1 PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS KOTORAN TERNAK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LARVA Hermetia illucens (KAJIAN POTENSI SEBAGAI PAKAN UNGGAS) PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan Pada PROGRAM STUDI PETERNAKAN

  

PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS KOTORAN TERNAK TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LARVA Hermetia illucens

(KAJIAN POTENSI SEBAGAI PAKAN UNGGAS)

PUBLIKASI ILMIAH

  

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan Pada

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

OLEH

ZULFAKAR AZIZI

B1D 014 303

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

  

2018

  

PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS KOTORAN TERNAK TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LARVA Hermetia illucens (KAJIAN POTENSI SEBAGAI PAKAN UNGGAS) PUBLIKASI ILMIAH Oleh : ZULFAKAR AZIZI B1D 014 303 Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan Pada PROGRAM STUDI PETERNAKAN

  

PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS KOTORAN TERNAK TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LARVA Hermetia illuucens

(KAJIAN POTENSI PAKAN UNGGAS)

  

INTISARI

oleh

Zulfakar Azizi

B1D014303

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tumbuh yang berasal dari berbagai kotoran ternak yang ditambahkan ampas tahu terhadap pertumbuhan dan produksi larva. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan 9 ulangan dan masing-masing ditumbuhkan larva sebanyak 10 g (umur 3 hari). Adapun perlakuan yang diterapkan adalah sebagai berikut: perlakuan A= kotoran ayam 80 g + ampas tahu 80 g; perlakuan B= kotoran sapi 80 g + ampas tahu 80 g; perlakuan C= kotoran kambing 80 g + ampas tahu 80 g. Waktu pengamatan dan pemeliharaan larva selama 15 hari. Variabel yang diamati yaitu, Pertambahan Bobot Badan (PBB), Panjang Badan, Produksi larva, pH , Konsumsi, Efisiensi of Conversion Digested-Feed (ECD) dan

  (WRI.) Hasil penelitian berdasarkan analisis varian

  Waste Reduction Index

  (ANOVA) menunjukkan bahwa perbedaan media tumbuh berpengaruh secara signifikan (P<0.05) terhadap PBB dan panjang badan larva yang paling tinggi pada perlakuan A menghasilkan 16.00 g dan 17.11 mm. Perbedaan media tumbuh berpengaruh secara signifikan (P<0.05) terhadap produksi larva Hermetia yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A yaitu 19.33 g, kemudian

  illucens

  perlakuan C (17.44 g) dan terendah pada perlakuan B (17.33). ECD signifikan (P<0.05) lebih efisien dalam memanfaatkan pakan untuk pertumbuhan dan produksi pada perlakuan C yaitu 33.54% dibanding perlakuan A (24.62%), dan B (19.64%). nilai tertinggi WRI adalah sebesar 3.19 pada perlakuan B, diikuti perlakuan A sebesar 2.79 dan terendah sebesar 1.84 pada perlakuan C.

  Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penggunaan media kotoran ayam + ampas tahu menghasilkan pertumbuhan dan produksi larva yang paling baik.

  Kata kunci: larva, Hermetia illucens, kotoran ternak, produksi, ECD, WRI

USE OF VARIOUS TYPES OF LIVESTOCK ON LARVA

GROWTH AND PRODUCTION Hermetia illuucens

(STUDY OF POULTRY FEED POTENTIAL)

  

ABSTRACT

by

Zulfakar Azizi

B1D014303

  This study aims to determine the effect of growing media derived from various livestock feces which is added tofu to the growth and production of larvae. The study used a completely randomized design (CRD) with 3 treatments 9 replications and each larvae grew as much as 10 g (age 3 days). The treatment applied is as follows: treatment A = chicken feces 80 g + tofu 80 g; treatment B = cow dung 80 g + tofu 80 g; treatment C = goat droppings 80 g + tofu 80 g. The time of observation and maintenance of larvae for 15 days. The variables observed were, Body Weight (UN), Body Length, Larval Production, pH, Consumption, Efficiency of Conversion Digested-Feed (ECD) and Waste Reduction Index (WRI.) The results of research based on variance analysis (ANOVA) showed that differences growth media had a significant effect (P <0.05) on UN and the highest body length of larvae in treatment A yielded 16.00 g and 17.11 mm. The difference in growth media has a significant effect (P <0.05) on the highest production of Hermetia illucens larvae found in treatment A, which is 19.33 g, then treatment C (17.44 g) and the lowest on treatment B (17.33). ECD was significant (P <0.05) more efficient in utilizing feed for growth and production in treatment C, which was 33.54% compared to treatment A (24.62%), and B (19.64%). the highest value of WRI is 3.19 in treatment B, followed by treatment A of 2.79 and the lowest is 1.84 in treatment C. The conclusion of this study that the use of media chicken feces + tofu produces the best growth and production of larvae. Keywords: larvae, Hermetia illucens, livestock feces, production, ECD, WRI

  

PENDAHULUAN

Latar Belakang

  Peningkatan permintaan sumber protein untuk pakan ternak, terutama tepung ikan dan bungkil kedelai menjadi masalah di masa yang akan datang. Diperlukan sumber protein alternatif untuk memenuhi kebutuhan asam amino guna mempertahankan produksi ternak. Semakin meningkatnya harga sumber-sumber protein dan adanya ancaman ketahanan pakan ternak, tekanan lingkungan, pertambahan populasi manusia serta meningkatnya permintaan protein di pasar menyebabkan harga protein yang berbasis hewan semakin mahal (FAO, 2013). Oleh karena itu, studi pakan yang berkembang pada saat ini ditujukan untuk mencari sumber protein alternatif dengan memanfaatkan insekta (Wardhana, 2016).

  Insekta yang kaya akan protein pada setiap tahapan metamorfosisnya, dengan kualitas protein yang bagus dan efisien, antara lain Black Soldier Fly (Hermetia

  

illucens ) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif. Maggot atau larva dari lalat black soldier fly (Hermetia illucens) merupakan salah satu alternatif pakan yang memenuhi persyaratan karena mengandung protein sebesar 40-50%, mengandung asam amino esensial yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti tepung ikan dan bungkil kedelai untuk pakan ternak (Wardhana, 2016), sedangkan menurut Fahmi (2015) larva Hermetia illucens memiliki kandungan protein yang mencapai 45-50% dan lemak yang mencapai 24-30%. Murtidjo (2001) dalam Hartami dkk. (2015) menyebutkan bahwa bahan makanan yang mengandung protein kasar lebih dari 19 %, digolongkan sebagai bahan makanan sumber protein.

  Lalat black soldier atau Hermatia illucens adalah jenis lalat family Stratiomydae yang umum dan secara luas dapat ditemukan di rumput-rumput dan daun-daun (Rizki dkk., 2017). Lalat ini mampu tumbuh dan berkembang biak dengan mudah, memiliki tingkat efisiensi pakan yang tinggi serta dapat dipelihara pada media limbah (Wardhana, 2016). Newton et al. ( 2005) juga menyatakan bahwa serangga ini potensial untuk dimanfaatkan sebagai agen pengurai limbah organik. Lebih lanjut Oliviera (2004) dalam Fauzi dan Sari (2018) menyatakan bahwa larva dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti limbah industri, pertanian, peternakan, ataupun feses.

  Keberhasilan produksi dan kualitas larva sangat ditentukan oleh media tumbuh, jenis lalat Hermetia illucens menyukai aroma media yang khas maka tidak semua media dapat dijadikan tempat bertelur bagi lalat Hermetia illucens (Rachmawati dkk., 2010). Uren (2014) menyatakan bahwa sekitar 18,26% lalat yang terdapat pada kandang ayam petelur merupakan lalat Hermetia illucens. Feses unggas merupakan salah satu pakan utama lalat Hermetia illucens (Tumiran dkk., 2017), Lebih lanjut lagi pada penelitian Rahardjo dkk., (2016) mengatakan kombinasi kotoran ayam petelur 50% dan ampas tahu 50% menghasilkan larva yang baik.

  Hal inilah yang menjadi dasar dilakukan penelitian terkait media tumbuh larva, dengan harapan dapat mengetahui jenis media tumbuh yang tepat untuk meningkatkan produksi larva dan meningkatkan keterampilan khususnya dalam bidang kultur larva serta menjadi alternatif sumber pakan.

  Tujuan penelitian

  Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan media tumbuh terhadap pertumbuhan dan perkembangan larva Hermetia illucens dan untuk mengetahui media tumbuh yang paling baik terhadap larva Hermetia illucens.

  Kegunaan hasil penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagi masyarakat sebagai sumber informasi mengenai tingkat produksi larva Hermetia illucens pada media limbah kotoran ternak.

  2. Bagi pembudidaya dapat dijadikan landasan informasi bagi tentang media yang tepat untuk membudidayakan larva.

  3. Sebagai landasan ilmiah bagi peneliti untuk membuktikan mengenai tingkat perkembangan dan produksi larva Hermetia illucens pada media yang berbeda.

  

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan pada bulan September s/d Oktober 2018 di Perumahan Panorama Alam No 40 Jln Jati Sela kecamatan Gunungsari kabupaten Lombok Barat dan analisis pH dilakukan Laboratorium INMT (Ilmu Nutrisi Makanan Ternak) Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

  Bahan Penelitian

  Bahan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini sebagai berikut: a. 90 g larva Hermetia illucens b.

  Kotoran ayam, kotoran sapi, dan kotoran kambing yang masing-masing sebanyak 1,5 kg c.

  Ampas tahu basah sebanyak 4,5 kg d.

  Air

  Variabel yang Diamati

  Pertambahan Bobot Badan(PBB) Larva (g/perlakuan)

  Untuk menghitung bobot badan larva dilakukan dengan menimbang larva menggunakan timbangan analitik pada awal dan akhir perlakuan yaitu pada larva umur 1 hari dan 15 hari. Panjang Badan (mm/ekor)

  Kegiatan pengukuran panjang larva diukur dengan menggunakan penggaris pada akhir penelitian dengan cara sampling. Jumlah yang diambil untuk penyamplingan 10 ekor tiap-tiap unit. Larva yang sudah dipanen dimasukkan kedalam baskom dan diberi alkohol agar mudah dalam pengukuran. Produksi Larva (g/perlakuan)

  Produksi larva dapat diketahui dengan cara melakukan penimbangan larva yang sudah dipanen dengan menggunakan timbangan analitik pada setiap perlakuan. Susut Media

  Pengukuran susut media dilakukan dengan cara menimbang media tumbuh yang tanpa larva pada awal pemeliharaan dan akhir masa pemeliharaan (panen). Efisiensi Konversi Pakan Tercerna (Efficiency of Conversion Digested Feed /ECD)

  ECD adalah efisiensi konversi pakan yang dicerna oleh larva selama pemeliharaan. Perhitungan berdasarkan metode Scriber dan Slansky (1981) dalam Diener et al. (2009) yaitu: Keterangan: ECD : Efficiency of Conversion of Digested feed B : Pertambahan bobot badan larva selama periode makan, diperoleh dari pengurangan bobot akhir larva di kurangi bobot awal larva (mg). I : Jumlah pakan yang di konsumsi, diperoleh dari pengurangan berat awal pakan dengan berat akhir pakan (mg) F :Berat sisa pakan dan material hasil ekskresi (mg) Indeks Pengurangan Limbah (Waste Reduction Index/WRI)

  WRI adalah indeks pengurangan limbah(kotoran ternak dan ampas tahu) oleh larva perhari. Nilai WRI yang tinggi member makna kemampuan larva mereduksi pakan yang tinggi. Nilai pengurangan pakan dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukaan Diener et al. (2009) yaitu: Keterangan: WRI : Indeks pengurangan limbah (Waste Reduction Index) W : Jumlah pakan total (mg) t : Total waktu larva memakan pakan (hari) R :Sisa pakan total setelah waktu tertentu (mg) D : Penurunan pakan total

  Posedur penelitian

  Persiapan Kandang Pembuatan Kandang yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang pembesaran yang berukuran sama yaitu 200 cm x 200 cm x 200 cm yang ditutupi dengan jaring kelambu dengan ukuran 0,5 mm. Pada bagian dalam di letakkan meja sebagai tempat peletakkan nampan pelakuan, pada bagian bawah diberi oli agar semut tidak bisa naik keatas dan mengganggu materi penelitian. Persiapan Media Tumbuh larva

  Media tumbuh yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah peternakan (kotoran ayam, kotoran sapi dan kotoran kambing) yang dikombinasikan dengan ampas tahu, yang terdiri atas 50% kotoran ternak dan 50% ampas tahu. Kotoran ternak dan ampas tahu ditimbang sesuai takaran yang telah ditentukan, kemudian dicampur dengan cara mengaduk di dalam ember yang telah disiapkan. Setelah semua media tercampur, media tersebut di letakkan pada nampan perlakuan sebanyak 160 g pada masing-masing perlakuan dan ulangan, selanjutnya ditempatkan di dalam kandang pembesaran. Budidaya larva Hermetia illucens

  Tahapan dalam budidaya larva Hermetia illucens dimulai dengan membeli telur Hermetia ilucens pada pembudidaya di Bali sebanyak 10 g. Selanjutnya telur tersebut ditetaskan pada media perlakuan awal. Setelah berumur 3 hari semenjak dilakukan penetasan kemudian dilakukan pengamatan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan larva sebelum dilakukan pemindahan pada media perlakuan. Perlakuan

  Media yang telah ditimbang di masukkan ke dalam wadah berupa nampan plastik yang berukuran 25x35x6 cm sebanyak 160 g. Larva Hermetia illucens umur 3 hari yang sudah diberikan perlakuan awal kemudian ditimbang sebanyak 90, Setelah itu diletakkan di atas media tumbuh yang berada dalam kandang pembesaran masing-masing 3 g sesuai perlakuan, kemudian diulangi sebanyak tiga kali dan masing-masing ulangan terdiri dari tiga unit.

  Adapun perlakuan yang diberikan sebagai berikut:

  A: Kotoran ayam petelur 80 g + ampas tahu 80 g

  B: Kotoran sapi 80 g + ampas tahu 80 g

  C: Kotoran kambing 80 g + ampas tahu 80 g Lama waktu penumbuhan larva sampai menjadi larva siap panen selama 18 hari.

  Panen Setelah hari ke-18, pemanenan dilakukan dengan cara terlebih dahulu larva dipisahkan dari media tumbuh dengan cara mengayak menggunakan pengayak jaring. Larva akan terpisah dari media hidup dan larva bisa diambil untuk diukur panjang dan bobotnya.

  

Analisis Data

  Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan dianalisis menggunakan analisis of varian (ANOVA) atas rancangan acak lengkap (RAL) dan apabila terjadi perbedaan antar perlakuan, maka akan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) (Steel and Torrie, 1991).

  

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan larva Hermetia illucens

  Serangga Hermetia illucens tergolong dalam ordo diptera yang mengalami siklus metamorfosis sempurna (holometabola). Dalam metamorfosis sempurna serangga akan mengalami fase telur, larva, pupa, dan imago. Larva merupakan fase kedua dari tahapan perkembangan serangga Hermettia illucens. Pertumbuhan larva ditandai dengan adanya perubahan ukuran baik pada panjang maupun berat. Pertumbuhan larva selama penelitian bisa dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Pertumbuhan dan perkembangan larva hingga menjadi serangga (Zulfakar, 2018)

  Gambar 1 menunjukkan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan larva bisa dilihat dari perubahan ukuran tubuh yaitu pertambahan panjang dan Pertambahan bobot badan (PBB). PBB larva secara drastis terjadi pada hari ke-3 hingga hari ke-18. Pada tahap ini larva sudah memasuki fase prepupa. Tahapan prepupa adalah tahapan ketika tidak lagi dilakukan aktifitas makan, maka ada kecendrungan ketika pada fase ini bobot larva cenderung tetap atau bahkan sedikit berkurang (Fahmi, 2015). Sehingga pada hari ke-18 larva dipanen untuk pengukuran panjang dan produksi larva kemudian dilakukan analisis kandungan nutrisinya.

  Pengamatan pertumbuhan larva dapat dilihat dengan PBB larva yang diukur pada hari ke-3 untuk menentukan bobot badan awal larva, bersamaan dengan penggantian pakan sesuai dengan perlakuan, kemudian dilakukan pengukuran lagi pada saat panen untuk menentukan bobot akhir.

  Data hasil penelitian pertumbuhan yang meliputi PBB larva dan panjang larva dengan media tumbuh yang berbeda selama 18 hari disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Pertumbuhan larva Hermetia illucens

  Perlakuan Parameter A B C b a a

  PBB (g) 16.00 ±2.45 14.00 ±0.71 14.11 ±1.62

  b a a

  Panjang badan (mm) 17.11 ±1.07 15.81 ±1.04 16.89 ±1.34 Sumber : Data primer diolah (2018) Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata pada taraf uji 5% Tabel 6 menunjukkan Panjang badan larva pada ketiga perlakuan memiliki kisaran dari 14.00-16.00 g/perlakuan dan PBB 15.56-17.30 mm. Secara statistik menunjukkan bahwa PBB dan panjang badan larva pada perlakuan A berbeda secara signifikan dengan perlakuan B dan C (P<0.05) yang menunjukkan bahwa perlakuan A memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan perlakuan B dan C. Perbedaan pertumbuhan larva ini diduga karena ketersediaan nilai nutrisi media dan jumlah konsumsi media pakan dalam masing-masing perlakuan berbeda, sehingga zat-zat makanan yang digunakan untuk membentuk jaringan-jaringan tubuh yang juga berbeda. Jull (1978) dalam Syahrizal dkk., (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat dengan antara kecepatan tumbuh dengan jumlah pakan yang di konsumsi pada periode tertentu.

  Pertumbuhan larva yang optimal ini diperoleh karena terpenuhinya unsur kebutuhan hidup bagi larva. Effendi (2002), menjelaskan bahwa pertumbuhan dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu keturunan, jenis kelamin, parasit dan penyakit, sedangkan faktor ekternal yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu ketersediaan pakan dan suhu lingkungan.

  Produksi larva Hermetia illucens

  Tabel 7. Produksi larva Hermetia illucens

  Perlakuan Parameter A B C b a a

  Produksi (g) 19.33 ±2.45 17.33 ±1.00 17.44 ±1.51 Sumber : Data primer diolah (2018) Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata pada taraf uji 5%

  Tabel 7 menunjukkan produksi larva pada ketiga perlakuan memiliki kisaran dari 17.33-19.33 g/perlakuan. Secara statistik menunjukkan bahwa produksi larva pada perlakuan A berbeda secara signifikan dengan perlakuan B dan C (P<0.05) yang menunjukkan bahwa perlakuan A memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan perlakuan B dan C. Perbedaan produksi larva ini diduga karena adanya perbedaan nilai pertumbuhan larva yang disebabkan ketersediaan nilai nutrisi media dan jumlah konsumsi media pakan dalam masing-masing perlakuan berbeda, sehingga zat-zat makanan yang digunakan untuk membentuk jaringan- jaringan tubuh yang juga berbeda sehingga mempengaruhi berat produksi. Mangunwardoyo dkk. (2011) bahwa umumnya substrat yang berkualitas akan menghasilkan produksi larva yang lebih banyak karena dapat menyediakan zat gizi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan larva.

  Kandungan Nutrisi dan Konsumsi

  Kandungan nutisi media pakan merupakan faktor penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan larva hermetia illucens yang dikarenakan semua kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh larva harus tersedia pada media pakan, sehingga proses pertumbuhan dan produksi larva menjadi optimal yang ditunjang dari kualitas dan kuantitas media pakan. Tabel 8. Kandungan nutrisi media dan konsumsi

  Kandungan Konsumsi Media Perlakuan (g) LK(%) PK(%) KH(%) b

  A

  7.29

  7.86

  46.78 66.89 ±11.38*

  c

  B

  3.93

  6.03

  26.81 76.56 ±22.47*

  a

  C

  3.42

  13.12

  51.15 43.67 ±11.24* Sumber :Data hasil analisis proksimat Laboratorium Ilmu Nutrisi dan

  Makanan Ternak Keterangan :Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata pada taraf uji 5%. Lemak kasar

  (LK), Protein kasar (PK) dan Karbohidrat (KH).*Data primer diolah(2018) Data Tabel 8 menunjukkan rataan kandungan nutrisi media pakan pada perlakuan C paling tinggi kemudian diikuti perlakuan A dan perlakuan B memiliki kandungan nutrisi media pakan paling rendah.

  Perbedaan kualitas media pakan berpengaruh terhadap jumlah konsumsi pakan larva. Secara langsung bahwa perbedaan kualitas pakan akan menyebabkan perbedaan pertumbuhan larva hermetia illucens. Hal ini sesuai dengan pendapat Katayane dkk., (2014) yang mengatakan bahwa kualitas media pakan akan memberikan pengaruh terhadap pemberian gizi bagi larva untuk berkembang.

  Kualitas media pakan dilihat dari kandungan lemak, protein dan karbohidrat yang menjadi sumber energi bagi larva. Kandungan lemak, protein, dan karbohidrat media pakan perlakuan A (7.29%, 7.86% dan 46.78%), perlakuan B (3.39%, 6.03% dan 26.81%), dan perlakuan C (3.42%, 13.12% dan 51.15%). Pada media pakan perlakuan B menghasilkan kandungan energi yang paling rendah dibandingkan perlakuan A dan C, sehingga larva akan mengkonsumsi pakan yang lebih banyak dan ini menyebabkan pada tingginya nilai konsumsi (76.65 g).

  Perbedaan konsumsi pakan dilihat pada table 8, yang mana jumlah susut media tertinggi pada perlakuan B (76,56 g), diikuti oleh perlakuan A (66.89 g) dan perlakuan C (43.76 g), yang berarti bahwa larva pada perlakuan B mengkonsumsi pakan lebih banyak dari perlakuan A dan C. hal ini di karenakan kualitas media pakan pada perlakuan B lebih rendah dibandingkan dengan media perlakuan A dan C. sehingga larva mengkonsumsi pakan lebih banyak untuk mencukupi kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Gobbi et al. (2013) dan Tomberlin et al. (2002) mengemukakan kualitas dan kuantitas makanan yang dicerna oleh larva Hermetia illucens memiliki pengaruh penting terhadap pertumbuhan dan waktu perkembangan larva, kelangsungan hidup, mortalitas dan perkembangan ovarium serangga dewasa serta menentukan perkembangan fisiologi dan morfologi Hermetia illucens dewasa.

  Lebih lanjut Hem dkk., (2008) menyatakan bahwa umumnya substrat yang berkualitas akan menghasilkan larva Hermetia illucens yang lebih banyak karena dapat menyediakan zat gizi yang cukup untuk pertumbuhan serta perkembangan larva Hermetia illucens yang hasilnya dapat diukur melalui produksi berat larva

  Hermetia illucens .

  Efisiensi Biokonversi Larva

  Selanjutnya untuk mengetahui tingkat efisiensi biokonversi oleh larva, dilakukan pengukuran efisiensi substrat yang dicerna (ECD) dan Indeks reduksi limbah (WRI). Tabel 9. Efisiensi Biokonversi Larva

  Perlakuan Parameter A B C

  ECD(%)

  24.62

  19.64

  33.54 ᵃ±6.33 ᵃ±5.40 ᵇ±5.94 WRI

  2.79

  3.19

  1.82 ᵇ±0.47 ᵇ±0.94 ᵃ±0.47 Sumber :Data primer diolah (2018) Keterangan :Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata pada taraf uji 5%

  Nilai rata-rata Efficiency of Conversion Digested feed (ECD) pada penelitian ini bervariasi antara 19.64%

  • – 33.54% (Tabel 9). Nilai ECD merupakan gambaran tingkat efisiensi larva BSF dalam mengkonversi pakan yang dikonsumsi menjadi biomassanya. Semakin tinggi nilai ECD maka semakin tinggi pula tingkat efisiensinya. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai ECD pada pelakuan C berbeda secara signifikan dengan perlakuan A dan B (P<0.05), mengindikasikan efisiensi larva dalam mencerna pakan yang diberikan. Dimana kandungan nutrisi media pada perlakuan C paling tinggi. Tingginya kandungan nutrisi pakan yang dikonsumsi mengakibatkan jumlah pakan yang dikonsumsi lebih sedikit yang di karenakan kebutuhan nutrisinya sudah tercukupi, sehingga nilai ECD tinggi. Ketika kandungan nutrisi media pakan rendah akan mengakibatkan jumlah pakan yang dikonsumsi lebih banyak yang dikarenakan kebutuhan nutrisinya harus tercukupi, sehingga nilai ECD rendah. Simpson dan Simpson (1990) mengungkapkan bahwa larva serangga tidak mungkin menyeleksi makanannya karena tidak tersedianya variasi makanan. Konsekuensi yang muncul adalah kompensasi pada efisiensi konversi pakan yang dimakan cenderung rendah, sedangkan menurut Ahmad (2001), rendahnya nilai ECD pada pertumbuhan larva berhubungan dengan kualitas pakan yang tersedia. Kualitas pakan yang kurang bagus akan memberikan nilai ECD lebih rendah.

  Nilai konsumsi pakan selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai

  

Waste Reduction Index (WRI) (Diener et al., 2009). Nilai WRI digunakan untuk

  menghitung kemampuan larva BSF dalam mengkonsumsi pakan dengan mempertimbangkan waktu atau periode pemberian umpan. Nilai WRI yang tinggi memberi makna kemampuan larva dalam mereduksi pakan yang tinggi pula. Nilai WRI pada Tabel 8 memberikan informasi bahwa nilai tertinggi adalah sebesar 3.19 pada perlakuan B dan terendah sebesar 1.84 pada perlakuan C. Nilai WRI ini berbanding lurus dengan nilai konsumsi pakan. Jika nilai konsumsi tinggi maka nilai WRI juga tinggi. Hal ini dimungkinkan bahwa larva akan terus mengkonsumsi pakan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi larva sehingga nilai presentase pakan yang dikonsumsi tinggi. Nilai WRI mengindikasikan efisiensi larva dalam mereduksi substrat yang diberikan dalam waktu tertentu. Semakin besar WRI, maka semakin baik efisiensi reduksi substrat yang dihasilkan (Diener et al., 2009).

  ternak terhadap pertumbuhan dan produksi larva Hermetia illucens dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Perlakuan media pakan kotoran ayam yang ditambahkan ampas tahu menghasilkan pertambahan bobot badan, panjang badan dan Produksi larva yang paling baik signifikan terhadap perlakuan A dan B.

  2. Efisiensi of Conversion Digested-Feed (ECD) pada perlakuan kotoran kambing + ampas tahu menghasilkan efisiensi paling tinggi yaitu 33.54% signifikan dibanding perlakuan A (24.62%), dan B (19.64%).

  3. Indeks pengurangan limbah (Waste Reduction Index/WRI) diperoleh hasil yang lebih baik pada perlakuan A dan B signifikan dibandingkan perlakuan C.

  4. Larva Hermetia illucens berpotensi sebagai pakan unggas dilihat dari pertumbuhan dan produksi tinggi pada perlakuan kotoran ayam yang ditambahkan ampas tahu.

  Saran

  Hasil penelitian dapat disarankan untuk budidaya larva Hermetia illucens dapat menggunakan kotoran ayam 50%+ ampas tahu 50% karena memberikan pertumbuhan dan produksi larva paling tinggi. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dari hasil penelitian ini untuk dilakukan uji lanjut pada pemberian pada unggas untuk mengetahui efektifitas pertumbuhan dan kunsumsi unggas yang diberikan larva Hermetia illucen. Ahmad, I. (2001). Dietary compensatory feeding in manduca sexta (lepidoptera: sphingidae) larvae. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 7, No. 2, 2001: 81"92. Diener, S., C. Zurbrugg, and K. Tockner. 2009. Conversion of Organic Material by

  Black Soldier Fly Larvae – Establishing Optimal Feeding Rates.Waste.

  Manaj. Res. 27:603-610.

  Diener, S., Studt Solano NM., Roa Gutiérrez F., Zurbrügg C., Tockner K. 2011.

  Biological treatment of municipal organic waste using Black Soldier Fly larvae. Waste Biomass Valorization. 2:357-363. Effendi, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta Fahmi, M. R., Saurin, H. & I. W. Subamia. 2007. Potensi maggot sebagai sumber protein alternatif. Loka Riset Budidaya Ikan Hias. Depok. 125-130. Fahmi, M. R. 2015. Optimalisasi proses biokonversi dengan menggunakan minilarva

  Hermetia illucens untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon . 1(1):139-144.

  FAO. 2013. Edible insects: Future Prospects For Food And Feed Security. Rome (Italy) : Food And Agriculture Organization Of The United Nations. Fatmasari, L. 2017. Tingkat densitas populasi, bobot, dan panjang maggot (hermettia illucens) pada media berbeda. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,

  Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Lampung. Fauzi R. U. A., E. R. N. Sari. 2018. Analisis Usaha Budidaya Maggot Sebagai Pakan Alternative Pakan Lele. Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol.

  7 No. 1: hal 39-46 Gobbi, P., A. Martínez-Sánchez, dan S. Rojo, 2013. The effects of larval diet on adult life-history traits of the black soldier fly, Hermetia illucens (Diptera:

  Stratiomyidae). Eur J Entomol 110 (3), pp. 461-468. Hartami, P., Rizki S., Erlangga. 2015.Tingkat Densitas Populasi Maggot Pada Media

  Tumbuh Yang Berbeda. Berkala Perikanan Terubuk Vol. 43 No. 2 Hlm 14-

  24 Hem S, Toure S, Sagbla C, Legendre M. 2008. Bioconversion of palm kernel meal for aquaculture: Experiences from the forest region (Republic of Guinea).

  African J Biotechnol 7(8): 1192 – 1198.

  Katayane F. A., B. Bagau, F.R. Wolayan, M. R. Imbar. 2014. Produksi dan Kandungan Protein Maggot (Hermetia illucens) Dengan Menggunakan Media Tumbuh Berbeda. Jurnal Zootek. Vol. 34 Hal. 27-36

  Newton, L., C. Sheppard, D. W. Watson, G. Burtle, & R. Dove. 2005. Using The

  Black Soldier Fly, Hermetia illucens, as a Value- Added Tool for The Management of Swine Manure . Animal and dairy Science Departement.

  University of Georgia Mangunwardoyo, W,. Aulia., & Hem, S. 2011. Penggunaan Bungkil Inti Kelapa

  Sawit Hasil Biokonversi Sebagai Substrat Pertumbuhan Larva Hermetia illucens L (Maggot). Jurnal Biota. Volume 16 ISSN 0853

  • – 8670. Halaman 166 –172.

  Oliveira, F. R. 2015. Biological study of Diptera: Stratiomyidae, Hermetia illucens and evaluation of uptake and biodistribution of gold nanoparticles using electron microscopy. Thesis. University of New York, New York. 62 pp.

  Putra, E. K., A. Rasyid, I. Kinasih. 2013. Pertumbuhan dan Perkembangan Larva

  Musca domestica Linnaeus (Ditera: Muscidae) Dalam Beberapa Jenis

  Kotoran Ternak. Jurnal entomologi Indonesia, vol 10 no. 1 hal 31-38 Rizki S., P. Hartami , Erlangga. 2017.Tingkat Densitas Populasi Maggot Pada Media

  Tumbuh Yang Berbeda. Acta Aquatica, 4:1: 21-25 Rachmawati, D. Buchori, P. Hidayat, S. Hem, M. R. Fahmi. 2010 Perkembangan dan

  Kandungan Nutrisi Hermetia illucens (linnaeus) (Dipteral:stratiomyidae) pada Bungkil Sawit. Jurnal Entomologi Indonesia. Vol. 7 No. 1, 28-41 Raharjo E. I., Rachim, M. Arief. 2016. Penggunaan Ampas Tahu dan Kotoran Ayam untuk Meningkatkan Produksi Maggot (Hermetia illucens). Jurnal Ruaya.

  Vol 4 No. 1 Raharjo E. I., Rachim, M. Arief. 2016. Pengaruh Kombinasi Media Ampas Kelapa

  Sawit dan Dedak Padi Terhadap Produksi Maggot (Hermetia illucens). Tidak di Publikasikan . Sarwono, B. 2006. Membuat Aneka Tahu. Swadaya. Jakarta. Sheppard, D. C., J. K. Tomberlin, J. A. Joyce, B. C. Kiser, & S. M. Sumner. 2002.

  Rearing methods for the black soldier fly (Diptera: Stratiomyidae). J Med Entomol. 39(4):695-698. Simpson, S. J., & Simpson, C. L. (1990). The mechanism of nutritional

  compensation by phytophagus insect . Pp. 111-160. In: Insect-plant interaction. 2. CRC press, Florida.

  Stell, B. A. and J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. C. V. Baru.

  Jakarta. Supriyatna A., R. E. Putra. 2017. Estimasi Pertumbuhan Larva Black Soulder Fly

  (Hermetia illucens) dan Penggunaan Pakan Jerami Padi yang Dipermentasi Dengan Jamur P. Chrysosporium. Jurnal Biodjati Vol. 2 No. 2

  Syahrizal, Ediwarman, M. Ridwan. 2014. Kombinasi Limbah Kelapa Sawit Danampas Tahu Sebagai Media Budidaya Maggot (Hermetia illucens) Salah Satu Alternatip Pakan Ikan. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.14 No.4

  Tomberlin, J.K., D.C. Sheppard, and J.A. Joyce. 2002. Selected Life-History Traits of Black Soldier flies (Diptera: Stratiomyidae) Reared on Three Artificial Diets. Ann.Entomol.Soc.Am. 95(3):379-386. Tomberlin, J.K., P.H. Adler, and H.M. Myers. 2009. Development of the Black Soldier Fly (Diptera: Stratiomyidae) in Relation to Temperature. Environ.

  Entomol. 38(3):930-934. Uren, I. S. 2014. Ragam jenis lalat pada peternakan ayam petelur. Skripsi. IPB.

  Bogor. 20 hlm. Wardhana, A.H., 2016.Black Soldier Fly (Hermetia illucens) Sebagai Sumber

  Protein Alternatif Untuk Pakan Ternak. Wartazoa Vol. 26 No. 2 Th. 2016 Hlm. 069-078

Dokumen yang terkait

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

0 1 19

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 18

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 12

KANDUNGAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK SILASE BEBERAPA JENIS RUMPUT PAKAN TERNAK DENGAN ADDITIF DEDAK JAGUNG PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Peternakan

0 0 11

1 PENGARUH LAMA PENYIMPANAN KONSENTRAT PRONUTRION SECARA ANAEROB TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada

0 0 13

IMBANGAN SUSU KAMBING DAN UMBI BENGKOANG (Pachyrhizus erosus) SEBAGAI BAHAN ES KRIM UNTUK PANGAN FUNGSIONAL TINGGI KANDUNGAN VITAMIN C PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Peternakan pada PROGRAM STUDI PETERNAKAN

0 0 20

KUANTITAS KARKAS DAN NON KARKAS KAMBING LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN KULIT BUAH KAKAO FERMENTASI PUBLIKASI ILMIAH untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada PROGRAM STUDI PETERNAKAN

0 0 17

KUALITAS FISIK DAGING KAMBING LOKAL JANTAN DENGAN PEMBERIAN PAKAN BERBASIS KULIT BUAH KAKAO FERMENTASI PUBLIKASI ILMIAH untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada

0 0 12

INVENTARISASI DAN ANALISIS PROTEIN KASAR PAKAN KOMPLIT DAN KONSENTRAT UNGGAS YANG DIPASARKAN DIKOTA MATARAM PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Peternakan pada PROGRAM STUDI PETERNAKAN

0 0 19

PENGARUH DOSIS DAN KEMASAN PROGESTERON TERHADAP RESPON BIRAHI PADA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana PROGRAN STUDI S1 PETERNAKAN JURUSAN PETERNAKAN

0 0 15