PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JATI PUTIH (Gmelina arborea) THE EFFECT OF MEDIA AND NPK FERTILIZER DOSE ON THE GROWTH OF WHITE TEAK (Gmelina arborea)

  

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT JATI PUTIH (Gmelina arborea)

THE EFFECT OF MEDIA AND NPK FERTILIZER DOSE ON THE GROWTH OF WHITE

TEAK (Gmelina arborea)

  1) 2) 3)

  Purnamawati , Irwan Muthahanas , Irwan Mahakam Lesmono Aji 1. Mahasiswa, 2. Dosen Pembimbing Utama, 3. Dosen Pembimbing Pendamping.

  Universitas Mataram Jl. Pendidikan No. 37 Mataram

  

ABSTRAK

  Upaya reboisasi dan rehabilitasi lahan menjadi kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mengurangi dampak kerusakan hutan. Kerusakan hutan akibat penebangan liar dan kebakaran mengakibatkan semakin luasnya kawasan hutan yang terdegradasi. Dalam kegiatan reboisasi dan rehabilitasi lahan memerlukan bibit yang sehat dan bermutu baik, agar dapat memenuhi harapan baik pula pertumbuhannya di lapangan. Salah satu jenis tanaman yang potensial dikembangkan untuk kegiatan rehabilitasi lahan kritis adalah jati putih (Gmelina

  

arborea). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penggunaan media tanam dan pemberian

  dosis pupuk NPK yang sesuai terhadap pertumbuhan bibit jati putih. Metode yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah media tanam dan faktor kedua pemberian dosis pupuk NPK yang terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan. Data dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam (Anova) dengan uji lanjut BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media tanam dan pemberian dosis pupuk NPK memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter yang diamati. Perlakuan M

  1 (tanah) memberikan

  pertumbuhan terbaik pada parameter tinggi dengan nilai 44,44 cm, diameter 12,48 mm, dan

  2

  jumlah daun 21,11 (22) helai. Serta pemberian dosis pupuk P (dosis 1,5 gram) menunjukkan pertumbuhan terbaik pada semua parameter pengamatan kecuali laju perkecambahan.

  Kata Kunci : Media Tanam, Dosis Pupuk NPK, Jati Putih.

  

ABSTRACT

  Reforestation and land rehabilitation should be implemented to reduce the impact of the forest degradation. Forest degradation due to illegal logging and forest fire led to an increased extent of degraded forest areas. In reforestation and land rehabilitation, healthy and good quality seedlings are required, in order to reach the expectations and growth in the field. One species of plant that have the potential to be developed for the rehabilitation of degraded land is white teak (Gmelina arborea). The purpose of this study is to determine the effect of media and NPK fertilizer dose on the growth of white teak seedlings. The method used is the experimental method with a completely randomized design (CRD), which consists of two factors. The first factor is the media and the second factor is the dosage of NPK fertilizer which consist of 9 combination treatments with 3 replications. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) with further test BNT at 5% level. The results show that the use of media and dosage of NPK have a significant effect on the parameters observed. Treatment M

  1 (soil)

  gives the best growth in high-value parameter 44.44 cm, diameter of 12.48 mm, and the number of leaves at 21.11 (22) strands. Whilst the dosage of fertilizers P

  2 (1.5 gram dose) show the best growth in all parameters except the observation of the rate of germination.

  Key Words: growth media, dosage of NPK, white teak.

  

PENDAHULUAN serta penghasil oksigen, pengatur tata air,

  dan pencegah erosi (Jayapercunda, 2002 Hutan merupakan sumber daya dalam Hardiono et al, 2011). alam yang dapat memberikan manfaat Indonesia memiliki sumberdaya berlipat ganda, baik manfaat yang secara alam hutan yang luas, dengan tingkat langsung maupun manfaat secara tidak deforestasi menurut FWI (2014 dalam langsung. Manfaat hutan secara langsung Apriani et al, 2015) tercatat sebesar adalah sebagai sumber berbagai jenis 4.587.309 ha yang diakibatkan oleh barang, seperti kayu, getah, kulit kayu, adanya penebangan liar dan kebakaran daun, akar, buah, bunga dan lain-lain yang hutan. Apabila hal ini tidak diatasi dengan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh praktek-prakter pemulihan kembali maka manusia atau menjadi bahan baku keberadaan hutan sebagai sistem berbagai industri yang hasilnya dapat penyangga kehidupan tidak akan berfungsi digunakan untuk memenuhi hampir semua secara optimal (Satjapradja et al, 2006). kebutuhan manusia. Manfaat hutan yang Menurut Hendromono (2003 tidak langsung meliputi tempat dalam Lana, 2011) upaya rehabilitasi dan keanekaragaman hayati (biodiversity) yang reboisasi lahan menjadi kegiatan yang terbesar di dunia meliputi flora dan fauna, harus dilaksanakan segera untuk sebagai pengatur iklim, penyerap CO

  2 mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat perusakan hutan tersebut, namun berdasarkan hasil evaluasi di lapangan menunjukkan bahwa persentase hidup tanaman reboisasi kecil, karena sebagian bibit yang ditanam bermutu rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dalam rehabilitasi lahan memerlukan bibit yang sehat dan bermutu baik, bibit yang sehat dan bermutu didapat dari persemaian. Kegiatan di persemaian termasuk kegiatan yang penting karena merupakan kunci dalam mencapai keberhasilan penanaman hutan (Edris 1989, dalam Ismoko, 2000).

  Bibit berkualitas sangat

  berpengaruh terhadap keberhasilan program pembangunan hutan dan rehabilitasi lahan bekas tebangan , karena

  bibit yang berkualitas akan menghasilkan tegakan dengan tingkat produktivitas tinggi. Untuk menghasilkan bibit yang berkualitas diantaranya diperlukan media unsur hara esensial yang diperlukan tanaman agar dapat diperoleh semai berkualitas baik dan dapat memenuhi harapan baik pula pertumbuhannya nanti di lapangan (Durahim dan Hendromono, 2001 dalam Kurniaty et al, 2010).

  Salah satu jenis tanaman yang potensial dikembangkan untuk kegiatan rehabilitasi lahan kritis dan daerah terdegradasi adalah jati putih (Gmelina arborea). Jati putih merupakan salah satu

  jenis pohon dari famili Verbenaceae, satu famili dengan Tectona grandis, jati putih merupakan jenis tanaman yang cepat tumbuh, dan relatif bebas dari gangguan hama, tanaman ini juga bernilai ekonomis tinggi. Selain itu, teknik silvikultur yang

  mudah serta merupakan jenis tanaman yang mampu tumbuh di daerah kritis menyebabkan jati putih menjadi jenis prioritas dalam kegiatan penghutanan kembali lahan kritis dan daerah terdegradasi lainnya (Sudrajat et al, 2011).

  Jati putih dapat menghasilkan kayu berkualitas yang dapat digunakan sebagai bahan kontruksi, industri

  perkayuan seperti pembuatan papan partikel, inti kayu lapis, peti kemas, korek api, kerajinan, serta industri pulp dan kertas kraft. Selain untuk industri, jati putih dapat digunakan untuk arang dan kayu bakar karena kayunya menghasilkan arang berkualitas baik, kurang berasap, dan cepat terbakar, bahkan di Gambia bunga dari jati putih menghasilkan nektar yang melimpah yang menghasilkan madu berkualitas tinggi (Martawijaya, A dan Barly, 1995 dalam Kosasih, 2008).

METODE PENELITIAN

  Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Mataram, mulai bulan Juni sampai dengan bulan September 2015.

  Bahan yang digunakan terdiri dari benih jati putih, pupuk NPK, tanah, pasir dan arang sekam. Sebelum disemaikan benih terlebih dahulu harus melalui proses seleksi yaitu dengan cara merendam benih dengan air, benih yang digunakan adalah benih yang tenggelam pada saat proses perendaman. Setelah itu tanah dan pasir diayak menggunakan ayakan berukuran 2 mm, kemudian media tanam tersebut dicampur dengan perbandingan 1 : 1 dan ditanam pada polibag berukuran 12 x 20 cm dengan kedalamn 2/3 panjang benih. Perlakuan pemberian dosis pupuk dilakukan pada saat tanaman sudah berumur sekitar satu bulan, dengan cara melarutkan pupuk dengan air sebanyak

  200ml setelah itu disemprotkan pada setiap tanaman.

  pertumbuhan terbaik hampir pada seluruh parameter yang diamati, kecuali pada parameter kekokohan semai dan laju perkecambahan.

  a- ra ta Parameter M1= Tanah (kontrol) M3= Tanah+ Arang sekam M2= Tanah+Pasir

  45 44.44 a 12.48 a 21.11 a 3.52 a 10.33 a 41.77 a 11.50 b 20.00 a 3.59 a 7.66 b 34.70 b 10.54 c 18.22 b 3.22 a 10.33 a N ila i r at

  40

  35

  30

  25

  20

  15

  10

  5

  Intensitas cahaya yang relatif sedikit, mengakibatkan tanaman cenderung memacu pertumbuhan tingginya untuk

  diduga akibat terjadinya penutupan kanopi tanaman, hal ini didukung karena jati putih merupakan jenis tanaman yang bercabang banyak dan memiliki kanopi yang cukup lebar sehingga memberikan naungan terhadap bibit yang lainnya. yang mengakibatkan terjadinya persaingan untuk mendapatkan cahaya matahari.

  1 (tanah) ini

  Pertumbuhan terbaik yang diperoleh pada perlakuan M

  1 (tanah) menunjukkan

  Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah media tanam yang terdiri dari 3 taraf yaitu M

  Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah parameter pertumbuhan yang terdiri atas tinggi, diameter, jumlah daun, kekokohan semai, laju perkecambahan, dan persentase hidup tanaman. Hasil uji BNT pada perlakuan M

  Keterangan: (Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata).

Gambar 4.1 Pengaruh Media Tanam Pada Berbagai Parameter.

  Berdasarkan hasil pengamatan Analisis Sidik Ragam (Anova) perlakuan media tanam berpengaruh nyata, sehingga dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5% yang disajikan pada gambar di bawah ini :

  Parameter yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari tinggi tanaman, diameter, jumlah daun, kekokohan semai, laju perkecambahan, dan persentase hidup tanaman. Data dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam (Analisis Of Varian) dan dilanjutkan dengan uji lanjut BNT pada taraf 5%.

  penelitian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan, sehingga diperoleh 27 unit percobaan.

  2 (dosis pupuk 1,5 gram). Dalam

  dan P

  1 (dosis pupuk 1 gram),

  sekam) sedangkan faktor kedua dosis pupuk NPK terdiri dari 3 taraf diantaranya P (tanpa pupuk), P

  3 (tanah + arang

  (tanah + pasir) dan M

  2

  1 (tanah), M

HASIL DAN PEMBAHASAN

  memperoleh cahaya yang diperlukan bagi aktifitas fisiologisnya. Pertumbuhan tinggi tanaman ini diikuti oleh pertumbuhan diameter yang besar pula, akan tetapi diduga dalam jangka waktu yang lebih lama dari 3 bulan, akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan pada diameter tanaman, sehingga pada kondisi ini dibutuhkan kegiatan penjarangan bibit untuk mengurangi tingkat kerapatan bibit. Dugaan ini sesuai dengan hasil penelitian (Adinugraha, 2012) pada tanaman mahoni yang memiliki pertumbuhan tinggi yang pesat akibat penutupan kanopi tanaman dengan jarak yang terlalu rapat.

  rataan 41,77 cm. Sedangkan pada perlakuan M

  3 (tanah + arang sekam) dengan nilai 11,5 mm.

  dengan nilai 10,54 mm dan M

  2 (tanah + pasir)

  dengan nilai rata-rata 12,48 mm berbeda nyata dengan perlakuan M

  1 (tanah)

  media tanam terhadap diameter tanaman menunjukkan bahwa perlakuan M

  Diameter Tanaman Hasil pengamatan perlakuan

  Media tanam yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan tanaman, hal ini dapat ditemukan pada tanah dengan tata udara yang baik, dan ruang untuk perakaran yang cukup. Kondisi media yang memiliki aerasi dan drainase yang baik, akan baik pula pengaruhnya terhadap perakaran bibit. Pertumbuhan akar yang baik akan memudahkan akar memperoleh air tanah, udara dan unsur hara yang ada di dalam tanah, yang tentunya berakibat pada pertumbuhan pucuk yang bagus. Pertumbuhan pucuk menyebabkan kemampuan tumbuhan untuk memperoleh cahaya sebagai energi utama dalam fotosintesis dan pada akhirnya akan berpengaruh pada semua pertumbuhan organ, salah satunya adalah pertumbuhan batang (Fahmi, 2013).

  pertumbuhan terendah yaitu sebesar 34,70 cm.

  2 (tanah + pasir) menunjukkan

  3 (tanah + arang sekam) dengan nilai

  Tinggi Tanaman

  pertumbuhan tertinggi dan diikuti perlakuan M

  1 yaitu 44,44 cm yang menunjukkan

  Tinggi tanaman pada perlakuan M

  sekam) .

  3 (tanah + arang

  nyata dengan perlakuan M

  1 (tanah) tidak berbeda

  namun perlakuan M

  1 (tanah) berbeda nyata

  Hasil pengamatan perlakuan media tanam terhadap tinggi tanaman pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa, perlakuan M

  Menurut Indriyanto (1998 dalam Muhammad, 2013), keberhasilan semai untuk tumbuh dengan baik tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah kemampuan semai untuk memproduksi akar baru. Kemampuan semai untuk memproduksi akar baru bergantung pada kondisi tempat tumbuhnya yaitu lingkungan dan media tumbuhnya. Media tumbuh yang memiliki drainase yang baik membuat proses penyerapan hara oleh jaringan tanaman akan lebih cepat.. Aerasi yang baik membuat pertumbuhan akar di dalam media akan semakin besar, karena memiliki ruang untuk perakaran yang cukup yang mendukung kemampuan akar untuk menyerap unsur hara yang tersedia di dalam media akan semakin besar. Jika ditunjang oleh kondisi iklim yang optimum maka pertumbuhan semai menjadi baik. Hal ini karena semai yang memiliki akar panjang akan memiliki diameter yang lebih besar.

  Jumlah Daun Tanaman

  dengan nilai rata-rata 7,66 (hari), dan diikuti nilai rata-rata pada perlakuan M

  Laju Perkecambahan

  Data pada Gambar

  4.1 sekam) berbeda nyata dengan perlakuan M

  1 (tanah) dan M 2 (tanah + pasir). Laju

  perkecambahan tercepat terdapat pada perlakuan M

  3 (tanah + arang sekam)

  1

  Berdasarkan pernyataan Deselina, (2013) nilai untuk kekokohan bibit terbaik yaitu ditunjukkan pada nilai yang paling rendah diantara nilai bibit yang lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada ketiga perlakuan media tanam sudah memiliki kekokohan bibit yang baik/ optimal.

  dan M

  2 yang menunjukkan rata-rata hari

  yang sama yaitu M

  1 10,33 (hari) dan M

  2 10,33 (hari).

  Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Proses perkecambahan ini memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai, persediaan oksigen yang cukup, kelembaban, dan cahaya. Penggunaan arang sekam sebagai media tanam pada perlakuan (M

  3 ) membantu media memiliki

  Kekokohan semai dapat diartikan sebagai ketahanan bibit dalam menerima tekanan angin atau kemampuan bibit dalam menahan biomassa bagian atas (Yudohartono, 2012). Semakin kecil nilai diameter maka semai kelihatan kurus atau tidak kokoh. ukuran kekokohan semai yang baik adalah yang seimbang antara tinggi dengan diameter semai. Nilai kekokohan semai yang kecil menunjukkan bahwa tanaman memiliki harapan yang lebih tinggi untuk bertahan hidup. Semakin kecil nilai kekokohan semai maka bibit tersebut semakin kokoh (Jaenicke, 1999 dalam Yudohartono, 2012).

  (tanah + pasir) dengan nilai rata-rata sebesar 3,22.

Gambar 4.1 menunjukkan perlakuan M

  (tanah + arang sekam) berbeda nyata dengan perlakuan M

  1 (tanah) dengan nilai rata-rata

  21,11 helai tidak berbeda nyata dengan perlakuan M

  3 (tanah + arang sekam)

  dengan nilai 20,00 helai. Sedangkan perlakuan M

  1

  (tanah) dan M

  3

  2 (tanah + pasir) dengan nilai 18,22 helai.

  2

  Media tanam yang mampu memberikan ruang pori yang baik terhadap pertumbuhan akar akan mempercepat jumlah helaian daun. Hal ini disebabkan karena jumlah daun yang lebih banyak memungkinkan untuk menyerap cahaya matahari yang banyak sehingga proses fotosintesis juga berlangsung lebih cepat yang nantinya akan menambah helaian daun baru. Sejalan dengan pendapat Prawiranata, Haran dan Tjondronegoro pertumbuhan jumlah daun berhubungan dengan besarnya fotosintat yang diperoleh, untuk merangsang pertumbuhan daun baru.

  Kekokohan Semai

  Hasil pengamatan menunjukkan perlakuan media tanam terhadap kekokohan semai tidak memberikan pengaruh yang nyata. Perlakuan M

  1

  (tanah) dengan nilai rata-rata sebesar 3,52. Perlakuan M

  3

  (tanah + arang sekam) dengan nilai 3,59, dan pada perlakuan M

  kondisi yang lembab. Tanah yang lembab berpengaruh baik bagi pertumbuhan kecambah. Kondisi lembab menyebabkan banyak air yang diserap kecambah dan lebih sedikit diuapkan, kondisi tersebut mendukung aktifitas pemanjangan sel-sel dan kecepatan pertumbuhan pada kecambah.

  Pengaruh Dosis Pupuk NPK

  1 (dosis 1 gram) dengan nilai rata-rata

  1

  dengan nilai rata-rata sebesar 12,88 mm, diikuti dengan perlakuan P

  2 (dosis 1,5 gram)

  diameter tanaman paling baik diperoleh pada perlakuan P

  1 dan P 2 . Pertumbuhan

  Perlakuan pemberian dosis pupuk terhadap diameter tanaman menunjukkan perlakuan P berbeda nyata dengan perlakuan P

  Diameter Tanaman

  Pertumbuhan tinggi sebagai salah satu ciri pertumbuhan tanaman. Pertambahan tinggi tanaman diawali dengan bertambahnya pucuk, dalam pertumbuhan pucuk pada tanaman mengalami tiga tahapan, yaitu pembelahan sel, perpanjangan, dan diferensasi atau pendewasaan. Pada fase pembelahan sel, tanaman memerlukan karbohidrat karena komponen utama penyusun dinding sel terbuat dari glukosa (karbon) atau dengan kata lain bahwa pembelahan sel tergantung dari persediaan karbohidrat. Sementara karbohidrat hanya dihasilkan dari proses fotosintesis yang melibatkan klorofil dan unsur nitrogen berperan dalam pembentukan klorofil (Herdiana et al, 2008).

  sebesar 44,55 cm, sedangkan pada perlakuan P (tanpa pupuk) menunjukkan hasil terendah yaitu 28,03 cm.

  (dosis 1,5 gram) dengan nilai rata-rata 48,33 cm, diikuti oleh perlakuan P

  Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berbagai parameter pengamatan menunjukkan adanya beda nyata, sehingga dilakukan uji lanjutan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5% yang disajikan pada gambar di bawah ini :

  2

  Pertumbuhan tertinggi diperoleh pada perlakuan P

  2 (dosis 1,5 gram) terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.

  dan P

  1 (dosis 1 gram)

  Berdasarkan hasil pengamatan perlakuan P (dosis 1,5 gram) berbeda nyata dengan perlakuan P

  Tinggi Tanaman

  Berdasarkan Gambar 4.2, tingkat pertumbuhan bervariasi menurut dosis pupuk NPK yang diberikan. Pemupukan NPK memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali pada parameter laju perkecambahan.

  Keterangan : (Angka rata-rata diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata).

Gambar 4.2 Pengaruh Dosis Pupuk Terhadap Berbagai Parameter.

  (dosis 1 gram) 12,32 mm. Sedangkan pertumbuhan diameter terendah diperoleh pada perlakuan P (tanpa pupuk) dengan nilai rata-rata sebesar 9,32 mm. Hal Ini disebabkan tanaman jati putih mengalami 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 48.33a 12.88a 22.00a 3.74a 9.33a 44.55a 12.32a 21.33a 3.60a 9.00a 28.03b 9.32b 16.00b 2.99b 10.00a N il ia i r at a- ra ta Parameter P2=Dosis Pupuk 1,5 gram P1=Dosis Pupuk 1 gram P0=Tanpa Pupuk gejala kekurangan unsur hara karena tidak adanya penambahan hara yang dibutuhkan tanaman. Menurut Soepardi (1983 dalam Riyanto et al, 2013), unsur hara nitrogen mampu merangsang pertumbuhan di atas tanah, dan salah satunya adalah pertumbuhan diameter batang. Pertumbuhan diameter batang menunjukkan aktivitas xilem dan pembesaran sel-sel yang sedang tumbuh. aktivitas ini menyebabkan kambium terdorong keluar dan terbentuknya sel-sel baru di luar lapisan tersebut sehingga terjadi peningkatan diameter.

  Jumlah Daun

  (dosis 1,5 gram). Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan P

  1 (tanah)

  Perlakuan Media Tanam M

  Kesimpulan 1.

  Hasil pengamatan pada Gambar 4.2 menunjukkan perlakuan pemberian dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju perkecambahan benih jati putih, hal ini disebabkan karena pengamatan laju perkecambahan dilakukan sebelum pemberian pupuk pada tanaman tersebut, atau pemberian pupuk NPK dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan.

  Laju Perkecambahan

  Menurut Adinugraha (2012), nilai kekokohan bibit yang tinggi menunjukkan kemampuan hidup yang rendah karena tidak seimbangnya perbandingan antara tinggi batang dan diameternya. Nilai kekokohan bibit yang baik/optimum adalah mendekati nilai 4 - 5, sehingga semakin besar nilai kekokohan semai semakin rendah.

  rata-rata 3,60. Sedangkan nilai terendah diperoleh pada perlakuan P (tanpa pupuk) dengan nilai rata-rata 2,99.

  1 (dosis 1 gram) dengan nilai

  1,5 gram) dengan nilai 3,74, dan diikuti perlakuan P

  2 (dosis

  2

  Data pada Gambar

  1 gram) dan P

  1 (dosis

  Perlakuan pemberian dosis pupuk NPK terhadap kekokohan semai yang disajikan pada Gambar 4.2 di atas, menunjukkan perlakuan P (tanpa pupuk) berbeda nyata dengan perlakuan P

  Kekokohan Semai

  Salah satu yang dapat menyebabkan pertambahan jumlah daun pada tanaman adalah dengan adanya suplai hara ke dalam tanaman. Salah satunya unsur N yang dapat memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Keberadaan daun sangat dibutuhkan dalam hubungannya dengan peran daun sebagai dapur dalam proses fotosintesis yang akan menghasilkan senyawa organik untuk pertumbuhan tanaman.

  Sedangkan nilai rata-rata terendah diperoleh pada perlakuan P (tanpa pupuk) yaitu sebesar 16,00 helai.

  1 (dosis 1 gram) dengan nilai rata-rata 21,33 helai.

  parameter jumlah daun. Nilai rata-rata tertinggi yaitu 22,00 helai yang diperoleh diikuti dengan perlakuan P

  1 dan P 2 pada

  4.2 menunjukkan perlakuan P berbeda nyata dengan perlakuan P

  berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan dan memberikan nilai tertinggi pada parameter tinggi 44,44 cm, diameter 12,48 mm, dan jumlah Pertanian, Universitas daun 21,11 helai. Tamansiswa, Padang.

  2. Perlakuan pemberian dosis pupuk Deselina. 2013. Karakter Fisiologis dan

  2 NPK 1,5 gram (P ) berpengaruh nyata

  Kualitas Semai Jabon terhadap parameter tinggi tanaman (Anthocephalus cadamba Miq) dengan rata-rata nilai 48,33 cm, terhadap Pemberian Naungan dan diameter 12,88 mm, dan jumlah daun Komposisi Media Semai. Jurnal dengan nilai rata-rata 22,00 helai. Agriculture Vol. IX No. 3, Hal 1021.

3. Interaksi terhadap perlakuan media

  Fakultas Pertanian Universitas tanam dan dosis pupuk NPK tidak Bengkulu. memberikan pengaruh nyata pada semua parameter yang diamati.

  Fahmi, Z. I. 2013. Media Tanam Sebagai Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pertumbuhan

  Saran

  Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Setelah penelitian ini, saran yang Perkebunan Surabaya. dapat peneliti berikan adalah perlu dilakukannya penelitian yang sama akan

  Fathia, N. 2010. Pengaruh Pupuk NPK dan tetapi dengan melakukan kegiatan Pupuk Kompos terhadap penjarangan untuk mengurangi tingkat Pertumbuhan Semai Gmelina kerapatan pada bibit.

  arborea Pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing). Skripsi.

  Fakultas Kehutanan Institut

  DAFTAR PUSTAKA Pertanian Bogor.

  Adinugraha, H. A. 2012. Pengaruh Cara Penyemaian dan Pemupukan NPK Hardiono, M., Purba, C., Hapsoro., terhadap Pertumbuhan Bibit Nagara, G., dan Manurung, T.

  Mahoni Daun Lebar di 2011. Potret Keadaan Hutan Persemaian. Balai Besar Indonesia. Forest Watch Penelitian Bioteknologi dan Indonesia.

  Pemuliaan Tanaman Hutan.

  Herdiana, N., Lukman, A, H., dan Mulyadi, Apriani, I., Kosar, M., dan Rosalina, L.

  K. 2008. Pengaruh Dosis dan 2015. Intip Hutan. Forest Watch

  Frekuensi Aplikasi Pemupukan Indonesia. Bogor. NPK terhadap Pertumbuhan Bibit

  Shorea ovalis Korth (Blume) Asal

  Dartis, R. 2014. Pengaruh Komposisi Anakan Alam di Persemaian.

  Media Tanam terhadap Jurnal Penelitian Hutan dan

  Pertumbuhan Bibit Tanaman Jarak Konservasi Alam Vol. V No. 3 :

  Pagar (Jatropha curcas L) Asal 294-295. Balai Penelitian

  Setek Batang, Skripsi. Fakultas Kehutanan Palembang. Ismoko, 2000. Pengaruh Jenis Naungan terhadap Pertumbuhan Semai Ampupu (Eucalyptus urophyila s.t.blake). Usulan Penelitian. Institut Pertanian. Stiper. Yogyakarta. Kosasih, A.S., 2008. Informasi Tentang

  Jati Putih dan Teknik Budidayanya. Jurnal Mitra Hutan Tanaman Vol.3 No.1 Hal 3-4 Pusat Litbang Hutan Tanaman. Kampus Balitbang Kehutanan, Bogor.

  Hutan Tropika. Vol. XII No. 1 Hal 63-64. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan, Bogor.

  2012. Karakteristik Pertumbuhan Semai Binuang Asal Provenan Pasaman Sumatera Barat. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol 6.

  Jakarta. Yudohartono, T, P., dan Fambayun, R, A.

  Sutedjo, M.M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta.

  Vol.8 No.5 Hal 268 Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Bogor.

  Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

  Acacia mangium Willd., Gmelina

  Sudrajat, D.J., Nurhasybi., dan Zanzibar, M. 2011. Hubungan Umur Pohon dengan Produksi dan Mutu Benih

  loranthifoli. Jurnal Manajemen

  Kurniaty, R., Budiman , B., dan Suartana, M. 2010. Pengaruh Media dan Naungan terhadap Mutu Bibit Suren (Toona sureni MERR). Balai Penelitian Teknologi Perbenihan

  Satjapradja, O., Setyaningsih, L., Syamsuwida, D., dan Rahmat, A, 2006. Kajian Penggunaan Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan Semai Agathis

  Jurnal Inovasi Pertanian. Vol. 12 No. 2 Hal 9. Fakultas Pertanian UNISRI Surakarta.

  2013. Uji Dosis dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan Bibit Jati Putih.

  Program Studi Kehutanan, Universitas Mataram. Riyanto, A.B., Patola, E., dan Siswandi.

  Muhammad. 2013. Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocepalus cadamba). Skripsi.

  Jurnal Ganec Swara Vol 5 No. 2 Hal 90. Fakultas Pertanian, Universitas Tabanan Bali.

  Lana, W. 2011. Pengaruh Komposisi Media Organik Kascing dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik terhadap Pertumbuhan Bibit Gmelina (Gmelina arborea Roxb).

  Bogor. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol.7 No.2, April 2010, Perbenihan Bogor.

  Hal 154. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI AKASIA (Acacia mangium Willd)

0 6 2

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTAMBAHAN PERTUMBUHAN BIBIT GAHARU (Grynops decipiens Ding Hou)

5 12 21

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN ANTHURIUM DAUN WAVE OF LOVE (Anthurium sp.)

0 7 2

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN SANSEVIERIA (Sansevieria trifasciati ”gild edge”)

0 4 2

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA SEMAI DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI DAMAR (Agathis loranthifolia Salisb)

0 4 1

THE EFFECT OF HYDRATION-DEHYDRATION AND NPK FERTILIZER SUPPLEMENTARY ON VIABILITY OF SEED SOYBEAN (Glycine max [L.] Merr.) ANJASMORO

0 11 21

PENGARUH PENAMBAHAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PENGARUH PENAMBAHAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus PADA MEDIA SERBUK KAYU.

0 1 14

PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN PUPUK HAYATI BIOTAMAX TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GARUT (Maranta arundinaceae L) THE EFFECT OF DOSAGE OF UREA AND BIOFERTILIZER BIOTAMAX ON THE GROWTH AND YIELD OF ARROWROOT (Maranta arundinaceae L) Siswadi dan Dew

0 0 7

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium hookeri THE EFFECT OF COMPOSITION OF MEDIA PLANT AND THE DOSE FERTILIZER NPK TO GROWTH OF CROP OF Anthurium hookeri Indrawati, Tyas Sumarah KD, dan Wiyono ABSTRACT - PENGARU

0 0 10

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata, Sturt) THE EFFECT OF PLANTING TIME AND DOSE FERTILIZER NPK ON GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea Mays Saccharata, Sturt) Acep Khatin Nuryadin, Enda

1 1 12