,77% dan dilakukan rutin 1-2 kali dalam
satu minggu.Perilaku seksual untuk mendapatkan kesenangan atau pelepasan
dorongan seksual menimbulkan masalah tersendiri bagi orangtua, guru,
masyarakat dan tentunya bagi remaja itu sendiri. Masalah bagi remaja
sendiri adalah timbulnya perasaan berdosa, merasa dilecehkan, terkena
penyakit menular, kehamilan, merasa masa depannya hancur dan masih
banyak lagi (Imran, 2001). Jumlah remaja yang melakukan perilaku seksual
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut
diakibatkan oleh usia kematangan yang makin cepat sebagai akibat dari
perkembangan gizi dan hal ini mempercepat pula dorongan seksual karena
berfungsinya hormon -hormon seksual. Selain itu dipicu juga oleh media
massa seperti internet maupun tabloid -tabloid bernuansa seks yang dengan
mudah diperoleh oleh remaja dengan harga yang relatif murah
dibandingkan dengan beberapa tahun ya ng lalu. (Kompas, 13 mei 2004).
Minimnya pendidikan seks yang diberikan oleh orangtua dan guru juga
membuat meningkatnya perilaku seksual pada remaja (Kompas , 31 Mei
2004). Remaja lebih banyak memperoleh pengetahuan mengenai seks dari
media massa dan tanpa pendampingan dari orangtua atau guru. Kesibukan
orangtua menimbulkan kurangnya perhatian pada anak -anak. Hal itu
merupakan salah satu penyebab disamping sikap ambivalen atau keinginan
remaja menuntut kebebasan dari orangtuanya tetapi remaja tidak mampu
untuk bertanggungjawab (Achdiyat , 1981). Dalam hal ini remaja ingin
berkembang dan bebas, namun yang dirasakan bahwa dunia remaja cukup
rumit dan asing baginya sehingga remaja sebenarnya membutuhkan
perlindungan orangtua begitu juga sebaliknya yang diingink an orangtua
atau orang dewasa lainnya termasuk guru.Remaja yang sedang mengalami kematangan seksual belum
mengimbanginya dengan kematangan dalam memahami resiko perilaku
seksualnya dan siap menerimanya. Aktivitas -aktivitas seksual yang terjadi
pada remaja hanya didorong oleh rasa ingin tahu yang sangat kuat,
keinginan bereksplorasi dan memenuhi dorongan seksual sehingga
mengalahkan norma masyarakat, kontrol diri, pemikiran yang rasional;
contohnya adalah perilaku mencoba -coba berhubungan seks karena banya k
melihat atau mengkonsumsi majalah porno, akses website porno dan masih
banyak lagi yang berujung ketagihan (Imran, 2001; Sarwono , 1989) Melihat penelitian -penelitian yang terungkap diatas penulismenganalogikan sebagai sebuah pucuk gunung es yang terliha t namun
masih banyak lagi yang ada dibawahnya yang belum terungkap.
Ketidakmampuan untuk mengungkap ini dikarenakan adanya keterbatasan
kultural sehingga membuat tantangan tersendiri bagi orangtua, masyarakat
sekitar dan guru sendiri untuk membantu remaja dalam perkembangannya
untuk tidak berperilaku seksual dan mengalihkan pada kegiatan -kegiatan
yang lebih produktif bagi dirinya dan orang -orang disekitarnya serta
berguna bagi masa depannya.Memasukkan mata pelajaran pendidikan seks sangat dianjurkan oleh
para ahli psikologi seperti Koentjoro (Kompas, 13 Mei 2004). Walaupun
demikian, usulan sebagai bentuk preventif atas perilaku remaja masih
menimbulkan konflik dan kontroversi di berbagai pihak. Konflik dan
kontroversi dimunculkan oleh beberapa kepala sek olah yang tidak setuju
dengan usulan untuk memasukkan pendidikan seks sebagai sebuah mata
pelajaran; cukup dimasukkan saja dalam pelajaran biologi (Suratman,
Kompas 14 Mei 2004). Terlepas dari perdebatan tersebut, penulis
mendukung dengan dimasukkannya pe ndidikan seks dalam mata pelajaran
atau memberikan pendidikan seks secara dini kepada remaja. Melalui
pendidikan seks sedini mungkin, penulis yakin akan dapat mengurangi
jumlah perilaku seksual remaja yang akan berakibat negatif (cium bibir,
necking, petting, intercourse ). Pendidikan seks yang diberikan secara
terprogram dan terencana diharapkan mampu membuat remaja memahami
penyebab hingga resiko yang ditimbulkan oleh aktivitas seksual. Peran guru
pembimbing di sekolah merupakan ujung tombak dalam penyampa ian
pengetahuan mengenai seksualitas secara benar, sehingga dapat membantu
remaja untuk mengarahkan kepada pilihan yang tepat. Harapan yang sangat
besar terhadap guru pembimbing di sekolah sangat beralasan karena
kompetensinya atas kemampuan -kemampuan yang dimiliki dalam mengerti
dan mempelajari segala hal tentang remaja dan seksualitasnyaB. Rumusan Masalah Permasalahan di atas dirumuskan menjadi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kecenderungan bentuk -bentuk perilaku seksual para siswa-siswi Kelas I SMUK DOMINIKUS Wonosari tahun ajaran 2005/2006?
2. Apakah ada perbedaan perilaku seksual siswa dan siswi kelas I SMUK DOMINIKUS Wonosari ? C. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kecenderungan bentuk -bentuk perilaku seksual si swa-siswi Kelas I SMUK DOMINIKUS Wonosari tahun ajaran 2005/2006.
2. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perbedaan perilaku seksual siswa dan siswi Kelas I SMUK DOMINIKUS Wonosari.
D. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masuka n bagi pengembangan pelayanan bimbingan disekolah terutama pada bidang personal dan pada bidang sosial.
E. Batasan Operasional
1. Perilaku seksual siswa dan siswi adalah segala pikiran-pikiran, perasaan dan perbuatan-perbuatan siswa dan siswi mengenai diri sebagai laki-laki atau perempuan dan terhadap orang lain sebagai laki- laki atau perempuan dalam bentuk -bentuk dan diukur dengan kuesioner perilaku seksual serta ditunjuk oleh skor -skor yang diperoleh siswa dan siswi.
2. Jenis kelamin siswa dan siswi mencakup putra dan putri F.
Hipotesis penelitian Ada perbedaan yang signifikan perilaku seksual antara para siswa dan siswi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keadaan Siswa dan Siswi Sekolah Menengah Umum 1. Rentang Usia Siswa dan Siswi Sekolah Menengah Umum Siswa SMU adalah bagian remaja dan memiliki pula
karakteristik remaja pada umumnya. Istilah remaja berasal dari kata adolescence yang dalam bahasa latin adolescere berarti tumbuh ke arah kematangan fisik, kematangan sosial dan kematangan psikologis (Hurlock,1996:206). Sarwono mengemukakan bahwa kisaran umur remaja adalah antara 11–24 tahun dan belum menikah. Berdasarkan kisaran umur tersebut dapat digolongkan menjadi remaja awal (11-15 tahun); remaja tengah (16-18 tahun); dan remaja akhir (19-24 tahun) (Sarwono, 2000:14-15). Melihat kisaran tersebut, siswa dan siswi SMU dapat dikategorikan dalam remaja tengah.
2. Keadaan Siswa dan Siswi Sekolah Menengah Umum Remaja berarti orang yang mengalami perkembangan diri melalui berlangsungnya perubahan-perubahan dalam diri seseorang yang membawa pernyempurnaan dalam kepribadiannya (Winkel,1981). Menurut Hurlock, perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1996:2).
Menurut Zulkifli perkembangan remaja memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: a. Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat; lebih cepat dibandingkan dengan masa kanak-kanak dan dewasa.b. Keadaan emosi yang masih labil, karena erat hubungannya dengan kedadaan hormon di dalam tubuh.
c. Secara biologis mulai tertarik dengan lawan jenis dan merealisasikan ke dalam hubungan yang lebih erat.
d. Perkembangan seksual yang kadang-kadang menimbulkan
keresahan dan masalah dengan pengendalian diri sendiri
e. Mulai terikat dalam kegiatan-kegiatan sosial di mana kelompok sebaya lebih mendapat perhatian utama ketimbang keluarga.f. Mulai berpikir kritis dan kausalitas, yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat, (Zulkifli,1986)
Perubahan yang terjadi pada remaja adalah pertumbuhan fisik dan
perkembangan yang terjadi yaitu: perkembangan emosi,
perkembangan seksual, perkembangan sosial, perkembangan
intelektual dan perkembangan moral.a. Pertumbuhan fisik Setiap remaja mengalami perubahan fisik seperti bertambahnya tinggi badan, berat badan, proporsi tubuh,organ seks dan ciri seks sekunder. Berikut ini urutan perubahan fisik pada remaja perempuan dan remaja laki-laki.
1) Perubahan fisik yang terjadi pada remaja perempuan:
a) Matangnya alat reproduksi yang ditandai dengan menstruasi
b) Diproduksinya hormon Progesteron dan esterogen
c) Perubahan bentuk tubuh dengan pertumbuhan tulang payudara, tumbuh bulu halus disekitar kemaluan dan ketiak, pinggang lebih membentuk, pinggul mulai membesar dan kuat guna membantu proses kehamilan
dan melahirkan dan kulit menjadi lebih berminyak.
2). Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki:
a) Matangnya alat reproduksi yang ditandai dengan mimpi basah
b) Diproduksinya hormon testosteron
c) Perubahan bentuk tubuh menjadi lebih besar, otot bertambah kuat, kulit lebih berminyak dan berkeringat, tumbuh bulu rambut pada ketiak dan kemaluan, perubahan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus di dada dan wajah (kumis – jenggot) dan adanya perubahan suara (pedoman PE SAHAJA-Lentera,1995) Perubahan fisik remaja menurut Hurlock mengalami variasi
berdasarkan perbedaan jenis kelamin sangat jelas. Perempuan
secara umum lebih cepat dibandingkan remaja laki-laki sehingga
pada saat matang biasanya laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan. Karena otot anak laki-laki lebih besar daripada anak
perempuan. Setelah masa puber, kekuatan anak laki-laki
melebihi kekuatan anak perempuan dan perbedaan ini terus
meningkat. Perbedaan individual juga dipengaruhi oleh usia mempunyai bahu yang lebih lebar daripada anak yang matang lebih awal. Tungkai kaki anak yang matang lebih awal cenderung pendek; gemuk sedangkan yang matangnya terlambat cenderung lebih ramping. Anak perempuan yang matang lebih awal lebih berat lebih tinggi dan lebih gemuk dibandingkan dengan anak perempuan yang matangnya terlambat.
(Hurlock,1996:210). Pada masa pertumbuhan tidak semua remaja merasa puas ( kateksis-tubuh ) dengan keadaan bentuk fisiknya. Ketidakpuasan remaja pada fisik terjadi karena munculnya kesadaran akan reaksi sosial terhadap bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku. Sheldon membagi tipe tubuh menjadi tiga golongan, yaitu; endomorfic (pendek-gemuk),