PEMAHAMAN, MISKONSEPSI DAN CARA MENGATASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XI TEKNIK KOMPUTER JARINGAN SMK NEGERI 2 KLATEN TENTANG HUKUM ARCHIMEDES DENGAN METODE DEMONSTRASI

  

PEMAHAMAN, MISKONSEPSI DAN CARA MENGATASI

MISKONSEPSI SISWA KELAS XI TEKNIK KOMPUTER JARINGAN

SMK NEGERI 2 KLATEN TENTANG HUKUM ARCHIMEDES DENGAN

METODE DEMONSTRASI

  

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Fisika

DISUSUN OLEH:

SRI PUJI ASTUTI

  

051424012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITA SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  MOTTO Doa, Syukur atas segala yang ada,

  Usaha yang terbaik dan Jalani Hidup dengan Hati yang Tenang dan Ikhlas

  Skripsi ini saya persembahkan kepada: 9 Ayah yang telah bahagia di surga. Doaku selalu buat ayah.

  9 Ibu yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian serta doanya.

  9 Mas Janto dan Mas Heri terimakasih telah membimbingku dan menyayangi adikmu ini.

  

ABSTRAK

Sri Puji Astuti, Pemahaman, Miskonsepsi dan Cara mengatasi Miskonsepsi Siswa

Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK N 2 Klaten tentang Hukum Archimedes dengan

Metode Demonstrasi.

  Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta 2010.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep-konsep

mengenai Hukum Archimedes, miskonsepsi yang terjadi pada siswa dan cara mengatasi

miskonsepsi setelah mengikuti pembelajaran dengan metode demonstrasi.

  Subjek penelitian yaitu siswa kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK N 2 Klaten yang

berjumlah 33 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam lima tahap, yaitu

pretes, wawancara I, pembelajaran dengan metode demonstrasi, postes dan wawancara II. Soal

pretes dan postes berupa soal yang sama dan berupa soal esai. Pemilihan siswa yang

diwawancara adalah siswa yang skor pretes tertinggi dan yang jawabannya banyak salah. Jumlah

siswa yang diwawancarai adalah 5 siswa.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman siswa tentang Hukum Archimedes

sebelum pembelajaran masih kurang. Sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi tentang; 1)

gaya ke atas yang mempengaruhi berat benda saat di dalam fluida, 2) kedalaman fluida

mempengaruhi gaya ke atas, dan 3) syarat-syarat dan gaya yang bekerja pada benda yang

mengapung, melayang dan tenggelam. Melalui pembelajaran dengan metode demonstrasi,

pemahaman siswa tentang Hukum Archimedes mengalami perubahan dan peningkatan yang

lebih baik dari pemahaman siswa yang sebelum pembelajaran. Perubahan pemahaman terjadi

pada setiap konsep, yaitu; 1) konsep gaya ke atas yang mempengaruhi berat benda saat di dalam

fluida, 2) hal-hal yang mempengaruhi gaya ke atas, dan 3) syarat-syarat dan gaya yang bekerja

pada benda yang melayang, mengapung dan tenggelam.

  

ABSTRACT

Sri Puji Astuti, The Understanding, the Misconception and It’s Strategy to

Overcome the Misconception about Archimedes Law Learning of the Second-year

Students of the Networking Computer Technique at Vocational High School 2 Klaten

Using Demonstration Method. The Physics Education Study Program, The Department of Mathematics and

Science Education, The Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma

University, Yogyakarta 2010.

  The purposes of this research were to find out; 1) the students’ understanding about the

concepts of Archimedes Law, 2) the misconception which occurred to students and 3) the

strategy to overcome the misconception after attending the learning using the demonstration

method.

  Subjects were 33 second-year students of the Networking Computer Technique at

Vocational High School 2 Klaten. The data gathering of this research was conducted in five

steps, they were, the pre-test, the interview I, the demonstration method learning, the pos-test, the

interview II. The pre-test and the post-test questions were the same questions in a form of essay.

The students interviewed were the students having the highest score of pre-test and the most

incorrect answers. Subjects interviewed were five students.

  The result of the research showed that the students’ understanding about Archimedes

Law before the learning process was still limited. Most of the students experienced the

misconception about; 1) the influence of the upward force to an object on the fluid, 2) the

influence of the fluid depth toward the upward force and 3) the conditions and the force which

occurred on the floating, sinking, and flying object on the fluid. Through the learning process

using the demonstration method, the students’ understanding changed to be better than before the

learning process. The change in students’ understanding happened in every single concept, they

were; 1) the concept of the upward force influencing the object’s weight on the fluid, 2) the

matters influencing the upward force and 3) the conditions and the force which occurred on the

floating, sinking, and flying object on the fluid.

  

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih, atas berkat dan karunia- Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “ Pemahaman, Miskonsepsi dan Cara

  

Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK Negeri 2

Klaten tentang Hukum Arcihmedes dengan Metode Demonstrasi” dapat terselesaikan.

  Dengan tersusunnya skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya, bahwa bukan hanya sekedar kemampuan serta usaha penulis sendiri, tetapi juga berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sangatlah tepat kiranya jika dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada yang terhormat :

  1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma atas pemberian ijin penelitian.

  2. Bapak Drs. Domi Severius, M.Si. selaku Kaprodi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ijin dan bantuannya.

  3. Dr. Paul Suparno S.J., M.S.T selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan serta dorongan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

  4. Bapak Drs. Wahono, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMK N 2 Klaten yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.

  5. Siswa-siswi Kelas XI Teknik Komputer Jaringan atas kerelaan sebagai subjek penelitian.

  6. Ibu Ekowati S.Pd, selaku guru fisika kelas XI Teknik Komputer Jaringan yang telah memberikan waktunya untuk peneliti dalam melaksanakan penelitian.

  7. Seluruh dosen dan staf karyawan Pendidikan Fisika yang telah memberikan bantuan dan kemudahan selama ini.

  8. Pramuditya Asmara Yunanta yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang dan dukungannya dari jauh disana.

  9. Rekan-rekan P. Fisika Angkatan ’05, rekan-rekan Kos Ijo, Brigita Leny, Laurensia Trimeta P. dan Fransiska Novi yang telah mendoakan dan memberikan dukungannya, terima kasih atas kebersamaan, persahabatan, canda tawa dan kerja sama kita selama ini.

  10. Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima dan berterimakasih apabila ada saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

  BAB I . PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4 D. Manfaat ............................................................................................... 4

  BAB II. DASAR TEORI ................................................................................ 6 A. Konsep ................................................................................................ 6 B. Konsepsi .............................................................................................. 7 C. Pemahaman Konsep ............................................................................ 7 D. Miskonsepsi ........................................................................................ 9 E. Cara Mengatasi Miskonsepsi .............................................................. 9

  1. Bridging Analogy .......................................................................... 11

  2. Simulasi Komputer ....................................................................... 12

  3. Diskusi .......................................................................................... 12

  4. Demonstrasi .................................................................................. 13

  5. Problem Solving ............................................................................ 13

  F. Metode Demonstrasi ........................................................................... 14

  G. Hukum Archimedes ............................................................................. 17

  1. Gaya ke Atas ................................................................................. 17

  2. Mengapung, Tenggelam dan Melayang ........................................ 19

  a. Benda Mengapung .................................................................. 19

  b. Benda Tenggelam ................................................................... 20

  c. Benda Melayang ..................................................................... 20

  H. Hasil Penelitian Tentang Hukum Archimedes .................................... 21

  I. Kaitan Teori dengan Penelitian ........................................................... 25

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 27 A. Jenis Penelitian .................................................................................... 27

  B. Subjek Penelitian ................................................................................ 27

  H. Metode Analisis Data .......................................................................... 38

  3. Data Wawancara ........................................................................... 47

  2. Data Postes .................................................................................... 42

  1. Data Pretes .................................................................................... 42

  BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN ........................................................ 40 A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 42 B. Data .................................................................................................... 40

  2. Data Wawancara ............................................................................ 39

  1. Data Pretes dan Postes ................................................................... 38

  G. Validitas Instrument ............................................................................ 37

  1. Populasi ......................................................................................... 27

  2. Wawancara .................................................................................... 36

  1. Pretes dan Postes ........................................................................... 34

  F. Instrument Penelitian ........................................................................... 34

  E. Treatment ............................................................................................ 29

  D. Desain Penelitian ................................................................................ 28

  C. Waktu dan Tempat .............................................................................. 27

  2. Sampel ........................................................................................... 27

  a. Data wawancara Pretes ............................................................ 47 i. Konsep mengenai Gaya ke Atas ....................................... 47

  ii. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda mengapung ............................................................. 50 iii. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda melayang ................................................................ 53 iv. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda tenggelam ................................................................ 54 b. Data Wawancara Postes ........................................................... 57 i. Konsep mengenai Gaya ke Atas ........................................ 57 ii. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda mengapung .............................................................. 60 iii. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda melayang ................................................................. 61 iv. Konsep mengenai syarat dan gaya yang bekerja pada benda tenggelam ................................................................ 63

  C. Analisis ............................................................................................... 65

  1. Pemahaman Pretes Siswa .............................................................. 65

  2. Pemahaman Postes Siswa ............................................................. 71

  D. Miskonsepsi yang dialami siswa ......................................................... 73

  E. Perubahan Miskonsepsi ...................................................................... 74

  BAB V PENUTUP ......................................................................................... 77 A. Kesimpulan ................................................................................... 77 B. Saran-saran..................................................................................... 77

  DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 79 LAMPIRAN .................................................................................................... 81

  DAFTAR TABEL Halaman

  1. Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal ............................................................................. 34

  2. Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal dan Contoh Soal ................................................. 35

  3. Tabel 3.3 Distribusi Soal Wawancara ....................................................... 37

  4. Tabel 3.4 Ketentuan Penskoran Soal ........................................................ 38

  5. Tabel 3.5 Klasifikasi Pemahaman Siswa Berdasarkan Skor ..................... 39

  6. Tabel 4.1 Nilai Pretes Siswa ..................................................................... 43

  7. Tabel 4.2 Nilai Postes Siswa ...................................................................... 45

  8. Tabel 4.3 Pemahaman Pretes Siswa ........................................................... 65

  9. Tabel 4.4 Pemahaman Postes Siswa ......................................................... 71

  10. Tabel 4.5 Perubahan Miskonsepsi Siswa .................................................. 75

  DAFTAR GAMBAR Halaman

  1. Gambar 2.1 Tekanan Hidrostatik .............................................................. 17

  2. Gambar 2.2 Benda Mengapung ................................................................ 19

  3. Gambar 2.3 Benda Tenggelam ................................................................. 20

  4. Gambar 2.4 Benda Melayang ................................................................... 21

  5. Gambar 3.1 Skema Penelitian ................................................................... 28

  DAFTAR LAMPIRAN Halaman

  1. Lampiran 1: Surat ijin penelitian dari Fakultas .......................................... 81

  2. Lampiran 2: Surat ijin dari Sekolah ........................................................... 82

  3. Lampiran 3: Rancangan Pembelajaran ...................................................... 83

  4. Lampiran 4: Soal Pretes dan soal Postes .................................................... 88

  5. Lampiran 5: Kunci Jawaban ...................................................................... 95

  6. Lampiran 6: Jawaban Pretes Siswa ............................................................ 100

  7. Lampiran 7: Jawaban Postes Siswa .......................................................... 107

  8. Lampiran 8: Foto Pelaksanaan Penelitian .................................................. 114

  9. Lampiran 9: Hasil Wawancara ................................................................... 117

  10. Lampiran 10: Tabel Miskonsepsi Siswa ................................................... 134

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsepsi merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang menyangkut

  suatu konsep tertentu. Pemahaman yang dimiliki siswa tentang suatu konsep dapat diperoleh melalui banyak cara antara lain, informasi yang diperoleh dari guru, buku, internet, buku, maupun teman. Proses berfikir menjadi aspek yang penting untuk mendapatkan pemahaman suatu konsep dan mengetahui tingkat pemahaman tentang suatu konsep yang dicapai oleh siswa.

  Menurut teori konstruktivisme pengetahuan manusia merupakan hasil dari bentukan pengalaman manusia itu sendiri (Suparno, 1997:26). Di sekolah guru fisika mengajarkan konsep-konsep fisika kepada siswa dalam suatu kelas. Setiap siswa dalam satu kelas mendapatkan pelajaran yang sama, waktu yang sama dan guru yang sama. Dengan belajar, siswa akan membentuk pengetahuannya sendiri, namun ada siswa yang kurang sempurna dalam menangkap maupun membangun konsep-konsep mereka. Ada siswa yang mengalami miskonsepsi tentang konsep yang dia terima dari pelajaran yang diajarkan oleh gurunya maupun dari informasi dan pengetahuan yang dia bangun sendiri. Guru dalam proses belajar mengajar harus lebih mengenal kemampuan siswanya dan mengenal miskonsepsi siswa agar miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat diminimalisir.

  Hukum Archimedes merupakan salah satu bagian dari materi fluida yang ada dalam kurikulum fisika di SMA dan SMK. Pada umumnya penelitian

biasanya banyak dilakukan di SMA. Maka dalam penelitian ini ingin dilihat

bagaimana pemahaman dan miskonsepsi siswa jika dilakukan di Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK). Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan

baik di dalam negeri maupun luar negeri, ternyata masih banyak siswa yang

mengalami miskonsepsi tentang Hukum Archimedes. Misalnya salah satu

penelitian yang dilakukan oleh Michael Loverude, Christian Kautz, dan Paula

Heron (2003). Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan demostrasi-

demostrasi dan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu partisipan dalam

memahami konsep Hukum Archimedes. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa sebelum mengikuti pelajaran partisipan memiliki

pemahaman tentang Hukum Archimedes, namun partisipan kurang mampu

untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari Menurut Euwe Van den Berg (1991) “Inti pengetahuan fisika adalah mencakup konsep-konsep”. Teori konstruktivisme mendorong

berkembangnya teori perubahan konsep. Dalam teori tersebut, siswa akan

merubah konsepnya (pengetahuannya) apabila terjadi ketidakseimbangan

dalam pikiran mereka setelah mempelajari konsep tersebut (Suparno,

1997:53). Proses pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan

perubahan konsep pada diri siswa yang sedang belajar (Suparno, 2000:15).

  

Secara umum perubahan itu dapat terjadi dalam dua bentuk. Perubahan

pertama adalah perubahan dalam arti memperluas konsep, dari konsep yang

belum lengkap menjadi lebih lengkap, dan belum sempurna menjadi lebih sempurna. Perubahan yang kedua adalah membetulkan konsep yang salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep fisika. Dalam proses membantu siswa belajar fisika perubahan konsep merupakan hal yang sangat penting maka hal itu perlu mendapatkan penekanan pada pihak guru. Dengan dua perubahan itu diharapkan siswa yang belajar akan mempunyai pengetahuan fisika yang lebih lengkap dan benar. Metode demostrasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan guru untuk mengajar Hukum Archimedes.

  Model pembelajaran demostrasi sebagai model mengajar dengan pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam pelajaran fisika (Suparno, 2007:142). Metode demostrasi ini dipakai untuk

  mengaktifkan siswa dan membantu siswa dalam memahami konsep tentang Hukum Archimedes Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis ingin mengadakan penelitian untuk mengetahui pemahaman siswa, miskonsepsi dan cara mengatasi miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas XI TKJ (Teknik komputer Jaringan) SMK N 2 Klaten khususnya dalam pokok bahasan Hukum Archimedes dengan metode demostrasi.

A. Perumusan Masalah

  Berdasarkan pada batasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana pemahaman siswa tentang Hukum Archimedes pada siswa kelas XI TKJ (Teknik Komputer Jaringan) SMK?

  2. Dalam hal apa saja miskonsepsi tentang Hukum Archimedes terjadi

pada siswa kelas XI TKJ (Teknik Komputer Jaringan) SMK?

  3. Apakah terjadi perubahan konsep siswa kelas XI TKJ (Teknik Komputer Jaringan) SMK mengenai Hukum Archimedes selama pembelajaran dengan metode demonstrasi? B.

   Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

  1. bagaimana pemahaman siswa tentang Hukum Archimedes. 2. apa saja miskonsepsi yang dialami siswa dalam memahami Hukum Archimedes.

  3. perubahan miskonsepsi siswa tentang Hukum Archimedes dengan metode demonstrasi.

C. Manfaat Penelitian

  Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan fisika di SMK tentang pemahaman dan miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

  1. Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi akan kemampuan siswa dalam memahami tentang konsep Hukum Archimedes dengan metode demostrasi. Guru diharapkan lebih memperhatikan tingkat pemahaman siswa agar konsep-konsep fisika yang diajarkan tidak menimbulkan miskonsepsi atau meminimalisir miskonsepsi yang terjadi pada siswa.

  2. Mahasiswa khususnya calon guru fisika Sebagai calon guru khusus fisika diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya tentang konsep-konsep fisika dengan benar. Pemahaman itu nantinya dapat dijadikan bekal untuk mengajar agar siswa mudah memahami dan meminimalisir terjadinya miskonsepsi.

  3. Penelitian Sebagai sumbangan penelitian di dalam negeri tentang pemahaman, miskonsepsi, dan cara mengatasi miskonsepsi siswa SMK tentang Hukum Archimedes dengan metode demostrasi.

BAB II DASAR TEORI A. Konsep Menurut pandangan konstruktivisme pengetahuan merupakan hasil dari

  akomodasi dan asimilasi konsep dalam skemata. Konsep dalam pembelajaran fisika dapat berupa benda, peristiwa-peristiwa, situasi-situasi atau ciri-ciri yang memiliki ciri khusus yang terwakili oleh suatu tanda atau symbol (Ausubel,dkk,1978 dalam Breg, ed. 1991:8). Sedangkan Neil Bolton sebagaimana dikutip oleh Suparno mengklasifikasikan konsep menjadi 3 kelompok yaitu konsep fisis, konsep logika matematik dan konsep filosofis (Bolton. 1977:37). Konsep fisis adalah konsep yang berkaitan langsung atau mengacu pada obyeknya (benda, besaran, proses dari benda atau besaran, atau relasi antara besaran- besaran). Konsep logika matematis adalah konsep yang tidak berkaitan langsung dengan obyeknya, namun mengacu pada perilaku dan operasi dalam menangani obyek, misalnya konsep penjumlahan komutatif dan konsep perkalian. Konsep filosofis merupakan konsep yang berhubungan dengan kualitas atau sifat manusia, misalnya baik, jujur dan bijaksana. Dalam proses pembelajaran fisika konsep dapat berupa obyek (benda), gejala, situasi (kondisi), sifat-sifat dan artribut dari suatu obyek (Euwe Van Breg,1991:8). Konsep sebagai gambaran mental terbentuk sebagai hasil aktivitas manusia baik mental maupun fisik, konsep sendiri merupakan hasil akhir dari presepsi. Untuk membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain maka konsep itu harus mengungkapkan hakikat atau ciri yang mengungkapkan anggota-anggotanya.

  A. Konsepsi

  Konsepsi dapat didefinisikan sebagai tafsiran perorangan atau individu terhadap suatu konsep. Penafsiran dari konsep disebut konsepsi. Setiap orang mempunyai penafsiran konsep yang berbeda-beda sesuai dengan pemahaman orang tersebut mengenai konsep itu. Penafsiran konsep yang berbeda dengan penafsiran konsep yang telah di sepakati para ahli fisika dinyatakan sebagai salah konsep atau miskonsepsi (Berg, 1991: 10).

  Konsepsi dari suatu dibentuk dengan menangkap esensi atau hakikat dari konsep bersangkutan melalui proses generalisasi dari obyek-obyek, peristiwa- peristiwa, gejala-gejala atau pengalaman khusus (Carin dan Sund, dalam Kartika Budi, 1998: 253). Tidak semua orang memiliki konsep yang sama, bisa karena perbedaaan tingkat pendidikan, perbedaan pergaulan dan proses pembentukannya (Kartika Budi, 1998: 254).

  C. Pemahaman Konsep

  Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing anak untuk memahami suatu konsep yang diajarkan. Langkah awal untuk menanamkan suatu konsep kepada siswa adalah memahami definisi konsep secara benar sesuai dengan hakikat dan peruntukannya (Kartika Budi, 1991: 38).

  Seorang siswa dikatakan paham apabila dapat menangkap dan menggunakan konsep secara benar. Pemahaman merupakan hasil belajar pada taraf kognitif siswa. Siswa yang telah memahami suatu konsep akan dapat menjelaskan konsep tersebut dengan menggunakan kalimatnya sendiri sesuai dengan apa yang mereka pelajari (Sudjana, 1990:24).

  Untuk memutuskan seorang siswa memahami konsep maka diperlukan kriteria atau indikator-indikator. Menurut Kartika Budi (1992:114) kriteria atau indikator-indikator yang menunjukkan pemahaman seorang siswa akan suatu konsep antara lain (1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri; (2) dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain; (3) dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum; (4) dapat menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus, (b) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teritis maupun secara praktis, (c) memprediksi kemungkinan- kumungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi; (5) dapat mempelajari konsep fisika lain yang berkaitan dengan lebih cepat; (6) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan; (7) dapat membedakan konsepsi yang benar dan konsepsi yang salah dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.

  Seseorang dapat dikatakan memahami suatu konsep apabila: 1) dapat mendefinisikan konsep yang bersangkutan dengan kata-kata sendiri, 2) dapat menjelaskan perbedaan antara konsep yang bersangkutan dengan konsep-konsep yang lain, 3) dapat menjelaskan hubungan dengan konsep-konsep yang lain, 4) dapat menjelaskan arti konsep dalam kehidupan sehari-hari dan menerapkannya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Berg, 1991:10).

  D. Miskonsepsi

  Dalam proses pembelajaran seringkali ditemukan ada miskonsepsi atau salah konsep. Menurut Suparno (2005:95) miskonsepsi atau salah konsep adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar pada bidang itu. Bentuknya dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naïf. Miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa sendiri, guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks. Filsafat konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk (dikonstuksi) oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajari. Siswa membentuk sendiri pengetahuannya sehingga bisa saja terjadi miskonsepsi atau siswa mengkonstruksi pengetahuan yang kurang benar. Guru yang kurang menguasai materi atau mengerti bahan fisika secara tidak benar dapat menyebabkan miskonsepsi pada siswa didiknya. Buku teks yang bahasanya sulit dipahami dan penjelasan keliru, dapat membinggungkan, menyulitkan dan menimbulkan miskonsepsi pada siswa (Suparno, 2005:71).

  E. Cara Mengatasi Miskonsepsi

  Ada beberapa langkah untuk mengatasi miskonsepsi yaitu dengan mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa, mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut, dan mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi. Dalam pembelajaran guru sangat penting untuk menanyakan kepada siswa tentang gagasan dan konsep yang dimiliki siswa. Hal itu dapat membantu guru untuk dapat mengetahui apakah siswa memiliki suatu miskonsepsi, sehingga guru dapat mencari kiat untuk mengatasinya (Suparno, 2005:56).

  Menurut Kartika Budi (1992: 127) miskonsepsi dapat dideteksi dengan cara: (1) hakikat atau makna suatu konsep difahami dengan baik dan dinyatakan dengan jelas, (2) berdasarkan pemahaman yang benar tersebut dicari kemungkinan- kemungkinan miskonsepsi yang dapat terjadi, (3) berdasarkan kemungkinan miskonsepsi yang terjadi, disusun soal (dapat berbentuk uraian bebas, isian singkat maupun pilihan ganda) yang memungkinkan salah konsepsi dapat terdeteksi, (4) setelah tes dilaksanakan (dapat secara lisan maupun tertulis), hasil dianalisis untuk mengetahui secara tepat kesalahan-kesalahan yang sungguh terjadi.

  Menurut Kartika Budi (1992:128) Usaha mengurangi salah konsepsi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu meremidiasi salah konsepsi yang telah terjadi dan memilih strategi belajar mengajar yang memberi peluang lebih besar terbentuknya konsepsi yang benar. Bila telah dideteksi adanya salah konsepsi, maka melalui pendekatan teoritis konseptual (menggunakan konsep-konsep, hukum, dan teori yang telah dipelajari yang berkaitan langsung dengan konnsep yang salah tersebut); melalui pendekatan praktis (demonstrasi dan eksperimen), melalui berbagai macam persoalan; siswa (mahasiswa) diajak menemukan dan memahami sendiri bahwa konsepnya keliru.

  Untuk mengurangi sebanyak mungkin peluang terjadinya salah konsepsi, maka strategi belajar mengajar dipilih dan disesuaikan dengan jenis dan hakikat konsep yang diajarkan sehingga pemahaman konsep lebih baik. Cara-cara yang dapat dipakai antara lain menggunakan sebanyak mungkin demonstrasi atau eksperimen, pada konsep-konsep pada umumnya difahami secara salah diberi perhatian dan penekanan lebih seksama dengan menunjukkan sekaligus kesalahan yang sering terjadi, soal-soal latihan dipilih yang memberi peluang peningkatan pemahaman konsep secara benar (tidak dititik beratkan hanya pada soal-soal yang memerlukan penyelesaian secara matematis).

  Menurut Suparno (2000:19) proses pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep. Perubahan konsep yang pertama adalah perubahan dalam arti siswa memperluas konsep, dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari belum sempurna menjadi lebih sempurna. Proses ini yang kedua yaitu proses membetulkan konsep yang salah, perlu menggunakan strategi pembelajaran yang menyediakan pengalaman anomali bagi siswa.

  Pertama siswa disadarkan bahwa konsep awal mereka itu tidak tepat, atau salah atau tidak cocok dengan situasi yang ada. Beberapa metode pembelajaran fisika yang telah diteliti dapat membantu perubahan konsep adalah sebagai berikut.

  1. Bridging analogy Model penjelasan analogis banyak digunakan untuk menjelaskan konsep fisika yang sulit dan abstrak kepada siswa. Misalnya, karena sulit menjelaskan mengenai konsep tegangan listrik, guru menggunakan analogi bak air. Air yang ada di dalam tangki air yang terletak di atas rumah mempunyai gaya dan energi potensial, yang dapat mengakibatkan aliran air ke bawah. Dalam listrik dikaitkan: tegangan listriklah yang membuat adanya arus listrik pada suatu rangkaian listrik. Meski analogi dapat membantu siswa menangkap konsep yang benar, bila ada efek samping yang kurang tepat dari analogi itu, perlu ditunjukkan juga kepada siswa untuk lebih kritis terhadap analogi tersebut. Menurut Brown dan Clement (dalam Suparno, 2000:20) analogi yang digunakan harus mempunyai tiga ciri, yaitu (1) analogi itu masuk akal bagi siswa, (2) secara eksplisit punya hubungan analogis dengan persoalan yang dihadapi siswa, (3) analogi itu membantu siswa membentuk suatu model mental secara kualitatif.

  2. Simulasi komputer Banyak penelitian yang menemukan bahwa simulasi komputer dapat membantu siswa untuk menghilangkan salah pengertian yang mereka dapatkan. Dalam simulasi ini siswa dapat memanipulasi data, mencari data, mengumpulkan data, menganalisa data dan mengambil kesimpulan. Bila dalam simulasi siswa menemukan data yang sungguh berbeda dengan yang mereka pikirkan sebelumnya, maka siswa akan mengalami konflik dalam pikirannya. Konflik inilah yang memacu mereka bertanya, mengapa demikian. Hasil simulasi yang berlawanan dengan gagasan awal siswa, bila diulang berkali-kali akhirnya akan menghasilkan perubahan konsep dalam diri siswa (Suparno, 2000:21).

  3. Diskusi Menurut Farmer (dalam Suparno, 2000:22) diskusi dengan siswa-siswa lain adalah cara yang baik untuk mengungkapkan pengetahuan siswa.

  Mereka saling mengungkapkan konsep dan gagasan mereka masing-masing, mendengarkan gagasan teman lain, mendebatkannya secara argumentatif rational gagasan mereka yang berbeda. Dari perdebatan itu, mereka yang mempunyai gagasan tidak benar, dapat memperbaiki gagasannya dengan mengambil gagasan teman lain yang benar. sedangkan kalau gagasan mereka sudah benar, mereka menjadi lebih yakin akan kebenaran gagasan itu. Diskusi merupakan salah satu strategi yang efektif untuk terjadinya perubahan konsep siswa (Hynd dkk, 1994: 943).

  4. Demonstrasi Strategi mengajar lain yang dapat membantu siswa merubah konsepnya adalah strategi mengajar yang memberikan peristiwa anomaly (Posner dkk,

  1982, dalam Suparno, 1997:51). Peristiwa anomali merupakan peristiwa yang bertentangan dengan konsep awal siswa. Demonstrasi merupakan strategi pengajaran yang kegiatannya memberikan gambaran secara nyata tentang proses yang terjadi (peristiwa anomali).

  5. Problem solving Problem solving dapat juga membantu mengatasi salah pengertian.

  Siswa mengerjakan beberapa soal untuk mencek apakah gagasan mereka benar atau tidak. Dengan membuat soal, mereka dilatih untuk mengorganisasikan pengertian mereka dan kemampuan mereka. Dengan melihat bagaimana cara siswa memecahkan persoalan, dapat dengan mudah dilihat siswa mempunyai salah pengertian dalam langkah yang mana. Bila salah pengertian telah diketahui, guru juga dapat menanyakan kepada siswa mengapa mereka mempunyai pengertian dan langkah seperti itu. Sekaligus dalam wawancara itu, guru dapat melihat sumber salah pengertian yang dibuat (Suparno, 2000:23).

F. Metode Demonstrasi

  Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi. Model pembelajaran demonstrasi sebagai model mengajar dengan pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam pelajaran fisika. Tujuannya agar siswa lebih memahami bahan yang diajarkan lewat suatu kenyataan yang dapat diamati sehingga mudah mengerti. Siswa lewat demonstrasi dapat mengamati sesuatu yang nyata dan bagaimana cara bekerjanya proses tersebut (Suparno, 2007:142). Demonstrasi merupakan proses menunjukkan sesuatu (Sund, 1973 dalam Kartika Budi 1991:167). Metode demonstrasi merupakan metode yang dipakai oleh peneliti untuk mempelajari sejauh mana ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman siswa dan merubah konsepnya.

  Menurut yang melaksanakan, demonstrasi dapat dibedakan menjadi demonstrasi guru, demonstrasi guru-siswa dan demonstrasi siswa (Sund, 1973 dalam Kartika Budi 1991:168). Demonstrasi guru adalah demonstrasi yang sepenuhnya dilakukan oleh guru. Demonstrasi lebih baik dilakukan oleh guru, bila percobaannya sukar, perlu ketelitian dan kehati-hatian yang tinggi, resiko kerusakan alat dan bahaya yang cukup tinggi dan kemungkinan kegagalan percobaan cukup tinggi. Demonstrasi guru-siswa adalah demonstrasi yang dilakukan oleh guru, dan dibantu oleh satu atau dua siswa untuk bagian kegiatan percobaan yang dapat dilakukan siswa. Demonstrasi siswa adalah demonstrasi yang sepenuhnya dilakukan oleh siswa dibawah pengawasan dan bimbingan guru.

  Berdasarkan tujuannya demonstrasi dapat dibedakan menjadi demonstrasi untuk menunjukkan kebenaran suatu konsep atau hukum dan demonstrasi untuk membangun suatu konsep atau hukum. Untuk menunjukkan kebenaran konsep atau hukum, demonstrasi merupakan bagian dari ceramah. Demonstrasi dilakukan untuk menunjukkan kebenaran konsep atau hukum yang telah dipelajari atau dijelaskan. Sedangkan untuk membangun konsep, demonstrasi dilakukan untuk memperoleh data yang dapat dianalisa sehingga menghasilkan kesimpulan. Konsep yang diperoleh merupakan hasil analisa yang berupa kesimpulan tersebut.

  Berdasarkan sifat pelaksanaannya, demonstrasi dapat dibedakan menjadi

  

Silent Demonstration (SD) dan Teacher Talking Demonstration (TTD) (Sund,

  1973 dalam Kartika Budi 1991:171). Pada Silent Demonstration (SD), kegiatan percobaan sebanyak mungkin dilakukan oleh siswa. Siswalah yang harus menemukan tujuannya selama demonstrasi berlangsung, siswa yang harus mengidentifikasi alat yang dipakai dan cara pemakaiannya, siswa yang harus mengamati apa yang terjadi, mencatat data, menarik kesimpulan, menunjukkan hubungannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Teacher Talking

  

Demonstration (TTD) g urulah yang menginformasikan tujuan, nama alat,

  menjelaskan cara pemakaiannya, memberitahukan apa yang dilakukan, menginformasikan yang diharapkan akan terjadi, memberitahukan data apa yang harus dicatat. Setelah demonstrasi dilaksanakan, guru menjelaskan apa yang sudah dilakukan, menginformasikan hasilnya, menarik kesimpulan, memberikan contoh pemakaian dalam kehidupan sehari-hari.

  Demonstrasi dalam proses pembelajaran dapat berfungsi untuk membangkitkan masalah, membangun konsep, dan menguji kebenaran konsep.

  Demonstrasi untuk membangkitkan masalah sebaiknya dipilih peluang yang memunculkan pertanyaan. Untuk membangun konsep, fungsi pokok demonstrasi ini adalah memperoleh data dan mengolah data sehingga sampai pada kesimpulan yang berupa konsep dan hukum. Konsep yang dapat diuji kebenarannya melalui demonstrasi adalah konsep-konsep yang bersifat kualitatif.

  Pelaksanaan demonstrasi agar dapat berhasil dengan baik, perlu dipersiapkan dan direncanakan sebaik-baiknya. Langkah-langkah yang dilakukan agar demonstrasi dapat berhasil sebagai berikut ini: 1. Mengidentifikasikan konsep-konsep yang akan dibangun.

  2. Menentukan atau memiliki alat-alat yang akan digunakan.

  3. Menentukan langkah-langkah percobaan.

  4. Menetapkan langkah-langkah analisis agar dapat menentukan dan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan panduan bila diperlukan.

  5. Menentukan kapan dan dimana demonstrasi dilaksanakan dan siapa yang melaksanakan.

  6. Mencoba sendiri sebelumnya. Dalam melaksanakan demonstrasi harus juga diperhatikan waktu pembelajaran yang terbatas, sehingga waktu pembelajaran harus digunakan secara efisien guna memperoleh hasil yang maksimal.

G. Hukum Archimedes

  Uraian yang dibawah ini diambil dari Kanginan, Marthen. 2006. Fisika untuk SMA Kelas XI . Jakarta: Erlangga.

1. Gaya ke Atas

  Gaya ke atas disebut sebagai gaya apung (buoyancy), yaitu suatu gaya ke atas yang dikerjakan oleh zat cair pada benda. Munculnya gaya apung adalah konsekuensi dari tekanan zat cair yang meningkat dengan kedalaman. Dengan demikian berlaku, gaya apung = berat benda di udara

  • – berat benda dalam zat cair.

  Gaya apung terjadi karena makin dalam zat cair, makin besar tekanan hidrostatisnya. Ini menyebabkan tekanan pada bagian bawah benda lebih besar daripada tekanan pada bagian atasnya. Perhatikan sebuah silinder dengan tinggi h dan luas A, yang tercelup seluruhnya di dalam zat cair dengan massa jenis ρ (lihat gambar 2.1). f h F

  1

  1

  h h=h -h

  2

  1

2 F

  2 Gambar 2.1 Tekanan Hidrostatik

  Fluida melakukan tekanan hidrostatis P . g . h pada bagian atas 1 f = ρ silinder. Gaya yang berhubungan dengan tekanan ini adalah berarah ke bawah. Dengan cara yang sama, fluida

  F = P A = ρ gh A 1 1 f 1 melakukan tekanan hidrostatis F P A gh A dengan arah ke atas. 2 = = ρ 2 f 2 Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung F a

  Jadi, F F F karena F > F a = − 2 1

  2

  1

  = ρ gh A − ρ gh A f 2 f 1

  gA h h

  = ρ ( − ) f 2 1 = gAh sebab h – h = h

  ρ f

  2

  1

  = ρ gV sebab A.h = V adalah volume f bf bf silinder yang tercelup dalam fluida.

  Perhatikan adalah massa fluida yang dipindahkan oleh ρ f bf f V = M benda; V g M g adalah berat fluida yang dipindahkan oleh benda.

  ρ = f bf f

  Jadi, gaya apung F yang dikerjakan fluida pada benda (silinder) sama

  a

  dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda (silinder). Pernyataan ini berlaku untuk sembarang bentuk benda, dan telah dinyatakan sebelumnya sebagai hukum Archimedes. Jadi, gaya apung dapat dirumuskan sebagai

  F = M g a f F = V g a f bf ρ dengan adalah massa jenis fluida dan V adalah volume benda yang

  ρ bf f

  tercelup dalam fluida. Hukum Archimedes berlaku untuk semua fluida (zat cair dan gas). V adalah volume benda yang tercelup dalam fluida. Jika

  bf