BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pengertian Media Pembelajaran - DINA OKTAVIANA BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pengertian Media Pembelajaran Media menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar

  mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan dan tujuan pembelajaran di sekolah. Arsyad (200 7: 3) menjelaskan “kata media berasal dari kata bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium secara harfiah berarti p erantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”.

  Dalam proses belajar mengajar, pesan atau informasi itu disampaikan oleh guru melalui perantara yang dapat berbentuk stimulus, yang disampaikan kepada siswa. Stimulus itu dapat berupa pertanyaan dari guru atau disajikan dalam bentuk alat, bagan, dan gambar selanjutnya oleh penerima atau siswa akan memberikan respon atau reaksi. Reaksi itu dapat mengarah ke reaksi yang aktif, misalnya berupa pertanyaan, jawaban atau saran.

  Media pembelajaran menurut Briggs dalam Anitah (2008: 1) menyatakan “media pembelajaran adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran yang meliputi buku, videotape, slide, dll. Adapun pengertian media menurut Marshall Mcluhan dalam Hamalik (1990: 248) “Media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak

  7 mengadakan kontak langsung dengan dia”. Selanjutnya pengertian media menurut Briggs dalam Arief S. Sadirman (1996: 6)” Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”. Dari pengertian media akhirnya dikenal dengan istilah media pengajaran, WS.

  Winkel (1999: 285) menjelaskan bahwa “media pengajaran adalah suatu sarana non personal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar, yang memegang peranan dalam proses belajar- mengajar, untuk mencapai tujuan instruksional”.

  Kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan media dari penjelasan para ahli di atas adalah segala alat fisik yang dapat memperjelas penyajian pesan yang disampaikan oleh guru kepada siswa serta merangsang siswa tersebut untuk belajar.

2. Media Pembelajaran Puzzle a. Pengertian Media Puzzle

  Berbagai cara sebenarnya banyak memberikan arti dan manfaat dalam hidup anak. Salah satu permainan edukatif untuk anak-anak adaalah puzzle. Cahyo dalam Ernawati,dkk (2016: 3) menjelaskan bahwa “Media pembelajaran crossword puzzle merupakan permainan mengasah otak melalui pencarian dan pengingatan kata yang pas untuk ja waban pada kotak yang tersedia”. Sedangkan Puzzle menurut Suciaty (2010: 78) menjelaskan bahwa “ permainan puzzle bisa dimainkan mulai dari 12 bulan. Puzzle dapat memberikan kesempatan belajar yang banyak, selain untuk menarik minat anak dan membina semangat belajar dalam bermain. Permainan puzzle dapat dilakukan di rumah dan di sekolah yang diberikan oleh guru.

  Puzzle berdasarkan pendapat di atas merupakan media yang

  dapat digunakan oleh guru sebagai alat bantu dalam pembelajaran untuk menarik perhatian siswa melalui mencari potongan atau bagian dan menyusunnya sesuai ketentuan .

  Tujuan permainan puzzle menurut Nisak (2011:110), permainan puzzle ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1) membentuk jiwa bekerjasama pada peserta, karena permainan ini akan dikerjakan secara berkelompok. 2) peserta dapat lebih konsisten dengan apa yang sedang dikerjakan. 3) melatih kecerdasan logis matematis peserta. 4) menumbuhkan rasa solidaritas sesama. 5) menumbuhkan rasa kekeluargaan antar siswa. 6) melatih strategi dalam bekerjasama antarsiswa 7) menumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai antarsiswa 8) menumbuhkan rasa saling memiliki antar siswa 9) menghibur para siswa di dalam kelas

  Tujuan permainan puzzle berdasarkan penjelasan di atas adalah untuk membentuk jiwa kerjasama, lebih konsisten, melatih kecerdasan logis, menumbuhkan rasa solidaritas, kekeluargaan, dan saling menghormati dan menghargai.

3. Pembelajaran Tematik a. Pengertian Pembelajaran Tematik Integratif

  Kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran dalam bentuk tema-tema(tematik). Model pembelajaran tematik menurut Rusman

  (2011: 254) adalah “model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa

  ”. Soeryosubroto (2009: 133) mendefinisikan

  “pembelajaran tematik adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan beberapa materi pada mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan ”. Pembelajaran tematik dalam hal ini merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif menggunakan tema

  Penerapan pembelajaran tematik berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa merupakan salah satu bentuk inovasi pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran tematik yang diharapkan di kelas III SD Negeri 1 Rancamya yaitu dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Pembelajaran tematik dalam hal ini bertujuan menjadikan proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan bermakna bagi siswa.

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

  Beberapa karakteristik pembelajaran tematik menurut Rusman (2011: 258-259) diantaranya: 1) Berpusat pada siswa. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa

  (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan pada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

  2) Memberikan pengalaman langsung. Pengalaman tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct

  experiences ). Siswa dalam hal ini dihadapkan pada sesuatu yang

  nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. Pemisahan mata pelajaran dalam pembelajaran tematik menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema- tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu pembelajaran. Siswa dengan demikian dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5) Bersifat fleksibel. Pembelajaran tematik bersifat luwes(fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

  Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

  Pembelajaran tematik memiliki karakteristik berdasarkan karakterisitik pembelajaran tematik di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa usia Sekolah Dasar. Penerapan pembelajaran tematik di kelas III SD Negeri 1 Rancamaya dilakukan dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dengan menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam bentuk tema yang menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Pembelajaran ini diharapkan dapat membuat siswa lebih paham sehingga potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan siswa.

c. Keunggulan Pembelajaran Tematik Integratif

  Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan. Drake dalam Prasetyo dan Lantip, 2016: 56) menjelaskan bahwa: “An integrated curriculum that would motivate

  

students because it was relevant and followed the principles of

constructivism

  ”. Proses pembelajaran dengan pembelajaran integrasi akan memotivasi siswa untuk belajar karena pembelajaran integrasi relevan dengan kebutuhan dan perkembangan siswa serta mengikuti prinsip-prinsip kontruktivisme sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk mengkontruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman dan lingkungan.

  Pembelajaran tematik menurut Rusman ( 2011: 257-258) memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama. 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa. 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya. 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

  Pembelajaran tematik integratif memiliki keunggulan berdasarkan beberapa uraian di atas dapat dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran tematik yang melibatkan siswa secara aktif dapat lebih bermakna dan berkesan bagi siswa karena dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial siswa.

d. Pendekatan Saintifik

  Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tematik integratif pada Kurikulum 2013.

  Azmussya‟ni dan Wangid dalam Prasetyo dan Lantip (2016: 56) menyatakan bahwa “pendekatan saintifik dapat meningkatan keterampilan yang akan memberikan semangat bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran ”.

  Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.

  Dyer, dkk dalam Sani (2015: 53) menyatakan bahwa “pendekatan saintifik (scientific approach ) memiliki komponen proses pembelajaran yang terdiri atas mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, menalar/ asosiasi, membentuk jaringan (melakukan komunikasi)

  ”. Proses ini merupakan upaya yang digunakan untuk mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditentukan. Joyce & Well dalam Prasetyo dan Lantip, 2016: 56) menjelaskan bahwa “ scientific method can be taught and has

  positive effects on the acquisition of information, concepts and attitudes

  ”. Scientific approach dapat diajarkan dan memiliki dampak positif pada perolehan informasi, konsep, dan sikap. Pendekatan ilmiah dalam hal ini diyakini mampu mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa dengan tujuan mengembangkan good character.

  Nasution dalam Prahastiwi, Subani dan Dwi, 2014: 2) menyatakan bahwa “pendekatan saintifik dipandang paling cocok dalam pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa”. Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran bertujuan agar siswa dalam proses pembelajaran tidak monoton atau hanya mendengarkan dan menerima materi yang disampaikan oleh guru, tetapi siswa aktif terlibat dalam kegiatan belajar sesuai karakteristik yang terdapat dalam pendekatan saintifik.

4. Partisipasi Belajar a. Pengertian Partisipasi Belajar

  Menurut Echols dalam Suryobroto (2009: 293) ”partisipasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan

  ”. Sedangkan menurut Dusseldrop dalam Sukidin (2002: 68)

  “partisipasi diartikan kegiatan atau keadaan mengambil bagian dalam suatu aktivitas untuk mencapai suatu kemanfaatan secara optimal

  ”.Widoyoko (2009:104) menjelaskan “partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-proses belajar mengajar, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut”. Sudjana (2000: 155) mengemukakan “kegiatan pembelajaran partisipatif dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran

  ”. Penjelasan para ahli di atas dapat dimaknai bahwa, partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya yang mampu membuat siswa mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

b. Manfaat partisipasi

  Partisipasi memiliki beberapa manfaaat agar suatu pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

  Manfaat principal dari partisipasi menurut Keith Davis dalam Suryobroto (2009:296) sebagai berikut: 1) Lebih memungkinkan diperoleh keputusan yang benar 2) Dapat digunakan kemampuan berpikir kreatif dari para anggotanya 3) Dapat mengendalikan nilai-nilai martabat manusia motivasi serta membangun kepentingan bersama. 4) Lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab. 5) Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan-perubahan.

  Senada dengan pendapat di atas, Sachlan dan Roger (1988: 85) memberikan pendapatnya bahwa

  “manfaat dari partisipasi belajar, yaitu: 1) Lebih banyak komunikasi dua arah, 2) Lebih banyak bawahan mempengaruhi keputusan, 3) Manager dan partisipan kurang bersifat agresi, 4) Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif diakui dalam derajat lebih tinggi

  .” Manfaat partisipasi berdasarkan pendapat para ahli bahwa dengan adanya partiipasi akan memberikan manfaat yang penting bagi keberhasilan tujuan kegiatan organisasi yaitu : 1) Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pikiran.

  2) Pengembangan potensi diri dan kreativitas 3) Adanya penerimaan yang lebih besar terhadap pemerintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan.

  Faktor partisipasi sangat berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran seperti sekolah adalah penting, karena berpengaruh positif bagi kepemimpinan guru dan kepala sekolah serta peningkatan program pendidikan.

c. Tingkatan partisipasi

  Tingkatan partisipasi menurut Westra dalam Suryobroto (2009: 297) dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Tingkatan pengertian timbal balik artinya mengarahkan anggota agar mengerti akan fungsinya masing-masing dan sikap yang seharusnya satu sama lain

  2) Tingkatan pemberian nasihat artinya individu-individu di sini saling membantu untuk pembuatan keputusan terhadap persoalan-persoalan yang sdang dihadapi sehingga saling tukar menukar ide-ide mereka satu persatu

  3) Tingkatan kewenangan artinya menempatkan posisis anggotanya pada keadaan mereka sehingga dapat mengambil keputusan pada persoalan yang mereka hadapi.

Tabel 2.1 Kisi-kisi partisipasi

  No Kisi-kisi Partisipasi

  1 Siswa memperhatikan penjelasan guru

  2 Siswa menyampaikan pertanyaan

  3 Siswa menyampaikan pendapat atau sanggahan

  4 Siswa menyampaikan jawaban

  5 Siswa membuat catatan ringkas

  6 Siswa mengerjakan tugas dengan baik Sukidin (2002: 128) 5.

   Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

  Prestasi belajar siswa akan tercapai dengan baik apabila guru dapat menyampaikan materi pembelajaran secara efektif, efisien dan kondusif. Menurut Hamalik (2011: 30

  ) “prestasi belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.Arifin (2006: 12) menjelaskan bahwa “Prestasi belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu prestasie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang mempunyai arti hasil usaha”. Prestasi belajar mempunyai arti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan).Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.Mulyasa (2000:

  100) mengemukakan “Tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari hal-hal sesuai den gan apa yang diteskan”.

  Tes Prestasi berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tes dilakukan untuk mengukur kemampuan seseorang setelah mempelajari sesuatu. Prestasi Belajar dan proses belajar adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena prestasi belajar pada hakikatnya adalah hasil akhir dari sebuah proses belajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan evaluasi terhadap materi belajar yang telah diberikan.

b. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Belajar yang efektif sangat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka yang telah ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Agar dapat meningkatkan hasil belajar perlu diperhatikan faktor internal dan eksternal.

  1) Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri, misalnya keadaan jasmani sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan dengan orang yang belajarnya dalam keadaan kelelahan atau keadaan tidak sehat. 2) Faktor Eksternal

  Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa, misalnya lingkungan sosial sekolah. Lingkungan sosial di sekolah adalah guru dan teman-teman sekelas yang dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan di sekitar rumah juga termasuk lingkungan sosial bagi siswa.

B. Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:

  1. Penelitian yang dilakukan oleh Oktavianti, dkk (2015) tentang “Pengembangan Media Wayang Dan Puzzle Pada Pembelajaran Menulis Cerita Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

  “. Oktavianti, dkk menyimpulkan bahwa penelitian pengembangan media wayang dan

  puzzle dilatarbelangi oleh kesulitan siswa kelas IV SD dalam menggali

  ide dan gagasannya pada pembelajaran menulis cerita. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan proses pegembangan, kualitas, dan keefektifan media wayang dan puzzle yang dikembangkan, Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan Four-D yang dimodifikasi menjadi Three-D.hasil belajar siswa secara individu pada uji coba I diperoleh nilai dari salah satu siswa yang belum mencapai KKM yaitu 70, sedangkan pada uji coba II nilai yang diperoleh seluruh siswa telah mencapai KKM. Hasil belajar secara klaksikal dinyatakan tuntas dengan persentase 90% pada uji coba I dan 100% pada uji coba II sebab ketuntasan belajar klaksikal yang ditetapkan adalah 75%.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Viana dan Harahap (2016) tentang “Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Media The Thing Puzzle And

  Crossword Puzzle Media On Fungus Matter SMA Pembangunan Galang

  TP ”. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswamenggunakan Media The

  Thing Puzzle dengan Media Crossword Puzzle pada materijamur di kelas

  X SMA Pembangunan Galang T.P 2015/2016 yang terdiri dari 3 kelasdengan jumlah siswa 96 orang. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental. Pada kelas eksperimen I (menggunakan Media The Thing Puzzle) didapat rata-rata hasil belajar siswa sebesar 85,83 dengan standar deviasi 7,77 sedangkan pada kelas eksperimen II (menggunakan Media Crossword Puzzle ) memiliki rata-rata sebesar 70,10 denganstandar deviasi 15,24. Adanya perbedaan hasil belajar tersebut dibuktikan melalui pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t pada taraf α = 0,05, dimana t hitung(17,87) > ttabel (1,6697). Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar dimana kelas eksperimen I (menggunakan Media The Thing Puzzle) lebih tinggi daripada kelaseksperimen II (menggunakan Media Crossword Puzzle) pada materi jamur di kelas XSMA Pembangunan Galang Tahun Pembelajaran 2015/2016.

  3. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan P. Satrio (2014) tentang “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Melalui

  ISCL Berbantu Puzzle Kelas VII SMPN 174 SSN Jakrata

  ”. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diberikan peneliti sebelum tindakan masih belum optimal karena berada dibawah nilai KKM. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dikelas VII SMPN 174 Jakarta melalui Interactive Setting Cooperative Learning Berbantu Puzzle.

  4. Penelitian yang dilakukan oleh Adeyemo.A, dkk (2013) tentang “An

  Investigation into the Influence of Using Puzzles in The Teaching of Physics On Senior Secondary School Students

  ”. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan teka-teki dalam pengajaran Fisika pada Prestasi Siswa Sekolah Menengah di topik terpilih. Sampel terdiri dari seratus dan Dua puluh (120) siswa fisika, dipilih secara acak dari sekolah menengah bulu di daerah Mushin Pemerintah, negara Lagos. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dua tes prestasi tes awal dan tes post pada teka-teki tentang topik mesin sederhana, kerja, energi dan tenaga. Data yang terkumpul adalah dengan menggunakan hitungan frekuensi, persentase sederhana, pair t-test, t-test dan koefisien korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memahami konsep ilmiah lebih banyak saat diajar. Metode teka- teki dan juga meningkatkan pemahaman siswa dalam keterampilan dan sikap ilmiah. Rekomendasi tersebut kemudian dibuat, berdasarkan hasil penelitian penelitian.

C. Kerangka Pikir

  Partisipasi rendah Pemberian Media Puzzle Prestasi belajar rendah (X) Memberikan pengaruh terhadap partisipasi Prestasi belajar PKn dan belajar Partisipasi siswa

  Memberikan pengaruh (Y) terhadap prestasi belajar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Variabel

  Kerangka pikir berdasarkan gambar 2.1 alur dapat dideskripsikan bahwa media pembelajaran puzzle yang diterapkan saat proses pembelajaran berlangsung dapat membuat siswa lebih mudah menguasai dan menghayati materi pelajaran karena siswa ikut berperan aktif dalam pembelajaran.

  Keikutsertaan secara aktif siswa dalam proses pembelajaran memungkinkan terjadi peningkatan prestasi belajar siswa. Peneliti mempunyai keyakinan bahwa variabel bebas berkaitan dengan variabel terikat. Sebab media pembelajaran merupakan alat bantu dalam pembelajaran yang menekankan pada aktivitas belajar siswa sehingga memungkinkan berpengaruh terhadap partisipasi dan prestasi belajar siswa. Hubungan antar variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar kerangka pikir di atas.

D. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir.

  Sugiyono (2013: 64) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

  Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

  1. Terdapat pengaruh positif media pembelajaran puzzle subtema ketampakan rupa bumi terhadap partisipasi belajar siswa kelas III di SD Negeri 1 Rancamaya.

  2. Terdapat pengaruh positif media pembelajaran puzzle subtema ketampakan rupa bumi terhadap prestasi belajar siswa kelas III di SD Negeri 1 Rancamaya